BLOK UROGENITAL II
“Penulisan Resep Obat”
Disusun Oleh:
LABORATORIUM TERPADU I
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2023-2024
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya penyusun dapat melaksanakan dan menyusun laporan praktikum farmakologi tepat
pada waktunya.
Laporan ini penulis susun untuk memenuhi prasyarat sebagai syarat nilai praktikum
farmakologi dan syarat mengikuti ujian praktikum farmakologi. Dalam penyusunan laporan ini,
penulis mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk
itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :
1. dr. Halia Wanadiatri, M.Si dan dr. Baiq Novaaria Rusmaningrum, S.Ked selaku dosen
pembimbing praktikum farmakologi.
2. Bapak/Ibu Dosen Universitas Islam Al-Azhar yang telah memberikan masukan terkait
makalah yang penulis buat.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu pendalaman
lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. 2
PENULISAN RESEP OBAT ................................................................................................................... 3
I. RESEP YANG LENGKAP .......................................................................................................... 5
II. RESEP ....................................................................................................................................... 6
III. SKRINING RESEP................................................................................................................. 10
IV. PERTIMBANGAN KLINIS ................................................................................................... 16
VI. ATURAN PAKAI .................................................................................................................... 21
VII. PEMILIHAN OBAT ............................................................................................................... 23
VIII. INTERAKSI OBAT ............................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 28
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
1.2 Tujuan praktikum
Praktikum “Penulisan Resep dan Obat Saluran Kemih” memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara penulisan resep yang baik dan benar.
2. Mahasiswa mengetahui bermacam-macam golongan obat saluran kemih.
3. Mahasiswa mengetahui komposisi, indikasi, dosis, aturan pakai, dan bagaimana pemilihan
obat saluran kemih.
1.3 Manfaat praktikum
Praktikum “Penulisan Resep dan Obat Saluran Kemih” memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu menerapkan bagaimana cara penulisan resep yang baik dan benar
2. Mahasiswa memahami bermacam-macam golongan obat saluran kemih.
3. Mahasiswa memahami komposisi, indikasi, dosis, aturan pakai, dan bagaimana pemilihan
obat saluran kemih.
4
PENULISAN RESEP OBAT
I. RESEP YANG LENGKAP
Suatu resep disebut lengkap apabila terdapat :
1. Nama, alamat, dan nomor izin praktek serta hari praktek dan jam praktek, bila ada nomor
telepon.
2. Nama kota serta tanggal resep tersebut ditulis.
3. Superscriptio: tanda R/, singkatan dari recipe yang berarti harap diambil.
4. Inscriptio : nama obat yang diberikan dan jumlahnya. Apabila obat yang diminta berupa
racikan maka terdapat :
a. Remedium cardinale atau obat pokok, dapat terdiri dari satu atau lebih bahan obat.
b. Remedium adjuvans, yaitu bahan yang membantu bahan obat pokok, tidak selalu ada
dalam resep racikan.
c. Corrigens yaitu bahan yang digunakan untuk memperbaiki rasa, bau, atau warna
(corrigens saporis, odoris, dan coloris).
d. Vehiculum atau constituents yaitu bahan pembawa atau pelarut misalnya air pada sediaan
larutan.
5. Subscriptio: cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki, ditulis mfla (misce fac
lege artis) yang berarti campur dan buatlah sesuai dengan aturan.
6. Signatura : aturan pakai, umumnya ditulis dengan singkatan latin.
7. Pro : nama penderita yang merupakan identitas penderita, sebaiknya dilengkapi umur dan
berat badan terutama untuk bayi dan anak-anak serta alamat penderita.
8. Tanda tangan atau paraf dokter : untuk menjadikan suatu resep otentik, sedangkan obat-
obat narkotika harus dilengkapi tanda tangan dokter.
