ILMU RESEP
Edisi III 2022
Judul: Petunjuk Praktikum Ilmu Resep
Penyusun:
1. Dr. apt. Chairun Wiedyaningsih, M.Kes., M.App.Sc.
2. Dr. apt. Susi Ari Kristina, M.Kes.
3. Prof. Dr. apt. Satibi, M.Si.
4. Dr. apt. Dwi Endarti, M.Sc.
5. Dr. apt. Bondan Ardiningtyas, M.Sc.
6. apt. Septimawanto Dwi Prasetyo, M.Si.
7. apt. Niken Nur Widyakusuma, M.Sc.
8. apt. M. Rifqi Rokhman, M.Sc.
9. apt. Hardika Aditama, M.Sc.
10. apt. Marlita Putri Ekasari, M.P.H.
11. apt. Muvita Rina Wati, M.Sc.
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pertemuan Praktikum
1 Asistensi
2 Skills Lab (Menghitung dosis, menulis
etiket, dan menulis Salinan resep)
9 Responsi
CAPAIAN PEMBELAJARAN DAN
PENILAIAN PRAKTIKUM
A. Pengertian Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi,
atau dokter hewan kepada Apoteker, baik dalam bentuk
kertas maupun elektronik untuk menyediakan dan
menyerahkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan
bagi pasien.
B. Pengkajian Resep
Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 tahun 2016 tentang
Standar Praktik Kefarmasian di Apotek menyebutkan bahwa kegiatan
pengkajian resep meliputi kajian administrasi, kesesuaian farmasetik
dan pertimbangan klinis.
1. Kajian administratif
a. Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan
b. Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor
telepon dan paraf
c. Tanggal penulisan resep
2. Kajian kesesuaian farmasetik
a. Bentuk dan kekuatan sediaan
b. Stabilitas
c. Kompatibilitas (ketercampuran obat)
3. Pertimbangan klinis
a. Ketepatan indikasi dan dosis obat
b. Aturan, cara dan lama penggunaan obat
c. Duplikasi dan/atau polifarmasi
d. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat,
manifestasi klinis lain)
e. Kontraindikasi
f. Interaksi
Apoteker pada pelayanan apotek, Puskesmas/ klinik, dan rumah
sait harus mengonfrmasi penulis resep (dokter, dokter gigi, atau dokter
hewan) apabila menemukan ketidaksesuaian atau keraguan atas dasar
pengkajian resep.
C. Penyiapan Sediaan
1. Pembagian Serbuk
Hal yang perlu diperhatikan dalam membagi serbuk ketika
membuat pulveres atau kapsul adalah sebagai berikut:
a. Seluruh serbuk yang akan dibagi dituangkan ke dalam satu kertas
perkamen menggunakan sudip.
b. Serbuk dibagi rata berdasarkan penglihatan langsung dari kertas
yang digunakan sebelumnya ke kertas perkamen yang telah ditata.
c. Serbuk bagi atau pulveres dapat langsung dibagi dengan
menggunakan penglihatan biasa tanpa penimbangan lagi jika
zatnya bukan merupakan zat berkhasiat keras atau memiliki
jendela terapi sempit dan dapat dilakukan paling banyak untuk 20
bungkus. Apabila pembagian dilakukan untuk lebih dari 20
bungkus, serbuk harus dibagi dalam beberapa bagian sama berat
(dengan penimbangan), dan tiap bagian dibagi paling banyak
menjadi 20 bungkus.
d. Jika tidak kidal, mulailah dari kertas perkamen yang berada pada
posisi barisan atas dan paling kiri, dilanjutkan ke arah kanan, lalu
menyusul baris berikutnya dari bagian kiri ke kanan.
2. Pemilihan Cangkang Kapsul
Pemilihan ukuran kapsul dapat dilakukan dengan beberapa
metode, salah satunya menggunakan Aturan Tujuh (rule of seven),
yaitu:
a.Berat serbuk yang akan dikapsul dikonversikan menjadi x
grain (1 grain = 0,065 gram)
b. Hitung 7-x
c.Hasil Pengurangan dipasangkan dengan tabel di bawah.
