Farmakologi
FARMAKOLOGI
( Peran Kolaborasi Perawat dalam Pelaksanaan Prinsip
Farmakologi )
Disusun Oleh:
KELOMPOK : III (Tiga)
TINGKAT : 1.D
Cameline Alamanda
Febri Kurniasari
Fetty Haryani
Moch. Chandra Bara
Putri Sari
Dosen Pembimbing : H.Aguscik, S.Kep, Ns, M.Kes
Kelompok III
DAFTAR ISI
Obat adalah semua bahan (kimia) yang dapat mempengaruhi organisme hidup diberikan
kepada makhluk hidup dengan tujuan untuk menyembuhkan, menghilangkan penyakit,
meningkatkan kesehatan dan atau mempertahankan kesehatan antara lain, melalui :
a. Mengembalikan fungsi fisiologis organ tubuh
b. Meningkatkan fungsi fisiologis organ tubuh
c. Menghilangkan benda asing/ mikroorganisme / parasit.
Dalam melakukan teknik pemberian obat diperlukan peran tenaga medis untuk
melakukannya.Antara peran dokter, apoteker, bahkan perawat.Kunci akhir dari pemberian obat
kepada pasien adalah seorang perawat.Perawat yang memastikan ketepatan obat yang diberikan
dan memastikan obat tersebut dikonsumsi oleh pasien.
Hal itulah yang menyebabkan peran perawat sangat penting dalam pemberian obat.Terdapat
banyak hal yang harus dilakukan dan diperhatikan oleh perawat dalam pemberian konsumsi obat
kepada pasien.
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman . Perawat harus
mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah
tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang
direkomendasikan . Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat
yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi
status kesehatan klien . Sekali obat telah diberikan , perawat bertanggung jawab pada efek obat
yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat seperti , Daftar Obat Indonesia ( DOI ) ,
Physicians‘ Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia , seperti ahli farmasi , harus
dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan ,
kontraindikasi , dosis , efek samping yang mungkin terjadi , atau reaksi yang merugikan dari
pengobatan ( Kee and Hayes, 1996 ).
Pemberian obat menjadi salah satu tugas kolaboratif perawat yang paling penting, karena
a. Perawat merupakan mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien.
b. Perawat bertanggung jawab bahwa obat sudah diberikan dan memastikan bahwa obat itu
benar diminum oleh pasien.
c. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan.
Misalnya : pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu.
d. Perawat hampir 24 jam waktunya disediakan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini antara lain :
1. Apa itu peran kolaboratif perawat dalam pelaksanaan farmakologi ?
2. Apa alasan peran perawat sangat penting dalam pemberian obat ?
3. Apa saja prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam teknik pemberian obat ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Farmakologi
Farmakologi dalam prospek pengorganisasian tindakan kolaboratif hendaknya terlebih
dahulu dapat dipahami dari pengertian farmakologi itu sendiri oleh seorang perawat.
Farmakologi berasal dari kata Farmakon artinya adalah Obat, dan Logos artinya
adalahIlmu, Jadi , Farmakologi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang obat dan
pengobatan, mulai dari obat diberikan sampai dikeluarkan dari tubuh untuk
pencegahan,peningkatan kesehatan, dan pengobatan / penyembuhan
Tujuan pengorganisasi farmakologi adalah :
Agar dokter dan perawat dapat memiliki dan menggunakan obat secara rasional dengan
memperhatikan kemanjuran dan keamanannya.
Perawat yang membagi obat harus bekerja dengan penuh konsentrasi dan tenang.
Setelah mengecek perintah pengobatan, bacalah tabel tiga kali ketika mempersiapkan obat :
- Saat mengambil obat
- Saat membuka/menuang atau mencampur
- Saat mengembalikan.
Obat yang sudah lama, lebih-lebih yang sudah hilang etiketnya atau tidak jelas jangan dipakai.
Cara pemberian obat harus memperhatikan prinsip “5 T”
a. Tepat pasien
b. Tepat Dosis
c. Tepat pemakaian
d. Tepat waktu
e. Tepat Obat.
Perhatikan pasien waktu minum obat, jangan meninggalkan obat diatas meja.
Jangan sekali-kali memberikan obat-obatan yang telah disiapkan orang lain, kecuali jelas
ditugaskan kepada kita.
Perhatikan reaksi pasien setelah minum obat.
Mencatat atau membubuhkan paraf pada waktu atau pada status pasien setelah memberikan obat.
Obat-obatan harus disimpan sesuai dengan syarat-syarat penyimpanan masing-masing obat,
misalnya : Lemari es, tempat yang sejuk, gelap dan lain-lain.
Obat-obat yang dibeli sendiri oleh pasien harus disimpan dalam lemari obat pada tempat khusus,
dengan etiket nama yang jelas.
Menuangkan obat-obatan cair, jangan pada sisi yang ada etiketnya dan sejajar dengan mata.
Setiap kali selesai mengambil obat, tempat obat ditutup kembali.
Bila terjadi kesalahan dalam memberikan obat harus segera dilaporkan kepada yang bertanggung
jawab.
Usahakan agar tangan selalu bersih, ketika akan memberikan obat-obatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara keseluruhan peran perawat dalam pelaksanaan farmakologi adalah kerja sama
antara perawat dan tenaga medis serta klien dalam melakukan pemberian obat terhadap klien.