5
II. RESEP
❖ Resep 1
dr. Putri Sp.U
SIP. 11.00.357/VI/2022
Praktek :
Jl. Patimura 09 Mataram
Telp.0812345678
Mataram, 29 Mei 2023
∫
Pro : Tn. Muhid
Alamat : Mataram
Umur : 40 tahun
❖ Resep 2
dr. Putri, Sp.U
SIP. 11.00.351/VI/2022
Praktek :
Jl. Patimura 09 Mataram
Telp.0812345678
Mataram, 30 Mei 2023
∫
Pro : Tn. Evada
Alamat : KLU
Umur : 50 tahun
6
❖ Resep 3
dr. Putri, Sp.U
SIP. 13.00.361/VI/2022
Praktek :
Jl. Patimura 09 Mataram
Telp.0812345678
Mataram, 4 Juni 2023
∫
Pro : Ny. jia
Alamat : Kekalik
Umur : 80 tahun
❖ Resep 4
dr. Putri, Sp.U
SIP. 12.04.003/IV/2022
Praktek :
Jl. Patimura 09 Mataram
Telp.0812345678
Mataram, 1 Juni 2023
∫
Pro : Ny. sintia
Alamat : Rempung
Umur : 45 tahun
7
❖ Resep 5
dr. Putri, Sp.U
SIP. 14.05.002/IV/2022
Praktek :
Jl. Patimura 09 Mataram
Telp.0812345678
Mataram, 6 Juni 2023
∫
Pro : Tn. Alung
Alamat : pagutan
Umur : 13 tahun
8
❖ Resep 6
dr. Putri, Sp.U
SIP. 15.02.001/IV/2022
Praktek :
Jl. Patimura 09 Mataram
Telp.0812345678
Mataram, 10 Juni 2023
∫
Pro : Tn. Abhan
Alamat : Selagalas
Umur : 10 tahun
9
III. SKRINING RESEP
❖ Resep 1
R/
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter
1 Nama dokter ✓
2 SIP dokter ✓
3 Alamat dokter ✓
4 Nomor telepon ✓
5 Tempat dan tanggal penulisan resep ✓
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan resep ✓
(R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama obat ✓
8 Kekuatan obat ✓
9 Jumlah obat ✓
Signatura
10 Nama pasien ✓
11 Jenis kelamin ✓
12 Umur pasien ✓
13 Berat badan ✓
14 Alamat pasien ✓
15 Aturan pakai obat ✓
16 Iter/tanda lain ✓
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter ✓
10
❖ Resep 2
R/
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter
1 Nama dokter ✓
2 SIP dokter ✓
3 Alamat dokter ✓
4 Nomor telepon ✓
5 Tempat dan tanggal penulisan resep ✓
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan resep ✓
(R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama obat ✓
8 Kekuatan obat ✓
9 Jumlah obat ✓
Signatura
10 Nama pasien ✓
11 Jenis kelamin ✓
12 Umur pasien ✓
13 Berat badan ✓
14 Alamat pasien ✓
15 Aturan pakai obat ✓
16 Iter/tanda lain ✓
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter ✓
11
❖ Resep 3
R/
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter
1 Nama dokter ✓
2 SIP dokter ✓
3 Alamat dokter ✓
4 Nomor telepon ✓
5 Tempat dan tanggal penulisan resep ✓
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan resep ✓
(R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama obat ✓
8 Kekuatan obat ✓
9 Jumlah obat ✓
Signatura
10 Nama pasien ✓
11 Jenis kelamin ✓
12 Umur pasien ✓
13 Berat badan ✓
14 Alamat pasien ✓
15 Aturan pakai obat ✓
16 Iter/tanda lain ✓
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter ✓
12
❖ Resep 4
R/
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter
1 Nama dokter ✓
2 SIP dokter ✓
3 Alamat dokter ✓
4 Nomor telepon ✓
5 Tempat dan tanggal penulisan resep ✓
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan resep ✓
(R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama obat ✓
8 Kekuatan obat ✓
9 Jumlah obat ✓
Signatura
10 Nama pasien ✓
11 Jenis kelamin ✓
12 Umur pasien ✓
13 Berat badan ✓
14 Alamat pasien ✓
15 Aturan pakai obat ✓
16 Iter/tanda lain ✓
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter ✓
13
❖ Resep 5
R/
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter
1 Nama dokter ✓
2 SIP dokter ✓
3 Alamat dokter ✓
4 Nomor telepon ✓
5 Tempat dan tanggal penulisan resep ✓
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan resep ✓
(R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama obat ✓
8 Kekuatan obat ✓
9 Jumlah obat ✓
Signatura
10 Nama pasien ✓
11 Jenis kelamin ✓
12 Umur pasien ✓
13 Berat badan ✓
14 Alamat pasien ✓
15 Aturan pakai obat ✓
16 Iter/tanda lain ✓
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter ✓
14
❖ Resep 6
R/
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter
1 Nama dokter ✓
2 SIP dokter ✓
3 Alamat dokter ✓
4 Nomor telepon ✓
5 Tempat dan tanggal penulisan resep ✓
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan resep ✓
(R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama obat ✓
8 Kekuatan obat ✓
9 Jumlah obat ✓
Signatura
10 Nama pasien ✓
11 Jenis kelamin ✓
12 Umur pasien ✓
13 Berat badan ✓
14 Alamat pasien ✓
15 Aturan pakai obat ✓
16 Iter/tanda lain ✓
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter ✓
Kesimpulan: Dari skrining pada masing-masing resep yang sudah ditulis pada saat praktikum,
resep hanya tidak lengkap pada bagian signatura dimana pada resep tidak terdapat informasi terkait
berat badan pasien dan juga iter/tanda lain.
