MODUL PRAKTIKUM
FARMAKOTERAPI
Modul Pratikum
MODUL
PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI
www.amc.ed
u
jscimedcentral.wordpress.
com
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2023
MODUL KEGIATAN PRAKTIKUM
FARMAKOTERAPI
Edisi Kedua
Copyright ®2023
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Cetakan Pertama: Agustus 2023
Penerbitan ini dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta dan harus ada izin oleh
penerbit sebelum memperbanyak, disimpan, atau disebar dalam bentuk elektronik,
mekanik, foto kopi, dan rekaman atau bentuk lainnya.
TIM PENYUSUN
MODUL KEGIATAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI
FK USK
2. Menyerahkan kartu kepada instruktur praktikum di awal praktikum dan kartu akan
ditandatangani oleh instruktur stelah selesai praktikum.
3. Praktikan wajib mengikuti semua percobaan yang telah ditentukan kecuali ada surat
penugasan dari salah satu Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
atau surat keterangan sakit dari dokter, yang diberikan sehari sebelum praktikum
dimulai.
4. Izin yang dimaksud diatas diberikan hanya 2 kali dan praktikan harus mengulangi
percobaan yang tidak diikutinya sebelum ujian praktikum.
5. Praktikan yang tidak mengikuti kegiatan praktikum sebanyak 3 kali (dengan alasan
apapun), tidak dibenarkan mengikuti ujian praktikum.
6. Bagi praktikan yang tidak mengikuti ujian praktikum pada jadwal yang telah
ditentukan, maka terhadap mahasiswa tersebut tidak diberlakukan ujian susulan,
kecuali ada surat penugasan dari salah satu Pimpinan Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala atau surat keterangan sakit dari dokter, yang diserahkan
selambat-lambatnya pada 3 (tiga) hari sebelum ujian praktikum susulan.
1. Praktikan wajib mengikuti segala peraturan, petunjuk tertulis maupun yang tidak
tertulis yang berlaku di Laboratorium Farmakologi Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari percobaan-percobaan yang dilakukan pada
praktikum farmakologi, maka sebelumnya dilakukan pre test dan post test serta diberikan
penjelasan seperlunya.
Percobaan yang menggunakan hewan coba, hendaknya hewan coba diperlakukan secara
baik, karena hewan-hewan tersebut telah berkorban untuk kepentingan peningkatan
pengetahuan. Jangan sampai hewan-hewan tersebut dipermainkan, disiksa atau
diperlakukan secara tidak layak.
Percakapan selama praktikum hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan dengan
praktikum dan dilakukan dengan suara pelan, kecuali bila praktikan diminta untuk
menjawab pertanyaan dari pembimbing/petugas yang jawabannya perlu didengar oleh
praktikan lainnya.
Semua praktikan harus bertanggung jawab terhadap keutuhan peralatan praktikum. Bila
ada alat yang rusak, hilang pada waktu pelaksanaan praktikum, maka praktikan harus
membayar biaya perbaikan atau penggantian alat tersebut.
Segala hal yang belum tercakup dalam tata tertib/peraturan tersebut diatas, akan diberikan
secara lisan oleh pembimbing/petugas/penanggung jawab praktikum.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................8
LAMPIRAN .......................................................................................................................... 29
Penuntun praktikum farmakologi ini berisi petunjuk dan tata tertib bagi praktikan,
petugas, dan pembimbing pada waktu pelaksanaan praktikum farmakologi serta
percobaan-percobaan yang perlu dilakukan oleh mahasiswa. Praktikum merupakan salah
satu bentuk pengalaman belajar yang melibatkan mahasiswa secara langsung dengan
tujuan untuk memahami teori-teori farmakologi yang telah diberikan oleh tim pakar.
Percobaan pada praktikum farmakologi dapat dilakukan dengan beberapa metode,
antara lain dengan menggunakan subyek manusia, hewan coba, pemutaran video dan
simulasi. Pilihan praktikum yang dilaksanakan tergantung kemampuan penyediaan alat-
alat, bahan kimia/obat, tenaga yang mengelolanya dan waktu yang dialokasikan tanpa
mengurangi maksud dan tujuan yang ingin dicapai pada pembelajaran yang berkenaan
dengan materi farmakologi pada masing-masing blok yang telah disusun oleh tim
kurikulum di Fakultas Kedokteran Unsyiah.
