Anda di halaman 1dari 34

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI I
(EDISI 3)

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2023/2024

1
PETUNJUK PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI 1 (EDISI 3)

Edisi 1
Tahun 2021
Edisi 2
Tahun 2022
Edisi 3
Tahun 2023

Penanggung jawab
Dr. apt. Nutrisia A. Sayuti, M.Sc.

Layout & Tatabahasa


Vilian Septiana, A.Md.Farm
Elvin Sefiadita, A.Md.Farm
Ivan Nuryanto, A.Md.Farm
Ardian Julianto, A.Md.
Wildan Novian, A.Md.Farm.

Penulis
apt. Nur Atikah, M.Sc.
apt. Dwi Subarti, M.Sc.

Program Studi DIII Farmasi


Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta

2
HALAMAN PENGESAHAN

Modul praktikum Prodi DIII Farmasi Politeknik Kesehatan Surakarta dengan


judul Modul Praktikum:

“ Farmakologi 1 (Edisi 3)”

Telah diperiksa dan telah mendapat pengesahan sebagai buku petunjuk praktikum DIII
Farmasi

Klaten, 01 Agustus 2023


Ketua Jurusan Farmasi Koordinator Mata Kuliah

Dr. apt. Nutrisia A. Sayuti, M.Sc. apt. Nur Atikah, M.Sc.


NIP. 198101242012122001 NIP. 199007302020122007

3
VISI MISI

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

VISI
Menjadi Program Studi D3 Farmasi yang menghasilkan Ahli Madya Farmasi yang unggul
kompetitif dan mampu bersaing di pasar global dengan keunggulan dibidang handling
sitostatika dan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) terutama pada pasien kanker,
stroke dan kardiovaskuler serta mampu menjadi enterpreneur di bidang Farmasi pada
Tahun 2035.

MISI
1. Menyelenggarakan Program Studi D3 Farmasi yang menghasilkan Ahli Madya
Farmasi yang profesional, kompetitif, dan berwawasan global dengan keunggulan
di bidang handling sitostatika dan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)
terutama pada pasien kanker, stroke dan kardiovaskuler serta mampu menjadi
enterpreneur di bidang Farmasi
2. Menyelenggarakan penelitian yang mendukung program pendidikan yang unggul
pada bidang handling sitostatika dan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)
terutama pada pasien kanker, stroke dan kardiovaskuler serta mampu menjadi
enterpreneur di bidang Farmasi.
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat bidang handling sitostatika dan
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) terutama pada pasien kanker, stroke dan
kardiovaskuler serta mampu menjadi enterpreneur di bidang Farmasi.
4. Menyelenggarakan Tata Kelola Penyelenggaraan pendidikan yang akuntabel
dengan jaminan mutu.
5. Mengembangkan Kemitraan dengan institusi lain baik nasional maupun
internasional.

Mengetahui,
Ketua Jurusan Farmasi

Dr. apt. Nutrisia A. Sayuti., M.Sc.

4
KATA PENGANTAR

Selamat datang dalam mata kuliah praktikum farmakologi I, mata kuliah praktikum
ini merupakan mata kuliah pendukung untuk mata kuliah teori farmakologi I. Mata kuliah ini
merupakan lanjutan dari mata kuliah praktikum farmakologi I. Topik pada mata kuliah ini
terdiri dari farmakologi sistem saluran cerna, farmakologi sistem kardiovaskuler, konversi
dosis obat antipiretik, uji obat antipiretik, konversi dosis obat antidiare, uji obat antidiare,
farmakologi obat sistem saraf pusat, farmakologi obat diuretika, farmakologi obat
dislipidemia, konversi dosis obat analgesic, uji obat analgesik, konversi obat diuretik dan uji
obat diuretik. Melalui mata kuliah ini anda mampu mengamati efek-efak farmakokinetik dan
farmakodinamik obat melalui hewan uji, mengembangkan keterampilan bereksperimen,
keterampilan berpikir dan bekerja secara ilmiah, selain itu melalui mata kuliah ini anda dapat
memperoleh ide-ide yang dapat dikembangkan menjadi tema dalam menyusun karya tulis
ilmiah (KTI).
Mata kuliah ini menuntut anda untuk menerapkan konsep-konsep farmakokinetik dan
farmakodinamik dalam praktikum, selain itu anda juga dituntut untuk mampu menangani
hewan uji, mengamati dan mencatat hasil percobaan, menganalisis data hasil percobaan,
serta menyimpulkan hasil percobaan. Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan anda
mampu membuat laporan Praktikum Farmakologi I. Kemampuan tersebut akan anda
dapatkan dengan menguasai kompetensi-kompetensi khusus berikut ini:

1. Farmakologi sistem saluran cerna


2. Farmakologi sistem kardiovaskuler
3. Konversi dosis obat antipiretik
4. Uji obat antipiretik
5. Konversi dosis obat antidiare
6. Uji obat antidiare
7. Farmakologi obat sistem saraf pusat
8. Farmakologi obat diuretik
9. Farmakologi obat dislipidemia
10. Konversi dosis obat analgesik
11. Uji obat analgesik
12. Konversi obat diuretic
13. Uji obat diuretic.

Buku petunjuk praktikum farmakologi ini merupakan panduan praktikum yang


diambil dari buku praktikum farmakologi yang disusun oleh Pusdik SDM Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan literatur lain yang sesuai. Penulis menyadari
bahwa buku penutun praktikum ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran
sangat penulis harapkan demi perbaikan berikutnya. Akhir kata semoga buku ini bermanfaat
bagi semua yang menggunakannya.
Klaten, Agustus 2023
5
Penulis