4. Pembuatan Etiket
Indonesia belum memiliki aturan baku mengenai format
etiket. Peraturan mengenai etiket mengatur bahwa informasi yang
tertera pada etiket sekurang – kurangnya memuat informasi nama
pasien, cara penggunaan obat, jenis dan jumlah obat, serta penggunaan
warna yaitu warna putih untuk obat yang dalam/ oral (yang ditelan),
dan biru untuk obat luar dan suntik. Gambar etiket di bawah adalah
salah satu contoh format yang digunakan di Apotek Universitas
Gadjah Mada, merupakan hasil workshop para Apotekernya pada
tahun 2012. Apoteker dapat berkreasi dengan membuat format sendiri
dengan memenuhi kaidah yang berlaku.
Apotek Farmasetika
Jl. Sekip Utara, Yogyakarta
No: Tgl:
Pasien:
Obat:
Aturan Pakai: __x sehari__tablet/kapsul/bungkus/sendok__
Sebelum/saat/sesudah makan
Peringatan Simpan di Kadaluarsa Apoteker
Apotek Farmasetika
Sekip Utara, Yogyakarta
No: Tgl:
Pasien:
Obat:
Aturan Pakai:
Obat luar
Peringatan Simpan di Kadaluarsa Apoteker
Gambar 3. Contoh Format Etiket Obat Topikal/ Obat Luar
Iter 1 x
R/ Acidum Salicilicum 2%
Desoxymethason oint 5
Vaselinum album 5
Mfla oint da in pot No. I
S bdd ue
R/ Mebhydrolin 50 mg No. X
S t d d tab I
R/ Salbutamol 4 mg No. X
S t d d tab I prn, jika sesak
PANDUAN KONSELING
5. Diskusi Penutup
Mengulangi poin-poin penting Meminta tanggapan dari pasien
Mendorong pasien untuk bertanya Menegaskan tindak lanjut untuk pemantauan
Tabel 2. Lima Tahapan Sesi Konseling (Rantucci, 2010)
Pembukaan
Pendahuluan :
1. Menyapa
2. Memperkenalkan diri, menyebutkan nama dan menyatakan posisi
di tempat pelayanan tersebut.
3. Pasien dengan resep : menanyakan identitas pembawa resep dan
juga mem-verifikasi identitas pasien dalam resep
Rawat mandiri : bertanya tentang identitas pasien
(nama pasien/pembawa resep pasien kemudian digunakan sebagai
sapaan selama sesi konseling berlangsung)
4. Percakapan ringan untuk menghangatkan diskusi (jika
memungkinkan)
Pasien ulangan/refill
1. Mengkonfirmasi informasi tentang pasien :
a. Nama
b. Alamat
c. Nomor telepon
d. Usia
e. Kehamilan/menyusui
f. Kondisi medis and obat yang digunakan
g. Obat lain yang sedang digunakan, termasuk obat bebas/bebas
terbatas dan obat herbal.
h. Riwayat alergi
2. Konfirmasi informasi penggunaan obat, untuk mengetahui :
a. Permasalahan kepatuhan
b. Detail penggunaan obat : bagaimana pasien menggunakan dan
apakah ada kesulitan dalam penggunaan obat
c. Kejadian efek samping atau efek yang tidak diharapkan
d. Efektivitas pengobatan.
Rawat mandiri
1. Mengevaluasi gejala penyakit :
a. Lokasi/ tempat sakit
b. Quality/ seberapa sering gejala muncul
c. Tingkat keparahan
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi
e. Waktu/ kapan mulai muncul gejala
f. Gejala lain yang berhubungan
g. Terapi sebelumnya
2. Sudahkah berkonsultasi dengan dokter?
3. Terapi apa yang sudah pernah dilakukan?
4. Riwayat medis/ penyakit yang diderita
5. Obat lain yang sedang digunakan
6. Diagnosis sebelumnya dan/ atau terapi sebelumnya dari gejala
yang dirasakan
7. Diskusi untuk mengembangkan rencana terapi dan penyelesaian
permasalahan
Diskusi permasalahan riil dan potensial
1. Penjelasan mengenai beberapa alternatif treatment (misalkan ada
beberapa alternatif pilihan obat untuk rawat mandiri) dan bersama
dengan pasien menyetujui untuk memilih salah satu dari alternatif
tersebut.