Perawat merupakan aspek yang sangat penting dalam pencapaian keberhasilan pemberian obat
karena perawat bertanggung jawab dalam memastikan kebenaran obat dan obat benar-benar telah
di konsumsi oleh klien.Karena itulah perawat harus memperhatikan aspek benar dalam
pelaksanaan farmakologi.
3.2 Saran
Perawat harus bisa melaksanakan perannya dalam melakukan pelaksanaan farmakologi.
Perawat juga harus mampu berkolaborasi dengan tim medis lainnya dalam keberhasilan tindakan
tersebut. Untuk itu perawat sebaiknya menjujung tinggi prinsip dasar pemberian obat yang benar
demi kelancaran pelaksanaan teknik pemberian obat.
DAFTAR PUSTAKA
5) http://materifarmakologi.blogspot.com/2012/03/pengorganisasian-farmakologi.html
MAR
29
Pengorganisasian farmakologi
PENGORGANISASIAN TINDAKAN
KOLABAROSI DALAM PELAKSANAN
PRINSIP FARMAKOLOGI
by : Suhardiman
Disampaikan sebagai bahan perkuliahan Farmakologi pada mahasiswa tingkat II semester Genap
Farmakologi dalam prospek pengorganisasian tindakan kolaboratif hendaknya terlebih dahulu dapat
difahami pengertian farmakologi itu sendiri oleh seorang perawat.
Logos = Ilmu
Farmakologi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang OBAT dan PENGOBATAN,
mulai dari obat diberikan sampai dikeluarkan dari tubuh, untuk :
Pencegahan
Pengobatan / penyembuhan
Agar dokter dan perawat dapat memiliki dan menggunakan OBAT secara rasional dengan
memperhatikan kemanjuran dan keamanannya.
Yang dimakasud dengan penggunaan OBAT secara rasional adalah : 5 T dan 1 W, yaitu :
OBAT adalah semua bahan (kimia) yang dapat mempengaruhi organisme hidup diberikan kepada
makhluk hidup dengan tujuan untuk menyembuhkan, menghilangkan penyakit, meningkatkan
kesehatan dan atau mempertahankan kesehatan antara lain, melalui :
Pemberian obat menjadi salah satu tugas kolaboratif perawat yang paling penting, karena :
1. Perawat merupakan mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien.
2. Perawat bertanggung jawab bahwa obat sudah diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar
diminum oleh pasien.
3. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan.
Misalnya : pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu.
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa, seperti : papan identitas di tempat tidur
atau ditanyakan langsung ke pasien.
Sebelum memberi obat, label pada botolnya harus diperiksa 3 (tiga) kali :
Pertama :
Saat membaca permintaan obatnya dan botolnya diambil dari rak/lemari obat.
Kedua :
Ketiga :
Bila label obat tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai / diberikan kepada pasien dan harus
dikembalikan ke bagian farmasi.
Sebelum obat diberikan ke pasien, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan apoteker atau penulis resep sebelum dilanjutkan.
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute berbeda, factor yang menentukan rute pemberian terbaik
ditentukan oleh :
Keadaan umum pasien
a. Oral
b. Parenteral
c. Topikal
d. Rektal
e. Inhalasi
Yaitu rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena :
- Ekonomis
- Intravena (IV)
- Intramuskuler (IM)
- Intracutan (IC)
- Subcutan (SC)
Obat dapat diberikan melalui rute rectal berupa : enema atau supositoria.
Pemberian obat melalui rectal dilakukan untuk memperoleh efek local, seperti pada pasien
konstipasi atau hemorrhoid.
Saluran nafas memiliki luas epitel untuk absorpsi yang sangat luas dan dengan demikian berguna
untuk memberi obat secara local pada saluran nafas, misalnya :
Pemberian salbutamol (Ventolin) untuk pasien ashma, atau dalam keadaan darurat ( misalnya terapi
oksigen ).
Khususnya bagi obat yang efektifitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar
darah yang memadai, bahwa obat itu diberi pada waktu yang tepat.
Jika obat itu harus diminum sebelum makan ( ante cimum atau A.C. ) untuk mempertahankan kadar
yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan.
Hal ini berlaku untuk banyak antibiotic, misalnya : tetrasiklin dikhelasi, yaitu terbentuk senyawa yang
tidak larut jika diberi bersama susu atau makanan tertentu, yang mengikat sebagian besar obat itu
sebelum dapat diserap.
Sebaliknya ada obat yang harus diminum setelah makan, yaitu untuk menghindari iritasi berlebihan
pada lambung, misalnya : Indometasin.
Dosis obat
Waktu dan
Oleh siapa obat itu diberikan.
Bila pasien menolak minum obatnya, atau obat itu tidak sampai diminum, harus dicatat alasannya
dan dilaporkan.
Secara garis besar peran perawat dalam pemberian obat adalah sebagai berikut :
1. Sebagai Pelaksana
Artinya seorang perawat dapat melaksanakan tindakan keperawatan ( tindakan kolaborasi )dalam
pemberian obat dengan perinsip 5 T & 1 W, dan 5 B.
2. Sebagai Pengelola
3. Sebagai Pendidik
Dapat menjelaskan kepada pasien tentang fungsi obat, reaksi dan efek samping obat agar
menimbulkan sikap kooperatif pasien.
4. Sebagai Peneliti
Melakukan kunjungan rumah (home visit) untuk mengetahui, mengobservasi dan menggali
pengetahuan pasien.
