FARMASETIKA
OLEH:
LABORATORIUM FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTA
KEDIRI
2023
i
Petunjuk Praktikum Farmasetika
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya penyusunan Buku
Petunjuk Praktikum Farmasetika untuk mahasiswa S1 Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakta.
Buku petunjuk praktikum ini dipersiapkan dalam rangka membantu pengadaan sarana
pendidikan terutama dalam Praktikum Farmasetika. Praktikum Farmasetika secara garis besar
bertujuan untuk membantu mahasiswa agar dapat lebih memahami proses, mulai dari
perhitungan dosis dan peracikan obat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. Oleh karena itu setelah mengikuti dan menyelesaikan materi praktikum ini,
mahasiswa diharapkan dapat terampil dalam menjalankan peracikan dan pencampuran bahan
obat berdasarkan formula standart dan resep menjadi bentuk sediaan serbuk (pulveres, kapsul
dan pulvis adspersorius), sediaan likuida (larutan, emulsi dan suspensi), sediaan semisolida
dan suppositoria.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa buku ini masih belum sempurna, untuk itu
saran dan kritik dari sejawat maupun mahasiswa peserta praktikum akan sangat bermanfaat
untuk perbaikan pada edisi berikutnya.
Semoga buku ini dapat bermanfaat dalam membantu memperdalam pemahaman
tentang ilmu meracik obat atau farmasetika.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Cover …………………………………………………………………………...….. i
Kata Pengantar…………………………………………………………..…………. ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………… iii
Peraturan dan Tata Tertib Praktikum Farmasetika…………………...……………. 1
Tujuan Praktikum Farmasetika…………………………………………………….. 3
Buku Acuan dan Perlengkapan Praktikum………………………………………… 4
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Praktikum……………………….………. 6
Resep dan Salinan Resep…………………………………………………………... 11
Penggolongan Obat………………………………………………………………… 14
Praktikum
I. Pengenalan Alat, Menimbang, Membagi dan Membungkus Serbuk serta Menara
Cangkang Kapsul……………………..……………………………………….. 18
II. Pulveres dengan Pengenceran Biasa, Pengenceran Bertingkat dan Pulvis
Adspersorius……...…………………………………………………………… 29
III. Kapsul dengan Bahan Obat Tablet yang Mempunyai Dosis Maksimum dan Pulvis
Adspersorius……………………………………………………………...……. 33
IV. Pulveres dan Kapsul dengan Pengenceran dari Bahan Tablet/Kapsul yang mempunyai
Dosis Maksimum…………………………………..…………..…………….. 36
V. Pulveres dengan Dosis Lazim dan Dosis Sinergis……………………….……. 38
VI. Sediaan Likuida Larutan ….…………………………………………….…….. 41
VII. Larutan Obat Luar………………………………………………………….. 41
VIII. Suspensi ………………………………………………………..………... 41
IX. Emulsi……………………..………………………………………..…………. 41
X. Sediaan Semisolida Salep………...…………………………………………… 43
XI. Cream, Gel dan Pasta………………….………………………...…………….. 43
XII. Balsam dan Suppositoria…..……………………………………...………….. 50
Daftar Pustaka…………………………………………………..………………….. 53
Daftar Lampiran……………………………………………..……………………... 54
A. PERATURAN UMUM
1. Waktu Praktikum dilakukan sekali dalam seminggu dengan alokasi waktu
sebagai berikut:
a. 10 menit inventaris alat
b. 135 menit praktikum 3 sediaan
c. 55 menit diskusi dan pretest/posttest
2. Peserta Praktikum adalah mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah
Farmasetika.
3. Praktikan wajib mengikuti seluruh materi praktikum selama semester
berlangsung (kehadiran harus 100%). Praktikan yang tidak mengikuti praktikum
diwajibkan mengganti praktikum (inhal).
4. Praktikan yang berhalangan mengikuti praktikum harus meminta ijin dan
diwajibkan memberi keterangan tertulis. Surat keterangan tersebut harus sudah
diserahkan kepada koordinator praktikum selambat-lambatnya 3 hari sesudah
hari praktikum.
5. Evaluasi Praktikum dilakukan melalui hasil:
a. Pretest/Postest
b. Praktikum Harian
c. Ujian Akhir Praktikum
Penilaian hasil praktikum dan ujian Akhir praktikum:
a. Nilai Pretest/posttest dan Tugas 20%
b. Nilai Jurnal 10%
c. Nilai Ujian Akhir 70%
A. BUKU ACUAN
1. Ilmu Meracik Obat (IMO)
2. Informasi Spesialite Obat (ISO) & MIMS edisi terbaru
3. Formularium Medicamentorum Selectum (FMS)
4. Buku Penuntun Ilmu Resep dalam Praktek dan Teori by DR. C.F.VANDUIN
5. Pharmacopee Netherland (Ph Ned.V)
6. Codex Medicamentorum Netherlandicum (CMN)
7. Formularium Nasional (FN)
8. ARS PRESCRIBENDI RESEP YANG RASIONAL Jilid 1, 2 dan 3
9. Farmakope Indonesia Edisi III, IV, V dan VI
B. PERLENGKAPAN PRAKTIKUM
1. Jas Praktikum berwarna putih
2. Sarung tangan
3. Masker
4. Anak timbangan milligram
a. Penara timbangan: gotri, kelereng, peluru senapan angin/mimis, isi staples,
pemberat lainnya.
b. Sudip dari film rontgen/mika/plastik
5. Plastik klip dengan berbagai ukuran
6. Etiket putih untuk obat dalam, dan etiket biru untuk obat luar, ukuran P = 5,7
cm dan L = 3,7 cm
Contoh :
APOTEK BHAKTI WIYATA
JL.K.H. WAHID HASYIM No. 65 KEDIRI
APA : Apt. Yani Maghfiroh, S. Farm.
SIPA: 19921025/SIPA-55.99/2017/11559
Samantha
3 x sehari 1 bungkus
SESUDAH / SEBELUM MAKAN Y
Samantha
Untuk Pemakaian Luar
(OBAT LUAR) Y
7. Label NI (Ne iteratur = tidak boleh diulang). Ukuran P = 4,5cm dan L = 1,5cm
Contoh:
Obat ini tidak boleh
diulang tanpa resep dokter
A. SEBELUM PRAKTIKUM
1. Praktikan wajib melakukan inventaris awal untuk alat-alat praktikum sesuai
dengan daftar yang tersedia pada almari.
2. Susunlah peralatan praktikum dengan susunan seperti pada gambar:
b
c a
Keterangan:
a. Seperangkat sendok, pengaduk, spatula tersusun rapi diatas kertas
perkamen bersih, disebelah kanan dari letak timbangan (b)
b. Timbangan
c. Kotak anak timbangan diletakkan disebelah kiri timbangan
d. Alat-alat gelas yang akan segera diperlukan diletakkan di depan susunan
sendok.
3. Pastikan semua peralatan seperti mortir, stamper, cawan, timbangan, gelas ukur,
gelas piala (beaker glass), spatel, sudip dan alat lainnya serta meja praktikum
harus bersih.
B. SAAT PRAKTIKUM
1. Pengambilan bahan
a. Bahan diambil dari rak/almari, pastikan bahwa bahan yang diambil benar
dengan membaca etiket pada botol/wadah.
b. Gunakan sendok bersih untuk mengambil bahan dari botol/wadah, agar
menghindari kontaminasi.
c. Segera setelah digunakan, sendok dibersihkan dan diletakkan kembali pada
tempatnya.
d. Bahan diletakkan kembali pada rak/almari bahan obat sambil diperiksa
kembali etiketnya.
e. Hanya diperbolehkan paling banyak dua bahan hasil penimbangan yang
belum diproses terdapat pada meja.