6
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan…..………………………………………....………………... 2
Visi Misi…………………………………………………………………………….3
Kata Pengantar…………………………………………………....………………... 4
Daftar Isi……..………………………………………………………..………….... 5
Tata Tertib Praktikum…..……………………………………………..…………… 6
Jadwal Praktikum………………………………………………....………………... 7
Pedoman Bekerja dengan Hewan Uji.…………………………....………………... 9
Praktikum I Pendahuluan/Asistensi...........................................................................10
Praktikum II FGD Farmakologi Obat Sistem Saluran Cerna.....................................17
Praktikum III FGD Farmakologi Obat Sistem Kardiovaskuler.................................22
Praktikum IV Konversi Dosis Obat Antipiretik.........................................................27
Praktikum V Uji Obat Antipiretik..............................................................................37
Praktikum VI Konversi Dosis Obat Antidiare...........................................................42
Praktikum VII Uji Obat Antidiare..............................................................................
Praktikum VIII FGD Farmakologi Obat Sistem Saraf Pusat.....................................
Praktikum IX FGD Farmakologi Obat Diuretika.......................................................
Praktikum X FGD Farmakologi Obat Dislipidemia..................................................
Praktikum XI Konversi Dosis Obat Analgesik..........................................................
Praktikum XII Uji Obat Analgesik............................................................................
Praktikum XIII Konversi Dosis Obat Diuretik..........................................................
Praktikum XIV Uji Obat Diuretik..............................................................................
Daftar Pustaka............................................................................................................
Format Laporan Praktikum…..………………………………………....…………..

7
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Mahasiswa wajib datang tepat waktu serta mengisi daftar absensi sebelum praktikum
dimulai. Jika terlambat lebih dari 5 menit tanpa alasan yang jelas tidak diperkenankan
mengikuti praktikum.
2. Mahasiswa yang berhalangan hadir harus memberikan surat
pemberitahuan (surat dokter bila sakit/surat keterangan keluarga bila keluarga inti
meninggal) yang sudah diserahkan sebelum praktikum dimulai.
3. Tidak hadir tanpa pemberitahuan dianggap gugur, kehadiran wajib
mata kuliah praktikum 100%.
4. Setiap mahasiswa diwajibkan membawa pensil, bolpoin, pensil warna
dan alat tulis lainnya serta membawa lap kering, tisu, dan APD.
5. Selama praktikum dan pengamatan mahasiswa harus memakai jas
praktikum dan tidak diperkenankan memakai sandal.
6. Sebelum praktikum dimulai, mahasiswa harus sudah mempelajari petunjuk praktikum
dan pustaka penunjang lainnya untuk materi praktikum yang bersangkutan dan membuat
persiapan pada buku laporan praktikum.
7. Sebelum praktikum dimulai, cek kembali alat-alat atau bahan yang dibutuhkan.
Peminjaman dan pengembalian alat-alat laboratorium sesuai aturan laboratorium.
Apabila terdapat gangguan atau kerusakan alat harus dilaporkan secepatnya.
8. Selama praktikum berlangsung tidak diperkenankan meninggalkan
ruang praktikum tanpa ijin dari dosen/laboran.
9. Semua alat/meja harus kembali bersih setelah praktikum selesai.
10. Alat praktikum yang rusak/hilang/pecah selama masih dalam peminjaman, wajib
diusahakan gantinya sesuai dengan spesifikasi alat tersebut secepat mungkin. Semua
peralatan yang dipinjam setiap kelompok praktikum, disediakan labolatorium untuk
pemakaian bersama sehingga menjadi tanggung jawab seluruh kelompok yang
praktikum pada hari yang bersangkutan.
11. Mahasiswa harus berhati-hati dalam bekerja.
12. Selesai praktikum mahasiswa wajib membuat laporan di buku laporan
praktikum dikumpulkan seminggu setelah pelaksanaan praktikum.
13. Hal-hal yang belum diatur di tata tertib ini akan diatur dikemudian hari oleh dosen
pengampu mata kuliah.

8
PEDOMAN BEKERJA DENGAN HEWAN UJI

1. Praktikan lainnya harus selalu memperlakukan hewan sebagai makhluk perasa (sentient)
dengan kasih sayang, menganggap penting arti pemeliharaan dan penggunaan hewan
yang tepat, dan mengerti cara penghindaran dan pengurangan ketidaknyamanan,
kesusahan, dan rasa nyeri pada hewan sebagai keharusan etis.
2. Mencit dapat dipegang dengan cara menjepit kulit di bagian leher belakang (tengkuk)
dengan ibu jari dan jari telunjuk. Sedangkan tikus dipegang dengan jari telunjuk dan jari
tengah untuk menjepit kepalanya, sementara tangan yang lain digunakan untuk
memegang ekor dan menahan bagian bawah badan tikus.
3. Praktikan harus menggunakan handscoon dan sarung tangan kain untuk menghindari
tangan dari gigitan hewan uji
4. Hewan uji biasanya memberikan hasil dengan deviasi yang lebih besar dibandingkan
dengan percobaan in vitro karena adanya variasi biologis. Maka untuk menjaga agar
variasi tersebut minimal, hewan dengan spesies /strain, usia, dan jenis kelamin yang
sama, dipelihara pada kondisi yang sama pula.
5. Hewan yang digunakan untuk keperluan penelitian harus disediakan kondisi hidup yang
baik.
6. Hewan uji diberi akses makanan dan air minum yang sesuai dan memadai untuk
kesehatan hewan mencakup jumlah dan komposisi nutrisi.
7. Untuk mengurangi variasi biologi hewan uji dipuasakan semalam sebelum percobaan.
Pada periode ini hewan uji diperbolehkan minum.
8. Pemusnahan hewan uji
Cara terbaik untuk membunuh hewan uji tikus dan mencit yaitu dengan inhalasi
menggunakan kloroform, karbondioksida, nitrogen dan lain-lain di dalam wadah tertutup
untuk semua hewan uji. Hewan uji disembelih kemudian dimasukkan ke dalam kantong
plastik dan diabukan.

