Anda di halaman 1dari 22

MODUL PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA

Disusun oleh :

apt. Dwi Fitrah Wahyuni, S.Farm.,M.Farm


apt. A. Rufaidah Hashary S.Si., M.Si

Program Studi D3 Farmasi


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Salewangang Maros
2022

1
TUGAS PENDAHULUAN
(Jelaskan Jawaban dengan benar dan cantumkan literatur jurnal/buku)

1. Apa yang dimaksud dengan


a. Viskositas
b. ukuran partikel
c. tegangan permukaan
d. disolusi dan kelarutan
2. Apa manfaat mempelajari viskositas dan rheologi dalam bidang farmasi
3. Apa yang dimaksud dengan koefisien partisi
4. Jelaskan perbedaan sytem newton dan non newton.
5. Apa yang dimaksud dengan emulsi, emulsifikasi, dan emulgator
6. Jelaskan sifat-sifat yang mempengaruhi stabilitas emulsi
7. Sebutkan jenis-jenis stabilitas menurut farmakope indonesia
8. Uraikan dengan baik pada setiap percobaan, judul praktikum alat dan bahan yang
digunakan beserta skema kerjanya.

2
PENGANTAR

Assalamualaikum, wr, wb
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga modul praktikum
farmasi fisik ini dapat tersusun. Secara umum, praktikum ini
berhubungan dengan kajian kelarutan dan faktor yang
mempengaruhinya; stabilitas obat; fenomena antar permukaan dan
penentuan tegangan permukaan; sistem dispersi (koloid, emulsi,
suspensi, dispersi padat); pengertian rheologi dan viskositas serta
hubungannya dalam farmasi, mikromeritik. Praktikum ini diharapkan
dapat meningkatkan ketrampilan mahasiswa dalam menyampaikan
informasi melalui komunikasi yang efektif baik interpersonal maupun
profesional kepada pasien, sejawat, apoteker, praktisi kesehatan lain dan
masyarakat sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab.
Penyusun menyadari bahwa buku ini tidak terlepas dari
kekurangan, oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan buku ini. Penyusun
berharap semoga buku ini dapat bermanfaat. Amiin.
Wassalamualaikum, Wr. Wb

Koordinator Praktikum

3
Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum

1. Mahasiswa wajib hadir di ruang praktikum sesuai jadwal praktikum


yang berlaku.
2. Mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 15 menit tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum.
3. Mahasiswa wajib membawa farmasi kit disetiap kegiatan praktikum.
4. Mengikuti pretest sebelum praktikum dimulai.
5. Bila nilai pretest memenuhi standar (≥60) mahasiswa dapat
mengikuti praktikum sesuai prosedur dan aturan yang berlaku (untuk
mata praktikum tertentu).
6. Sebelum praktikum dimulai mahasiswa wajib mengenakan jas
laboratorium.
7. Mahasiswa meminjam peralatan ke laboran dengan mengisi Daftar
Bon Alat.
8. Selama praktikum berlangsung, mahasiswa wajib menjaga ketertiban
dan ketenangan laboratorium.
9. Selama pelaksanaan praktikum mahasiswa tidak diperkenankan
meninggalkan ruang praktikum tanpa ijin dosen atau asisten
pembimbing praktikum.
10. Setelah selesai praktikum, mahasiswa wajib merapikan dan
membersihkan kembali peralatan dan tempat praktikum sesuai
ketentuan yang berlaku.
11. Mahasiswa wajib absen dijurnal praktikum dan mengisi kartu
kendali praktikum.
12. Mahasiswa wajib membuang sampah praktikum sesuai ketentuan
yang berlaku.
13. Mahasiswa wajib melaporkan alat-alat yang rusak dan pecah ke
laboran.
14. Mahasiswa wajib mengganti peralatan yang rusak atau pecah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
15. Mahasiswa wajib membuat laporan resmi praktikum sesuai dengan
hasil praktikum.

4
Format Laporan dan Kriterian Penilaian

Laporan Resmi :

1. Cover laporan: nama mata praktikum, judul pertemuan, logo


universitas, nama dan NIM penyusun, nama prodi, nama fakultas,
nama universitas, tahun.