2. Penimbangan
a. Setiap akan menimbang harus diperiksa terlebih dahulu apakah timbangan
dalam keadaan setimbang (balance) dan dalam posisi horizontal. Bila tidak
setimbang, maka harus disetimbangkan dengan cara memutar sekrup
pengatur kesetimbangan dengan menggeser-geserkan kearah dalam
(mengurangi beban) maupun keluar (menambah beban). Apabila dengan
menggeser sekrup pengatur kesetimbangan tidak bisa karena diluar
kepekaan timbangan maka dapat menggunakan peluru senapan
angin/mimis, kelereng kecil atau pemberat lainnya.
b. Sebelum menimbang, piring timbangan dibersihkan terlebih dahulu
kemudian dialasi dengan perkamen. Anak timbangan milligram (kurang
dari 1gram) dipegang menggunakan pinset/penjepit untuk menghindari
menempelnya lemak atau kotoran dari tangan yang dapat mempengaruhi
berat, sedangkan anak timbangan gram boleh diambil tanpa menggunakan
pinset. Apabila telah selesai digunakan, pinset maupun anak timbangan
segera dikembalikan ke tempatnya.
c. Untuk bahan obat yang beratnya sama dengan atau lebih dari 50 mg sampai
dengan 1000 mg ditimbang pada timbangan milligram. Untuk bahan obat
yang beratnya lebih dari 1000 mg dan kurang dari 1 kg ditimbang pada
timbangan gram.
d. Penimbangan bahan obat yang beratnya kurang dari 50 mg harus dilakukan
pengenceran dengan zat tambahan/pembawa yang cocok (laktosa dll.)
e. Jika bahan berupa tablet/kapsul maka pengambilannya dengan membawa
kertas perkamen dan sendok tanduk ke almari obat, tanpa harus membawa
wadah bahan ke meja praktikum.
f. Cangkang kapsul diambil dengan cara membawa kertas perkamen dan
sendok tanduk ke rak penyimpanan. Wadah penyimpanan cangkang kapsul
harus ditutup rapat.
g. Alas untuk menimbang bahan obat antara lain:
1) Bahan padat atau serbuk: ditimbang menggunakan kertas perkamen
2) Bahan semipadat: ditimbang menggunakan kertas perkamen
3) Bahan cair/ekstrak kental: ditimbang menggunakan kaca arloji atau
cawan porselen yang sebelumnya telah ditara
4) Bahan oksidator (kalii pemanganas, iodium, argenti nitras) ditimbang
pada botol timbang atau gelas arloji setangkup.
h. Cara menara wadah, misalnya botol, cawan, kaca arloji: wadah diletakkan
pada salah satu piring timbangan sebelah kiri/kanan lalu diatur
kesetimbangannya dengan menambahkan penara pada piring timbangan
yang lain sampai setimbang.
i. Kalibrasi dipakai untuk mengukur dalam satuan volume (mililiter),
misalnya akan membuat potio (obat minum) dengan volume 100 ml.
Pertama kali harus mempersiapkan botol yang volumenya lebih besar dari
100 ml (jangan terlalu penuh diberi ruang udara untuk mengocok obat),
kemudian ambil gelas ukur 100 ml dan masukkan air ke dalam gelas ukur
Prodi S1 Farmasi IIK Bhakta Kediri | 7
Petunjuk Praktikum Farmasetika
tsb sampai skala 100 ml lalu air di dalam gelas ukur dituangkan ke dalam
botol dan batas volume tersebut ditandai (bisa dengan spidol/tip-ex atau
ditempelkan selotif /label).
C. SETELAH PRAKTIKUM
1. Pastikan semua peralatan yang digunakan seperti mortir, stamper, cawan,
timbangan, gelas ukur, gelas piala (beaker glass), spatel, sudip dan alat lainnya
sudah dibersihkan dan disimpan dalam kondisi kering pada almari praktikum.
2. Praktikan wajib melakukan inventaris akhir untuk alat-alat praktikum sesuai
dengan daftar yang tersedia pada almari praktikum.
3. Meja praktikum harus bersih dan rapi.
k. Tanda seru atau tanda tangan dokter jika takaran/dosis obat lebih dari
takaran maksimumnya (> 100%)
Untuk copy resep/apograph, periksalah kelengkapan meliputi:
a. Nama apotek dan alamat apotek
b. Nama apoteker, SIK (Surat Izin Kerja) dan SIA (Surat Izin Apotek)
c. Nama dokter yang menulis resep dan tanggal penulisan resep
d. Nomor resep
e. Nama pasien, umur dan berat badan pasien serta alamat pasien
f. Nama dan kekuatan obat serta banyaknya obat yang diminta
g. Bentuk sediaan yang dikehendaki
h. Signatura/aturan pakai
i. Tanda copy resep; det (sudah diserahkan) atau ndet (belum diserahkan)
j. Tanggal pembuatan copy resep/peracikan obat
k. Tanda PCC (pro copie conform/sesuai dengan aslinya)
l. Paraf atau tanda tangan apoteker
m. Stempel/cap apotek
3. Formula baku/ Resep standar
Jika dalam resep terdapat formula baku, tuliskan komposisi resep/formula
standar tersebut dengan lengkap disertai pustaka/acuan.
4. Monografi
Tulis nama bahan obat, pemerian, kelarutan, khasiat beserta pustaka.
5. Permasalahan dan Penyelesaian
Jika dalam resep terdapat permasalahan, seperti obat tak tercampurkan (OTT)
baik secara fisik atau kimia, tuliskan secara singkat dan jelas, setelah itu tuliskan
cara penyelesaiannya dengan singkat dan jelas (tulis pustakanya)
6. Perhitungan dosis
a. Tuliskan nama obat dan dosis maksimum bahan obat yang terdapat dalam
resep (Dosis maksimum yang tercantum dalam Farmakope Indonesia
berlaku untuk orang dewasa)
b. Jika pasien anak-anak, hitung dosis maksimum untuk anak
c. Hitung Dosis Pemakaian (DP) bahan obat untuk satu kali minum dan satu
harinya.
d. Hitung persentase (%) bahan obat untuk satu kali minum dan satu
harinya. Jika ≥ 100 % tanyakan apakah dosis tersebut diturunkan atau
dikehendaki. Bila ada bahan obat yang bekerja searah (sinergis) dalam
resep, maka hitung dosis sinergisnya.
7. Tabel penimbangan bahan
Tuliskan nama bahan obat yang sesuai dalam resep dan perhitungan
penimbangan bahan. Pada pengambilan bahan disesuaikan dengan nama bahan
yang tertera pada botol/wadah. Pada cek fisik bahan obat (Expire Date/ED),
tuliskan bulan serta tahun ED bahan obat seperti yang tertera pada botol/wadah.
Golongan obat disesuai dengan obat yang tertera pada resep dan pada
A. RESEP
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi atau dokter
hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat-obatan kepada penderita.
Resep ditulis dengan bahasa latin diatas suatu kertas resep. Idealnya ukuran kertas
resep adalah lebar 10-12 cm dan panjang 15-18 cm (Joenoes, 2014). Resep selalu
dimulai dengan tanda R/ yaitu recipe yang berarti ambilah.
Kelengkapan administrasi suatu resep harus ditulis dengan lengkap, supaya
dapat memenuhi syarat untuk bisa dilayani di Apotek. Resep yang lengkap terdiri
atas:
1. Nama, alamat, no.SIP/SIK dokter dan dapat pula dilengkapi dengan nomor
telepon dokter, jam dan hari praktek.