2. Implementasi rencana terapi.
3. Mendiskusikan hasil terapi dan pemantauan.
Penutup
1. Mengulangi poin-poin penting
2. Meminta tanggapan dari pasien atau meminta pasien untuk
mengulangi
3. Mendorong pasien utnuk bertanya
4. Menegaskan tindak lanjut untuk pemantauan
5. Memberikan informasi tertulis (jika ada) atau informasi pengingat
minum obat
6. Menginformasikan kepada pasien tentang apa yang sudah
didiskusikan sudah didokumentasikan.
7. Sapaan penutup, terima kasih dan mendoakan pasien.
Contoh:
Skenario:
Resep
R/ Ibuprofen mg 100
Triamcinolon mg 2
Mfla pulv dtd No. XV
S t d d pulv I
Rencana monitoring:
Efficacy/ Efektivitas terapi:
1. Memastikan pasien dapat menerima obatnya: mampu menelan dan
patuh mengikuti saran pemakaian.
2. Infeksi dan demam: suhu badan < 37,5 derajat celcius, nafsu makan
meningkat/ peradangan penyebab nyeri menelan membaik.
DOKUMENTASI
Suppositoria
Suppositoria merupakan bentuk sediaan yang mirip dengan
peluru atau torpedo dimana penggunaannya dilakukan melalui anus
dan akan meleleh pada suhu tubuh. Cara menggunakan suppositoria
yang benar adalah sebagai berikut:
1. Bersihkan tangan menggunakan sabun dan air.
2. Jika suppositoria terasa lembek, untuk mengeraskannya kembali
dapat dengan dialiri air dingin atau dimasukkan freezer beberapa
menit.
3. Buka pengemas suppositoria.
4. Jika anda diharuskan memakai setengahnya saja maka potong
bagian belakang (bagian tumpul) dengan pisau tajam dan yang
digunakan adalah bagian yang memiliki sisi depan atau lebih
lancip.
5. Anda dapat menggunakan sarung tangan/ glove tangan jika perlu.
6. Beri pelumas pada suppositoria dengan pelumas yang larut air
(contoh K-Y Jelly®) bukan dengan vaselin atau cukup dengan
membasahi lubang anus dengan air.
7. Baringkan badan anda, posisi miring menghadap salah satu sisi
dengan satu kaki lurus dan satu kaki ditekuk ke arah perut.
8. Angkat bagian pantat yang berada di sisi atas menggunakan 1
tangan.
9. Dengan tangan lainnya masukkan suppositoria ke dalam anus
dimana bagian suppositoria yang lebih lancip berada di depan.
Masukkan sedalam ½-1 inci jika pasien anak-anak dan 1 inci jika
pasien dewasa. Jika kurang dikhawatirkan suppositoria akan
keluar kembali.
10. Pegang kedua pantat agar lubang anus tertutup selama beberapa
detik.
11. Tetap pada posis tidur miring selama 5 menit agar suppositoria
tidak keluar lagi dan memberi waktu suppositoria agar meleleh.
12. Buang glove dan kemasan suppositoria serta basuhlah tangan
anda.
Langkah 1 Langkah 2
Langkah 3 Langkah 6
Langkah 7
Langkah 8 Langkah 9
Langkah 11
Sumber: ASHP, 2009a
Tetes Mata
Cara menggunakan tetes mata yang benar adalah sebagai berikut:
1. Basuh tangan anda menggunakan sabun dan air.
2. Lihat ujung penetes dan pastikan ujung penetes tidak retak dan
masih utuh.
3. Hindari kontak langsung ujung penetes dengan mata, tangan atau
benda lainnya.
4. Condongkan kepala ke belakang, tarik kelopak mata bawah
menggunakan jari telunjuk sehingga kelopak mata membentuk
kantung.