Implikasi keperawatan dalam farmakologi mencakup hal-hal yang berkaitan dengan proses
keperawatan antara lain pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
5. Etiket :
- Obat luar atau obat dalam (obat dalam diberi etiket putih, obat
5. Keadaan pasien :
Hal yang perlu dikaji adalah : Apakah pasien sedang menjalani terapi khusus :
Penderita Epilepsi
Penderita Malnutrisi
Bila mana ada pasien yang tidak tahan akan jenis obat tertentu maka harus ditulis dengan jelas
pada status pasien dengan tinta merah, agar dokter dapat memilih obat lain yang lebih aman.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PELAKSANAAN KOLABORASI PEMBERIAN
OBAT :
1. Perawat yang membagi obat harus bekerja dengan penuh konsentrasi dan tenang.
2. Setelah mengecek perintah pengobatan, bacalah tabel tiga kali ketika mempersiapkan obat :
- Saat mengembalikan.
3. Obat yang sudah lama, lebih-lebih yang sudah hilang etiketnya atau tidak jelas jangan dipakai.
a. Tepat pasien
b. Tepat Dosis
c. Tepat pemakaian
d. Tepat waktu
e. Tepat Obat.
5. Perhatikan pasien waktu minum obat, jangan meninggalkan obat diatas meja.
6. Jangan sekali-kali memberikan obat-obatan yang telah disiapkan orang lain, kecuali jelas ditugaskan
kepada kita.
8. Mencatat atau membubuhkan paraf pada waktu atau pada status pasien setelah memberikan obat.
10. Obat-obat yang dibeli sendiri oleh pasien harus disimpan dalam lemari obat pada tempat khusus,
dengan etiket nama yang jelas.
11. Menuangkan obat-obatan cair, jangan pada sisi yang ada etiketnya dan sejajar dengan mata.
12. Setiap kali selesai mengambil obat, tempat obat ditutup kembali.
13. Bila terjadi kesalahan dalam memberikan obat harus segera dilaporkan kepada yang bertanggung
jawab.
14. Usahakan agar tangan selalu bersih, ketika akan memberikan obat-obatan.
Tambahkan komentar
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
MAR
29
Efek Obat
Cara pemberian obat akan menentukan kecepatan dan banyak obat dapat diabsorpsi dan efek yang
diperoleh, yaitu :
1. Efek Sistemik, yaitu obat beredar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
a. Inhalasi, yaitu larutan obat disemprotkan ke dalam mulut atau hidung dengan suatu alat seperti ;
inhaler, nebulizer atau aerosol.
b. Penggunaan obat pada mukosa seperti ; mata, telinga, hidung, vagina, dengan obat tetes, dsb.
EFEK OBAT :
Umumnya obat mempunyai efek atau aksi lebih dari satu, maka efek obat dapat berupa :
1. Efek terapi, yaitu efek atau aksi yang merupakan satu-satunya pada letak primer.
b. Terapi simtomatik, yaitu obat yang menghilangkan atau meringankan gejala penyakit.
c. Terapi substitusi, yaitu obat yang menggantikan zat yang lazim dibuat oleh orang yang sakit.
2. Efek samping, yaitu efek obat yang tidak diinginkan untuk tujuan efek terapi dan tidak ikut pada
kegunaan terapi.
3. Efek teratogen, yaitu efek obat yang pada dosis terapetik untuk Ibu mengakibatkan cacat pada janin,
misalnya ; fokomelia (kaki dan tangan bayi seperti kepunyaan anjing laut).
4. Efek toksis, yaitu efek atau aksi tambahan dari obat yang lebih berat dibanding efek samping dan
merupakan efek yang tidak diinginkan.
Tergantung pada besarnya dosis obat dapat diperoleh efek terapi atau efek toksis.
5. Idiosinkrasi, yaitu efek suatu obat yang secara kualitatif berlainan sekali dengan efek terapi
normalnya.
B. EFEK PENGULANGAN atau PENGGUNAAN OBAT YANG LAMA
1. Reaksi hipersensitif = suatu reaksi allergi merupakan respon abnormal terhadap obat atau zat di
mana pasien sebelumnya telah kontak dengan obat tersebut hingga berkembang timbulnya antibodi.
2. Kumulasi = suatu fenomena pengumpulan obat dalam tubuh sebagai akibat pengulangan
penggunaan obat, dimana obat diekskresikan lebih lambat dibanding kecepatan absorpsinya.
3. Toleransi = suatu fenomena berkurangnya respon terhadap dosis obat yang sama. Untuk
memperoleh respon yang sama perlu dosisnya diperbesar.
a. Toleransi primer , yaitu toleransi bawaan yang terdapat pada sebagian orang.
b. Toleransi sekunder, yaitu toleransi yang diperoleh akibat penggunaan obat yang sering diulangi.
c. Toleransi silang, yaitu toleransi yang terjadi akibat penggunaan obat-obat yang mempunyai struktur
kimia yang serupa, dapat pula terjadi antara zat-zat yang berlainan, misalnya ; alcohol dan barbital.
4. Takhifilaksis = suatu fenomena berkurangnya kecepatan respon terhadap aksi obat pada
pengulangan penggunaan obat dalam dosis yang sama. Respon mula-mula tidak terulang meskipun
dengan dosis yang lebih besar.