2. Nama kota dan tanggal penulisan resep.
3. Tanda R/ (invocatio)
Point 1 - 3 disebut Inscriptio
4. Nama bahan obat serta jumlah bahan obat
5. Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki (ordinatio)
Point 4 - 5 disebut Praescriptio
6. Aturan pemakaian obat (signatura)
7. Identitas penderita (nama, umur dan alamat pasien)
8. Paraf atau tanda tangan dokter penulis resep (subscriptio)
Contoh resep:
dr. Tuna
SIP 443/789/421.23/2017
Jl. KH. Wachid Hasyim No. 67, Kediri
Jam praktek: 16.00-21.00 WIB
Hp: 081335123456
Kediri, 03-01-2023
R/ Clindamycin 125 mg
Lactosum qs
M.f.pulv dtd No.XII
S b dd I Pulv pc
Ht’at
Pro : Anggun
Umur : 6 tahun y
Alamat : Jl. Penanggungan No.19 Kediri
Ventolin 2 mg
Mf la pulv dtd No XX
S 3 dd Pulv I
-det orig+10-
Kediri, 03-01-2023
Pcc
Yani
Apt. Yani Maghfiroh, S. Farm.
PENGGOLONGAN OBAT
Penandaan ini terdapat pada kemasan sediaan tablet dan obat minum (potio)
Contoh: Decolgen tablet, Benadryl DMP sirup, Combantrin tablet.
P. No.2 Awas ! obat keras. Hanya untuk kumur jangan ditelan
Penandaan ini terdapat pada kemasan obat kumur Contoh : Obat kumur dan pencuci
mulut yang mengandung Povidon Iodida 1% (Neo Iodine Gargle).
P. No.3 Awas ! obat keras. Hanya untuk bagian luar badan
Contoh: Canesten cream, Neo iodine (larutan antiseptik untuk obat luar yang
mengandung Povidone Iodide 10%).
P. No.4 Awas ! obat keras. Hanya untuk dibakar
Tanda peringatan P. No.4 dan No. 5 saat ini bentuk sediaan tidak ada lagi.
2. Bahwa pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional dapat dicapai melalui
peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk pengobatan sendiri yang
sekaligus menjamin penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional.
3. Untuk meningkatkan peran apoteker di apotek dalam pelayanan KIE
(komunikasi, informasi dan edukasi), serta pelayanan obat kepada masyarakat.
G. PREKURSOR
Definisi Prekursor Menurut Permekes No.3 tahun 2015 prekursor adalah zat
atau bahan pemula yang dapat digunakan untuk pembuatan narkotika dan
psikotropika. Prekursor tersebut berguna untuk industri farmasi, pendidikan,
pengembangan ilmu pengetahuan dan pelayan kesehatan.
Menurut Peraturan Kepala Badan POM No.40 tahun 2013 tentang Pedoman
Pengelolaan Prekursor Farmasi dan Obat Mengandung Prekursor Farmasi,
Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan sebagai bahan baku atau penolong untuk keperluan proses produksi
Industri Farmasi atau produk antara, produk ruahan dan produk jadi yang
mengandung efedrin, pseudoefedrin, norefedrin, fenilpropanolamin, ergotamin,
ergometrin atau potassium permanganat. Jadi prekursor farmasi adalah zat atau
bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan sebagi bahan baku atau
penolong untuk keperluan proses produksi industri dan apabila disimpangkan dapat
digunakan dalam memproses pembuatan narkotika dan psikotropika.
H. REGISTRASI OBAT
Obat jadi yang akan diedarkan di Indonesia harus sudah didaftarkan/
teregistrasi di Badan POM, obat yang sudah terdaftar akan memperoleh nomor
registrasi dengan kode registrasi sebagai berikut: Obat yang telah teregistrasi di
Badan POM akan memperoleh izin edar, contoh nama produk obat: Velcade, bentuk
sediaan serbuk injeksi 1 mg, mengandung Bortezomib, bentuk kemasan dus, 1 vial
@ 1 mg, diproduksi oleh Janssen Pharmaceutical Belgia, yang mendaftarkan obat
tersebut Soho Industri Farmasi Jakarta Timur, terdaftar di Badan POM RI dengan
tanggal terbit nomor registrasi 19 September 2015.
Izin edar Velcade dicantumkan dalam bentuk Nomor Registrasi DKL
1555202444B1
D: obat dengan nama dagang
K: golongan obat keras
L: Obat jadi produk lokal
15: Obat ini disetujui pada waktu daftar tahun 2015
552: nomor pabrik yang ke-552 yang terdaftar di Indonesia
024: nomor urut obat ke-24 yang disetujui dari pabrik tersebut.
44: macam bentuk sediaan dari pabrik tersebut (44 = Injeksi Suspensi Kering)
B: menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi yang kedua disetujui.
1: kemasan utama
PRAKTIKUM I
PENGENALAN ALAT, MENIMBANG, MEMBAGI DAN MEMBUNGKUS SERBUK
SERTA MENARA CANGKANG KAPSUL
A. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu mengenal alat-alat yang digunakan pada Praktikum Farmasetika
dan penimbangan dasar
B. TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mampu mengenal dan menggunakan alat dengan tepat dan benar
2. Mahasiswa mampu melakukan penimbangan dasar
3. Mahasiswa mampu membagi dan membungkus serbuk
4. Mahasiswa mampu menara cangkang kapsul
C. TEORI
1. Alat-alat yang digunakan dalam Praktikum Farmasetika meliputi:
2. Penimbangan Dasar
Timbangan yang lazim digunakan dalam laboratorium ada 3 jenis yaitu
timbangan gram (timbangan kasar), timbangan milligram (timbangan halus) dan
timbangan analitik. Dalam Praktikum Farmasetika hanya digunakan timbangan
gram dan timbangan milligram. Timbangan gram mempunyai daya beban antara
250 gram hingga 1000 gram dengan kepekaan sebesar 200 mg. Timbangan
milligram mempunyai daya beban antara 25 mg hingga 50 gram dengan
kepekaan sebesar 5 mg. Untuk menghindari kesalahan akibat penimbangan yang
terlalu besar, maka bobot yang boleh ditimbang untuk timbangan gram adalah 1
g – 500 g dan timbangan milligram adalah 50 mg - < 1 g
12 11
10 9
8
7
6
5
4
3
2
1
Keterangan :
1. Sekrup pengatur tegak berdirinya timbangan
2. Tuas
3. Papan landasan timbangan
4. Pinggan (Piring) timbangan
5. Skala
6. Bandul penunjuk posisi horizontal
7. Jarum penunjuk kesetimbangan
8. Tangkai timbangan
9. Sekrup pengatur kesetimbangan (anting-anting)
10. Pisau tangan
11. Tangan timbangan
12. Pisau tengah/pisau pusat
e. Bahan obat yang berbobot ringan dimasukan terakhir, begitu juga dengan
bahan-bahan obat yang mudah menguap
PRAKTIKUM II
PULVERES DENGAN PENGENCERAN BIASA, PENGENCERAN BERTINGKAT
DAN PULVIS ADSPERSORIUS
A. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu membuat sediaan farmasetika dalam bentuk sediaan
serbuk terbagi (pulveres), kapsul dan serbuk tidak terbagi/serbuk tabur (pulvis
adspersorius)
B. TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mampu membaca dan melengkapi resep.
2. Mahasiswa mampu meracik, membungkus, mewadahi dan memberikan etiket
3. Mahasiswa mampu membedakan serbuk terbagi dan serbuk tidak terbagi
C. TEORI
Serbuk secara umum digambarkan sebagai partikel-partikel halus yang
merupakan hasil suatu proses pengecilan ukuran partikel dari suatu bahan kering.
Secara kimia fisika yang dimaksud dengan serbuk adalah partikel bahan padat yang
mempunyai ukuran antara 10.000-0,1 µm. sedangkan dalam farmasi, umumnya
partikel sediaan serbuk berukuran antara 10-0,1 µm. Menurut Farmakope Indonesia
Edisi IV yang dimaksud dengan sediaan serbuk adalah campuran kering bahan obat
atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk
pemakaian luar. Jadi secara singkat, yang dimaksud dengan sediaan serbuk adalah
suatu sediaan farmasi berbentuk padat dan kering yang merupakan campuran
homogen dari dua atau lebih bahan obat dengan atau tanpa pengisi atau pembawa
serta mempunyai derajat kehalusan tertentu.
