OLEH
KELOMPOK II
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat di selesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi
mahasiswa/i Keperawatan maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah
“KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KERJA”. Dalam penulisan makalah ini
penyusun berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para
pembaca.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penyusun menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penyusun
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita semua. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................... 3
BAB I................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN..................................................................................................................5
A. Latar Belakang.....................................................................5
B. Rumusan masalah...............................................................5
C. Tujuan.................................................................................. 6
BAB II.................................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN....................................................................................................................7
A. Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard
Pada Tahap Pengkajian Asuhan Keperawatan.................7
1. Contoh Upaya Hazard Dan Resiko Bagi Perawat Saat Melakukan
Pengkajian........................................................................................................... 7
2. Contoh Upaya Resiko dan Hazard pada Perawat dalam Tahap
Pengkajian Berdasarkan Kasus Penyakit Akibat Kerja........................................9
B. Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard
Pada Tahap Perencanaan Asuhan Keperawatan.............9
1. Contoh Upaya Resiko Dan Hazard Pada Tahap Perencanaan
Asuhan Keperawatan Meliputi :............................................................................9
C. Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard
Pada Tahap Implementasi Asuhan Keperawatan...........11
1. Contoh upaya mencegah Hazard dan Risiko Implementasi
Keperawatan :....................................................................................................11
2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Sama Secara Umum............................11
3. Upaya pencegahan dari rumah sakit /tempat kerja............................................12
4. Upaya pecegahan pada perawat :.....................................................................12
D. Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard
Pada Tahap Evaluasi Asuhan Keperawatan...................13
1. Resiko Dan Hazard Pada Tahap Evaluasi Asuhan Keperawatan :....................13
BAB III............................................................................................................................... 14
PEMBAHASAN..................................................................................................................14
A. Upaya Mempertahankan Egronomik Pada Posisi Baring,
Duduk, Berdiri, Dan Berjalan............................................14
1. Definisi Ergonomik............................................................................................. 14
2. Prinsip Ergonomik..............................................................................................14
3. Mempertahankan Ergonomic Pada Posisi berdiri..............................................15
4. Mempertahankan Ergonomik Pada Posisi Dinamis (Duduk Dan
Berdiri)................................................................................................................15
5. Mempertahankan ergonomik Pada Posisi berbaring.........................................15
B. Upaya Mencegah Hazard Psikososial.............................15
1. Definisi............................................................................................................... 15
C. Upaya Memutus Rantai Infeksi : Precaution, Medication
Safety.................................................................................18
1. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi.............................................................18
BAB IV............................................................................................................................... 32
PENUTUP.......................................................................................................................... 32
A. Kesimpulan........................................................................32
B. Saran..................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 34
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap pekerjaan di dunia ini pasti masing-masing memiliki tingkat risiko
bahaya. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk
menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah
mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Maka dari itu K3 mutlak untuk
dilaksanakan pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa kecuali. Upaya K3
diharapkan dapat mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan maupun
penyakit akibat melakukan pekerjaan. Dalam pelaksanaan K3 sangat dipengaruhi
oleh tiga faktor utama yaitu manusia, bahan, dan metode yang digunakan, yang
artinya ketiga unsur tersebut tidak dapat dipisahkan dalam mencapai penerapan K3
yang efektif dan efisien.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka di
setiap perusahaan yang memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang dan memiliki
risiko besar terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan
program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Permenaker No. 5 Tahun 1996).
Menurut ILO, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah menjaga dan
meningkatkan kesejahteraan fisik, mental dan sosial seluruh para pekerja dan pada
semua sektor pekerjaan, mencegah pekerja terjangkit penyakit yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan, melindungi pekerja dari risiko yang berdampak buruk pada
kesehatan, menempatkan dan menjaga pekerja dalam lingkungan yang sesuai
dengan kondisi fisiologi dan psikologi, menyesuaikan pekerjaan dengan pekerja serta
pekerja dengan pekerjaannya (Markkanen, P.K, 2004).
