Anda di halaman 1dari 18

PERAN PERAWAT SAAT PEMBERIAN OBAT

(KETOPROFEN)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dari Mata Kuliah Farmakologi

Dosen Pengampu:
Amid Samid, SKM., MKM.

Disusun Oleh:
Kelompok 2 Farmakologi – 1B

Larisa As S. P17320323081 Nazwa Dhiyani R. P17320323092


Lulu Faiza R. P17320323082 Nurul Prasetya P17320323093
Maya Maulida S. P17320323084 Putri Reni P17320323094
Mira Aulia P17320323085 Raffi Vadly A. W. P17320323096
Muhamad Aidil P17320323086 Raja Rafa A. P17320323097
Muhamad Fauzi M. P17320323087 Ratu Andini D. P17320323098
Muhamad Juliyana R. P17320323088 Ratu Lindy C. P P17320323099
Mutiara Riesha P17320323089 Refiando P17320323100
Nazla Azmi N. P17320323090 Rehsya Noer A. P17320323101
Nazwa Aulia W. P17320323091

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BOGOR


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Farmakologi yang berjudul
“ketoprofen supp”. Tugas ini dibuat guna memenuhi tugas yang merupakan salah satu
standar atau kriteria penilaian dari mata kuliah Farmakologi yang diberikan secara
berkelompok.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Amid Samid, SKM.
MKM. selaku dosen dari mata kuliah Farmakologi di Politeknik Kesehatan Bandung,
yang telah banyak membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak
membantu kami dalam menyelasaikan tugas makalah ini.

Kami menyadari kekurangan kami sebagai manusia biasa dan oleh karena
keterbatasan sumber referensi yang kami miliki sehingga kiranya dalam makalah ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan baik itu dalam penyusunan maupun
isinya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya saran dan kritik dari Dosen
ataupun pihak-pihak lain dan sesama teman mahasiswa untuk dapat menambahkan
sesuatu yang kiranya dianggap masih kurang atau memperbaiki sesuatu yang dianggap
salah dalam tulisan ini.

Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih. Semoga makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua sebagai bahan tambahan pengetahuan untuk
lebih memperluas wawasan kita.

Bogor. 4 Februari 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................1

1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

2.1 Definisi ketoprofen .................................................................................................... 3

2.2 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat ...................................................................... 4

2.3 Prinsip Pemberian Obat ............................................................................................. 5

2.4 Cara Penyimpanan Obat ............................................................................................ 7

2.5 Hak Klien yang Berhubungan dengan Pemberian Obat ............................................ 8

2.6 Cara Mencegah Kesalahan dalam Pemberian Obat ................................................... 8

2.7 Peran Perawat dalam Mendukung Keefektifitasan Obat ........................................... 9

2.8 Peran Perawat dalam Mengobservasi Efek Samping dan Alergi Obat ..................... 10

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 11

3.2 Saran ......................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA. .................................................................................................. 13

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ 14

LAMPIRAN 1: SOP Pemberian Obat Melalui Supositoria ........................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman.


Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan
mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang
diberikan di luar batas yang direkomendasikan. Secara hukum perawat bertanggung
jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau
obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Sekali obat telah
diberikan, perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi.
Buku-buku referensi obat seperti, Daftar Obat Indonesia (DOI), Physicians’ Desk
Reference (PDR), dan sumber daya manusia, seperti ahli farmasi, harus
dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang
diharapkan, kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi, atau reaksi
yang merugikan dari pengobatan. Sebelum sesuatu obat diberikan atau dikonsumsi
seseorang, obat telah melalui berbagai proses antara lain proses penyediaan,
pengolahan, pengijinan, perdagangan, pengorderan, pemblian dan pemakaian. Pada
aspek pemberian obat, perawat harus yakin tentang order pengobatan yang dibuat
oleh dokter sehingga tidak terjadi tumpang tindih kewenangan dan pelaksanannya.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan adanya latar belakang tersebut, maka diambillah rumusan masalahnya sebagai
berikut :

1. Apa definisi obat ketoprofren?


2. Bagaimana peran perawat dalam memberikan obat ketoprofren?
3. Apa saja prinsip obat?
4. Apa saja cara penyimpanan obat?
5. Bagaimana hak klien yang Berhubungan dengan Pemberian Obat?
6. Apa Saja Cara Mencegah Kesalahan dalam Pemberian Obat?
7. Bagaimana Peran Perawat dalam Mendukung Keefektifitasan Obat?
8. Bagaimana Peran Perawat dalam Mengobservasi Efek Samping dan Alergi Obat

