Anda di halaman 1dari 22

KD 6 : BANK SENTRAL, SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT

PEMBAYARAN
Materi Pertemuan I

BANK SENTRAL, SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN

A. BANK SENTRAL

1. Pengertian dan Status Bank Indonesia (Bank Sentral)


Bank sentral di Indonesia dipegang oleh Bank Indonesia. Menurut UU Nomor 23 Tahun 1999
sebagaimana diubah menajdi UU Nomor 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia
merupakan lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang
secara tegas diatur dalam undang-undang tersebut.
Untuk memperjelas pemahamanmu tentang hubungan antara Bank Indonesia (BI) dan
pemerintah, kamu perlu memperhatikan UU Nomor 3 Tahun 2004, antara lain, memuat
sebagai berikut.
2. Bertindak sebagai pemegang kas pemerintah.
3. Untuk dan atas nama pemerintah, Bank Indonesia dapat menerima pinjaman luar
negeri, menatausahakan serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan
pemerintah terhadap pihak luar negeri.
4. Pemerintah wajib meminta pendapat BI dan atau mengundang BI dalam sidang
kabinet yang membahas masalah ekonomi, perbankan dan keuangan yang berkaitan
dengan tugas BI atau kewenangan BI.
5. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah mengenai Rancangan
APBN.
6. Dalam hal pemerintah menerbitkan surat-surat utang negara, pemerintah wajib
terlebih dahulu berkonsultasi dengan BI dan pemerintah juga wajib terlebih dahulu
berkonsultasi dengan DPR.
7. Bank Indonesia dapat membantu penerbitan surat-surat utang negara yang diterbitkan
oleh pemerintah.
8. Bank Indonesia dilarang memberikan kredit kepada pemerintah.
Selanjutnya h ubungan antara Bank Indonesia dan dunia internasional, antara lain, sebagai
berikut.
1) Dapat melakukan kerja sama dengan bank sentral negara lain dan organisasi atau lembaga
internasional.
2) Dalam hal dipersyaratkan bahwa anggota internasional dan atau lembaga multilateral
adalah negara, maka BI dapat bertindak untuk dan atas nama negara RI sebagai anggota.
Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan hukum perdata
ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik Bank Indonesia berwenang
menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari undang-undang
yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan
hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun
di luar pengadilan.

9. Fungsi Bank Sentral (Bank Indonesia)


Bank Indonesia dapat berfungsi sebagai lender of the last resort dengan memberikan kredit
atau pembiayaan kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek (maksimal 90
hari). Bank penerima pinjaman wajib menyediakan agunan yang berkualitas tinggi dengan nilai
minimal sama dengan jumlah pinjaman.
Adapun fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral adalah sebagai bank dari pemerintah dan
sebagai bank dari bank umum (banker’s bank), dan bertujuan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah dengan melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan,
konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang
perekonomian. Kestabilan nilai rupiah yang dimaksud adalah kestabilan nilai rupiah terhadap
barang dan jasa, serta terhadap mata uang negara lain. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang
dan jasa diukur dengan atau tercermin dari perkembangan laju inflasi. Kestabilan nilai rupiah
terhadap mata uang negara lain diukur dengan atau tercermin dari perkembangan nilai tukar
rupiah terhadap mata uang negara lain. Kestabilan nilai rupiah sangat penting untuk
mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan
rakyat.