B. Rumusan masalah
1. Apa saja upaya pencegahan risiko dan hazard pada tahap pengkajian asuhan
keperawatan ?
2. Apa saja upaya pencegahan risiko dan hazard pada tahap perencanaan asuhan
keperawatan ?
3. Apa saja upaya pencegahan risiko dan hazard pada tahap implementasi asuhan
keperawatan ?
4. Apa saja upaya pencegahan risiko dan hazard pada tahap evaluasi asuhan
keperawatan ?
5. Apa saja Upaya Mempertahankan Egronomik Pada Posisi Baring, Duduk, Berdiri,
Dan Berjalan?
6. Apa saja Upaya Mencegah Hazard Psikososial?
7. Apa saja Upaya Memutus Rantai Infeksi : Precaution, Medication Safety?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui upaya pencegahan risiko dan hazard pada tahap proses
keperawatan.
2. Untuk mengetahui upaya pencegahan risiko dan hazard pada tahap perencanaan
asuhan keperawatan ?
3. Untuk mengetahui upaya pencegahan risiko dan hazard pada tahap implementasi
asuhan keperawatan ?
4. Untuk mengetahui upaya pencegahan risiko dan hazard pada tahap evaluasi
asuhan keperawatan ?
5. Untuk mengetahui Upaya Mempertahankan Egronomik Pada Posisi Baring,
Duduk, Berdiri, Dan Berjalan?
6. Untuk mengetahui Upaya Mencegah Hazard Psikososial?
7. Untuk mengetahui Upaya Memutus Rantai Infeksi : Precaution, Medication
Safety?
BAB II
PEMBAHASAN
2. Contoh Upaya Resiko dan Hazard pada Perawat dalam Tahap Pengkajian
Berdasarkan Kasus Penyakit Akibat Kerja.
1. Batasi akses ketempat isolasi .
2. Menggunakan APD dengan benar.
3. SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak tertutup
APD.
4. Petugas tidak boleh menyembunyikan wajahnya sendiri.
5. Membatasi sentuhan langsung ke pasien.
6. Cuci tangan dengan air dan sabun.
7. Bersihkan kaki dengan di semprot ketika meninggalkan ruangan tempat
melepas APD.
8. Lakukan pemeriksaan berkala pada pekerja.
9. Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi.
B. Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard Pada Tahap
Perencanaan Asuhan Keperawatan
Perencanaan asuhan keperawatan merupakan suatu proses penyusunan
berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam
membuat suatu proses keperawatan. Dalam Asuhan Keperawatan juga terdapat risiko
yang sering muncul dalam perencanaanya.
Risiko didefinisikan sebagai kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa yang
berhubungan dengan cidera parah; atau sakit akibat kerja atau terpaparnya seseorang
atau alat pada suatu bahaya. Jadi, bahaya adalah sifat dari proses yang dapat
merugikan individu, dan risiko adalah kemungkinan bahwa itu akan terjadi bersama
dengan seberapa parah akibat yang akan diterima. Tidak hanya resiko yang sering
timbul dalam perencanaan asuhan keperawatan tapi bahaya atau lebih dikenal dengan
hazard juga sering muncul pada perencanaan asuhan keperawatan akibat kurangnya
perawat memperhatikan prinsip K3.
Beberapa risiko dan hazard yang timbul dalam asuhan keperawatan seperti
kesalahan saat merencanakan pengkajian. Misalnya jika perawat salah dalam
mengkaji, maka perawat akan salah dalam memberikan proses perawatan atau
pengobatan yang pada akhirnya akan mengakibatnya kesehatan pasien malah
semakin terganggu.