2. Isi

a. Judul praktikum

b. Tujuan praktikum

c. Dasar teori

d. Metode praktikum/cara kerja

e. Hasil praktikum

f. Pembahasan disertai jurnal ilmiah

g. Kesimpulan

h. Daftar pustaka

Kriteria Penilaian :

Indikator Point
Pretest/Posttest 20
Skill lab 40
Laporan 10
Responsi 30
TOTAL 100

5
PERTEMUAN KE-1

KERAPATAN DAN BOBOT JENIS

1. Capaian pembelajaran :
Mampu menerapkan ilmu dan teknologi kefarmasian dalam
perancangan, pembuatan, dan penjaminan mutu sediaan farmasi:

2. Tujuan Praktikum :
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
a) Menggunakan piknometer untuk penentuan kerapatan dan bobot
jenis dengan baik dan benar
b) Menghitung kerapatan dan bobot jenis suatu zat

3. Dasar Teori
Kerapatan merupakan massa per unit volume suatu zat pada
temperatur tertentu. Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang
paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat fisika yang
paling definitif, dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan
kemurnian suatu zat.
Suatu rapatan diperoleh dengan membagi massa suatu objek
dengan volumenya:
(d) = massa (m)
Volume (V)
Bobot jenis suatu zat merupakan perbandingan antara bobot zat
terhadap air volume sama yang ditimbang di udara pada suhu yang
sama. Penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, kecuali
dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara
pada suhu 25 C terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang
sama. Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu
yang telah ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu
yang sama.

4. Pelaksanaan Praktikum
Bahan dan Alat
Bahan : aquadest, etanol 70%, aseton, tisu
Alat : piknometer, neraca analitik, gotri

6
Cara Kerja
a. Penentuan volume piknometer
1) Timbang piknometer yang bersih dan kering dengan seksama
2) Isi piknometer dengan aquadest sampai penuh, lalu tutup pikno
3) Usap dan keringkan bagian luar piknometer yang terkena
aquadest dengan tissue
4) Timbang piknometer dengan seksama
5) Hitung volume piknometer

b. Penentuan kerapatan dan bobot jenis etanol 70%


1) Timbang piknometer yang bersih dan kering dengan seksama
2) Isi piknometer dengan etanol sampai penuh, lalu tutup pikno
3) Usap dan keringkan bagian luar piknometer yang terkena
aquadest dengan tissue
4) Timbang piknometer dengan seksama
5) Hitung kerapatan dan bobot jenis etanol 70%

c. Penentuan kerapatan dan bobot zat padat


1) Timbang piknometer yang bersih dan kering dengan seksama
2) Tinbang gotri yang akan ditentukan kerapatannya dengan
seksama
3) Masukkan gotri ke dalam piknometer
4) Isi piknometer dengan aquadest hingga penuh
5) Tutup piknometer dan usap cairan yang menempel dengan tisu
6) Timbang piknometer dengan seksama
7) Hitung kerapatan dan bobot jenis gotri

5. Penilaian

a. Pretest
b. Praktek
c. Hasil
d. Laporan

7
PERTEMUAN KE-2

VISKOSITAS DAN RHEOLOGI

1. Capaian pembelajaran :

Mampu menerapkan ilmu dan teknologi kefarmasian dalam


perancangan, pembuatan, dan penjaminan mutu sediaan farmasi:

2. Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :


a) Membedakan sifat cairan Newton dan Non Newton
b) Menggunakan berbagai jenis viskometer
c) Menentukan viskositas dan rheologi cairan

3. Dasar Teori

Rheologi berasal dari bahasa yunani mengalir (rheo) dan logos


(ilmu). Digunakan istilah ini untuk pertama kali oleh Bingham dan
Croeford untuk menggunakan aliran cairan dan deformasi dari
padatan. Rheologi erat kaitannya dengan viskositas. Viskositas
merupakan suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir;
semakin tinggi viskositas, semakin besar tahanannya untuk mengalir.
Viskositas dinyatakan dalam simbol η. Prinsip dasar rheologi
telah digunakan dalam penyelidikan zat, tinta, berbagai adonan,
bahan-bahan untuk pembuat jalan, kosmetik, produk hasil peternakan,
serta sediaan-sediaan farmasi.
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan
besar kecilnya gesekan di dalam fluida. Semakin besar viskositas
(kekentalan) fluida, maka semakin sulit suatu fluida untuk mengalir
dan juga menunjukkan semakin sulit suatu benda bergerak di dalam
fluida tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya
kohesi antara molekul zat cair.