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi obat ketoprofren
2. Untuk mengetahui bagaimana peran perawat dalam memberikan obat ketoprofren
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip obat
4. Untuk mengetahui bagaimana cara penyimpanan obat
5. Untuk mengetahui hak klien yang Berhubungan dengan Pemberian Obat
6. Untuk mengetahui bagaimana Mencegah Kesalahan dalam Pemberian Obat
7. Mengenal Bagaimana Peran Perawat dalam Mendukung Keefektifitasan Obat
8. Mengenal Bagaimana Peran Perawat dalam Mengobservasi Efek Samping dan
Alergi Obat

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ketoprofen


Ketoprofen merupakan obat analgesik yang bekerja sebagai antiinflamasi. Bentuk
sediaan transdermal ketoprofen lebih efektif dan lebih nyaman digunakan
dibandingkan bentuk sediaan lainnya, karena mampu menghantarkan obat ke dalam
sistem aliran darah dengan lebih baik juga efek samping yang ditimbulkan lebih
ringan. Pengujian sediaan transdermal ketoprofen secara in-vivo telah dilakukan
untuk mengetahui distribusi ketoprofen secara intravena dalam beberapa hewan uji,
yang dianalisis menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).

Indikasi Ketoprofen

spondylitis, Bursitis, Osteoarthritis, Nyeri dan peradangan yang berhubungan


dengan gangguan muskuloskeletal dan sendi, Artritis reumatoid, Tendinitis.

Kontra Ketoprofen

Hipersensitivitas terhadap ketoprofen, aspirin, atau NSAID lainnya; riwayat


asma, bronkospasme, rinitis, urtikaria, atau reaksi alergi lainnya setelah
mengonsumsi aspirin atau NSAID lainnya. Oral, rektal: Riwayat perdarahan
gastrointestinal, perforasi, atau ulserasi terkait dengan terapi NSAID sebelumnya;
tukak lambung aktif, riwayat tukak atau pendarahan saluran cerna, dispepsia kronis;
gagal jantung berat, pengobatan nyeri perioperatif dalam keadaan operasi CABG,
diatesis hemoragik. Riwayat proktitis atau wasir (rektal); perubahan patologis pada
kulit (misalnya dermatosis, eksim, lesi kulit yang terinfeksi, jerawat, luka terbuka),
riwayat reaksi fotosensitifitas (topikal). Gangguan ginjal dan hati yang parah (mulut,
rektal). Kehamilan (trimester ke-3).

Efek Samping Ketoprofen

• Efek samping umum


Efek samping yang umum dan ringan biasanya akan hilang dalam beberapa
hari setelah mulai mengonsumsi ketoprofen. Efek samping yang umum berupa :

3
Sakit perut, sembelit, diare, pusing atau sakit kepala ringan, kantuk, kehilangan
selera makan, sakit kepala.
• Efek samping berat
Peningkatan tekanan darah, Serangan jantung atau stroke, pingsan, detak
jantung terasa cepat, perubahan pendengaran, seperti telinga berdenging,
perubahan mental atau suasana hati, termasuk kebingungan dan depresi, sakit
kepala persisten atau parah, perubahan penglihatan, termasuk penglihatan kabur,
Sakit perut, bisul, atau pendarahan, gejala gagal jantung. Seperti kaki atau
pergelangan kaki bengkak, kelelahan yang tidak biasa, penurunan berat badan
yang tidak biasa atau tiba-tiba, gejala masalah hati. Seperti menguningnya kulit
atau bagian putih mata, nyeri di bagian atas perut, gatal.
• Efek samping jarang tapi serius
Mudah berdarah atau memar, masalah pada ginjal, misalnya penurunan
jumlah urine, tanda-tanda infeksi. Seperti demam, menggigil, sakit tenggorokan
nyeri, tubuh, gejala meningitis, seperti leher kaku dan demam yang tidak dapat
dijelaskan, anafilaksis. Reaksi alergi yang sangat parah.

2.2 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat

Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar
memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah
(parenteral), namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat
tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting dimiliki
oleh perawat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih proaktif jika
membutuhkan pengobatan.

Perawat berusaha membantu klien dalam membangun pengertian yang benar dan
jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan turut
serta bertanggungjawab dalam pengambilan keputusa tentang pengobatan bersama
dengan tenaga kesehatan lain. Perawat dalam memberikan obat juga harus
memperhatikan resep obat yang diberikan harus tepat.