15
IV. PERTIMBANGAN KLINIS
16
seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska
melahirkan dan keadaan lain.
6 Ambroxol Ambroxol HCl 30 Sebagai sekretolitik pada gangguan saluran
mg napas akut dan kronis khususnya pada
eksaserbasi bronchitis kronis.
Sifat sekretolitik dapat mempermudah
pengeluaran sekret yang kental dan lengket
di dalam saluran pernafasan.
Mengurangi kekentalan dahak dan
mengeluarkannya melalui efek batuk.
7 Chlopeniramin Chlorpheniramine Digunakan sebagai antihistamin atau secara
maleat maleate 4 mg umum sebagai anti alergi.
Gejala alergi seperti mata berair, hidung
tersumbat, pilek, bersin, batuk, serta gatal di
kulit, hidung, mata, dan tenggorokan.
V. DOSIS OBAT
17
- Anak-anak : 10–15 mg/kgBB, 2
kali sehari. Dosis maksimal 500
mg per kali pemberian, selama 60
hari (Pertiwi et al., 2017).
• Infeksi saluran pernapasan dan
infeksi kulit
- Dewasa: 500–750 mg, 2 kali
sehari, selama 7–14 hari (Pertiwi
et al., 2017).
• Otitis eksterna
- Dewasa: 750 mg, 2 kali sehari,
selama 7–14 hari.
• Demam tifoid
- Dewasa: 500 mg, 2 kali sehari,
selama 7 hari.
• Infeksi ginjal
- Dewasa: 500 mg tablet pelepasan
cepat, 2 kali sehari, selama 7 hari,
atau 1000 mg tablet lepas lambat,
1 kali sehari, selama 7–14 hari.
Pada infeksi ginjal yang berat,
dosis yang diberikan adalah 500–
750 mg, 2 kali sehari, selama 10–
21 hari.
- Anak-anak: 10–20 mg/kgBB, 2
kali sehari, selama 10–21 hari,
dosis maksimal 750 mg per kali
pemberian.
• Infeksi tulang dan sendi
- Dewasa: 500–750 mg, 2 kali
sehari.
18
• Diare akibat infeksi bakteri
- Dewasa: 500 mg, 2 kali sehari,
selama 1–5 hari
• Infeksi area rongga abdomen
- Dewasa: 500–750 mg, 2 kali
sehari, selama 5–14 hari.
• Prostatitis
- Dewasa: 500–750 mg, 2 kali
sehari.
• Uretritis dan servisitis akibat gonore
- Dewasa: 500 mg sebagai dosis
tunggal (Pertiwi et al., 2017).
3 Sefadroksil 500 mg/hari Dosis Dewasa: 0,5-1 g sekali-dua kali
sehari (Katzung, 2012).
Dosis Anak : 30 mg/kg/hari dalam 2
dosis (Katzung, 2012).
• Infeksi pada kulit dan jaringan : dosis
dewasa yang dianjurkan yaitu kapsul
500 mg yang diberikan sebanyak dua
kali sehari atau tablet 1 gr yang
diberikan sebanyak satu kali sehari
(Purba, 2020).
• Infeksi saluran kemih dan kelamin :
dosis dewasa yang dianjurkan yaitu
kapsul 1 gr yang diberikan sebanyak
dua kali dalam sehari atau 2 tablet 1
gr yang diberikan sebanyak satu kali
dalam sehari (Purba, 2020).