8
Penggolongan sistem cair menurut tipe aliran dan deformasinya
ada dua yaitu:
a) Sistem Newton
b) Sistem Non Newton.

Sistem Newton
Pada cairan Newton, hubungan antara shearing rate dan shearing
stress adalah linear, dengan suatu tetapan yang dikenal dengan
viskositas atau koefisien viskositas. Tipe alir ini umumnya dimiliki
oleh zat cair tunggal serta larutan dengan struktur molekul sederhana
dengan volume molekul kecil. Tipe aliran yang mengikuti Sistem
Newton, viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan tidak
tergantung pada kecepatan geser, sehingga viskositasnya cukup
ditentukan pada satu kecepatan geser.
Sistem Non Newton
Pada cairan non-Newton, shearing rate dan shearing stress tidak
memiliki hubungan linear, viskositasnya berubah-ubah tergantung dari
besarnya tekanan yang diberikan. Tipe aliran non-Newton terjadi pada
dispersi heterogen antara cairan dengan padatan seperti pada koloid,
emulsi, dan suspense cair,salep. Ada 3 jenis tipe aliran dalam sistem
Non-Newton, yaitu : PLASTIS, PSEUDOPLASTIS, dan DILATAN.
Alat untuk mengukur viskositas dan rheologi suatu zat disebut
viskometer. Ada 2 jenis viksometer :
a) Viskometer satu titik
Hanya digunakan untuk menentukan viskositas cairan Newton.
Misal viskometer kapiler, bola jatuh
b) Viskometer banyak titik
Viskometer jenis ini bisa digunakan untuk cairan Newton dan
Non Newton. Misal viskometer stromer, brookfield, dll.

9
4. Pelaksanaan Praktikum

Bahan dan Alat

Bahan : etanol, sirupus simpleks, aquadest, PGA


Alat : viskometer pipa kapiler, stopwatch, bola hisap, viskometer
brookfield

Cara Kerja

a. Penentuan viskositas Newton menggunakan viskometer pipa


kapiler/ ostwald
1) Masukkan etanol, sirupus simpleks 65% melalui pipa ukuran
besar sampai batas bawah pipa kapiler
2) Hisap cairan dari pipa ukuran kecil sampai cairan mencapai
batas atas pipa kapiler menggunakan bola hisap
3) Lepaskan bola hisap, catat waktu yang diperlukan cairan
mengalir dari batas atas menuju batas bawah pipa kapiler
menggunakan stopwatch. Lakukan secara triplo.
4) Lakukan hal yang sama poin 1-3 menggunakan blanko aquades
5) Hitung viskositas cairan

b. Penentuan viskositas Non Newton menggunakan viskometer


brookfield

1) Tentukan sifat alir dispersi PGA 10% menggunakan viskometer


brookfield
2) Hitung viskositas zat

5. Penilaian

a. Pretest
b. Praktek
c. Hasil
d. Laporan

10
PERTEMUAN KE-3

TEGANGAN PERMUKAAN

1. Capaian pembelajaran :

Mampu menerapkan ilmu dan teknologi kefarmasian dalam


perancangan, pembuatan, dan penjaminan mutu sediaan farmasi:

2. Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :


a) Menentukan tegangan permukaan dari suatu zat cair (aquadest dan
parafin liquid)
b) Menurunkan konsentrasi misel kritis (KMK) dari suatu surfaktan
(tween 80)

3. Dasar Teori

Tegangan Permukaan (Tegangan Antar Muka) adalah gaya


persatuan panjang yang harus dikerjakan sejajar permukaan untuk
mengimbangi gaya tarikan kedalam pada cairan. Hal tersebut terjadi
karena pada permukaan, gaya adhesi (antara cairan dan udara) lebih
kecil dari pada gaya khohesi antara molekul cairan sehingga
menyebabkan terjadinya gaya kedalam pada permukaan cairan.
Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang
terdapat pada antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur.
Tegangan antar muka selalu lebih kecil dari pada tegangan permukaan
karena gaya adhesi antara dua cairan tidak bercampur lebih besar dari
pada adhesi antara cairan dan udara.
Pengukuran tegangan permukaan atau tegangan antar muka:
1. Metode kenaikan kapiler:
Tegangan permukaan diukur dengan melihat ketinggian air/cairan
yang naik melalui suatu kapiler. Metode kenaikan kapiler hanya
dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan tidak bisa
untuk mengukur tegangan antar muka.