4
2.3 Prinsip Pemberian Obat

1. Pasien yang Benar


Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di
tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon nonverbal
dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara
identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi
harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2. Obat yang Benar
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama
generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya
atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol
atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan
obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan
obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak
terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat
memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu
mengingat nama obat dan kerjanya.
3. Dosis yang Benar
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,
perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker
sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus
memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis
yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
4. Cara/Rute Pemberian yang Benar
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat

5
kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral,
topikal, rektal, inhalasi.
a. Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai,
karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui
rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b. Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron
berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna,
yaitu melalui vena (perset / perinfus).
c. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya
salep, losion, krim, spray, tetes mata.
d. Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang
akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh
efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang
tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang
lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya
tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
e. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas
memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk
pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin),
combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi
oksigen.
5. Waktu yang Benar
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat
harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus
diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak
boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat
itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.

6
6. Dokumentasi yang Benar
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan
oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat
itu tidak dapat diminum, harus dicatat.

2.4 Peran Perawat dalam Menyimpan dan Menyiapkan Obat


Cara menyimpan dan menyiapkan obat sangat bervariasi antara satu rumah
sakit yang lain. Namun pada prinsipnya perawat harus memberikan perhatian
terhadap hal-hal ini. Perawat harus tahu tata cara menyimpan obat yang benar
karena menyimpan yang salah dapat merusak struktur kimia ataupun efek obat.
Pada umumnya obat tidak boleh kena 14 sinar matahari langsung, kena cahaya yang
tajam, disimpan ditempat yang lembab atau disimpan pada tempat yang bersuhu
ekstrim. Suhu dapat dikatakan ekstrim apabila suhu mencapai diatas 40ºC. Suhu
sejuk berkisar antara 8ºC dan 15ºC, suhu kamar berkisar antara 15ºC dan 30ºC
sedangkan suhu dingin adalah dibawah 8ºC.

Dalam mempersiapkan obat, perawat harus memeriksa tanda kadaluarsa obat,


cara penggunaan dan cara pemberiannya. Perawat juga harus menguasai dasar-dasar
penghitungan obat misalnya dalam menyiapkan pemberian dosis insulin, injeksi,
pembuatan larutan dan lainlain. System adminidtrasi obat-obatan cukup bervariasi
pada setiap institusi pelayananan kesehatan baik rumah sakit maupun puskesmas.
System asministrasi obat dirumah sakit dipengaruhi oleh banyak hal. Rumah sakit
swasta mempunyai system asministrasi obat yang berbeda dengan rumah sakit
negeri baik dalam hal penatalaksanaan permintaan, pemberian maupun, pencatatan
dan pelaporan. Sistem administrasi obat di pengaruhi pula oleh jenis rumah sakit,
apakah A, B, C, D atau rumah sakit E, misalnya dalam hal penatalaksanaan obat-
obat emergensi. Beberapa rumah sakit tipe A maupun B melengkapi penyediaan
obat emergensi hamper pada semua unit perawatan. Sedangkan di rumah sakit tipe
C, penyediaan obat emergensi biasanya dipusatkan di unit gawat darurat atau
farmasi.

7
2.5 Hak Klien yang Berhubungan dengan Pemberian Obat
1. Hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat.
Hak ini adalah prinsip dari pemberian persetujuan setelah mendapatkan
informasi (informed consent) yang berdasarkan pengetahuan individu yang
diperlukan untuk membuat keputusan.
2. Hak klien untuk menolak pengobatan.
Klien dapat menolak untuk menerima suatu pengobatan. Adalah tanggung
jawab perawat untuk menentukan, jika memungkinkan, alasan penolakan dan
mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau
menerima pengobatan. Jika tetap menolak, perawat wajib mendokumentasikan
pada catatan perawatan dan melapor kepada dokter yang menginstruksikan.

2.6 Cara Mencegah Kesalahan dalam Pemberian Obat


Cara Mencegah Kesalahan dalam Pemberian Obat Untuk mencegah kesalahan dalam
pemberian obat kepada pasien,perawat harus memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut :

Kewaspadaan Rasional
Baca label obat dengan teliti Banyak produk yang tersedia dalam kotak,
warna, dan bentuk yang sama
Pertanyakan pemberian banyak Kebanyakan dosis terdiri dari satu atau dua
tablet atau vial untuk dosis tablet atau kapsul atau vial dosis tunggal.
tunggal. Interpretasi yang salah terhadap program
obat dapat mengakibatkan pemberian dosis
tinggi berlebihan
Waspadai obat-obatan bernama Banyak nama obat terdengar sama
sama (misalnya, digoksindan digitoksin, keflex
dan keflin, orinase
Cermati angka di belakang Beberapa obat tersedia dalam jumlah
koma, seperti dibawah ini : tablet coumadin dalam
tablet 2,5 dan 25 mg, Thorazine dalam
Spansules (sejenis kapsul) 30 dan 300 mg

