Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

RESEP DAN COPY RESEP

Disusun Oleh :
Nama : Anggi Ning Sasmita
NPM : 190106003
Dosen Pengampuh :
Siti Sa’idah M.Pd

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS KESEHATANUNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWUTAHUN
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Bahasa Indonesia dengan judul “RESEP DAN COPY
RESEP”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua


pihak yang telah membantu terwujudnya makalah ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca demi
penyempurnaan tugas ini, semoga tugas ini dapat dimanfaatkan sebagaimana
mestinya.

Gadingrejo,  21 Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................3
C. Tujuan..................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Resep Dan Copy Resep.........................................................4
B. Bagian-bagian Dari Resep dan Copy Resep........................................5
C. Ketentuan Resep, Copy Resep dan Apoteker......................................6
D. Komponen Resep Menurut Fungsinya................................................8
E. Penulisan Resep...................................................................................9
F. Kaidah-kaidah Penulisan Resep..........................................................11
G. Penyimpanan Resep dan Copy Resep.................................................12
H. Pelayanan Apotek Terhadap Resep.....................................................13
I. Permasalahan Terkait Dengan Resep Di Apotek................................13
J. Aturan Pengulangan Copy Resep........................................................14
K. Bahaya Pengulangan Copy Resep.......................................................15

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .........................................................................................18
B. Saran....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical Care) saat ini bukan hanya
sekedar melayani pembelian dan menyerahkan obat kepada pasien. Kegiatan
pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat
sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Perubahan tersebut
memberikan tantangan bagi apoteker untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan perilaku agar dapat menyediakan pelayanan farmasi yang
optimal untuk menunjang keberhasilan pasien. 4 Pelayanan kefarmasian
yang optimal perlu didukung dengan pemberian informasi, edukasi serta
monitoring penggunaan obat oleh apoteker untuk memastikan tujuan terapi
pasien telah tercapai dan terdokumentasi dengan baik. Selain itu, apoteker
juga harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan
pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan. Oleh sebab itu
apoteker harus menerapkan standar-standar pelayanan kefarmasian dalam
menjalankan praktik kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian di apotek
telah ditetapkan oleh pemerintah melalui SK Nomor 73 tahun 2016.
Pelayanan farmasi yang sesuai dengan standar akan mengurangi risiko
terjadinya medication error. Selain itu juga memenuhi kebutuhan dan
tuntutan masyarakat sehingga masyarakat akan memberikan persepsi yang
baik terhadap apotek. Telah ada kesepakatan bahwa mutu pelayanan
kesehatan dititikberatkan pada kebutuhan dan tuntutan pengguna jasa yang
berkaitan dengan kepuasan pasien sebagai konsumen.
Resep merupakan perwujudan cara terapi dokter kepada penderita
yang memerlukan pengobatan. Menurut peraturan resep harus ditulis dengan
jelas dan lengkap, dan apotek harus menyerahkan obat kepada pasien sesuai
dengan yang tertulis dalam resep.