9
PRAKTIKUM 4
KONVERSI DOSIS OBAT ANTIPIRETIK

A. Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan perhitungan konversi dosis obat antipiretik dari manusia ke
mencit.
B. Teori
Rute pemberian obat pada praktikum ini difokuskan pada hewan uji tikus dan mencit.
Macam-macam rute pemberian obatnya yaitu secara peroral, sub kutan, intra peritoneal, intra
muscular, dan intra vena. Setiap hewan uji memiliki batas volume maksimum yang boleh
diberikan. Sehingga disarankan untuk memberikan setengah volume maksimum.
Tabel 4.1 Volume maksimum larutan yang dapat diberikan pada hewan uji
Volume maksimum (ml)
Hewan Uji Cara Pemberian
i.v i.m i.p s.c p.o
Mencit (20-30 g) 0,5 0,05 1,0 0,5-1,0 1,0
Tikus (100 g) 1,0 0,1 2,0-5,0 2,0-5,0 5,0
Hamster (50 g) - 0,1 1,0-5,0 2,5 2,5
Marmot (250 g) - 0,25 2,0-5,0 5,0 10,0
Merpati (300 g) 2,0 0,5 2,0 2,0 10,0
Kelinci (2,5 kg) 5,0-10,0 0,5 10,0-20,0 5,0-10,0 20,0
Kucing (3 kg) 5,0-10,0 1,0 10,0-20,0 5,0-10,0 50,0
Anjing (5 kg) 10,0-20,0 5,0 20,0-50,0 5,0-10,0 100,0
Dosis obat yang diberikan pada hewan uji dalam uji farmakologi harus
mempertimbangkan dosis efektif pada manusia. Perhitungan dosis harus melihat berat badan
hewan uji yang digunakan untuk disesuaikan. Perkalian dengan faktor konversi digunakan
jika menggunakan subyek uji berbeda. Tabel faktor konversi dosis antar jenis subyek uji
dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 4.2 Konversi perhitungan dosis antar jenis subyek uji (Laurence dan Bacharach, 1964)
Mencit Tikus Marmut Kelinci Kera 4 Anjing Manusia
20 g 200 g 400 g 1,5 kg kg 12 kg 70 kg
10
Mencit 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,2 387,9
20 g
Tikus 0,14 1,0 1,74 3,9 9,2 17,8 56,0
200 g
Marmut 0,08 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5
400 g
Kelinci 0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2
1,5 kg
Kera 4 0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1
kg
Anjing 0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1
12 kg
Manusia 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0
70 kg

C. Alat
1. Kalkulator
2. Lembar kerja pada laporan awal
3. Timbangan hewan dan wadahnya

D. Hewan Uji
Hewan yang digunakan adalah mencit jantan, galur Swiss dengan berat badan 20 g- 30 g
berumur antara 6 – 8 minggu

E. Cara Perhitungan Konversi Dosis


Dosis lazim paracetamol pada manusia = 500 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g = dosis lazim x faktor konversi
= 500 mg x 0,0026
= 1,3 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 30 g = (30 g / 20 g) x 1,3 mg
= 1,95 mg
Dosis ini diberikan dalam volume = 0,2 ml
Dibuat sebanyak = 100 ml
Jumlah parasetamol yang digunakan = (100 ml / 0,2 ml) x 1,95 mg
= 975 mg atau 0,975 g
% kadar parasetamol = (0,975 g / 100 ml) x 100%
= 0,975 %

11
F. Cara Pengenceran dari Tablet
Parasetamol tersedia dalam sediaan tablet dengan kekuatan sediaan 500 mg,
untuk membuat larutan 975 mg parasetamol, dibutuhkan 2 tablet parasetamol (masing-
masing dengan kekuatan sediaan 500 mg). Dua tablet tersebut digerus dan ditimbang,
bobot serbuk dimisalkan 1200 mg. Maka jumlah serbuk yang diambil yaitu:

= 0,975 x 1200 mg
= 1170 mg
Sehingga, untuk membuat 100 ml larutan parasetamol 0,975%, dibutuhkan sebanyak 1170
mg serbuk tablet parasetamol.

G. Cara Pengenceran dari Sirup Parasetamol


Jika di dalam percobaan menggunakan sirup parasetamol, diketahui sirup
parasetamol mengandung parasetamol 120 mg per sendok teh (5 mL). Dikarenakan dalam
percobaan ini dibutuhkan parasetamol sebanyak 975 mg, maka untuk membuat larutan
parasetamol 0,975%.
Konsentrasi sirup parasetamol = 120 mg / 5 mL
Jumlah parasetamol yang dibutuhkan = 975 mg
Jadi jumlah sirup parasetamol yang diambil = (975 mg/120 mg) x 5 mL
= 40,625 ml ~ 40,6 ml
Sehingga, untuk membuat 100 ml larutan parasetamol 0,975%, dibutuhkan sebanyak 40,6 ml
sirup parasetamol.

H. Cara Pengenceran
Larutan Parasetamol dengan kadar 0,975 % dibuat dengan menimbang sebanyak 1170
mg serbuk tablet parasetamol, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml lalu tambahkan
larutan CMC-Na 1% hingga 100 ml, kocok hingga homogen.

12
I. Cara Kerja
1. Mencit diambil di kandangnya sejumlah yang diperlukan
2. Dilakukan penimbangan berat badan mencit
3. Hasil berat badan mencit dicatat

J. Tabel Hasil Percobaan


Mencit Berat Badan (gram)
1
2
3

K. Lembar Kegiatan Mahasiswa


Dihitung konversi dosis manusia ke mencit untuk obat:
a) Ibuprofen dengan dosis lazim 400 mg
b) Asam mefenamat dengan dosis lazim 500 mg
Perhitungan dituliskan pada laporan

13
PRAKTIKUM 5
UJI OBAT ANTIPIRETIK

A. Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan uji obat antipiretik pada hewan uji mencit.

B. Teori
Demam didefinisikan sebagai kenaikan suhu tubuh diatas suhu tubuh normal (lebih dari
1000F atau 37,80C), obat yang digunakan untuk menurunkan demam dikenal sebagai
antipiretik. antipiretik bekerja dengan menghambat pembentukan PGE2, yang mengurangi
umpan balik antara neuron yang mengatur demam dan hipotalamus dengan demikian mampu
menurunkan demam. Semua antipiretik bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase,
sama seperti kerja dari analgetik, pengaturan suhu tubuh memerlukan keseimbangan yang
akurat antara pembentukan dan hilangnya panas; hipotalamus mengatur set point sehingga
suhu dipertahankan. Saat demam, set point ini meningkat dan NSAID mendorongnya
kembali ke keadaan normal. Obat ini tidak mempengaruhi suhu tubuh jika suhu tubuh jika
suhu tubuh naik oleh faktor seperti olahraga atau meningkatnya suhu lingkungan. Demam
pada hewan uji dapat diinduksi dengan pemberian:
1. Pepton 5%, diberikan sebanyak 1,0 ml/200g secara subkutan
2. Vaksin DPT-HB 0,2 ml/ 200g, secara intramuskular pada bagian paha untuk
menginduksi terjadinya demam
3. Vaksin Kotipa (kombinasi vaksin kolera, tifus dan paratifus) dengan dosis 0,6 mL/kgBB
intra-muskuler (i.m.) (2 kali pemberian selama seminggu) dan perubahan suhu tubuh
diamati tiap 30 menit selama 5 jam
Hewan coba dikatakan demam jika suhu mencapai 380C sampai 40°C atau kenaikan
suhu di atas 1,50C dari suhu basal.
14
C. Alat
Alat yang digunakan yaitu:
1. Batang pengaduk
2. Spoit oral
3. Stop watch
4. Termometer badan
5. Timbangan berat badan
Bahan yang digunakan yaitu:
1. Alkohol 70%
2. Aqua destilat,
3. Sirup Antalgin
4. Sirup Ibuprofen
5. Sirup Parasetamo