1. Pulveres/Serbuk Terbagi
Serbuk terbagi atau pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang
lebih kurang sama, dimana masing-masing bagian serbuk dibungkus dengan
menggunakan bahan pembungkus atau pengemas lain yang cocok dan
digunakan untuk sekali minum.
Cara pembuatan serbuk terbagi:
a. Secara umum
1) Mulai dari yang kasar, jika bahan yang kasar tersebut keras, harus
digerus terlebih dahulu sampai halus kemudian digerus dengan bahan
yang lain. Jika semua bahan halus, digerus dari jumlah bahan yang
paling sedikit.
2) Bahan yang sangat sedikit digerus dalam mortir yang dialasi terlebih
dahulu dengan bahan inert seperti Saccharum Lactis (SL) untuk obat
dalam. Hal tersebut untuk mencegah obat yang berkhasiat masuk
kedalam pori-pori mortir.
b. Secara khusus
1) Camphora, menthol, thymol, acidum salicylicum: ditetesi spiritus
fortior kemudian dikeringkan dengan SL
Catatan: campuran eutektik (campuran camphora dan menthol) tidak
perlu ditetesi spiritus fortior sebab jika kedua bahan tersebut digerus
bersama/dicampur akan larut/mencair kemudian dikeringkan dengan
bahan inert.
2) Bahan eflorescen yang mengandung air kristal diganti dengan bentuk
anhidrat/eksikatus/kering.
3) Serbuk sangat halus dan berwarna seperti: Stibii pentasulfida dan
Rifampisin, dapat masuk ke dalam pori-pori mortir dan warnanya sulit
hilang maka mortir harus dilapisi zat tambahan/bahan inert (SL).
4) Bila dalam resep mengandung tablet: tablet digerus halus kemudian
dicampur dengan bahan lain
5) Dosis maksimum (DM) lebih dari 80% sampai dengan 100% (tepat
dosis): ditanyakan dikehendaki (ditimbang satu persatu) atau izin
diturunkan dosisnya.
6) Bila mengandung tablet salut: tabletnya ditumbuk halus kemudian
diayak yang halus dicampur bahan yang lainnya.
2. Pulvis/ Serbuk Tidak Terbagi/ Serbuk Tabur
Serbuk tabur harus bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk obat luar.
Cara pembuatannya :
a. Secara umum
1) Seperti pembuatan pulveres
2) Seluruh serbuk harus terayak, yang masih tertinggal pada pengayak
dihaluskan lagi sampai seluruhnya terayak/tidak bersisa.
b. Secara khusus
1) Camphora, menthol, acidum salicylicum, acidum benzoicum: ditetesi
spiritus fortior, dikeringkan dengan talk/amylum dll.
2) Bahan obat setengah padat seperti adeps lanae dan vaselin: bila dalam
jumlah kecil/sedikit ditetesi aseton, jika dalam jumlah besar/banyak
dilebur di atas waterbath lalu dikeringkan dengan talk/amylum dll.
3) Cera: ditetesi dengan spiritus fortior lalu dikeringkan dengan talcum.
4) Balsam peru: ditetesi eter atau aseton lalu dikeringkan dengan talcum.
5) Ichtyol: ditetesi dengan spiritus fortior lalu dikeringkan dengan talcum.
6) Minyak atsiri: tidak diayak, dimasukkan terakhir.
3. Pengenceran Serbuk
a. Ketentuan pengenceran
1) Jika berat obat dalam resep 10-50 mg maka dibuat perbandingan
pengenceran 1:10
2) Jika berat obat dalam resep 1-10 mg maka dibuat perbandingan
pengenceran 1:50
b. Pengenceran serbuk dilakukan jika jumlah bahan obat dalam suatu resep
kurang dari 50 mg.
Prodi S1 Farmasi IIK Bhakta Kediri | 30
Petunjuk Praktikum Farmasetika
R/ Acetaminophen 20 mg
Laktosa qs
Mf. pulv No X
S 3dd I Pulv. pc
Pro : Bima
Umur : 6th
Perhitungan: x 200 mg = 80 mg
Contoh :
R/ Digoksin 1 mg
Laktosa qs
Mf.pulv. no X
S 3dd I Pulv.
Pro : Arjuna
Umur : 10th
Pengenceran tingkat I
Perhitungan : x 500mg = 10mg
Penimbangan:
Digoksin = 50 mg
SL = (500 mg - berat digoksin yang ditimbang)
Sisa pengenceran = 500 mg – 50 mg = 450 mg (dibungkus) sisa
pengenceran I
Hasil pengenceran I sebanyak 50 mg dimasukkan mortir untuk dilakukan
pengenceran tingkat II
Pengenceran tingkat II
Perhitungan x 500 mg = 100mg
Penimbangan:
Hasil pengenceran I = 50 mg
SL = (500 mg - berat digoksin pada pengenceran I)
Sisa pengenceran = 500 mg – 100 mg = 400 mg (dibungkus) sisa
pengenceran II
Hasil pengenceran II sebanyak 100 mg dimasukkan dalam mortir untuk
diracik.
PRAKTIKUM III
KAPSUL DENGAN BAHAN OBAT TABLET YANG MEMPUNYAI DOSIS
MAKSIMUM SERTA PULVIS ADSPERSORIUS
A. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu menghitung dosis maksimum pada pulveres dan kapsul dengan
pengenceran bertingkat
B. TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mampu membaca dan melengkapi resep.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengenceran bertingkat pada pulveres dan kapsul
3. Mahasiswa mampu menghitung dosis maksimum
C. TEORI
1. Dosis dan Dosis Maksimum
Dosis adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan
berat (gram, mg atau mcg dll.) atau satuan isi (mL, l atau cc) atau unit-unit lainnya
(unit internasional). Kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan
dosis obat ialah sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita
dewasa; juga disebut dosis medicinalis atau dosis terapeutik.
Dosis maksimum obat adalah batas dosis yang relatif masih aman diberikan
kepada penderita dewasa (Joenoes, 2014).
Cara menghitung dosis maksimum:
Untuk menghitung dosis obat perlu dihitung dahulu dosis maksimum untuk
anak maupun dewasa untuk dosis sehari dan juga dosis terbagi (dosis sekali
minum)
a. Perhitungan DM dengan Rumus Young (untuk usia 1 sampai 7 tahun)
x Dosis Maksimum Dewasa
b. Perhitungan DM dengan Rumus Dilling (untuk usia 8 sampai 19 tahun)
x Dosis Maksimum Dewasa
c. Perhitungan DM dengan rumus Fried (untuk usia anak dalam bulan)
x Dosis Maksimum Dewasa
d. Perhitungan Dosis Pemakaian (dosis sekali minum) dilihat langsung dari resep
yang diberikan
e. Perhitungan persentase dosis
Jika persentase dosis untuk serbuk terbagi > 80% sampai dengan 100% (tepat
dosis) maka perlu ditanyakan apakah dosis tersebut dikehendaki atau
Prodi S1 Farmasi IIK Bhakta Kediri | 33
Petunjuk Praktikum Farmasetika
f. Untuk dosis obat dengan perhitungan berat badan perlu dicantumkan juga
pada etiket dosis …. mg/Kg BB
g. Untuk mengitung dosis maksimum berdasarkan berat badan yaitu :
DM = BB pasien dalam Kg x Dosis Obat dalam mg/Kg BB
Keterangan :
n : umur pasien
m : umur dalam bulan
Contoh perhitungan dosis:
R/ Teophylin 4,5
SL qs
M.f.pulv no X
S bdd 1 pulv
Pro : Nakula
usia : 8th
Perhitungan dosis
DM 1 x p = x 500 mg = 200 mg
1xh= x 1000 mg = 400 mg
DP 1 x p = = 0,45 g = 450 mg
1 x h = 2 x 450 mg = 900 mg
DP 1 x p = = 0,15 g = 150 mg
1 x h = 2 x 150 mg = 300 mg
PRAKTIKUM IV
PULVERES DAN KAPSUL DENGAN PENGENCERAN DARI BAHAN
TABLET/KAPSUL YANG MEMPUNYAI DOSIS MAKSIMUM
A. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu menghitung dosis maksimum pada tablet/kapsul dan melakukan
