Anda di halaman 1dari 35

MODUL PRAKTIKUM FARMASETIKA

UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL

Oleh :
Ni Putu Wintariani, S.Farm., M.Farm., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya Buku Petunjuk Praktikum Farmasetika dapat diselesaikan dengan baik.
Buku petunjuk praktikum Farmasetika ditujukan khusus untuk mahasiswa
program studi Farmasi Klinis dengan sasaran :
1. Membekali mahasiswa program studi Farmasi Klinis dengan segala
pengetahuan praktis dan teoritis tentang ilmu Farmasetika sehingga
diharapkan dapat menerapkannya dalam peracikan obat-obatan.
2. Memberi panduan bagi mahasiswa untuk melaksanakan praktikum dengan
baik.
Demi tercapainya sasaran diatas, dalam petunjuk praktikum ini pada setiap
percobaan sudah dilengkapi dengan prinsip dan teori yang melandasinya.
Dalam kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang
telah membantu terselesaikannya Modul Praktikum Farmasetika ini. Semoga buku ini
dapat bermanfaat dan dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan Praktikum
Farmasetika.
Kami menyadari bahwa Modul Praktikum Farmasetika masih jauh dari sempurna,
untuk hal ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk perbaikan penyusunan buku ini di masa mendatang sehingga nantinya dapat
mendukung terselenggaranya praktikum Farmasetika dengan lebih baik.

Denpasar, 9 Oktober 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................... 3
DESAIN PRAKTIKUM .................................................................................. 4
JADWAL PRAKTIKUM ................................................................................ 5
ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM.............................................................. 7
SINGKATAN BAHASA LATIN .................................................................... 14
PRAKTIKUM 1 PULVIS PULVERES........................................................... 28
PRAKTIKUM 2 SEDIAAN KAPSUL ............................................................ 30
PRAKTIKUM 3 UNGUENTUM DAN KRIM ............................................... 31
PRAKTIKUM 4 LOTION LINIMENT .......................................................... 33
PRAKTIKUM 5 SEDIAAN LIQUIDA ........................................................... 34
DAFTAR RUJUKAN........................................................................................ 35

3
A. DESAIN PRAKTIKUM FARMASETIKA
1. Tujuan Pembelajaran (Learning Outcome)
Materi praktikum ini merupakan penerapan materi kuliah Farmasetika
Dasar yang meliputi metoda peracikan dan pencampuran perbekalan farmasi
(khususnya bahan obat) berdasarkan formula resep menjadi macam-macam
bentuk sediaan farmasi (padat, semi-padat, dan cair), termasuk juga cara
pengemasan dan pemberian etiket serta informasi yang berkaitan dengan
bentuk sediaan tersebut
2. Tata Tertib Praktikum
a. Sebelum menjalankan praktikum para mahasiswa harus sudah
mempersiapkan diri, mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan latihan
yang akan dihadapi.
b. Para mahasiswa harus datang tepat waktu, sehingga praktikum dimulai semua
mahasiswa sudah hadir di dalam ruangan praktikum. Mereka yang terlambat
lebih dari 15 menit tidak diijinkan mengikuti praktikum
c. Para mahasiswa dan/atau kelompok mahasiswa harus membawa semua bahan
yang dibutuhkan pada saat praktikum sebagai persyaratan mengikuti
praktikum.
d. Para mahasiwa harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh semua
penjelasan yang diberikan oleh koordinator/asisten praktikum mengenai
latihan yang akan dihadapi sehingga tidak akan menemukan kesulitan dalam
menjalankan praktikum.
e. Sebelum praktikum pertama dimulai, setiap mahasiswa harus menyiapkan :
1) Buku petunjuk praktikum yang diberikan harus dibawa setiap menjalankan
praktikum
2) Laporan praktikum (contoh akan diberikan)
f. Sebelum memulai praktikum, mahasiswa harus mengecek alat-alat
laboratorium farmasetika (jumlah anak timbangan, mortar, stamper,
gelasukur, corong kaca, batang pengaduk, sendok tanduk, pinset, dll) yang
ada di depan meja masing-masing praktikan.
g. Apabila tidak mengecek terlebih dahulu sebelum praktikum, kemudian
ditemukan alat-alat laboratorium Farmasetika ada yang hilang, maka
praktikan pengguna terakhir yang harus mengganti kehilangan.

4
h. Mereka yang merusak atau menghilangkan alat-alat harus lapor pada
koordinator/asisten praktikum dan menggantinya.
i. Mahasiswa yang tidak hadir diharuskan untuk menyerahkan surat keterangan
dari dokter atau orang tua/wali yang menerangkan tentang ketidakhadirannya.
Mereka yang 1 kali tidak hadir TANPA keterangan dianggap tidak mengikuti
praktikum pada hari itu.
j. Laporan praktikum berupa buku Folio yang berisi :
1) Resep
2) Kelengkapan resep (Alamat pasien, Paraf dokter, dll)
3) Masalah pada resep dan penyelesaiannya
4) Penggolongan obat (bebas, bebas terbatas, keras, psikotropika)
5) Singkatan nama latin pada resep dan artinya. (dtd, l.a, pulv, dll)
6) Monografi Bahan (penjelasan mengenai tiap bahan yang ada di resep,
Pemerian,Kelarutan, Khasiat, daftar obat, expired date)
7) Perhitungan Dosis
8) Penimbangan dan pengambilan bahan
9) Prosedur kerja
10) Etiket dan label obat (etiket biru untuk obat luar dan etiket putih untuk
obat dalam)
11) Kopi resep (Apabila diminta)
12) Bagian bawah kertas dibuatkan kolom untuk paraf dosen dan nilai.
k. Pretest selalu diadakan sebelum praktikum dimulai, apabila tidak lulus pretest
tidak boleh mengikuti praktikum.
l. Responsi hanya diberikan sekali, dapat berupa teori yang berhubungan
dengan praktikum saja atau teori dan praktikum.
m. Alat dan bahan harus digunakan sesuai dengan petunjuk praktikum, jangan
bekerja menurut kehendak sendiri dan tidak boleh membuang sembarangan
sisa bahan praktikum, praktikan wajib menjaga kebersihan dan keamanan
laboratorium.
n. Jika akan meninggalkan ruang laboratorium, praktikan wajib meminta ijin
kepada dosen atau asisten jaga.
o. Sebelum Praktikum dimulai, praktikan harus sudah menyiapkan Jurnal
(laporan sementara) pada buku folio laporan farmasetika, isi dari jurnal lihat
di point J .

