FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
2021
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
F.1.1.3.4.8/R0
UNIVERSITAS PANCASILA
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
PERSETUJUAN MATERI
PRAKTIKUM
Semester :V
Beban SKS :2
Dr. apt. Dian Ratih L, M.Biomed. Dr. apt. Yesi Desmiaty, S.Si., M.Si.
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan kepada
penyusun, sehingga menyelesaikan penulisan penuntun praktikum fitokimia ini.
Penyusun menyadari bahwa penuntun ini jauh dari sempurna, oleh karena itu, masukan dan
saran sangat diperlukan untuk perbaikan penuntun praktikum fitokimia ini agar dapat lebih
baik di tahun mendatang dan dapat mencapai tujuan kegiatan pengajaran fitokimia.
Penyusun
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
BAHAN
• Serbuk simplisia • HCl pekat • Etanol 96 %
• NaOH 1 N • Amil alkohol • Lempeng Mg
• NH4OH 30 % • Ferri (III) klorida 1 % • Pereaksi Mayer
• Natrium Asetat • Eter • Pereaksi Dragendorff
• Kloroform • Asam asetat anhidrat • Pereaksi Steasny
• HCL encer • H2SO4 98 % (pekat)
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
ALAT
• Kertas saring • Kapas
• Tabung reaksi • Corong
• Water bath (penangas air) • Rak tabung reaksi
• Cawan penguap
2
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
dibiarkan selama 10 menit, terbentuk busa yang stabil dalam tabung reaksi
menunjukkan adanya senyawa golongan saponin, Bila ditambahkan 1 tetes HCL 1 %
(encer) busa tetap stabil.
3
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
4
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
Teknik Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode yang paling cocok untuk analisis
obat di laboratorium farmasi. Metode ini dapat dilakukan dengan investasi yang kecil untuk
perlengkapaannya, waktu yang singkat untuk penyelesaian analisis (15 – 60 menit), dan
memerlukan jumlah cuplikan yang sangat sedikit (kira – kira 0.1 gr).
5
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
lingkungan yang tidak lembab dan bebas dari uap laboratorium. Penyerap yang umum ialah
silika gel, alumunium oksida, kieselgur, selulosa dan turunanya, poliamida dan lain – lain.
Fase gerak (larutan pengembang / larutan eluasi )
Fase gerak adalah media angkut dan terdiri dari satu atau beberapa pelarut. Larutan
pengembang / eluasi tersebut bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori.
Dengan adanya gaya kapiler, angka banding campuran sederhana atau multikomponen
pelarut dinyatakan dalam bagian volume sedemikian rupa sehingga volume total 100.
BAHAN
• Serbuk simplisia • Etil asetat • Metanol
• Air suling • Anilsadehide • Lempeng silica gel
• n-heksan • Asam sulfat GF254
ALAT
• Oven • Penyemprot KLT • Lampu UV
• Erlenmeyer • Pipa kapiler
• Vial • Chamber (bejana)
6
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
1. Lakukan identifikasi kandungan piperin Piper nigri fructus secara KLT dan pembanding.
2. Identifikasi kandungan kurkumin pada Curcuma domesticae rhizoma secara KLT dan
pembanding.
Jarak rambat
15 cm
Jarak bawah
2 cm A B
Stahl, E.,” Drug analysis by Chromatograph and microscopy “ Ann Arbor, Michigan, 1973.
7
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
Alkaloid telah diketahui sesjak 5500 tahun yang lalu merupakan golongan zat tumbuhan
sekunder terbesar. Tidak ada satu pun istilah alkaloid yang memuaskan, tetapi pada
umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sitem siklik. Alkaloid sering kali
beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jadi
digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Prazat alkaloid yang paling umum adalah
asam amino. Meskipun sebenarnya, biosintesis kebanyakan alkaloid lebih rumit.