pengenceran
B. TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mampu membaca dan melengkapi resep.
2. Mahasiswa mampu menghitung pengenceran tablet/kapsul
3. Mahasiswa mampu menghitung dosis maksimum
C. TEORI
Contoh pengenceran tablet:
R/ Sanmol 200 mg
SL qs
Pro : Sadewa
umur : 10th
Cara kerja:
a. Ditimbang 1 tablet sanmol dan tambahkan SL sampai 700 mg kemudian
dimasukkan dalam mortir gerus sampai halus dan homogen
b. Ditimbang campuran tersebut sebanyak 140 mg lalu dibungkus (sisa
pengenceran tablet sanmol)
R/ Paracetamol 200mg
Pehaclor ½
GG ¾
Mf.caps dtd no XX
S bdd cap I
Pro : Yudhistira
Umur : 15th
DP 1 x p = 10 mg
1 x h = 2 x 10 mg = 20 mg
DP 1 x p = ½ tab x 4 mg = 2 mg
1 x h = 2 x 2 mg = 4 mg
% 1xp= -
1xh= x 100% = 13,3 % (TOD)
PRAKTIKUM V
PULVERES DENGAN DOSIS LAZIM DAN DOSIS SINERGIS
A. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu menghitung dosis lazim dan dosis sinergis pada pulveres
B. TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mampu membaca dan melengkapi resep.
2. Mahasiswa mengetahui di dalam resep terdapat dosis lazim dan dosis sinergis
3. Mahasiswa mampu menghitung dosis lazim pada pulveres
4. Mahasiswa mampu menghitung dosis sinergis pada pulveres
C. TEORI
1. DOSIS LAZIM
Dosis lazim adalah dosis yang diberikan berdasarkan petunjuk umum
pengobatan yang biasa digunakan, referensinya bisa berbeda-beda, dan sifatnya
tidak mengikat, selagi ukuran dosisnya diantara dosis maksimum dan dosis
minimum obat.
Perhitungan dosis lazim:
R/ Amoxicillin 100 mg
SL qs
Mf Pulv dtd No. X
S t dd I Pulv
Pro : Dave
Umur : 4th/ 18 kg
% 1x p = x 100 % = 83 %
2. DOSIS SINERGIS
Dosis sinergis adalah bila dalam satu resep terdapat dua atau lebih bahan
obat yang mempunyai dosis maksimum serta memiliki efek/kerja/khasiat yang
sama maka dihitung DM gabungan yang tidak boleh lebih dari 1
Contoh perhitungan dosis sinergis:
Phenobarbital dan phenytoin yang diberikan bersama dengan aksi
proksimat yang sama menimbulkan efek yang lebih besar dari efek masing-
masing obat secara terpisah (sinergis).
R/ Phenobarbital
Phenytoin aa 50 mg
Sanmol ½
Mf Pulv dtd No. X
S bdd I Pulv
Pro : Siva
Umur : 4 th
Perhitungan dosis:
DM Phenobarbitalum (300 mg/600 mg)
DM 1x p =
1x h =
DP 1 x p = 50 mg
1 x h = 2 x 50 mg = 100 mg
Dosis Sinergis
1xp=% Phenobarbital + % Phenhytoin
= 66,67% + 50% = 116,67% (OD)
1xh=% Luminal + % Phenytoin
DP baru Phenobarbital
mg = 30 mg
DP 1 x p = 30 mg
1 x h = 2 x 30 mg = 60 mg
Penurunan Phenytoin
x 70% = 30%
DP baru Phenytoin
mg = 30 mg
DP 1 x p = 30 mg
1 x h = 2 x 30 mg = 60 mg
A. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu membuat sediaan likuida/cair (larutan, emulsi dan suspensi) dari
resep dokter.
B. TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mampu membaca dan melengkapi resep.
2. Mahasiswa mampu memahami dan meracik sediaan cair berupa larutan oral
maupun larutan topikal
3. Mahasiswa mampu memahami dan meracik sediaan emulsi oral maupun emulsi
topikal
4. Mahasiswa mampu memahami dan meracik sediaan suspensi oral maupun
suspensi topikal
5. Mahasiswa mampu mewadahi dan memberi etiket pada sediaan likuida/cair.
6. Mahasiswa mampu menghitung dosis maksimum dari sediaan likuida/cair.
C. TEORI
Sediaan obat dalam bentuk cairan terdapat dalam beberapa jenis tergantung
pada tujuan penggunaan sediaan cair tersebut. Beberapa istilah obat dalam bentuk
cairan sebagai berikut:
1. Lotio adalah obat cair yang digunakan untuk obat luar dengan cara dioleskan.
Contoh : Caladin lotion, Caladryl lotion.
2. Solutio adalah larutan yang mengandung satu jenis zat terlarut. Solutio dapat
berupa obat dalam maupun obat luar. Contoh: Rivanol solutio, Etanol 70%,
Betadine solutio.
3. Mixtura adalah larutan yang mengandung lebih dari satu jenis zat terlarut.
Mixtura dapat berupa obat dalam maupun obat luar contoh: OBH, Benadryl
sirup dan Kalpanax (obat luar).
4. Potio (obat minum) adalah sediaan obat cair yang digunakan secara oral bentuk
dapat berupa emulsi, solutio, mixtura, suspensi dan elixir.
Perhitungan Dosis untuk sediaan cair
Rumus perhitungan Dosis Pakai
g
Jumlah sendok x volume sendok (ml) x BJ (ml) x berat bahan aktif (gram)
Volume takaran
1. C (Cochlear Cibarium/Cibum): sendok makan = 15 ml
2. Cp (Cochlear Pultis): sendok bubur = 8 ml
3. cth (Cochlear theae): sendok teh = 5 ml
Berat Jenis (BJ)
1. Jika dalam resep terdapat syrup dan berat total sediaan dalam satuan gram,
maka dihitung dahulu kadar syrup
R/ Amonii Chloridum 2
Syr. Thymi 20
Aquadest ad 100
Mf Potio
S t dd C I
Pro : Darwin
Umur : 17th
Perhitungan dosis:
g
Kadar Syrup = g
maka BJ sediaan = 1,3 ⁄
ml
DP 1x p = g
DP 1x h = 3 x 390 mg = 1170 mg
PRAKTIKUM X DAN XI
SEDIAAN SEMISOLIDA (SALEP, CREAM, GEL DAN PASTA)
A. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu membuat sediaan semisolida dari resep dokter.
B. TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mampu membaca dan melengkapi resep.
1. Mahasiswa mampu memahami dan membedakan sediaan semisolida
2. Mahasiswa mampu meracik, mewadahi dan memberi etiket pada sediaan
semisolida
C. TEORI
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada
kulit atau selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain
kadar bahan obat dalam salep mengandung obat keras atau narkotika adalah 10%.
Menurut konsistensinya salep dibagi menjadi:
1. Unguenta adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak
mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga.
2. Cream adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu
tipe yang dapat dicuci dengan air.
3. Pasta adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk).
Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang
diberi.
4. Cerata adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin
(waxes) sehingga konsistensinya lebih keras.
5. Gel adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan mengandung sedikit
atau tanpa lilin digunakan terutama pada membran mukosa sebagai pelicin atau
basis. Biasanya terdiri dari campuran sederhana minyak dan lemak dengan titik
lebur yang rendah.
Ketentuan Umum Cara Pembuatan Salep:
1. Peraturan Salep Pertama
Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan kedalamnya, jika
perlu dengan pemanasan.
