Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“RISK ASSESSMENT”

( Hazard and Risk )

OLEH:

KELOMPOK IV

WA ODE NUR AISYAH J1A121089


WA ODE SALSABILLAH J1A121091
WA RISKA LA POLEKO J1A121093
WA ODE ELISTIANTI PERTIWI J1A121094
WD. RASYA AULIASARI SAFIU J1A121095
WINDIASTUTI J1A121096
YUYUN SEPTIANI J1A121097
A’QILA NUR RAHMADANI J1A121098
ADEL FITRIANI J1A121099
ADINDA SALZABILA PUTRI J1A121100

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan Makalah yang berjudul "Risk Assessment" Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu .... selaku Dosen Mata Kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja yang telah membantu kami dalam mengerjakan Makalah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah. Makalah ini memberikan panduan dalam pembelajaran
Kesehatan dan Keselamatan Kerja yaitu tentang Risk Assessment atau Penilaian Resiko yang
mencakup Hazard (Bahaya), Risk (Resiko) dalam keselamatan kerja. Bagi mahasiswa untuk
memahami dan mempelajari mengenai Penilaian Resiko keselamatan kerja dalam kehidupan
sehari-hari.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan pasti masih ada
kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik senantiasa diharapkan demi
perbaikan karya penulis. Kami juga berharap semoga makalah ini mampu memberikan
pengetahuan tentang Risk Assessment lebih dalam lagi dalam pembelajaran dan kehidupan.

Kendari, 15 Mei 2022

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 3

1.3 Tujuan Pembahasan................................................................................................ 3

1.4 Manfaat................................................................................................................... 3

BAB III PEMBAHASAN .................................................................................................... 4

2.1 Definisi Hazard and Risk....................................................................................... 4

2.2 Hubungan Bahaya dan Resiko .............................................................................. 4

2.3 Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control (HIRARC).................... 8

2.4 Identifikasi Bahaya ( Hazard Identification )......................................................... 10

2.5 Penilaian Risiko (Risk Assessment)..................................................................... 12

2.6 PengendalianResiko (RiskControl)...................................................................... 16

BAB IV PENUTUP............................................................................................................. 19

3.1 Kesimpulan........................................................................................................... 19

3.2 Saran..................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang yang sangat
populer. Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3
yang artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Menurut Milyandra (2009) Istilah
‘keselamatan dan kesehatan kerja’, dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian.
Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatu pendekatan pendekatan ilmiah
(scientific approach) dan disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu
program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat
digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied science). Keselamatan dan Kesehatan Kerja
sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil
terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun
kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya
dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi.( Rijanto, 2010 ).

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi
kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang
cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlanya.
Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia
adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Setiap
tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit akibat
kerja, kematian 2.2 juta dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD. Sedangkan di
Indonesia menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari
300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan konpensasi lebih dari Rp. 550
milyar. Konpensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja sektor
formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari
seluruh sektor formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan kerugian
dunia usaha.(DK3N,2007). Melihat angka-angka tersebut tentu saja bukan suatu hal yang
membanggakan, akan tetapi hendaklah dapat menjadi pemicu bagi dunia usaha dan kita
semua untuk bersama-sama mencegah dan mengendalikannya. Upaya pencegahan dan
pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit

1
akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat
kerja.

Secara keilmuan K3, didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan teknologi tentang
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari aspek hukum K3 merupakan
kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan keselamatan
dan kesehatan kerja. Melalui peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan K3
dapat ditegakkan, untuk itu diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
K3. Bahkan ditingkat internasionalpun telah disepakati adanya konvensi-konvensi yang
mengatur tentang K3 secara universal sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, baik yang dikeluarkan oleh organisasi dunia seperti ILO, WHO, maupun tingkat
regional. Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan K3, maka tingkat kecelakaan
akan menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga menurun, dan biaya tenaga
kerja dapat berkurang. Sejalan dengan itu, K3 yang efektif akan dapat meningkatkan
produktivitas kerja sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Hal ini pada gilirannya
kemudian dapat mendorong semua tempat kerja/industri maupun tempat-tempat umum
merasakan perlunya dan memiliki budaya K3 untuk diterapkan disetiap tempat dan waktu,
sehingga K3 menjadi salah satu budaya industrial.

Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan
pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan
tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga
akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3
sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama
dapat mencegah korban manusia.

Dengan demikian untuk mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan perencanaan dan


pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya terletak pada peran serta
pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksud dengan
memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh.

