Anda di halaman 1dari 29

2023

MODUL PRAKTIKUM
FARMAKOTERAPI
Modul Pratikum

MODUL
PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI

www.amc.ed
u

jscimedcentral.wordpress.
com

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2023
MODUL KEGIATAN PRAKTIKUM

FARMAKOTERAPI

Edisi Kedua

Copyright ®2023
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Cetakan Pertama: Agustus 2023

Diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala


Semua hak cipta terpelihara

Penerbitan ini dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta dan harus ada izin oleh
penerbit sebelum memperbanyak, disimpan, atau disebar dalam bentuk elektronik,
mekanik, foto kopi, dan rekaman atau bentuk lainnya.
TIM PENYUSUN
MODUL KEGIATAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI
FK USK

Prof. Dr. Kartini Hasballah, MS, Apt


Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Dra. Hanifah Yusuf, M.Kes, Apt


Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Dr. dr. Fauzul Husna, M.Biomed


Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Suryawati, Ssi, Apt, MSc


Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

dr. Hijra Novia Suardi, SpFK


Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

dr. Fachrul Amri, MSc


Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
KATA PENGANTAR

Pendidikan kedokteran dijalankan dengan berfokus pada pembelajaran aktif dan


didukung dengan metode pengajaran di kelas dan di laboratorium. Pemantapan
penguasaan materi di kelas dijalankan dengan menerapkan praktik di bidang keilmuan
melalui kerja langsung di laboratorium. Materi kuliah Farmakoterapi disusun dengan
menggabungkan penyampaian materi di kelas dan praktikum. Tujuan praktikum
farmakologi adalah untuk memperjelas pengertian-pengertian tentang farmakokinetik dan
farmakodinamik obat. Pengertian tersebut dapat dicapai melalui praktikum dengan
memilih percobaan-percobaan yang sesuai dengan fasilitas yang ada, waktu yang
dialokasikan tanpa mengurangi maksud dan tujuan yang ingin dicapai pada pembelajaran
matakuliah farmakologi.
Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Indonesia telah
dijalankan pada semua Pendidikan kedokteran dengan tujuan untuk menghasilkan sarjana
kedokteran yang profesional dengan melanjutkan Pendidikan di tingkat profesinya kelak,
serta mampu mengembangkan, menerapkan serta mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran mutakhir.
Sejalan dengan pengembangan kurikulum pada tahun 2023 di Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala, kegiatan pembelajaran melalui praktikum terus
ditingkatkan. Kegiatan praktikum merupakan salah satu proses yang harus dijalankan
mahasiswa dalam kurikulum ini. Melalui kegiatan praktikum diharapkan mampu
memberikan pembelajaran nyata bagi mahasiswa untuk menerapkan teori yang
didapatkan di dalam kelas ke bentuk eksperimen langsung pada topik yang telah disusun.
Praktikum Farmakoterapi merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang
disusun berdasarkan daftar kompetensi yang harus dicapai bagi sarjana kedokteran dan
kesehatan. Mahasiswa dengan bimbingan dosen melakukan pengujian teori Farmakologi
yang diberikan di ruang kelas oleh dosen melalui praktik sains langsung di laboratorium
dan latihan/simulasi dengan skenario kasus tentang penggunaan obat yang berkaitan
dengan pasien. Kegiatan praktikum farmakoterapi sangat diperlukan dalam mendukung
dan memperdalam pemahaman mahasiswa di bidang ilmu farmakologi. Akhir kata, besar
harapan buku modul praktikum ini dapat membantu mahasiswa mencapai tujuan belajar
yang maksimal.
Banda Aceh, Agustus 2023
D e k a n,

Prof. Dr.dr. Maimun Syukri, SpPD (KGH)


NIP. 19620819 199002 1 001
I. TATA TERTIB PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

1. Setiap praktikan harus hadir dalam ruang laboratorium selambat-lambatnya 15 menit


sebelum praktikum dimulai.

2. Menyerahkan kartu kepada instruktur praktikum di awal praktikum dan kartu akan
ditandatangani oleh instruktur stelah selesai praktikum.

3. Praktikan wajib mengikuti semua percobaan yang telah ditentukan kecuali ada surat
penugasan dari salah satu Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
atau surat keterangan sakit dari dokter, yang diberikan sehari sebelum praktikum
dimulai.

4. Izin yang dimaksud diatas diberikan hanya 2 kali dan praktikan harus mengulangi
percobaan yang tidak diikutinya sebelum ujian praktikum.

5. Praktikan yang tidak mengikuti kegiatan praktikum sebanyak 3 kali (dengan alasan
apapun), tidak dibenarkan mengikuti ujian praktikum.

6. Bagi praktikan yang tidak mengikuti ujian praktikum pada jadwal yang telah
ditentukan, maka terhadap mahasiswa tersebut tidak diberlakukan ujian susulan,
kecuali ada surat penugasan dari salah satu Pimpinan Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala atau surat keterangan sakit dari dokter, yang diserahkan
selambat-lambatnya pada 3 (tiga) hari sebelum ujian praktikum susulan.

7. Praktikan diwajibkan membawa perlengkapan praktikum seperti hewan coba, kain


serbet, sarung tangan katun, sarung tangan karet, masker, gunting, alat-alat tulis, es,
aqua, dan lain-lain yang diperlukan.