2. Peraturan Salep Kedua
Bahan-bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada peraturan-peraturan lain
dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan air yang digunakan dapat diserap
seluruhnya oleh basis salep. Jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis.
3. Peraturan Salep Ketiga
Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan air,
harus diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan pengayak B40.
R/ Camphora 1
Ol. Cocos 1
Adeps lanae 18
Mf Ungt.
Su e
R/ Camphora
Mentholum aa 0,3
Lanolin 5
Ungt. Acid salicyl 15
Md su e
3. Pellidol
Larut 3% dalam vaselin dan 7% dalam minyak lemak maka Pellidol
dilarutkan bersama-sama dasar salep yang dicairkan. Bila dasar salep
disaring maka pellidol juga ikut disaring dan jangan lupa menambahkan
20%. Kalau jumlahnya melebihi daya larutnya, maka digerus dengan dasar
salep yang sudah dicairkan.
Contoh-contoh resep:
R/ Pellidol 0,1
Ungt. Zinci oxyd 20
M d s ad. us. ext.
R/ Pellidol 0,5
Zinci oxyd. Liniment oleos 25
M d s ad. us. ext.
4. Iodium
1) Kalau memenuhi kelarutan, dikerjakan seperti pada kamfer
2) Dilarutkan dalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada unguentum
Iodii dari Farmakope Indonesia)
3) Dilarutkan dalam etanol 95% kemudian tambahkan dasar salep
Contoh resep:
R/ Iodii 2
Kalii Iodida 3
Aquadest 5
Ungt. Simplex 90
Md su e
Caranya: larutkan KI dalam air lalu tambahkan iodium hingga larut, setelah
itu gerus bersama unguentum simplex hingga homogen.
2. Zat berkhasiat bentuk padat yang larut dalam air
a. Protargol (argentum proteinatum)
1) Larut dalam air dengan jalan menaburkan diatas air kemudian
didiamkan selama 15 menit ditempat gelap.
2) Bila dalam resep terdapat gliserol, maka Protargol digerus dengan
gliserin baru ditambah air, dan tidak perlu ditunggu 15 menit (gliserol
mempercepat daya larut protargol dalam air)
b. Colargol (argentum colloidale)
Sama dengan Protargol dan air yang dipakai ⅓ kalinya.
c. Argenti Nitras
Jika dilarutkan dalam air akan meninggalkan bekas hitam pada kulit kerena
terbentuk Ag2O, karena itu pada pembuatan AgNO3 tidak dilarutkan dalam
air walaupun AgNO3 larut. Kecuali pada resep obat wasir.
d. Phenol
Sebenarnya phenol mudah larut dalam air tetapi dalam salep tidak
dilarutkan karena bekerjanya merangsang, juga tidak dapat diganti dengan
phenol liquefactum (campuran fenol dan air 77-81,5 %). Jadi dikerjakan
seperti pada kamfer dalam salep.
e. Bahan obat yang dalam salep tidak boleh dilarutkan ialah Argenti Nitras,
Phenol, Pyrogalol, Chrysarobin, Zinci Sulfas, Antibiotika, Oleum lecoris
Aselli, Hydrargyri Bichloridum dan Stibii et Kalii sulfas.
Contoh-contoh resep:
R/ Kalii iodii 3
Lanolin 16
Ungt. Simplex ad 30
M d s u e
Penyelesaian:
1) Procain HCl dilarutkan dengan aqua rosae
2) ZnO diayak dengan pengayak B40
3. Zat berkhasiat bentuk padat tak larut
Umumnya dibuat halus dengan mengayak atau menjadikannya serbuk halus
terlebih dahulu.
a. Belerang, tidak boleh diayak
b. Acidum Boricum, diambil yang pulveratum
c. Zinci Oxydum, harus diayak terlebih dahulu dengan pengayak No.100
4. Zat berkhasiat berupa cairan
a. Air
1) Terjadi reaksi, misalnya aqua calcis dengan minyak lemak akan terjadi
penyabunan. Untuk itu cara pengerjaannya adalah:
a) Diteteskan sedikit-sedikit
b) Dikocok dalam botol bersama minyak lemak kemudian baru
dicampur dengan bahan lainnya.
Contoh resep :
R/ Zinci Oxyd
Oleum Sesami
Aqua Calcis aa 10
dan air tidak tahan lama, karena itu perlu ditambahkan lemak agar tidak
memisah airnya.
Bahan yang ditambahkan terakhir pada suatu massa salep
1. Ichtyol, sebab jika ditambahkan pada massa salep yang panas atau digerus
terlalu lama dapat terjadi pemisahan.
2. Balsem-balsem dan minyak atsiri, balsem merupakan campuran dari damar dan
minyak atsiri, jika digerus terlalu lama akan keluar damarnya sedangkan minyak
atsiri akan menguap.
3. Air, berfungsi sebagai pendingin dan untuk mencegah permukaan mortir
menjadi licin.
4. Gliserin, harus ditambahkan kedalam dasar salep yang dingin, sebab tidak bisa
campur dengan bahan dasar salep yang sedang mencair dan ditambahkan
sedikit-sedikit sebab tidak bisa diserap dengan mudah oleh dasar salep.
R/ Cera Flava 30
Oleum Sesami 70
2. Simple Ointment
R/ Adeps lanae 50
Paraffi Solidum 50
Cetostearyl alcohol 50
Vaselin alba/flava
850
3. Unguentum Lenies (Formularium Nasional 1978)
R/ Cetaceum 12,5
Cera alba 12
Paraffin liquidum 56
Natrii tetraborax 0,5
Aquadest 19 ml
Pembuatan:
a. Larutkan natrii tetraborax kedalam air
b. Lebur cetaceum, cera alba dan paraffin liquid aduk hingga dingin
c. Campur keduanya
4. Unguentum lecoris Aselli (Ph.Ned Ed.V)
Pembuatan:
a. Lebur cera dan vaselin
b. Terakhir campur dengan oleum lecoris (oleum lecoris tidak dipanaskan)
PRAKTIKUM XII
BALSAM DAN SUPPOSITORIA
A. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu membuat sediaan balsam dan suppositoria dari resep dokter.
B. TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mampu membaca dan melengkapi resep.
2. Mahasiswa mampu memahami dan membedakan jenis sediaan suppositoria
3. Mahasiswa mampu meracik, mewadahi dan memberi etiket pada sediaan
suppositoria
4. Mahasiswa mampu meracik, mewadahi dan memberi etiket pada sediaan balsam
C. TEORI
Balsam adalah sediaan topikal yang memberi sensasi hangat, sediaan ini
termasuk semisolid yang mampu memberi rasa lembut dan berminyak pada kulit.
Balsam merupakan sediaan seperti salep yang mudah dioleskan sebagai obat gosok
dan digunakan sebagai obat luar. Sediaan balsam yang merupakan sediaan semisolid
memiliki formula acuan yaitu paraffin atau lilin (sebagai pemadat), vaselin album
atau flavum (sebagai pengawet), camphora (sebagai pengawet), mentol (sebagai
pemberi sensasi dingin) dan dapat ditambahkan minyak-minyak mudah menguap
(minyak atsiri).
Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang umumnya dimaksudkan
untuk dimasukkan melalui lubang atau celah pada tubuh. melalui rektum, vagina,
kadang-kadang melalui saluran urin. Suppositoria setelah dimasukkan ke dalam
lubang tubuh dimana ia akan melebur, melunak atau melarut dan memberikan efek
lokal atau sistemik.
Tujuan pengobatan menggunakan sediaan suppositoria adalah :
1. Untuk pengobatan lokal pada rektum, vagina, urethra, misal wasir, infeksi dan
lain lain.
2. Sebagai alternatif bila oral tidak bisa dilakukan, misal pada bayi, pasien debil
(lemas, tidak bertenaga), muntah-muntah, gangguan system pencernaan (mual,
muntah), kerusakan saluran cerna.