19
4 Vagistin 1 ovula/hari Infeksi pada vagina : dosis vagistin yaitu
1 x sehari 1 ovula, selama 7 hingga 10
hari (Katzung, 2012).
5 Parasetamol 250 mg (dibuat pulv) • Dewasa : 500–1.000 mg, diberikan
setiap 4–6 jam sekali. Dosis
maksimal 4.000 mg per hari
(Badriyah & Kustriyani, 2020).
• Anak usia 5–11 tahun: 250–500 mg.
• Anak usia 12–17 tahun : 500 mg.
Pemberian obat maksimal 4 kali
sehari (Badriyah & Kustriyani,
2020).
6 Ambroxol 30 mg (dibuat pulv) • Dewasa dan anak >12 tahun: sediaan
tablet 30 mg, 2-3 kali sehari. Dapat
ditingkatkan hingga 60 mg.
Maksimal 120 mg per hari (Katzung,
2012).
• Anak usia 6–11 tahun: Sediaan sirup
atau tablet, dosis anjuran 15 mg 2–3
kali sehari (Katzung, 2012).
7 Chlopeniramin 25 mg (dibuat pulv) • Dewasa dan anak usia >12 tahun: 4
maleat
mg, tiap 4–6 jam. Dosis maksimal 24
mg per hari (Katzung, 2012).
• Anak usia 6–12 tahun: 2 mg, tiap 4–
6 jam. Dosis maksimal 12 mg per
hari (Katzung, 2012).
Kesimpulan: Pada dosis obat yang di resep dengan dosis menurut literatur sudah sesuai.Penting
untuk membandingkan dosis obat yang diresepkan dengan dosis obat yang direkomendasikan
dalam literatur medis yang terpercaya. Sumber literatur seperti buku teks medis, panduan praktik
20
klinis, atau jurnal ilmiah dapat memberikan panduan yang akurat mengenai dosis obat yang sesuai
untuk kondisi klinis tertentu.
21
4 Vagistin 1.dd. I ovula vesp. pro vag pro vag (pro vagina) =
(obat digunakan 1 kali sehari, 1 dimasukkan melalui vagina
ovula pada malam hari melalui (Goodman & Gillman, 2012).
vagina)
5 Paracetamol 3.dd. I pulv. pc po - a.c (ante coenam) = sebelum
(obat tablet paracetamol 250 makan
mg dijadikan obat puyer dan atau
diminum 3 kali sehari setelah - p.c (post coenam) = setelah
makan). makan.
- p. o (per oral) = melalui
mulut (Goodman & Gillman,
2012).
6 Ambroxol 3.dd. I pulv. pc po p. c (post coenam) = setelah
(obat tablet ambroxol 30 mg makan (Goodman & Gillman,
dijadikan obat puyer dan 2012).
diminum 3 kali sehari setelah
makan).
7 Chlopeniramin 3.dd. I pulv. pc po - a.c (ante coenam) = sebelum
maleat (obat tablet Chlorphenamine makan
Maleate 25 mg dijadikan obat atau
puyer dan diminum 3 kali - p.c (post coenam) = setelah
sehari setelah makan). makan.
- p. o (per oral) = melalui
mulut (Goodman & Gillman,
2012).
Kesimpulan : Pada aturan pakai obat yang terdapat diresep obat sudah sesuai dengan aturan pakai
obat berdasarkan literatur. Pentingnya dilakukan perbandingan antara aturan pakai obat yang
diresepkan dengan aturan pakai obat yang direkomendasikan dalam literatur medis yang dapat
dipercaya. Sumber-sumber literatur seperti buku teks medis, panduan praktik klinis, atau jurnal
22
ilmiah dapat menjadi panduan yang akurat tentang aturan pakai obat yang tepat untuk kondisi
klinis tertentu.