Manajemen risiko menuntut tidak hanya keterlibatan pihak manajemen tetapi juga
komitmen manajemen dan seluruh pihak yang terkait. Pada konsep ini, bahaya sebagai
sumber kecelakaan kerja harus harus teridentifikasi, kemudian diadakan perhitungan dan
prioritas terhadap risiko dari bahaya tersebut dan terakhir adalah pengontrolan risiko. Ditahap
2
pengontrolan risiko, peran manajemen sangat penting karena pengontrolan risiko
membutuhkan ketersediaan semua sumber daya yang dimiliki , karena pihak manajemen
yang sanggup memenuhi ketersediaan ini. Semua konsep-konsep utama tersebut semakin
menyadarkan akan pentingnya kebutuhan pengelolaan K3 dalam bentuk manajemen yang
sistematis dan mendasar. Integrasi ini diawali dengan kebijakan untuk mengelola K3
menerapkan suatu sistem manajemen kesehatan dan keselamatam kerja. Sesuai dengan isi
dalam makalah ini, maka kami mengambil judul “Konsep Dasar K3, Hazard dan
pengendaliannya” untuk makalah ini.

1.1 Rumusan Masalah


1. Apa Definis Hazard (Bahaya)?
2. Apa Definisi dari Risk ( Resiko )?
3. Bagaimana Hubungan Bahaya dan Resiko?
4. Apakah Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control (HIRARC)?
5. Bagaimana Cara mengidentifikasi Bahaya (Hazard Identification ) ?
6. Bagaimanakah Penilaian Risiko (Risk Assessment ) ?

1.2 Tujuan
1. Untuk memaparkan definisi hazard
2. Untuk memaparkan definisi resiko
3. Untuk memaparkan Hubungan Bahaya dan Resiko
4. Dapat mengetahui Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control (HIRARC)
5. Memaparkan identifikasi Bahaya (Hazard Identification )
6. Dapat memaparkan Penilaian Risiko (Risk Assessment )

1.3 Manfaat

Dengan mempelajari Risk Assessment (penilaian resiko ) dapat memberikan banyak


manfaat bagi kita semua sebagai mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Manfaat-
manfaat yang diharapkan dapat diperoleh antara lain:

1. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dan masyarakat pada umumnya


tentang bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan yang
ada dalam masyarakat.

2. Memberikan kesadaran kepada mahasiswa dan masyarakat pada umumnya akan


pentingnya Risk Assesment dalam kesehatan dan keselamatan kerja.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Hazard dan Risiko Definisi, jenis dan hubungan antara bahaya dengan risiko akan
dijelaskan pada sub bab berikut ini.

2.1.1 Definisi Hazard ( Bahaya)

Menurut Departement of Occupational Safety and Health Malaysia (2008:5), hazard


(bahaya) adalah sebuah situasi atau sumber yang membahayakan dan memiliki potensi untuk
menyebabkan kecelakaan atau penyakit pada manusia, merusak lingkungan dan merusak
peralatan. Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi untuk
menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya (Ramli,
2010:57). Bahaya dan risiko adalah 2 istilah yang paling sering muncul jika membicarakan
tentang keselamatan dan kesehatan kerja.2 istilah tersebut saling berkaitan dan dimiliki oleh
setiap kegiatan industri walaupun kedua hal tersebut tidak diinginkan oleh setiap pemilik
industri.

Bahaya (hazard) merupakan suatu sumber potensi kerugian atau situasi dengan potensi
yang menyebabkan kerugian (AS/NZS, 1999). Hammer (1989) mengatakan bahwa hazard
merupakan kondisi yang berpotensi untuk menyebabkan injury terhadap orang, kerusakan
peralatan atau struktur bangunan, kerugian material, atau mengurangi kemampuan untuk
melakukan suatu fungsi yang telah ditetapkan. Hazard dapat dibedakan berdasarkan
kejadiannya, yaitu hazard yang disebabkan oleh alam (bencana alam) dan disebabkan oleh
manusia.

