FARMASI FISIKA
Oleh :
Tim Dosen Farmasi Fisika
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat- Nya Buku
Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika dapat diselesaikan dengan baik. Farmasi Fisika menjadi mata
kuliah wajib bagi mahasiswa program studi S1 Farmasi Klinis di Institut Ilmu Kesehatan Medika
Persada Bali. Farmasi Fisika memberi pengetahuan tentang penerapan konsep fisika dalam ilmu
farmasi. Praktikum Farmasi Fisika ini membahas mengenai konsep viskositas dan rheologi,
tegangan permukaan, kelarutan, sedimentasi partikel, stabilitas dan mikromeritik
Praktikum farmasi fisika ini dilaksanakan agar dapat memberikan pengalaman praktis
mengenai ilmu farmasi fisika yang tentunya juga didukung oleh pengetahuan teoritis yang
diberikan melalui kuliah farmasi fisika. Petunjuk praktikum ini diharapkan dapat menjadi sarana
untuk memudahkan mahasiswa program studi Farmasi Klinis, Institut Ilmu Kesehatan Medika
Persada Bali, dalan melaksanakan praktikum farmasi fisika.
Kami menyadari bahwa Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika masih jauh dari
sempurna, untuk hal ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk perbaikan penyusunan buku ini di masa mendatang sehingga nantinya dapat mendukung
terselenggaranya praktikum farmasi fisika dengan lebih baik.
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM......................................................................................................iv
PENILAIAN PRAKTIKUM..........................................................................................................vi
JURNAL DAN LAPORAN..........................................................................................................vii
PRAKTIKUM I VISKOSITAS DAN RHEOLOGI........................................................................1
PRAKTIKUM II TEGANGAN PERMUKAAN.............................................................................8
PRAKTIKUM III KELARUTAN.................................................................................................13
PRAKTIKUM IV STABILITAS…...............................................................................................21
PRAKTIKUM V SEDIMENTASI PARTIKEL SUSPENSI.......................................................28
PRAKTIKUM VI MIKROMERITIKA........................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................38
TATA TERTIB PRAKTIKUM
Penilaian praktikum farmasi fisika meliputi semua aspek, dari mulai jurnal praktikum, test
sebelum praktikum (pretest), teknik kerja pada saat praktikum (self asessment), laporan hasil,
sampai dengan pelaksanaan responsi. Sistem yang digunakan adalah sistem standard mutlak
dengan nilai akhir dalam bentuk huruf. Berikut adalah alokasi serta standar penilaian praktikum
botani farmasi.
Alokasi Penilaian :
1. Pretest (30%)
2. Proses Praktikum (30%)
3. Responsi (40%)
Standard Penilaian :
• 100 – 81 : A
• 80 – 71 : AB
• 70 – 66 : B
• 65 – 61 : BC
• 60 – 55 : C
• 54 – 41 : D
• 54 – 41 : E
FORMAT JURNAL DAN LAPORAN
I. Format Jurnal
Jurnal dibuat tulis tangan menggunakan kertas double folio, per individu dengan format
sebagai berikut
1. Tujuan Praktikum
2. Dasar Teori
3. Alat dan Bahan
4. Prosedur Kerja
5. Hasil Pengamatan
6. Daftar Pustaka
II. Format Laporan
Laporan dibuat tulis tangan menggunakan kertas double folio, per kelompok dengan format
sebagai berikut
1. Tujuan Praktikum
2. Dasar Teori
3. Alat dan Bahan
4. Prosedur Kerja
5. Hasil Pengamatan dan Perhitungan
6. Hasil Jawaban Soal
7. Pembahasan
8. Kesimpulan
9. Daftar Pustaka
Jurnal dan Laporan dibuat dengan menyertakan sampul. Hal yang perlu disertakan dalam
sampul jurnal atau laporan adalah sebagai berikut
JURNAL/LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI
FISIKA PRAKTIKUM I/II/DST (JUDUL
PRAKTIKUM)
LAMBANG UNIVERSITAS
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menentukan viskositas dari sediaan minyak kelapa, kecap, sirup, emulsi dan suspensi
dengan menggunakan Viskometer Brookfield
2. Menentukan sifat aliran dari sediaan minyak kelapa, kecap, sirup, emulsi dan suspensi
dengan menggunakan Viskometer Brookfield
3. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran parameter rheology dengan
menggunakan Viskometer Brookfield
1
mengukur viskositas dan rheologi suatu zat yaitu viscometer, dimana ada dua jenis viscometer
yaitu (Sinko, 2011):
1. Viscometer satu titik : Viscometer ini bekerja pada satu titik kecepatan geser saja,
sehingga hanya dihasilkan satu titik pada rheogram. Alat ini hanya dapat digunakan
untuk menentukan viskositas cairan newton, yang termasuk kedalam jenis alat ini yaitu
viscometer kapiler, viscometer bola jatuh, dan penetrometer.