10. Wewenang, Tugas, dan Tujuan Bank Indonesia


Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas
dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tersebut. Pihak luar tidak
dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga
berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak
manapun juga.
Kewenangan yang dimiliki Bank Indonesia selaku bank sentral tidak dapat dipisahkan dengan
pelaksanaan tugas Bank Indonesia.
11. Dalam rangka melaksanakan tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, BI memiliki kewenangan:
1) menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi;
2) melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara- cara yang termasuk tetapi
tidak terbatas pada:
12. a) operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing;
13. b) penetapan tingkat diskonto;
14. c) penetapan cadangan wajib minimum;
15. d) pengaturan kredit atau pembiayaan.
16. Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, BI diberi kewenangan:
 Menetapkan penggunaan alat pembayaran, meliputi : mengeluarkan,
mengedarkan, menarik, dan memusnahkan uang rupiah, termasuk menetapkan
macam, harga, ciri uang, bahan yang digunakan, serta tanggal mulai berlakunya.
 Mengatur dan menyelenggarakan sistem pembayaran meliputi kewenangan
memberikan izin kepada pihak lain untuk menyelenggarakan jasa sistem
pembayaran, mengatur sistem kliring dan menyelenggarakan kliring antar bank
serta menyelenggarakan penyelesaian akhir (setelmen) transaksi pembayaran
antarbank.
17. Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur dan mengawasi bank, BI memiliki
kewenangan:
1) memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank
2) menetapkan peraturan di bidang perbankan
3) melaksanakan pengawasan bank baik secara langsung maupun tidak langsung
4) mengenakan sanksi terhadap bank sesuai ketentuan perundangan.
Adapun tugas pokok bank sentral tercantum dalam tiga pilar utama BI yang berfungsi untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Tiga pilar utama BI, yaitu, sebagai berikut:
18. menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;
19. mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran;
20. mengatur dan mengawasi bank.
Ketiga bidang tugas tersebut mempunyai keterkaitan yang erat. Oleh karena itu, tugas-tugas
tersebut harus dilakukan secara saling mendukung guna tercapainya tujuan Bank Indonesia
secara efektif dan efisien. Apalagi tugas BI tersebut dilaksanakan melalui empat sektor, yaitu
sektor moneter, sektor perbankan, sektor sistem pembayaran dan sektor manajemen intern.
Adapun dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai tujuan tunggal,
yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah tersebut
mengandung dua aspek, yaitu sebagai berikut.
21. kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, yang tercermin pada
perkembangan laju inflasi;
22. kestabilan terhadap mata uang negara lain, yang tercermin pada perkembangan nilai
tukar rupiah terhadap mata uang negara lain.
Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank
Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank
Indonesia melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan
harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.
23. Independensi Bank Indonesia
Disebutkan dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 bahwa untuk mendukung terwujudnya
pembangunan nasional yang berkesinambungan dan sejalan dengan tantangan perkembangan
serta pembangunan ekonomi yang semakin kompleks, sistem keuangan yang semakin maju
serta perekonomian internasional yang semakin kompetitif dan terintegrasi, maka kebijakan
moneter harus dititikberatkan pada upaya untuk memelihara stabilitas nilai rupiah; sehubungan
dengan itu, perlu dilaksanakan prinsip keseimbangan antara independensi Bank Indonesia
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
Berdasarkan hal tersebut, maka Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 mengatur lima indepensi
yang harus ditaati oleh Bank Indonesia. Kelima independensi tersebut, yaitu sebagai berikut.
24. Independensi Kelembagaan(Institutional Independence)
Bank Indonesia adalah lembaga negara yang bebas dari campur tangan pemerintah dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya.
25. Independensi Sasaran Akhir(Goal Independence)
Bank Indonesia dalam menetapkan sasaran akhir kebijakan moneter yaitu sasaran inflasi
mempunyai tingkat independensi yang rendah, karena harus berkoordinasi dengan pemerintah.
26. Independensi Instrumen(Instrument Independence)
Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk menetapkan sendiri sasaran-sasaran moneter dan
melaksanakan pengendalian moneter dengan menggunakan berbagai instrumen moneter yang
lazim digunakan.
27. IndependensiPersonal (Personal Independence)
Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam
bentuk apa pun dan dari pihak mana pun.
28. Independensi Keuangan(Financial Independence)
Dewan Gubernur berwenang menetapkan anggaran tahunan Bank Indonesia yang meliputi
anggaran kegiatan operasional, anggaran kebijakan moneter, sistem pembayaran, serta
pengaturan dan pengawasan perbankan.

29. Organisasi Bank Sentral


Setiap organisasi, sangat penting memiliki struktur organisasi yang akan menggambarkan
secara sistematis tugas dan tanggung jawab setiap orang yang memegang jabatan dalam
organisasi tersebut. Begitu pula dalam lembaga pemerintahan negara seperti Bank Indonesia
pun memiliki struktur organisasi. Nah, perhatikanlah struktur organisasi bank Indonesia berikut.
Gambar 5. Struktur organisasi bank
Sumber: http://www.bi.go.id

Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur.
Dewan Gubernur terdiri atas sebagai berikut.
30. Gubernur (sebagai ketua)
31. Deputi Gubernur Senior (sebagai wakil ketua)
32. Deputi Gubernur, minimal empat orang dan maksimal tujuh orang (sebagai anggota)
Dewan Gubernur mempunyai masa jabatan maksimal lima tahun dan hanya dapat diangkat
kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Dewan Gubernur diusulkan dan diangkat oleh
Presiden dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan DPR.
Pada organisasi bank sentral umumnya terdapat tiga badan yang memiliki kewenangan
tertinggi:
33. Badan Pembuat Kebijakan (Policy Making Unit) = Dewan Gubernur
34. Badan Pelaksana Kebijakan (Executing Unit) = Angota Dewan Gubernur
35. Badan Pengawas (Supervisory Unit) = dilaksanakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Badan Pengawasan Perbankan akan dipindahkan ke lembaga Otoritas Jasa Keuangan per 31
Desember 2013.
36. Stabilitas Sistem Keuangan
Stabilitas sistem keuangan adalah stabilitas lembaga keuangan dan pasar keuangan yang
membentuk sistem keuangan, sedagkan
Stabilitas moneter terkait dengan stabilitas tingkat harga secara umum (inflasi).
Stabilitas lembaga dan pasar keuangan yang membentuk sistem keuangan selalu dijaga oleh
Bank Indonesia.
Stabilitas pasar keuangan adalah minimalnya volatilitas harga yang dapat mengganggu
perekonomian.
Stabilitas Sistem Keuangan bertujuan untuk:
37. menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi deposan dan investor;
38. meningkatkan efisiensi intermediasi keuangan;
39. meningkatkan fungsi pasar keuangan dan memperbaiki alokasi sumber daya;
40. mengembangkan sistem keuangan yang sehat dan transparansi;
41. mengurangi gejolak dan risiko sistemik.
Adapun lima pilar utama stabilitas sistem keuangan, yaitu sebagai berikut:
42. lingkungan makro-ekonomi yang stabil ;
43. kerangka pengawasan prudensial yang sehat;
44. lembaga keuangan yang dikelola dengan baik;
45. pasar keuangan yang beroperasi secara efisien dan lancar;
46. sistem pembayaran yang aman dan lancar.