1
Banyak dari kesalahan penulisan resep, salah membacaresep karena
tulisan tidak jelas, salah penyiapan dan penyerahan resep oleh petugas
farmasi, sampai kesalahan dalam mengonsumsi obatbisa menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan karena pada umumnya di Indonesia, resep obat
masih dibuat dengan tulisan tangan dokter, tidak seperti halnya di negara
barat yang sudah menggunakan alat elektronika. Karena masih dengan
tilisan tangan inilah sering kali terjadi salah baca oleh apoteker. Contohnya,
antara nama obat yang diresepkan dan yang diberikan kepada pasien sering
tertukar. Lebih parahnya lagi jika alamat dan nomor kontak diresep juga
tidak jelas terbaca. Kesalahan tersebut juga bisa terjadi karena tidak adanya
salah satu syarat yang harus dimuat dalam resep.
Kesalahan-kesalahan seperti itu seharusnya bisa dicegah. Oleh karena
itu kamimembuat makalah yang berjudul”resep” untuk bisa menjadi acuan
dalam penulisan resep yang benar sehingga kesalahan-kasalahan dalam
penulisan resep bisa dicegah.
Resep dapat diartikan sebagai Permintaan Tertulis dari seorang
Dokter maupun Dokter Hewan terhadap sejumlah Obat atau Alat Kesehatan
kepada seorang Apoteker di Apotek. Resep adalah permintaan tertulis
seorang dokter, dokter gigi atau dokter hewan yang diberi izin berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada apoteker pengelola
apotik untuk menyediakan dan menyerahkan obat-obatan bagi penderita.
Dokter gigi diberi izin menulis resep dari segala macam obat untuk
pemakaian gigi dan mulut dengan cara injeksi/parenteral atau cara pakai
lainnya. Sedangkan pembiusan atau patirasa secara umum tetap dilarang
bagi dokter gigi sesuai surat edaran dari Depkes RI No. 19/Ph/62 2 Mei
1962.
Dokter hewan diberi izin untuk menulis resep dari segala macam
obat yang digunakan khusus untuk hewan.
Resep disebut juga formulae medicae, terdiri dari formulae
officinalis (yaitu resep yang tercantum dalam buku farma-kope atau buku
lainnya dan merupakan standar) dan formulae magistralis (yaitu resep yang

2
ditulis oleh dokter)formulae medicae, terdiri dari formulae officinalis (yaitu
resep yang tercantum dalam buku farma-kope atau buku lainnya dan
merupakan standar) dan formulae magistralis (yaitu resep yang ditulis oleh
dokter)
Copy resep atau turunan resep adalah salinan resep yang dibuat oleh
apoteker atau apotek. Selain memuat semua keterangan obat yang terdapat
pada resep asli. Salinan resep atau resep hanya boleh diperlihatkan kepada
dokter penlis resep, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau
petugas lain yang berwenang menurutperaturan perundangan-undangan
yang berlaku.

B. Rumusan Masalah
Permasalahan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Definisi Resep Dan Copy Resep
2. Bagian-bagian Dari Resep dan Copy Resep
3. Ketentuan Resep, Copy Resep dan Apoteker
4. Komponen Resep Menurut Fungsinya
5. Penulisan Resep
6. Kaidah-kaidah Penulisan Resep
7. Penyimpanan Resep dan Copy Resep
8. Pelayanan Apotek Terhadap Resep
9. Permasalahan Terkait Dengan Resep Di Apotek
10. Aturan Pengulangan Copy Resep
11. Bahaya Pengulangan Copy Resep

C. Tujuan
Berikut tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:Definisi Resep Dan Copy
Resep, Bagian-bagian Dari Resep dan Copy ResepKetentuan Resep, Copy
Resep dan Apoteker, Komponen Resep Menurut Fungsinya,
Penulisan Resep, Kaidah-kaidah Penulisan Resep,Penyimpanan Resep dan
Copy Resep, Pelayanan Apotek Terhadap ResepPermasalahan Terkait