8. Pada saat memasuki laboratorium, praktikan diwajibkan :


 Memakai jas praktikum beserta badge nama
 Memakai sepatu (tidak dibenarkan memakai sandal)
 Menyerahkan laporan pendahuluan (work plan) dari percobaan yang akan
dilakukan.

9. Selama praktikum berlangsung, praktikan melaksanakan hal-hal sebagai berikut :


 Mentaati dan melaksanakan petunjuk dari petugas/pembimbing
 Menjaga kebersihan ruang laboratorium dan peralatan yang digunakan
 Tidak diperkenankan makan/minum, merokok dan menggunakan handphone/
gadget
 Tidak diperkenankan meninggalkan meja percobaan tanpa persetujuan
pembimbing/petugas yang terlibat di dalam praktikum Farmakologi
 Percobaan dilaksanakan dalam suasana yang tenang.

10. Setelah percobaan selesai, praktikan diwajibkan :


 Membersihkan alat-alat percobaan dan meja percobaannya
 Mengembalikan alat-alat percobaan yang dipinjam kepada Laboran. Bila ada alat
yang rusak atau hilang pada saat pelaksanaan praktikum, maka praktikan harus
mengganti alat tersebut atau membayar biaya perbaikannya.
 Membersihkan ruangan laboratorium
11. Praktikan yang melanggar tatatertib/peraturan yang diberlakukan di Bagian
Farmakologi, maka tidak dibenarkan melanjutkan praktikum dan dianggap tidak
memenuhi syarat untuk mengikuti ujian praktikum.

II. PETUNJUK BAGI PRAKTIKAN

1. Praktikan wajib mengikuti segala peraturan, petunjuk tertulis maupun yang tidak
tertulis yang berlaku di Laboratorium Farmakologi Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari percobaan-percobaan yang dilakukan pada
praktikum farmakologi, maka sebelumnya dilakukan pre test dan post test serta diberikan
penjelasan seperlunya.

Percobaan yang menggunakan hewan coba, hendaknya hewan coba diperlakukan secara
baik, karena hewan-hewan tersebut telah berkorban untuk kepentingan peningkatan
pengetahuan. Jangan sampai hewan-hewan tersebut dipermainkan, disiksa atau
diperlakukan secara tidak layak.

Praktikan/peneliti harus berhati-hati dalam menggunakan hewan coba dan bahan-bahan


kimia, karena hal ini akan membahayakan diri sendiri maupun praktikan lainnya.

Percakapan selama praktikum hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan dengan
praktikum dan dilakukan dengan suara pelan, kecuali bila praktikan diminta untuk
menjawab pertanyaan dari pembimbing/petugas yang jawabannya perlu didengar oleh
praktikan lainnya.

Semua praktikan harus bertanggung jawab terhadap keutuhan peralatan praktikum. Bila
ada alat yang rusak, hilang pada waktu pelaksanaan praktikum, maka praktikan harus
membayar biaya perbaikan atau penggantian alat tersebut.

Segala hal yang belum tercakup dalam tata tertib/peraturan tersebut diatas, akan diberikan
secara lisan oleh pembimbing/petugas/penanggung jawab praktikum.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................4

PENDAHULUAN ....................................................................................................................8

MATERI PRATIKUM/LINGKUP BAHASAN ...................................................................9


1. Perhitungan Dosis Obat pada Anak
2. Penulisan Resep Anak
3. Pembuatan obat dalam bentuk salep, gel, krim dan pulvis
4. Asesmen resep lansia
5. Drug Related Problem dan Efek Samping Obat
6. Kajian Interaksi Obat
7. Uji toksisitas akut dan kronis

LAMPIRAN .......................................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ......................................................... Error! Bookmark not defined.


1 PENDAHULUAN

Penuntun praktikum farmakologi ini berisi petunjuk dan tata tertib bagi praktikan,
petugas, dan pembimbing pada waktu pelaksanaan praktikum farmakologi serta
percobaan-percobaan yang perlu dilakukan oleh mahasiswa. Praktikum merupakan salah
satu bentuk pengalaman belajar yang melibatkan mahasiswa secara langsung dengan
tujuan untuk memahami teori-teori farmakologi yang telah diberikan oleh tim pakar.
Percobaan pada praktikum farmakologi dapat dilakukan dengan beberapa metode,
antara lain dengan menggunakan subyek manusia, hewan coba, pemutaran video dan
simulasi. Pilihan praktikum yang dilaksanakan tergantung kemampuan penyediaan alat-
alat, bahan kimia/obat, tenaga yang mengelolanya dan waktu yang dialokasikan tanpa
mengurangi maksud dan tujuan yang ingin dicapai pada pembelajaran yang berkenaan
dengan materi farmakologi pada masing-masing blok yang telah disusun oleh tim
kurikulum di Fakultas Kedokteran Unsyiah.
Tim penyusun berharap modul praktikum farmakologi ini dapat memberi manfaat
bagi penggunanya dan kami mohon kritik dan saran yang bersifat positif untuk perbaikan
dimasa yang akan datang.
Bagian farmakologi FK Unsyiah telah mempersiapkan beberapa materi praktikum
yang dapat dipraktekkan oleh mahasiswa FK Unsyiah sehingga dapat mendukung
terlaksananya proses belajar mengajar sesuai metode PBL (Problem Based Learning).
Judul Praktikum tersebut adalah:

