Anda di halaman 1dari 55

Modul Praktikum

FARMAKOGNOSI

Penyusun:
Tim Pengampu Praktikum Farmakognosi

Program Studi Farmasi


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Ma Chung

Prodi Farmasi Universitas Ma Chung 1


Halaman Pengesahan

No Dokumen :-
Revisi :-
Mata Kuliah Praktikum : Farmakognosi
Kode Mata Kuliah Praktikum : FA 214
SKS :1
Program studi : Farmasi
Semester : 3 (ganjil)

Disahkan oleh Dibuat oleh


Ketua Program Studi Famasi Koordinator Farmakognosi

Rehmadanta Sitepu,M.Si.,Apt. Rollando,M.Sc.,Apt.

2 Prodi Farmasi Universitas Ma Chung


Kata Pengantar

Modul parktikum farmakognosi ini ditujukan bagi mahasiswa


program studi farmasi Universitas Ma Chung sesuai dengan
kurikulum matakuliah Farmakgnosi dengan bobot 2 SKS pada
semester 3. Penyusunan modul praktikum disesuaikan dengan
silabus perkuliahan Farmakognosi. Kompetensi mahasiswa yang
diasah dalam modul praktikum Farmakognosi ini adalah mahasiswa
mampu melakukan identifikasi senyawa karbohidrat, steroid,
alkaloid, dan isolasi minyak atsiri dari simplisia.
Diharapkan modul yang disusun ini memberikan manfaat bagi
mahasiswa prodi farmasi dalam mengaplikasikan konsep dengan
aplikasi melalui percobaan di laboratorium dan dapat mengaitkanya
dengan dalam dunia kefarmasian khususnya dalam produk bahan
alam.

Malang, Juli 2016

Penyusun

Prodi Farmasi Universitas Ma Chung 3


Daftar Isi

Kata Pengantar.....................................................................1
Daftar Isi...............................................................................2
Tata Tertib dan Peraturan.....................................................3
Uji Senyawa Karbohidrat......................................................8
Uji Senyawa Glikosida........................................................20
Identifkasi Alkaloid..............................................................26
Isolasi dan Identifikasi Terpenoid Minyak Atsiri..................39
Tata Tertib Mata Kuliah Farmakognosi
Prodi Farmasi Universitas Ma Chung

Tempat dan Waktu Praktikum


1. Praktikum Farmakognosi dilaksanakan di Laboratorium Kimia-
Farmasi Universitas Ma Chung
2. Waktu praktikum dilaksanakan sesuai dengan jadwal praktikum
yang telah ditentukan.
3. Praktikan harus berada di ruangan praktikum selambat-
lambatnya 5 menit sebelum praktikum dimulai.
4. Praktikan yang datang terlambat lebih dari 15 menit dari waktu
yang telah ditentukan bersedia menerima sangsi yang telah
disepakati bersama pada saat pengantar praktikum.
5. Sebelum melakukan percobaan akan dilakukan pre test terlebih
dahulu untuk mengukur kesiapan praktikan.

Alat-alat dan Pereaksi


1. Sebelum dan sesudah praktikum, semua praktikan harus
mengecek dan mengembalikan alat-alat inventaris yang
digunakan.
2. Alat-alat yang hilang, pecah atau cacat harus diganti dengan
alat-alat yang sama atau diganti dengan uang yang besarnya
ditentukan oleh laboratorium.
3. Botol-botol pereaksi serta sampel harus ditempatkan pada
tempat yang telah ditentukan dan pengambilan pereaksi atau
sampel harus dilakukan dengan alat tersendiriuntuk masing-
masing bahan.
Perlengkapan Praktikum
1. Semua praktikan diwajibakan memakai jas laboratorium untuk
melindungi dari zat-zat kimia.
2. Tidak diperkenankan membuang sampah atau sampel pada bak
pencuci, buanglah sampah tersebut pada tempat yang telah
disediakan.
3. Jika ada zat-zat kimia yang tumpah, segera dibersihkan dengan
air. Jika terjadi kecelakaan segeramelaporkan kepada asisten
yang bertugas.
4. Ruangan laboratorium dalam keadaan bersih setelah selesai
digunakan dan menjadi tanggung jawab praktikan yang
menggunakan sebelumnya.
5. Selama praktikum, semua praktikan tidak diperbolehkan makan
atau minum dalam ruangan laboratorium dan tidak
diperkenankan menggunakan sandal.
6. Berbicara seperlunya selama praktikum dan tidak
diperkenankan mengganggu ketenangan pekerjaan orang lain.