D. Hewan Uji
Hewan yang digunakan adalah mencit jantan, galur lokal dengan berat badan 20 g- 30
g berumur antara 6 – 8 minggu

E. Cara Perhitungan dan Pembuatan Larutan Pepton


Pembuatan Larutan pepton 5%, sebanyak 1,0 ml/200 g (diberikan secara subkutan).
Pepton 5% berarti bahwa terdapat 5 gram serbuk dalam 100 ml larutan aquadest. Bila
dibuat 50 ml larutan, maka jumlah serbuk pepton yang dibutuhkan yaitu:
5 g/100 ml = jumlah serbuk yang dibutuhkan/50 ml
Jumlah serbuk yang dibutuhkan = (5 g/100 ml) x 50 ml
= 2,5 gram
Sehingga, cara pembuatan larutan pepton 5% yaitu dilarutkan 2,5 gram serbuk pepton
dalam 50 ml aquadest.

Dimisalkan berat badan mencit 30 gram, dosis yang diperlukan adalah 1 ml/200 gram
BB mencit, maka dosis untuk 30 gram mencit yaitu:
1 ml/200 gram = jumlah volume yang disuntikkan/30 gram
Jumlah volume yang disuntikkan = (1 ml/200 gram) x 30 gram
15
= 0,15 ml
Sehingga, jumlah pepton yang disuntikkan pada mencit dengan BB 30 gram yaitu
0,15 ml.

F. Tugas Perhitungan
Tugas perhitungan ini dimasukkan dalam laporan awal:
1. Hitung jumlah volume yang dibutuhkan untuk pepton sesuai dengan berat mencit
pada percobaan!
2. Hitung konversi dosis dari manusia ke mencit untuk parasetamol dosis lazim 500
mg, ibuprofen dosis lazim 400 mg dan antalgin dosis lazim 500 mg

G. Cara Kerja
1. Cara pembuatan Natrium CMC 1 %
a. Panaskan kurang lebih 200 ml air hingga mendidih
b. Timbang Na.CMC sebanyak 1 g
c. Masukkan Na.CMC kedalam beaker gelas 300 ml lalu tambahkan 50 ml air
panas
d. Aduk campuran tersebut dengan mixer hingga homogen, ditandai dengan tidak
nampaknya lagi serbuk berwarna putih dan campuran berupa seperti gel.
e. Tambahkan air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga volume larutan
tersebut menjadi 100 ml, kemudian dinginkan
2. Cara pembuatan larutan uji
(lihat materi cara pengenceran pada praktikum 4)
3. Cara uji hewan mencit
Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 4 kelompok dan masing–masing kelompok
terdiri dari 3 ekor. Setiap kelompok dipisahkan dalam kandang yang berbeda. Sebelum
percobaan dilakukan mencit diaklimatisasi selama 7 hari untuk membiasakan pada
lingkungan percobaan, dipelihara dalam ruangan dengan suhu kamar, siklus cahaya terang :
gelap (14:10) pemberian makan dengan pakan reguler dan air minum, sebelum perlakuan
mencit dipuasakan selama 18 jam tetapi tetap diberikan air minum dan diberi makanan
standar.
Hewan dianggap sehat apabila perubahan berat badan tidak lebih dari 10% serta
memperlihatkan perilaku normal
16
1. Digunakan mencit jantan sebanyak 12 ekor Setelah ditimbang, hewan dikelompokkan
secara rawu yang dibagi dalam 4 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 3 ekor
2. Semua hewan uji dilakukan pengukuran suhu rektal awal sebelum penyuntikan, suhu
dicatat sebagai ta
3. Mencit diberi larutan pepton 5%, sebanyak 1,0 ml/200 g secara subkutan untuk
menginduksi terjadinya demam (sesuai dengan perhitungan pada tugas)
4. Semua hewan uji yang mengalami peningkatan suhu tubuh sebesar atau sama dengan
1,5OC dapat dikategorikan demam (dicek setelah 30 menit)
5. Setelah didapatkan suhu demam, seluruh hewan uji diberikan bahan uji sesuai dengan
kelompok yaitu:
a. Kelompok I sebagai kontrol, diberikan larutan aquadest
b. Kelompok II sebagai kelompok parasetamol diberi sirup parasetamol
c. Kelompok III sebagai kelompok ibuprofen diberi sirup ibuprofen
d. Kelompok IV sebagai kelompok antalgin diberi sirup antalgin
Semua pemberian dengan dosis 0,2 ml/20 g BB mencit (sesuai dengan hitungan
dosis pada tugas)
6. Efek antipiretik dari masing-masing perlakuan dinilai melalui pengukuran suhu rektal
dari menit ke-30, 60, 90, dan 120 setelah pemberian bahan uji dengan menggunakan
termometer digital

H. Tabel Hasil Percobaan


Tabel Pengamatan Suhu mencit
Rata-rata suhu rektal mencit (0C) pada menit ke -
Perlakuan Replikasi
ta t0 30’ 60’ 90’ 120’
CMC-Na 1
2
3
Parasetamol 1
2
3
Ibuprofen 1
2

17
3
Antalgin 1
2
3
Ket:
ta = suhu rektal sebelum penyuntikan pepton 5%
t0 = suhu rektal setelah penyuntikan pepton 5%

Kelompok Perlakuan
Waktu Menit ke-
CMC-Na Parasetamol Ibuprofen Antalgin
t0 0
t1 30’ (t1-t0)
t2 60’ (t2-t1)
t3 90’ (t3-t2)
t4 120’ (t4-t3)

I. Lembar Kerja Mahasiswa


Jawaban lembar kerja ini dicantumkan di bagian akhir laporan akhir
1. Jelaskan bagaimana tubuh mengatur suhu tubuh
2. Jelaskan mekanisme demam dari induksi pepton
3. Jelaskan mekanisme antipiretik dari parasetamol, ibuprofen dan antalgin

18
PRAKTIKUM 6
KONVERSI DOSIS OBAT ANTIDIARE

A. Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan perhitungan konversi dosis obat antidiare dari manusia ke
mencit.