Alkaloid sebagai golongan dibedakan dari sebagian besar komponen tumbuhan lain
berdasarkan sifat basanya (kation). Oleh karena itu senyawa ini biasanya terdapat dalam
tumbuhan sebagai garam dengan berbagai asam organik dan sering ditangani di laboratorium
sebagai garam dengan asam hidroklorida dan asam sulfat. Bila alkaloid berada dalam bentuk
garamnya, maka alkaloid dibebaskan dengan mereaksikannya dengan penambahan basa
(NH4OH, Ca(OH)2, dsb) terlebih dahulu untuk mengekstraksinya. Alkaloid bebas biasanya
dapat diekstraksi dengan pelarut kloroform dan dipisahkan dari campuran senyawa yang
kompleks dengan menggunakan berbagai metode kromotografi.
8
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
BAHAN
• Serbuk simplisia Piper nigri / albi fructus
• Etanol 96 % • Anilsadehid
• KOH – etanol 10 % • Asam sulfat
ALAT
• Seperangkat extractor soxhlet (volume ± 250 ml)
• Kompor listrik dan panic almunium
• Batang pengaduk • Rotary evaporator vakum
• Cawan penguap 50 ml • Gelas piala 100 ml
• Kertas saring • Almunium foil
• Botol flakon • Plat KLT
• Corong • Lampu UV
1. Timbang lebih kurang 40 gram serbuk simplisia, masukkan ke dalam alat ekstraktor
soxhlet yang bagian dalamnya dilapisi kertas saring.
2. Tambahkan 400 ml etanol 96 % melalui mulut soxhlet, yang sebelumnya sudah
terpasang tegak lurus, sehingga terjadi pengaliran ke dalam labu pemanas (dengan 2
kali sirkulasi), Bila perlu dapat ditambahkan etanol lagi secukupnya.
3. Lakukan soxhletasi selama 2.5 jam (minimal 4-5 kali sirkulasi) kemudian ekstrak hasil
soxhletasi (dalam labu) dinginkan dengan air mengalir dan saring ekstraknya dengan
kertas saring (terpasang dengan corong).
4. Ambil ekstrak jernih yang diperoleh sebanyak 3 ml (masukkan kedalam botol flakon
kecil untuk pembanding), sisanya diuapkan dengan rotary evaporator vakum sampai
konsistensi kental (± 20 ml), Hasilnya dipindahkan ke dalam gelas piala kecil (volume
100 ml ), kemudian ditambahkan 10 ml KOH 10 % dalam etanol (1 gr dalam 10 ml
etanol 96%) sambil diaduk – aduk sehingga timbul endapan yang menggumpal.
9
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
5. Setelah mengendap, Pisahkan larutan ekstrak dari bagian yang tidak larut melalui
penyaringan glass wool sambil ditekan – tekan, Sehingga larutannya sampai habis
tersaring.
6. Larutan ekstrak jernih yang diperoleh, Tempatkan dalam gelas kecil dan tutup dengan
kertas almunium foil yang dilubangi beberapa buah lubang. Didiamkan dalam lemari
pendingin / es selama semalam.
7. Kristal isolat yang timbul dipisahkan dengan disaring dengan kertas saring dan
dikeringkan diatas kaca arloji dalam oven pada suhu 400C sehingga kering, Jika Kristal
belum murni atau kristalnya masih kotor (pemurniaan kristal dapat di lakukann
dengan metode rekristalisasi).
CATATAN :
1. Untuk spectrum UV : Gunakan pelarut etanol atau kloroform
2. Untuk spectrum IR : menggunakan cakram KBr.
10
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
Kofein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara alami pada tanaman teh (1-
4,8%) dan kopi (1-1,5%). Kofein diproduksi secara komersial dengan cara ekstraksi dan
tanaman tertentu dan di produksi secara sintesis. Kafein adalah suatu senyawa organik yang
mempunyai nama lain 1,3,7-trimetil xanthin.