3
Dengan Resep Di Apotek, Aturan Pengulangan Copy Resep, Bahaya
Pengulangan Copy Resep.
BAB II 
PEMBAHASAN

A. Definisi Resep Dan Copy Resep


ResepadalahpermintaantertuliskepadaApotekerPengelolaApotek (APA)
untukmenyediakan dan menyerahkanobatbagipenderitadaridokter, doktergigi,
ataudokterhewan yang diberiizinberdasarkanperaturanperundang-undangan.
Umumnyaresepditulisdalam bahasa latin. Jikatidakjelasatautidaklengkap,
apotekerharusmenanyakankepadadokterpenulisreseptersebut.
Resep disebut juga formulae medica, terdiri dari :
1.     Formulae officinalis, yaitu resep yang tercantum dalam buku farmakope
atau buku lainnya yang merupakan standar.
2.      Formulae megistralis, yaitu resep yang ditulis oleh Dokter.
Resep asli tidak boleh diberikan setelah obatnya diambil oleh pasien,
hanya dapat diberikan copy resep atau salinan resep. Resep asli tersebut harus
disimpan di apotek dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain kecuali
diminta oleh:
1. Dokter yang menulisnya atau yang merawatnya.
2. Pasien yang bersangkutan.
3. Pegawai (kepolisian, kehakiman, kesehatan) yang ditugaskan untuk
memeriksa, serta
4. Yayasan atau lembaga lain yang menggung biaya pasien.
Copy resep atau turunan resep adalah salinan resep yang dibuat oleh
apoteker atau apotek. Selain memuat semua keterangan obat yang terdapat
pada resep asli. Istilah lain dari copy resep adalah apograph, exemplum,
afschrtif. Apabila Apoteker Pengelola Apoteker berhalangan melakukan
tugasnya, penandatanganan atau pencantuman paraf pada salinan resep yang
dimaksud atas dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti
dengan mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan.

4
Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis atau yang
merawat penderita-penderita sendiri dan petugas kesehatan atau petugas lain
yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. (contohnya
petugas pengadilan bila diperlukan untuk suatu perkara).

B. Bagian-bagian Dari Resep dan Copy Resep


1. Resep harus memuat :
a. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi, atau dokter
hewan.
b. Tanggal penulisan resep (superscriptio/inscriptio)
c. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep, nama setiap obat
atau komposisi obat (invocatio/inscriptio)
d. Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio/ordonatio)
e. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)
f. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep (subscriptio)
g. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter
hewan
h. Tanda seru atau paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis.

2. Salinan resep memuat :


a. Semua keterangan yang terdapat dalam resep asli
b. Nama dan alamat apotek
c. Nama dan nomor Surat izin pengelolaan apotek
d. Tanda tangan atau paraf APA
e. Tanda det atau detur untuk obat yang sudah diserahkan; tanda nedet
atau nedetur untuk obat yang belum diserahkan
f. Nomor resep dan tanggal peresepan

5
C. Ketentuan Resep, Copy Resepdan Apoteker
1. Ketentuan Resep
a. Resepharusditulisdenganjelas dan lengkap.
b. Apabila reseptidakdapatdibacadenganjelasatautidaklengkap,
apotekerwajibmenanyakankepadapenulisresep.
c. Apabila
apotekermenganggapbahwadalamresepterdapatkekeliruanataupenulisa
nresep yang tidaktepat,
apotekerharusmemberitahukankepadadokterpenulisresep.
d. Apabila dokterpenulisreseptetap pada pendiriannya,
tanggungjawabsepenuhnyadipikulolehdokter yang bersangkutan
(dokterwajibmenyatakannya secara tertulisataumembubuhkan tanda
tangan yang lazim di atas resep).
e. Apabila apotekermenganggap pada resepterdapatkekeliruan yang
berbahaya dan tidakdapatmenghubungidokterpenulisresep,
penyerahanobatdapatditunda.
f. Resep dokter hewan hanya ditujukan untuk penggunaan pada hewan.
g. Dokter gigi diberi izin untuk menulis segala macam obat dengan cara
parenteral (injeksi) atau cara-cara pemakaian lain, khusus untuk
mengobati penyakit gigi dan mulut.
h. Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera, dokter dapat
memberikan tanda ” cito/statim/urgent (segera), P I M/periculum in
mora (berbahaya bila ditunda)” pada bagian kanan resep, dan harus
didahulukan dalam pelayanannya.
i. Resep p.p /pro paupere (resep untuk orang miskin), dimaksud agar
apotek dapat meringankan harga obat atau bila dapat diberi gratis.
j. Pada resep asli yang diberi tanda ”n.i”/ne iteratur (tidak boleh
diulang), maka apotek tidak boleh mengulangi penyerahan obat atas
resep yang sama
k. Resep yang mengandung narkotika :
1) Harus ditulis tersendiri