B. Teori
Penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis merupakan salah satu penyakit
yang masih banyak dijumpai di masyarakat, terbukti pada survei pengobatan tradisional di
Garut dan Baduy Selatan, diperoleh hasil bahwa dari 10 penyakit terbanyak, ternyata diare
mempunyai rangking tertinggi (71%) dibanding penyakit lain. Diare biasanya ditandai
dengan frekuensi defekasi melebihi frekuensi normal, konsistensi encer, bersifat akut dan
kronis. Diare akut ditandai dengan adanya infeksi yang disebabkan oleh bakteri Escherichia
coli, Shigella SP, Salmonella SP, virus seperti rotavirus dan adenovirus, amuba, dapat juga
oleh toksin bakteri seperti Staphylococcus aureus, Clostridium welchii yang mencemari
makanan, adapula yang disebabkan oleh suatu penyakit diantaranya colitis ulcerosa, p.
Chrohn, irritable bowel syndrome, kanker kolon dan inveksi HIV.
Gejala klinik diare pada umumnya adalah Fase prodromal (Sindrom Pradiare), antara
lain, perut terasa penuh, mual, muntah, keringat dingin, pusing. Fase diare, antara lain, diare
dengan segala akibatnya berlanjut yaitu dehidrasi, asidosis, syok, mules, kejang, dengan atau
tanpa panas, pusing. Fase penyembuhan, antara lain, diare makin jarang, mules berkurang
penderita merasa lemas atau lesu (Hudayani, 2008).
19
C. Alat
1. Kalkulator
2. Lembar kerja pada laporan awal
3. Timbangan hewan dan wadahnya

D. Hewan Uji
Hewan yang digunakan adalah mencit jantan, galur Swiss dengan berat badan 20 g- 30 g
berumur antara 6 – 8 minggu

E. Cara Perhitungan Konversi Dosis


Dosis lazim Loperamid untuk manusia = 2 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g = Dosis Lazim x Faktor Konversi
= 2 mg x 0,0026 = 0,0052 mg
Untuk mencit dengan berat 30 g = (30 g/ 20 g) x 0,0052 mg
= 0,0078 mg
Dosis ini diberikan dalam volume = 0,2 ml
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 ml
Jumlah Loperamid yang digunakan = (100 ml / 0,2 ml) x 0,0078 mg
= 3,9 mg = 0,0039 g
% kadar Loperamid = (0,0039 g / 100ml ) x 100%
= 0,0039 %
Sehingga, untuk membuat 100 ml larutan loperamid 0,0039%, dibutuhkan sebanyak 3,9 mg
serbuk tablet loperamid.

F. Perhitungan pengenceran dari tablet loperamid


Loperamid tersedia dalam sediaan tablet dengan kekuatan sediaan 2 mg, untuk
membuat larutan 3,9 mg parasetamol, dibutuhkan 2 tablet parasetamol (masing-masing
dengan kekuatan sediaan 2 mg). Dua tablet tersebut digerus dan ditimbang, bobot serbuk
dimisalkan 10 mg. Maka jumlah serbuk yang diambil yaitu:

20
= 0,975 x 10 mg
= 9,75 mg
Sehingga, untuk membuat 100 ml larutan loperamide 0,0039%, dibutuhkan sebanyak 9,75
mg serbuk tablet loperamid.

G. Cara Pengenceran
Larutan Loperamid dengan kadar 0,0039 % dibuat dengan menimbang sebanyak 9,75
mg serbuk tablet loperamid, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml lalu tambahkan larutan
Tragakan 1% hingga 100 ml, kocok hingga homogen.

H. Cara Kerja
1. Mencit diambil di kandangnya sejumlah yang diperlukan
2. Dilakukan penimbangan berat badan mencit
3. Hasil berat badan mencit dicatat

I. Tabel Hasil Percobaan


Mencit Berat Badan (gram)
1
2
3

J. Lembar Kegiatan Mahasiswa


Dihitung konversi dosis manusia ke mencit untuk obat:
1. Attapulgit dengan dosis lazim 600 mg
Perhitungan dituliskan pada laporan awal

21
PRAKTIKUM 7
UJI EFEK OBAT ANTIDIARE PADA HEWAN UJI

A. Tujuan
Mahasiswa mampu menganalisis efek obat antidiare pada mencit (Mus musculus)
dengan metode transit intestinal dan metode proteksi terhadap diare yang disebabkan oleh
Oleum Ricini.

B. Teori
Diare berasal dari bahasa yunani dan latin; dia artinya melewati dan rheein yang
berarti mengalir atau berlari, beberapa obat dapat digunakan untuk mengobati diare :
a. Senyawa intralumen, obat-obat ini dapat bekerja dengan menyerap air dan
meningkatkan massa feses modifikasi tekstur, yakni perubahan dalam viskositas
feses dan penurunan fluiditas feses. Beberapa obat ini juga dapat mengikat toksin
bakteri dan garam empedu, contoh senyawa intralumen adalah Senyawa-senyawa
pembentuk massa dan bersifat hidroskopik Koloid hidrofilik seperti psilium,
polikarbofil, dan karboksi metilseluosa, Kolestiramin dan Bismut
b. Antimotalitas dan Antisekretori, obat-obat ini dapat bekerja dengan mengurangi
motilitas usus, sekresi usus, sebagian juga memiliki kemampuan untuk melawan
bakteri. Kelompok dari obat-obat golongan ini adalah Opioid, Loperamid,
Difeknosilat dan difenoksin, Agonis reseptor α2-adrenergik, Oktreotid, dan Obat-