1. Contoh Upaya Resiko Dan Hazard Pada Tahap Perencanaan Asuhan
Keperawatan Meliputi :
1) Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor resiko. Rumah
sakit harus melakukan kajian dan identifikasi sumber bahaya, penilaian serta
pengendalian faktor resiko.
a. Identifikasi sumber bahaya
Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan :
1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya
2) Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi
b. Penilaian faktor resiko
Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya resiko dengan jalan
melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko
kesehatan dan keselamatan kerja.
c. Pengendalian faktor risiko
Dilakukan melalui empat tingkatan pengendalian risiko yaitu
menghilangkan bahaya, menggantikan sumber risiko dengan
sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah / tidak ada
(engneering/rekayasa), administrasi dan alat pelindung pribadi (APP).
2) Membuat peraturan
Rumah sakit harus membuat, menetapkan dan melaksanakan standar
operasional prosedur (SOP) sesuai dengan peraturan, perundangan dan
ketentuan mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP ini harus dievaluasi,
diperbaharui dan harus dikomunikasikan serta disosialisasikan pada karyawan
dan pihak yang terkait.
3) Tujuan dan sasaran
Rumah sakit harus mempertimbangkan peraturan perundang-undangan,
bahaya potensial, dan risiko K3 yang bisa diukur, satuan/indikator
pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu pencapaian (SMART)
4) Indikator kinerja
Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus
merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3 rumah sakit.
5) Program kerja
Rumah sakit harus menetapkan dan melaksanakan proram K3 rumah sakit,
untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan dicatat serta
dilaporkan.
6) Pengorganisasian
Pelaksanaan K3 di rumah sakit sangat tergantung dari rasa tanggung jawab
manajemen dan petugas terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta
kerja sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan
melalui adanya aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung jawab,
penyuluhan kepada semua petugas, bimbingan dan latihan serta penegakan
disiplin. Ketua organisasi/satuan pelaksana K3 rumah sakit secara spesifik
harus mempersiapkan data dan informasi pelaksanaan K3 di semua tempat
kerja, merumuskan permasalahan serta menganalisis penyebab timbulnya
masalah bersama unit-unit kerja, kemudian mencari jalan pemecahannya dan
mengkomunikasikannya kepada unit-unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan
dengan baik.
Contoh Kasus
“Seorang perawat RSUD Gunung Jati Positif Difteri”
Seorang perawat di RSUD Gunung Jati, kota Cirebon, diketahui positf difteri
pasca menangani pasien yang menderita penyakit yang sama.
CIREBON – seorang perawat di RSUD Gunung Jati,kota Cirebon, diketahui
positif difteri pasca menangani pasien difteri. Berdasarkan informasi, perawat
tersebut diduga tertular pasca menangani dan melakukan tindakan awal pada
pasien positif difteri tersebut, perawat terkena diffteri berinisal Ru dan bertugas
di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Gunung Jati. Ru diketahui
merupakan perawat pertama difteri yang masuk rumah sakit tersebut.
4. Upaya pencegahan dari rumah sakit /tempat kerja
a. RS menyediakan APD yang lengkap sepeti masker, handskoon, dan scout dll.
Alasan : meminimalisir terjadinya atau tertularnya penyakit / infeksi yang dapat
terjadi terutama saat bekerja, APD harus selalu di gunakan sebagai
perlindungan diri dengan kasus di atas dapat di hindari jika perawat
menggunakan APD lengkap mengingat cara penularan difteri melalui
terpaparnya cairan ke pasien.
b. Menyediakan sarana untuk mencui tangan atau alkohol gliserin untuk perawat.
Alasan : cuci tangan merupakan cara penanganan awal jika kita sudah
terlanjur terpapar cairan pasien baik pasien beresiko menularkan atau tidak
menularkan. Cuci tangan merupakan tindakan aseptic awalawal sebelum ke
pasien maupun setelah ke pasien.
c. RS menyediakan pemilahan tempat sampah medis dan non medis.
Alasan : bila sampah medis dan non medis tercampur dan di kelola dengan
baik akan menimbulkan penyebaran penyakit.
d. RS menyediakan SOP untuk tindakan keperawatan.