6
2) Tidak boleh ada iterasi (ulangan)
3) Dituliskan nama pasien, tidak boleh m.i/mihi ipsi atau
u.p/usus    propius (untuk pemakaian sendiri)
4) Alamat pasien ditulis dengan jelas
5) Aturan pakai (signa) ditulis dengan jelas, tidak boleh ditulis
s.u.c /signa usus cognitus (sudah tahu aturan pakai)

2. KetentuanCopy Resep
a. Salinan resep harus ditandatangani oleh APA (bila tidak ada dilakukan
oleh apoteker pendamping, asisten apoteker kepala, apoteker
supervisor atau apoteker pengganti dengan mencantumkan nama
terang dan status yang bersangkutan).
b. Resep/salinan resep harus dirahasiakan.
c. Resep/salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis
resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan,
petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Ketentuan Apoteker
a. Apoteker = sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan
sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan per-UU
yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia
sebagai apoteker.
b. Apoteker pengelola apotek (APA) = apoteker yang telah diberi Surat
Izin Apotek (SIA=surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada
apoteker atau apoteker bekerja sama dengan pemilik sarana untuk
menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu).
c. Apoteker pendamping = apoteker yang bekerja di apotek disamping
APA dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka
apotek.

7
d. Apoteker supervisor = apoteker yang menggantikan APA selama APA
tersebut tidak berada di tempat lebih dari satu hari sampai tiga bulan
secara terus-menerus, telah memiliki surat ijin pengelola apotek dan
dapat berupa APA pada salah satu apotek lain.
e. Apoteker pengganti = apoteker yang menggantikan APA selama APA
tersebut tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus-
menerus, telah memiliki Surat Iin Kerja dan tidak bertindak sebagai
APA di apotek lain.

D.  Komponen Resep Menurut Fungsinya


Menurut fungsi bahan obatnya, komponen resep terbagi atas :
1. Remidium Cardinal, adalah bahan atau obat yang berkhasiat utama
2. Remidium Ajuvans, adalah bahan atau obat yang menunjang bekerjanya
bahan obat utama
3. Corrigens, adalah zat tambahan yang digunakan untuk memperbaiki
warna, rasa dan bau dari obat utama.
Corrigens dapat kita bedakan sebagai berikut :
a. Corrigens Actionis, digunakan untuk memperbaiki kerja zat
berkhasiat utama.
Contohnya pulvis doveri terdiri dari kalii
sulfas, ipecacuanhae radix, dan opii pulvis.
Opii pulvis sebagai zat berkhasiat utama
menyebabkan orang sukar buang air besar,
karena itu diberi kalii sulfas sebagai pencahar
sekaligus memperbaiki kerja opii pulvis tsb.
b. Corrigens Odoris, digunakan untuk memperbaiki bau dari obat.
Contohnya oleum Cinnamommi dalam emulsi
minyak ikan.
c. Corrigens Saporis, digunakan untuk memperbaiki rasa obat.
Contohnya saccharosa atau sirupus simplex
untuk obat - obatan yang pahit rasanya.
d. Corrigens Coloris, digunakan untuk memperbaiki warna obat .

8
Contohnya obat untuk anak diberi warna
merah agar menarik untuk diminum.
e. Corrigens Solubilis, digunakan untuk memperbaiki kelarutan dari
obat utama. Contohnya Iodium dapat mudah
larut dalam larutan pekat KI / NaI
4. Constituens / Vehiculum / Exipiens, merupakan zat tambahan atau bahan
obat yang bersifat netral dan dipakai sebagai bahan pengisi dan pemberi
bentuk, sehingga menjadi obat yang cocok.