Tim penyusun berharap modul praktikum farmakologi ini dapat memberi manfaat
bagi penggunanya dan kami mohon kritik dan saran yang bersifat positif untuk perbaikan
dimasa yang akan datang.
Bagian farmakologi FK Unsyiah telah mempersiapkan beberapa materi praktikum
yang dapat dipraktekkan oleh mahasiswa FK Unsyiah sehingga dapat mendukung
terlaksananya proses belajar mengajar sesuai metode PBL (Problem Based Learning).
Judul Praktikum tersebut adalah:
Jawab.
Langkah 1 : pastikan berat badan
dalam satuan kgLangkah 2 : hitung
dosis dalam mg/hari
Langkah 3 : hitung dosis per kali beri
Langkah 4 : konversi dosis mg sesuai bentuk sediaan (cair= ml, drop, padat =
jumlah tablet)
Berdasarkan skenario
LATIHAN
1. Heni, 10 bulan, berat badan 12 kg, datang ke praktek anda dengan keluhan BAB cair
sejak 3 hari yang lalu. Iajuga mengalami muntah dan sangat rewel sejak tadi pagi.
Berdasarkan pemeriksaan fisik seksama anda mendiagnosa Heni dengan
gantroenteritis ec bacterial. Jika diketahui:
Sirup kering kotrimoksazol dosis 20 -50 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 4 dosis.
Tiap 5 mL mengandung 240 mg (trimetoprim dan sulfametoksazol)
Domperidon oral drop dosis 0,2 – 0,4 mg/ kgBB/ hari, dibagi menjadi 3 dosis. Tiap
mL mengandung 5 mg domperidon
Paracetamol oral drop, diminum 3 kali sehari. tiap 0,6 ml mengandung 60 mg
paracetamol. Dosis 10-15 mg/kgBB/kali beri.
Hitung dosis pemakaian masing-masing obat setiap kali minum
2. Anak Faisal, 4 tahun, Berat Badan 15 kg dibawa ke IGD karena demam disertai kejang
beberapa waktu yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tonsil faring membesar
dan hiperemis, pemeriksaan lab leukosit meningkat, Pasien diberikan obat:
Cefotaxime injeksi dalam vial mengandung 1 gr obat, Dosis yang akan
diberikan adalah 50-100 mg/ kgBB dibagi 2 dosis. Obat dilarutkan dengan
water for injection (WI) 10 mL
Diazepam, dosis terapi 0,2-0,3 mg/kgBB/kali beri diberikan secara IV.
Diberikan sekali sehari. Kemasan yang tersedia ampul 2 mL dgn konsentrasi
5 mg/mL.
Tablet Ibuprofen 200 mg diberikan dalam bentuk puyer. Dosis 5-10
mg/kgBB setiap kali pemberian. Diberikan 3 x sehari.
Hitung dosis pemakaian masing-masing obat dalam sehari.
Work Plan:
1. Tulislah langkah-langkah dalam perhitungan dosis
2. Buatlah indikasi, dosis, efek samping, interaksi obat, dan kontraindikasi dari
obat-obat yang ada diatas.
2. PENULISAN RESEP
Resep adalah Permintaan tertulis dari dokter, dokter hewan, dan dokter gigi
kepada apoteker untuk membuat dan atau memberikan obat kepada pasien.
Peresepan rasional menurut WHO adalah pemberian obat sesuai dengan keperluan
klinik, dosis sesuai dengan kebutuhan pasien, diberikan dalam jangka waktu yang
sesuai dengan penyakit, dan dengan biaya termurah menurut pasien
dan komunitasnya.