1. Perhitungan dosis pada anak


2. Penulisan resep anak
3. Pembuatan obat dalam bentuk salep, gel, krim, dan pulvis
4. Asesmen resep lansia
5. Drug related problem dan efek samping obat
6. Kajian interaksi obat
7. Uji toksisitas akut dan kronis
2 MATERI PRAKTIKUM

1. PERHITUNGAN DOSIS OBAT PADA ANAK


Pendahuluan
Obat adalah substansi kimia yang dapat berinteraksi secara kimia dengan
sistem biologi sehingga menyebabkan perubahan fungsi biologis. Obat juga
didefinisikan sebagai bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral
maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit,
memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Pernyataan
Paracelsus yang terkenal bahwa semua obat adalah racun, hanya dosis yang benar
dan rasional yang menyebabkan obat itu tidak beracun. Konsep ini harus kita
pahami dengan benar.
Dosis adalah jumlah atau takaran obat untuk pasien dalam satuan berat
(mcg, mg, gr) atau isi (mL, cc, L) atau unit (IU) untuk memberi efek terapeutik
pada pasien dewasa. Penentuan dosis obat merupakan modal dasar yang sangat
penting untuk dipahami oleh semua tenaga kesehatan. Berbagai formula
digunakan untuk mendapatkan dosis yang tepat untuk setiap pasien sesuai
keadaannya. Secara umum penentuan dosis obat dapat ditentukan berdasarkan
perbandingan dengan dosis obat dewasa (usia, berat badan dan luas permukaan
tubuh) dan berdasarkan ukuran fisik individual (berat badan dan luas permukaan
tubuh individual).
Formula yang digunakan adalah:
• n / [n + 12] x dosis dewasa (n = umur tahun)
Youn • berlaku untuk anak: 1 – 8 tahun, tidak cocok untuk >12 tahun
g
• n / 20 x dosis dewasa (n = umur
Dillin
tahun)
g
• berlaku untuk anak : 8 – 20 tahun
• (n + 1) / 24 x dosis dewasa (n = umur
Cowlin tahun)
g
• rumus ini tidak banyak dipergunakan di
Indonesia
rumus ini agak tepat untuk anak umur
• 2 – 12 bulan: (m + 13) % dari D
Ausberge • 1 – 11 tahun: (4n + 20) % dari D
r • 12 – 16 tahun: (5n + 10) % dari D
• m = umur dalam bulan; n = umur dalam tahun; D =
dosisdewasa
• m / 150 x dosis dewasa (m = umur bulan)
Fried • untuk bayi < 1 tahun

• Dosis anak = Berat badan (kg) X dosis


Clark’s rule dewasa
• 7
0

• Dosis Anak = LPT anak (m2) x Dosis


Terry
dewasa
• 1,73
Louke
m2

Luas permukaan tubuh dihitung berdasarkan rumus

Atau bisa juga dengan menggunakan alat bantu nomogram


Tujuan Praktikum
1. Menghitung konversi satuan unit dosis obat dan konsentrasi obat
2. Menghitung dosis obat berdasarkan rumus penghitungan dosis
3. Menghitung dosis obat sesuai bentuk sediaan obat yang sesuai
4. Menghitung dosis obat berdasarkan kasus/ penyakit
5. Menghitung dosis awal (loading dose), dosis rumatan (maintenance dose)

Prosedur penghitungan dosis


1. Instruktur menjelaskan mengenai pentingnya penentuan dosis
2. Instruktur menjelaskan formula-formula yang bias digunakan untuk
menentuka dosisobat
3. Diskusi antara mahasiswa dan instruktur
4. Berlatih menghitung dosis obat sesuai dengan scenario yang telah disediakan
5. Mahasiswa mengerjakan beberapa soal terkait penghitungan dosis
obat dan dibahasBersama instruktur dan teman kelompok lain
Contoh
1. HY, 1 tahun, berat badan 10 kg, datang ke praktek anda dengan keluhan BAB
cair sejak 3 hari yang lalu. HY juga mengalami muntah dan sangat rewel sejak
tadi pagi. Berdasarkan pemeriksaan fisik anda mendiagnosa HY dengan
gantroenteritis ec bacterial dan merencanakan terapi:
a. Sirup kering kotrimoksazol dosis 20 -50 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 2
dosis. Tiap 5 mLmengandung 240 mg (trimetoprim dan sulfametoksazol)
b. Sirup Parasetamol dosisnya 10-15 mg/kgBB/kali beri. Tiap 5 mL sirup
mengandung 120 mg parasetamol

Jawab.
Langkah 1 : pastikan berat badan
dalam satuan kgLangkah 2 : hitung
dosis dalam mg/hari
Langkah 3 : hitung dosis per kali beri

Langkah 4 : konversi dosis mg sesuai bentuk sediaan (cair= ml, drop, padat =

jumlah tablet)

Berdasarkan skenario

Langkah 1 Pastikan berat badan dalam satuan kg


Berat badan HY 10 kg
Langkah 2 Hitung dosis dalam mg/hari
Kotrimoksazol = 10 X (20-50 mg/kgBB/hari) = 200 – 500 mg/ hari
Parasetamol = 10 X (10-15 mg/kgBB/kali beri) = 100 – 150 mg/ kali beri
Langkah 3 Hitung dosis per kali beri
Kotrimoksazol 2 kali sehari maka dosis per kali adalah 200 – 500 mg : 2 =
100 – 250 mg per kali beri
Parasetamol sudah dosis per kali beri
Langkah 4 Konversi dosis mg sesuai bentuk sediaan (cair= ml, drop, padat = jumlah
tablet)
Kotrimoksazol karena 5 mL mengandung 240 mg maka untuk dosis 100-250mg
= 100 - 250 = 240 = 500 - 1250 = 2,5 – 5 mL = 1 sdt = 5 mL
Dosis 5 mL 240