Menurut WHO :
Menurut WHO :
Pada penggunaan antibiotic untuk penyakit infeksi dapat terjadi obat tidak mampu bekerja lagi untuk
membunuh, menghambat perkembangan bakteri tertentu.
1. Adisi = campuran obat atau obat yang diberikan bersama-sama menimbulkan efek yang merupakan
jumlah dari efek masing-masing obat secara terpisah pada pasien.
2. Sinergis = campuran obat atau obat yang diberikan bersama-sama dengan aksi proksimat yang
sama, menimbulkan efek yang lebih besar dari jumlah efek masing-masing secara terpisah pada
pasien.
3. Antagonis = campuran obat atau obat yang diberikan bersama-sama pada pasien yang
menimbulkan efek yang berlawanan aksi dari salah satu obat, mengurangi efek dari obat yang lain.
Dosis pasien yang berat badannya kurang adalah lebih kecil atau ditentukan dalam mg/kg/BB.
2. Umur
Ada beberapa hal yang mempengaruhi ADME (Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, Ekskresi) pada
bayi yang baru lahir.
a. Beberapa sistem enzim pada bayi belum berkembang sempurna, sistem metabolisme obat dalam
saluran pencernaan, fungsi hati dan ginjal baru berkembang setelah umur satu bulan, akibatnya :
c. Prosentase jumlah cairan tubuh dari berat badan total lebih besar dibandingkan pada anak yang
lebih tua. Oleh karena itu volume distribusi obat pada bayi lebih besar dari pada anak yang lebih tua.
Pada pasien Geriatri perlu diperhatikan tentang umur biologis pasien dan perubahan aksi obat
karena hal tersebut disebabkan oleh :
Kecepatan filtrasi glomeruli dan sekresi tubuh akan berkurang pada orang tua dan juga kecepatan
metabolisme obat.
3. Jenis Kelamin
a. Pasien hipokalemia lebih peka terhadap digitalis dibanding pasien yang keadaan darah kaliumnya
normal.
b. Pasien hipertiroid memerlukan dosis luminal yang lebih tinggi untuk memperoleh efek peredaran
daripada pasien normal.
4. Selaput lender : yaitu melalui selaput lender vagina, mata, telinga, rectal, dsb.
Pemberian obat melalui oral bertujuan terutama untuk mendapatkan efek sistemik, yaitu obat
beredar melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh.
Tetapi untuk obat cacing dikehendaki untuk efek local, yaitu di usus untuk membunuh cacing.
KEUNTUNGANNYA :
Paling menyenangkan
KERUGIANNYA :
Beberapa obat akan mengalami kerusakan oleh cairan lambung atau usus.
Pada psien yang muntah-muntah, koma atau dikehendaki onset yang cepat, tidak memungkinkan.
Bentuk obat yang memberi aksi onset cepat tidak selalu menguntungkan, sebab makin cepat obat
diabsorpsi akan cepat mengalami metabolisme dan ekskresi.
Sedangkan obat yang diabsorpsi lambat akan memberi aktivitas obat yang lebih panjang. Maka
untuk itu pemilihan bentuk obat memerlukan pertimbangan terhadap banyak factor.
a. Tablet
b. Kapsul
c. Pil, dan
d. Serbuk
TABLET
Tujuan :
- Kesederhanaan
- Stabilitas
- Ekonomis
Keuntungan :
- Mudah dibawa/praktis
- Relative murah.
Syarat :
- Bentuk baik
Bahan :
a. Bahan pengikat :
b. Bahan pengembang :
c. Bahan pelicin :
- Mengurangi gesekan.
d. Bahan pengisi :
VARIASI TABLET :
Adalah bentuk obat padat yang dibuat dengan jalan dikempa. Bentuknya dapat seperti cakram,
datar atau bi-komfek, oval, triangle atau yang lainya.
Pada tablet kunyah sebagai bahan pengisi dapat berupa ; manipol, sorbitol, lactose/dextrose,
ditambah bahan pemanis dan bahan pembau. Menguyah dapat mempercepat disentegrasi yang
berarti mempercepat terjadinya onset.
Tablet sering disalut agar menghilagkan rasa tidak enak dari obat . Menaikkan stabilitas obat
terhadap penggaruh uap, air dan cahaya. Terlihat lebih baik.
Dibuat dengan cara ; obat dibuat tablet kecil dulu sebagai inti/korl. Membuat granul (berbentuk
butiran) tablet yang mengandung obat lain. Granul tablet ini ditempa disekitar korl tablet inti.
Tablet bersalut film dibuat dengan cara yang sama dengan tablet salut gula atau dengan cara
disemprot dengan penyalut tensi udara (koater) salut film ini, berupa lapisan tipis kuatofolimer
seperti :
KAPSUL ( CAPSULAE )
Bentuk sediaan obat yang terbungkus dalam suatu cangkang atau sel yang berisi obat.
Ukuran kapsul :
- 1000 mg, 650 mg, 500 mg, 350 mg, 250 mg, 200 mg, 150 mg, 100 mg.
Jenis kapsul :
Keuntungan :
- Praktis
Indikasi :
Cangkang dibuat dari gelatin, metal cellulose. Obat yang berbentuk kapsul ini biasanya obat yang
rasanya tidak enak atau pahit, sehingga tidak mungkin diberikan kepada pasien begitu saja.
P I L ( PILULAE )
Sediaan padat, kecil, bulat dan mengandung satu atau lebih bahan obat.