2.1.2 Jenis Hazard (Bahaya)

Hazard dapat dikelompokkan menjadi tujuh berdasarkan jenisnya (Hendra. 2006):

 Biological Hazard (bahaya biologi), seperti virus, jamur, bakteri, tanaman, dan binatang
yang menginfeksi manusia.
 Chemical Hazard (bahaya kimia), seperti bahaya yang ditimbulkan oleh bahan beracun
dan berbahaya (B3), debu, larutan kimia, uap kimia, daya ledak bahan kimia, oksidasi,
dan bahan kimia mudah terbakar.
 Ergonomic Hazard (bahaya ergonomi), seperti desain tempat kerja yang tidak sesuai,
material handling, pencahayaan yang kurang, gerakan tubuh terbatas, desain pekerjaan
yang dilakukan, dan pergerakan yang berulang-ulang.
4
 Physical Hazard (bahaya fisika), seperti radiasi, suhu panas, kebisingan, getaran, dan
tekanan.
 Psychological Hazard (bahaya psikososial), seperti jam kerja panjang, trauma,
lingkungan kerja tidak nyaman, dan sebagainya.
 Mechanical Hazard (bahaya mekanis), merupakan bahaya yang disebabkan benda-
benda bergerak, yang dapat menimbulkan dampak seperti terpotong, tergores, tersayat.
 Electrical Hazard (bahaya listrik), bahaya yang ditimbulkan oleh arus listrik pendek,
listrik statis.
Bahaya dan risiko yang tidak dikendalikan akan menimbulkan kecelakaan. World Health
Organization mendefinisikan kecelakaan sebagai kejadian yang tidak dapat dipersiapkan
penanggulangan sebelumnya, sehingga menghasilkan cidera .Sedangkan definisi kecelakaan
kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor: 03/Men/1998 adalah
suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan
korban jiwa dan harta benda.

Bahaya kerja dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu bahaya kesehatan, bahaya
keselamatan dan bahaya lingkungan. Bahaya kesehatan adalah segala aktivitas yang
menyebabkan timbulnya penyakit pada setiap pekerja. Bahaya keselamatan ialah aktivitas
yang dapat mengakibatkan kecelakaan atau kerusakan terhadap barang. Bahaya lingkungan
ialah bahaya yang dilepaskan ke lingkungan yang dapat menyebabkan efek yang bisa
merusak (Halim, 2016:280).

Menurut Ramli (2010:66) bahaya di klasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu bahaya
mekanis, bahaya listrik, bahaya fisis, bahaya biologis, dan bahaya kimia.

a. Bahaya Mekanis

Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan gaya
mekanika baik yang digerakan dengan penggerak maupun secara manual.

b. Bahaya Listrik

Bahaya listrik adalah bahaya yang bersumber dari energi listrik. Bahaya yang
didapatkan dari energi listrik seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan singkat.
Hampir semua lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan
listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik.

5
c. Bahaya Fisis

Bahaya fisis ialah bahaya yang berasal dari faktor fisis seperti bising yang dapat
mengakibatkan ketulian atau kerusakan pada indera pendengaran, tekanan, getaran, suhu
panas atau dingin, sinar ultra violet maupun infra merah, cahaya atau penerangan dan
radiasi dari bahan radioaktif,

d. Bahaya Biologis

Bahaya biologis adalah bahaya yang bersumber dari unsur biologis seperti flora dan
fauna yang berasal dari aktivitas kerja atau lingkungan kerja.

e. Bahaya Kimiawi

Bahaya kimiawi yakni bahaya yang bersumber dari bahan kimia baik dari sifat maupun
kandungannya. Bahaya yang ditimbulkan dari bahan-bahan kimia antara lain :

 Iritasi oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti cuka airaki, asam keras, dan
lainnya.
 Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat toxic.
 Kebakaran dan peledakan oleh bahan kimia yang bersifat mudah
 terbakar dan mudah meledak seperti golongan senyawa hidrokarbon yaitu minyak
tanah, premium, LPG dan lainnya. Polusi dan pencemaran lingkungan

2.1.3 Definisi Risiko

Risiko adalah kombinasi dari kemungkinan dan keparahan dari suatu kejadian (Ramli,
2013:15). Risiko memiliki makna ganda yaitu risiko dengan efek positif yang disebut
kesempatan atau opportunity dan risiko yang membawa efek negatif yang biasa disebut
dengan ancaman atau threat. Semakin besar potensi terjadinya suatu kejadian dan semakin
besar dampak yang ditimbulkannya, maka kejadian tersebut dinilai mengandung risiko tinggi.