Parasetamol, karena 5 mL mengandung 120 mg parasetamol, maka untuk


dosis 100 – 150 mg =
100 - 150 = 120 = 500 - 750 = 4,2 – 6,25 mL = 1 sdt= 5mL
Dosis 5 mL 120

LATIHAN

1. Heni, 10 bulan, berat badan 12 kg, datang ke praktek anda dengan keluhan BAB cair
sejak 3 hari yang lalu. Iajuga mengalami muntah dan sangat rewel sejak tadi pagi.
Berdasarkan pemeriksaan fisik seksama anda mendiagnosa Heni dengan
gantroenteritis ec bacterial. Jika diketahui:
 Sirup kering kotrimoksazol dosis 20 -50 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 4 dosis.
Tiap 5 mL mengandung 240 mg (trimetoprim dan sulfametoksazol)
 Domperidon oral drop dosis 0,2 – 0,4 mg/ kgBB/ hari, dibagi menjadi 3 dosis. Tiap
mL mengandung 5 mg domperidon
 Paracetamol oral drop, diminum 3 kali sehari. tiap 0,6 ml mengandung 60 mg
paracetamol. Dosis 10-15 mg/kgBB/kali beri.
Hitung dosis pemakaian masing-masing obat setiap kali minum

2. Anak Faisal, 4 tahun, Berat Badan 15 kg dibawa ke IGD karena demam disertai kejang
beberapa waktu yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tonsil faring membesar
dan hiperemis, pemeriksaan lab leukosit meningkat, Pasien diberikan obat:
 Cefotaxime injeksi dalam vial mengandung 1 gr obat, Dosis yang akan
diberikan adalah 50-100 mg/ kgBB dibagi 2 dosis. Obat dilarutkan dengan
water for injection (WI) 10 mL
 Diazepam, dosis terapi 0,2-0,3 mg/kgBB/kali beri diberikan secara IV.
Diberikan sekali sehari. Kemasan yang tersedia ampul 2 mL dgn konsentrasi
5 mg/mL.
 Tablet Ibuprofen 200 mg diberikan dalam bentuk puyer. Dosis 5-10
mg/kgBB setiap kali pemberian. Diberikan 3 x sehari.
Hitung dosis pemakaian masing-masing obat dalam sehari.

Work Plan:
1. Tulislah langkah-langkah dalam perhitungan dosis
2. Buatlah indikasi, dosis, efek samping, interaksi obat, dan kontraindikasi dari
obat-obat yang ada diatas.
2. PENULISAN RESEP

Resep adalah Permintaan tertulis dari dokter, dokter hewan, dan dokter gigi
kepada apoteker untuk membuat dan atau memberikan obat kepada pasien.
Peresepan rasional menurut WHO adalah pemberian obat sesuai dengan keperluan
klinik, dosis sesuai dengan kebutuhan pasien, diberikan dalam jangka waktu yang
sesuai dengan penyakit, dan dengan biaya termurah menurut pasien
dan komunitasnya.

Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Memberikan Resep


 Memberi Penjelasan Tentang Kegunaan/Efek Obat
 Memberi Penjelasan Tentang Aturan Pakai dan Cara Minum Obat
 Memberi Penjelasan Tentang Efek Samping Obat
 Memberi Penjelasan Tentang Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Selama
Pemakaian Obat

Cara penulisan Resep


Resep didefinisikan sebagai permintaan tertulis dari penulisnya (dokter,
dokter gigi, dokter hewan atau paramedis) kepada apoteker pengelola apotek untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku. Resep yang benar adalah resep yang ditulis dengan
jelas, mudah dibaca dan mengungkapkan dengan jelas apa yang harus diberikan.
Resep sebaiknya ditulis dalam bahasa setempat, dalam hal ini bahasa Indonesia.
Sebuah resep harus memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. Nama, nomor surat ijin praktek, alamat praktek dan rumah dokter, no.
telepon dokter dan hari serta jam praktek
2. Nama kota dan tanggal penulisan resep
3. Superscriptio
Ditulis dengan simbol R/ berasal dari Recipe yang artinya harap diambil. Bila
diperlukan lebih dari satu bentuk sediaan obat, maka R/ ditulis sebanyak
jumlah sediaan obat yang dibutuhkan.
4. Inscriptio
Di belakang lambang R/ dituliskan nama generik obat, kekuatan dan jumlah
obat yang diperlukan. Sangat dianjurkan untuk menuliskan nama generik
(nama umum). Hal ini lebih mendidik dan informatif. Ini juga menunjukkan
bahwa Anda tidak berpihak kepada suatu nama dagang tertentu yang
mungkin mahal bagi pasien.
Kekuatan obat adalah jumlah obat yang terkandung dalam setiap sediaan
padat (miligram), atau dalam larutan (mililiter).
Untuk obat yang peresepannya diawasi atau obat yang cenderung
disalahgunakan, lebih aman untuk menuliskan kekuatan dan jumlah totalnya
dalam huruf untuk mencegah penyalahgunaan.
5. Subscriptio
Bentuk sediaan dan jumlah total
6. Label: cara pakai, peringatan
7. Nama, alamat, umur pasien
8. Paraf atau tanda tangan dokter