3. Agar obat lebih cepat bekerja, karena absorpsi obat oleh selaput lendir rektal
langsung ke sirkulasi pembuluh darah.
4. Untuk mendapatkan prolonged action (obat tinggal ditempat tersebut untuk
jangka waktu yang dikehendaki).
5. Untuk menghindari kerusakan obat pada saluran cerna.
Bahan dasar suppositoria terdiri dari: basis berlemak yang meleleh pada suhu
tubuh (misalnya : Oleum Cacao), basis yang larut dalam air atau yang bercampur
dengan air (misalnya : Gliserin Gelatin, Polietilenglikol) dan basis campuran,
(misalnya: polioksil 40 stearat yaitu campuran ester monostearat dan distearat dari
polioksietilendiol dan glikol bebas).
R/ Aquae Hamamelid 3
Cera Flava 1,5
Oleum cacao 25,5
Mf suppos. No. X
Contoh rumus bahan dasar supositoria dengan P.E.G menurut Hassler dan
Sperandio
R/ P.E.G 4000 33%
P.E.G 400 47%
Aqua 20%
dapat diabsorbsi, sedangkan dengan P.E.G basis harus larut, baru obatnya dapat
diabsorbsi.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh., 1990, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Anonim, 1978, Formulariun Nasional, Edisi II, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sedíaan Farmasi, Edisi IV, UI-Press, Jakarta.
Jenkins, G.L., Francke, D.E., Brecha, E.A., Sperandio, G.J., 1957, Scoville’The Art of
Compounding, 9th Edition, McGraw-Hill Book Company, Inc., New York Toronto
London
Joenoes, N. Z., 2014, Ars Prescribendi Resep yang Rasional, Edisi 2, Airlangga University
Press, Surabaya.
Suprapti, Tati, 2016, Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi: Praktikum Farmasetika Dasar,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Van Duin, C.F. dan Uffelie O.F., 1947, Receptur; Ilmu Resep dalam Praktek dan Teori,
Penerjemah: Satiadarma, K., S.P. Nainggolan dan E. Wangsa Putra, PT. Soeroengan,
Jakarta.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Resep 1
Kediri,…….……………… Lactosum Qs
M f Pulv. No. X
R/ Aneurin HCl 300 mg S b dd Pulv. I
Riboflavinum 30 mg
SL Qs
M f Pulv. No. XII
S 1 d d Pulv. I
Pro : Pro :
Umur : 30 tahun Umur : 27 tahun
Alamat : Jl. Sultan 75 Kediri Alamat : Jl. Tjipto 98 Kediri
COPY RESEP
Dari : dr. Putra Tanggal : .........................
Dibuat tgl : ..................... No. Resep : 039
Untuk : ……………. Umur/BB : 20 tahun
Alamat : Jl. Sumatera 99 Kediri
R/ Cetirizine No. X
StddI
-det-
R/ Bedak Salicyl 25 g
S Bedak Gatal
-ndet-
pcc
Pro : Pro :
Umur : tahun Umur : 8 tahun
Alamat : Jl. Patimura 75 Kediri Alamat : Jl. Hasanuddin 98 Kediri
COPY RESEP
Dari : dr. Putra Tanggal : .........................
Dibuat tgl : ..................... No. Resep : 039
Untuk : ……………. Umur/BB : tahun
Alamat : Jl. Sumatera 19 Kediri
R/ Metampiron 200 mg
Coffeinum 50 mg
Vitamin Bcomp ½
Elaeosacch. Citri 150 mg
M f Caps. d t d No. X
S p r n Cap. I
-ndet-
pcc
Pro : Pro :
Umur : 30 tahun Umur : tahun
Alamat : Jl. Seroja 75 Kediri Alamat : Jl. Teratai 98 Kediri
COPY RESEP
Dari : dr. Putra Tanggal : .........................
Dibuat tgl : ..................... No. Resep : 039
Untuk : ……………. Umur/BB : tahun
Alamat : Jl. Sutoyo 99 Kediri
Kediri,…….……………… Papaverin 20 mg
Domperidon ½
R/ Loco Bedak Herocyn 20 g M f Caps d t d No. X
S Bedak S 3 d d Cap. I ac
Pro : Pro :
Umur : 30 tahun Umur : tahun
Alamat : Jl. TB.Simatupang 75 Kediri Alamat : Jl. Toraja 98 Kediri
COPY RESEP
Dari : dr. Putra Tanggal : .........................
Dibuat tgl : ..................... No. Resep : 039
Untuk : ……………. Umur/BB : tahun
Alamat : Jl. Kartini 99 Kediri
Kediri,…….……………… Theophyllin aa 80 mg
Vitamin B6 ½
R/ Amoxicillin 125 mg Lactosum QS
DMP ½ M f Pulv. d t d No. X
Sominal 15 mg S t d d Pulv. I
M f Pulv. d t d No. XI
S t d d Pulv. I
Pro : Pro :
Umur : tahun Umur : tahun
Alamat : Jl. Thamrin 75 Kediri Alamat : Jl. Tantular 98 Kediri
COPY RESEP
Dari : dr. Putra Tanggal : .........................
Dibuat tgl : ..................... No. Resep : 039
Untuk : ……………. Umur/BB : tahun
Alamat : Jl. Dharmawangsa 99 Kediri
R/ Theobron 100 mg
Tismalin
Ocuson aa ¾
M f Caps d t d No. X
S t d d Cap I s o s
pcc
Pro :
Umur : tahun Pro :
Alamat : Jl. Kawi 75 Kediri Umur : tahun
Alamat : Jl. Brawijaya 98 Kediri
COPY RESEP
Dari : dr. Putra Tanggal : .........................
Dibuat tgl : ..................... No. Resep : 039
Untuk : ……………. Umur/BB : tahun
Alamat : Jl. Veteran 99 Kediri
R/ OBH rp 100 ml
Adde pds
Codein HCl 20 mg
M f Potio
S Qd dC I
pcc
Pro : Pro :
Umur : 18 tahun Umur : 45 tahun
Alamat : Jl. Sartika 75 Kediri Alamat : Jl. Trunojoyo 98 Kediri
COPY RESEP
Dari : dr. Putra Tanggal : .........................
Dibuat tgl : ..................... No. Resep : 039
Untuk : ……………. Umur/BB : 28 tahun
Alamat : Jl. Cut Nyak Dien 99 Kediri
-ndet-
pcc
Pro :
Pro :
Umur : tahun
Umur : tahun
Alamat : Jl. Teuku Umar 98 Kediri
Alamat : Jl. Panglima Polim 75 Kediri
COPY RESEP
Dari : dr. Putra Tanggal : .........................
Dibuat tgl : ..................... No. Resep : 039
Untuk : ……………. Umur/BB : 23 tahun
Alamat : Jl. Sriwijaya 99 Kediri
Iter 1x
R/ Lotio Kumerfeldi 100
S Obat jerawat
-det 1x-
pcc
Kediri,…….……………… PGS QS
Oleum Anisi gtt I
R/ Oleum Olivae 6 Aquadest ad 60
Camphora 1 M f la Emulsum
Gom Acacciae QS S Vesp. C I
Aqua ad 60 cc
M f Emulsi
Sue
Pro :
Pro : Umur : 21 tahun
Umur : 22 tahun Alamat : Jl. Cik Ditiro 98 Kediri
Alamat : Jl. Sultan Agung 75 Kediri
COPY RESEP
Dari : dr. Putra Tanggal : .........................
Dibuat tgl : ..................... No. Resep : 039
Untuk : ……………. Umur/BB : tahun
Alamat : Jl. Supersemar 99 Kediri
R/ Oleum Ricini 10
Gom Arab Qs
Papaverin HCl 0,8
Syr. Citri 20
Aquadest ad 100
M f Emulsi
Son CI -ndet-
pcc
10
Kediri,…….……………… Lanolin 6
Vaselin Flavum 14
R/ Camphora 0,5 M f Ungt.