29 April 2011
Ket:
Omemox 500mg tab No. XII
Signa : tandailah
S . 3 . d.d tab I 3 : tiga
paraf Dd : de die : sehari
1 : satu
Pro : Irma
Umur : 20 th
Alamat : Jl. T. Nyak Arief, B. Aceh
dr. Intan
No. Ijin Dokter
Alamat : Jl. Nikmat No. 2
Telp :
29 Mei 2011
Ket:
Misce fac: campur dan Interhistin tab 1
Buatlah
Prednison 5mg tab 1
Pulv (pulvis) : serbuk
dtd (da tales doses): Acid Ascorbat 75 mg
berilah sekian takaran m.f. pulv d.t.d No XX
No (numero): sebanyak
S . 3. d. d pulv I
XX : 20
Signa: tandailah paraf
3 : tiga
Pro : Yasmin
Dd : de die sehari
1 : satu Umur : 10 th
Alamat : Jl. Pocut Baren,
B. Aceh
LATIHAN:
1. Seorang anak, Wati, 2 tahun datang ke Puskesmas bersama orang tuanya dengan
keluhan luka disekitar mulut-hidung dan bokong sejak 4 hari yang lalu. Luka terasa
gatal dan mengeluarkan cairan seperti nanah. Dari pemeriksaan fisik didapatkan lesi
pada kulit yang terdiri dari bula dengan krusta kuning kecoklatan seperti madu,
bentuk bulat bergerombol. Riwayat alergi disangkal. Pasien didiagnosa menderita
Impetigo Krustosa. Anak tersebut diberikan resep:
Eritromisin dry syrup (diberikan 1 cth dengan frekuensi pemberian 3 kali
sehari)
Krim Eritromisin 2% (dioleskan 2x sehari pada lesi, pagi dan sore)
Bedak caladine di tabur ditempat luka 2x sehari
Tuliskan resepnya!
Work Plan:
1. Tuliskan 20 istilah resep yang sering digunakan
2. Tuliskan satu contoh resep untuk anak
3. Pembuatan Sediaan Obat Dalam Bentuk Salep,
Gel, Krim & Pulvis
Tujuan :
Bahan
- CTM
- GG
- Parasetamol
- Zinc
Pada praktikum ini akan dipraktekkan cara membuat pulveres (serbuk terbagi) dan salep
R/ Parasetamol 200 mg
Gliseril Guaiakolat 20 mg
CTM 2 mg
R/ Zinc Oxyd 10 gr
Vas alb ad 100 gr
Sue
Work Plan: Sebelum memulai praktikum simaklah video berikut dan buatlah resume nya
sebagai WP daripraktikum ini
https://www.youtube.com/watch?v=Js4
xBo82kvI
https://youtu.be/zCdRcE8yJkk
Laporan: Buatlah video bagaimana anda mempersiapkan kedua resep diatas sebagai
laporan perkelompok
4. Assesmen Obat untuk Lansia dan DRP
Tujuan Praktikum:
1. Mahasiswa mampu memahami perubahan farmakokinetik dan
farmakodinamik pada usia lanjut
2. Mahasiswa mengetahui obat-obat yang harus dihindari pada usia lanjut
3. Mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip pemberian obat pada usia
lanjut
4. Mahasiswa mampu memahami tentang Drug Related Problem
5. Mahasiswa mampu menuliskan resep obat dengan baik
Dasar Teori
Pada usia lanjut (usila), farmakoterapi efektif dalam memperbaiki kualitas
kehidupan, menyembuhkan, mencegah serta mengurangi gejala penyakit. Meskipun
manfaat dari obat sangat mengagumkan, tetapi penggunaannya harus ditangani secara
tepat, khususnya pada usila karena dapat menimbulkan kejadian Drug-Related Problem
(DRP).1
DRP sangat sering terjadi pada usila karena adanya penurunan fungsi fisiologis
organ tubuh yang menyebabkan perubahan respon farmakologi obat, baik perubahan
farmakokinetik dan farmakodinamik.1,3 Untuk mengurangi kejadian DRP, tenaga medis
harus memperhatikan adanya perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik (tabel 2)
yang terjadi pada usila dalam memilih regimen obat yang akan digunakan dari ribuan
obat yang tersedia.4
Peresepan obat pada usila juga memiliki masalah tersendiri yang menyebabkan
peresepan suboptimal, terutama disebabkan kebutuhan obat yang kompleks untuk
memperbaiki kelainan kronis yang beragam. Terdapat tiga katagori utama masalah