Materi Pertemuan II

B. SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN

47. Sistem Pembayaran


Pembayaran adalah perpindahan nilai antara dua belah pihak (secara sederhana kita memakai
istilah pembeli dan penjual), dimana secara bersamaan terjadi perpindahan barang dan jasa.
Maka, proses pembayaran antara kedua belah pihak dalam kegiatan ekonomi digambarkan
sebagai berikut.
Gambar 6.2 Kegiatan pemindahan kepemilikan barang/jasa
Sumber : Bank Indonesia
48. Sistem Pembayaran Tunai
Sistem pembayaran tunai sudah dilakukan sejak ditemukannya uang sebagai alat pembayaran
tunai. Sistem pembayaran tunai biasanya terjadi di antara kedua belah pihak, baik individu,
kelompok, lembaga, maupun negara. Sistem pembayaran tunai sudah sering terjadi setiap hari
dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti kamu membeli buku tulis di toko buku, ayahmu
membeli keperluan kantor, dan ibumu membeli kebutuhan harian di pasar.

49. Sistem Pembayaran Non Tunai


Sistem pembayaran nontunai melibatkan lembaga perantara agar dana tersebut dapat benar-
benar efektif berpindah dari pihak yang menyerahkan ke pihak penerima. Jika kedua pihak yang
terlibat merupakan nasabah pada bank yang sama, proses perpindahan dana lebih sederhana.
Bank tersebut cukup melakukan proses pemindahbukuan dari rekening yang satu ke rekening
lainnya. Namun, tidak demikian halnya jika kedua pihak merupakan nasabah bank pada bank
yang berbeda. Untuk hal tersebut diperlukan suatu lembaga lain yang dikenal sebagai lembaga
kliring yang mengakomodir transaksi antarbank tersebut.
Komponen-komponen yang membangun sebuah sistem pembayaran terdiri atas sebagai
berikut.
50. Regulator berwenang mengatur aturan main, ketentuan, dan kebijakan yang mengikat
seluruh komponen sistem pembayaran.
51. Penyelenggara adalah lembaga yang memastikan penyelesaian akhir dari seluruh
transaksi yang terjadi di penggunanya.
52. Infrastrukur adalah sarana fisik yang mendukung operasional sistem pembayaran.
53. Instrumen adalah alat pembayaran baik tunai maupun non-tunai yang disepakati oleh
para pengguna dalam melakukan transaksi.
54. Pengguna adalah konsumen yang memanfaatkan sistem pembayaran.
Sebagai suatu sistem, sistem pembayaran terdiri atas beberapa subsistem, yang secara garis
besar disebutkan dalam materi Pengantar Sistem Pembayaran, yaitu sebagai berikut.
55. Kebijakan
56. Kelembagaan
57. Alat Pembayaran
58. Mekanisme Operasional
59. Infrastruktur Teknis
60. Perangkat Hukum
Sistem pembayaran yang berlaku di Indonesia tersebut, biasanya diklasifikasikan atas dua jenis,
yaitu sistem pembayaran nilai besar (high value payment system) dan sistem pembayaran nilai
kecil/retail (retail payment system).
61. Sistem Pembayaran Nilai Besar (High Value Payment System)
1) Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
2) Bank Indonesia Scripless Securities Settlement (BI-SSSS)
62. Sistem Pembayaran Nilai Kecil/Retail (Retail Payment System)
1) Alat pembayaran menggunakan kartu (APMK), yaitu terdiri atas sebagai berikut.
63. a) Kartu kredit
64. b) Kartu ATM/Debit
65. c) Kartu prabayar (prepaid)
66. d) Uang elektronik (e-money)

2) Kegiatan usaha pengiriman uang (KUPU), diselenggarakan oleh industri (bank dan non-
bank)
3) Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

67. Alat Pembayaran


Untuk memperlancar berkembangnya kegiatan ekonomi, pembayaran atas transaksi keuangan
digunakan suatu alat pembayaran, yang terdiri atas sebagai berikut.
68. Alat Pembayaran Tunai
Alat pembayaran tunai adalah alat pembayaran dengan memakai uang kartal (uang kertas dan
logam), yang terdiri atas uang dengan nilai nominal Rp100, Rp200, Rp500, Rp1000, Rp2000,
Rp5000, Rp10000, Rp20000, Rp50000, dan Rp100000.
Alat pembayaran tunai berupa uang kartal tersebut masih berperan penting dalam lalu lintas
pembayaran dalam transaksi sehari-hari yang tentu saja bernilai kecil. Dalam masyarakat
moderen seperti sekarang ini, pemakaian alat pembayaran tunai seperti uang kartal memang
cenderung lebih kecil dibanding uang giral.