Alasan : agar petugas/perawat menjaga konsisten dan tingkat kinerja
petugas/perawat atau timdalam organisasi atau unit kerja, sebagai acuan
(chek list) dalam pelaksanaan kegiaan tertentu bagi sesama pekerja.
Supervisor dan lain-lain dan SOP merupakan salah satu cara atau parameter
dalam meningkatkan mutu pelayanan.
5. Upaya pecegahan pada perawat :
a. Menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptic seperti
mencuci tangan, memakai APD, dan menggunakan alat kesehatan dalam
keadaan steril.
Alasan : agar perawat tidak tertular penyakit dari pasien yang di tangani
meskipun pasien dari UGD dan memakai APD adalah salah satu SOP RS.
b. Perawat mematuhi standar Operatinal Prosedure yang sudah ada RS dan
berhati-hati atau jangan berburu-buru dalam melakukan tindakan.
Alasan : meskipun pasien di ruang UGD dan pertama masuk RS, perawat
sebaiknya lebih berhati-hati atau jangan terburu-buru dalam melakukan
tindakan ke pasien dan perawat menciptakan dan menjaga keselamatan
tempat kerja supaya dalam tindakan perawat terhindar dari tertularnya
penyakit dari pasien dan pasien juga merasa aman.
D. Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard Pada Tahap Evaluasi
Asuhan Keperawatan
Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di rumah sakit adalah salah satu
fungsi manajemen K3 rumah sakit yang berupa suatu langkah yang diambil untuk
mengetahui dan menilai sampai sejauh mana proses kegiatan K3 rumah sakit itu
berjalan dan mempertanyakan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan
K3 rumah sakit dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
1. Resiko Dan Hazard Pada Tahap Evaluasi Asuhan Keperawatan :
1) Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan RS
(SPRS).
2) Inspeksi dan pengujian
Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3 secara
umum dan tidak terlalu mendalam.Inspeksi K3 di rumah sakit dilakukan
secara berkala, terutama oleh petugas K3 rumah sakit sehingga kejadian
PAK dan KAK dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain adalah pengujian
baik terhadap lingkungan maupun pemeriksaan terhadap pekerja berisiko
seperti biological monitoring (pemantauan secara biologis)
3) Melaksanakan audit K3
Audit K3 meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan,
karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur,
pengembangan karyawan dan program pendidikan, evaluasi dan
pengendalian. Tujuan audit K3 :
a. Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan.
b. Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai
ketentuan.
c. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta
pengembangan mutu.
BAB III
PEMBAHASAN
Hand Hygiene
Mencuci tangan merupakan salah satu bagian penting dalam penggunaan
APD, karena sebelum dan sesudah menggunakan APD khususnya sarung
tangan. The Center for Diesease Control and prevention (CDC) 2002, mencuci
tangan merupakan teknik yang paling penting dan paling mendasar dalam
mencegah dan mengendalikan penularan infeksi (Potter & Perry, 2006).
Larson 1995 mendefinisikan mencuci tangan adalah menggosok dengan sabun
secara bersamaan seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang
kemudian dibilas dengan air yang mengalir (Potter & Perry, 2005).
Hand hygiene atau mencuci tangan adalah tindakan membersihkan tangan
menggunakan menggunakan handrub atau handsoap untuk menghilangkan
mikroorganisme yang menempel di tangan secara efektif (Boscart, et al. 2012;
Squires, et al. 2013). Tujuan melakukan mencuci tangan adalah untuk membuang
kotoran dan organisme yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi jumlah
mikroba yang ada saat itu serta mencegah perpindahan organism multi resisten
dari lingkungan rumah sakit ke pasien dan dari pasien ke petugas kesehatan
begitu juga sebaliknya (Potter & Perry, 2005; KEMENKES, 2010).