2. Viscometer banyak titik : Viscometer jenis ini pengukurannya dapat dilakukan pada
beberapa harga kecepatan geser sehingga dapat diperoleh rheogram yang sempurna.
Viscometer jenis ini dapat digunakan untuk menentukan viskositas cairan newton
maupun cairan non newton, yang termasuk kedalam jenis alat ini yaitu viscometer rotasi
tipe Stromer, viscometer Brookfield dan Rotovisco.
Berdasarkan hukum Newton tentang sifat aliran cairan, maka tipe aliran dibedakan
menjadi 2, yaitu cairan newton dan cairan non newton (Wiroatmojo, 1988):
1. Cairan Newton yaitu cairannya mengalir mengikuti aturan-aturan viskositas.
2. Cairan non Newton yaitu aturannya tidak mengikuti aturan viskositas. Cairan biasanya
memiliki ukuran molekul yang paling besar atau mempunyai struktur tambahan, misalnya
koloid. Untuk mengalirkan cairan bukan cairan Newton sehingga diperlukan tambahan
gaya atau jika perlu memecah strukturnya. Berdasarkan grafik sifat aliaran (rheogram)
cairan non newton terbagi atas dua kelompok yaitu:
I.Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi oleh waktu, kelompok ini terbagi atas tiga
aliran yaitu:
a. Aliran plastis : Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tetapi memotong
sumbu shearing stress pada titik tertentu yang dikenal dengan harga yield.
Bingham bodies tidak akan mengalir sampai shearing stress dicapai sebesar
harga yield tersebut.
b. Aliran pseudoplastis : Viskositas cairan pseudoplastis akan berkurang dengan
meningkatnya rate of shear.
II. Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi oleh waktu, kelompok ini terbagi atas tiga
aliran yaitu (Sinko, 2011):
a. Aliran Tiksotropi
R
a
t
e
O
f
s
h
e
r
e
Shearing stress
R
a
t
e
O
f
S
h
a
r
e
Shearing steess
Rheopeksi adalah suatu gejala dimana suatu sol membentuk suatu gel lebih cepat jika
diaduk perlahan-lahan atau kalau di shear daripada jika dibiarkan membentuk gel tersebut
tanpa pengadukan. Dalam suatu sistem reopektis, gel tersebut adalah bentuk
keseimbangan. Sedangkan dalam anti tiksotropi keadaan keseimbangan adalah sol.
c. Antitiksotropi
R
a
t
e
O
f
S
h
a
r
e
Shearing stress
3.2 Bahan
1. Alkohol 70%
2. Minyak kelapa 500 ml
3. Kecap 500 ml
4. Sirup 500 ml
5. Emulsi 500 ml
6. Suspensi 500 ml
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan suatu zat cair.
2. Menentukan tegangan permukaan zat cair.
3. Menentukan konsentrasi misel kritik suatu surfaktan dengan metode tegangan
permukaan.
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menerapkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat
2. Menjelaskan pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat
Proses pelarutan terbagi dalam 3 tahap seperti yang terlihat pada gambar 3.1
Gambar 3.1 Diagram yang menggambarkan proses yang terlibat dalam pelarutan solute
kristalin
Tahap pertama, molekul terlarut (obat) 'dikeluarkan' dari kristalnya.Selanjutnya
rongga untuk molekul dibuat dalam pelarut. Pada tahap ketiga molekul terlarut dimasukkan
ke dalam rongga ini (Attwood Alexander Florence Attwood, 2008).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain yaitu pH,
suhu, jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel zat, konstanta dielektrik bahan pelarut, dan
adanya zat-zat lain seperti surfaktan, pembentuk kompleks, ion sejenis, dan lain-lain.