11
2. Metode tersiometer Du-Nouy:
Metode cincin Du-Nouy bisa digunakan untuk mengukur
tegangan permukaan ataupun tegangan antar muka. Prinsip dari
alat ini adalah gaya yang diperlukan untuk melepaskan suatu
cincin platina iridium yang dicelupkan pada permukaan
sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antar muka
dari cairan tersebut.
Manfaat Fenomena antar muka dalam farmasi:
1. Dalam mempengaruhi penyerapan obat pada bahan pembantu
padat pada sediaan obat
2. Penetrasi molekul melalui membrane biologis
3. Pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel tidak
larut dalam media cair untuk membentuk sediaan suspensi

4. Pelaksanaan Praktikum

Bahan dan Alat

Bahan : aquadest, tween 80, parafin liquid


Alat : Batang pengaduk, cawan petri, corong, gelas ukur 100 ml,
pipa kapiler, pipet skala, pipet tetes dan pot plastik

Cara Kerja

1) Pembuatan larutan tween 80


a) Disiapkan alat dan bahan.
b) Ditimbang tween 80 dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%,
5%, 6%, 7%, 8%, 9%, dan 10%.
c) Dilarutkan masing-masing tween 80 dan dicukupkan hingga
100 ml.

2) Pengukuran tegangan permukaan cairan


a) Disiapkan alat dan bahan.
b) Dipipet 20 ml aquadest dan parafin cair kemudian
dimasukkan kedalam 2 cawan petri yang berbeda.
c) Dimasukkan pipa kapiler kedalam cawan petri yang telah
diisi air dan parafin cair.
d) Diukur ketinggian dari cairan-cairan tersebut
12
e) Dihentikan pengukuran ketika tidak terjadi perubahan
ketinggian dari cairan dalan pipa kapiler.
f) Dihitung tegangan permukaan cairan tersebut

3) Penentuan KMK dari surfaktan


a) Dipipet 20 ml larutan tween 80 tiap konsentrasi dan
dimasukkan dalam cawan petri.
b) Dimasukkan pipa kapiler kedalam cawan petri yang diisi
larutan tween 80
c) Diukur ketinggian dari larutan tween 80 dengan konsentrasi
yang berbeda tersebut
d) Dihentikan pengukuran ketika tidak terjadi perubahan
ketinggian dari cairan dalan pipa kapiler
e) Dihitung tegangan permukaan cairan tersebut
f) Dibuat kurva hubungan konsentrasi dengan tengangan
permukaan

5. Penilaian

a. Pretest
b. Praktek
c. Hasil
d. Laporan

13
PERTEMUAN KE-4

UKURAN PARTIKEL

1. Capaian pembelajaran :

Mampu menerapkan ilmu dan teknologi kefarmasian dalam


perancangan, pembuatan, dan penjaminan mutu sediaan farmasi:

2. Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :


a) Mengukur ukuran partikel zat dengan metode mikroskopik
b) Mengukur ukuran partikel zat dengan metode pengayakan

3. Dasar Teori

Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi


tentang partikel yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan
berbagai cara. Ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-
rata, volume rata-rata dan sebagainya. Pengertian ukuran partikel
adalah ukuran diameter rata-rata
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromiretik oleh
Dalla Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil
untuk dilihat dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan
suspensi farmasi serta serbuk halus berada dalam jangkauan
mikroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar,
granul tablet, dan garam granular berada dalam kisaran ayakan.

Pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu:


a. Menghitung luas permukaan
b. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat
c. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara
per oral, suntikan dan topikal
d. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan duspensi
e. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel).

14
Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel:
a) Mikroskopi Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi,
diencerkan atau tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan
ditempatkan pada pentas mekanik. Di bawah mikroskop tersebut,
pada tempat di mana partikel terlihat, diletakkan mikrometer
untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut.
b) Pengayakan
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari
penentuan ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini
penentunya adalah pengukuran geometrik partikel.