22
obat lain. Protokol penapisan terarah aktivitas antidiare ditunjukkan terbatas pada
aktivitas obat yang dapat memperlambat peristaltik usus, sehingga mengurangi
frekuensi defekasi dan memperbaiki konsistensi feses. Dua metode uji yang bisa
digunakan, yaitu :
1. Metode transit intestinal, pada metode ini, gerakan peristaltik usus diukur
dengan menggunakan suatu marker, semakin tinggi gerakan peristaltik usus,
maka semakin sering pula terjadi defekasi yang ditandai dengan semakin besar
pula jarak yang ditempuh oleh marker. Obat diare akan mengurangi peristalik
usus sehingga akan memperkecil rasio, sedangkan obat laksansia akan
memperbesar rasio, sehingga metode ini juga digunakan pula pada protokol
penapisan terarah aktivitas laksansia.
2. Metode proteksi terhadap diare yang disebabkan oleh oleum ricini. Pada
metode ini hewan coba diinduksi dengan ol ricini untuk menyebabkan diare,
lalu diberikan suatu obat anti diare dan diamati onset defekasi, perubahan
jumlah defakasi dan konsistensi feses. Oleum ricini (minyak jarak) merupakan
trigliserida yang berkhasiat sebagai laksansia. Minyak ini mengalami hidrolisis
dan menghasilkan asam risinolat yang merangsang mukosa usus di dalam usus
halus, sehingga mempercepat gerak peristaltik dan mengakibatkan pengeluaran
isi usus dengan cepat. Dosis oleum ricini adalah 2 sampai 3 sekali makan (15 –
30 ml), diberikan sewaktu perut kosong. Efeknya timbul 1 sampai 6 jam setelah
pemberian, berupa pengeluaran buang air besar berbentuk encer.

Uraian Bahan
1. Loperamide
Nama resmi : Loperamida Hidroklorida
Nama sinonim : Loperamide Hydrochloride
Pemerian : Serbuk putih sampai agak kuning; melebur pada suhu lebih
kurang 225oC disertai peruraian
Kelarutan : Mudah larut dalam metanol, dalam isopropil alkohol dan
kloroform; sukar larut dalam air dan dalam asam encer
Kegunaan : Obat Antidiare
Dosis manusia : diare akut dimulai dengan 4 mg, selanjutnya 2 mg tiap BAB
2. Norit
23
Nama resmi : Carbo Adsorbens
Nama sinonim : Arang Jerap
Pemerian : Serbuk halus, bebas dari butiran, hitam; tidak berbau, tidak
berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
Kegunaan : Marker uji obat diare
3. Minyak Jarak
Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin biji Ricinus
communis L. yang telah dikupas.
Nama resmi : Oleum Ricini
Nama sinonim : Minyak Jarak
Pemerian : Cairan kental, jernih, kuning pucat atau hamper tidak
berwarna, bau lemah ; rasa manis kemudian agak pedas,
umumnya memualkan
Kelarutan : larut dalam 2,5 bagian etanol (90 %) P, mudah larut dalam
etanol mutlak dan dalam asetat glacial P.
Kegunaan : Penginduksi Diare
Dosis manusia : 2-3 sendok makan
Farmakodinamik : Oleum ricini (minyak jarak) merupakan trigliserida yang
berkhasiat sebagai laksansia. Di dalam usus halus, minyak ini
mengalami hidrolisis dan menghasilkan asam risinolat yang
merangsang mukosa usus, sehingga mempercepat gerak
peristaltik dan mengakibatkan pengeluaran isi usus dengan
cepat.
C. Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat yang digunakan
1. Batang pengaduk
2. Beaker
3. Gelas ukur
4. Hot plate
5. Mixer
6. Spoit 1 ml
7. Spoit oral
24
8. Timbangan berat badan
Bahan yang digunakan
1. Alkohol 70%
2. Aqua destilat,
3. Carbo Adsorben (norit)
4. Tragakan
5. Ol. Ricini
6. Tablet Diapet
7. Tablet Loperamide
8. Tablet Papaverin HCl

D. Hewan yang Digunakan


Hewan yang digunakan adalah mencit jantan, galur lokal dengan berat badan 20 g –
30 g berumur antara 6 – 8 minggu.

E. Perhitungan volume pemberian norit


Metode transit intestinal menggunakan Norit 5% sebanyak 0,2 ml/ 30 g BB mencit.
Bila berat badan mencit sebesar 25 g, maka volume norit 5% yang diberikan yaitu:
(0,2 ml/30 g) = (volume pemberian/25 g)
Volume pemberian untuk mencit 25 g = (0,2 ml/30 g BB) x 25 g
= 0,17 ml
Sehingga, untuk mencit dengan berat badan 25 g, diberikan sebanyak 0,17 ml larutan
norit 5%.

F. Tugas perhitungan konversi dosis


Lakukan perhitungan konversi dosis obat dari manusia ke mencit berikut ini:
a) Papaverine tablet dengan dosis lazim 40 mg
b) Volume pemberian norit 5% untuk mencit yang membutuhkan perlakuan
c) Hitung dosis oleum ricini untuk setiap mencit bila dosisnya 0,01 ml/gr BB mencit
tuliskan hasil perhitungan konversi dosis pada laporan awal ketika praktikum