E. Penulisan Resep
Dalam resep harus memuat:
1. Nama, alamat dan nomor izin praktek Dokter, Dokter gigi, dan Dokter
hewan,
2. Tanggal penulisan resep (inscription),
3. Tanda R/pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat atau
komposisi obat (invocation),
4. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura),
5. Tanda tangan atau paraf Dokter penulis resep, sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku (subcriptio),
6. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep Dokter hewan,
7. Tanda seru dan paraf Dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimal.
8. Resep Dokter hewan hanya ditujukan untuk pengguna pada hewan.
9. Resep yang mengandung narkotika harus ditulis tersendiri yaitu tidak
boleh ada iterasie (ulangan); ditulis nama pasien tidak boleh m.i = mihi
ipsi ( untuk di pakai sendiri); alamat pasien dan aturan pakai (signa) yang
jelas, tidak boleh di tulis sudah tahu pakainya (usus cognitus).
10. Bila Dokter tidak ingin resepnya yang mengandung obat keras tanpa
sepengetahuannya diulang, Dokter akan menulis tanda N.I = Ne iteratur
(tidak boleh diulang).
Jadi resep yang tidak boleh diulang ialah :

9
Resep yang mengandung obat narkotika atau obat lain yang di tetapkan oleh
Menkes c.q Dirjen. POM. Harus dengan resep baru.

Contoh Resep :

Resep untuk pengobatan segera :


Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera dokter dapat memberi
tanda :
a. Cito                   :  segera
b. Urgent / statim  :  penting
c. P.I.M                :  Pariculum In Mora = berbahaya bila di tunda

Yang berhak menulis resep yaitu:


a. Dokter
b. Dokter gigi, terbatas pengobatan gigi dan mulut.
c. Dokter hewan terbatas pengobatan hewan. 

F. Kaidah-kaidah Penulisan Resep

10
1. Suatu obat dalam resep sebaiknya tidak menuliskan gr, yang
bilamana dimaksud ialah satuan gram. Suatu angka di belakang nama obat
dalam resep otomatis berarti gram sedangkan gr. adalah granum yang
beratnya hanya 65 mg.
2. Titik desimal untuk dosis obat harus ditempatkan dengan tepat. Kesalahan
penempatan titik desimal dapat menyebabkan dosis/kekuatan obat menjadi
10 kali dari dosis/kekuatan yang dimaksud.
3. Nama obat ditulis dengan jelas. Penulisan nama obat yang tidak jelas
dapat menyebabkan kekeliruan dalam pengambilan obat yang akan
diberikan kepada pasien. 
4. Kekuatan dan jumlah obat ditulis dalam resep dengan jelas. Kekuatan obat
adalah jumlah obat yang terkandung dalam tiap tablet dan
supositoria (miligram) atau dalam larutan mililiter. Singkatan yang
berlaku internasional adalah mg untuk miligram dan ml untuk mililiter.
5. Harus hati-hati bila memberikan beberapa obat secara bersamaan
yaitu beberapa bahan obat yang dicampurkan dalam satu R/ (recipe) dan
beberapa bentuk sediaan diberikan dalam beberapa R/ (recipe) dalam satu
kertas resep, setiap sediaan itu oleh penderita harus diminum pada waktu
bersamaan.
6. Dosis tiap obat yang diberikan seharusnya diperhitungkan dengan tepat
serta diperhitungkan juga semua factor individual penderita, terutama
umur dan berat badannya.
7. Harus diketahui dulu kondisi penderita secara akurat sebelum menentukan
pengobatan.
8. Terapi dengan obat diberikan hanya bila ada indikasi yang jelas dan tidak
karena penderita mendesak meminta suatu obat tertentu.
9. Ketentuan mengenai obat dituliskan dengan jelas di atas resep, sehingga
nanti akan tertera pada etiket yang dipasang pada wadah obat.
10. Pemberian obat yang terlalu banyak sebaiknya dihindari karena bisa
bahaya.

11
11. Pemberian obat dalam jangka waktu yang terlalu lama sebaiknya
dihindari.
12. Tata cara penggunaan obat diterangkan kepada pasien dengan jelas.
13. Kemungkinan bahaya bila meminum obat lain disamping obat yang
diberikan dokter diberitaukan kepada pasien.
14. Efek samping atau kelainan tertentu akibat dari obat
yang diberikan, diberitahukan kepada pasien.