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dan pelarut, yaitu oleh momen
dipolnya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionic dan zat polar lain. Oleh karena itu, air
bercampur dengan alkohol dalam segala perbandingan dan melarutkan gula dan senyawa
polihidroksi yang lain. Pertimbangan tentang momen dipole saja tidak cukup untuk
menerangkan kelarutan zat polar dalam air. Kemampuan zat terlarut membentuk ikatan
hidrogen lebih merupakan faktor yang jauh lebih berpengaruh dibandingkan dengan
polaritas yang direfleksikan dalam dipole momen yang tinggi. Air melarutkan fenol,
alkohol, aldehida, keton, amine dan senyawa lain yang mengandung oksigen dan nitrogen,
yang dapat membentuk ikatan hidrogen dalam air. Perbedaan sifat keasaman dan kebasaan
dari konstituen dalam hal donor akseptor electron Lewis juga member andil untuk interaksi
spesifik dalam larutan.
Aksi pelarut dari cairan non polar, seperti hidrokarbon, berbeda dengan zat polar.
Pelarut nonpolar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat
dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tdak dapat
memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut nonpolar
termasuk golongan pelarut arotik, dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan
nonelektroli. Oleh karena itu, zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau hanya dapat larut
sedikit dalam pelarut nonpolar. Namun, senyawa nonpolar dapat melarutkan zat terlarut
nonpolar dengan tekanan dalam yang sama melalui interaksi dipole induksi. Molekul zat
terlarut tetap berada dalam larutan dengan adanya sejenis gaya van der Waals-London yang
lemah. Maka minyak dan lemak larut dalam karbon tetraklorida, benzena dan minyak
mineral. Alkaloid basa dan asam lemak larut dalam pelaru nonpolar. Pelarut semipolar
seperi keton dan alkohol dapat menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul
pelarut nonpolar, sehingga menjadi dapat larut dalam alkohol, contohnya benzena yang
mudah dipolarisasikan. Kenyataanya dapat menyebabkan bercampurnya cairan polar.
Konstanta dielektrik adalah suatu besaran tanpa dimensi dan merupakan rasio antara
kapasitas elektrik medium (Cx) terhadap vakum (Cv) atau = Cx. Cv-1 Besarnya konstanta
dielektrik menurut Moore dapat diatur dengan menambahkan bahan pelarut lain. Tetapan
dielektrik suatu campuran bahan pelarut merupakan hasil penjumlahan tetapan dielektrik
masing-masing sesudah dikalikan dengan % volume setiap komponen pelarut.
Adakalanya suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut campuran dibandingkan
dengan pelarut tunggalnya. Fenomena ini dikenal dengan istilah co-solvency sedangkan
bahan pelarut di dalam pelarut campur yang mampu meningkatkan kelarutan zat disebut
cosolvent. Etanol, gliserin dan propilen glikol adalah contoh-contoh co-solvent yang umum
digunakan dalam bidang farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan eliksir.
3.2 Bahan
1. Air
2. Alkohol
3. Larutan Propilen Glikol
4. Asam Salisilat
5. Larutan NaOH 0,1 N
6. Indikator Phenolphtalein
2. Perhitungan
Hitung konsentrasi asam salisilat dari setiap pelarut campur!
VI. SOAL-SOAL PENUNTUN
a. Apa yang dimaksud konstanta dieletrik dan bagaimana hubungannya terhadap
kelarutan?
b. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan?
PRAKTIKUM IV
STABILITAS
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu bahan
obat
2. Memahami dan menjelaskan pengaruh perubahan suhu terhadap kestabilan suatu bahan
obat
3. Memahami cara menentukan tetapan laju peruraian bahan obat pada suhu tertentu
4. Memahami dan menghitung pengaruh energi aktivasi dalam peruraian suatu bahan obat
karena pengaruh perubahan suhu
METODE SPEKTROFOTOMETRI
I. Pembuatan larutan baku vitamin C
Timbang serbuk vitamin c standar sebanyak 50 mg dan masukkan ke dalam
beker gelas
Tambahkan aquadest secukupnya, diaduk sampai larut dan masukkan kedalam
labu ukur 100 ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas pada labu ukur 100
ml, kocok sampai homogen.