5
p. Jurnal (laporan sementara) dibuat hanya sampai point no 6. Untuk poin no 7
sampai 12 praktikan harus membuatnya di laboratorium.
q. Sebelum praktikan mulai membuat sediaan, praktikan harus memintakan
umur pasien pada dosen atau asissten dosen jaga agar bisa menghitung
dosis dari tiap bahan resep tersebut.
r. Setelah Praktikan selesai menghitung dosis tiap bahan pada resep,
praktikan melanjutkan pengerjaan laporan dari point nomor 7 sampai nomor
12 kemudian praktikan wajib meminta tanda paraf/ ACC dari dosen
jaga/assisten dosen jaga sebagai tanda bahwa praktikan sudah boleh
mengerjakan sediaan yang diminta oleh resep.
s. Setelah waktu pengerjaan resep sudah habis, praktikan wajib mengumpulkan
laporan dan sediaan di meja dosen jaga, kemudian mahasiswa menunggu.
t. Cara penilaiannya, praktikan akan dipanggil satu per satu ke meja dosen
untuk menanyakan bagaimana 5W1H tentang obat tersebut.
u. Setelah Tanya jawab personal selesai, praktikan wajib membersihkan meja
kerja masing-masing dan mengecek kembali alat- alat laboratorium yang
sudah digunakan tadi.
3. Alat dan bahan praktikum
1) TIMBANGAN
a. Pendahuluan
Penimbangan dalam mengerjakan resep dipakai alat timbangan bertangan
panjang dengan beberapa macam daya timbang. Timbangan harus dalam
keadaan setimbang (balance), bila tidak setimbang maka harus
disetimbangkan dengan :
a) Diusahakan dengan mengatur tombol pengatur kesetimbangan,
dengan menggeser-geserkan ke dalam maupun ke luar. Bila dengan
tombol pengatur kesetimbangan tidak bisa, karena di luar kepekaan
timbangan, maka perlu ditambahkan pembeban timbangan (dengan
peluru senapan angin/mimis, kelereng kecil atau potongan bekas
kemasan pasta gigi) yang telah dibungkus rapi.
b) Bisa juga penambahan pembebanan pada anak timbangan itu sendiri
atau ditempelkan di bawah piring timbangan yang tentunya disimpan
serapih mungkin jangan sampai mengganggu.
Ada empat jenis alat timbangan :

6
a) Timbangan digital : yaitu jenis timbangan yang bekerja secara
elektronis dengan tenaga listrik. Umumnya timbangan ini
menggunakan arus lemah dan indikatornya berupa angka digital pada
layar bacaan.

Gambar 1. Timbangan digital


b) Timbangan gram kasar : mempunyai daya beban antara 250 gram
sampai 1.000 gram, dengan kepekaan 200 mg.
c) Timbangan gram halus : mempunyai daya beban 100 gram sampai
200 gram, dengan kepekaan 50 mg.

Gambar 2. Timbangan Gram Dan Anak Timbangan Gram

7
d) Timbangan miligram

Gambar 3. Timbangan Milligram Dan Anak Timbangan


Milligram
Mempunyai daya beban 10 sampai 50 gram dengan kepekaan 5 mg.
Yang dimaksud dengan daya beban timbangan adalah bobot
maksimum yang boleh ditimbang, sedangkan kepekaan adalah
tambahan bobot maksimum yang diperlukan pada salah satu piring
timbangan setelah keduanya diisi muatan maksimum menyebabkan
ayunan jarum timbangan tidak kurang dari 2 mm dari tiap dm panjang
jarum. Bobot terkecil yang boleh ditimbang dengan timbangan gram
adalah satu gram, sedangkan bobot terkecil yang boleh ditimbang
dengan timbangan miligram adalah 50 miligram. Bila bahan obat
yang harus ditimbang bobotnya kurang dari 50 miligram, maka
penimbangannya dilakukan dengan pengenceran. Sebagai pengencer
biasanya digunakan bahan yang bersifat “inert” atau netral, seperti
saccharum laktis (lactosum) untuk bahan obat berupa serbuk,
sedangkan air atau larutan untuk bahan yang berupa cairan (sediaan
cair). Sebagai bahan pengencer dapat digunakan bahan lainnya
tergantung dari basis atau pembawa sediaaan yang akan dibuat. Cara
penempatan anak timbangan dan bahan obat sebagai berikut : anak
timbangan ditempatkan pada sebelah kiri piring timbangan,
sedangkan bahan obat ditempatkan pada piring timbangan sebelah

8
kanan (untuk memudahkan manambah atau mengurangi bahan obat
bila kurang atau lebih).
2) Pinset
Pinset adalah alat medis yang terbuat dari besi anti karat atau plastik sekali
pakai.

Gambar 4. Pinset
Pinset mempunyai banyak bentuk, tapi secara umum terbagi menjadi dua
bentuk utama yaitu :
a. Pinset yang terdiri dari dua bilah yang salah satu ujungnya saling
menempel dan ujung lainnya dapat bergerak bebas satu sama lain. Cara
kerjanya hampir mirip dengan sumpit makan.
b. Pinset yang berbentuk seperti gunting, tetapi tidak ada mata pisaunya,
pipih saja. Pinset seperti ini biasanya mempunyai alat pengunci di bagian
gagangnya, hal ini dibutuhkan saat perlu menjepit benda atau jaringan
dalam waktu yang lama. Alat pengunci tersebut berbentuk dua besi yang
saling terkait. Kekuatan penguncian biasanya ada tiga, kuat, sedang, dan
lemah. Untuk membuka kunci cukup menekan gagang saling mendekat
kemudian menggeser ke samping berlawanan satu sama lain, lalu
melepaskan kedua gagang tersebut.
Fungsi utama pinset adalah untuk menjepit, baik benda kecil atau jaringan.
Dalam hal ini, pinset menggantikan fungsi jari manusia misalnya karena
benda sangat kecil untuk dipegang. Selain itu pada operasi pinset digunakan
untuk mengurangi paparan mikroba pada luka operasi sehingga kemungkinan
infeksi dapat dikurangi.