8
Pertanyakan peningkatan dosis Kebanyakan dosis diprogramkan secara
yang tiba-tiba dan berlebihan bertahap supaya dokter dapat memantau
efek terapeutik dan responsnya
Ketika suatu obat baru atau obat Jika dokter tidak lazim dengan obat tersebut
yang tidak lazim diprogramkan, maka risiko pemberian dosis yang tidak
konsultasi kepada sumbernya akurat menjadi besar
Jangan beri obat yang Banyak dokter menggunakan nama pendek
diprogramkan dengan nama atau singkatan tidak resmi untuk obat yang
pendek atau singkatan tidak sering diprogramkan. Apabila perawat atau
resmi ahli farmasi tidak mengenal nama tersebut,
obat yang diberikan atau dikeluarkan bisa
salah
Jangan berupaya atau Apabila ragu, tanyakan kepada dokter.
mencobamenguraikan dan Kesempatan terjadinya salah interpretasi
mengartikan tulisan yang tidak besar, kecuali jika perawat
dapat dibaca mempertanyakan program obat yang sulit
dibaca
Kenali klien yang memiliki Seringkali, satu dua orang klien memiliki
nama akhir sama. Juga minta nama akhir yang sama atau mirip. Label
klien menyebutkan nama khusus pada kardeks atau buku obat dapat
lengkapnya. Cermati nama memberi peringatan tentang masalah yang
yang tertera pada tanda potensial.
pengenal.
Cermati ekuivalen. Saat tergesa-gesa, salah baca ekuivalen
mudah terjadi (contoh, dibaca miligram,
padahal mililiter)

Tabel 2.1 Cara mencegah kesalahan dalam pemberian obat

2.7 Peran Perawat dalam Mendukung Keefektifitasan Obat


Dengan memiliki pengetahuan yang memadai tentang daya kerja dan efek terapeutik
obat, perawat harus mampu melakukan observasi untuk mengevaluasi efek obat dan harus
melakukan upaya untuk meningkatkan keefektifitasan obat. Pemberian obat tidak boleh

9
dipandang sebagai pengganti perawatan, karena upaya kesehatan tidak dapat terlaksana
dengan pemberian obat saja. Pemberian obat harus dikaitkan dengan tindakan perawatan.
Ada berbagai pendekatan yang dapat dipakai dalam mengevaluasi keefektifitasan
obat yang diberikan kepada pasien. Namun, laporan langsung yang disampaikan oleh
pasien dapat digunakan pada berbagai keadaan. Sehingga, perawat penting untuk
bertanya langsung kepada pasien tentang keefektifitasan obat yang diberikan.

2.8 Peran Perawat dalam Mengobservasi Efek Samping dan Alergi Obat

Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien terhadap


kemungkinan terjadinya efek samping obat.untuk melakukan hal ini, perawat harus
mengetahui obat yang diberikan pada pasien serta kemungkinan efek samping yang dapat
terjadi. Beberapa efek samping obat khususnya yang menimbulkan keracunan
memerlukan tindakan segera misalnya dengan memberikan obat-obatan emergensi,
menghentikan obat yang diberikan dan secepatnya memberitahu dokter.
Perawat harus memberitahu pasien yang memakai/ minum obat di rumah mengenai
tanda-tanda atau gejala efek samping obat yang harus dilaporkan pada dokter atau
perawat. Setiap pasien mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap obat. Beberapa
pasien dapat mengalami alergi terhadap obat-obat tertentu. Perawat mempunyai peran
penting untuk mencegah terjadinya alergi pada pasien akibat pemberian obat. Data
tentang alergi harus diperoleh sewaktu perawat melakukan pengumpulan data riwayat
kesehatan.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling penting.
Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien.
Perawat bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat
tersebut benar. Obat yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian integral dari
rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien
terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat
minum obat karena alasan tertentu. Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual
atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien tidak bias mengkonsumsi obat juga
harus diperhatikan. Rencana tindakan keperawatanan harus mencangkup rencana
pemberian obat, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama
kerja obat dan program dari dokter. Tugas seorang perawat sebelum memberikan obat
adalah harus memeriksa identitas pasien yang meliputi: papan identitas di tempat
tidur, gelang identitas atau ditanyakan langsung kepada pasien dan keluarganya. Jika
pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai,
misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat
gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti
menanyakan langsung kepada keluarganya. Obat memiliki nama dagang dan nama
generik. Setiap obat dengan nama dagang harus diperiksa nama generiknya sebelum
obat tersebut diberikan oleh perawat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label
pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca
permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan
dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak
terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan Tugas seorang perawat adalah harus
mengembalikan ke bagian farmasi. Setelah obat diberikan, tugas seorang perawat
adalah mendokumentasikan, dosis, cara/ rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan.
Bila pasien menolak diberikan obat, atau obat itu tidak dapat dapat diberikan karena
alasan tertentu, perawat harus mencatat alasannya dan dilaporkan kepada dokter
untuk tindakan selanjutnya