Berat : 100 – 500 mg.
- Pembuatan lama
SERBUK ( PULVIS )
Serbuk = Powder
Bahan kimia tertentu dibuat sintetik, dari tumbuhan, binatang, bersifat halus, dapat melewati suatu
lubang saringan dengan ukuran tertentu.
PEMAKAIAN :
b. Wadah : karton, gelas, plastik → yang dirancang untuk pemakaian secara spesifik.
- Bedak tabur
d. Penggunaan :
- Absorbsi cairan
Obat yang berbentuk serbuk ini menurut campuran yang ditentukan oleh dokter melalui resep.
PULVERES = PUYER = CHARTULA
PULVERES = serbuk terbagi terdiri dari satuan dosis obat yang dibungkus dengan kertas puyer.
Kertas Puyer :
- Kertas putih
- Kertas lilin
- Kertas perkamen.
Keuntungan :
Relatif murah
Kerugian :
- Rasa tajam
KAPLET
Contohnya : Neoralgin.
DRAGEE
1. OBAT TRADISIONAL
adalah obat jadi atau obat berbungkus yang berasal dari bahan tumbuhan, hewan, mineral dan atau
sediaan dalam bentuk campuran dari bahan tersebut yang belum mempunyai data klinis dan
dipergunakan dalam usaha pengobatan berdasarkan pengalaman.
2. OBAT PATEN
adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat atau yang
dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.
3. OBAT GENERIK
adalah obat yang diproduksi dan diedarkan dengan menggunakan nama generic yaitu nama
berdasarkan Internasional Non Proprietary Name atau Farmakope untuk zat berkhasiat yang
dikandung yang mutunya dikendalikan secara ketat dan pada setiap kemasan diberi tanda logo
khusus.
4. OBAT ESSENSIAL
adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
terbanyak yang meliputi ; diagnosa, profilaksis / pencegahan , therapi dan rehabilitasi.
5. OBAT DALAM
adalah semua obat yang masuk kedalam tubuh lewat kerongkongan (oral) → biasanya diberi etiket
warna putih.
PENGGOLONGAN OBAT MENURUT UNDANG - UNDANG POKOK KESEHATAN RI.
Yaitu obat-obat yang dapat dengan bebas diperdagangkan, diperjual-belikan seperti barang-barang
dagangan lain.
Yaitu obat-obat yang dapat dibeli di Apotek, tanpa resep, juga di toko obat, dll.
Dalam penyerahannya diharuskan dalam bungkusan asli, hal ini untuk mencegah adanya
pemalsuan / penukaran. Disamping itu pada bungkusnya dicantumkan tanda-tanda peringatan ;
"AWAS OBAT KERAS".
Yaitu obat-obat yang dapat dibeli di Apotek dengan resep dokter, dan dapat diulangi tanpa resep
baru asalkan dokter yang bersangkutan menyatakan dalam resepnya "Boleh diulangi". Ditandai
dengan lingkaran merah dengan huruf K.
Yaitu obat-obat yang hanya dapat dibeli di Apotek dengan resep dokter dan tidak dapat diulangi
tanpa resep baru.
Pemerintah mengeluarkan peraturan khusus untuk obat-obat golongan ini dan obat-obat yang
dimasukkan dalam golongan ini adalah ; obat penenang, seperti valium, diazepam.
1. INDIKASI
Yaitu obat tersebut dapat diberikan ke pasien.
INDIKASINYA :
Efek Analgetik (efek utamanya ) adalah : menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri dari ringan
sampai berat.
2. KONTRA INDIKASI
Yaitu obat tersebut tidak dapat diberikan atau bila diberikan akan berbahaya.
Contoh :
Obat Oxytosin
Kontra Indikasinya adalah bila kelainan pada uterus ; Uterus pernah dioperasi (SC), atau pada
panggul sempit.
Istilah efek samping (side effect) lebih diartikan dari efek obat yang merugikan pasien yang
menggunakan obat tersebut.
Misalnya :
a. Obat Diphenhidramine
b. Obat Atropin
Efek utama suatu obat adalah efek yang paling menonjol dari sekian banyak efek yang mungkin
dapat ditimbulkan oleh obat tersebut apabila diberikan kepada pasien.
Misalnya :
5. REAKSI ALLERGI
Adalah efek atau akibat penggunaan obat yang tidak terkait dengan sifat aktivitas obat dan terjadi
pada pasien tertentu.
Reaksi allergi tidak berhubungan dengan dosis obat akan tetapi bergantung pada reaktiviti /
hepersensivitas dari pasien yang mendapatkan obat oleh karena terbentuknya kompleks antigen –
antibody yang menimbulkan efek / reaksi.
Dapat terjadi Shock Anafilaktik, edema larynx, urtikaria yang menyeluruh, conjunctivitis.
Salah satu bentuk lain dari efek obat yang merupakan efek lain yang tidak diinginkan atau
diharapkan adalah efek toksis
Ini terjadi pada penggunaan obat yang melebihi dosis terapeutik atau penggunaan bahan toksis /
racun yang tidak digunakan untuk pengobatan.
Adalah suatu larutan obat yang fisis dan kemis merupaka campuran homogen dari dua atau lebih
obat.
1.2. Elexir.
Adalah suatu larutan alkoholis dan diberi pemanis, mengandung obat dan diberi bahan pembau.