Hazard terjadi karena adanya risiko, sehingga risiko dapat didefinisikan sebagai peluang
terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh bahaya (hazard) yang ada. Risiko menurut The
Standards Australia / New Zealand (1999) merupakan kemungkinan dari suatu kejadian yang
tidak diinginkan yang akan mempengaruhi suatu aktivitas atau objek. International Labor
Organization (ILO) mendefisinikan risiko sebagai kemungkinan adanya peristiwa atau
kecelakaan yang tidak diharapkan dan dapat terjadi dalam waktu dan keadaan tertentu. Risiko
sendiri dapat dikelompokkan menjadi 5 kategori (kolluru, 1996), yaitu:
6
o Safety risk (risiko keselamatan) , berkaitan dengan keselamatan manusiadan
menimbulkan efek langsung (kecelakaan).
o Health risk (risiko kesehatan) , berkaitan dengan kesehatan manusia, menimbulkan
efek tidak langsung, dan bersifat kronis.
o Environmental risk (risiko lingkungan) , berkaitan dengan dampak yang timbul pada
habitan dan ekosistem yang jauh dari sumber risiko. Melibatkan interaksi antara
populasi, komunitas, dan ekosistem pada tingkat makro dan mikro.
o Public welfare goodwill risk (risiko kesejahteraan masyarakat) , berkaitan dengan
nilai dari suatu sistem yang didalamnya terdapat persepsi masyarakat terhadap nilai
properti dan estetik.
o Financial risk (risiko keuangan) ,berkaitan dengan risiko jangka panjang dan jangka
pendek dari kerugian properti, perhitungan asuransi, pengembalian pada lingkungan,
kesehatan dan keselamatan investasi.

2.1.4 Jenis Risiko

Risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi atau sebuah perusahaan dipengaruhi oleh
beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar. Risiko dibagi menjadi tujuh jenis risiko
sesuai dengan sifat, lingkup, skala dan jenis kegiatannya (Ramli, 2010:21).

1. Risiko Finansial
Risiko finansial adalah risiko yang berkaitan dengan aspek keuangan. Risiko
finansial berdampak pada kinerja keuangan perusahaan, seperti kejadian risiko akibat
fluktuasi mata uang, tingkat suku bunga, termasuk juga risiko pemberian kredit.
2. Risiko Pasar
Risiko pasar dapat terjadi terhadap perusahaan yang produknya dikonsumsi atau
digunakan secara luas ditengah masyarakat. Risiko pasar berkaitan dengan identifikasi
pasar. Risiko ini terjadi akibat persaingan usaha, gaya hidup pelanggan dan perubahan
pola persaingan usaha.
3. Risiko Alam
Risiko alam berkaitan dengan bencana alam yang terjadi seperti angin topan, gempa
bumi, tsunami, tanah longsor, banjir dan letusan gunung berapi. Kerugian yang sangat
besar yang diakibatkan dari risiko alam menjadi salah satu ancaman bisnis global.
4. Risiko Operasional

7
Risiko operasional bersumber dari kegiatan operasional yang berkaitan dengan
bagaimana cara mengelola perusahaan dengan baik dan benar. Risiko operasional
suatu perusahaan berbeda dengan perusahaan lainnya sesuai dengan jenis, bentuk, dan
skala bisnisnya masing-masing. Risiko yang termasuk dalam risiko operasional adalah
sebagai berikut :
i. Ketenagakerjaan Tenaga kerja sebagai aset perusahaan juga memiliki risiko yang
harus diperhitungkan karena tenaga kerja yang dapat memicu kecelakaan atau
kegagalan dalam proses produksi.
ii. Teknologi Selain memiliki manfaat dalam peningkatan produktivitas aspek
pengembangan teknologi juga memiliki berbagai risiko yang berbahaya seperti
kecelakaan dan pengurangan tenaga kerja.
5. Risiko K3
Risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul dalam
aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan, material, dan lingkungan
kerja. Menurut OHSAS 18001:2007 risiko K3 adalah kombinasi dari kemungkinan
terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan keparahan dari cidera atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut. Risiko K3
dikonotasikan sebagai hal yang bersifat negatif (negative impact) seperti kecelakaan
kerja, kebakaran dan peledakan, penyakit akibat kerja, kerusakan sarana produksi atau
gangguan operasi.
6. Risiko Keamanan
Salah satu hal yang sangat berpengaruh dalam kelangsungan usaha adalah keamanan.
Risiko keamanan juga berkaitan dengan rahasia perusahaan seperti formula produk,
data informasi, data keuangan dan lainnya. Data perusahaan ini memiliki risiko untuk
ditembus pihak lain atau dibajak orang lain yang bisa mengakibatkan kerugian dalam
perusahaan.
7. Risiko Sosial
Risiko sosial adalah risiko yang berkaitan dengan lingkungan sosial dimana organisasi
atau perusahaan beroperasi. Aspek sosial budaya seperti latar belakang budaya,
tingkat kesejahteraan, dan pendidikan dapat menimbulkan risiko baik risiko positif
maupun risiko negatif.