4. Pelaksanaan Praktikum

Bahan dan Alat

Bahan : asetosal; aquadest; granul


Alat : mikroskop, mikrometer, beker glass, batang pengaduk,
timbangan, ayakan,

Cara Kerja
a. Penentuan ukuran partikel dengan metode mikroskopik
1) Kalibrasi skala okuler: tempatkan mikrometer di bawah
mikroskop. Himpitkan garis awal skala okuler dengan garis
awal skala objektif kemudian tentukan garis kedua yang tepat
berhimpit. Tentukan jarak skala lensa okuler.
2) Buat suspensi asetosal encer partikel yang akan dianalisa dan
buat preparat di atas gelas objek
3) Lakukan pengelompokkan : tentukan ukuran partikel yang
terkecil dan terbesar, bagilah jarak ukur yang diperoleh menjadi
beberapa bagian
4) Ukurlah partikel dan golongkan ke dalam grup/kelompok yang
telah ditentukan dan ukurlah sedikitnya 200 partikel.
5) Buat kurva distribusi ukuran partikel dan tentukan harga
diameter rata-rata

15
b. Penentuan ukuran partikel dengan metode pengayakan
1) Susun beberapa ayakan dengan nomor tertentu berurutan dari
atas ke bawah makin besar nomor pengayakan
2) Sejumlah granul yang sudah ditimbang diletakkan pada
pengayak paling atas, ditutup dan mesin pengayak dihidupkan
selama 10 menit
3) Fraksi yang tersisa pada masing-masing pengayak ditimbang
4) Fraksi rata-rata partikel dihitung dari rata-rata lubang pengayak
yang dapat dilewati dan lubang pengayak yang menahan serbuk
tersebut
5) Buat distribusi ukuran partikel dan hitung diameter rata-rata
partikel

5. Penilaian

a. Pretest
b. Praktek
c. Hasil
d. Laporan

16
PERTEMUAN KE-5

KELARUTAN

1. Capaian pembelajaran :

Mampu menerapkan ilmu dan teknologi kefarmasian dalam


perancangan, pembuatan, dan penjaminan mutu sediaan farmasi:

2. Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :


a) Menjelaskan pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat
b) Menjelaskan pengaruh surfaktan terhadap kelarutan zat
c) Menentukan konsentrasi misel kritik dari surfaktan dengan metode
kelarutan

3. Dasar Teori

Kelarutan adalah interaksi spontan atau lebih dari dua atau lebih
zat membentuk dispersi molekuler yang homogen. Secara kuantitatif,
kelarutan suatu zat adalah konsentrasi zat terlarut di dalam larutan
jenuhnya pada suhu atau tekanan tertentu.
Kelarutan dinyatakan dalam satuan ml pelarut yang dapat
melarutkan 1 gram zat, atau dinyatakan dalam molaritas, molalitas
atau persen.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat
antara lain pH, suhu, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielektrik
pelarut, adanya zat-zat lain seperti surfaktan, pembentuk kompleks ion
sejenis dan lain-lain.

4. Pelaksanaan Praktikum
Bahan dan Alat
Bahan : parasetamol, aquadest, propilenglikol, gliserol, tween 80
Alat : seperangkat alat gelas, spektrofotometer uv vis, orbital shaker

17
Cara Kerja

a. Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat


1) Buatlah 50 mL campuran pelarut pada tabel di bawah ini :

Alkohol Propilenglikol Gliserol


(% v/v) (% v/v) (% v/v)
0 25 25
5 20 25
10 20 20

2) Larutkan parasetamol sedikit demi sedikit dalam masing-masing


campuran pelarut sampai didapat larutan jenuh
3) Kocok larutan dengan shaker selama 20 menit
4) Saring, kemudian tentukan kadar parasetamol yang terlarut
dengan spektrofotometer uv -vis

b. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat


1) Buat 50 mL larutan tween 80 dengan konsentrasi 0; 0,5; 5; 25
mg/mL
2) Tambahkan parasetamol sedikit sedikit ke dalam masing-masing
larutan di atas sampai diperoleh larutan yang jenuh
3) Kocok larutan selama 1 jam dengan orbital shaker, jika ada
endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi
parasetamol sampai didapatkan larutan yang jenuh
4) Saring dan tentukan kadar parasetamol yang terlarut dalam
masing-masing pelarut dengan spektrofotometer uv -vis