69. Alat Pembayaran Nontunai


Alat pembayaran nontunai adalah alat pembayaran dengan tidak memakai uang kartal (uang
kertas dan logam), yang terdiri atas paper based (cek/BG), APMK (Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu), dan uang elektronik. Alat pembayaran nontunai sudah berkembang dan
semakin lazim dipakai masyarakat. Kenyataan ini memperlihatkan kepada kita bahwa jasa
pembayaran nontunai yang dilakukan bank maupun lembaga selain bank (LSB), baik dalam
proses pengiriman dana, penyelenggara kliring maupun sistem penyelesaian akhir (settlement)
sudah tersedia dan dapat berlangsung di Indonesia. Transaksi pembayaran nontunai dengan
nilai besar diselenggarakan Bank Indonesia melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross
Settlement), dan sistem kliring.

70. Peran Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran


Peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan
sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal. Dalam Pasal 8 UU Nomor 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia disebutkan bahwa Bank Indonesia mempunyai tugas mengatur
dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Tugas Bank Indonesia tersebut, ditentukan dalam
Pasal 15 Nomor 23 Tahun 1999, bahwa dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, Bank Indonesia berwenang untuk melakukan hal-hal berikut.
71. melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa sistem
pembayaran;
72. mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan
tentang kegiatannya;
73. menetapkan penggunaan alat pembayaran.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran di Indonesia dilaksanakan oleh Bank Indonesia yang dituangkan dalam Undang
Undang Bank Indonesia.
Oleh karena itu, dalam menjalankan mandat tersebut, Bank Indonesia mengacu pada empat
prinsip kebijakan sistem pembayaran, yakni keamanan, efisiensi, kesetaraan akses, dan
perlindungan konsumen.

 Prinsip Aman
 Prinsip Efisiensi
 Prinsip Kesetaraan Akses
 Prinsip Perlindungan Konsumen
Tujuan utama Bank Indonesia dalam sistem pembayaran adalah untuk meningkatkan keamanan
dan efisiensi sistem pembayaran.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran terdiri
atas sebagai berikut.
74. Peran Bank Indonesia sebagai Operator
75. Peran Bank Indonesia sebagai Regulator
76. Peran Bank Indonesia sebagai Fasilitator
77. Peran Bank Indonesia sebagai Development Coordinator
78. Peran Bank Indonesia sebagai Pengguna
79. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Nontunai oleh Bank Indonesia
a. BI sebagai Penyelenggara BI-RTGS
b. BI sebagai Penyelenggara SKN – BI
c. BI Sebagai Penyelenggara BI-SSSS

Materi Pertemuan III

C. UANG

80. Sejarah Uang


Sebelum ada uang, untuk memenuhi kebutuhan manusia saling bertukar barang atau
disebut juga barter. Dari sistem pertukaran (barter) ini ternyata terdapat suatu kesulitan,
yaitu kesulitan untuk mempertemukan kedua belah pihak yang saling membutuhkan dan
menentukan ukuran perbandingan antarbarang yang ditukarkan. Oleh karenanya, manusia
berusaha untuk menentukan suatu barang sebagai alat tukar. Menurut sejarah, kita mengenal
berbagai macam alat tukar di antaranya ternak, kulit, bulu, besi, tembaga, emas, perak, intan
berlian, mutiara, dan kerang.
Seiring perkembangan masyarakat atau negara, penggunaan uang sebagai alat tukar
dirasakan makin penting. Oleh karena itu, suatu negara menentukan pengunaan uang logam
dan uang kertas sebagai alat tukar. Bahkan dikembangkan lagi penggunaan alat tukar berupa
giro atau cek yang disebut juga uang giral.
81. Pengertian Uang
Uang, yaitu alat untuk mempermudah pertukaran (money was made to facility business
transaction), yang secara umum dapat diterima di dalam bentuk pembelian barang-barang
atau jasa- jasa serta untuk pembayaran utang.

82. Fungsi Uang


Fungsi uang dibagi menjadi dua macam, yaitu fungsi asli dan fungsi turunan.
83. a. Fungsi Asli atau Fungsi Primer
1) Sebagai alat tukar umum (medium of exchange), yaitu uang berfungsi sebagai alat untuk
pertukaran dan mengatasi kesulitan dalam pertukaran secara natura (barter).
2) Sebagai satuan hitung (unit of account), yaitu uang berfungsi untuk menentukan nilai
dari suatu barang atau jasa, serta untuk menentukan besarnya harga.
b . Fungsi Turunan atau Fungsi Sekunder
1) Sebagai alat pembayaran (means of payment ), uang berfungsi untuk melakukan
pembayaran berbagai transaksi, misal pembayaran pajak, iuran, dan sebagainya.
2) Sebagai pembayaran utang ( standard of deferred payment ), uang berfungsi untuk
melakukan dan menentukan pembayaran kewajiban atau digunakan untuk standar
pembayaran utang.
3) Penimbun kekayaan artinya uang dapat disimpan telebih dahulu, yang nantinya akan
mempermudah dalam pertukaran di masa mendatang.
4) Sebagai alat pembentukan modal dan pemindahan modal (transfer of value), yaitu
uang berfungsi untuk menambah atau memperbesar modal usaha, baik dipergunakan
sendiri maupun dipinjamkan kepada orang lain yang membutuhkan modal tersebut.
5) Sebagai ukuran harga atau pengukur nilai (standard of value ), yaitu uang berfungsi
sebagai alat untuk menentukan harga barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan.