BAHAN
• Serbuk simplisia daun teh / biji kopi
• Etanol 96 % • HCl
• Asam sulfat 10 % • Metanol
• Magnesium Oksida ( Mg O) • Ammonia
• Natrium Hidroksida 5 % • Iodin
• Kloroform • Aquadest
ALAT
• Seperangkat alat ekstraktor soxhlet ( volume 250 ml )
• Kertas saring • Penangas air
• Corong • Batang pengaduk
• Kompor listrik dan panic almunium • Cawan penguap 50 ml
11
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
1. Timbang lebih kurang 50 gram serbuk simplisia, masukkan ke dalam alat ekstraktor
soxhlet yang bagian dalamnya dilapisi kertas saring
2. Tambahkan 400 ml etanol 96 % melalui mulut soxhlet, yang sebelumnya sudah
terpasang tegak lurus, sehingga terjadi pengaliran kedalam labu pemanas (cukup
dengan 2 kali sirkulasi), bila perlu dapat ditambahkan etanol 96 % lagi secukupnya.
3. Lakukan soxhletasi selama 2,5 jam, kemudian hasil soxhletasi dinginkan sebentar dan
saring dengan kertas saring (terpasang dengan corong).
4. Uapkan larutan ekstrak dengan vakum rotavapor sampai konsistensi kental (± 20 – 30
ml), hasilnya pindahkan kedalam gelas piala volume 500 ml
5. Tambahkan 25 gram Mg O sambil di aduk dengan batang pengaduk, Tambahkan 200
ml aquadest panas sambil diaduk, didihkan selama 10 menit dan disaring dalam
keadaan panas – panas dengan corong Buchner dan bilas penyaring Buchner dengan
50 ml aquadesr panas.
6. Filtrat yang diperoleh kumpulkan dan ditempatkan dalam gelas piala, tambahkan 25
ml asam sulfat 5 % sambil diaduk, larutan filtrat dipanaskan lagi diatas penangas air
selama 10 menit, larutan disaring panas kembali, filtrat yang diperoleh didinginkan.
7. Larutan filtrat tersebut netralkan dengan Ammonia pekat (NH4OH) yang ditambahkan
tetes demi tetes sampai pH netral ( pH = 6-7)
8. Larutan yang sudah dinetralkan pindahkan kedalam corong pisah (volume 500 ml), lalu
diekstraksi sebanyak 5 kali dengan 25 ml kloroform, hasil ekstrak kloroform
dikumpulkan dan diuapkan dengan vakum rotavapor sampai menjadi kira – kira ± 10
ml dan tambahkan 15 ml etanol 96 %, dipindahkan ke gelas piala kecil, tutup dengan
kertas almunium foil yang dilubangi beberapa buah lubang, didiamkan dalam lemari
pendingin / es ( bukan di dalam frezzer ) selama semalam ( 24 jam ).
9. Kristal kofeina yang timbul dipisahkan dengan disaring dengan kertas saring dan
dikeringkan diatas kaca arloji dalam oven pada suhu 400C.
12
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
13
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
Flavonoid adalah merupakan senyawa glikosida dan bila dihidrolisis terurai menjadi aglikon
flavonoid dan gula.
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali dijumpai hanya
flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan.
Cara ekstraksi / isolasi dapat dilakukan dengan metode:
a. Maserasi dan perkolasi (tanpa pemanasan)
b. Soxhletasi yaitu ekstraksi secara sinambung (ekstraksi cara panas)
c. Refluks
BAHAN
• Serbuk simplisia • Petroleum eter • Metanol
• Etanol 70 % • Etil asetat • Asam asetat
• Aquadest • N-Butanol
14
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
ALAT
• Erlenmeyer • Corong pisah
• Corong • Hair dryer
• Kapas • Kertas whatman no.3
• Kertas saring • Gunting
• Rotari evaporator vakum • Chamber
• Gelas piala
15
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
Markam, K.R., “ Technique of flavonoid identification”, Academic Press Inc, London, 1982.
16
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essensial oil,
volatile air) dihasilkan oleh tanaman, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan
tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dengan air.
Senyawa organik dalam minyak atsiri termasuk golongan terpenoid, umumnya terbatas pada
monoterpen dan seskuiterpen. Minyak atsiri dapat bersumber dari setiap bagian tanaman
seperti daun, bunga, biji, batang, kulit batang akar ataupun rimpang.