G. Pembuatan Bahan Percobaan


25
1. Pembuatan Tragakan 1%
a. Dipanaskan kurang lebih 200 ml air hingga mendidih;
b. Ditimbang Tragakan sebanyak 1 g;
c. Dimasukkan Tragakan kedalam beaker gelas 300 ml lalu tambahkan 50 ml air
panas;
d. Diaduk campuran tersebut dengan mixer hingga homogen, ditandai dengan tidak
nampaknya lagi serbuk berwarna coklat dan campuran berupa seperti gel;
e. Ditambahkan air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga volume larutan
tersebut menjadi 100 mL, dinginkan.
2. Pembuatan Suspensi Loperamid
a. Ambil sejumlah tablet Loperamid sesuai yang dibutuhkan, lalu gerus hingga
halus (sesuai perhitungan pada materi 4)
b. Ditimbang serbuk sesuai kebutuhan (sesuai perhitungan pada materi 4)
c. Dimasukkan serbuk Loperamid kedalam Erlenmeyer 200 ml
d. Ditambahkan sekitar 50 ml larutan Tragakan, kocok hingga homogen
e. Lalu dicukupkan volumenya hingga 100 ml dengan larutan Tragakan 1%
3. Pembuatan suspensi Papaverin HCl
a. Diambil tablet Papaverin HCl sesuai kebutuhan pada perhitungan, lalu gerus
hingga halus;
b. Ditimbang serbuk sesuai kebutuhan pada perhitungan
c. Dimasukkan serbuk Papaverin HCl yang sudah halus kedalam Erlenmeyer 200
ml
d. Ditambahkan sekitar 50 ml larutan Tragakan, kocok hingga homogen
e. Lalu dicukupkan volumenya hingga 100 ml dengan larutan Tragakan 1%
4. Pembuatan suspensi norit 5%
a. Ditimbang 2,5 gram serbuk halus norit
b. Dimasukkan dalam erlenmeyer 100 ml
c. Ditambahkan aquadest 25 ml. Lalu kocok hingga homogen
d. Dicukupkan volumenya hingga 50 ml dengan aquadest
e. Suspensi ini harus selalu dikocok sebelum digunakan

H. Pelaksanaan uji obat

26
Sebelum percobaan dilakukan mencit diaklimatisasi selama 7 hari untuk membiasakan
pada lingkungan percobaan, Mencit dipelihara dalam ruangan dengan suhu kamar, siklus
cahaya terang : gelap (14:10) pemberian makan dengan pakan dan air minum, sebelum
perlakuan mencit dipuasakan selama 10 jam tetapi tetap diberikan air minum. Hewan
dianggap sehat apabila perubahan berat badan tidak lebih dari 10% serta memperlihatkan
perilaku normal.

i. Metode proteksi terhadap diare


1. Mencit dikelompokkan secara acak kedalam 3 kelompok, masing-masing terdiri
dari 2 ekor.
2. Kemudian tiap kelompok diberi perlakuan dimana kelompok I sebagai kontrol,
diberikan larutan Tragakan 1%, kelompok II diberi Suspensi Lopermid, dan
kelompok III diberi suspensi Papaverin. Semua perlakukan secara oral dengan
volume pemberian 0,2 ml/30 g BB mencit (sesuaikan dengan hasil hitungan pada
praktikum 4).
3. Mencit ditempatkan dalam kandang khusus secara individual yang beralaskan
kertas saring yang diketahui bobotnya
4. Setelah 30 menit perlakukan, mencit diberikan 0,01 ml oleum ricini tiap gram
berat mencit, yang diberikan secara oral
5. Respon yang terjadi pada mencit kemudian diamati yang berupa jumlah defekasi,
konsistensi feses, bobot feses (pada kertas saring), onset dan durasi diare.
ii. Metode transit Intestinal
1. Ditimbang berat badan tiap mencit lalu dicatat;
2. Mencit kemudian dikelompokkan secara rawu ke dalam 3 kelompok, tiap
kelompok terdiri dari 1 ekor
3. Kemudian tiap kelompok diberi perlakuan dimana kelompok I sebagai kontrol,
diberikan larutan Tragakan 1%, kelompok II diberi suspensi Lopermid, dan
kelompok III diberi suspensi Papaverin. Semua perlakukan secara oral dengan
volume pemberian adalah 0,2 ml/ 30 g BB mencit (sesuaikan dengan hasil
hitungan pada praktikum 6)
4. Tiga puluh menit kemudian semua hewan diberi suspensi norit 5% sebanyak 0,2
ml/ 30 g BB mencit (sesuaikan dengan hasil hitungan volume pemberian norit)

27
5. Tiga puluh menit setelah semua hewan di beri suspensi norit 5%, hewan coba
dikorbankan secara dislokasi tulang leher;
6. Usus dikeluarkan secara hati-hati, sampai teregang. Panjang usus yang dilalui
marker norit mulai dari pylorus sampai ujung akhir (berwarna hitam) diukur.
Demikian pula panjang seluruh usus dari pylorus sampai rectum dari masing-
masing hewan. Kemudian dari masing-masing hewan dihitung rasio normal jarak
yang ditempuh marker terhadap panjang usus seluruhnya.

I. Tabel Pengamatan
Data yang dikumpulkan berupa frekuensi defakasi, dan konsistensi defakasi. Penentuan
konsistensi feses dilakukan dengan cara melihat bentuk feses yang terjadi. Konsistensi
feses dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Konsistensi yang berlendir atau berair, dalam kelompok ini dilakukan pengamatan
lama terjadinya diare (LTD), diameter serapan air (DSA) dan berat feses (BF)
2. Konsistensi lembek, parameter yang digunakan untuk uji antidiare pada konsistensi
feses lembek yaitu Lama terjadinya Diare (LTD), Diameter serapan air (DSA) dan
Berat feses (BF)
3. Konsistensi normal, parameter yang dianalisa pada kategori konsistensi feses
normal ini adalah waktu terjadinya feses normal, diameter serapan air dan berat feses

Tabel Pengamatan dengan metode proteksi


Hewan Uji Onset Durasi Berat Berat
Vol. oral defekasi diare kertas kertas Konsistensi
Kelompok Kode BB (menit) (menit) saring saring feses
awal (g) akhir (g)
Tragakhan 1
2

Loperamide 1
2

Papaverin 1
2

28
Tabel Pengamatan dengan metode transit intestinal
Hewan Uji Panjang Panjang Rasio (b/a)
Volume usus (a) marker norit
Kode BB
Kelompok (mm) (b)
1

Tragakhan 3

Loperamide 3

Papaverin 3

J. Lembar Kerja Mahasiswa


1. Bagaimana perbedaan efektifitas antara loperamide dan papaverine ditinjau dari
mekanisme kerjanya dan bukti penelitian-penelitian terkait yang menguji efek kedua
obat tersebut?
2. Jelaskan makna dari nilai rasio antara 3 perlakuan tersebut!
3. Jelaskan farmakologi obat diare yang lainnya!