2.2 Hubungan Bahaya dan Risiko

8
Bahaya dan risiko memiliki hubungan yang sangat erat. Risiko menggambarkan
besarnya kemungkinan suatu bahaya dapat menimbulkan kecelakaan serta besarnya
keparahan yang dapat diakibatkannya. Hubungan antara bahaya dan risiko dapat dilihat pada
gambar 2.1.

Berdasarkan gambar diatas, sumber bahaya mengandung sebuah risiko yang dapat
menimbulkan insiden terhadap manusia, lingkungan ataupun property. Besarnya risiko
ditentukan oleh berbagai faktor, seperti besarnya paparan, pengguna, lokasi, kuantitas serta
kerentanan unsur yang terlibat didalam sebuah risiko. Sehingga risiko digambarkan sebagai
peluang dan kemungkinan (probability) suatu bahaya untuk menghasilkan suatu kecelakaan
serta tingkat keparahan yang dapat ditimbulkan jika kecelakaan terjadi (severity).
Mengendalikan atau menghilangkan bahaya sehingga secaraotomatis risikonya juga dapat
dikurangi atau dihilangkan adalah sasaran utama dalam konsep keselamatan kerja.

Bahaya dan risiko yang tidak dikendalikan akan menimbulkan kecelakaan. World Health
Organization mendefinisikan kecelakaan sebagai kejadian yang tidak dapat dipersiapkan
penanggulangan sebelumnya, sehingga menghasilkan cidera riil.Sedangkan definisi
kecelakaan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor:
03/Men/1998 adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang
dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda. Ada beberapa teori tentang kecelakaan
kerja menurut para ahli, antara lain:
 Teori Henrich
Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian kejadian.
Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut, yaitu: lingkungan,
9
kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi tidak aman, kecelakaan, dan cedera atau
kerugian (Ridley, 1986).
 Teori Multiple Causation
Teori ini menyebutkan bahwa kecelakaan dapat terjadi karena lebih dari satu
penyebab.Penyebab kecelakaan tersebut adalah kondisi tidak aman (unsafe condition)
dan tindakan tidak aman (unsafe action).
 Teori Gordon
Menurut Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara korban
kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang tidak
dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor yang
terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab-penyebab
terjadinya kecelakaan maka karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya
kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus dapat diketahui secara detail.
 Teori Reason
Reason (1995-1997) menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat “lubang”
dalam sistem pertahanan.Sistem pertahanan ini dapat berupa pelatihan-pelatihan,
prosedur atau peraturan mengenai keselamatan kerja.

2.3 Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control (HIRARC)

HIRARC merupakan alat integrasi untuk mengidentifikasi, mengukur, dan


mengendalikan bahaya dari setiap tempat kerja dan kegiatannya.Ada 3 tahap dalam
penerapan HIRARC, yaitu identifikasi bahaya, penilaian risiko terhadap bahaya yang ada,
dan pengendalian risiko.

2.4 Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)

Langkah awal untuk menghilangkan atau mengendalikan bahaya adalah dengan


mengidentifikasi kehadiran bahaya di tempat kerja (Tarwaka,2008). Identifikasi bahaya
merupakan tahap awal dari penerapan HIRARC.Identifikasi bahaya menurut Soehatman
Ramli (2009) adalah suatu teknik komprehensif untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu
bahan, alat, atau sistem.Sedangkan identifikasi bahaya menurut Tarwaka (2008) merupakan
suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang
berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) yang
mungkin timbul di tempat kerja. Identifikasi bahaya dilakukan pada berbagai aspek di
10
perusahaan, dari kegiatan pekerja, kondisi lingkungan kerja, serta peralatan dan mesin yang
ada di lingkungan kerja. Semua potensi/risiko kecelakaan yang ada di lingkungan kerja akan
diidentifikasi penyebabnya. Jika risiko dari bahaya yang ada dapat diketahui, maka
perusahaan dapat lebih waspada dan melakukan langkah pencegahan, tapi tidak semua
bahaya dapat dikenali dengan mudah (Ramli,2010).

Menurut Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I, potensi bahaya diartikan
sebagai suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat menimbulkan kecelakaan/kerugian
berupa cedera, penyakit, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi yang telah
ditetapkan. Tarwaka (2008) mengatakan bahwa potensi bahaya merupakan sesuatu yang
berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan atau
bahkan menyebabkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja.Hasil dari
identifikasi bahaya akan dianalisa dan dilakukan penilaian risiko.