5. Pegang botol tetes menggunakan tangan yang lainnya sedekat
mungkin dengan kelopak mata tanpa menyentuhnya.
6. Tekan botol tetes secara perlahan sampai jumlah tetes cairan yang
dibutuhkan masuk ke dalam kantung kelopak bawah mata.
7. Tutup mata selama 2-3 menit dan hadapkan kepala ke bawah.
Usahakan untuk tidak mengedip.
8. Tekan pembuluh air mata secara pelan.
9. Seka cairan yang keluar dari mata dengan tisu.
10. Pasang kembali tutup botol tetes mata dengan rapat.
11. Basuh tangan anda kembali.
12. Bila pemakaian lebih dari satu macam tetes mata atau salep mata,
beri jarak minimal 5-10 menit dimana pemakaian tetes mata
didahulukan, baru kemudian salep mata.
13. Bila memakai lensa kontak, lepas dan pasang kembali sekitar 15
menit setelah pemakaian tetes mata atau salep mata
Langkah 1 Langkah 4
Langkah 5 Langkah 7
Langkah 8 Langkah 10
Salep Mata
Cara menggunakan salep mata yang benar adalah sebagai
berikut:
1. Basuh tangan anda menggunakan sabun dan air.
2. Hindari kontak langsung antara ujung tube dengan mata, tangan
atau permukaan benda lainnya.
3. Condongkan kepala ke belakang, tarik kelopak mata bawah
menggunakan jari telunjuk sehingga kelopak mata membentuk
kantung.
4. Pegang tube salep dengan menggunakan tangan yang lainnya
sedekat mungkin dengan kelopak mata tanpa menyentuhnya.
Oleskan salep ke dalam kantong mata tersebut sepanjang kira-kira
1 cm.
5. Kedipkan mata secara perlahan, kemudian tutup mata selama 1-2
menit
6. Seka salep yang keluar dari mata dengan tisu.
7. Pasang kembali tutup tube dengan rapat.
8. Basuh tangan anda kembali.
9. Bila pemakaian lebih dari satu macam tetes mata atau salep mata,
beri jarak minimal 5-10 menit dimana pemakaian tetes mata
didahulukan, baru kemudian salep mata.
10. Bila memakai lensa kontak, lepas dan pasang kembali sekitar 15
menit setelah pemakaian tetes mata atau salep mata
Sumber gambar: ASHP, 2009c
Tetes Telinga
Cara menggunakan tetes telinga yang benar adalah sebagai
berikut:
1. Basuh tangan anda menggunakan sabun dan air.
2. Pastikan telinga anda bersih, bersihkan telinga anda dengan kain
lembab dan biarkan kering.
3. Hangatkan tetes telinga agar mendekati suhu tubuh dengan
memegangnya beberapa menit dengan telapak tangan anda.
4. Jika tetes telinga berupa suspensi, maka kocok dahulu selama 10
detik.
5. Lihat ujung penetes dan pastikan ujung penetes tidak retak dan
masih utuh.
6. Ambil obat menggunakan penetes sebanyak yang anda perlukan.
Biasanya pada penetes terdapat skala untuk menunjukkan obat
yang ada dalam penetes.
7. Miringkan kepala dimana telinga yang akan diberi obat berada
pada posisi atas. Tarik daun telinga kearah belakang atas (untuk
dewasa) atau kebelakang bawah (untuk anak lebih muda dari 3
tahun) agar saluran telinga terbuka.
8. Teteskan obat pada telinga sebanyak dosis pemakaian tanpa ujung
penetes menyentuh telinga. Tekan dengan lembut daun telinga
kecil agar tetesan obat masuk ke saluran telinga.
9. Pertahankan posisi kepala anda beberapa 2-3 menit atau masukkan
kapas ke telinga anda, sesuai dengan petunjuk dokter atau
apoteker anda.