Menurut CDC (2002) mencuci tangan direkomendasikan dalam situasi
sebelum dan setelah kontak dengan pasien, sebelum memakai sarung tangan
steril dan sebelum melakukan prosedur invasive seperti pemasangan kateter
intravascular atau kateter menetap, setelah kontak dengan kulit klien (misalnya,
ketika mengukur tekanan darah atau nadi, dan mengangkat klien), setelah kontak
dengan sumber mikroorganisme (darah atau cairan tubuh, membrane mukosa,
kulit yang tidak utuh, melakukan membalut luka walaupun tangan tidak terlihat
kotor), ketika berpindah saat tubuh terkontaminasi ke bersih selama perawatan,
setelah kontak dengan bendabenda (misalnya peralatan medis) yang
bersangkutan atau terkontaminasi dengan klien, dan setelah melepaskan sarung
tangan (Potter & Perry, 2006).
Hand hygiene harus dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah
melakukan tindakan perawatan meskipun memakai sarung tangan atau alat
pelindung lain (Fauzia, Ansyori, Hariyanto, 2014). Indikasi hand hygiene harus
dilakukan pada saat yang diantisipasi akan terjadinya perpindahan kuman melalui
tangan, yaitu sebelum melakukan tindakan yang dimungkinkan terjadi
pencemaran dan setelah melakukan tindakan yang dimungkinkan terjadi
pencemaran (Depkes, 2007).
Menurut WHO (2009) ada 5 moments hand hygiene, yaitu :
1) sebelum kontak dengan pasien,
2) sebelum melakukan prosedur bersih/aseptic,
3) setelah kontak dengan cairan tubuh pasien resiko tinggi,
4) setelah kontak dengan pasien,
5) setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
3. Rantai Penularan
Dalam melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu
mengetahui rantai penularan. Apabila satu mata rantai dihilangkan atau
dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Komponen yang
diperlukan sehingga terjadi penularan tersebut adalah (Akib et al, 2008):
a. Agen infeksi (infectious agent)
Agen infeksi adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi.
Pada manusia, agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, ricketsia, jamur
dan parasit. Ada tiga faktor pada agen penyebab yang mempengaruhi
terjadinya infeksi yaitu: patogenitas, virulensi dan jumlah (dosis, atau
“load”).
b. Reservoir
Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh,
berkembang biak dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang
paling umum adalah manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air
dan bahan-bahan organik lainnya. Pada orang sehat, permukaan kulit,
selaput lendir saluran napas atas, usus dan vagina merupakan reservoir
yang umum.
c. intu keluar (portal of exit)
Pintu keluar adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir.
Pintu keluar meliputi saluran pernapasan, pencernaan, saluran kemih
dan kelamin, kulit dan membran mukosa, transplasenta dan darah serta
cairan tubuh lain.
d. Transmisi (cara penularan)
Cara penularan adalah mekanisme bagaimana perpindahan agen infeksi
dari reservoir ke penderita. Ada beberapa cara penularan yaitu :
1) Kontak langsung atau tidak langsung.
2) Droplet.
3) Airborne.
4) Melalui makanan dan minuman.
5) Melalui vector
e. Pintu masuk (portal of entery)
Pintu masuk adalah tempat dimana agen infeksi memasuki penjamu
yang rentan. Pintu masuk bisa melalui saluran pernapasan, pencernaan,
saluran kemih, selaput lendir, pembuluh darah, dan kulit yang terdapat
luka.
f. Penjamu (host) yang rentan
Penjamu yang rentan adalah orang yang tidak memilki daya tahan tubuh
yang cukup kuat untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi
atau penyakit.
Medication Safety
Konsep manajemen pelayanan kesehatan saat ini bergerak ke arah
manajemen obat yang aman (medication safety). Hal ini diakibatkan penggunaan
obat adalah salah satu faktor penting dalam terapi tetapi malah menimbulkan
kematian.
Penelitian mengenai kejadian medication error telah banyak dilakukan dan
terbukti bahwa medication error dapat terjadi di berbagai tahap dalam proses
penggunaan obat. Kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien oleh perawat
(administration error) yang diteliti di 36 fasilitas kesehatan di AS menemukan
terjadinya kesalahan sebesar 19% dalam penyiapan dan pemberian obat.