5. Penilaian

a. Pretest
b. Praktek
c. Hasil
d. Laporan

18
PERTEMUAN KE-6

STABILITAS

1. Capaian pembelajaran :

Mampu menerapkan ilmu dan teknologi kefarmasian dalam


perancangan, pembuatan, dan penjaminan mutu sediaan farmasi:

2. Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :


a) Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas zat
b) Menentukan energi aktivasi penguraian suatu zat
c) Menentukan waktu paruh suatu zat
d) Menggunakan data kinetika kimia untuk memperkirakan stabilitas
suatu zat

3. Dasar Teori

Di dalam reaksi kimia, untuk mencerai-beraikan ikatan kimia


dibutuhkan energi dan untuk membentuk ikatan-ikatan baru dilepaskan
energi. Umumnya, ikatan-ikatan harus diceraikan sebelum ikatan-ikatan
yang baru terbentuk. Maka baik dalam reaksi endoterm maupun eksoterm
tetap dibutuhkan energi untuk mencerai-beraikan ikatan-ikatan kimia
untuk memulai terjadinya suatu reaksi. Energi yang dibutuhkan inilah
yang disebut sebagai Ea (energi aktivasi). Ea adalah adalah energi
minimum yang diperlukan untuk melangsungkan terjadinya suatu reaksi.
Faktor-faktor yang Mempercepat Reaksi
a) Memperluas permukaan zat padat.
b) Memperbesar konsentrasi (kepekatan) larutan.
c) Memperbesar tekanan (memampatkan volume wadah) gas.
d) Menaikkan suhu (memperbesar energi kinetiknya).
e) Menambahkan katalis (menurunkan energi aktivasi).

19
Efek dari Perubahan Suhu pada Laju Reaksi
Ketika temperatur ditingkatkan maka laju reaksinya akan meningkat.
Laju reaksi akan berlipatganda setiap kenaikan suhu tertentu. Dan angka
dari derajat suhu yang diperlukan untuk melipatgandakan laju reaksi akan
berubah secara bertahap seiring dengan meningkatnya temperatur.
Temperatur dapat mempengaruhi gerak molekul, dimana seluruh
molekul zat bergerak dengan arah dan laju yang sama. Adanya
kenaikan temperatur mempengaruhi arah dan kecepatan gerak
molekul sehingga molekul bergerak dengan kecepatan dan arah yang
berbeda.

4. Pelaksanaan Praktikum

Bahan dan Alat

Bahan : asetosal, natrium sitrat, aquadest, NaOH 0,1N; indikator PP


Alat : vial, oven, buret, seperangkat alat gelas

Cara Kerja

a. Pembuatan larutan asetosal


Timbang seksama 15 g natrium sitrat, buat larutan jenuh natrium
sitrat dalam air hangat kemudian dinginkan. Timbang seksama 12,5
g asetosal kemudian larutkan dalam larutan jenuh natrium sitrat
sedikit demi sedikit dan tambahkan aquadest ad 250 ml.
b. Masukkan 50 mL larutan ke dalam 2 buah vial, kemudian tutup
rapat. Vial disimpan dalam oven dengan temperatur 20-250C (suhu
ruang); 700C.
c. Setelah pemanasan 60 menit ambil vial dari semua suhu dan
dinginkan. Tentukan konsentrasi asetosal. Cara yang sama setelah
pemanasan 2 jam dan 3 jam.
d. Penetuan konsentrasi asetosal :
Pipet 10 mL larutan dan titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1N
menggunakan indikator PP. Lakukan tritasi masing-masing triplo.
e. Konsentrasi awal (Co) ditentukan dari larutan asal (tanpa
pemanasan)
f. Tentukan tingkat reaksi peruraian asetosal dengan cara subtitusi
dan cara grafik
20
5. Penilaian
a. Pretest
b. Praktek
c. Hasil
d. Laporan

21
Daftar Pustaka

Martin, A. 1990. Farmasi Fisika jilid II. Jakarta : Universitas Indonesia


Press
Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta : Universitas Gadjah
Mada Press
Parrot, L, E. 1970. Pharmaceutical Technologi. Mineapolish : Burgess
Publishing Company
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran teknologi Farmasi edisi V Cetakan I.
Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press

22

Anda mungkin juga menyukai