Ada 4 faktor penyebab utama terjadinya potensi/risiko bahaya, yaitu manusia (man),
material, lingkungan (environment), dan mesin (machine). Bahaya yang telah
diidentifikasikan akan dibagi kedalam 4 faktor tersebut. Banyak metode/teknik yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi bahaya, antara lain dengan metode inspeksi,
pengamatan/survey, kuesioner, audit, dan data-data statistik. Soehatman Ramli (2009)
mengatakan bahwa teknik identifikasi bahaya dapat diklarifikasikan sebagai berikut:

 Teknik Pasif
Identifikasi bahaya dengan teknik pasif mengenali bahaya dengan mengalaminya
secara langsung.Teknik ini sangat rawan, karena tidak semua bahaya dapat
menunjukkan eksistensinya sehingga dapat terlihat dengan mudah.Identifikasi bahaya
dengan teknik pasif diibaratkan seperti menyimpan bom waktu yang dapat meledak
setiap saat.Sebagai contoh, dalam suatu pabrik kimia terdapat berbagai jenis bahan
dan peralatan.Selama bertahun-tahun tidak pernah terjadi kecelakaan atau kejadian
lainnya di pabrik tersebut, tapi hal ini tidak menjadi pabrik tersebut aman dan tidak
mengandung bahaya.Apabila dilakukan identifikasi bahaya, mungkin dapat
ditemukan sumber bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan sewaktu-waktu
seperti kebakaran.
 Teknik Semi Proaktif
Identifikasi dengan teknik semi proaktif mengenali bahaya dengan mempelajari
pengalaman orang lain. Teknik ini kurang efektif karena tidak semua bahaya dapat
11
diketahui (hanya yang terjadi saja), tidak semua bahaya dilaporkan oleh korban, dan
kecelakaan telah terjadi dimana kecelakaan tersebut pasti menimbulkan kerugian.
 Teknik Proaktif
Identifikasi dengan teknik proaktif merupakan cara yang paling efektif. Teknik
proaktif mengenali bahaya sebelum bahaya tersebut terjadi dan menimbulkan dampak
yang merugikan.Kelebihan dari teknik proaktif yaitu bersifat continues improvement
karena mengenal bahaya secara dini sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan serta
mencegah biaya (cost) yang tidak diinginkan.

2.5 Penilaian Risiko (Risk Assessment)

Potensi bahaya yang telah teridentifikasi akan dilakukan penilaian risiko. Tahap ini akan
dilakukan prediksi tingkat risiko melalui evaluasi dan merupakan tahap yang sangat penting
dalam rangkaian penilaian risiko (Ichsan,2004). Penilaian risiko dilakukan untuk menentukan
besarnya tingkat risiko bahaya yang ada. Risiko (Risk) merupakan suatu kemungkinan
terjadinya kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu (Tarwaka,2008). Tingkat
risiko yang telah diketahui dapat menjadi dasar bagi perusahaan untuk melakukan prioritas
upaya pencegahan bahaya dengan mengutamakan pencegahan bahaya yang memiliki tingkat
risiko tinggi.

Tingkat risiko bahaya didapatkan dari hubungan antara kemungkinan terjadinya bahaya
(probability) dan keseriusan bahaya yang ditimbulkan dari suatu aktifitas (severity).
Probability dan severity dari terjadinya bahaya suatu aktifitas ditentukan berdasarkan skala
dengan mempertimbangkan tingkat potensinya.

Untuk melakukan penilaian risiko, diperlukan beberapa data dari perusahaan seperti
kegiatan yang dilakukan, frekuensi dilakukannya, dan berapa pekerja yang melakukan
kegiatan tersebut. Ada 2 cara penilaian risiko yang dapat dilakukan, yaitu penilaian risiko
dengan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif merupakan metode
penilaian risiko secara subjektif dengan mempertimbangkan faktor kemungkingan
(probability) dan faktor keseriusan risiko (severity).

Sedangkan metode kuantitatif merupakan penilaian risiko dengan menggunakan data-


data penting dari perusahaan, yang mempertimbangkan faktor kemungkinan estimasi waktu
dan biaya. Penggunaan metode untuk penilaian risiko disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan perusahaan.Hasil dari penilaian risikoakan diolah dan dianalisa untuk menentukan

12
tingkat risiko bahaya yang terjadi dari yang terendah hingga risiko bahaya yang tidak dapat
diterima perusahaan. Hasil dari penilaian risiko akan sangat mempengaruhi tahap
pengendalian risiko, dimana pengendalian risiko akan mengutamakan
perbaikan/pengendalian risiko dari kegiatan yang memiliki risiko paling tinggi.