Ol. Olivarum 1 S u e
Vaselin ad 15
M f la Ungt.
Sue
Pro :
Pro :
Umur : 24 tahun
Umur : 21 tahun
Alamat : Jl. Mawar 98 Kediri
Alamat : Jl. Melati 75 Kediri
COPY RESEP
Dari : dr. Putra Tanggal : .........................
Dibuat tgl : ..................... No. Resep : 039
Untuk : ……………. Umur/BB : 30 tahun
Alamat : Jl. Ambon 99 Kediri
pcc
11
Pro :
Umur : 23 tahun Pro :
Alamat : Jl. Sentani 75 Kediri Umur : 40 tahun
Alamat : Jl. Kelimutu 98 Kediri
COPY RESEP
Dari : dr. Putra Tanggal : .........................
Dibuat tgl : ..................... No. Resep : 039
Untuk : ……………. Umur/BB : 27 tahun
Alamat : Jl. Sambas 99 Kediri
R/ Zinci Oxydum 5
Calamin 1
Amylum 3
Vaselin album ad 25
M f Pasta
Sue
-ndet-
pcc
12
Pro : Pro :
Umur : 25 tahun Umur : 40 tahun
Alamat : Jl. Kenanga 75 Kediri Alamat : Jl. Bakung 98 Kediri
COPY RESEP
Dari : dr. Putra Tanggal : .........................
Dibuat tgl : ..................... No. Resep : 039
Untuk : ……………. Umur/BB : 32 tahun
Alamat : Jl. Cempaka 99 Kediri
R/ Metronidazol 0,5
Ol. Cacao ad 4
M f Suppos. dtd No. VI
S b d d Supp. I
-ndet-
pcc
Lampiran 2. Tugas
Pro : Dilan
Umur : 10 th
3. RESEP STANDART
Glyseril guaikolat (ISO Hal 449)
R/Glyseril guaikolat 100 mg
CTM (FN Hal 302)
R/Chlorpheniramin maleat 4 mg
Codikaf
R/ Codein hydrocloridum 10 mg,15 mg,20 mg
Lameson
R/ Methylprendnisolone 4mg, 8mg, 16mg
4. MONOGRAFI
Nama
Pemerian Kelarutan Khasiat Referensi
Bahan Obat
CTM Berbentuk tablet Sukar larut dalam air Antihistaminikum FI III Hal
berwarna kuning, 154
tidak berasa
Codikaf Berbentuk tablet Sukar larut dalam air Antitusivum FI III 172
berwarna putih
Lactosum Serbuk hablur, Larut dalam 6 bagian air, Zat tambahan FI III Hal
putih, tidak larut dalam 1 bagian air 338
berbau, rasa agak mendidih, sukar larut
manis dalam etanol (95%)P,
praktis tidak larut dalam
kloroform P dan eter P.
PERMASALAHAN PENYELESAIAN
Lameson, CTM , Codikaf dan GG berbentuk Digerus sampai halus terlebih dahulu.
tablet.
Codikaf dan CTM memiliki dosis maksimum Dihitung dosisnya sesuai dengan umur pasien.
Codikaf golongan narkotika Digarisbawahi merah
Tablet lameson yang diminta jumlahnya tidak Dilakukan pengenceran dengan penambahan
utuh/pecahan.
laktosa
Sediaan obat yang dikehendaki adalah puyer dan Maka perlu penambahan lactosum
berat total sediaan perbungkus kurang dari 500 mg
6. PERHITUNGAN DOSIS
1. Chlorpheniramin maleas ( - / 40 mg )
DM 1 x p = -
1xh = x 40 mg = 20 mg
DP 1 x p = ⁄ tab x 4 mg/tab = 2 mg
1xh = 3 x 2mg = 6 mg
1xp =-
mg
1xh = x 100 % = 30 % (TOD)
mg
7. PENIMBANGAN
Cek Fisik
Nama Bahan Obat Pengambilan Golongan
Bahan Obat Ket.
(Perhitungan Penimbangan) Bahan Obat
(ED)
Lameson Lameson 16 mg Juli 2022 Keras √
Pengenceran lameson
Berat 1 tab lameson = 200 mg
Laktosa = 100 mg
= 200 mg + 100mg = 300mg
Laktosa Juli 2022 Excipient √
Pengenceran = x 300mg
= ⁄ x x 10 = 15 tab
Diketahui :
Total Sediaan = 3600 mg
Laktosa = (500 mg x 10) – 3600 mg Laktosa Juni 2022 Excipient √
= 1400 mg
a. Menyetarakan timbangan
b. Mengambil 1 tablet lameson kekuatan 16 mg diencerkan dengan cara : menimbang 1 tablet lameson
lalu masukkan dalam mortir digerus sampai halus kemudian menimbang lactosum 100 mg, masukkan
dalam mortir, gerus sampai halus dan homogen, dari campuran tersebut timbang sediaan 185 mg
sebagai hasil pengenceran, sisanya bungkus diberi keterangan sisa pengenceran, sisihkan
c. Mengambil 5 tablet CTM masukkan dalam mortir, gerus sampai halus, masukkan hasil pengenceran
lameson lalu gerus sampai homogen, sisihkan (campuran I).
d. Mengambil 15 tablet Codikaf kekuatan 10mg , masukkan dalam mortir, gerus sampai halus, masukkan
campuran I gerus sampai homogen, sisihkan (campuran II).
Dilan
3 x sehari 1 bungkus
SESUDAH / SEBELUM MAKAN Y
10. SINONIM
3. RESEP STANDART
4. MONOGRAFI
PERMASALAHAN PENYELESAIAN
6. PERHITUNGAN DOSIS
7. PENIMBANGAN
Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang
tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter
Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang
tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter
Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang
tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter
Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang
tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter
Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang
tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter
Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang
tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter
Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang
tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter
Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang
tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter
Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang
tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter
Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang
tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter
Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang
tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter
Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang
tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter
Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang
tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter
Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang
tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter
Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang
tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter
Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang Obat ini tidak boleh diulang
tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter tanpa resep dokter
R/ R/
pcc pcc
R/ R/
pcc pcc
(apt. Sri Wahyuni N., S. Si) (apt. Sri Wahyuni N., S. Si)
P. No.2 Awas ! obat keras. P. No.2 Awas ! obat keras. P. No.6 Awas ! obat keras. P. No.6 Awas ! obat keras.
Hanya untuk kumur jangan Hanya untuk kumur jangan Obat wasir jangan ditelan Obat wasir jangan ditelan
ditelan ditelan
P. No.6 Awas ! obat keras. P. No.6 Awas ! obat keras.
Obat wasir jangan ditelan Obat wasir jangan ditelan
P. No.2 Awas ! obat keras. P. No.2 Awas ! obat keras.
Hanya untuk kumur jangan Hanya untuk kumur jangan
ditelan ditelan P. No.6 Awas ! obat keras. P. No.6 Awas ! obat keras.
Obat wasir jangan ditelan Obat wasir jangan ditelan
P. No.2 Awas ! obat keras. P. No.2 Awas ! obat keras. P. No.6 Awas ! obat keras. P. No.6 Awas ! obat keras.
Hanya untuk kumur jangan Hanya untuk kumur jangan Obat wasir jangan ditelan Obat wasir jangan ditelan
ditelan ditelan
P. No.6 Awas ! obat keras. P. No.6 Awas ! obat keras.
Obat wasir jangan ditelan Obat wasir jangan ditelan
P. No.2 Awas ! obat keras. P. No.2 Awas ! obat keras.
Hanya untuk kumur jangan Hanya untuk kumur jangan
ditelan ditelan P. No.6 Awas ! obat keras. P. No.6 Awas ! obat keras.
Obat wasir jangan ditelan Obat wasir jangan ditelan