Sebagai pelarut dapat digunakan Gliserin, syrup atau larutan sorbitol.
1.3. Syrup
Adalah suatu larutan obat dalam larutan gula yang jenuh, biasanya diberi “ESSENS C”
1.4. Emulsi
Adalah terdiri dari campuran zat cair yang tidak mau campur, biasanya minyak dan air, dimana zat
cair yang satu terbispersi dalam zat cair yang lain dengan bantuan emulgator.
Obat yang larut dalam minyak dilarutkan dalam minyak sedangkan yang larut dalam air dilarutkan
dalam air.
Bentuk emulsi selain untuk oral, ada juga yang bentuk topikal dan injeksi.
1.5. Suspensi Oral.
Adalah terdiri dari campuran obat berupa zat padat terbagi halus yang terbispersi di dalam medium
cairan.
Biasanya cairan yang dipakai adalah air, dan sebelumya digunakan harus dikocok dahulu.
Bentuk sediaan obat yang berupa dengan suspensi oral adalah : Mixtura,
Suspensi oral, adalah merupakan sediaan cairan yang diberi Flavour mengandung obat padat
terbagi halus yang tidak larut.
Diberi bahan pensuspensi untuk menjaga stabilnya zat padat terdispersi dalam cairan, agar tetap
homogen → Beri tanda kocok terdahulu sebelum digunakan.
Mixtura adalah dapat mengandung atau tidak bahan pensuspensi. Umumnya merupakan sediaan
kurang fisked, karena partikelnya sangat halus maka akan menghambat pengendapan → Beri
tanda kocok dahulu sebelum digunakan.
5. Etiket :
- Obat luar atau obat dalam (obat dalam diberi etiket putih, obat
Bila mana ada pasien yang tidak tahan akan jenis obat tertentu maka harus ditulis dengan jelas
pada status pasien dengan tinta merah, agar dokter dapat memilih obat lain yang lebih aman.
Hal yang perlu dikaji adalah : Apakah pasien sedang menjalani terapi khusus :
Penderita Epilepsi
Penderita Malnutrisi
1. Perawat yang membagi obat harus bekerja dengan penuh konsentrasi dan tenang.
2. Setelah mengecek perintah pengobatan, bacalah tabel tiga kali ketika mempersiapkan obat :
- Saat mengembalikan.
3. Obat yang sudah lama, lebih-lebih yang sudah hilang etiketnya atau tidak jelas jangan dipakai.
a. Tepat pasien
b. Tepat Dosis
c. Tepat pemakaian
d. Tepat waktu
e. Tepat Obat.
5. Perhatikan pasien waktu minum obat, jangan meninggalkan obat diatas meja.
6. Jangan sekali-kali memberikan obat-obatan yang telah disiapkan orang lain, kecuali jelas ditugaskan
kepada kita.
8. Mencatat atau membubuhkan paraf pada waktu atau pada status pasien setelah memberikan obat.
10. Obat-obat yang dibeli sendiri oleh pasien harus disimpan dalam lemari obat pada tempat khusus,
dengan etiket nama yang jelas.
11. Menuangkan obat-obatan cair, jangan pada sisi yang ada etiketnya dan sejajar dengan mata.
12. Setiap kali selesai mengambil obat, tempat obat ditutup kembali.
13. Bila terjadi kesalahan dalam memberikan obat harus segera dilaporkan kepada yang bertanggung
jawab.
14. Usahakan agar tangan selalu bersih, ketika akan memberikan obat-obatan.
A. PERSEDIAAN ALAT-ALAT.
3. Tempat-tempat obat dan tutupnya serta etiket nama pasien menurut kamar dan nomor tempat tidur
4. Gelas pengukur
5. Gelas obat
6. Gelas minum
8. Sedotan
9. Pipet
10. Serbet
12. Baki
B. MENYIAPKAN OBAT :
1. Mencuci tangan
3. Mengambil obat dan memasukkan obat dalam tempat obat sesuai dengan nama dan tempat tidur
pasien.
4. Untuk pasien yang tidak bisa menelan dan menggunakan selang obat digerus.
1. Memberitahu pasien
2. Mencocokkan nama pasien dengan nama atau etiket pada tempat obat
3. Menanyakan kebiasaan pasien saat minum obat (apakah dengan memakai pisang, air minum, atau
yang lain)
4. Memeriksa kembali obat, lalu diberikan kepada pasien dan ditunggu sampai semua obat selesai
ditelan.
5. Pasien yang tidak dapat minum obat sendiri harus dibantu oleh perawat
6. Membereskan alat-alat
7. Mencuci tangan
8. Mencatat dan membubuhkan tanda paraf pada buku obat dan status pasien.
a. Kepada siapa obat tersebut diberikan : anak, bayi, dewasa atau manula.
b. Dimana lokasi yang akan diobati : lengan, mata, hidung, telinga atau kulit.
d. Apakah ada efek samping dari penggunaan obat tersebut. Ada tidaknya riwayat allergi.Reaksi dari
tubuh pasien terhadap pemberian obat.