9
3) Cawan porselin

Gambar 5. Cawan porselin


Fungsi dari Cawan Porselin adalah untuk mereaksikan zat dalam suhu tinggi,
mengabukan kertas saring, menguraikan endapan dalam gravimetric sehingga
menjadi bentuk stabil. Cawan porselen digunakan untuk menguapakan cairan
pada suhu yang tidak terlalu tinggi, misalnya didalam oven, diatas tangas
air,uap,pasir dan sebagainya.
4) Erlenmeyer

Gambar 6. Erlenmeyer
Alat ini biasa digunakan dalam proses titrasi untuk menampung larutan yang
akan dititrasi. Dalam mikrobiologi, erlenmeyer digunakan untuk pembiakan
mikroba. Erlenmeyer tidak dapat digunakan untuk mengukur volume.
Erlenmeyer, berbentuk kerucut, dan merupakan alat laboratorium yang
banyak digunakan. Memiliki tubuh berbentuk kerucut, leher silinder dan
dilengkapi dengan dasar yang datar Alat ini dinamai menurut nama kimiawan
asal Jerman Emil Erlenmeyer, yang menciptakannya pada tahun 1860.

10
5) Mortir dan Stamper

Gambar 7. Mortir dan stamper

 Mortir dan stamper terbuat dari porselen, kaca atau batu granit yang dapat
digunakan untuk menghancurkan dan mencampurkan padatan kimia.
Ada 2 jenis mortir yaitu :
1) BERPERMUKAAN KASAR
-   Untuk memperkecil ukuran partikel zat padat dengan  
  cara penggerusan.
- Untuk mencampur zat padat/ cair dalam pembuatan
  serbuk, massa pil, suspensi, emulsi dsb.
2) BERPERMUKAAN HALUS
Untuk mencampur serbuk :
-    Bahan obatnya dalam jumlah kecil agar tidak banyak yang
tertinggal di permukaannya.
-    Berwarna kuat agar tidak mewarnai permukaannya sehingga warna
tersebut sulit dihilangkan.

11
6) Sendok Tanduk

Gambar 8. Sendok Tanduk


Sendok tanduk merupakan sendok yang unik dan natural terbuat dari 100%
tanduk kerbau atau sapi. Dibuat secara manual dengan tangan tanpa mesin..
Ukuran panjang sekitar 4 hingga 5 cm. Bentuk yang ada seperti terlihat pada
gambar : panjang, lancip, dan lengkung.

7) Gelas Ukur

Gambar 9. Gelas Ukur


Gelas ukur merupakan suatu alat yang di gunakan untuk mengukur volume
larutan yang bentuknya seperti corong ataupun gelas yang mempunyai ukuran
volume mililiter yang berfariasi. Gelas ukur terbuat dari polypropylene karena
ketahanan kimia yang baik atau polymethylpentene untuk transparansi, hal itu
membuat gelas menjadi lebih ringan namun lebih rapuh dari kaca, maka tidak
boleh digunakan untuk mengukur larutan/pelarut dalam kondisi panas. Perhatikan
meniscus pada saat pembacaan skala.Fungsi gelas ukur adalah sebagai alat ukur
volume cairan yang tidak memerlukan ketelitian yang tinggi, misalnya

12
pereaksi/reagen untuk analisis kimia kualitatif atau untuk pembuatan larutan
standar sekunder pada analisis 13olumetric13/13olumetric. Terdapat berbagai
ukuran gelas ukur ini, mulai dari 5 mL sampai 2 Liter.
8) Pengayak

Pengayak digunakan untuk memisahkan serbuk dengan ukuran yang berbeda.


Pengayak ada berbagai macam ukuran. Tiap nomor pengayak menunjukkan
jumlah-jumlah lubang tiap 2,54 cm dihitung searah dengan panjang kawat.
Contoh: pengayak no.10 berarti memiliki 10 lubang tiap 2,54 cm dihitung searah
dengan panjang kawat. Jadi semakin besar nomor pengayak akan semakin halus
serbuk yang bisa melewatinya.
4. SINGKATAN BAHASA LATIN

SINGKATAN KEPANJANGAN ARTI


a, aa ana Tiap-tiap
Abs.febr. Absente febre Pada waktu tidak demam
Accur. accurate seksama
Accur.iss accuratisime Sangat seksama
add. adde Tambahkan
ad 2 vic. ad duas vices Dalam dua kali
ad libit. Ad libitum Sesukanya
Agit. agitatio gojog
Ad us.ext. Ad usum externum Untuk pemakaian luar
Alt.hor. Alternis horis Tiap jam
Aq. bidest. Aqua bidestillata Air suling dua kali
Aq. bull. Aqua bulliens Air mendidih
Aq. coct. Aqua cocta Air direbus
Aq. comm. Aqua communis Air biasa
Aq. dest. Aqua destillata Air suling
Aq. ferv. Aqua fervida Air panas (85ºC-95ºC)
Aq. glycer. Aqua glycerinata Air gliserin
C cum dengan
C Cochlear Sendok makan
Cp Cochlear pultis Sendok bubur
Cth Cochlear theae Sendok teh

13
d.d De die sehari
d.t.d Da tales doses Berilah sekian takaran
d.i.d Da in dimidio Berikan separonya
Gtt gutta Tetes
H hora jam
h.m. Hora matutina Pagi-pagi
h.s. Hora somni Pada waktu mau pergi tidur
h.v. Hora vespertina Malam
Haust. haustus Diminum sekaligus
Iter Iteretur, Iteratio Diulang, ulangan
i.m.m. In manus madici Diserahkan dokter
l.a. Lege artis Menurut aturan seni
Liq. liqiudus cair
m.f. Misce fac Campur, buat
m.i. Mihi ipsi Untuk diri sendiri
Ne iter, N.I Ne iteretur Tidak diulang
o.h. Omni hora Setiap jam
o.m. Omni mane Setiap pagi
o.n. Omni nocte Setiap malam
o.1/4 .h Omni quarta hora Setiap ¼ jam
P.I.M. Periculum in mora Berbahaya bila ditunda
q.s. Quantum sufficit, Secukupnya
satis
Rec. par. Recenter paratus Dibuat baru
s. Signa Tanda
s.u.c. Signa usus cognitus Tandailah aturan pakai sudah tahu
s.u.e. Signa usus externus Tandailah untuk pemakaian luar
s.u.i. Signa usus internus Tandailah untuk pemakaian dalam
s.u.n. Signa usus notus Tandailah aturan pakai sudah tahu
s.u.v. Signa usus Tandailah pemakaian utnuk hewan
veterinarius
S.p.r.n Signa pro renata Tandailah jika perlu