10. Pasang kembali penetes pada obat tetes dengan rapat.
11. Basuh tangan anda kembali.
Lankah 1 Langkah 3
Langkah 7
Langkah 8
Langkah 9 Langkah 11
a. Fluoroquinolon
b. Chloramphenicol
c. Phenylbutazon
d. Nitrofurazon
e. Cephalosporin (tidak termasuk cephapirin)
f. Diethylstilbestrol
g. Dimetridazol
h. Ipronidazol dan nitroimidazxol lainnya
i. Furaxolidone
j. Glicopeptide
B. Kapsul
Sediaan kapsul banyak diberikan pada hewan peliharaan (pets)
seperti kucing dan anjing baik berupa obat maupun multivitamin dan
suplemen. Ukuran kapsul gelatin manusia dapat diterima hewan jenis
ini. Bila dibutuhkan kapsul gelatin untuk hewan juga tersedia ukuran
13 (2 – 3 gram) hingga 17 (14 – 24 gram). Beberapa kapsul juga
dirancing dengan memberikan perasa daging pada cangkangnya untuk
memperbaiki palatabilitas (berfungsi sebagai corigen saporis). Rasa
daging akan memperbaiki minat anjing dan kucing untuk menelannya.
C. Sediaan parenteral
Administrasi sediaan parenteral melalui rute injeksi, sediaan
yang tersedia antara lain larutan, suspensi, emulsi, dan serbuk kering
yang direkonstitusi, infus intra – mammary untuk digunakan
contohnya pada sapi yang menyusui maupun nonmenyusui,
intravagina, dan implan. Sediaan intravaginal berbentuk spon
polyurethane yang memgandung progestine sintetik berupa silicon
untuk menstimulasi hormon progesteron alami. Sediaan implan berupa
tablet kempa atau matriks terdispersi pada suatu polimer tak
terdegradasi.
D. Sediaan Topikal
Sediaan topikal berbentuk padat (serbuk kering), semisolid
(gel, krim, pasta, dan salep) dan cairan (larutan, suspensi, dan
suspensi). Sediaan topical tidak hanya diformulasi untuk pengobatan
penyakit luar, tetapi juga penyakit dalam. Salah satu penyakit yang
banyak diobati dengan sediaan topikal adalah infeksi akibat parasite
internal maupun eksternal. Cara pengaplikasian sediaan topikal perlu
dipelajari sebagai berikut:
3. Dips
Dips digunakan untuk mengontrol ektoparasit yang menyerang hewan.
Dipping merupakan suatu metode intensif yang ilakukan untuk
menjaga atau mengontrol ektoparasit pada hewan. Suatu formulasi dip
yaitu bahan obat terdilusi pada suatu kolam mandi
(bath) tempat dimana hewan akan berada didalamnya. Suatu dip
haruslah berukuran besar, lebar, dan kedalamannya cukup untuk
merendam hewan agar obat tersebar secara merata pada seluruh bagian
tubuh hewan. Bahan obat haruslah bersifat nontoksik terhadap hewan
namun toksik terhadap ektoparasit.
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam peracikan obat hewan adalah
sebagai berikut:
SKRINING ADMINISTRATIF
Informasi Pasien
1. Nama pasien Ada Tidak,
tindakan: ___
2. Umur pasien Ada Tidak,
tindakan: ___
3. Jenis kelamin Ada Tidak,
tindakan: ___
4. Berat badan Ada Tidak,
tindakan: ___
Informasi Dokter
5. Nama dokter Ada Tidak,
tindakan: ___
6. SIP Ada Tidak,
tindakan: ___
7. Alamat Ada Tidak,
tindakan: ___
8. No Tlp Ada Tidak,
tindakan: ___
9. Paraf Ada Tidak,
tindakan: ___
10. Tgl Penulisan Ada Tidak,
tindakan: ___
SKRINING FARMASETIS
1. Bentuk Sediaan Sesuai Tidak,
tindakan: ___
2. Kekuatan Sediaan Sesuai Tidak,
tindakan: ___
3. Stabilitas Sesuai Tidak,
tindakan: ___
4. Kompatibilitas Sesuai Tidak,
tindakan: ___
SKRINING KLINIK
1. Ketepatan Pemilihan Obat
Indikasi Kontraindikasi Alergi
2. Interaksi
Interaksi Obat Signifikansi Efek Pengatasan