Penilaian Risiko (Risk Assesment)

Risk assesment dilakukan melalui dua tahapan proses, yaitu analisis risiko dan evaluasi
risiko.

a. Analisis risiko dimaksudkan untuk menentukan besarnya suatu risiko yang


merupakan kombinasi antara kemungkinan terjadinya (likelihood) dan keparahan bila
risiko tersebut terjadi (severity atau consequences). Likelihood menunjukan seberapa
mungkin kecelakaan itu terjadi, menurut standar AS/NZS 4360 kemungkinan atau
Likelihood diberi rentang antara suatu risiko yang jarang sampai dengan risiko yang
dapat terjadi setiap saat. Severity atau tingkat keparahan diberi rentang antara dampak
terkecil sampai dampak terbesar dari suatu risiko. Skala dari nilai likelihood dan
severity dapat dilihat pada tabel 2.1 dan tabel 2.2.

Tabel 2.1Skala “ likelihood”pada standar AS/NSZ 4360

Tingkat Deskripsi Keterangan

5 Almost Certain Terdapat ≥ 1 kejadian dalam sehari

4 Likely Terdapat ≥ 1 kejadian dalam seminggu

3 Possible Terdapat ≥ 1 kejadian dalam sebulan

2 Unlikely Terdapat ≥ 1 kejadian dalam setahun

1 Rare Terdapat < 1 kejadian dalam setahun

Sumber :Adaptasi AS/NZS 4360 : 1999 melalui hasil braonstorming

13
Tabel 2.2Skala “ Severity” pada standar AS/NZS 4360

Tingkat Deskripsi Keterangan

1 Insignificant Tidak terjadi cedera, kerugian finansial sedikit

2 Minor Cedera ringan, kerugian finansial sedang

3 Moderate Cedera sedang, perlu penanganan media,


kerugian finansial besar
4 Major Cedera berat ≥ 1 orang, kerugian besar,
gangguan produksi

5 Catastrophic Fatal ≥ 1 orang, kerugian sangat besar dan


dampak sangat luas, terhentinya seluruh
kegiatan
Sumber : AS/NZS 4360 :1999

Setelah didapatkan nilai likelihood dan severity selanjutnya menentukan nilai


risiko untuk mendapatkan level risiko. Untuk mendapatkan nilai risiko dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

Risk = likelihood x severity

Untuk memudahkan dalam memahami penilaian risiko, berikut contoh penilaian


risiko pada penelitian Gunawan, dkk (2015) yang dapat dilihat pada tabel 2.4

Tabel 2.3 Contoh Perhitungan Nilai Resiko

Sumber Bahaya Potensi Potensi L S Total


Bahaya Risiko

Operator tidak ahli Bahan baku Luka 2 3 6


dalam mengendarai kimia pada
forklift terjatuh badan

Sumber : Gunawan,dkk(2015:423 )

Setelah mendapatkan nilai risiko selanjutnya di masukan ke dalam risk matrix


untuk mengetahui level risiko dari bahaya yang teridentifikasi. Skala risk matrix dapat
dilihat pada tabel 2.3.
14
Tabel 2.4 Skala “ Risk Matrix” padastandar AS/NZS 4360

Severity

Likelihood 1 2 3 4 5

5 H H E E E

4 M H H E E

3 L M H E E

2 L L M H E

1 L L M H H

Sumber : AS/NZS 4360 : 1999

Keterangan :

 L-Low Risk = Risiko dapat diterima. Pengendalian tambahan tidak


diperlukan.
 M-Moderate Risk = Perlu tindakan untuk mengurangi risiko, tetapi
biaya pencegahan yang diperlukan harus diperhitungkan dengan teliti
dan dibatasi.
 H-High Risk = Kegiatan tidak boleh dilaksanakan sampai risiko telah
direduksi. Penanganan risiko harus segera dilakukan.
 E-Extreme Risk = kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan
sampai risiko telah direduksi. Jika tidak memungkinkan mereduksi
risiko, maka pekerjaan harus segera dihentikan.

Contoh pemetaan risiko pada penelitian Gunawan, dkk (2015) dapat


dilihat pada tabel 2.5.