Penulisan jumlah obat dalam resep mutlak diperlukan


untuk menentukan lama terapi pasien. Jika jumlah obat tidak dituliskan, maka
berapa banyak obat yang harus diberikan kepada pasien tidak dapat
ditentukan, akibatnya resep tidak dapat dilayani. Keadaan ini berpotensi
menghambat pelayanan.

G. Penyimpanan Resep dan Copy Resep


1. Resep yang telah dikerjakan diatur menurut tanggal dan nomor urut
penerimaan resep dan harus disimpan minimal tiga tahun.
2. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya.
3. Resep yang telah disimpan lebih dari tiga tahun dapat dimusnahkan
dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai oleh APA
bersama sekurang-kurangnya seorang petugas apotek, dan harus dibuat
berita acara pemusnahan.
4. Apoteker Pengelola Apotik mengatur resep yang telah dikerjakan menurut
urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep. Resep harus disimpan
sekurang-kurangnya selama 3 tahun. Resep yang mengandung narkotika
harus dipisahkan dari resep lainnya.Resep yang disimpan melebihi jangka
3 tahun dapat dimusnahkan.
5. Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain
yang memadai oleh Apoteker Pengelola Apotik bersama-sama dengan
sekurang-kurangnya seorang petugas apotik. Pada pemusnahan resep harus
dibuat berita acara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang telah

12
ditentukan, rangkap 4 dan ditanda-tangani oleh APA bersama dengan
sekurang-kurangnya seorang petugas apotik.
6. Apoteker tidak dibenarkan mengulangi penyerahan obat atas dasar resep
yang sama apabila pada resep aslinya tercantum tanda n.i. ( ne iteratur =
tidak boleh diulang) atau obat narkotika atau obat lain yang oleh Menkes
(khususnya Dir Jen. POM) yang ditetapkan sebagai obat yang tidak boleh
diulang tanpa resep baru dari dokter.

H. Pelayanan Apotek Terhadap Resep


1. Apotek wajib melayani resep dari dokter, dokter gigi, dan dokter hewan.
2. Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab APA.
3. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan
keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.
4. Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis di dalam
resep dengan obat paten.
5. Bila pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis di dalam resep,
apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang
lebih tepat.
6. Apotekdapatmelakukanpembuatan, pengubahanbentuk, peracikanobat dan
vahanobatuntukpelayananresepdokter, doktergigi dan dokterhewan.
7. Apotekdapatmelakukanpembuatan, pengubahanbentuk, peracikanobat dan
vahanobatuntukpelayananlangsungtanparesepkhususuntukobat bebas dan
bebas terbatas.
8. Apotekdapatmelakukanpembuatan, pengubahanbentuk, peracikanobat dan
vahanobatuntukpelayananlainsesuaidenganketentuanperundang-undangan
yang berlaku.

I. Permasalahan Terkait Dengan Resep Di Apotek


1. Resep palsu
a. Sering dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab,
terutama para pengguna narkotika dan psikotropika.
b. Beberapa ciri resep berisi narkotika/psikotropika palsu :

13
1) Pasien/pembawa resep terlihat ragu-ragu/tidak percaya diri ketika
menyerahkan resep.
2) Perilaku pasien/pembawa resep menunjukkan ciri pengguna
narkotika/psikotropika (ex. dari mulut pasien keluar aroma alkohol,
mata merah dan pandangan tidak fokus).
3) Penyakit yang diderita tidak jelas atau tidak sesuai dengan indikasi
obat.
4) Dokter penulis resep bukan dokter yang terutama menangani
penyakit yang disebutkan.
5) Isi/obat dalam resep tidak rasional (ex. untuk psikotropika tertentu
ditulis dalam jumlah sangat banyak)
6) Resep yang dibawa berupa salinan resep, sedangkan resep aslinya
tidak disimpan oleh apotek yang bersangkutan.
c. Perlu diwaspadai juga jenis obat lain yang sering disalahgunakan, ex.
CTM, DMP.
2. Pelayanan resep oleh bidan
a. Menurut Permenkes No.922 th 1993, Kepmenkes No. 1332 th 2002
(Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek) dan Kepmenkes
No.1027 th 2004 (Standar pelayanan kefarmasian di apotek), resep
adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dan dokter
hewan kepada apoteker (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan
obat bagi penderita/pasien sesuai per-UU yang berlaku.
b. Menurut Kepmenkes No.900 th 2000 (Registrasi dan praktek bidan),
bidan boleh menuliskan permintaan kepada apoteker tentang
kebutuhan obat tertentu untuk pasien dengan menggunakan lembaran
permintaan obat.