Lakukan pengenceran dengan cara mengambil 2 ml larutan baku vitamin c,
masukkan ke dalam labu ukur 100 ml, tambahkan aquadest sampai batas
tanda, kocok hingga homogen.
Lakukan pengukuran absorbansi larutan baku vitamin c menggunakan alat
spektrofotometri UV VIS untuk menentukan panjang gelombang maks dan
ulangi sebanyak 3 kali
Catat dalam table dan buatlah grafik
Larutan 27
baku vitamin
C
Larutan 27
sampel
50
vitamin C
70
90
Larutan 27
baku vitamin
C
Larutan 27
sampel
50
vitamin C
70
90
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami dan mengamati faktor-faktor dan parameter-parameter yang
mempengaruhi stabilitas suatu suspense
2. Memahami pengaruh penambahan suspending agent pada sediaan suspense
3. Memahami perbedaan antara sistem suspensi terflokulasi dan terdeflokulasi
Dua parameter sedimentasi adalah volume sedimentasi (F) dan derajat flokulasi. Volume
sedimentasi adalah perbandingan volume akhir sedimentasi (Vu) terhadap volume awal
suspense (Vo) :
Derajat flokulasi adalah suatu parameter yang lebih mendasar, karena menghubungkan
volume sedimen dalam system flokulasi dengan volume sedimen pada system deflokulasi
Secara umum kecepatan sedimentasi dinyatakan dalam Hukum Stokes, dengan
persamaan:
II III IV V
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mampu dan terampil menggunakan mikroskopi optic untuk menentukan ukuran
partikel dan distribusinya
2. Memahami dan mampu menghitung parameter-parameter yang berhubungan bentuk
dan ukuran partikel
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Kedua. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Ansel, H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Atkins, P. W. 1994. Kimia Fisik edisi ke-4 jilid 1. Erlangga: Jakarta Bird, T. 1993. Kimia Fisik
Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia
Attwood Alexander Florence Attwood, D. T. (2008) Physical Pharmacy. London:
Pharmaceutical Press.
Augustijns, P. and Brewster, M. (2007) Solvent Systems and Their Selection in Pharmaceutics
and Biopharmaceutics. USA: AAPP Press.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Gennaro, Alfonso R,et all, 1990. Remingto’s Pharmaceutical Sciences Edisi 18th . Marck
Publishing Company. Easton Pensylvania 591.
Giancoli, Douglas C. 2001. Isika Jilid I (terjemahan). Erlangga: Jakarta.
Herinaldi. 2004. Mekanika Fluida, terjemahan dari “Fundamental of Fluids Mechanic oleh
Donald F. Young. Erlangga: Jakarta.
Lachman, L., 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri. UI – press.
Martin, Alfred et al. 1990. Farmasi Fisik Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia
Martin, Alfred et al. 1990. Farmasi Fisik Edisi Ketiga Jilid II. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia
Mawarda. 2009. Tegangan Permukaan dan Kapasitas. PT Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.
Nahar, L., dan Satyajit S. 2009. Kimia untuk Mahasiswa Farmasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Parrot . 1971. Pharmaceutical Technology. Burgess Publishing Company : Lowa City
Respati, H. 1981. Kimia Dasar Terapan Modern. Jakarta : Erlangga
Sinko dan Patrick. 2011. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Martin Edisi 5. Jakarta: EGC
Soekardi, I. dan Hutauruk. 2004. Transisi Menuju Fakoemulsifikasi. Jakarta: Granit
Suminar. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern, tejemaham dari “Principles of Modern
Chemistry” oleh David Oxtoby. Erlangga.Jakarta.
Syamsuni, H. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC
Tungadi, R. 2014. Teknologi Sediaan Liquida dan Semisolida. Jakarta: Sagung Seto
Underwood, A. L, dan Day, R. A. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keempat. Surabaya :
Penerbit Erlangga
Wiroatmojo. 1998. Farmasi Fisika: Bagian Larutan dan Sistem Dispersi. Jogjakarta: Gajah
Mada University Press
Wyle,B.E. 1988. Mekanika Fluida. Erlangga. Jakarta
Yazid, Estien, 2004. Kimia Fisika untuk Paramedis. Penerbit Andi, Yogyakarta