Pada resep 1
No. Kategori Tamsulosin
Sesuai Tidak sesuai
1 Bentuk sediaan ✓
2 Pemilihan obat sesuai ✓
umur pasien
Pada resep 2
No. Kategori Ciprofloxacin
Sesuai Tidak sesuai
1 Bentuk sediaan ✓
2 Pemilihan obat sesuai ✓
umur pasien
Pada resep 3
No. Kategori Sefadroksil
Sesuai Tidak sesuai
1 Bentuk sediaan ✓
2 Pemilihan obat sesuai ✓
umur pasien
Pada resep 4
No. Kategori Vagistin
Sesuai Tidak sesuai
23
1 Bentuk sediaan ✓
2 Pemilihan obat sesuai ✓
umur pasien
Pada resep 5
No. Kategori Ciprofloxacin
Sesuai Tidak sesuai
1 Bentuk sediaan ✓
2 Pemilihan obat sesuai ✓
umur pasien
Pada resep 6
No. Kategori Paracetamol
Sesuai Tidak sesuai
1 Bentuk sediaan ✓
2 Pemilihan obat sesuai ✓
umur pasien
Pada resep 6
No. Kategori Ambroxol
Sesuai Tidak sesuai
1 Bentuk sediaan ✓
2 Pemilihan obat sesuai ✓
umur pasien
Pada resep 6
No. Kategori Chlopeniramin maleat
Sesuai Tidak sesuai
24
1 Bentuk sediaan ✓
2 Pemilihan obat sesuai ✓
umur pasien
25
terjadinya nefrotoksik pada pasien yang mendapatkan
cefadroxil.
• Interaksi dengan probenesid, probenesid meningkatkan
konsentrasi plasma dari cefadroxil dengan mencegah ekskresi
cefadroxil, sehingga jumlahnya meningkat dalam tubuh dan
waktu bertahan dalam tubuh juga semakin lama.
26
6 Ambroxol • Pemberian bersama dengan antibiotic (amoxicillin,
sefuroksim, eritromisin, doksisiklin) menyebabkan
peninkatan antibiotic di dalam jaringan paru.
7 Chlopeniramin • Peningkatan risiko terjadinya efek samping yang fatal jika
maleat digunakan dengan obat MAOI
• Peningkatan kadar phenytoin di dalam darah sehingga
meningkatkan risiko terjadinya overdosis phenytoin.
• Peningkatan efek kantuk dan risiko terjadinya efek samping
yang berbahaya jika digunakan dengan obat antinyeri
golongan opioid, obat tidur, obat penenang, atau
obat antipsikotik
Kesimpulan: Interaksi obat adalah perubahan efek kerja dari suatu obat sebab adanya obat lain
apabila digunakan bersamaan menyebabkan efektivitas atau toksisitas obat lain berubah. Selain itu,
interaksi juga bisa terjadi saat obat diberikan secara bersamaan atau dalam waktu yang berdekatan
dengan konsumsi makanan, minuman, produk herbal, atau suplemen tertentu. Terjadinya interaksi
obat dapat mengakibatkan penurunan efek obat sehingga hasil terapi penyembuhan tidak maksimal.
Oleh sebab itu, untuk mencegah terjadinya interaksi obat dapat dilakukan dengan berbagai
alternatif saat pemberian obat seperti memodifikasi dosis obatnya, mengubah cara atau waktu
konsumsi obatnya, menambahkan obat lain, atau juga dilakukan modalitas penanganan lainnya.
27
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM Indonesia. Informatorium Obat Nasional Indonesia cetakan tahun 2017.
Jakarta:Sagung Seto.
Badriyah, H & Kustriyani, A. 2020. Paracetamol, Migraine, And Medication Overuse Headache
(Moh). Journal of Pain, Headache and Vertigo. 1:42-47. Medical Faculty, Airlangga
University, Surabaya.
Buku Panduan Praktikum Farmakologi Penulisan Resep Obat. 2023. Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Al-Azhar. Mataram.
Erida, H., B. 2021. Efektifitas Pemberian Tamsulosin Dibandingkan Kombinasi Tamsulosin Dan
Solifenacin Terhadap Ureteral Stent- Related Symptoms (SRSS) Pada Pasien Pasca
Pemasangan Double J Stent. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar
Goodman, & Gillman. 2012. Manual Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-10. Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Katzung, B., G. 2012. Farmakologi Dasar & Klinik.. Edisi ke-12, Vol.2. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Pertiwi, G.A.E., Niruri, R., Tanasale, J.D., Erlangga, I.B.E. 2017. Potensi Interaksi Obat Pada
Penggunaan Antibiotika Golongan Fluorokuinolon Dari Pasien Dewasa Dengan Demam
Tifoid. Fakultas Farmasi Universitas Udayana.
Purba, N. 2020. Potensi Antibiotik Cefadroxil Bakteri Uji Terhadap Staphylococcus Aureus.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Teknologi Laboratorium Medis.
28