J. Aturan Pengulangan Copy Resep


1. Pertama, copyresep yang mengandung obat bebas atau bebas terbatas
dapat diulang dengan ketentuan penderita memperoleh informasi yang

14
jelas, baik tertulis (dalam kemasan asli yang dilengkapi brosur) maupun
secara lisan dari apoteker.
2. Kedua, copyresep yang telah diberikan seluruh obatnya dapat berlaku lagi
bila kopi tersebut telah diketahui dan disetujui kembali oleh dokter yang
berangkutan. Akan tetapi, hal ini sekarang jarang terjadi.
3. Ketiga, untuk resep yang mengandung narkotika, tidak boleh ada
tanda iter. Obat jenis ini selalu memerlukan resep baru, kecuali bila baru
diambil sebagian.
Dalam hal ini resep terdapat beberapa pengaturannya, sebagai berikut:
a. Salinan resep harus ditanda tangani oleh apoteker
b. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dalam jangka waktu 3
tahun
c. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis
resep atau merawat penderita, penderita bersangkutan, petugas kesehatan
atau petugas lain yang berwenang menurut undang-undang yang berlaku.

K. Bahaya Pengulangan Copy Resep


1. Sering mengulang copyresep yang mengandung kortikosteroid
(misal deksametason, prednison) dalam jangka waktu lama akan
menimbulkan full moon face. Wajah menjadi bulat, bengkak seperti bulan
karena edema akibat retensi natrium.
Kortikosteroid deksametosan memang sering disalahgunakan untuk
menambah nafsu makan. Padahal, obat ini sebenarnya untuk penyakit
alergi, gatal-gatal kulit, asma, dll. Gemuknya badan bukan karena deposit
protein, melainkan karena air yang timbul dari edema. Dampak lain adalah
timbulnya penyakit mag karena sekresi asam lambung meningkat dan
timbulnya luka di lambung, keropos tulang, serta hiperglikemia yang
mirip diabetes mellitus.
2. Pengulangan copyresep yang mengandung antibiotik tetrasiklin secara
terus menerus dapat menyebabkan kerusakan gigi pada anak-anak (gigis),
bercak-bercak hitam, dan nefrotoksik.

15
3. Copyresep bahkan ada yang dipinjamkan kepada tetangga. Celakanya,
baru setelah dikonsumsi, ketahuan bahwa orang tersebut alergi terhadap
obat itu. Begitu dicek, ternyata obat tersebut adalah ampisilin (golongan
penisilin).
4. Copyresep untuk anak kecil yang digunakan untuk kakaknya, tentu kurang
menyembuhkan. Sebaliknya, bila copyresep si kakak yang digunakan
untuk mengobati si adik, bisa terjadi keracunan akibat kelebihan dosis.
5. Mengulang copyresep lama karena mengira cocok dengan keluhan pasien,
padahal ternyata penyakitnya berbeda.
Maka “copy” resep masih berlaku apabila:
6. Obatnya belum diberikan sama sekali atau telah diberikan sebagian.
7. Dokternya menghendaki obatnya boleh diulang (iter = iteratur).
Tanda iter dapat diketahui dari resep asli dokter dan harus ditulis
kembali pada copyresep yang ditulis oleh apoteker. Pada kasus pertama,
mungkin pasien belum mempunyai uang atau obatnya baru diambil
sebagian dan apotek memberikan copyresep untuk mengambil sisanya di
lain waktu.
Kenyataannya, banyak orang mengira setiap copyresep bisa diulang
seterusnya. Ada banyak faktor yang mendorong pasien mengulang
copyresep secara terus menerus. Selain faktor uang tadi, masih ada faktor
lain seperti jauhnya tempat tinggal pasien dengan dokter; anggapan pasien,
kalau kontrol obat yang diresepkan sama dengan resep sebelumnya; biaya
dokter akan bertambah kalau harus ke dokter lagi; obat dirasakan sudah
cocok dan tanpa efek sampingan; perlunya pengobatan jangka panjang;
pengulangan copyresep yang sudah tidak berlaku lagi memang 
diperbolehkan oleh pihak apotek atau karena pasien kenal baik dengan
petugas apotek; kemungkinan obat sudah menyebabkan ketergantungan
pada pasien.
Maka sebaiknya kita bijak dalam menyikapi copyresep. Konsultasikan
dulu dengan dokter atau apoteker. Dokter dan apoteker pun sudah saatnya
menginformasikan kepada pasien untuk tidak begitu saja mengulang