SINGKATAN LATIN DALAM PENULISAN RESEP


a.c ante coenam sebelum makan
prn pro re nata jika diperlukan saja
p.c post coenam setelah makan
d.t.d da tales dose berikan dalam takaran tsb
3.d.d 3 de die tiga kali sehari
c cochleare sendok makan
caps capsulae kapsul
tab tablet tablet
cito cito segera
cth cochleare tea sendok the
s.u.c singna usus cognitus pemakaian diketahui
s.u.e signa usus externus untuk pemakaian luar
Pulv pulveres serbuk terbagi
m.f misca fac buatlah
dr. Muhammad Jabir
No. Ijin Dokter
Alamat : Jl. Teuku Umar No. 6, Seutui
Telp : (0651) 714156

29 April 2011

Ket:
Omemox 500mg tab No. XII
Signa : tandailah
S . 3 . d.d tab I 3 : tiga
paraf Dd : de die : sehari
1 : satu

Mefinal 500mg tab No. XII


S . 3 . d.d tab I
paraf

Pro : Irma
Umur : 20 th
Alamat : Jl. T. Nyak Arief, B. Aceh

dr. Intan
No. Ijin Dokter
Alamat : Jl. Nikmat No. 2
Telp :

29 Mei 2011
Ket:
Misce fac: campur dan Interhistin tab 1
Buatlah
Prednison 5mg tab 1
Pulv (pulvis) : serbuk
dtd (da tales doses): Acid Ascorbat 75 mg
berilah sekian takaran m.f. pulv d.t.d No XX
No (numero): sebanyak
S . 3. d. d pulv I
XX : 20
Signa: tandailah paraf
3 : tiga
Pro : Yasmin
Dd : de die sehari
1 : satu Umur : 10 th
Alamat : Jl. Pocut Baren,
B. Aceh
LATIHAN:

1. Seorang anak, Wati, 2 tahun datang ke Puskesmas bersama orang tuanya dengan
keluhan luka disekitar mulut-hidung dan bokong sejak 4 hari yang lalu. Luka terasa
gatal dan mengeluarkan cairan seperti nanah. Dari pemeriksaan fisik didapatkan lesi
pada kulit yang terdiri dari bula dengan krusta kuning kecoklatan seperti madu,
bentuk bulat bergerombol. Riwayat alergi disangkal. Pasien didiagnosa menderita
Impetigo Krustosa. Anak tersebut diberikan resep:
 Eritromisin dry syrup (diberikan 1 cth dengan frekuensi pemberian 3 kali
sehari)
 Krim Eritromisin 2% (dioleskan 2x sehari pada lesi, pagi dan sore)
 Bedak caladine di tabur ditempat luka 2x sehari

Tuliskan resepnya!

Work Plan:
1. Tuliskan 20 istilah resep yang sering digunakan
2. Tuliskan satu contoh resep untuk anak
3. Pembuatan Sediaan Obat Dalam Bentuk Salep,
Gel, Krim & Pulvis
Tujuan :

1. Memahami teknik penyiapan serbuk terbagi dan salep


2. Mempraktekkan penyiapan serbuk terbagi dan salep
Alat
- Lumpang
- Timbangan
- Kertas perkamen

Bahan
- CTM
- GG
- Parasetamol
- Zinc

Pada praktikum ini akan dipraktekkan cara membuat pulveres (serbuk terbagi) dan salep

Di lab biomedik Anda akan mempraktekkan cara menyiapkan obat berikut :

R/ Parasetamol 200 mg
Gliseril Guaiakolat 20 mg
CTM 2 mg

Mf pulv dtd No VIS


3 dd pulv I

R/ Zinc Oxyd 10 gr
Vas alb ad 100 gr
Sue

Work Plan: Sebelum memulai praktikum simaklah video berikut dan buatlah resume nya
sebagai WP daripraktikum ini

https://www.youtube.com/watch?v=Js4
xBo82kvI
https://youtu.be/zCdRcE8yJkk

Laporan: Buatlah video bagaimana anda mempersiapkan kedua resep diatas sebagai
laporan perkelompok
4. Assesmen Obat untuk Lansia dan DRP

Tujuan Praktikum:
1. Mahasiswa mampu memahami perubahan farmakokinetik dan
farmakodinamik pada usia lanjut
2. Mahasiswa mengetahui obat-obat yang harus dihindari pada usia lanjut
3. Mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip pemberian obat pada usia
lanjut
4. Mahasiswa mampu memahami tentang Drug Related Problem
5. Mahasiswa mampu menuliskan resep obat dengan baik