14
s.s.d.d.c.I Signa semel de die Tandailah 1 kali sehari 1 sendok makan
cochlear I
s.b.d.d.cth.II.a.c. Signa bis de die Tandailah 2 kali sehari 2 sendok teh
cochlear theae II ante sebelum makan
coenam
s.t.d.d.cp.I.p.c. Signa ter de die Tandailah 3 kali sehari 1 sendok bubur
cochlear pultis I post setelah makan
coenam
S.t.d.d.caps. I Signa ter de die Tandailah 3 kali sehari 1 kapsul
capsul I
m.f.pulv.d.t.d.X Misce fac pulveres Campur dan buatlah pulveres sekian
da tales doses takaran sebanyak 10 bungkus
numero X

5. Dasar Teori
1) Pulveres
Serbuk secara umum digambarkan sebagai partikel-partikel halus yang merupakan
hasil suatu proses pengecilan ukuran partikel dari suatu bahan kering. Secara kimia
fisika, yang dimaksud dengan serbuk adalah partiel bahan padat yang mempunyai
ukuran antara 0,1-10.000 µm. Sedangkan dalam farmasi, umumnya partikel sediaan
serbuk berukuran antara 0,1-10 µm. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, sediaan
serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan. Ditujukan
untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
Karakteristik Serbuk yang Baik
Sediaan serbuk yang baik harus mempunyai karakteristik homogen, kering dan
mempunyai derajat kehalusan tertentu.
a. Homogen
Yang dimaksud dengan homogen adalah pada setiap bagian campuran serbuk
harus mengandung bahan-bahan yang sama dan dalam perbandingan yang sama pula.
Homogenitas suatu serbuk dipengaruhi oleh :
 Ukuran partikel
Jika suatu bahan halus dicampur dengan bahan lain yang kasar (ukuran
partikel lebih besar), maka akan dihasilkan campuran yang berlapis-

15
lapis. Untuk mengatasinya, sebelum dicampur ukuran partikel masing-
masing bahan harus dibuat sama terlebih dahulu.
 Densitas/berat jenis
Jika suatu bahan ringan dicampur dengan bahan lain yang memiliki
densitas/berat jenis yang lebih besar, maka akan dihasilkan campuran yang
berlapis-lapis. Partikel bahan yang memiliki berat jenis besar, akan
cenderung turun kebawah, dan yang berat jenis kecil akan ada diatas.
Untuk mengatasinya, bahan dengan berat jenis besar dimasukkan terlebih
dahulu. Untuk skala industri, dapat diatasi dengan mencampur dalam alat
Mixing tumbler.
b. Kering
Yang dimaksud kering adalah sediaan serbuk tidak boleh menggumpal atau
mengandung air, disebabkan oleh adanya bahan yang higroskopis atau air kristal yang
keluar karena penggerusan (efflirescent) ataupun campuran bahan yang eutektik serta
bahan yang bersifat deliquescent.
c. Mempunyai derajat kehalusan tertentu
Bila sediaan serbuk mempunyai partikel yang sangat halus, maka sediaan akan
lebih homogen, disolusi semakin cepat sehingga kadar obat yang tinggi dalam darah
dapat dicapai lebih cepat, permukaan serbuk lebih luas dan mempunyai daya adsorpsi
yang lebih besar. Hal ini penting untuk sediaan serbuk anti diare dan antidotum.
Untuk mendapatkan sediaan serbuk yang mempunyai derajat kehalusan tertentu,
maka bahan-bahan atau sediaan diayak dengan ayakan yang sesuai. Ayakan dalam
farmakope ada bermacam-macam jenis seperti yang tercantum dalam farmakope.
Jenis pengayak dinyatakan dengan nomor yang menunjukkan jumlah lubang tiap 2,54
cm dihitung searah dengan panjang kawat. Derajat kehalusan serbuk dapat dinyatakan
dengan nomor pengayak baik yang dinyatakan dengan satu nomor ataupun dua
nomor.
- Jika dinyatakan dengan satu nomor, artinya semua serbuk dapat melalui
pengayak dengan nomor tersebut.
Misal : pengayak nomor 60
- Jika dinyatakan dengan dua nomor, artinya semua serbuk dapat melewati
pengayak dengan nomor terendah, dan tidak lebih dari 40% serbuk dapat
melewati pengayak dengan nomor tertinggi.

16
Misal : pengayak nomor 44/85
Pembagian Serbuk
1) Pulvis  (serbuk tak terbagi)
Pulvis adalah serbuk yang tidak dapat terbagi untuk pemakaiannya,
contohnya serbuk tabur, serbuk gigi dan serbuk effervecent.
2) Pulveres (serbuk terbagi)
Pulveres adalah serbuk yang dapat dibagi dalam bobot yang sama,
dibungkus menggunakan kemasan untuk sekali minum, serbuk terbagi
boleh dibagi secara visual/penglihatan, maksimal 10 serbuk secara
bersamaan. Umumnya serbuk berbobot 0,5 gram, pengisinya laktosa.
Penimbangan diperlukan apabila pasien memperoleh dosis 80% dari
dosis maksimum untuk sekali atau sehari pakai.
Macam-macam serbuk :
1) Serbuk terbagi bentuk serbuk ini berupa
bungkusan serbuk dalam kertas perkamen atau dalam kantong-kantong
plastik kecil, tiap bungkus merupakan 1 dosis.
2) Serbuk tak terbagi, serbuk dalam jumlah yang
banyak di tempatkan dalam dos, botol mulut lebar. Sebagai contoh ialah
beda.
3) Serbuk efervesen, serbuk yang berupa granul
kecil yang mengandung asam sitrat dan natrium bikarbonat (Anief, 1993).
Keuntungan bentuk sediaan serbuk :
1) penyebaran obat lebih luas dan lebih cepat daripada sediaan kompak
(tablet dan kapsul)
2) Diharapkan lebih stabil dibandingkan dengan sediaan cair
3) Lebih cepat di absorbsi,sebab dalam lambung obat akan mudah terbagi
4) Jumlah volume obat yang tidak praktis /sukar dapat diberikan dalam
bentuk pulvis
5) Memberikan kebebasan pada dokter untuk pemilihan obat/kombinasi obat
dan dosisnya
6) Untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan obat.
Membungkus serbuk
Beberapa bahan dapat digunakan untuk membungkus serbuk dalam dunia
farmasi. Bahan yang umum digunakan adalah kertas perkamen. Selain itu juga dapat

17
digunakan kertas lilin atau kertas perak. Bahan pembungkus harus mempunyai sifat
mudah dilipat dan tidak menyerap air.

Gambar 2. Cara melipat kertas untuk membungkus serb


Kerugian bentuk serbuk :
1) Obat-obatan yang rusak oleh udara tidak boleh diberikan dalam bentuk
serbuk. Ex : garam-garam fero (mudah teroksidasi) menjadi garam
feri,sebaiknya diberikan dalam bentuk “coated tablet”
2) Membutuhkan waktu dalam meraciknya.
3) Tidak tepat untuk obat yang tidak enak rasanya.
Cara mencampur serbuk Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1) Bentuk kristal/bongkahan digerus halus terlebih dahulu

18
2) Obat keras dan jumlahnya sedikit dicampur zat tambahan dalam mortir.
3) Obat berlainan warna diaduk bersama agar tampak serbuk merata
4) Obat yang jumlahnya lebih sedikit dimasukkan terlebih dahulu
5) Obat volume kecil dimasukkan terlebih dahulu. (Anonim, 2007)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencampuran serbuk :


1) Extractum siccum (ekstrak kering), pengerjaannya seperti membuat serbuk
dengan zat padat halus, contohnya opri extractum, strichni extractum.
2) Extractum spissum (ekstrak kental), dikerjakan dalam lumping panas + etanol
70% untuk mengencerkan ekstrak kemdian ditambah zat tambahan. Contoh:
Belladone extractum, Hyoscyami extractum, Ectract cannabis, indicae, extract
valeriane.
3) Extractum liquidium (ekstrak cair), dikerjakan seperti mengerjakan serbuk
dengan tincture. Contoh : Rhamni purshianae. (Anonim, 2007)

2) Kapsul
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul keras atau lunak.
Cangkang kapsul dibuat dari Gelatin dengan atau tanpa zat bahan lain. Cangkang
dapat pula dibuat dari Metilselulosa atau bahan lain yang cocok.
a. Capsul Gelatinosae
Operculatae (Kapsul Keras)
Kapsul keras terdiri dari wadah dan tutup. Cangkang kapsul keras dibuat
dari campuran gelatin, gula dan air dan merupakan cangkang kapsul yang
bening tak berwarna dan tak berasa. Kapsul harus disimpan pada tempat
yang tidak lembab dan sebaliknya disimpan di wadah yang diberi zat
pengering. Kapsul dapat diberi warna macam macam agar menarik dan
dapat dibedakan dengan kapsul yang mengandung obat yang lain. Ukuran
kapsul keras menurut besarnya dapat diberi nomor urut dari besar ke yang
kecil sebagai berikut: no. 000; 00; 0; 1; 2; 3.
b. Soft capsule (Kapsul
Lunak)
Merupakan kapsul yang tertutup dan berisi obat yang pembuatan dan
pengisian obatnya dilakukan dengan alat khusus. Cangkang kapsul lunak
dibuat dari gelatin ditambah gliserin atau alkohol polihidris seperti

19
Sorbitol untuk melunakan gelatin. Kapsul lunak diperlukan untuk wadah
obat cair atau cairan obat seperti minyak levertan. Kapsul lunak dapat
pula diberi warna macam – macam. Kapsul cangkang lunak tidak dipakai
di apotik, tetapi diproduksi secara besar – besaran didalam pabrik dan
biasanya diisi dengan cairan. Kapsul lunak yang bekerjanya long acting
umumnya berisi granula dan disebut Spansule.
Faktor-Faktor yang Merusak Cangkang Kapsul
Cangkang kapsul dapat rusak jika kapsul tersebut :
1) Mengandung zat-zat yang mudah mencair ( higroskopis)
Zat ini tidak hanya menghisap lembab udara tetapi juga akan menyerap air
dari kapsulnya sendiri hingga menjadi rapuh dan mudah pecah. Penambahan
lactosa atau amylum (bahan inert netral) akan menghambat proses ini.
Contohnya kapsul yang mengandung KI, NaI, NaNO2 dan sebagainya.
2) Mengandung campuran eutecticum
Zat yang dicampur akan memiliki titik lebur lebih rendah daripada titik lebur
semula, sehingga menyebabkan kapsul rusak/lembek. Contohnya kapsul yang
mengandung Asetosal dengan Hexamin atau Camphor dengan menthol. Hal
ini dapat dihambat dengan mencampur masing-masing dengan bahan inert
baru keduanya dicampur.
3) Mengandung minyak menguap, kreosot dan alkohol.
4) Penyimpanan yang salah
Di tempat lembab, cangkang menjadi lunak dan lengket serta sukar dibuka
karena kapsul tersebut menghisap air dari udara yang lembab tersebut. Di
tempat terlalu kering, kapsul akan kehilangan air sehingga menjadi rapuh dan
mudah pecah.
Mengingat sifat kapsul tersebut maka sebaiknya kapsul disimpan :
 Dalam ruang yang tidak terlalu lembab atau dingin kering
 Dalam botol gelas tertutup rapat dan diberi silika (pengering)
 Dalam wadah plastik yang diberi pengering
 Dalam blitser / strip alufoil
3) Krim
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak
kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada dua
yaitu krim tipe air minyak (A/M) dan krim minyak air (M/A). untuk membuat

20
krim digunakan zat pengemulsi. Umumnya berupa surfaktan-surfaktan
anionik, kationik, dan nonionik (Anief, 2000). Istilah ini secara tradisional
telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi
relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam
air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri
dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam lemak
atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan
lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat
digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal.
Jenis-Jenis Krim Menurut Wasitaatmadja (1997) yaitu sebagai berikut:
1) Krim pendingin (cold cream)
Pelembab yang karena kandungan airnya menguap secara lambat
menimbulkan rasa dingin pada kulit. Biasanya bentuk sediaannya air
dalam minyak namun tidak terlalu lunak dan tidak terlalu lengket, berisi
bees-wax, mineral oil, paraffin, dan spermaceti.
2) Krim vitamin (vitamin cream)
Mengandung vitamin B compleks, asam pantotenat, vitamin E, vitamin A,
C, D. Kegunaan vitamin secara topikal pada kulit ini diragukan
manfaatnya karena permeabilitas kulit yang rendah dan jauh kurang efisien
dibanding bila diberikan per oral.
3) Krim urut (massage cream)
Ditujukan untuk memperbaiki kulit yang rusak dan meninggalkan minyak
dipermukaan kulit dalam waktu yang agak lama, biasanya berbentuk krim
A/M.
4) Krim tangan atau badan (hand and body cream)
Dipakai untuk melembutkan dan menghaluskan kulit ditempat tersebut
dengan menggunakan emolien, humektan, dan barrier kulit. Pelembab
biasanya lebih cair, dapat ditambah tabir surya, aloe vera.
4) Salep/ unguentum
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar
salep yang cocok (Dirjen POM, 1995). Salep (unguenta) adalah sediaan setengah
padat mengandung bahan obat yang mudah dioleskan dan ditujukan untuk pemakaian

21
luar pada kulit atau selaput lendir. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen
dalam dasar (basis) salep yang sesuai.
SYARAT-SYARAT SALEP
Terdapat beberapa persyaratan sifat-sifat tertentu yang harus dipenuhi oleh sediaan
salep diantaranya :
a. Stabil secara fisika maupun kimia
b. Halus
c. Mudah digunakan dan meleleh atau melunak pada suhu tubuh
d. Dasar (basis) salep yang digunakan tidak bersifat iritatif dan tidak
memiliki efek terapetik
e. Bahan obat yang terkandung di dalamnya dapat terdistribusi merata
PENGGOLONGAN SALEP
Salep digolongkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan :
a. Efek terapetik yang dihasilkan
b. Komposisi bahan yang digunakan untuk membuat salep
Penggolongan Salep Berdasarkan Efek Terapetik yang Dihasilkan (Sco)
a. Salep epidermik : daya serapnya hanya terbatas pada permukaan kulit dan
memberikan efek lokal saja dimana salep jenis ini tidak diabsorpsi dan hanya
berfungsi sebagai pelindung, antiseptik, astringent, mencegah iritasi
(counterirritans) dan aniparasit. Salep jenis ini menggunakan basis vaselin
b. Salep endodermik : dapat melakukan penetrasi ke dalam kulit dimana sebagian
obat dapat diabsopsi dan salep jenis ini berfungsi sebagai pelembab
(emollient), stimulant dan local irritans. Dasar salep yang digunakan terdiri
dari lanolin, adeps lanae atau minyak tumbuh-tumbuhan
c. Salep diadermik : salep jenis ini dapat menembus kulit dan memberikan efek
absorpsi sistemik dimana basis yang digunakan adalah basis yang larut dalam
air atau basis yang mempunyai tipe emulsi
Berdasarkan komposisinya, dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut (Scoville,
Ansel, FI IV)
a. Dasar salep hidrokarbon
b. Dasar salep absorpsi
c. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
d. Dasar salep yang larut dalam air

22
a. Dasar Salep Hidrokarbon
Dasar salep hidrokarbon (dasar bersifat lemak) dapat bercampur dengan preparat
yang berair dalam jumlah yang terbatas. Dasar salep ini pada umumnya digunakan
sebagai pelembab (emollient). Hal ini disebabkan karena dasar salep ini dapat
bertahan lama pada kulit dan tidak memungkinkan menguapnya air dari kulit ke udara
serta sukar dicuci. Beberapa basis salep yang termasuk dalam golongan ini antara
lain :
Petrolatum
Petrolatum (petrolatum kuning/petrolatum jelly) USP adalah campuran dari
hidrokarbon setengah padat diperoleh dari minyak bumi. Petrolatum ini memiliki
warna yang bervariasi dari kekuning-kuningan sampai kuning gading yang muda.
Melebur pada temperatur 380C dan 600C. Dapat digunakan dalam bentuk tunggal
maupun campuran dengan zat lain sebagai dasar salep. Dalam perdagangan dikenal
sebagai vaselin.
Petrolatum Putih
Petrolatum putih USP adalah petrolatum yang dihilangkan warnanya. Hanya
berbeda dalam hal warna dengan petrolatum tetapi digunakan untuk tujuan yang
sama. Dalam perdagangan dikenal sebagai vaselin putih.
Sifat dari kedua vaselin di atas antara lain :
a. Tidak mengandung air
b. Tidak dapat menyerap air dengan segera
c. Tidak larut di dalam air
d. Tidak tercucikan dengan air
Vaselin merupakan basis yang paling umum digunakan untuk membuat
sediaan salep dimana hal ini didasari oleh beberapa keuntungan dari vaselin dimana
basis ini memiliki stabilitas yang tinggi, tidak cepat tengik dan jarang menimbulkan
sensitivitas pada kulit. Disamping memiliki beberapa keuntungan, vaselin juga
memiliki kelemahan diantaranya adalah tidak dapat dikombinasikan dengan larutan
berair, lengket dan sangat sulit dihilangkan dari kulit.
Salep Kuning
Salep kuning (yellow ointment) USP mengandung 5 g lilin kuning dan 95 g
vaselin. Lilin kuning adalah lilin yang dimurnikan dari sarang tawon (Apis mellifera)
Salep Putih

23
Salep putih (white ointment) USP mengandung 5% lilin putih (lilin lebah murni
yang diputihkan) dan 95% vaselin putih.
Parafin
Parafin merupakan campuran hidrokarbon padat yang dimurnikan diperoleh dari
minyak bumi. Tidak berwarna atau putih, merupakan massa yang tembus cahaya yang
dapat digunakan untuk menambah kekerasan dasar salep setengah padat yang
berlemak.
Minyak Mineral
Minyak mineral (vaselin cair) adalah campuran hidrokarbon cair yang diperoleh
dari minyak bumi. Dasar salep ini bermamfaat untuk melarutkan bahan yang tidak
larut pada preparat salep dengan dasar (basis) salep yang berlemak.
5) Emulsi
Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamika yang
mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur, satu
diantaranya didispersikan sebagai globul dalam fase cair lain. Sistem ini
dibuat stabil dengan bantuan suatu zat pengemulsi atau emulgator (Martin,
1993). Pada emulsi farmasetik, fasa yang digunakan biasanya air dan fasa
yang lainnya adalah minyak, lemak, atau zat-zat seperti lilin (Lund, 1994).
Sistem emulsi minyak dalam air (M/A) adalah sistem dengan fasa
terdispersinya (fasa diskontinyu) adalah minyak dan fasa pendispersinya (fasa
kontinyu) adalah air. Sebaliknya, emulsi air dalam minyak (A/M) adalah
emulsi dengan air sebagai fasa terdispersi dan minyak sebagai fasa
pendispersinya. Selaindua tipe emulsi yang telah disebutkan sebelumnya, ada
suatu sistem emulsi yang lebih kompleks yang dikenal dengan emulsi ganda
misalnya pada emulsi M/A, di dalam globul minyak yang terdispersi dalam
fase air terdapat globul air sehingga membentuk emulsi A/M/A. Sebaliknya,
apabila terdapat globul minyak di dalam air pada emulsi A/M akan
membentuk emulsi M/A/M. Pembuatan emulsi ganda ini dapat dilakukan
dengan tujuan untuk memperpanjang kerja obat, untuk makanan, dan untuk
kosmetik.
6) Suspensi
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat dalam bentuk halus
yang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan. Zat yang terdispersi harus
halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan endapan

24
haris segera terdispersi kembali. Suspensi umumnya mengandung zat
tambahan untuk menjamin stabilitasnya, sebagai stabilisator dapat
dipergunakan bahan-bahan disebut sebagai emulgator.

Beberapa faktor penting dalam formulasi sediaan obat bentuk suspensi adalah :
 Derajat kehalusan partikel yang terdispersi
 Tidak tebentuk garam kompleks yang tidak dapat diabsorbsi dari
saluran pencernaan.
 Tidak terbentuk kristal/hablur, Derajat viskositas cairan.
7) Sirup
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan
atau
tanpa bahan penambahan bahan pewangi, dan zat obat. Sirup merupakan alat
yang menyenangkan untuk pemberian suatu bentuk cairan dari suatu obat
yang rasanya tidak enak, sirup-sirup efektif dalam pemberian obat untuk
anak-anak, karena rasanya yang enak biasanya menghilangkan keengganan
pada anak-anak untuk meminum obat (Ansel, 1989).
Beberapa sirup bukan obat yang sebelumnya resmi dimaksudkan sebagai
pembawa yang memberikan rasa enak pada zat obat yang ditambahkan
kemudian, baik dalam peracikan resep secara mendadak atau dalam
pembuatan formula standar untuk sirup obat, yaitu sirup yang mengandung
bahan terapeutik atau bahan obat. Sirup obat dalam perdagangan dibuat dari
bahan-bahan awal yaitu dengan mengga bungkan masing-masing komponen
tunggal dari sirup seperti sukrosa, air murni, bahan pemberi rasa, bahan
pewarna, bahan terapeutik dan bahan-bahan lain yang diperlukan dan
diinginkan.
Ada tiga macam sirup yaitu :
1) Sirup simpleks mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25%
b/v.
2) Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa
zat tambahan dan digunakan untuk pengobatan.
3) Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat
pewangi atau penyedap lain. Tujuan pengembangan sirup ini adalah

25
untuk menutupi rasa tidak enak dan bau obat yang tidak enak (Anief,
1994)
Sirup paling sering dibuat dengan salah satu cara dari keempat cara
umum,tergantung pada sifat fisika dan kimia bahan-bahan. Dinyatakan secara
luas, cara- cara ini adalah :
1) Larutan dari bahan-bahan dengan bantuan panas.
2) Larutan dari bahan-bahan dengan pengadukan tanpa penggunaan panas
3) Penambahan sukrosa pada cairan obat yang dibuat atau pada cairan yang
diberi rasa.
4) Dengan perkolasi dari sumber-sumber bahan obat atau sukrosa

26
PRAKTIKUM I
SEDIAAN SOLIDA
(PULVIS DAN PULVERES)

Tujuan instruksional umum : setelah selesai membahas dan mendiskusikan


pokok bahasan ini, mahasiswa semester II Program Studi Farmasi Klinis IIK
Medika Persada Bali dapat menerapkan cara pembuatan sediaan serbuk sesuai
dengan standar pelayanan profesi Farmasi (C3).

Tujuan instruksional khusus:


1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian serta tujuan pembuatan sediaan
serbuk (C2).
2. Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik sediaan serbuk yang baik (C2).
3. Mahasiswa dapat menjelaskan berbagai macam sedian serbuk dan cara
pembuatannya (C2).
4. Mahasiswa dapat menerapkan cara pembuatan sediaan serbuk sesuai dengan
standar pelayanan profesi Farmasi (C3).

I. RESEP PULVIS ADSPERSORIUS DAN PULVERES


dr. Farma Tika dr. Indra Prameswara
SIK No. 004/DU/2017 SIK No. 004/DU/2017
Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Jl. Plawa No 12
Telp. 0361-877778 Telp. 0361-352163
No. 1 Denpasar, No. 2 Denpasar,

R/ Acid Salisili 2
R/ Klorfeniramin maleat 4 mg Bals Peruv 2
Parasetamol 550 mg Adeps Lanae 4
SL qs Magnesii Oxydi 10
Zinci Oxydi 10
m.f.pulv.l.a.dtd.no.X Talcum ad 100
S.t.dd. Pulv I
S. Bedak Purol

Pro : mirah
Umur : 12 tahun
Pro : dayu Alamat : Denpasar
Umur : 5 tahun
Alamat : denpasar

27
II. SEDIAAN PULVERES
dr. Farma Tika
SIK No. 004/DU/2017
Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10
Telp. 0361-877778
No. 3 Denpasar ,

R/ Aminopilin 200 mg
CTM 3 mg
Belladone Extract 10 mg
Lactosum Qs

Mf. Pulv. Dtd. No X


S.b.dd. Pulv I

Pro :
Umur :
Alamat :

28
PRAKTIKUM II
SEDIAAN SOLIDA
(KAPSUL)

Tujuan instruksional umum : setelah selesai membahas dan mendiskusikan pokok


bahasan ini, mahasiswa semester II Program Studi Farmasi Klinik IIK Medika
Persada Bali dapat menerapkan cara pembuatan sediaan kapsul dan pulveres
(narkotik) sesuai dengan standar pelayanan profesi Farmasi (C3).

Tujuan instruksional khusus:


1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian, persyaratan serta tujuan
pemberian sediaan kapsul (C2).
2. Mahasiswa dapat menjelaskan berbagai macam sedian kapsul (C2).
3. Mahasiswa dapat menjelaskan cara pembuatan sediaan kapsul yang baik
(C2).
4. Mahasiswa dapat menerapkan cara pembuatan sediaan kapsul sesuai
dengan standar pelayanan profesi Farmasi (C3).

I. Resep Kapsul
dr. Farma Tika dr. Indra Prameswara
SIK No. 004/DU/2017 SIK No. 004/DU/2017
Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Jl. Plawa No 12
Telp. 0361-877778 Telp. 0361-352163
No. 4 Denpasar, No. 5 Denpasar,

R/ Lc. Neurobion I
Phenitoin 100 mg
R/ CTM 1 mg
Acethaminophen Luminal 50 mg

m.f. da in Caps 1/3 m.f.l.a. caps. dtd No. XV


s.q.d.d caps I
S. P.rn. Caps I

Pro :
Pro :
Umur :
Umur :
Alamat :
Alamat :

29
PRAKTIKUM III
SEDIAAN SEMI SOLID
(UNGUENTUM DAN KRIM)

Tujuan Instruksional Umum :


Setelah selesai membahas dan mendiskusikan pokok bahasan ini, mahasiswa semester II Jurusan
Farmasi klinis universitas bali internasional dapat menerapkan cara pembuatan sediaan semisolid :
unguenta dan krim sesuai dengan standar pelayanan profesi Farmasi

Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa dapat menerapkan cara pembuatan unguenta dan krim yang baik dan benar
sesuai dengan persyaratan dalam Farmakope Indonesia.
2. Mahasiswa dapat menerapkan cara pembuatan suppositoria yang baik dan benar sesuai
dengan persyaratan dalam Farmakope Indonesia.

I. Sediaan Unguentum
dr. Farma Tika APOTEK SUMBER MEDIKA
SIK No. 004/DU/2017 JLN SUDIRMAN NO. 5 DENPASAR
Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10 TLP. 3354466
Telp. 0361-877778
No. 6 Denpasar, No. 7 Denpasar,

R/ Cera Flavi 30 R/ Kalii Iodida 3


Oleum Sesami 70 Lanolin 16
ZnO 1 Ungut. Simplex ad 30
m.d.s.us.ext
did

m.f. cream. 2%
s. bdd . u.e  
m.f. ungt.

s. bdd adhib.(dioles tipis)


pcc  
Pro :
Umur :
Alamat :

Pro :
Umur :
Alamat :

30
Rumah Sakit Duta Medika
Jl. Kamboja No.11 Denpasar
Telepon : 2363450

No. 8 Denpasar,

R/ Vaseline flavum 80

Adeps lanae 10
Ictyol 10
did

m.f. ungt.
s.u.e

5%
 

Pro :
Umur :
Alamat :

31
PRAKTIKUM IV
SEDIAAN SEMI SOLID
(LOTION, LINIMENT, DAN LIQUID)

APOTEK WARAS APOTEK SUMBER MEDIKA


Jln Sutoyo 55 denpasar JLN SUDIRMAN NO. 5
DENPASAR
TLP. 3354466
No.9 Denpasar, No. 10 Denpasar,

R/ Calamin 15 R/ Menthol 1
Zinc Oxyd 5 Champora 1
Fenol 0,5 Oleum Sesame 79
Gliserin 5 Methyl salycilas 10
Na. Sitrat 500 mg
Aqua Rosa ad 100
m.f. lin
S. Liniment Amoniae
m.f.l.a. lotio
S.U.E did

Pro :
Umur : Pro :
Alamat : Umur :
Alamat :

32
PRAKTIKUM V
SEDIAN LIQUIDA
(SOLUTIO, SIRUP, SATU RASI)

Tujuan Instruksional Umum :


Setelah selesai membahas dan mendiskusikan pokok bahasan ini, mahasiswa semester II Jurusan
Farmasi universitas bali internasional dapat menerapkan cara pembuatan sediaan liquid (cair)
sesuai dengan standar pelayanan profesi Farmasi

Tujuan Instruksional Khusus


3. Mahasiswa dapat menerapkan cara pembuatan liquid yang baik dan benar sesuai
dengan persyaratan dalam Farmakope Indonesia.
4. Mahasiswa dapat menerapkan cara pembuatan suppositoria yang baik dan benar sesuai
dengan persyaratan dalam Farmakope Indonesia.

APOTEK TAMBA URIP APOTEK ASRI


JLN GATSU BARAT 78 DENPASAR JLN SUDIRMAN NO. 456
0361- 345657 TELP. 812354
No.11 Denpasar, No.12 Denpasar,

R/ Oleum Anisi 3 R/ CTM mg. 400


Ammonii Chlorid 3 Gliserin mL. 25
Succus Liquiritae 5
Aqua dest 139 Sirupus simpleks. mL. 83
Alkohol. mL. 60
m.f. l.a. Sol. Larutan sorbitol mL. 282
s.t.d.d. C.I
did Sodium benzoat 1
Pewarna q.s
Aqua ad mL. 1000
did
M.f.syr.
S.1.d.d.C

Pro : Pro :

33
Umur : Umur :
Alamat : Alamat :

PRAKTIKUM VI
SEDIAN LIQUIDA
(ELIXIR, EMULSI DAN SUSPENSI)

Tujuan Instruksional Umum :


Setelah selesai membahas dan mendiskusikan pokok bahasan ini, mahasiswa semester II Jurusan
Farmasi klinis universitas bali internasional dapat menerapkan cara pembuatan sediaan liquid (cair)
sesuai dengan standar pelayanan profesi Farmasi

Tujuan Instruksional Khusus


5. Mahasiswa dapat menerapkan cara pembuatan liquid yang baik dan benar sesuai
dengan persyaratan dalam Farmakope Indonesia.
6. Mahasiswa dapat menerapkan cara pembuatan suppositoria yang baik dan benar sesuai
dengan persyaratan dalam Farmakope Indonesia.

dr. Farma Tika dr. DWI ANDIKA


SIK No. 004/DU/2017 SIK No. 789/DU/2017
Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Jl. SUDIRMAN 345, DENPASAR
Telp. 0361-877778 Telp. 0361-877778
No. 14 Denpasar, No. 15 Denpasar,

R/ Oleum Iecoris Acelli 50 R/ sulfur praecipitatum 5


Gummi Arabici 15 PGA 4
Glycerol 5 Gliserin qs
Aquae 37,5 Aqua ad 100 ml

Oleum Cinnamomi gtt. III


Did m.f.suspensi
SUE
m.f. emulsi
s.t.d.d Cth. I
Pro :
Umur :
Pro : Alamat :
Umur :
Alamat :

34
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 2007, Farmasetika, Cetakan IV, 194-210, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibrahim,
F., Edisi IV, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Ansel, H.C., 2005,Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, diterjemahkan oleh
Ibrahim, F, Jakarta, Universitas Indonesia Press.
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (1977). Materia Medika Indonesia, Jilid 1. Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.

35

Anda mungkin juga menyukai