84. Jenis- jenis Uang


85. a. Berdasarkan Bahan (Material)
1) Uang logam
2) Uang kertas
b . Berdasarkan Iembaga atau Badan Pembuatnya
1) Uang kartal
2) Uang giral
86. c. Berdasarkan Nilainya
1) Uang bernilai penuh (full bodied money)
2) Uang yang tidak bernilai penuh (representative full bodied money) atau uang bertanda
(token money.
87. d. Berdasarkan Kawasan/Daerah Berlakunya
1) Uang domestik artinya uang yang berlaku hanya di suatu negara tertentu, di luar negara
tersebut mungkin berlaku dan mungkin tidak berlaku.
2) Uang internasional yaitu uang yang berlaku tidak hanya dalam suatu negara, tetapi juga
berlaku dan diakui di berbagai negara di dunia. Terdapat tujuh mata uang dunia yang
biasanya di perdagangkan di pasar valuta asing. Ketujuh mata uang dunia tersebut adalah :
Dolar Amerika / USD, Poundsterling Inggris / GBP, Euro Dolar / EUR, Swiss Franc / CHF,
Japanese Yen / JPY, Australian Dolar / AUD dan Canadian Dolar / CAD

88. Syarat Uang


Alat pertukaran yang dapat disebut sebagai uang, harus memiliki syarat-syarat (kriteria) sebagai
berikut:
89. Digemari atau diterima oleh umum (acceptability)
90. Mudah disimpan dan dipindahtangankan (Portability)
91. Tahan lama dan tidak lekas rusak (durability)
92. Dapat dibagi-bagi dan tidak mengurangi nilainya (devisibility)
93. Mempunyai nilai yang stabil atau tetap (stability of value)
94. Jumlahnya memenuhi kebutuhan (uniformity)
Uang rupiah memiliki ciri-ciri khusus dan umum agar uang tersebut tidak dipalsukan dan bisa
dikenali sebagai uang asli.
Adapun ciri-ciri uang rupiah dibedakan menjadi ciri umum dan ciri khusus, yaitu sebagai
berikut.
95. Ciri-Ciri Umum Uang
Ciri umum Rupiah kertas sebagaimana dimaksud dalam paling sedikit memuat:
1) gambar lambang negara ”Garuda Pancasila”;
2) frasa ”Negara Kesatuan Republik Indonesia”;
3) sebutan pecahan dalam angka dan huruf sebagai nilai nominalnya;
4) tanda tangan pihak Pemerintah dan Bank Indonesia;
5) nomor seri pecahan;
6) teks ”DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, NEGARA KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA MENGELUARKAN RUPIAH SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN YANG SAH DENGAN NILAI
…”; dan
7) tahun emisi dan tahun cetak.

Ciri umum Rupiah logam sebagaimana dimaksud dalam paling sedikit memuat:
1) gambar lambang negara ”Garuda Pancasila”;
2) frasa ”Republik Indonesia”;
3) sebutan pecahan dalam angka sebagai nilai nominalnya; dan
4) tahun emisi.

96. Ciri-Ciri Khusus Uang


Setiap pecahan Rupiah selain memiliki cirri umum juga memiliki ciri khusus sebagai
pengaman yang terdapat pada desain, bahan, dan teknik cetak. Dan bersifat terbuka, semi
tertutup, dan tertutup.

97. Permintaan dan Penawaran Uang


98. a. Permintaan Uang (Demand of Money)
Permintaan uang adalah sejumlah uang tertentu yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk
melakukan transaksi dalam perdagangan atau tujuan tertentu.
Dalam analisis John Maynard Keynes, masyarakat melakukan permintaan uang untuk
memenuhi tiga keinginan, yaitu sebagai berikut.
1) Permintaan uang untuk tujuan transaksi
2) Permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga,
3) Permintaan uang untuk tujuan spekulasi,
Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan uang di antaranya sebagai berikut.
1) Adanya keinginan untuk memegang uang atau motif memegang uang (motif transaksi,
motif berjaga-jaga dan motif spekulasi).
2) Ekspektasi (perkiraan /ramalan masa yang akan datang)
3) Tinggi rendahnya tingkat bunga.
4) Adanya investasi atau pengembangan usaha sehingga membutuhkan dana/uang.
5) Tingkat harga yang berlaku di pasar.
b . Penawaran Uang (Supply of money)
Penawaran uang adalah sejumlah uang tertentu yang disediakan oleh pemerintah atau bank
untuk dapat dimiliki oleh masyarakat.
Faktor-faktor yang memengaruhi penawaran uang di antaranya sebagai berikut.
1) Kebutuhan pemerintah, untuk memenuhi anggaran, untuk menekan tingkat inflasi
(kenaikan harga) dan untuk menambah jumlah uang yang beredar.
2) Selera masyarakat
3) Tingkat suku bunga
4) Sistem perbankan yang berlaku (Sistem pembayaran dan kebijakan moneter)
5) Penciptaan uang yang baru untuk menambah jumlah uang yang beredar.
6) Tingkat pendapatan riil, yaitu tingkat pendapatan yang benar-benar diterima oleh
masyarakat dan telah memperhitungkan unsur inflasi.
7) Tingkat harga barang