Dasar Teori
Pada usia lanjut (usila), farmakoterapi efektif dalam memperbaiki kualitas
kehidupan, menyembuhkan, mencegah serta mengurangi gejala penyakit. Meskipun
manfaat dari obat sangat mengagumkan, tetapi penggunaannya harus ditangani secara
tepat, khususnya pada usila karena dapat menimbulkan kejadian Drug-Related Problem
(DRP).1
DRP sangat sering terjadi pada usila karena adanya penurunan fungsi fisiologis
organ tubuh yang menyebabkan perubahan respon farmakologi obat, baik perubahan
farmakokinetik dan farmakodinamik.1,3 Untuk mengurangi kejadian DRP, tenaga medis
harus memperhatikan adanya perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik (tabel 2)
yang terjadi pada usila dalam memilih regimen obat yang akan digunakan dari ribuan
obat yang tersedia.4
Peresepan obat pada usila juga memiliki masalah tersendiri yang menyebabkan
peresepan suboptimal, terutama disebabkan kebutuhan obat yang kompleks untuk
memperbaiki kelainan kronis yang beragam. Terdapat tiga katagori utama masalah
peresepan suboptimal pada usila, yaitu: (1) overuse medication (polifarmasi); (2)
inappropriate use; (3) underused medication.4
Belum ada kesepakatan jumlah obat yang spesifik untuk menjelaskan polifarmasi,
beberapa menggunakan cutpoint 3-5 obat; (2) penggunaan obat dalam jumlah lebih
banyak dari yang diindikasikan secara klinis (clinically indicated), sehingga
menyebabkan penggunaan obat secara berlebihan atau menggunakan obat-obat yang
tidak penting. Inappropriate prescribing didefinisikan sebagai peresepan obat yang
memiliki potensi risiko lebih banyak dibandingkan potensi manfaat yang ada dari obat
tersebut. Sedangkan underuse medication adalah penghilangan obat atau tidak
diresepkannya obat yang diindikasikan untuk pengobatan atau pencegahan suatu
penyakit.4
Pengetahuan tentang Drug Related Problem terutama pada lansia harus dimiliki
oleh mahasiswa sehingga dapat mencegah dan mengambil langkah yang tepat untuk
menangani DRP yang mungkin terjadi. Kepedulian dan pengetahuan tentang DRP
menjadi kunci dalam pengobatan yang optimal pada pasien.

Pertimbangan pemberian terapi bagi pasien geriatri:


1. Membatasi jenis obat
2. Mengenali obat-obat yang akan diberikan, farmakokinetik dan
farmakodinamikny
3. Dosis awal umumnya dimulai dengan 50% dari dosis dewasa muda, kemudian
dosis ditingkatkan sesuai respon
4. Melakukan evaluasi secara berkala mengenai obat-obat yang digunakan dalam
jangka waktu yang lama, apakah perlu penyesuaian rejimen atau menghentikan
penggunaan obat tersebut.
5. Tidak mengobati setiap gejala yang muncul
6. Menyederhanakan regimen yaitu dengan memberikan obat sesuai dengan
indikasinya saja dan diusahakan dengan frekuensi penggunaan sekali atau dua
kali sehari
7. Memberi penandaan yang jelas pada label wadah obat dan hindari singkatan
yang tidak dimengerti
8. Memberi informasi yang jelas dan dipahami oleh pasien.

Metode Praktikum
 Praktikan dibagi dalam kelompok kecil beranggotakan 10-12 mahasiswa
 Setiap kelompok diberikan 2-3 kasus sebagai pemicu untuk diskusi
 Praktikan melakukan diskusi dalam kelompok kecil mengenai skenario yang
diberikan pada kasus-kasus tersebut dibimbing oleh seorang instruktur untuk tiap
kelompok.
 Presentasi hasil diskusi dibimbing instruktur tiap kelompok.

Work Plan
1. Jelaskan tentang perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik pada Usia Lanjut
2. Jelaskan obat-obat yang harus dihindari pemberiannya pada usia lanjut
3. Jelaskan tentang DRP (Drug Related Problem)
Latihan.
1. Pasien Tn. Mahmud, usia 66 tahun, dengan berat badan 60 kg dirawat di RS karena
keluhan kaki membengkak, sesak napas, dan lemas. Pasien sudah lama di diagnosa
DM tipe 2 dan Hipertensi . Saat ini os dalam konsumsi rutin obat glibenklamid 2x5
mg dan captopril 2x50 mg. Tekanan darah saat itu 120/80 mmHg.
Hasil pemeriksaan darah didapatkan hemoglobin 8 gr/dl, ureum 110 mg/dL,
Kreatinin 4,7 mg/dl, Kalium 5,6 mmol/L, Glukosa darah sewaktu 156 mg/dL
Dokter mendiagnosa pasien tersebut dengan Chronic Kidney Disease + DM tipe 2
+ Hipertensi.

1. Hitung klirens kreatinin pasien.


2. Pilih farmakoterapi untuk DM, bila obat yang tersedia:
 Glibenklamid 5 mg
 Metformin 500 mg
 Insulin
3. Pilih farmakoterapi untuk Hipertensi, bila obat yang tersedia
 Captopril 25 mg
 Amlodipin 10 mg
 Furosemid 40 mg
 Spironolakton 25 mg

Tuliskan alasan pemilihan obat diatas dengan mempertimbangkan efek samping,


interaksi obat, dan farmakokinetik dari obat yang anda pilih.
4. KAJIAN INTERAKSI OBAT
Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu memahami mekanisme terjadinya interaksi obat
2. Mahasiswa mampu mengenal dan menganalisis kejadian interaksi obat
berdasarkan aplikasi drug interaction checker.
3. Mahasiswa mampu memahami tingkat signifikansi dari berbagai interaksi obat