DAFTAR PUSTAKA

Dorland. 2000. Kamus Kedokteran. Edisi 26. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Katzung. 1989. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 3. Jakarta: EGC.

29
Laurence and Bacharach, 1964, Evaluation of Drug Activities Pharmacometrics, cit:
Ngatidjan, 1990, Metode Laboratorium dalam Toksikologi, reviewer: Hakim, L., Pusat
Antar Universitas Bioteknologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mycek.J., Harveyh.A., Champep. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar.Edisi
Kedua. Jakarta: Widya Medika,276-279.
Nugroho, R. A. 2018. Mengenal Meencit sebagai Hewan Laboratorium. Samarinda:
Mulawarman University Press.
Oktiwilianti, W. 2016. Uji Aktivitas Anti Inflamasi dari Ekstrak Etanol Daun dan
Buah Asam Jawa (Tamarindus Indica Linn.) serta Kombinasinya terhadap
Tikus Wistar Jantan (Doctoral dissertation, Fakultas MIPA (UNISBA)).
Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor: 195/Ka/Xi/2011 Tentang Pedoman
Etik Penggunaan Dan Pemeliharaan Hewan Percobaan Badan Tenaga Nuklir Nasional.
Stevani, H. 2016. Praktikum Farmakologi. Jakarta: Kemenkes RI .
Yokozawa, T., Nakagawa, T., dan Kitani, K. 2002. Antioxidative activity of green tea
polyphenol in cholesterol-fed rats. Journal of Agricultural and Food Chemistry.
50:3549-35.

FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1

1. COVER LAPORAN

30
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1
MATERI ………………………………….

LOGO KAMPUS

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK :
NAMA ANGGOTA : 1….......................................(NIM: …..................)
2….......................................(NIM: ….................)
HARI/JAM PRAKTIKUM :
DOSEN PEMBIMBING : apt. NUR ATIKAH, M.Sc.
apt. DWI SUBARTI, M.Sc..

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN FARMASI
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
2023/2024

2. ISI LAPORAN
BAB 1
31
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Memuat hal-hal yang mendasari pentingnya melakukan praktikum ini baik secara umum
sebagai ilmu dalam kefarmasian, maupun secara khusus untuk memahami mata kuliah
farmakologi 1
B. TUJUAN
Memuat maksud dan tujuan praktikum yang tertera pada modul
C. MANFAAT
*Catatan untuk BAB 1: minimal latar belakang 2 halaman, total pendahuluan minimal 3
halaman
BAB II
TINJAUAN TEORI
Memuat dasar-dasar teori yang penting diketahui dalam melaksanakan praktikum sesuai
materi praktikum yang diperoleh, serta teori-teori yang diperlukan dalam membuat
pembahasan hasil praktikum.
*Catatan: minimal tinjauan teori 5 halaman
BAB III
PROSEDUR KERJA
A. PERHITUNGAN KONVERSI DOSIS DAN SEDIAAN
B. ALAT
C. BAHAN
D. CARA KERJA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Memuat data-data yang didapat dari hasil percobaan, dibuat sesuai dengan
format lembar praktikum yang terdapat pada akhir modul praktikum
2. Memuat gambar-gambat/tabel/grafik
3. Pembahasan
Memuat pembahasan hasil praktikum yang meliputi proses pengerjaan di
laboratorium, kendala yang dihadapi, pembahasan data, analisis hasil
perhitungan, menghubungkan hasil praktikum dengan teori dari literatur seperti

32
buku/hasil penelitian orang lain dan memperkirakan penyebab terjadinya
perbedaan hasil percobaan dan literatur.
B. LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA
Berisi jawaban-jawaban dari lembar kegiatan mahasiswa di setiap BAB praktikum
*Catatan: minimal BAB IV 6 halaman

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka berisi minimal 5 literatur selain buku petunjuk praktikum. Literatur harus
yang valid dan dapat dipercaya, seperti buku, e-book, artikel penelitian, skripsi, tesis, web
resmi pemerintah, dll.

Laporan akhir praktikum dikumpulkan maksimal 7 hari setelah praktikum


dilaksanakan.

3. KETENTUAN PENULISAN LAPORAN AWAL/LAPORAN SEMENTARA


a. Laporan awal ditulis tangan rapi menggunakan kertas double folio bolak balik,
menggunakan cover sesuai ketentuan pada penulisan laporan farmakologi 1. Rata
kiri 2 cm, rata kanan 2 cm.
b. Laporan awal memuat BAB 1, BAB III dan BAB IV bagian hasil (format tabel
hasil sesuai setiap materi).
c. Laporan awal/laporan sementara dikumpulkan sebelum praktikum
dimulai, bila tidak dikumpulkan, maka tidak boleh mengikuti praktikum.

4. KETENTUAN PENULISAN LAPORAN AKHIR


a. Laporan diketik dengan huruf times new roman, ukuran font 12 pt, spasi 1,5,
spacing before after 0 pt. Ukuran kertas A4, margin atas dan kiri 3 cm, kanan dan
bawah 2,5 cm.
b. Laporan dijilid mika, berwarna biru
c. Setiap kutipan dari buku, jurnal atau web resmi, harus mencantumkan catatan
kaki/sitasi sumbernya dan daftar pustaka.
33
d. Contoh format penulisan daftar pustaka
1) Buku
Lacy, C.F., Armstrong, L., Goldman, M.P., dan Lance, L.L., 2014.
Metformin, dalam: Drug Information Handbook. Lexi-comp, USA, hal.
954–956.
2) Guideline
ADA, 2015. American Diabetes Association, Standards of Medical Care in
Diabetes-2015. Diabetes Care, 38: 1–93.
3) Jurnal
Akilen, R., Tsiami, A., Devendra, D., dan Robinson, N., 2010. Glycated
haemoglobin and blood pressure-lowering effect of cinnamon in multi-
ethnic Type 2 diabetic patients in the UK: a randomized, placebo-
controlled, double-blind clinical trial. DiabeticMedicine, 27: 1159–1167.
4) Web resmi
Kemenkes RI, 2014. ‘Kementerian Kesehatan Republik Indonesia’, Profil
Kesehatan Indonesia. URL:
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-
profil-kesehatan.html (diakses tanggal 27/8/2015).

34

Anda mungkin juga menyukai