99. Materi Pertemuan IV

D. TEORI KUANTITAS UANG, JUB DAN STANDAR MONETER

100. Teori Kuantitas Uang


Teori kuantitas uang merupakan teori yang mengemukakan adanya hubungan langsung
antara perubahan jumlah uang yang beredar dengan perubahan harga barang. Dari
hubungan tersebut dapat dikemukakan bahwa harga barang berbanding lurus dengan
jumlah uang yang beredar.
Teori kuantitas ini disebut juga sebagai teori kuantitas sederhana yang dikemukakan oleh
Davanzati, yang dapat dirumuskan sebagai berikut.
M =PT

Keterangan:
M = money in circulation (jumlah uang yang beredar)
P = price (tingkat harga barang)
T = trade (jumlah barang yang diperdagangkan)

Teori kuantitas tersebut belum seluruhnya tepat, karena belum memperhitungkan kecepatan
peredaran uang, padahal kecepatan peredarannya akan berpengaruh besar terhadap harga
barang. Teori kuantitas ini kemudian dilengkapi oleh Irving Fisher (persamaan pertukaran)
dengan rumus sebagai berikut.
MV=PT
M1 V1 + M2 V2 = P T

Dan

Dimana
M = money in circulation (jumlah uang yang beredar)
M1 = Jumlah uang kartal yang beredar
M2 = Jumlah uang Giral yang beredar
V = velocity of circulation (kecepatan peredaran uang)
P = price (tingkat harga rata-rata barang)
T = trade (jumlah barang yang diperdagangkan)
101. Nilai Uang
Nilai uang atau daya beli uang merupakan kemampuan uang untuk ditukarkan dengan barang
atau jasa, maupun ditukarkan dengan uang yang lain. Nilai uang dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu berdasarkan asalnya dan ukurannya.
102. a. Dilihat dari Asalnya
Berdasarkan asalnya, nilai uang terdiri atas nilai nominal dan nilai intrinsik.
1) Nilai nominal, yaitu nilai yang berdasarkan tulisan yang tertera pada uang.
2) Nilai intrinsik, yaitu nilai yang berdasarkan bahan yang digunakan untuk membuat uang.
b . Dilihat dari Ukurannya
Berdasarkan ukurannya, nilai uang terdiri atas nilai internal dan nilai eksternal.
1) Nilai internal, nilai yang diukur oleh kemampuan uang untuk tersebut ditukarkan dengan
sejumlah barang dan jasa.
2) Nilai eksternal, yaitu nilai yang diukur oleh kemampuan uang tersebut untuk ditukarkan
dengan sejumlah mata uang luar negeri atau uang asing.

103. Uang yang Beredar dalam Masyarakat dan Uang Inti


104. a. Uang yang Beredar
Dalam arti sempit, uang yang beredar adalah mata uang dalam peredaran atau jumlah mata
uang yang telah diedarkan oleh bank sentral ditambah dengan uang giral yang dimiliki oleh
perorangan, perusahaan, dan badan pemerintah (M1).
Sementara itu, dalam arti luas uang yang beredar (M2) meliputi bagian-bagian berikut ini.
1) Mata uang dalam peredaran/uang kartal (uang kertas dan uang logam).
2) Uang giral (cek dan giro).
3) Uang kuasi (near money/hampir uang), yang terdiri atas deposito berjangka, tabungan dan
rekening, serta valuta asing milik swasta domestik.
Sedangkan untuk menghitung jumlah uang yang beredar (JUB) dengan rumus :
Jumlah uang yang beredar =
b . Uang Inti (Reserve Money)
Uang inti merupakan inti dari proses penciptaan uang, baik bagi penciptaan uang kartal
maupun uang giral. Tanpa ada uang inti, tidak akan ada uang kartal maupun uang giral.

105. Sistem Standar Moneter


106. a. Pengertian Standar Moneter
Standar moneter adalah sistem moneter yang didasarkan atas standar nilai uang, termasuk
di dalamnya peraturan tentang ciri- ciri/sifat-sifat dari uang, pengaturan tentang jumlah uang
yang beredar (baik logam maupun kertas), ekspor-impor logam mulia serta fasilitas bank dalam
hubungannya dengan demand deposit (simpanan yang setiap saat dapat diambil)
Standar uang dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.
1) Standar kertas, adalah sistem keuangan di mana uang kertas berlaku sebagai alat tukar/alat
pembayaran yang sah dan tak terbatas, akan tetapi tidak ditukarkan dengan emas dan
perak pada bank sirkulasi.
2) Standar logam (metalisme) yang dibedakan menjadi dua, yaitu monometalisme dan
bimetalisme.
107. a) Monometalisme (standar tunggal) merupakan sistem standar moneter yang
menggunakan standar uangnya berupa satu buah logam mulia, bisa emas maupun
108. b) Bimetalisme merupakan sistem standar moneter yang didasarkan pada
dua logam.
Jika suatu negara menggunakan standar kembar atau bimetalisme, maka dalam negara
tersebut akan berlaku Hukum Gresham, yang berbunyi “Bad money always drives out good
money from circulation” artinya uang yang nilai bahannya lebih rendah akan mendesak uang
yang nilai bahannya lebih tinggi dari peredaran.
Syarat berlakunya Hukum Gresham adalah sebagai berikut.
(1) Negara menggunakan standar kembar.
(2) Bank Sentral memperjualbelikan logam mulia, baik berupa emas maupun perak.
(3) Masyarakat diberikan kebebasan untuk menempa ataupun melebur uang emas maupun
perak.
(4) Perbandingan emas dan perak menurut pemerintah dan pasar berbeda.
109. b. Macam-Macam Standar Moneter
Standar moneter pada hakikatnya dikategorikan menjadi dua golongan, yaitu standar
barang dan standar kepercayaan.
1) Standar barang (commodity standard)
Standar barang adalah sistem moneter di mana nilai uang dijamin sama dengan berat
tertentu barang (emas atau perak). Setiap nilai uang yang beredar dijamin dengan barang
tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.
Standar barang ini diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
110. a) standar emas (the gold standard),
111. b) standar perak (the silver standard),
112. c) standar kembar (emas dan perak).