Dasar Teori
Interaksi obat digolongkan kepada beberapa jenis, yaitu interaksi obat dengan obat,
interaksi obat dengan makanan, interaksi obat dengan herbal, dan interaksi obat dengan
penyakit yang diderita. Pada bab ini yang akan dibicarakan secara umum adalah interaksi
obat dengan obat. Interaksi obat merupakan suatu keadaan yang terjadi bila dua atau lebih
obat diberikan secara bersamaan dan menyebabkan perubahan efek salah satu obat.
Interaksi tersebut dapat bersifat potensiasi atau antagonis satu obat oleh obat lainnya.
Interaksi obat dapat menyebabkan penurunan efikasi terapeutik dan efek samping yang
dapat membahayakan pasien. Interaksi obat yang merugikan mengakibatkan morbiditas
pasien dan meningkatkan kunjungan instalasi darurat rumah sakit, perawatan, serta rawat
ulang di rumah sakit. Karena itu interaksi yang merugikan sebaiknya dilaporkan kepada
Badan/Balai/Balai Besar POM. Morbiditas pasien yang disebabkan oleh interaksi obat
diantaranya perdarahan gastrointestinal, disfungsi renal, ketidakseimbangan elektrolit,
hipertensi, hipotensi, bradikardi, aritmia, toksisitas obat, dan penurunan efek obat.
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya interaksi obat,
diantaranya:
 Polifarmasi,
 Usia ekstrim
 Penurunan fungsi renal/hepatik
 Gangguan metabolik atau endokrin
 Penggunaan obat dengan indeks terapeutik yang sempit
 Kondisi medis akut (misal: dehidrasi, infeksi),
 Farmakogenetik,
 Jenis kelamin perempuan.
Secara garis besar, mekanisme interaksi obat dapat dibedakan atas 3 mekanisme,
yaitu: (1) interaksi farmaseutik atau inkompatibilitas, (2) interaksi farmakokinetik, dan
(3) interaksi farmakodinamik. Interaksi farmaseutik terjadi diluar tubuh (sebelum obat
diberikan) antara obat yang tidak dapat dicampur (inkompatibel). Interaksi jenis ini
biasanya terjadi antar obat suntik atau antara obat suntik dengan cairan infus yang
berakibat terhadap inaktivasi obat. Interaksi farmakokinetik terjadi bila salah satu obat
mempengaruhi absorbsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi obat lain sehingga dapat
mengubah kadar plasma obat tersebut. Akibatnya, dapat terjadi peningkatan toksisitas
atau penurunan efektivitas obat tersebut. Interaksi farmakokinetik obat sering melibatkan
beberapa isoenzim sitokrom hepatik P450 dan transporter obat seperti P-glikoprotein.
Interaksi farmakodinamik merupakan interaksi antar obat yang bekerja pada sistem
reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang aditif,
sinergistik atau antagonistik.
Untuk mecegah terjadinya interaksi obat, ada 2 hal penting yang harus menjadi
perhatian: (1) meningkatkan kesadaran diantara petugas kesehatan tentang pentingnya
informasi lengkap pasien geriatri dan membagi informasi tersebut terhadap petugas
kesehatan lainnya. (2) menekankan pentingnya pengenalan terhadap interaksi obat
berdasarkan aktivitas farmakologi dan faktor lainnya yang bergantung pada tiap individu
pasien, tidak dapat ditentukan hanya dengan menggunakan software interaksi obat saja.

Metode Praktikum
 Praktikan dibagi dalam kelompok kecil beranggotakan 10-12 mahasiswa
 Setiap kelompok diberikan 2-3 kasus sebagai pemicu untuk diskusi
 Praktikan melakukan pencarian interaksi obat dan mekanisme interaksinya
menggunakan software drug interaction checker yang tersedia dari website
kedokteran yang terpercaya
 Presentasi hasil diskusi tiap kelompok dibimbing instruktur

Work Plan
1. Jelaskan mekanisme terjadinya interaksi obat beserta contohnya.
2. Sebutkan masing-masing 5 contoh interaksi obat yang menguntungkan dan
merugikan
3. Isilah tabel interaksi obat berikut berdasarkan obat-obat yang digunakan pada
skenario
Obat 1 Obat 2 Potential
outcome

1.Paracetamol 1a. 1a.

1b. 1b.
1c. 1c.

dst

2. Cetirizine

Latihan
1. Ny. AN berusia 65 tahun, (TB 150 cm BB 70 kg) datang ke Puskesmas Batoh karena
mengeluhkan sering pusing, lemas, gemetar dan keluar banyak keringat sudah sejak
satu minggu ini. Pasien juga mengeluhkan alergi dinginnya sering kambuh di cuaca
yang musim hujan ini. Hari ini Ny. AN ingin melakukan pemeriksaan rutin terkait
penyakit diabetes yang di deritanya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
150/80 mmHg. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan : Kalium darah : 6,2
mEq/L (Hiperkalemia), gula darah sewaktu (GDS) : 78 mg/dL(Hipoglikemik).
Dokter mendiagnosis dengan hipertensi, DM tipe 2, dispepsia, dan gagal jantung.