peresepan suboptimal pada usila, yaitu: (1) overuse medication (polifarmasi); (2)
inappropriate use; (3) underused medication.4
Belum ada kesepakatan jumlah obat yang spesifik untuk menjelaskan polifarmasi,
beberapa menggunakan cutpoint 3-5 obat; (2) penggunaan obat dalam jumlah lebih
banyak dari yang diindikasikan secara klinis (clinically indicated), sehingga
menyebabkan penggunaan obat secara berlebihan atau menggunakan obat-obat yang
tidak penting. Inappropriate prescribing didefinisikan sebagai peresepan obat yang
memiliki potensi risiko lebih banyak dibandingkan potensi manfaat yang ada dari obat
tersebut. Sedangkan underuse medication adalah penghilangan obat atau tidak
diresepkannya obat yang diindikasikan untuk pengobatan atau pencegahan suatu
penyakit.4
Pengetahuan tentang Drug Related Problem terutama pada lansia harus dimiliki
oleh mahasiswa sehingga dapat mencegah dan mengambil langkah yang tepat untuk
menangani DRP yang mungkin terjadi. Kepedulian dan pengetahuan tentang DRP
menjadi kunci dalam pengobatan yang optimal pada pasien.
Metode Praktikum
Praktikan dibagi dalam kelompok kecil beranggotakan 10-12 mahasiswa
Setiap kelompok diberikan 2-3 kasus sebagai pemicu untuk diskusi
Praktikan melakukan diskusi dalam kelompok kecil mengenai skenario yang
diberikan pada kasus-kasus tersebut dibimbing oleh seorang instruktur untuk tiap
kelompok.
Presentasi hasil diskusi dibimbing instruktur tiap kelompok.
Work Plan
1. Jelaskan tentang perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik pada Usia Lanjut
2. Jelaskan obat-obat yang harus dihindari pemberiannya pada usia lanjut
3. Jelaskan tentang DRP (Drug Related Problem)
Latihan.
1. Pasien Tn. Mahmud, usia 66 tahun, dengan berat badan 60 kg dirawat di RS karena
keluhan kaki membengkak, sesak napas, dan lemas. Pasien sudah lama di diagnosa
DM tipe 2 dan Hipertensi . Saat ini os dalam konsumsi rutin obat glibenklamid 2x5
mg dan captopril 2x50 mg. Tekanan darah saat itu 120/80 mmHg.
Hasil pemeriksaan darah didapatkan hemoglobin 8 gr/dl, ureum 110 mg/dL,
Kreatinin 4,7 mg/dl, Kalium 5,6 mmol/L, Glukosa darah sewaktu 156 mg/dL
Dokter mendiagnosa pasien tersebut dengan Chronic Kidney Disease + DM tipe 2
+ Hipertensi.
Dasar Teori
Interaksi obat digolongkan kepada beberapa jenis, yaitu interaksi obat dengan obat,
interaksi obat dengan makanan, interaksi obat dengan herbal, dan interaksi obat dengan
penyakit yang diderita. Pada bab ini yang akan dibicarakan secara umum adalah interaksi
obat dengan obat. Interaksi obat merupakan suatu keadaan yang terjadi bila dua atau lebih
obat diberikan secara bersamaan dan menyebabkan perubahan efek salah satu obat.
Interaksi tersebut dapat bersifat potensiasi atau antagonis satu obat oleh obat lainnya.
Interaksi obat dapat menyebabkan penurunan efikasi terapeutik dan efek samping yang
dapat membahayakan pasien. Interaksi obat yang merugikan mengakibatkan morbiditas
pasien dan meningkatkan kunjungan instalasi darurat rumah sakit, perawatan, serta rawat
ulang di rumah sakit. Karena itu interaksi yang merugikan sebaiknya dilaporkan kepada
Badan/Balai/Balai Besar POM. Morbiditas pasien yang disebabkan oleh interaksi obat
diantaranya perdarahan gastrointestinal, disfungsi renal, ketidakseimbangan elektrolit,
hipertensi, hipotensi, bradikardi, aritmia, toksisitas obat, dan penurunan efek obat.