2) Standar kepercayaan (faith standard) atau standar kertas


Untuk lebih jelasnya, berikut ini dapat kamu simak penjelasan masing-masing sistem moneter
beserta kebaikan dan keburukannya.
113. a) Standar Emas
114. b) Standar Perak
115. c) Standar Kembar
116. d) Standar Kepercayaan/Standar Kertas

Materi Pertemuan IV

117. 1. Unsur Pengaman Uang Rupiah


a. Keaslian uang Rupiah dapat dikenali melalui berikut:
1) bahan yang digunakan;
2) disain dan ukuran;
3) teknik cetak.
118. Unsur pengaman (Security Features) uang Rupiah dibuat pada bahan uang dan
teknik cetak uang. Dijelaskan sebagai berikut.
 Bahan Uang
Bahan uang bisa dikenali dengan ciri-ciri sebagai berikut.
119. Warna uang terlihat terang dan jelas.
120. Terdapat Benang Pengaman, yang ditanam pada kertas uang dan tampak
sebagai suatu garis melintang atau berbentuk anyaman yang dapat berubah warna bila
dilihat dari sudut pandang tertentu.
121. Pada uang pecahan Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000 dan Rp 10.000 (Desain
Lama), di sudut kanan bawah terdapat Optically Variable Ink (OVI), yaitu berupa logo BI
dalam bidang tertentu yang dicetak dengan tinta khusus yang akan berubah warna
apabila dilihat dari sudut pandang tertentu.
122. Pada uang pecahan Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000 dan Rp 10.000 (Desain
Baru) terdapat Cetak Pelangi (Rainbow Printing), yaitu cetak pelangi dalam bidang
tertentu yang akan berubah warna apabila dilihat dari sudut pandang tertentu.
123. Pada setiap uang terdapat Tanda Air (Watermark), yaitu suatu gambar tertentu
yang akan terlihat bila diterawangkan ke arah cahaya, umumnya berupa Gambar
Pahlawan.
124. Pada setiap uang kertas terdapat Gambar Saling Isi (RECTOVERSO), yaitu Logo BI
yang akan terlihat secara utuh apabila diterawangkan ke arah cahaya

 Teknik Cetak Uang


125. Tehnik Cetak Khusus, yakti Pada angka nominal, huruf terbilang, gambar utama
dan Lambang Negara Burung Garuda pada bagian ini akan terasa kasar bila diraba.
126. Kode Tunanetra, yakni Kode tertentu untuk mengenal jenis pecahan bagi
tunanetra. Pada uang kertas Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000, Rp 10.000 dan Rp 2.000
terletak pada bagian muka uang di atas tulisan Bank Indonesia.

127. Tingkatan Security Features (Unsur Pengaman)


 Level 1 (Overt) yakni Diperuntukkan bagi orang awam dan dapat diidentifikasi secara
langsung dengan Panca Indera (Peraba dan Pengelihatan)
 Level 2 (Overt dan Covert) yakni Diperuntukkan bagi profesional dan dapat diidentifikasi
secara langsung dengan bantuan peralatan (loupe dan sinar ultra violet).
 Level 3 (Covert) yakni Diperuntukkan bagi Bank Sentral dan hanya dapat diidentifikasi
dengan menggunakan peralatan khusus.
128. Unsur Pengaman Lain Pada Bagian Muka
 Terasa kasar bila diraba (Lambang Negara Ri), yaitu Gambar Burung Garuda, dicetak
timbul dan terasa kasar apabila diraba.
 Gambar tersembunyi (latent image), yaitu tulisan BI dalam bingkai persegi panjang
berbentuk ornamen yang dapat dilihat dari sudut pandang
 Miniteks, yaitu Tulisan Bank Indonesia yang berbentuk garis melengkung dengan ukuran
teks dan warna berbeda yang dapat dibaca tanpa bantuan kaca pembesar.
 Gambar Saling Isi (Rectoverso), yaitu gambar logo BI yang akan terlihat utuh apabila
diterawangkan ke arah cahaya.
 Kode Tunanetra (Blind Code), yaitu Kode tertentu untuk mengenal jenis pecahan bagi
tunanetra berbentuk dua lingkaran
 Mikroteks, yaitu Tulisan BI berukuran sangat kecil yang hanya dapat dibaca dengan
bantuan kaca pembesar.
 Tinta Berubah Warna–Optical Variable Ink (OVI), yaitu tinta OVI Logo BI akan berubah
dari warna kuning keemasan menjadi hijau apabila dilihat dari sudut pandang tertentu.
 Tanda Air (Watermark), yaitu Tanda air gambar Pahlawan Nasional R. Supratman akan
terlihat dari kedua belah bagian uang apabila diterawangkan ke arah cahaya.
 Pigmen Berubah Warna (Irisafe), yaitu Jenis pigmen tertentu berbentuk dua garis tanpa
celah akan berubah warna dari merah tembaga menjadi hijau, dan warna biru berubah
menjadi kuning keemasan apabila dilihat dari sudut pandang tertentu.
 Cetak Pelangi (Rainbow Printing), yaitu bidang dengan bentuk tertentu yang akan
berubah warna apabila dilihat dari sudut pandang tertentu.