Terapi yang diberikan oleh dokter:


➢ Paracetamol 500 mg 3x/hari
➢ Cetirizine 10mg (1x/hari bila bersin dan alergi kambuh)

➢ Kaptopril 25 mg 2x/hari
➢ Spironolakton 100 mg 1x/hari
➢ Glibenkamid 10 mg 1x/hari
➢ Aspirin 80 mg 1x/hari

➢ Ranitidin 150 mg 1x/hari

Temukan dan jelaskan interaksi obat yang terjadi pada pasien tersebut.
6. TOKSISITAS AKUT

Pendahuluan
Terdapat hubungan tertentu antara dosis yang diberikan pada sekelompok hewan
percobaan dan bagian (fraksi) dari hewan percobaan yang menghasilkan efek
(dinyatakan dalam persen). Hubungan tersebut ternyata berupa kurva sigmoid (kurva
berbentuk huruf S).
ED50 adalah dosis yang menyebabkan suatu efek pada 50% hewan percobaan
(efek tersebut misalnya kejang-kejang). LD50 adalah dosis yang menyebabkan
kematian pada 50% hewan percobaan.
Jarak antara ED50 dan LD50 suatu obat disebut ”margin of safety”. Makin besar
margin of safety makin kurang berbahaya obat tersebut, demikian juga sebaliknya
makin kecil margin of safety, makin berbahaya obat tersebut. Perbandingan antara
dosis untuk LD50 dan ED50 disebut dengan indeks terapi.

Catatan: Di klinik pemberian obat dengan margin of safety yang kecil seharusnya
perlu dilakukan pemantauan kadar obat dalam darah.

Cara penentuan dosis letal suatu obat dapat berupa:


1. dosis terkecil yang membunuh hewan percobaan (MLD = minimal lethal dose);
2. dosis yang membunuh 100% dari sekelompok hewan percobaan (LD100);
3. dosis yang membunuh 1 5 dari sekelompok hewan percobaan (LD1).
MLD, LD100 dan LD1 ternyata mempunyai variasi yang besar, sebab itu tidak
digunakan sebagai pegangan untuk menentukan toksisitas akut. LD50 adalah angka
yang mempunyai variasi yang relatif rendah, karena itu angka LD50 digunakan
sebagai ukuran toksisitas akut.
Pemberian suatu dosis obat pada sekelompok individu akan terdapat variasi
respon baik dalam bentuk efek terapi maupun efek toksiknya. Variasi respon ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor umur, jenis kelamin, spesies, keadaan patologi,
lingkungan hidupnya (suhu, kelembaban, cahaya, dll). Bilamana faktor-faktor tersebut
di atas dipegang secara konstan pada percobaan-percobaan yang dilakukan
berulangkali dengan dosis yang sama maka tetap saja akan ada perbedaan efek.
Perbedaan besarnya efek ini disebabkan karena adanya variasi biologik.
Tujuan Percobaan
Mengenal prinsip penentuan LD50 (lethal dose) suatu obat dan arti hasil
penentuan tersebut.

Subyek Coba
Katak dengan berat 25-40 gram sebanyak 8 ekor.

Bahan/Obat
Prokain HCl injeksi
 Kelompok I dengan dosis 400 mg/kgBB
 Kelompok II dengan dosis 600 mg/kgBB
 Kelompok III dengan dosis 900 mg/kgBB
 Kelompok IV dengan dosis 1000 mg/kgBB

Alat-Alat
1. Spuit ukuran 1 mL untuk tiap kelompok.
2. Timbangan hewan kecil.
3. Beaker glass ukuran 1-2 liter.

Prosedur Pelaksanaan
1. Untuk setiap kelompok dosis obat digunakan 2 ekor katak.
2. Timbang berat badan katak, hitung besarnya dosis Prokain untuk tiap ekor
katak.
3. Injeksikan Prokain pada “ventral lymph sac” tepat pada lipatan perut bagian
bawah. Setelah diinjeksi, masukkan katak ke dalam beaker glass dan amati
selama 2 jam. Hitung dan catat jumlah kematian katak dari tiap kelompok
dosis.
4. Hasil dari setiap kelompok praktikum dikumpulkan menjadi hasil kelas,
kemudian dari hasil kelas ini buat kurvanya sehingga dapat dilihat atau
diprediksikan dosis LD50.
5. Diskusikan hasil yang diperoleh dan berilah alasan kenapa terjadi perbedaan
hasil antara kelompok praktikum yang satu dengan kelompok praktikum yang
lain.
PENETAPAN TOKSISITAS AKUT

Tanggal Percobaan :
Subyek Percobaan :
Obat yang Digunakan :
Dosis :
Kelompok:
Nama Praktikan: 1. 6.
2. 7.
3. 8.
4. 9.
5. 10.

Kelompok Perlakuan Berat katak (g) Pengamatan


Katak 1:
Injeksi Prokain HCl
I
400 mg/kg BB Katak 2:

Katak 1:
Injeksi Prokain HCl
II
600 mg/kg BB Katak 2:

Katak 1:
Injeksi Prokain HCl
III
900 mg/kg BB Katak 2:

Katak 1:
Injeksi Prokain HCl
IV
1200 mg/kg BB Katak 2:

Pembimbing,

( )
DAFTAR PUSTAKA

4
1. Brunton, LL, Parker, KL, Blumenthal, DK, Buxton, ILO. (2011). Goodman &
Gilman Manual Farmakologi dan Terapi, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

2. Departemen Kesehatan R.I. (1979). Farmakope Indonesia, Edisi Ketiga, Direktorat


Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Dep. Kes. R.I., Jakarta.

3. Hakim, L. (2012). Farmakokinetik Klinik, Edisi Pertama, Penerbit Bursa Ilmu,


Karangkajen, Yogyakarta.

4. Katzung, BG. (2012). Farmakologi Dasar dan Klinik, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

5. Sukandar, EY, Andrajati, R, Sigit, JI, Adnyana, IK, Setiadi, AAP, Kusnandar.
(2009). ISO Farmakoterapi, Cetakan Kedua, Penerbit PT ISFI Penerbitan,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai