Anda di halaman 1dari 51

PETUNJUK PRAKTIKUM

FARMASETIKA

DISUSUN OLEH :

apt. Endang Istriningsih, M.Clin., Pharm.


apt. Osie Listina, M.Sc.

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI FARMASI S1
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmatNya maka buku Petunjuk Praktikum Farmasetika ini dapat terselesaikan
penyusunannya oleh dosen pengampu di Prodi Farmasi S-1 Universitas Bhamada Slawi.
Buku Petunjuk Praktikum ini dipersiapkan dalam rangka membantu
pengadaan sarana pendidikan terutama dalam Praktikum Farmasetika . Dalam Praktikum
Farmasetika ini, mahasiswa diharapkan mampu menyelesaikan resep-resep sederhana
serta memecahkan/menyelesaikan masalah yang menyangkut cara pembuatan sediaan.
Cara penyelesaian suatu resep tidak bersifat kaku, tetapi penyelesaian resep dianggap
sebagai suatu seni (lege artis). Jadi dapat saja terjadi perbedaan antara yang satu dengan
yang lainnya. Buku petunjuk ini hanya memuat hal-hal yang pokok dan praktis dalam
mengerjakan suatu resep, sehingga mahasiswa diharapkan agar membekali dengan
teori-teori yang mendasari dari berbagai literatur yang ada.
Selanjutnya penyusun membuka diri atas saran dan kritik demi perbaikan dan
penyempurnaan buku petunjuk praktikum ini. Semoga buku petunjuk ini dapat bermanfaat
menuntun para praktikan sebelum melakukan praktikum Farmasetika.

Slawi , Desember 2022

Penyusun

DAFTAR ISI
2
Identitas mahasiswa
1
Kata pengantar
2
Daftar isi
3
Peraturan, pedoman penilaian & tata tertib praktikum
3
Cara pembuatan jurnal praktikum
4
Cara kerja dalam praktikum farmasetika
4
Perlengkapan praktikan
3
Materi praktikum
4

PERATURAN, PEDOMAN PENILAIAN & TATA TERTIB PRAKTIKUM

3
I. PERATURAN UMUM
1. Satu paket materi praktikum mempunyai bobot 1 SKS. Praktikum mempunyai
alokasi waktu sebagai berikut:
− 15 menit persiapan.
− 135 menit melakukan peracikan 3 resep.
− 30 menit diskusi hasil dan pengembalian peralatan praktikum.
2. Praktikan adalah mahasiswa farmasi yang:
a. Telah/sedang mengikuti mata kuliah Farmasetika dan telah/sedang mengikuti
mata kuliah Pengantar Ilmu Farmasi.
b. Mengisi Kartu Rencana Studi (KRS).
c. Mendaftarkan diri di Laboratorium Farmasetika.
3. Praktikan yang berhalangan mengikuti praktikum diwajibkan memberi keterangan
tertulis atau Surat Keterangan Dokter jika sakit.
4. Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum satu kali dengan alasan apapun,
tidak diperkenankan mengikuti ujian praktikum (kehadiran harus 100 %).

II. PEDOMAN PENILAIAN


1. Penilaian meliputi:
a. Jurnal dan diskusi hasil
b. Cara kerja yang meliputi:
− ketepatan dan ketrampilan cara menimbang/mengukur bahan obat ketepatan
pengambilan bahan.
− ketepatan dan ketrampilan meracik dan membentuk sediaan.
− kebersihan.
− kerjasama kelompok.
c. Hasil akhir yang meliputi:
− Tingkat penyelesaian pekerjaan (terselesaikan semua/tidak, resep Cito dan
sejenisnya terselesaikan tidak).
− Hasil akhir sediaan.
− Penandaan dan etiket.
2. Nilai tertinggi 100 (tanpa ada kesalahan), nilai terendah nol.
3. Nilai ujian praktik adalah nilai rata - rata dari 2 resep, termasuk yang tidak diberi nilai
karena belum dikerjakan.

III. TATA TERTIB

4
1. Praktikan harus sudah hadir di Laboratorium 10 menit sebelum praktikum dimulai,
untuk mempersiapkan perlengkapan praktikum yang diperlukan.
2. Praktikum yang terlambat 15 menit sesudah praktikum dimulai tidak diperkenankan
mengikuti praktikum, kecuali ada alasan yang dapat diterima. Jika dalam kondisi
tertentu, praktikan diperbolehkan mengikuti praktikum dengan konsekuensi
pengurangan nilai.
3. Sebelum praktikum dimulai, praktikan harus mempersiapkan perlengkapan praktikum
seperti jas laboratorium, penara, sudip, wadah sediaan, etiket, label, buku jurnal dan
2 buah lap (serbet).
4. Sebelum praktikum dimulai praktikan terlebih dahulu memiliki jurnal praktikum, jurnal
praktikum berupa jurnal berukuran folio.
5. Timbangan harus dalam keadaan seimbang, alat-alat harus bersih, sebelum kerja
dimulai.
6. Selama praktikum berlangsung, praktikan harus bekerja dengan teliti, cermat, bersih
dan rapi serta sistematis. Praktikan tidak diperkenankan bercakap – cakap dengan
sesama praktikan.
7. Pada waktu menimbang bahan hanya diperkenankan mengambil satu botol bahan
obat dan dikembalikan ketempat semula
8. Bahan yang telah ditimbang di atas kertas timbangan atau wadah lain wajib segera
dikerjakan. Di atas meja tidak diperkenankan menyimpan lebih dari dua macam
bahan hasil penimbangan yang belum dikerjakan.
9. Setiap praktikan harus menyelesaikan resep-resep yang telah ditentukan waktunya
(135 menit untuk minimal dua resep).
10. Apabila ada tulisan seperti CITO, PIM, STATIM, URGENT pada resep atau
mengandung suatu antidotum, maka harus dikerjakan terlebih dahulu, dari resep
lainnya.
11. Apabila praktikum telah selesai, praktikan harus mengikuti sesi tanya jawab dengan
pengawas atau asisten praktik.
12. Praktikan tidak boleh saling meminjam alat apalagi alat dibawa keluar laboratorium.
13. Setiap praktikan harus bertanggung jawab terhadap semua peralatan, bila ada yang
hilang atau pecah, harus lapor kepada pengawas praktikum.
14. Sebelum meninggalkan laboratorium, praktikan harus memeriksa kembali, baik
perlengkapan laboratorium (dalam keadaan bersih, rapi ) maupun dalam keadaan
aman (tangas air, listrik, kran air harus sudah dimatikan kembali).

IV. PERATURAN UJIAN PRAKTIKUM


Praktikan berhak mengikuti ujian praktikum apabila telah:
5
1. Menyelesaikan sekurang-kurangnya 80% (16 sediaan) dari jumlah sediaan yang
diprogram.
2. Apabila dari sekurang – kurangnya 80% (16 sediaan) tersebut ada sediaan yang
tidak berhasil dikerjakan (gagal), praktikan wajib mengulang sediaan tersebut
(dikerjakan pada minggu review).
3. Mengganti alat praktikum yang hilang atau pecah.

V. PENUTUP
Hal-hal yang belum diatur dan ditetapkan dalam peraturan ini akan diatur tersendiri
kemudian.

6
CARA MEMBUAT JURNAL PRAKTIKUM

Dalam membuat jumal hendaknya diperhatikan hal-hal berikut ini:


A. DASAR TEORI MENGENAI SEDIAAN YANG AKAN DIBUAT,
Teori tentang bentuk sediaan yang akan dibuat, masalah-masalah yang
sering terjadi ketika membuat bentuk sediaan, serta hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam membuat bentuk sediaan. Seluruh teori yang ditulis dicantumkan
sumber/referensi.

B. PEMERIAN BAHAN,
Berisi tentang bahan-bahan yang menyusun resep, manfaat, sifat, dosis
lazim, dosis maksimum.
a. Takaran maksimum yang tercantum didalam Farmakope Indonesia III
berlaku untuk orang dewasa dan tidak boleh dilampaui (>100%) kecuali
jika dibelakang jumlah obat dibubuhi tanda seru dan atau tanda tangan dokter,
bila ada obat yang bekerja searah (sinergis) dalam resep tersebut, maka
dihitung menurut dosis maksimum berganda (dosis maksimum kombinasi). (Lihat
tabel zat-zat yang mempunyai efek sinergis/bekerja searah dan dihitung
berdasarkan dosis berganda pada buku receptir karangan Van Duin).
b. Takaran maksimum untuk anak-anak digunakan perhitungan berdasarkan
takaran maksimum dosis orang dewasa:
● Berdasarkan umur untuk anak usia 1 sd 8 tahun berlaku rumus Young, yaitu:

Dosis anak = x Dosis dewasa

● Untuk anak usia 8 tahun ke atas berlaku rumus Dilling, yaitu:

Dosis anak = x Dosis dewasa

C. CARA KERJA
Di dalam tahap peracikan harus ditulis secara berurutan tahap peracikan
sediaan, meliputi:
a. Cara mencampur
b. Cara penimbangan bahan tertentu, misalnya menggunakan gelas arloji setangkup,
diambil dengan sendok porselen atau sendok stainles steell dan sebagainya.
c. Jumlah/bobot bahan obat yang ditimbang.

7
d. Penimbangan harus berurutan dan logis.
Misalnya: pulvis by intervention pada kamfer untuk serbuk tabur.
Tahap peracikannya adalah:
1. Timbang talk.
2. Timbang kamfer.
3. Kamfer dilarutkan dalam alkohol 95% ad tepat larut kemudian ditambah talk ad
kering.
4. Cara kerja dibuat secara sistematis menggunakan bagan sehingga mudah
dipahami sesuai dengan urutan yang benar.

D. RESEP STANDAR
Jika di dalam resep dokter atau salinan resep terdapat formula baku, tuliskan
komposisi formula baku tersebut dengan lengkap, disertai sumber pustaka berikut
halamannya.

E. NARKOTIKA
Apabila dalam resep ada obat golongan narkotika, tuliskan nama obat tersebut.
Misalnya: Codein, Doveri, Tinctura Opii. Diberi penanda garis bawah dengan tinta warna
merah.

F. KELENGKAP AN RESEP (KR)/LEGALITAS RESEP


Periksalah, apakah resep yang akan dikerjakan sudah lengkap dan benar, meliputi:
1. Nama dokter, alamat dokter, nomor Surat Ijin Praktik.
2. Tempat dan tanggal resep ditulis.
3. Nama obat dan banyaknya obat yang diminta.
4. Signatura/aturan pakai.
5. Paraf dokter.
6. Nama pasien. ,
7. Umur pasien atau berat badan pasien, apabila dalam resep tersebut terdapat
bahan obat yang mempunyai takaran maksimum.
8. Alamat pasien, apabil dalam resep terdapat bahan obat golongan narkotika.
9. Tanda seru atau tanda tangan dokter takaran obat lebih dari takaran maksimum
(> 100%).
Untuk salinan resep asli/apograph, periksalah kelengkapannya yang meliputi:
1. Nama apotek dan alamat apotek.
2. Nama Apoteker, SIK dan SIA.
3. Nama dokter yang menulis resep dan tanggal penulisan resep.
8
4. Tanggal pembuatan resep.
5. Nama pasien, umur atau berat badan, bila perlu alamat pasien.
6. Nama obat dan banyaknya obat yang diminta.
7. Signatura.
8. Det/detur (sudah diserahkan), did (sudah diserahkan sebagian/setengah atau
n.det/nedet (belum diserahkan).
9. Tempat dan tanggal penulisan apograph.
10. Paraf apoteker.
11. Cap/stempel apotek.

G. PERMASALAHAN PERACIKAN
Tuliskan secara singkat dan jelas apabila dalam resep terdapat permasalahan
seperti obat-obat yang tak tersatukan secara fisika atau kimia.
Misalnya:
1. ZnO mudah bereaksi dengan C02 dengan media lembab udara membentuk
ZnCO3 yang menggumpal.
2. NaBr, KBr dan NH4Br bersifat higroskopis, apabila dicampur akan
menurunkan tekanan uap relatif sehingga campuran menjadi lembab.
3. Asetosal merupakan senyawa ester yang mudah terhidrolisis oleh pengaruh
lembab udara, apabila digerus kuat akan terurai membentuk asam salisilat dan
asam asetat (bau cuka).

H. PENYELESAIAN PERMASALAHAN
Tuliskan dengan singkat dan jelas cara penyelesaian permasalahan peracikan
tersebut, bila perlu lengkap dengan jumlah penimbangannya. Misainya:
1. ZnO sebelum ditimbang diayak dahulu dengan ayakan No.40
2. Masing-masing bahan sebelum dicampur disekat dahulu dengan bahan inert
(misal: Saccharum Lactis)
3. Asetosal digerus pelan sampai kilap hilang.

I. ETIKET
Ukuran disesuaikan dengan wadah
Untuk obat luar: wama biru untuk obat dalam: warna putih dalam etiket ditulis:
● Nama apoteker.
● Tempat dan tanggal pembuatan sediaan.
● Nama pasien.
● Cara pemakaian, ditulis dengan huruf dan tidak boleh disingkat.
9
● Untuk obat luar, di bagian bawah ditulis OBAT LUAR.
● Paraf pembuat/ peracik obat pada sudut kanan bawah etiket.

J. LABEL
Dalam hal-hal tertentu pada sediaan perlu disertakan label KOCOK DAHULU atau
label N.I. (Ne Iteratur = Pembelian obat ini tidak dapat diulang kecuali dengan resep
baru).
Penempelan label: jika ruangan cukup, label KOCOK DAHULU dan N.I. ditempelkan
di bagian depan botol di bawah etiket. Jika ruangan tidak cukup, label KOCOK
DAHULU di bawah etiket, label N.I. disebaliknya (bagian belakang botol). Label N.I.
perlu dicantumkan pada sediaan:
a. Mengandung bahan obat golongan narkotika.
b. Mengandung bahan obat golongan keras, termasuk obat-obat yang
mempunyai takaran maksimum (TM).

K. PEMBAHASAN
Hal-hal yang perlu diperhatikan, pembahasan resep secara lengkap meliputi
seluruh aspek peresepan yang berlaku.

CARA KERJA DALAM PRAKTIKUM FARMASETIKA

A. SEBELUM PRAKTlKUM DIMULAI

10
1. Susunlah peralatan praktikum dengan susunansebagai berikut (alat yang dikeluarkan
disesuaikan dengan keperluan pembuatan sediaan).

Keterangan :
a. Kotak anak tirnbangan diletakkan di sebelah kiri timbangan, tetap
terbuka selama praktikum.
b. Letakkan seperangkat sendok, pengaduk, spatel, tersusun rapi di atas
kertas perkamen bersih, di sebelah kanan dari letak timbangan.
c. Alat-alat gelas yang diperlukan diletakkan di depan susunan sendok.
2. Bacalah resep yang akan dikerjakan dengan cermat dan teliti.
● Apakah kelengkapan resep sudah memenuhi syarat, sesuai dengan peraturan
yang berlaku?
● Adakah tulisan cito, p.i.m, statim, urgent atau mengandung antidotum (penawar
racun) yang harus dikerjakan lebih dahulu?
● Adakah obat narkotika dan alamat pasien?
● Resep yang mengandung obat keras lainnya, bila pada signa tertulis: p.r.n atau
s.o.s harus ditanyakan maksimum sehari berapa kali.

B. SAAT PRAKTIKUM
1. Pengambilan bahan
● Bahan diambil dari rak (bukan dari praktikan lain), pastikan bahwa zat yang
diambil benar, dengan membaca etiket pada botolnya.
● Pada saat mengambil atau menuang bahan, etiket menghadap telapak tangan.
● Gunakan sendok bersih untuk mengambil bahan dari botolnya,
untuk menghindari kontaminasi.
● Segera setelah digunakan, sendok dibersihkan dan diletakkan kembali pada
tempatnya.

11
● Bahan diletakkan kembali pada rak, di tempat semula, sambil diperiksa kembali
etiketnya. Hanya diperbolehkan paling banyak dua bahan hasil penimbangan
yang belum diproses, yang terdapat pada meja.
2. Penimbangan
● Setiap akan menimbang harus diperiksa terlebih dahulu, apakah timbangan
dalam keadaan setimbang dan dalam posisi horizontal.
● Setiap mengambil/memegang batu timbangan harus dengan pinset untuk
menghindari menempelnya lemak/kotoran dari tangan yang dapat memengaruhi
beratnya.
● Untuk bahan yang beratnya >50mg dan <1000mg ditimbang pada
timbangan miligram. Untuk bahan/zat yang beratnya >1g dan <1kg pada
timbangan gram.
● Sebelum menimbang di atas piring neraca dialasi dengan kertas perkamen
yang bersih. Penimbangan bahan obat yang beratnya <50mg harus dibuat
pengenceran dengan zat tambahan/pembawa yang cocok (lactosum, air dan
lain-lain).
● Anak timbangan tidak boleh dicampur dengan penara. Penara wajib diberi
wadah tersendiri.
● Macam penara yang dapat digunakan antara lain: kelereng keeil, beras,
gotri, aluminium (bekas wadah pasta gigi) yang mudah digunting.
● Untuk mencegah bahan-bahan obat dikotori oleh udara atau tertiup angin,
maka timbang bahan obat sebagian/jangan terlalu banyak dan langsung
dicampur. Menimbang bahan obat harus langsung dari botol persediaannya.
● Bila telah selesai digunakan, penjepit maupun anak timbangan segera
dikembalikan ke kotaknya.
● Batu timbangan diletakkan di piring timbangan sebelah kiri, sedangkan di
sebelah kanan untuk bahan yang akan ditimbang.

C. SAAT MENIMBANG ZAT


1. Gambar Timbangan

12
2. Cara Menimbang
1) Atur posisi timbangan sehingga horisontal dengan cara memutar sekrup
A. Posisi horisontal ditunjukkan oleh ujung-ujung bandul B yang letaknya
dalam satu garis (bertemu pada satu titik).
2) Letakkan kertas timbang pada masing-rnasing pinggan timbangan C.
3) Timbangan disetarakan dengan cara:
a. Naikkan penahan gandar D pelan, sehingga posisi pinggan
timbangan dalam keadaan terangkat.
b. Perhatikan jarum penunjuk kesetimbangan E, bila belum
menunjukkan gerakan teredam (goyangan ke kiri dan ke
kanannya makin lama menunjukkan arab skala tengah) maka
penahan gandar diturunkan kembali.
c. Putar salah satu sekrup pengatur kesetimbangan F secukupnya.
d. Ulangi langkah a, b dan c sampai jarum E menunjukkan
kesetimbangan. Bila sudah setimbang turunkan penahan gandar.
Timbangan siap digunakan.
4) Menimbang bahan:
a. Letakkan beban (anak timbangan) yang diperlukan pada pinggan timbangan
sebelah kiri.
b. Bahan yang akan ditimbang diletakkan pada pinggan timbangan sebelah
kanan. Kernudian pelan-pelan gandar dinaikkan untuk melihat apakah
bahan yang ditimbang masih kurang atau lebih (dengan melihat
kesetimbangannya).
c. Turunkan dulu penahan gandar setiap kali akan menambah atau
mengurangi bahan yang ditimbang.
d. Proses penimbangan selesai apabila saat penahan gandar
dinaikkan, jarum sudah menunjukkan kesetimbangan.

13
e. Turunkan bahan dan beban dari pinggan timbangan (ambil anak
timbangan satu persatu, pastikan bahwa anak timbangan telah dipakai
sudah benar).
f. Ganti kertas timbangan dan setarakan lagi timbangan dengan cara seperti
no.3.
g. Untuk menimbang bobot akhir sediaan yang sudah jadi (pulvis dan sediaan
setengah padat), posisi sediaan
5) Menimbang zat-zat tertentu yang memerlukan wadah (gelas arloji, cawan
porselen, erlenmeyer, botol sediaan dan sebagainya):
a. Wadah ditara dahulu dengan penara sampai didapat kesetaraan. Caranya,
setelah timbangan setimbang, wadah yang akan, ditara diletakkan di sebelah
kanan. Letakkan butir-butir penara di sebelah kiri secukupnya. Naikkan
penahan gandar, bila belum setimbang tambahkan atau kurangilah butir
penara sampai dicapai kesetimbangan.
b. Selanjutnya lakukanlah penimbangan seperti no. 4.
c. Anak timbangan harus diletakkan di Iuar wadah penara.
6) Menimbang bahan obat:
a. Zat padat atau serbuk: kedua pinggan timbangan diberi alas kertas
timbang (perkamen) yang sarna ukurannya. Bahan diambil dari botolnya
dengan menggunakan sendok penyu/sendok stainless stell.
b. Ekstrak kental: jika jumlahnya sedikit, ditimbang pada kertas parafin
(kertas perkamen yang telah diolesi parafin cair) atau kertas beroles tipis
gliserin. Untuk jumlah besar, ditimbang di atas gelas arloji dan pengambilan
menggunakan batang pengaduk.
c. Zat cair/ekstrak cair: dalam jumlah sedikit ditimbang dengan cawan petri
atau gelas arloji yang telah ditara. Dalam jumlah besar ditimbang di dalam
cawan porselen. Pengambilannya dengan cara menuang langsung dari
botolnya dengan atau tanpa pertolongan batang pengaduk.
d. Bahan setengah padat: ditimbang di atas kertas timbang (perkamen) dan
diambil dengan spatel penyu/spatel stainless stell.
e. Bahan cair yang mudah menguap: ditimbang dalam wadah tertutup. Contoh:
alkohol, ammonia liq, eter, kloroform, aseton.
f. Bahan-bahan yang berbau: ditimbang di atas kertas perkamen dan
diambil dengan sendok porselen atau sendok stainless stell. Contoh:
Jodoform, kamfer, menthol.
g. Bahan-bahan yang bereaksi dengan zat organik: ditimbang di atas
gelas arloji dan diambil dengan sendok porselen. Contoh: AgNO3, KMnO4.
14
h. Bahan yang mudah menguap/menyublim dan bereaksi dengan zat
organik: ditimbang di atasbotol timbang yang tertutup atau gelas arloji
setangkup dan diambil dengan sendok porselen/stainless stell. Contoh:
Iodium.

3. CARA MENGKALIBRASI
Mengkalibrasi adalah mengukur dalam satuan volume. Misalnya untuk
membuat obat batuk dengan volume 100 mI, kita persiapkan botol yang volumenya
lebih besar dari 100 ml (jangan terlalu penuh, diberi ruangan udara untuk
mengocok obat). Kemudian dengan memasukkan air ke dalam botol sebanyak
100 mi dan batas volume tersebut ditandai (bisa dengan spidol atau menempelkan
selotif atau label) dan apabila obat telah dimasukkan ke dalam botol
tanda-tanda tersebut bisa dihapus kembali.

4. CARA PENGENCERAN
a. Zat padat.
Misalnya kita akan menimbang Diazepam 20 mg. Timbang Diazepam 50 mg,
bisa ditambahkan zat wama sedikit (untuk melihat kehomogenan campuran
obat nanti), seperti karmin, ditambah saccharum lactis 2450 mg. Dalam mortir,
gerus saccharum lactis sebagian, tambahkan diazepam, zat warna (karmin),
gerus hingga homogen (warna merah merata), tambahkan sisa saccharum
lactis sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen. Dari campuran ini
ditimbang = 100 mg. Untuk diazepam 20 mg = 20/50 x 2500 mg = 1000 mg.
Dari campuran 100 mg ini akan mengandung 20 mg diazepam. Dari hasil
pengenceran diazepam dalam saccharum lactis ini yaitu 1000 mg (1:50).
Pengenceran bisa dilakukan dengan perbandingan 10 kali, 30 kali, 50 kali.
Hasil pengenceran dari serbuk ini sebaiknya paling sedikit 200 mg.
b. Zat cair:
Sebaiknya diencerkan dalam pelarut yang sesuai. Misal menimbang vitamin
B110 mg.
Vitamin B1 ditimbang 50 mg, dilarutkan dalam air hingga 10 ml. Untuk
10 mg vit. B1, diambil dari campuran larutan itu sebanyak:
10 / 50 x 10 ml = 2 ml
PERLENGKAPAN YANG HARUS DIPERSIAPKAN

Perlengkapan praktikum hendaknya disimpan dalam wadah yang baik.


Perlengkapan yang harus disediakan.
15
1. Jas laboratorium.
2. Anak timbangan: miligram dan gram
3. Penyetara timbangan: kelereng, gotri, potongan aluminium
4. Kertas timbang dengan ukuran 12,5 x 9,5 cm.
5. Sudip dari mika/plastik.
6. Dus untuk pulveres dengan ukuran 6 x 4 x 3,5 cm, terbuat dari karton.
7. Etiket putih untuk obat dalam, etiket biru untuk obat luar, dengan ukuran
5,7x3,7 cm.
Contoh etiket:

8. Label NI (ne iteratur) dengan ukuran 4,5 x 1 cm.

9. Kaleng bekas wadah bedak tabur.


10. Botol hijau berbagai ukuran.
11. Label kocok dahulu dengan ukuran 4,5 x 1 cm.

12. Sendok kecil ukuran 5 ml (dari plastik).


13. Benang kasur untuk mengikat tutup botol.
14. Selotip untuk batas mengkalibrasi botol.
15. Botol/pot bekas balsem yang tutupnya telah dihilangkan merknya
16. Dus untuk wadah supositoria (seperti wadah serbuk, tapi diberi alas sedikit
bergelombang).
17. Kalkulator.
18. Lap meja dan lap alat.
19. Gunting kecil
20. Lem

PRAKTIKUM I

MENGENAL NAMA ALAT – ALAT LABORATORIUM DAN FUNGSINYA

16
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu menjelaskan nama alat dan fungsinya di laboratorium
farmasetika.
II. DASAR TEORI
Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat
meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat-obat
an; seni peracikan obat; serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu
hingga siap digunakan sebagai obat; serta perkembangan obat yang meliputi ilmu
dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan dan
diberikan kepada pasien ( Syamsuni, 2006).
Laboratorium merupakan suatu ruangan yang dirancang khusus untuk
dilakukannya suatu praktikum atau percobaan. Alat laboratorium merupakan benda
yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium yang digunakan secara
berulang-ulang (Michael Purba dan Sunardi, 2012).
Keberadaan labolatorium di lembaga pendidikan sangatlah penting dalam
menunjang kegiatan belajar mengajar agar kegiatan laboratorium dapat terlaksana
dengan efektif dan efisien, setiap laboratorium seharusnya sudah memiliki
menejemen laboratorium yang baik , agar kegiatan praktikum dapat terlaksana
dengan lancar. Manajemen laboratorium adalah usaha untuk mengelola
laboratorium. Suatu laboratorium dapat dikelola dengan baik sangat ditentukan oleh
beberapa faktor. Faktor yang paling utama adalah beberapa alat – alat labolatorium
yang canggih (Afreni, dkk. 2013).
Dalam kegiatan ilmiah suatu percobaan biasanya dilakukan di laboratorium.
Dalam melakukan percobaan laboratorium seorang praktikan harus mengenal
alat-alat yang digunakan dalam laboratorium, ini sangat penting untuk kelancaran
percobaan yang dilaksanakan dan untuk menghindari kecelakaan kerja dan
gagalnya percobaan. Tujuan percobaan pengenalan alat laboratorium untuk
mengetahui dan menguasai jenis – jenis alat, fungsi alat yang baik dan benar agar
pada saat praktikum tidak melakukan kesalahan (Jacob, 1999).
Dalam sebuah praktikum, praktikan diwajibkan mengenal dan memahami
cara erja serta fungsi dan alat-alat di laboratorium. Selain untuk menghindari
kecelakaan dan bahaya dengan memahami cara kerja dan fungsi dari
masing-masing alat praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan sempurna.
(Walton, 1998).
Alat-alat laboratorium yang digunakan dalam percobaan bermacam-macam
diantaranya alat pemanas yang terdiri dari pembakar gas, kaki tiga, segitiga
porselen, kasa gegep, pemanas air, alat-alat porselen (cawan porselen dan pinggan
17
porselen). Selain itu juga digunakan alat-alat gelas. Sebelum digunakan alat-alat
gelas harus diperiksa dan kemudian dibersihkan. Alat-alat gelas diantaranya gelas
wadah, sedangkan untuk mereaksikan zat digunakan gelas ukur (labu takar), pipet
ukur (pipet gondok dan pipet mohr) dan buret. Sedangakan alat-alat lain seperti
pengaduk gelas, erlenmeyer, corong, semprot, kertas saring, timbangan dan lain –
lain. Alat – alat gelas ini juga memiliki kegunaan dan fungsi masing-masing yang
berguna untuk memudahkan praktikum dalam melaksanakan praktikum (Subroto,
2000).
Dalam pengukuran harus diperhatikan dua hal yaitu kesalahan pengkuran
dengan alat ukur terutama jenis ukur, misalnya mengukur massa zat dalam satuan
gram sedangkan timbangan analitis sampai miligram. Jika sejumlah zat ditimbang
dengan kedua timbangan maka didalam jumlah angka yang berbeda. Jumlah digit
dari pengukuran yang menyangkut masalah kecermatan dan ketelitian (Syukri,
1994).
Kebenaran hipotesis dapat diketahui setelah diuji dengan percobaan di
laboratorium. Data yang diperoleh mungkin sesuai dengan hipotesis, tetapi mungkin
juga tidak. Jika tidak, berarti kesalahan mungkin saja terjadi pada percobaan atau
hipotesisnya yang keliru. Ada hipotesis, seperti yang dirumuskan Einstein, belum
dapat diuji kebenarannya sampai saat ini, karena keterbatasan alat dan kemampuan
manusia. Suatu penelitian memerlukan dana, tenaga dan waktu yang banyak, maka
kesalahan hipotesis akan mengakibatkan percobaan yang dilakukan sia-sia. Oleh
karena itu penanganannya harus sesuai dengan petunjuk. Demikian juga dengan
pemakaian alat laboratorium yang sebagian terbuat dari gelas yang mudah pecah
(Syukri, 1999).
Sebelum melakukan praktikum, hendaknya praktikan memeriksa alat-alat
yang akan digunakan. Untuk alat – alat gelas dalam penggunaaannya memerlukan
ketelitian dan kehati-hatian, misalnya praktikan memeriksa alat tersebut apa ada
yang cacat atau rusak. Untuk memindahkan zat-zat kimia yang berwujud cair kita
serng menghadapi suatu kesulitan yang mungkin disebabkan oleh tekanan biasa
yang memengaruhi dalam menentukan volume cairan itu dengan tepat. Maka dari itu
dapat digunakan pipet dan buret yang gunanya untuk memindahkan volume cairan
(Arifin, 1996).
Analisis tidak boleh dilakukan dengan alat kaca yang tidak bersih. Alat kaca
yang tampaknya bersih dari sudut pandang seorang analis.Permukaan yang
tampaknya tidak ada kotoran sering masih tercemari lapisan tipis tak tampak yang
berminyak. Bila air dituangkan dari dalam suatu wadah yang tercemar air tidak
terbuang secara seragam dari permukaan kaca tetapi menyisahkan tetesan yang
18
kecil yang merepotkan atau kadang-kadang mustail dipulihkan. Alat kaca seperti
gelas beker dan erlenmeyer paling baik dibersihkan dengan sabun atau detergen
sintesis.
Ha-hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan praktikum di
laboratorium, yaitu:
a. Persiapan
Meliputi: jas laboratorium, kacamata laboratorium, sarung tangan
laboratorium, kertas kerja.
b. Materi praktikum
Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus sudah mengetahui apa
saja yang harus dikerjakan pada saat praktikum di laboratorium.
c. Keselamatan di laboratorium
Selama berada di laboraorium, praktikan harus menjaga ketertiban,
keselamatan diri sendiri dan juga orang lain. Jangan melakukan sesuatu
yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
d. Beberapa petunjuk dan larangan
Praktikan harus memperhatikan petunjuk umum atau khusus pada setiap
percobaan yang ada di kertas kerja.

Bekerja di laboratorium sains adalah suatu hal yang melibatkan benda nyata
dan juga mengamati perubahan yang terjadi. Ketika sains bergerak melampaui
dunia pengalaman menuju generalisasi yang lebi abstrak yang memungknkan
penjelasan dan peramalan, pengalaman secara dekat adalah titik awal untuk
generalisasi ilmiah dan pembuatan teori, sehingga praktik laboratorium dan
eksperimen adalah bagian yang esensial dalam pengajaran sains (Wahyudi, 2011).

III. PEMERIAN BAHAN


-
IV. ALAT DAN BAHAN
-
V. KELENGKAPAN RESEP
-
VI. RESEP STANDAR
-
VII. PENGGOLONGAN OBAT
-
VIII. INKOMPABILITAS DAN PENYETARAANYA

19
-
IX. PERHITUNGAN DOSIS
-
X. PERHITUNGAN PENGAMBILAN/PENIMBANGAN OBAT
-
XI. CARA KERJA
Praktikum ini dilakukan dengan cara:
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengamati alat – alat yang telah tersedia
3. Menggambar dan beri keterangan apa nama alat beserta fungsinya
4. Amati.
XII. ETIKET
-
XIII. LABEL
-
XIV. HASIL

NO GAMBAR KETERANGAN
1 Gelas Erlenmeyer Gelas erlenmeyer, sebagai tempat zat
sementara dan untuk wadah titrasi.

2 Gelas Ukur Gelas ukur, sebagai tempat untuk mengukur


volume.

4 Pipet Tetes Pipet tetes, untuk mengambil larutan dalam


jumlah sedikit.

5 Gelas Beker/Gelas Gelas beker/gelas piala, tempat memanaskan


Piala dan menyimpan zat sementara.

6 Gelas Arlogi Gelas arloji, untuk tempat menimbang zat


berbentuk kristal atau padatan.
8 Pinggan porselen Pinggan poerselin, untuk menguaplkan cairan
sehingga lebih pekat.

20
9 Pengaduk Pengaduk, untuk mengaduk dan membantu
penuangan larutan.
11 Oven Oven, untuk memanaskan zat kimia pada
suhu tertentu.
12 Botol gelap/ Botol gelap, untuk menyimpan zat yang tidak
berwarna tahan terhadap cahaya dan oksidasi.
15 Kompor Listrik Kompor listrik, untuk memanaskan zat-zat
kimia dan meningkatkan efektifitas kerja.
17 Corong Corong, untuk memindahkan bahan ke tempat
yang mediumnya lebih kecil
18 Mortir dan stamper Menghaluskan zat yang masing bersifat 
padat/kristal
19 Sudip Sudip untuk mengambil bahan-bahan kimia
berupa padat atau serbuk.
28 Kawat Kasa Kawat kasa sebagai alas atau untuk 
menahan labu atau beaker pada waktu 
pemanasan menggunakan pemanas
spiritus atau pemanas bunsen

PRAKTIKUM II
PULVIS DAN PULVERES

I. TUJUAN
● Mahasiswa dapat membaca dan memahami resep.
● Mahasiswa dapat menimbang bahan obat dengan benar.
● Mahasiswa dapat meracik sediaan serbuk tabur dan serbuk bagi.
21
● Mahasiswa dapat membuat sediaan obat dalam bentuk pulvis dan pulveres
(serbuk terbagi dan serbuk tidak terbagi) dengan baik, dengan permasalahan
serbuk bersifat higroskopis.

II. DASAR TEORI


Serbuk adalah campuran dua atau lebih obat yang diserbukan. Pada
pembuatan serbuk kasar, terutama simplisia nabati digerus lebih dahulu sampai
derajat halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu 50˚C. Serbuk obat yang
mengandung bagian yang cocok, setelah itu diserbuk dengan jalan digiling, ditumbuk
dan digerus sampai diperoleh serbuk yang mempunyai derajat halus sesuai yang
tertera pada pengayak dan erajat halus serbuk (Anief, 2005).
DERAJAT HALUS SERBUK
Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu nomor atau dua nomor. Jika
derajat halus serbuk dinyatakan 1 nomor, berarti semua serbuk dapat melalui
pengayakan dengan nomor tersebut. Jika dinyatakan dengan 2 nomor, dimaksudkan
bahwa semua serbuk dapat melalui pengayakan dengan nomor terendah dan tidak
lebih dari 40% melalui pengayakan dengan nomor tertinggi.
Sebagai contoh serbuk 22/60, dimaksud bahwa serbuk dapat melalui pengayak
nomor 22 seluruhnya, dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak nomor 60. Nomor
pengayak menunjukkan jumlah-jumlah lubang tiap 2,54 cm dihitung searah dengan
panjang kawat.
Yang dimaksud dengan :
Serbuk sangat kasar adalahserbuk (5/8)
Serbuk kasar adalah serbuk (10/40)
Serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60)
Serbuk agak halus adalah serbuk (44/85)
Serbuk halus adalah serbuk (85)
Serbuk sangat halus adalah serbuk (120)
Serbuk sangat halus adalah serbuk (200/300)

Nomor Lebar Garis Perbandingan kira Penyimpanan


pengayak nominal tengah – kira jumlah luas rata – rata
lubang nominal lubang terhadap maksimum
(mm) kawat (mm) pengayak (%) (%)
5 3,35 1,730 43 3,2
8 2,00 1,175 40 3,3
10 1,68 0,860 44 3,3
22 0,710 0,445 38 3,9

22
25 0,600 0,416 35 4,2
30 0,500 0,347 35 4,4
36 0,420 0,286 35 4,5
44 0,355 0,222 38 4,8
60 0,250 0,173 35 5,2
85 0,180 0,119 36 5,6
100 0,150 0,104 35 6,3
120 0,125 0,087 35 6,5
150 0,105 0,064 39 7,0
170 0,090 0,059 36 7,3
200 0,075 0,052 35 8,1
300 0,053 0,032 39 9,1
(Anief, 2005)
PULVIS

Pulvis adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditunjukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar. Karena mempunyai luas
permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut dari pada bentuk
sediaan yang dipadatkan. Anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan kapsul
atau lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk. Biasanya serbuk oral
dapat dicampurkan dengan air minum.

PULVERES
Serbuk pagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama,
di bungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lain yang cocok.
OTT (Obat Tak Tercampur), disebabkan oleh:
1. Terjadi reaksi kimia.
2. Terjadi perubahan fisika.
3. Terjadi kerja farmakologis.
Untuk OTT yang tidak dapat diatasi, bisa diusulkan untuk mengeluarkan salah satu
obat jika:
1). Terjadi reaksi kimia
a. Campurannya menjadi racun
Misal:
1. Kalomel + iodium=sublimat
2. Asetosal + antipirin=inatoksin (tidak berefek antimalaria bahkan berefek
racun)
b. Campurannya menimbulkan ledakan
Misal: Bahan pengoksi dengan bahan yang mudah dioksidasikan (K–lorat + sulfur)
c. Terjadi perubahan warna
Misal :

23
1. Antipirin + nitrit = hijau
2. Amilum + iodin = biru
2). Terjadi perubahan fisika
Misal: golongan alkaloida akan diserap oleh norit
3). Terjadi kerja farmakologis yang merugikan
Misal :
1. Fenasetin akan merusak ginjal sehingga tidak boleh digunakan untuk pasien
dengan kerusakan ginjal.
2. Amidopirin dapat menyebabkan kanker usus.
3. Heksamin dengan gol. Sulfa = antagonis
OTT yang dapat diatasi, masing – masing obat dilapisi zat tambahan jika:
1. Terjadi reaksi kimia
Misal: Alkaloid dengan logam berat (extrak belladonna +AgNO3 teroksidasi)
2. Terjadi perubahan fisika
Misal: Campuran mentol, timol dan salo l= titik didihnya akan turun, mudah
mencair.
3. Terjadi kerja farmakologis
Misal: Campuran obat hipnotik + obat sedative + kafein dalam perbandingan
tertentu masih dapat diberikan.

III. PEMERIAN BAHAN


a. Aminophyllin
(F.I hal. 82)
Pemerian: butir atau serbuk, putih atau agak kekuningan, bau lemah mirip
dengan amoniak, rasa pahit.
Kelarutan: larut dalam lebih kurang 5 bagian air, jika dibiarkan mungkin menjadi
keruh, praktis tidak larut dala metanol (95%) P dan dalam eter P
b. CTM
Pemerian: serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan: -
c. Ekstrak Belladon
Pemerian: hijau kecoklatan, bau lemah, rasa agak pahit dan getir.
Kelarutan: -
d. Acid Boricum
(F.I hal. 49)

24
Pemerian: hablur serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna, kasar,
tidak berbau, rasa agak asam dan pahit kemudian manis.
Kelarutan: larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam lebih kurang 3 bagian
etanol (95%) P, dalam 8 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P
e. Kaolin
(F.I hal. 335)
Pemerian: serbuk ringan, putih, bebas dari butiran kasar, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa, licin.
Kelarutan: -
f. Talcum
(F.I hal. 591)
Pemerian: serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas
dari butiran, warna putih atau putih kelabu.
Kelarutan: tidak larut dalam hampir semua pelarut
g. Zinc Oxyda
(F.I hal. 636)
Pemerian: serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan, tidak
berbau, tidak berasa, lambat laun menyerap karbondioksida dari udara.
Kelarutan: praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam
asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat:
- Mortir dan stemper
- Timbangan
- Sudip
- Sendok tanduk
- Kertas perkamen
- Tempat bedak
- Ayakan
b. Bahan:
- Aminophyllinum
- CTM
- Ekstrak belladon
- Acid boricum
- Kaolin
- ZNO
25
- Zinc stearat

V. KELENGKAPAN RESEP
PULVERES

dr. Andine Purwaningsih


Dokter Umum
SIK: 13.003.2013
Praktik : Perum Nila Graha 08 Slawi, Tegal
Telp. (0283)746833

No. 01
Slawi, …………………

R/ Aminophyllinum 200 mg
CTM 2 mg
Ekstrak belladon 10 mg
M.F Pulv dtd NO X
S.t.d.d. IP
_______________________
Pro : Oky
Umur : 12 thn
Alamat : Slawi

a) Inscriptio : Slawi, ………………


b) Invecatio : R/
c) Ordinatio : Aminophyllinum 200 mg
CTM 2 mg
Ekstrak belladon 10 mg
d) Signatura : S.t.d.d. 1p
e) Subcriptio :

PULVIS

26
dr. .Andine Purwaningsih
Dokter Umum
SIK: 13.003.2013
Praktik : Perum Nila Graha 08 Slawi, Tegal
Telp. (0283)746833

No. 02
Slawi, ……………

R/ Acid boricum 2g
ZNO 1g
Zinc stearat 0,5g
Kaolin 1,5g
Talcum ad 10g
M.f Pulv. ads
Sue
______________________
Pro : Oky
Umur : 12 thn
Alamat : Slawi

a) Inscriptio : Slawi, ……………….


b) Invecatio : R/
c) Ordinatio : Acid boricum ?
ZNO ?
Zinc steara ?
Kaolin ?
Talcum ad ?
d) Signatura : Sue
e) Subcriptio :

VI. RESEP STANDAR


-

27
VII. PENGGOLONGAN OBAT
A. PULVERES
a. Aminophyllinum : Obat Keras
b. CTM : Obat Keras
c. Ekstrak belladon : Obat Keras
No Nama asli Sinonim khasiat
1 Aminophyllinum aminofilia Bronkodilator
2 Chlorpheniramine CTM Antihistamin
maleas
3 Extrak belladona Extrak parasimpatolitikum
belladona

B. PULVIS
a. Acid Boricum : Obat Bebas
b. Kaolin : Obat Bebas
c. ZNO : Obat Bebas
d. Zinc stearat : Obat Bebas
e. Talcum : Obat Bebas
No Nama asli Sinonim Khasiat
1 Acidum boricum Asamborat Antiseptikum ekstern
2 Kaolinum Kaolin Zattambahan
3 Talcum Talk Zattambahan
4 Zinc Sengoksida Antiseptikumlokal

VIII. INKOMPABILITAS DAN PENYETARAANYA


A. PULVERES
a. Aminophylline tidak dapat bereaksi dengan logam. Larutan bersifat alkali
apabila pH dibawah 8 maka terjadi pengendapan kristal. Tidak stabil terhadap
larutan alkali, atau larut dibawah pH kristal
b. CTM in kompatibel dengan KCl kanamisin sulfat, noradrenalin acid tetrat,
pentobarbital sodium, maglumine adipiodone
c. Ekstrak belladonna diencerkan atau dilarutkan dengan alkohol 70% supaya
bisa dibuat pulveres.
B. PULVIS
-

IX. PERHITUNGAN DOSIS


A. PULVERES
a. Aminophylline: DLLDM: 500/1500 mg, sediaan 500 mg/tab
Umur pasien: 12 th
28
● DM 1xP : x 500 mg = x 500 mg = 300 mg

1hari : x 1500 mg = x 1500 mg = 900 mg


● DT (Dosis Terapi /Dosis pada Resep)
1xP : 200 mg
1hari : 3 x 200 mg = 600 mg

● % DM 1xP : x 100% = x 100% = 66,66%

% DM 1hari : x 100% = x 100% = 66,66%


Kesimpulan 1: <100% (Tidak Over Dosis/TOD)

b. CTM: DL/DM: -/40 mg, sediaan= 4 mg


??
c. Ekstrak Belladon
???
B. PULVIS
-
X. PERHITUNGAN PENIMBANGAN OBAT (PPO) DAN PENIMBANGAN OBAT
(PO)
A. PULVERES
1. PPO
a. Aminophylline = 200 mg x 5 = 1000 mg
b. CTM = 2 mgx5 = 10 mg (karena<50 mg dilakukan pengeceran)
Cara pengenceran: ??
c. Extrak belladonna = ?

2. PO
a. Aminophylline = 1000mg = 1g (Anak Timbang/AT: 1 gram)
b. CTM = ??
c. Extrakballadona = ???
B. PULVIS
1. PPO (jika akan dibuat pulvis sebanyak 15 g)
a. Acidum boricum = 2000: 10000 x 15000 mg
= 3000 mg
= 3000 mg +10% = 3300 mg (AT: 3 gram + 300 mg)
b. ….????
29
2. PO
a. Acidum boricum = 3300 mg (AT: 3 gram + 300 mg)
b. Zinc oxydum =?
c. Zinc stearate =?
d. Kaolin =?
e. Talcum =?

XI. CARA KERJA


a. Pengenceran CTM
Praktikum kali ini dilakukan dengan cara:
1. Menyetarakan timbangan.
2. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
3. Menimbang bahan-bahan.
4. Memasukkan SL ke dalam mortir, gerus ad halus.
5. Memasukkan CTM ke dalam mortir gerus ad homogen.
6. Memasukkan carmin ke dalam mortir gerus ad homogen
7. Mengambil CTM sejumlah yang diminta, sisa dibungkus dan diberi etiket
(sisa pengenceran CTM).
b. Pembuatan PULVERES
Praktikum kali ini dilakukan dengan cara:
1. Mnyetarakan timbangan.
2. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
3. Menimbang bahan-bahan.
4. Memasukkan ekstrak belladon ke dalam mortir panas dan tetesi alkohol 70%
dan menambahkan SL secukupnya
5. Memasukkan aminophyllin ke dalam mortir gerus ad homogen.
6. Memasukkan CTM hasil dari pengenceran 100 mg gerus ad homogen.
7. Membagi campuran menjadi 10 bagian
8. Membungkus serbuk dengan kertas perkamen secara rapi.
9. Memasukkan puyer ke dalam boks puyer/plastik klip.
10. Memberi etiket dan label.
c. Pembuatan PULVIS
Praktikum kali ini dilakukan dengan cara:
1. Menyetarakan timbangan
2. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
3. Mengayak acid boricum dan talcum dengan ayakan 120 mesh
30
4. Mengayak kaolin dan zinc oksida dengan ayakan no 100 mesh
5. Menimbang bahan-bahan.
6. Memasukkan zink stearat ke dalam mortir gerus ad homogen.
7. Memasukkan semua bahan lain hasil ayakan ke dalam mortir, gerus ad
homogen
8. Menimbang campuran hingga berat 15gram
9. Memasukkan PULVIS ke dalam tempat bedak
10. Memberi etiket dan label pada kemasan

X. ETIKET

PULVERES

APOTEK BHAMADA
Jl. Raya Cut Nyak Dhien Slawi
apt. Arifina F., M.Sc.
No. 1 …………..
Oky (20 thn)
3 x 1 sehari 1 bungkus

Sesudah makan

PULVIS

APOTEK BHAMADA
Jalan Raya Cut Nyak Dien Slawi
apt. Arofina Fahamsya, M.Sc.
No. 2 ……………….
Oky (20 thn)
Pemakaian Obat Luar

XI. LABEL
PULVERES:

Hanya Boleh diulang dengan


Resep baru dari dokter

31
PRAKTIKUM III
KAPSUL (CAPSULAE)

I. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu membuat sediaan obat berbentuk kapsul.
b. Mahasiswa mampu mengetahui sediaan tentang kapsul beserta perhitungan dan
aturan pakainya.

II. DASAR TEORI


A. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat
juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Depkes RI, 1995). Kapsul adalah
bentuk sediaan padat yang terbungkus dalam suatu cangkang keras atau pun lunak
yang dapat larut (Syamsuni, 2012). Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus
cangkang kapsul keras atau lunak. Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau
tanpa zat tambahan lainnya.Cangkang juga dapat dibuat dari Metilselulosa atau
bahan lainnya yang cocok (Anief, 2012).
Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan kering, akan tetapi mudah
mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab dan bila disimpan dalam
larutan berair. Oleh karena itu, kapsul gelatin yang lunak mengandung lebih banyak
uap air daripada kapsul keras, pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet
untuk mencegah timbulnya jamur dalam cangkang kapsul. Biasanya kapsul keras
gelatin mengandung air antara 9-12 %. Bila disimpan dalam lingkungan dengan
kelembapan yang tinggi, penambahan uap air akan diabsorbsi oleh kapsul dan
kapsul keras akan rusak dari bentuk kekerasannya. Sebaliknya dalam lingkungan
udara yang sangat kering sebagian uap air yang ada didalam kapsul gelatin mungkin
akan hilang, dan kapsul menjadi rapuh bahkan akan remuk bila dipegang (Ansel,
1985).
Kapsul tidak berasa, mudah pemberiannya, mudah pengisiannya tanpa
persiapan atau dalam jumlah yang besar secara komersil. Didalam praktik
peresepan, penggunaan kapsul gelatin keras diperbolehkan sebagai pilihan dalam
meresepkan obat tunggal atau kombinasi obat pada perhitungan dosis yang
dianggap baik untuk pasien secara individual. Fleksibilitasnya lebih menguntungkan
daripada tablet. Beberapa pasien menyatakan lebih mudah menelan kapsul daripada
tablet, oleh karena itu lebih disukai bentuk kapsul bila memungkinkan. Pilihan ini

32
telah mendorong pabrik farmasi untuk memproduksi sediaan kapsul dan dipasarkan,
walaupun produknya sudah ada dalam bentuk sediaan tablet (Gennaro, 2000).
Macam-macam Kapsul:
1. Hard capsule (cangkang kapsul keras)
Kapsul cangkang keras terdiri atas wadah dan tutup yang dibuat dari campuran
gelatin, gula dan air, jernih tidak berwarna dan pada dasarnya tidak mempunyai
rasa. Biasanya cangkang ini diisi dengan bahan padat atau serbuk, butiran atau
granul. Ukuran kapsul mulai dari yang besar sampai yang kecil yaitu 000, 00, 1,
2, 3, 4, 5 (Ansel, 2005).
2. Soft capsule (cangkang kapsul lunak)
Kapsul gelatin lunak dibuat dari gelatin dimana gliserin atau alkohol polivalen dan
sorbitol ditambahkan supaya gelatin bersifat elastis seperti plastik. Kapsul-kapsul
ini mungkin bentuknya membujur seperti elips atau seperti bola dapat digunakan
untuk diisi cairan, suspensi, bahan berbentuk pasta atau serbuk kering (Ansel,
2005).

Gelatin mempunyai beberapa kekurangan, seperti mudah mengalami


peruraian oleh mikroba bila dalam keadaan lembab atau bila disimpan dalam larutan
berair. Sebagai contoh yang lain, cangkang kapsul gelatin menjadi rapuh jika
disimpan pada kondisi kelembaban relatif yang rendah (Chang, R.K. et al, 1998).
Selanjutnya, Kapsul gelatin tidak dapat menghindari efek samping obat yang
mengiritasi lambung, seperti Indometasin. Hal ini disebabkan kapsul gelatin segera
pecah setelah sampai di lambung.Belakangan ini, beberapa bahan telah diuji untuk
digunakan sebagai bahan alternatif gelatin sebagai bahan untuk pembuatan
cangkang kapsul, salah satunya adalah dengan alginat. Dimana alginat memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan gelatin.

Pemilihan alginat didasarkan pada laporan sebelumnya yaitu secara klinis


alginat mempunyai kemampuan melindungi permukaan mukosa lambung dari iritasi
(Shiraishi, et al., 1991) dan relatif lebih tahan terhadap penguraian mikroba
dibandingkan gelatin.

III. PEMERIAN BAHAN


Resep I :
a. Amoxicillin (ISO Vol 50 hal 90)
Indikasi : infeksi yang yang disebabkan oleh kuman – kuman gram
negatif maupun gran positif. Khususnya pada saluran cerna, saluran kemih
dan pernapasan.
33
b. GG (FI III hal 272)
Pemerian : serbuk hablur, putih hingga agak keabuan. Hampir tidak
berbau atau berbau lemah, rasa pahit.
Kelarutan : larut dalam air dan etanol (95%) p, dalam kloroform p.

IV. ALAT DAN BAHAN


A. Alat :
● Timbangan
● Anak timbangan
● Sendok tanduk
● Mortir dan stemper
● Sudip
B. Bahan :
● Kertas puyer
● Tisue
● Sanmol
● Ambroxol
● Amoxicillin
● GG

V. KELENGKAPAN RESEP
dr. Andine Purwaningsih
Dokter Umum
SIK : 13.003.2013
Praktek : Perum Nila Graha 08 Slawi, Tegal
Telp. (0283) 746833

Slawi, ……………..

R/
Amoxicillin 6 tab
GG 1 gram
m.f pulv da. In caps I no X
/1 – 1 – 1
—-----------------------------------------
Pro : Fita
Umur : 10th/21 kg
Alamat : Tegal

34
1. Inscriptio
2. Invocatio
3. Ordinatio
4. Signatura
5. Subcriptio

VI. RESEP STANDAR


-

VII. PENGGOLONGAN OBAT


a. Amoxicillin termasuk obat keras
b. GG termasuk obat keras
Nama obat Sinonim Khasiat
Amoxicillin - Amoxicillin
- Yosimox Antibiotik
- Lapimox

GG - Glyseril Guayakolas Ekspektoran


- Glyseril Guaiacolate

VIII. INKOMPABILITAS DAN PENYELESAIANNYA


-

IX. PERHITUNGAN DOSIS


???
X. PERHITUNGAN OBAT
??
XI. CARA KERJA
??
XII. ETIKET
??
XIII. LABEL

35
PRAKTIKUM IV
SEDIAAN SOLUTIO

I. TUJUAN
● Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian larutan.
● Mahasiswa mampu memahami formulasi solutio.
● Mahasiswa mampu memahami uji-uji yang di lakukan pada sediaan solutio.

II. DASAR TEORI

Larutan atau solutio adalah sediaan cair yang mengandung satu zat aktif atau
lebih yang terlarut didalamnya, biasanya menggunakan air sebagai pelarut.
Perbedaan potio dan larutan (solutio) adalah potio merupakan sediaan cair untuk
konsumsi obat secara oral, sedangkan larutan (solutio) merupakan sediaan cair yang
bisa digunakan secara oral, topikan, parenteral dan sebagainya (Margaret , 2009)

Sirup adalah salah satu bentuk sediaan cair yang dalam dunia farmasi yang
dikenal luas oleh masyarakat. Saat ini, banyak sediaan sirup yang beredar di
pasaran dari berbagai macam merk, baik yang generic maupun yang
paten.Biasanya, orang-orang mengunakan sediaan sirup karena disamping mudah
penggunaannya, sirup juga mempunyai rasa yang manis dan aroma yang harum
serta warna yang menarik sehingga disukai oleh berbagai kalangan, terutama
anak-anak dan orang yang susah menelan obat dalam bentuk sediaan oral lainnya.
Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat
pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair
kental yang minimal mengandung 50% sakarosa (Ansel et al., 2005).

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali
dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan air suling. Larutan steril yang digunakan
sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada Injectiones.Wadah harus
dapat dikosongkan dengan cepat.Kemasan boleh lebih dari 1 liter. Larutan adalah
sediaan cair yang mengandung bahan kimia yang terlarut, sebagai pelarut digunakan
air suling kecuali dinyatakan lain. Larutan terjadi apabila suatu zat padat
bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molecular
dalam cairan tersebut (Anief, 2006).

Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan,
maka zat padat tadi terbagi secara molekuler dalam cairan tersebut. Pernyataan
kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20 0C,
36
kecuali dinyatakan lain menunjukkan 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume
tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu kamar. Kelarutan suatu zat yang tidak
tiketahui secara pasti dapat dinyatakan dengan istilah berikut:
Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yang di perlukan untuk
melarutkan
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 – 10
Larut 10 – 30
Agak sukar larut 10 – 100
Sukar larut 100 – 1000
Sangat sukar larut 1000 - 10000
Praktis tidak larut Lebih dari 10000

( Ilmu Meracik Obat, hal. 96 )

III. PEMERIAN BAHAN


- Sulfur (F.I edisi III hal 591)
Pemerian : tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : praktis tidak lariut dalam air, sangat mudah larut dalam karbondisulfida
P, sukar larut dalam minyak zaitun P, sangat sukar larut dalam etanol (95%) P.
- Champora (F.I edisi III hal 130)
Pemerian : Hablur butir atau massa hablur; tidak berwarna atau putih; bau khas,
tajam; rasa pedas dan aromatic
Kelarutan : larut dalam 700 bagian air, dalam 1 bagian etanol (95%) P, dalam 0,25
bagian kloroform P, sangat mudah larut dalam eter P; mudah larut dalam minyak
lemak
- Gom Arab (F.I edisi III hal 276)
Pemerian : batang pengaduk silinder atau bongkah besar , licin agak mengkilap.
Kelarutan : zat larut dalam etanol tidak kurang dari 75%
- Sol Cal Hidroxida (F.I ed III hal. 124)
Pemerian : serbuk putih ; rasa agak pahit
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 630 bagian air dan dalam lebih kurang 1300
bagian air mendidih ; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P ; larut dalam gliserol
P dan dalam sirop
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
● timbangan gram dan milligram
● anak timbangan
● gelas ukur
● mortal dan stemper
37
● pipet titis
● botol
● tutup botol
● benang jagung
● sendok porselen
B. Bahan
● Kertas puyer
● Tissue
● Champora
● Sulfur
● Gom arab
● Aqua
● Sol calcii
● Etiket
V. KELENGKAPAN RESEP

Dr. Andine Purwaningsih


Dokter Umum
SIK : 13.003.2013
Praktek : Perum Nilai Graha 08 Slawi, Tegal
Telp. (0283)746833

Slawi, ………….

R/ Sulfur PP 7,5 gram


Champora 1 gram
Gom arab 1,5 gram
Sol calcii 10 mili liter
Aqua ad 60 mili liter
s.u.e
—---------------------------
Pro : Tukiyem
Umur : 20 tahun
Alamat : Tegal

1. Inscriptio :
2. Invectio :
3. Ordinatio :
4. Signature :
38
5. Subcriptio :

VI. RESEP STANDAR


(F.N hal. 56)
Calcii hydroxide solution
Larutan calcium hydroxide
Air kapur

Komposisi : tiap 10 mililiter mengandung


Calcoxydum 333 mg
Aqua destillata ad 100 mililiter
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
VII. PENGGOLONGAN OBAT
Sulfur : obat bebas
Champora : ?
Gom arab : ?
Sol cal hidroxida : ?

No Nama obat Sinonim Khasiat


1 Sulfur

2 Champora

3 Gom arab

4 Aquadest

VIII. INKOMPABILITAS DAN PENYETARAANNYA


Champora dan etanol harus dilarutkan supaya bentuk champora yang kristal atau
hablur bisa menyatu dengan bahan yang lain.
IX. PERHITUNGAN DOSIS
-
X. PERHITUNGAN OBAT

XI. CARA KERJA


1. Menyetarakan timbangan.
2. Menyiapkan alat dan bahan.
3. Menimbang semua bahan.

39
4. Membuat sol calcii.
5. Memasukkan sulfur ke dalam mortar lalu gerus hingga homogen menggunakan
stamper.
6. Sulfur dikeluarkan dari mortir.
7. Memasukkan champora ditetesi etanol 1-2 tetes hingga larut.
8. Menambahkan sulfur lalu gerus ad homogen.
9. Keluarkan campuran 1.
10. Memasukkan gom arab di tambahkan air panas gerus hingga mengental
11. Memasukkan campuran 1, gerus ad homogen.
12. Memasukkan ke dalam botol
13. Menambahkan aquadest sampai batas kalibasi
14. Beri etiket biru dan label

XII. ETIKET

XIII. LABEL

PRAKTIKUM V
UNGUENTUM

40
I. TUJUAN
- Mahasiswa mampu membuat sediaan salep atau ungentum.
- Mahasiswa diharapkan mampu memahami peraturan-peraturan salep.

II. DASAR TEORI


Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioles dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispensi homogen dalam dasar
salep yang cocok. (FI, edisi 1979). Salep tidak boleh berbau tengik kecuali
dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau
obat narkotik adalah 10%. (Anief, 1987)
A. Penggolongan salep
1. Menurut konsistensinnya salep dibagi menjadi
a. Ungenta : adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega,
tidak mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai
tenaga.
b. Cream : adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap
kulit. Suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
c. Pasta : adalah salep yang mengandung ledih dari 50% zat padat
(serbuk). Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung
bagian kulit yang diberi.
2. Menurut efek terapinnya salep terbagi atas:
a. Salep epidermic (salep penutup)
Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindungi
kulit dan menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorpsi
kadang-kadang ditambahkan antiseptik,astrigen untuk meredakan
rangsangan. Dasar salep yang terbaik adalah senyawa hidrokarbon
(vaselin).
b. Salep endodemik
Salep dimana bahan obatnya menembus kedalam tetapi melalui kulit dan
terabsopsi sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput lendir diberi likal
iritan. Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.
c. Salep diademik (salep serap)
Salep dimana bahan obatnya menembus kedalam melalui kulit dari
mencapai efek yang diinginkan karena diabsorpsi seluruhnya, misalnya
pada salep yang mengandung senyawa merkuri iodida, belladone. Dasar
salep yang baik adeps lanae dan oleum cacao.
41
3. Menurut dasar salepnya, salep dibagi atas:
a. Salep hidrophobic yaitu salep-salep dengan dasar berlemak misalnya
campuran dari lemak-lemak, minyak-minyak, malam yang tak tercuci
dengan air.
b. Salep hidrophilic yaitu salep yang kuat menarik air biasannya dasar salep
tipe a/w atau seperti dasar hidrophobic tetapi konsistensinnya lebih lembek,
kemungkinan juga tipe w/o antara lain campuran sterol dan petraletum
(Zubaidah, dkk,2008).
B. Dasar salep
Menurut F.I IV, dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4
kelompok yaitu, kelompok dasar salep. Senyawa hidrokarbon, dasar salep serap,
dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setia salep
obat menggunakan salah satu dasar tersebut.
Kualitas dasar salep yang baik adalah
1. Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompablitas, tidak berpengaruh oleh
suhu dan kelembaban kamar.
2. Lunak, semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus dan
seluruh produk harus lunak.
3. Mudah dipakai
4. Dasar salep yang cocok
5. Dapat terdistribusi merata (Zunaidah, dkk, 2008).
C. Ketentuan umum pembuatan salep
1. Peraturan pertama salep
Zat yang dapat larut dalam dasar salep, dilarutkan bila perlu dengan
pemanasan rendah.
2. Peraturan salep ke dua
Zat tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih dulu diserbukan dan diayak
dengan drajat ayakan no.100
3. Peraturan ke tiga
Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu
mendukung/menyerap air tersebut dilarutkan dulu dalam air yang tersedia
setelah itu ditambahkan bagian dasar salep yang lain.
4. Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harus
diaduk sampai dingin.

42
Salep harus homogen dan ditentukan dengan cara salep dioleskan pada
sekeping kaca atau bahan lain yang cocok, harus menunjukan susunan yang
homogen.

1. Zat yang dapat dilarutkan dalam dasar salep


Umumnya kelarutan obat dalam minyak lemak lebih besar dari pada dalam
vaselin.
2. Zat yang mudah larut dalam air
Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang
tersedia maka obatnya dilarutkan dulu dalam air dan dicampur dengan bagian
dasar salep yang dapat menyerap air, setelah seluruh obat dalam air terserap,
baru ditambahkan bagian-bagian lain dasar salep digerus dan diaduk hingga
homogen.
3. Zat yang kurang larut dan tidak larut dalam dasar salep
Zat-zat ini diserbukkan dulu dengan derajat halus serbuk pengayak no.100.
setelah itu serbuk dicampurkan dengan sama berat masa salep atau dengan
salah satu bahan dasar salep bila perlu bahan dasar salep dilelehkan dahulu
setelah itu sisa bahan-bahan yang lain ditambahkan sedikit demi sedikit sambil
digerus dan diaduk hingga homogen.
4. Salep yang dibuat dengan peleburan
Pembuatan dasar salep ini dibuat dalam cawan poselin sebagai pengaduk
digunakan batang gelas atau spatel kayu masa yang melekat pada dinding
cawan dan spatel atau batang gelas selalu dilepas dengan kertas film.
Bahan salep yang digunakan mengandung air tidak ikut dilelehkan tetapi
diambil bagian lemaknya, sedangkan air ditambahakan setalah masa salep diaduk
sampe dingin.

III. PEMERIAN BAHAN


Resep
1. Acidum Benzoicum (F.I III hal:49)
Pemerian : hablur halus dan ringan tidak berbau
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam lebih kurang 3
bagian etanol (95%) p, dalam 8 bagian kloform p dan dalam 3 bagian eter p .
2. Acidum Sallcylicum (F.I III hal: 56)
Pemerian : hablur ringan tidak bewarna atau serbuk bewarna putih hampir
berbau rasa agak manis dan tajam

43
Kelarutan : larut dalam 55 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%)P, mudah
larut dalam kloroform p dan dalam eter p, larut dalam amonium asetal p, dinatrium
hidrogen fosfat p, kalium sitrat p dan natrium sitrat p.
3. Lanoliun (F.I III hal: 61)
Pemerian : zat berupa lemak, liat, lekat, kuning muda atau kuning pucat, agak
tembus cahaya, bau lemah & khas.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air agak sukar larut dalam etanol (95%) p.
Mudah larut dalam kloroform p dan dalam eter p.
4. Vaselinum flavoum (F.I III hal: 633)
Pemerian : massa lunak, lengket,bening,kuning muda sampai kuning.
Sifat ini tetap setelah zat ini dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk.
Berflouensi lemah, juga jika dicairkan tidak berbau hampir tidak berasa.
Kelarutan : memenuhi syarat yang tertera pada vaselinum album

IV. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Mortir
2. Stemper
3. Sudip
4. Ayakan
5. Pot salep
6. Sendok tanduk
B. Bahan
1. Acidi Borici
2. Vaselin Flavum
3. Acidium Benzoicum
4. Acidum Salicylicum
5. Lanolin
6. Vaselin Flavum

44
V. KELENGKAPAN RESEP

Dr. Andine Purwaningsih


Dokter Umum
SIK : 13.003.2013
Praktek : Perum Nila Graha 08 Slawi, Tegal
Telp . (0283) 746833

Slawi, 12 April 2017

R/
Ungt. Acidi Benzoici Salicylici 10

s.u.e

did

Pro : Windi
Umur : 18 tahun
Alamat : Brebes, Desa pebatan

1. Inscriptio
2. Invectio
3. Ordinatio
4. Signatura
5. Subcriptio

VI. RESEP STANDAR


Resep
R/ Ungt. Acidi Benzoici salicylia 10
S.U.E

Resep standar unguentum Acidi Benzoici salicylis pada buku FN hal: 9


Tiap 10 gram mengandung
R/ Acidium Benzoilicum 500mg
Acidum salicylicum 500mg
Lanolinum 4,5 g
Vaselin Flavum 10 g

VII. PENGGOLONGAN OBAT


1. Acidi Benzoicum : obat bebas
2. Acidum Salicylicum :?
45
3. Lanolinum :?

SINONIM

NO Nama Resmi Nama Generik Khasiat


1 Acidum Benzoicum
2 Acidum Salicylicum
3 Adaps Lanae

VIII. INKOMPABILITAS DAN PENYELESAIANNYA


● Pembuatan lanolin dengan resep standar 75% adeps lanae dan 25% air
● Acidum salicycum dan acidum benzoicum berbentuk hablur, maka harus
ditetesi terlebih dahulu dengan etanol.

IX. PERHITUNGAN DOSIS

X. PERHITUNGAN OBAT

XI. CARA KERJA


1. Menyetarakan timbangan
2. Masing-masing bahan ditimbang, Setelah semua bahan telah ditimbang membuat
lonalin kemudian dicampurkan acidum Benzoicum dan Acidum Salycilicum dalam
mortir dan ditetesi etanol/alcohol.
3. Menambahkankan vaselline flavum kemudian menambahkan lanolin lalu aduk ad
homogen.
4. Dimasukkan pot salep dan memberi etiket.

XII. ETIKET

XIII. LABEL
-

46
RESEP - RESEP
NO RESEP PERMASALAHAN
1 PULVIS Berat jenis, Homogenitas
R/ Bismuth Subnitratis 5
Carbo Adsorbens 5
m.f. pulvis
s.u.c
2 PULVERES Pengeringan
R/ Amminophyllin 200 mg
CTM 2 mg
Extra Belladone 10 mg
m.f. pulv dtd No X
s.t.d.d 1 P did
3 PULVIS
R/ Acid Boricum 20
Zinci Oxyda 100
Zinc Stearas 50
Kaolin 150
Talcum ad 1000
Peawarna kuning
4 CAPSULE
R/ Caps. C Quinini Sulf 0,100 No V
S. b. d d 1 caps
Pro : Tini (15 th)
5 PILULAE Higroskopis
R/ Kalii Bromidi 0,100
f.pil. dtd No XXX
s. t.d.d pil I
s.u.c
6 UNGUENTUM Peraturan salep no 3
R/ Ungt. Acid Borici 30
s.u.e
Pro: Tony
7 CREAM
R/ Ungt Linimens Ph Ned V 20
s.u.e
8 PASTA
R/ Pasta zinci Ph Ned V 20
s.t. dd. u.e
did
9 UNGUENTUM
R/ Acid Boricium 3
Zinci Oxydi 37
Oleum Sesami 60
s.t. dd. u.e

Pro: Anik

47
NO RESEP PERMASALAHAN
10 PASTA
R/ Calcii Carbonas 10
Sulfur Praecipitatum 10
Zinci Oxydi 10
Vaselin ad 100
s. u.e

Pro: Budi
11 SOLUTIONES
R/ Sol. Calcii Hydroxydi 300
S. Aqua Calcis

Pro: Tn. Adi


12 LOTION
R/ Alkohol 100
Borax 0,06
Champora 0,5
Gliserin 10
Oleum Rosarum 0,5
Aqua 200
s.u.c

Pro: didik
13 MIXTURA
R/ SASA 3
Amonium Chlorid 1
Succus Liquireta 5
Aqua 135
m.f. mixt
s.t.d.d C 1
14 SUSPENSI
R/ Acid Boricum 3
Zinci Oxyda 5
Talk 5
Gliserin 2,5
Aqua ad 100
m.f. mixt
s.t.d.d

Pro: sisca
15 INFUSA
R/ Inf. Orthosiphonis fol 100
Hexamine 5
S. t. d.d. c 1

48
NO RESEP PERMASALAHAN
16 SUPPOSITORIA
R/ Belladon Extra mg 10
PEG 6000 47%
PEG 400 33%
Aqua 20%
m.f. suppose dtd No III
s. b. d.d u. e
Pro: Lasmini (dewasa)
17 SUSPENSION
R/ Sulfur PP 10
Champor 1
Gumm Arabic 15
Sol. Calcii Hydroxidi
Aqua ad 50
S. b. d.d. u. e
Pro: Anjani
18 SATURATION
R/ Acid Citri 5
Aquae 30
Spirit Citri 5
Natrii Subcarbonas 6
Syrupus Simplex 20
Aqua ad 110
m.f. pot. effv

Pro: Tono
19 EMULSA
R/ Ol. Lecoris Aselli 50
Gummi Arabici 15
Glycerol 5
Aqua 37,5
Ol. Cinamomi gtt III
m.f. emuls
S.t.d.d cth I

Pro: Bentar d.i.d


20 PASANGAN RESEP
R/ Hydroklorotiazidum 0,025
Antalgin 0,150
Vitamin B1 0,025
m.f. pulv dtd No X
s. o. m p 1-2
R/ Neomycin Sulfas 7,5 mg
Benzocain 5 mg
Ol. Citri qs
m.f. pulv dtd No X
s. t. dd troch I

Pro: Ibu Utami

49
DAFTAR PUSTAKA
A.L.Suryan,V. K. Bhusari, K. S. Rasal, and S. R. Dhaneshwar, 2011. “Simultaneous
quantitation and validation of paracetamol, phenylpropanolamine hydrochloride and
cetirizine hydrochloride by RP-HPLC in bulk drug and formulation,” International
Journal of Pharmaceutical Sciences and Drug Research (3: 303–308).
American Society for Hospital-System Pharmacist. 2008. AHFS Drug Information Handbook.
ASHP Inc. USA : Bethesda D.
Anonim,1979. Farmakope Indonesia Edisi ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim,1995. Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Jakarta :Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim, 2016 Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta : PT ISFI.
Anief, Moh, 2010. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Anief Moeh. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta.Gadjah Mada University press
Katzung, B. G. 1994.  Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : EGC
Margareth, R.C., Marques, Cole, E., Kruep, D., Gray, V., Murachanian,D., Brown,
W.E., dan Giancaspro. 2009. Liquid-filled Gelatin Capsules. Pharmacopeial Forum
.July– Aug. 2009 :1032-1033.
Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC Press
Syamsuni, 2007. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : EGC.

50
COVER

51

Anda mungkin juga menyukai