Kesalahan yang paling banyak terjadi adalah wrong time, ommission dan wrong
dose, dan 7% dari kesalahan tersebut potensial bermakna secara klinis.
Proses pelayanan obat mulai dari tahap seleksi sampai pemantauan efek
dari obat pada pasien yang menggunakannya harus dilakukan sesuai standar
untuk mengurangi risiko dan kejadian medication error. Untuk itu, perlu dibuat
panduan agar setiap profesi dapat melaksanakan tugasnya sesuai
kompetensinya sehingga mengurangi risiko terjadinya medication error.
Bila terjadi IKP medication error maka pelaporannya mengikuti alur
pelaporan IKP (Insiden Keselamatan Pasien)/ Patien Safey Incident yang telah
ditetapkan oleh rumah sakit dan kemudian melakukan investigasi untuk
menentukan proses yang mengalami kegagalan dengan menggunakan form yang
terlampir.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hazard (bahaya) adalah sesuatu yang dapat menyebabkan cidera pada
manusia/kerusakan pada alat/lingkungan.Risk (resiko) didefinisikan sebagai peluang
terpaparnya seseorang/alat pada suatu hazard (bahaya). Pengkajian adalah pemikiran
dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau
data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-
masalah,kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, social, dan
lingkungan.
Pengkajian yang sistematis (effendi,1996). Contoh hazard dan resiko bagi perawat
saat melakukan pengkajian :
1. Pelecehan verbal saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga.
2. Kekerasan fisik pada perawat ketika melakukan pengkajian.
3. Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang di ajukan perawat.
4. Resiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun udara saat pemeriksaan
fisik.
5. Perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan pasien dan keluarganya.
Ergonomik adalah suatu aturan atau norma dalam system kerja. di Indonesia
memakai istilah ergonomic, tetapi di beberapa negara seperti di skrandinavia
menggunakan istilah “bioteknologi” sedangkan di negara amerika menggunakan istilah
“human engineering” atau “human factors engineering”.
B. Saran
Sebaiknya tenaga kesehatan harus lebih bisa menjaga keamanan diri dengan
selalu memakai APD dan memenuhi SOP saat melakukan tindakan dan menambah
pengetahuan tentang upaya pencegahan resiko dan hazard agar mampu
menerapkannya dalam ruang lingkup keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2008, Panduan Nasional Keselamatn Pasien Rumah Sakit(patient safety),
2 edn, Bakti Husada,Jakarta.
Yahya, A. 2009, Integrasikan Kegiatan Manajemen Risiko. Workshop Keselamatan
Pasien dan Manajemen Risiko Klinis. PERSI:KKP-RS
https://ansharbonassifa.wordpress.com/2013/09/03identifikasi-resiko-keselamatan-
pasin-patient-safety-di-rumah-sakit/amp/
https://www.scribd.com/mobile/doc/312057056/Risiko-Dan-Hazard-Kasus-
Pengkajian
https://www.scribd.com/mobile/doc/312534347/Risiko-Dan-Hazard-Kasus-
Implementas
http://bidandhila.blogspot.com/2009/01/perubahan-fisiologi-adaptasi-fisikpada.html
Maryunani, Anik. 2008. Asuhan Bayi Baru Lahir (Asuhan Neonatal). Jakarta: Trans
Info Media http://tiarapratiwi87.blogspot.co.id/2014/01/asuhan -bayi-baru-lahir.html
Harlock Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. PT. GeloraAksaraPratama
https://veronikaanggraini25.blogspot.com/2019/12/makalah-upaya-memutus-rantai-
infeksi.html
Cahyono, A. (2015). Hubungan Karakteristik dan Tingkat Pengetahuan Perawat
Terhadap Pengelolaan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Jurnal Ilmiah WIDYA. 3.
97-99. Diakses dari e-journal jurwidyakop3.com