129. Unsur Pengaman Lain Pada Bagian Belakang


 Nomor Seri–(Serial Number), yaitu terdiri atas tiga huruf dan enam angka berukuran
tidak simetris yang akan memendar di bawah sinar ultra-violet dari warna hitam
menjadi warna hijau dan dari warna merah menjadi warna oranye.
 Tinta Tampak (Visible Ink), yaitu tinta gambar kepulauan Indonesia dan beberapa bagian
di sekitarnya akan memendar di bawah sinar ultra violet.
 Miniteks, yaitu tulisan berukuran kecil yang dapat dibaca dengan kasat mata maupun
menggunakan kaca pembesar.
 Inta Tidak Tampak-Invisible Ink, yaitu gambar siluet Gedung MPR/DPR yang akan
memendar kemerah merahan di bawah sinar ultra violet dan pada uang dengan Angka
nominal 100000 yang akan memendar Hijau Kekuningan di bawah sinar ultra violet.

130. Pengelolaan Uang Rupiah oleh BI


Berdasarkan UU Nomor Nomor 7 tahun 2011 tentang Mata Uang Pasal 1 disebutkan bahwa
Pengelolaan Rupiah adalah suatu kegiatan yang mencakup Perencanaan, Pencetakan,
Pengeluaran, Pengedaran, Pencabutan dan Penarikan, serta Pemusnahan Rupiah yang
dilakukan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.

Berkaitan dengan pengelolaan uang rupiah oleh Bank Indonesia, penggunaan uang rupiah
dalam kegiatan perekonomian diatur pada Pasal 21 UU Nomor 7 Tahun 2011, yaitu sebagai
berikut.
131. Rupiah wajib digunakan dalam:
1) setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran;
2) penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang; dan/atau
3) transaksi keuangan lainnya yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
132. Kewajiban tersebut tidak berlaku bagi:
1) transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara;
2) penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri;
3) transaksi perdagangan internasional;
4) simpanan di bank dalam bentuk valuta asing; atau
5) transaksi pembiayaan internasional.

133. 3. Beberapa Istilah Tentang Uang


Berikut istilah yang berkaitan dengan uang.
134. Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang secara umum mengalami
kenaikan secara terus menerus atau terjadi penurunan nilai uang dalam negeri.
135. Deflasi adalah suatu keadaan dimana terdapat peristiwa penurunan harga
barang umum secara terus menerus atau terjadi peningkatan nilai uang.
136. Devaluasi adalah kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Tujuannya adalah
untuk meningkatkan jumlah ekspor ke luar negeri dan membatasi jumlah impor serta
menambah devisa negara.
137. Revaluasi adalah kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
meningkatkan nilai mata uang di dalam negeri terhadap mata uang asing.
138. Apresiasi adalah suatu proses peningkatan nilai mata uang dalam negeri yang
disebabkan oleh adanya mekanisme perdagangan.
139. Depresiasi adalah suatu proses penurunan nilai mata uang dalam negeri yang
disebabkan adanya mekanisme pedagangan.
140. Sanering adalah kebijaksanaan pemerintan untuk mengurangi jumlah uang yang
beredar dalam masyarakat dengan cara memotong uang (nilai mata uang). Cara ini
dilakukan bila berbagai cara untuk menjaga kestabilan nilai mata iang tidak membawa
hasil.

141. ALAT PEMBAYARAN NON TUNAI


a. Pengertian Alat Pembayaran Nontunai
Pembayaran nontunai adalah pembayaran yang dilakukan tanpa menggunakan uang tunai
yang beredar melainkan menggunakan cek atau bilyet giro (BG) dan alat pembayaran
menggunakan kartu (ATM, kartu kredit, kertu debit, prabayar). Hal ini terlihat pada
ketersediaan jasa pembayaran nontunai yang dilakukan bank maupun lembaga selain bank.
Transaksi pebayaran nontunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank Indnesia melalui sistem
BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan sistem kliring.

142. Jenis-Jenis Alat Pembayaran Nontunai


143. Paper Based (Cek/BG)
144. APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu)
 Kartu ATM (Authomatic Teller Mechine)
 Kartu Debet
 Uang Elektronik

Anda mungkin juga menyukai