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya interaksi obat,
diantaranya:
Polifarmasi,
Usia ekstrim
Penurunan fungsi renal/hepatik
Gangguan metabolik atau endokrin
Penggunaan obat dengan indeks terapeutik yang sempit
Kondisi medis akut (misal: dehidrasi, infeksi),
Farmakogenetik,
Jenis kelamin perempuan.
Secara garis besar, mekanisme interaksi obat dapat dibedakan atas 3 mekanisme,
yaitu: (1) interaksi farmaseutik atau inkompatibilitas, (2) interaksi farmakokinetik, dan
(3) interaksi farmakodinamik. Interaksi farmaseutik terjadi diluar tubuh (sebelum obat
diberikan) antara obat yang tidak dapat dicampur (inkompatibel). Interaksi jenis ini
biasanya terjadi antar obat suntik atau antara obat suntik dengan cairan infus yang
berakibat terhadap inaktivasi obat. Interaksi farmakokinetik terjadi bila salah satu obat
mempengaruhi absorbsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi obat lain sehingga dapat
mengubah kadar plasma obat tersebut. Akibatnya, dapat terjadi peningkatan toksisitas
atau penurunan efektivitas obat tersebut. Interaksi farmakokinetik obat sering melibatkan
beberapa isoenzim sitokrom hepatik P450 dan transporter obat seperti P-glikoprotein.
Interaksi farmakodinamik merupakan interaksi antar obat yang bekerja pada sistem
reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang aditif,
sinergistik atau antagonistik.
Untuk mecegah terjadinya interaksi obat, ada 2 hal penting yang harus menjadi
perhatian: (1) meningkatkan kesadaran diantara petugas kesehatan tentang pentingnya
informasi lengkap pasien geriatri dan membagi informasi tersebut terhadap petugas
kesehatan lainnya. (2) menekankan pentingnya pengenalan terhadap interaksi obat
berdasarkan aktivitas farmakologi dan faktor lainnya yang bergantung pada tiap individu
pasien, tidak dapat ditentukan hanya dengan menggunakan software interaksi obat saja.
Metode Praktikum
Praktikan dibagi dalam kelompok kecil beranggotakan 10-12 mahasiswa
Setiap kelompok diberikan 2-3 kasus sebagai pemicu untuk diskusi
Praktikan melakukan pencarian interaksi obat dan mekanisme interaksinya
menggunakan software drug interaction checker yang tersedia dari website
kedokteran yang terpercaya
Presentasi hasil diskusi tiap kelompok dibimbing instruktur
Work Plan
1. Jelaskan mekanisme terjadinya interaksi obat beserta contohnya.
2. Sebutkan masing-masing 5 contoh interaksi obat yang menguntungkan dan
merugikan
3. Isilah tabel interaksi obat berikut berdasarkan obat-obat yang digunakan pada
skenario
Obat 1 Obat 2 Potential
outcome
1b. 1b.
1c. 1c.
dst
2. Cetirizine
Latihan
1. Ny. AN berusia 65 tahun, (TB 150 cm BB 70 kg) datang ke Puskesmas Batoh karena
mengeluhkan sering pusing, lemas, gemetar dan keluar banyak keringat sudah sejak
satu minggu ini. Pasien juga mengeluhkan alergi dinginnya sering kambuh di cuaca
yang musim hujan ini. Hari ini Ny. AN ingin melakukan pemeriksaan rutin terkait
penyakit diabetes yang di deritanya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
150/80 mmHg. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan : Kalium darah : 6,2
mEq/L (Hiperkalemia), gula darah sewaktu (GDS) : 78 mg/dL(Hipoglikemik).
Dokter mendiagnosis dengan hipertensi, DM tipe 2, dispepsia, dan gagal jantung.