Monofasik :
a. Bedak puder
Sedikit melekat pada kulit sehingga penyerapan oleh kulit sedikit. Sehingga kegunaannya terbatas
(hampir terbatas pada kosmetika dan hygiene )
Pada penyakit kulit umumnya efek bedak telalu ringan atau lemah, tetapi bermanfaat untuk hygiene
dan propilaktif.
b. Cairan (solution)
sebagai kompres tertutup/terbuka, bila ditambahkan zat pembentuk gel (gelatinium quafis) akan
menjadi gel.
c. Lemak (Salep)
2. Lemak nabati dan hewani merupakan lemak sejati dan dapat disaponifikasi
Dari kedua sub kelas ini bisa sebagai cairan, berminyak lunak (salep dalam arti sempit) atau padat.
Dalam kenyataan sehari-hari terdapat kekacauan istilah salep yang sering digunakan untuk
melukiskan setiap obat topical berminyak setengah padat. Oleh karena itu ditentukan istilah obat
berminyak sederhana dengan konsultasi lunak.
Bifasik :
Adalah obat yang isinya campuran antara kedua unsur monofasik. Campuran bedak dan cairan
menghasilkan bedak kocok dan bila disuspensikan dengan cairan menghasilkan lotio. Pasta kering
dihasilkan dengan pencampuran yang sama antara bedak dan cairan. Campuran bedak dan lemak
menghasilkan pasta berlemak dan linimenta.
1. O/W : Oil in Water (minyak dalam Air) menghasilkan krem jenis vanishing.
2. W/O : Water in Oil (Air dalam Minyak) menghasilkan krem jenis cold cream/krem penyejuk.
Penggunaan krem lebih menguntungkan karena lebih mudah memakainya (mudah
mengoleskannya), dan tidak mengotori
Trifasik :
a. Tetes mata
Instilatio
Alat yang digunakan pipet, atau botol obat sendiri yang telah dibuat demikian rupa sehingga obat
dapat menetes dengan baik.
b. Salep mata
c. Obat dalam bentuk cairan yang lain pemberiannya tidak dengan pipet atau karena jumlahnya lebih
banyak (aseptio). Sisa dengan gelas mata.
Biasanya digunakan untuk mengurangi hidung yang tersumbat. Beberapa jenis anestesi juga dapat
diteteskan untuk memperoleh efek local pada hidung.
Pengunaan tetes hidung mengandung minyak cenderung mengganggu fungsi bulu hidung.
Menghirup uap/gas dari obat bahan sediaan lain. Bentuk dasar obat biasa padat atau cair yang
diambil uapnya.
c. Salep
boorzalf digunakan untuk menghentikan perdarahan hidung yang dengan pengobatan biasa sulit
dihentikan. Penggunaannya biasanya menggunakan tampon.
a. Cair
obat kumur atau gargarisma untuk mengobati infeksi pada mukosa mulut dan tenggorokan.
Beberapa jenis obat cair diberikan dengan mengoleskan
Bila dihisap melepaskan zat aktif, bila ditelan tenggorokan teras disegarkan. Mengunyah atau
menelan lozenge memperpendek periode kontak dengan jaringan dan mengurangi efektifitasnya.
Contoh : degirol, sentril dll.
c. Spray.
Dengan cara menyemprotkan kedalam rongga mulut/tenggorokan untuk memperoleh efek setempat
a. Suppositoria
Pil taruh berbentuk semisolid pada suhu dingin dan mudah mencair pad suhu tubuh.
b. Krim
c. Douche
Obat berbentuk cair berisi anaseptik untuk mengurangi bakteri pathogen pada vagina.
Penggunaannya dengan alat khusus (canule) seperti pada irigasi beberapa saat 12 – 15 menit
cairan dikeluarkan.
Pemberian
Pengertian :
Tujuan :
indikasi :
macam obat :
- berupa salep.
1. Prosedur kerja
2. Mencuci tangan dan menyiapkan alat-alat, baki berisi :
- obat tetes yang telah ditentukan
- Bak instrument kecil berisi : Pinset anatomis, kain kasa steril beberapa potong
- Kom steril kecil berisi bulatan kapas steril dalam larutan boowater/larutan garam 0,9%
- Plester
- Gunting perban
- Balutan
9. melepaskan tangan yang membuka kelopak mata bawah, pasien dianjurkan untuk menutup dan
mengedip-ngedipkan matanya.
10. membersihkan sekitas mata dari sisa obat menggunakan kain kasa steril
11. bila perlu dibalut atau ditutup dengan kain kasa steril dan diplester
Tambahkan komentar
2.
MAR
29
Pengorganisasian farmakologi
PENGORGANISASIAN TINDAKAN
KOLABAROSI DALAM PELAKSANAN
PRINSIP FARMAKOLOGI
by : Suhardiman
Disampaikan sebagai bahan perkuliahan Farmakologi pada mahasiswa tingkat II semester Genap
Farmakologi dalam prospek pengorganisasian tindakan kolaboratif hendaknya terlebih dahulu dapat
difahami pengertian farmakologi itu sendiri oleh seorang perawat.
Logos = Ilmu
Farmakologi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang OBAT dan PENGOBATAN,
mulai dari obat diberikan sampai dikeluarkan dari tubuh, untuk :
Pencegahan
Pengobatan / penyembuhan
Agar dokter dan perawat dapat memiliki dan menggunakan OBAT secara rasional dengan
memperhatikan kemanjuran dan keamanannya.