Untuk memperoleh minyak atsiri dari tanaman dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
1. Penyulingan (destilasi)
2. Ekstraksi dengan pelarut yang mudah menguap
3. Penyaringan dengan lemak padat.
4. Pemerasan
5. Penyarian dengan CO2
Cara yang paling umum digunakan untuk mendapatkan minyak atsiri yaitu dengan
penyulingan. Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berdasarkan perbedaan
titik didihnya, prinsip dasar penyulingan adalah cairan diubah menjadi uap pada titik didihnya,
kemudian uap tersebut dikondensasi lagi kedalam bentuk cairan dengan proses pendinginan.
17
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
BAHAN
• Serbuk simplisia • Eter
• Aquadest • Natrium sulfat anhidrat
ALAT
• Perangkat alat destilasi • Erlenmeyer
A. DESTILASI AIR
CARA KERJA
1. Timbang serbuk simplisia 100 gram, masukkan dalam labu destilasi, tambahkan
aquadest sampai menjadi 2/3 volumenya, lalu pasangkan dengan seperangkat alat
destilasi yang telah disiapkan sebelumnya.
2. Pemanasan labu menggunakan penangas udara (cara destilasi dengan air) destilasi
lebih kurang 3,5 - 4 jam.
3. Tampung semua destilat dan disatukan, pemisahan minyak dan air dilakukan
dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut eter 4 x 30 ml dan keringkan dengan
natrium sulfat anhidrat, pelarut eternya diuapkan sehingga diperoleh minyak
atsiri.
IDENTIFIKASI
a. Dengan cara kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1. Lapisan (fase diam) : silica gel GF 254
2. Pengembang (fase gerak) : Penjenuhan bejana kromatografi dengan n-heksan-
etilasetat (94:4), eluasi 2 kali setinggi 10 cm, pengeringan antara 2 pengembangan
5 menit pada suhu kamar.
3. Deteksi dengan lampu UV, penampak bercak dengan pereaksi anilsadehide – asam
sulfat, panaskan 5 menit pada 100 – 110 0C
18
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
CARA PENETAPAN
a. Cara 1
Campur bahan yang diperiksa dalam labu dengan cairan penyuling, pasang alat, isi
buret dengan air hingga penuh, panaskan dengan tangas udara, sehingga
penyulingan berlangsung dengan lambat tetapi teratur, setelah penyulingan
selesai, biarkan selama tidak kurang dari 15 menit, catat volume minyak atsiri pada
buret.
Hitung kadar minyak atsiri dalam % v/b.
b. Cara 2
Dilakukan menurut cara yang tertera pada Cara 1, sebelum buret diisi penuh
dengan air, lebih dahulu diisi dengan 0.2 ml xilena P yang diukur seksama.
Volume minyak atsiri dihitung dengan mengurangkan volume yang dibaca dengan
volume xilena.
1. Miller, J.M, Separation Methods in Chemical Analysis, Wiley Interscience, New York,
1975.
2. Dep.Kes R.I,Materia Medika Indonesia, Jilid II,Dit.Jend.POM,Jakarta,1978.
3. Gritter RJ, Robbitt JM, Schwarting AE, Pengantar Kromatografi, Edisi kedua, Bandung,
Penerbit ITB, 1991.
19
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
1. Dragendroff
Pereaksi ini biasa digunakan untuk uji identifikasi alkaloid dan senyawa yang
mengandung nitrogen lain.
• Larutan A : 0.85 gr Bismuth Nitrat basa, larutkan dalam campuran ( 10 ml asam
asetat glacial dan 40 ml air )
• Larutan B : 8 gr KI dilarutkan dalam 20 ml air
• Larutan stok : volume yang sama dari larutan A dan B disimpan dalam botol
gelap.
Reagen penyemprot :
1 ml dari larutan stock dicampur dengan 2 ml asam asetat glacial dan 10 ml air sebelum
digunakan.
2. Pereaksi Mayer
Pereaksi mengendap yang digunakan untuk uji identifikasi alkaloid
Cara pembuatan reagent :
Sejumlah 1.35 gr HgCl2 dan 5.0 gr KI dilarutkan dalam 30 ml air, kemudian
ditambahkan air lagi sampai menjadi 100 ml
20
MODUL PRAKTIKUM FITOKIMIA
SELAMAT BELAJAR
21