➢ Kaptopril 25 mg 2x/hari
➢ Spironolakton 100 mg 1x/hari
➢ Glibenkamid 10 mg 1x/hari
➢ Aspirin 80 mg 1x/hari
Temukan dan jelaskan interaksi obat yang terjadi pada pasien tersebut.
6. TOKSISITAS AKUT
Pendahuluan
Terdapat hubungan tertentu antara dosis yang diberikan pada sekelompok hewan
percobaan dan bagian (fraksi) dari hewan percobaan yang menghasilkan efek
(dinyatakan dalam persen). Hubungan tersebut ternyata berupa kurva sigmoid (kurva
berbentuk huruf S).
ED50 adalah dosis yang menyebabkan suatu efek pada 50% hewan percobaan
(efek tersebut misalnya kejang-kejang). LD50 adalah dosis yang menyebabkan
kematian pada 50% hewan percobaan.
Jarak antara ED50 dan LD50 suatu obat disebut ”margin of safety”. Makin besar
margin of safety makin kurang berbahaya obat tersebut, demikian juga sebaliknya
makin kecil margin of safety, makin berbahaya obat tersebut. Perbandingan antara
dosis untuk LD50 dan ED50 disebut dengan indeks terapi.
Catatan: Di klinik pemberian obat dengan margin of safety yang kecil seharusnya
perlu dilakukan pemantauan kadar obat dalam darah.
Subyek Coba
Katak dengan berat 25-40 gram sebanyak 8 ekor.
Bahan/Obat
Prokain HCl injeksi
Kelompok I dengan dosis 400 mg/kgBB
Kelompok II dengan dosis 600 mg/kgBB
Kelompok III dengan dosis 900 mg/kgBB
Kelompok IV dengan dosis 1000 mg/kgBB
Alat-Alat
1. Spuit ukuran 1 mL untuk tiap kelompok.
2. Timbangan hewan kecil.
3. Beaker glass ukuran 1-2 liter.
Prosedur Pelaksanaan
1. Untuk setiap kelompok dosis obat digunakan 2 ekor katak.
2. Timbang berat badan katak, hitung besarnya dosis Prokain untuk tiap ekor
katak.
3. Injeksikan Prokain pada “ventral lymph sac” tepat pada lipatan perut bagian
bawah. Setelah diinjeksi, masukkan katak ke dalam beaker glass dan amati
selama 2 jam. Hitung dan catat jumlah kematian katak dari tiap kelompok
dosis.
4. Hasil dari setiap kelompok praktikum dikumpulkan menjadi hasil kelas,
kemudian dari hasil kelas ini buat kurvanya sehingga dapat dilihat atau
diprediksikan dosis LD50.
5. Diskusikan hasil yang diperoleh dan berilah alasan kenapa terjadi perbedaan
hasil antara kelompok praktikum yang satu dengan kelompok praktikum yang
lain.
PENETAPAN TOKSISITAS AKUT
Tanggal Percobaan :
Subyek Percobaan :
Obat yang Digunakan :
Dosis :
Kelompok:
Nama Praktikan: 1. 6.
2. 7.
3. 8.
4. 9.
5. 10.
Katak 1:
Injeksi Prokain HCl
II
600 mg/kg BB Katak 2:
Katak 1:
Injeksi Prokain HCl
III
900 mg/kg BB Katak 2:
Katak 1:
Injeksi Prokain HCl
IV
1200 mg/kg BB Katak 2:
Pembimbing,
( )
DAFTAR PUSTAKA
4
1. Brunton, LL, Parker, KL, Blumenthal, DK, Buxton, ILO. (2011). Goodman &
Gilman Manual Farmakologi dan Terapi, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
4. Katzung, BG. (2012). Farmakologi Dasar dan Klinik, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
5. Sukandar, EY, Andrajati, R, Sigit, JI, Adnyana, IK, Setiadi, AAP, Kusnandar.
(2009). ISO Farmakoterapi, Cetakan Kedua, Penerbit PT ISFI Penerbitan,
Jakarta.