Yang dimakasud dengan penggunaan OBAT secara rasional adalah : 5 T dan 1 W, yaitu :
OBAT adalah semua bahan (kimia) yang dapat mempengaruhi organisme hidup diberikan kepada
makhluk hidup dengan tujuan untuk menyembuhkan, menghilangkan penyakit, meningkatkan
kesehatan dan atau mempertahankan kesehatan antara lain, melalui :
Pemberian obat menjadi salah satu tugas kolaboratif perawat yang paling penting, karena :
1. Perawat merupakan mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien.
2. Perawat bertanggung jawab bahwa obat sudah diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar
diminum oleh pasien.
3. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan.
Misalnya : pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu.
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa, seperti : papan identitas di tempat tidur
atau ditanyakan langsung ke pasien.
2. OBAT YANG BENAR
Sebelum memberi obat, label pada botolnya harus diperiksa 3 (tiga) kali :
Pertama :
Saat membaca permintaan obatnya dan botolnya diambil dari rak/lemari obat.
Kedua :
Ketiga :
Bila label obat tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai / diberikan kepada pasien dan harus
dikembalikan ke bagian farmasi.
Sebelum obat diberikan ke pasien, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan apoteker atau penulis resep sebelum dilanjutkan.
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute berbeda, factor yang menentukan rute pemberian terbaik
ditentukan oleh :
a. Oral
b. Parenteral
c. Topikal
d. Rektal
e. Inhalasi
Yaitu rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena :
- Ekonomis
- Intravena (IV)
- Intramuskuler (IM)
- Intracutan (IC)
- Subcutan (SC)
Obat dapat diberikan melalui rute rectal berupa : enema atau supositoria.
Pemberian obat melalui rectal dilakukan untuk memperoleh efek local, seperti pada pasien
konstipasi atau hemorrhoid.
Pemberian salbutamol (Ventolin) untuk pasien ashma, atau dalam keadaan darurat ( misalnya terapi
oksigen ).
Khususnya bagi obat yang efektifitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar
darah yang memadai, bahwa obat itu diberi pada waktu yang tepat.
Jika obat itu harus diminum sebelum makan ( ante cimum atau A.C. ) untuk mempertahankan kadar
yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan.
Hal ini berlaku untuk banyak antibiotic, misalnya : tetrasiklin dikhelasi, yaitu terbentuk senyawa yang
tidak larut jika diberi bersama susu atau makanan tertentu, yang mengikat sebagian besar obat itu
sebelum dapat diserap.
Sebaliknya ada obat yang harus diminum setelah makan, yaitu untuk menghindari iritasi berlebihan
pada lambung, misalnya : Indometasin.
Dosis obat
Waktu dan
Bila pasien menolak minum obatnya, atau obat itu tidak sampai diminum, harus dicatat alasannya
dan dilaporkan.
Secara garis besar peran perawat dalam pemberian obat adalah sebagai berikut :
1. Sebagai Pelaksana
Artinya seorang perawat dapat melaksanakan tindakan keperawatan ( tindakan kolaborasi )dalam
pemberian obat dengan perinsip 5 T & 1 W, dan 5 B.
2. Sebagai Pengelola
3. Sebagai Pendidik
Dapat menjelaskan kepada pasien tentang fungsi obat, reaksi dan efek samping obat agar
menimbulkan sikap kooperatif pasien.
4. Sebagai Peneliti
Melakukan kunjungan rumah (home visit) untuk mengetahui, mengobservasi dan menggali
pengetahuan pasien.
Implikasi keperawatan dalam farmakologi mencakup hal-hal yang berkaitan dengan proses
keperawatan antara lain pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
5. Etiket :
- Obat luar atau obat dalam (obat dalam diberi etiket putih, obat
5. Keadaan pasien :
Hal yang perlu dikaji adalah : Apakah pasien sedang menjalani terapi khusus :
Penderita Epilepsi
Penderita Malnutrisi
Bila mana ada pasien yang tidak tahan akan jenis obat tertentu maka harus ditulis dengan jelas
pada status pasien dengan tinta merah, agar dokter dapat memilih obat lain yang lebih aman.
1. Perawat yang membagi obat harus bekerja dengan penuh konsentrasi dan tenang.
2. Setelah mengecek perintah pengobatan, bacalah tabel tiga kali ketika mempersiapkan obat :
- Saat mengambil obat
- Saat mengembalikan.
3. Obat yang sudah lama, lebih-lebih yang sudah hilang etiketnya atau tidak jelas jangan dipakai.
a. Tepat pasien
b. Tepat Dosis
c. Tepat pemakaian
d. Tepat waktu
e. Tepat Obat.
5. Perhatikan pasien waktu minum obat, jangan meninggalkan obat diatas meja.
6. Jangan sekali-kali memberikan obat-obatan yang telah disiapkan orang lain, kecuali jelas ditugaskan
kepada kita.
8. Mencatat atau membubuhkan paraf pada waktu atau pada status pasien setelah memberikan obat.
10. Obat-obat yang dibeli sendiri oleh pasien harus disimpan dalam lemari obat pada tempat khusus,
dengan etiket nama yang jelas.
11. Menuangkan obat-obatan cair, jangan pada sisi yang ada etiketnya dan sejajar dengan mata.
12. Setiap kali selesai mengambil obat, tempat obat ditutup kembali.
13. Bila terjadi kesalahan dalam memberikan obat harus segera dilaporkan kepada yang bertanggung
jawab.
14. Usahakan agar tangan selalu bersih, ketika akan memberikan obat-obatan.
Terimakasih semoga bermanfaat, wasaalam
Tambahkan komentar
Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.