16
copyresep yang sudah tidak berlaku lagi. Sebaiknya apotek juga
menambahkan label ne iter  atau tidak dapat diambil lagi kecuali dengan
resep baru dokter. (Intisari)

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Resep merupakan
permintaan tertulis dari Dokter kepada Apoteker untuk menyediakan dan
menyerahkan obat kepada pasien sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Sebuah resep yang lengkap harus memuat identitas dokter, tanggal dan
tempat penulisan resep (Inscriptio), Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan
resep (Invocatio), nama obat, jumlah dan cara membuat
(Praescriptio/Ordonatio), aturan pakai tertulis (signatura), paraf/tanda tangan
dokter penulis resep (Subcriptio), dan identitas pasien. Apabila perlu
cantumkan tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat
yang jumlahnya melebihi dosis maksimal.
Sedangkan untuk sebuah etiket obat harus tercantum nama dan alamat
apotek, nama dan nomor SIK APA, nomor dan tanggal pembuatan, nama
pasien, aturan pakai, dan tanda/keterangan lain yang diperlukan.
Untuk copyresep harus mencantumkan nama dan alamat apotek, nama dan
nomor izin apoteker pengelola apotik, tanda tangan/paraf APA, tanda det
(detur) untuk obat yang sudah diserahkan dan tanda nedet (nedetur) untuk obat
yang belum diserahkan, pada resep dengan tanda iter …x diberi tanda detur
orig/detur …x, dan nomor resep dan tanggal pembuatan.

B. Saran
Dalam penulisan Resep harus jelas dan lengkap agar mudah dibaca oleh
petugas kefarmasian dalam pelayanan Resep.
 

18
DAFTAR PUSTAKA

Ahaditomo, 2000, Membangun Peran Farmasi Indonesia Sebagai Guardian Bagi


Konsumen Obat . Di sampaikan Pada Seminar Tentang Dampak UU
No.8/1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 24 juli 2000, Jakarta
Dokumen ISFI, tidak dipublikasikan.

Anonim, 1988, Panduan Pelayanan Informasi Obat, PT Kimia Farma , Jakarta.

Anonim, 1990, Pedoman Pengelolaan Dan Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Yang
Baik, 10-11, 97-99, Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. Soetomo,
Surabaya.

Anief , M., 2001, Manajemen Farmasi , Cetakan III, 3-4, 45-46, 117-118, Gadjah
Mada University Press , Jogjakarta.

IAI. 2013 s/d 2014. Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia. Indonesia : ISFI
Penerbitan.

Yoga Angga Sulistya. 2017. Profil Kualitas Pelayanan Resep oleh Apoteker di
Beberapa Apotek Kecamatan Klojen Kota Malang. 3(1): 1-9

Khusnul Diana, Muhamad Rinaldhi Tandah, Muhammad Basuki. 2019.


Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Kota Palu. As-
Syifaa Jurnal Farmasi Juli 2019; 11 (01): 45-54. ISSN : 2085-4714

19

Anda mungkin juga menyukai