11
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan sudah seharusnya kita memahami dan
mengimplementasikan langsung pada saat proses keperawatan mengenai peran perawat
dalam pengobatan agar terciptanya keperawatan profesional.

12
DAFTAR PUSTAKA

R., M. H. (n.d.). Peran Perawat Dalam pelaksanaan Standar Keselamatan Pengobatan


di Ruang Anak Rumah Sakit Swasta Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.
https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/105980#:~:text=Pada%20tahap%20pe
mberian%20obat%20perawat,karena%20kolom%20dokumentasi%20yang%20kecil

Halodoc, R. (2022, August 30). Ketoprofen: Manfaat, Aturan Minum, Dan Efek
Sampingnya. Halodoc. https://www.halodoc.com/artikel/ketoprofen-manfaat-aturan-
minum-dan-efek-sampingnya

Team, C. by Mimso. (n.d.). Ketoprofen. Ketoprofen: Indication, Dosage, Side Effect,


Precaution MIMS Indonesia. https://www-mims-
com.translate.goog/indonesia/drug/info/ketoprofen?mtype=generic&_x_tr_sl=en&_x_tr
_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

Farmaka. (n.d.). https://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/viewFile/17764/pdf

13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
POLTEKKES KEMENKES RI BANDUNG
PRODI DIII KEPERAWATAN BOGOR
TK 1B
MK FARMAKOLOGI
Lampiran : 1
Dosen Pengampu :
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Amid Samid,
OBAT MELALUI SUPOSITORIA
SKM., MKM

Pengertian Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan


memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.
Tujuan • Untuk memberikan efek local dan sistemik.
• Merangsang BAB
• Melunakkan feses
Tahap Persiapan 1. Persiapan Alat

• Obat supositoria dalam tempatnya

• Pelumas larut air

• Pengalas

• Sarung tangan

• Tissue

• Bengkok
2. Persiapan Pasien

• Berikan salam dan memperkenalkan diri

• Identifikasi dan panggil nama pasien

• Menjelaskan prosedur dan tujuan pemberian obat kepada pasien dan


keluarga pasien
• Meminta keluarga dan pengunjung meninggalkan ruangan

• Memeriksa daftar pemberian obat


3. Persiapan Lingkungan

• Meminta keluarga dan pengunjung meninggalkan ruangan

• Menutup pintu, jendela dan memasang sampiran atau tirai


14
Tahap Pelaksanaan 1. Mencuci tangan dan pakai sarung tangan

2. Bebaskan pakaian bawah pasien

3. Mengatur posisi pasien miring kesalah satu sisi, kaki sebelah atas
ditekuk

4. Membentangkan pengalas dibawah bokong pasien

5. Pakai sarung tangan

6. Buka supositoria dari kemasannya, lumasi ujungnya dan jari telunjuk


tangan dominan
7. Regangkan bokong pasien dengan tangan non dominan, sehingga
anus terlihat
8. Masukan obat supositoria perlahan-lahan ke dalam anus,
sphincteranal interna serta mengenai dinding rectal ±10 cm pada
orang dewasa,+5 cm pada bayi atau anak dorong hingga masuk,
sambil meminta pasienuntuk menarik napas dalam melalui
mulut
9. Minta pasien agar tidak mengejan dan pastikan obat sudah masuk

10. Tarik jari anda dan bersihkan area kanal dengan tissue

11. Anjurkan pasien untuk berbaring terlentang atau miring selama ± 5


menit

12. Lepaskan sarung tangan dan letakkan pada bengkok

13. Rapikan pakaian pasien dan lingkungan

14. Bereskan alat

15. Mencuci tangan.

16. Catat nama obat, dosis, dan waktu pemberian obat pada catatan obat

17. Observasi adanya efek supositoria +30 menit setelah obat diberikan
Tahap Akhir 1. Evaluasi perasaan pasien
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
Dokumentasi hasil

15

Anda mungkin juga menyukai