15
Tabel 2.5 Contoh pemetaan menurutAS/NZS 4360

Severity

1 2 3 4 5
Likelihood
3
5 H H E E E

4 M H H E E

3 L M H E E

2 L L M H E
2 M
1 L L M H H

Sumber : as/nzs 4360: 1999

Pada penilaian risiko pada tabel 2.4 didapatkan hasil nilai likelihood ada
pada skala 2 dan nilai severity pada skala 3, setelah dipetakan dalam risk matrix
didapatkan hasil bahwa potensi bahaya “Bahan baku kimia terjatuh” termasuk risiko
dengan kategori moderate risk dengan matrix berwarna kuning yang berarti bahwa
bahaya ini perlu tindakan untuk mengurangi risiko, tetapi biaya pencegahan yang
diperlukan harus diperhitungkan dengan teliti dan dibatasi.

b. Evaluasi risiko dimaksudkan untuk menilai apakah risiko tersebut dapat diterima atau
tidak sesuai dengan skala prioritas yang telah didapat pada proses analisis risiko,
dengan membandingkan terhadap standar yang berlaku ataupun kemampuan
perusahaan dalam menghadapi suatu risiko.

2.6 Pengendalian Risiko (Risk Control)

Risiko yang telah diidentifikasi dan dilakukan penilaian membutuhkan sebuah


pengendalian untuk menurunkan tingkat dari risiko tersebut.Pengendalian risiko juga
merupakan tahap terakhir dari penerapan HIRARC. Pengendalian risiko dilakukan dengan
mempertimbangkan hasil dari penilaian risiko yang telah dilakukan.Tujuan dilakukan
pengendalian risiko yaitu untuk menghilangkan risiko bahaya yang ada, minimal mengurangi
risiko bahaya hingga tingkat yang dapat diterima oleh perusahaan (titik aman).

16
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam keseluruhan
manajemen risiko. risiko yang telah diketahui besar dan potensi akibatnya harus dikelola
dengan tepat, efektif dan sesuai dengan kemampuan dan kondisi perusahaan. OHSAS 18001
memberikan pedoman hirarki pengendalian risiko yang terdiri dari lima pengendalian untuk
bahaya K3 yaitu eliminasi, subtitusi, engineering control, administrative control dan alat
pelindung diri (Ramli, 2010:104).

1. Eliminasi
Pengendalian risiko dengan memindahkan/menghilangkan sumber/aktifitas bahaya.
Cara ini merupakan cara pengendalian risiko yang paling baik karena risiko terjadinya
kecelakaan telah dihilangkan.Contohnya, memberikan penutup gergaji pada mesin
potong yang ada di lingkungan kerja.
2. Substitusi
Pengendalian risiko dengan melakukan penggantian mesin, material, aktifitas, atau
instruksi kerja guna mengurangi potensi bahaya yang terjadi.Contohnya, mengganti
lantai yang rusak dengan yang baru untuk mengurangi potensi bahaya pekerja
terjatuh.
3. Rekayasa Teknik (Engineering)
Pengendalian risikodengan cara rekayasa teknik dilakukan dengan memodifikasi/
instalasi alat/mesin/aktifitas/area supaya menjadi lebih aman. Pengendalian risiko
secara teknis memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu menghilangkan
potensi bahaya yang ada dengan tidak tergantung pada perubahaan kebiasaan
operator/pekerja. Kekurangannya yaitu pengendalian risiko ini memiliki kemungkinan
tidak dapat dilakukan karena biaya yang tinggi dan waktu yang relatif
lama.Contohnya, menambahkan hydrant pada area yang memiliki potensi kebakaran.
4. Administratif
Pengendalian risiko secara administratif dengan melakukan penerapan
prosedur/aturan kerja, pelatihan, serta pengendalian visual di tempat kerja guna
mengurangi potensi bahaya yang mungkin terjadi.Keberhasilan pengendalian risiko
dengan metode administratif bergantung pada sistem pengawasan pelaksaaan
pengendalian dan tingkat laku dari pekerja. Contohnya, rotasi kerja dengan tujuan
mengurangi kejenuhan dan penerapan prosedur kerja (SOP).
5. Alat Pelindung Diri (APD)

17
Pengendalian risiko dengan memberikan alat pelindung diri.Pengendalian risiko ini
merupakan pengendalian risiko dengan hierarki paling bawah/terakhir.APD hanya
berfungsi sebagai penghalang antara pekerja dan hazard.Keberhasilan dari
penggunaan APD bergantung pada sistem pengawasan pengendalian dan tingkah
laku/ kesadaran dari pekerja. Contohnya, mewajibkan untuk menggunakan safety
helm dan safety shoes selama berada di area pabrik.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

19
DAFTAR PUSTAKA
https://dewey.petra.ac.id/repository/jiunkpe/jiunkpe/s1/tmi/2014/jiunkpe-is-s1-2014-
25410007-30937-penyusunan-chapter2.pdf
file:///C:/Users/37%20Computer/Downloads/BAB%20II.pdf

kalau bisa ye + upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko
(risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan

20

Anda mungkin juga menyukai