Jurnal, Laporan dan Penilaian Praktikum


1. Jurnal dibuat pada buku tulis biasa bersampul plastik
2. Jurnal diisi dengan format: judul percobaan, Tujuan, Prinsip,
Prosedur yang dibuat dalam bentuk diagram alir serta hasil
pengamatan.
3. Laporan dibuat pada buku laporan ditulis tangan.
4. Laporan dibuat sesuai dengan format yang telah ditentukan
yaitu memuat:
a. Tujuan Percobaan
b. Teori
c. Hasil Pengamatan
d. Reaksi yang terjadi
e. Kesimpulan
f. Daftar Pustaka
5. Laporan lengkap harus diserahkan kepada asisten yang
bertugas paling lambat satu minggu setelah percobaan
dilakukan, dan harus meminta paraf dari asisten yang menerima
laporan tersebut. Jika dalam dua minggu belum memberikan
laporan percobaan, maka praktikan yang bersangkutan tidak
diperkenankan mengikuti praktikum selanjutnya sampai laporan
diserahkan.
6. Penilaian praktikum ditentukan oleh hasil-hasil berikut:
a. Laporan praktikum 25%
b. Keaktifan saat diskusi 25%
c. Ujian Akhir Semester 50%
7. Praktikan yang mendapat nilai D diperkenankan untuk mengikuti
ujian lagi bersama kelompok baru, tanpa harus mengikuti
kembali praktikum.

Lain-lain
1. Praktikan wajib mengikuti semua kegiatan praktikum.
2. Praktikan yang tidak masuk karena sakit atau ada
musibah/halangan harus memberi surat keterangan dari orang
tua/wali atau surat keterangan dokter.
3. Modul yang belum dikerjakan, diselesaikan pada waktu yang
ditentukan atau mengikuti kelompok lain dengan persetujuan
koordinator laboratorium.
4. Setiap praktikum yang telah 2x berturut-turut tidak masuk
praktikum, kegiatannya dihentikan dan harus mengulang lagi
bersama-sama rombongan baru.
5. Hal-hal lain yang belum diatur dalam tata tertib ini akan
ditentukan kemudian.
PERINGATAN KESELAMATAN DI LABORATORIUM

1. Bahan pereaksi bersifat toksik sampai dengan memengaruhi


keselamatan bila lalai dalam bekerja. Ikuti petunjuk berikut
untuk menjaga keselamatan :
a. Perlakukan semua zat sebagai racun. Jika zat kimia
mengenai kulit, cuci segera dengan air yang banyak.
Gunakan sabun dan air menghilangkan zat padat berbau
atau cairan kental. Jangan pernah mencicipi zat kimia
kecuali ada petunjuk khusus. Jika harus membaui zat kimia
lakukan dengan mengibas gas dan menempatkan
wadahnya 15 sampai 25 cm dari hidung dan hisap sesedikit
mungkin. Jika ada zat yang tertumpah, segera bersihkan,
hal ini termasuk untuk tumpahan terhadap permukaan
meja, lantai, alat pemanas, timbangan, dll.
b. Zat bertitik didih rendah yang mudah terbakar harus
didestilasi atau dievaporasi dengan menggunakan heating
mantle atau dalam penangas oil, jangan dipanaskan.
Jangan dipanaskan dengan pembakar bunsen misalnya
pada senyawa seperti: metanol, etanol, benzen, petroleum
eter, aseton, dll.
c. Pelarut yang mudah terbakar disimpan dalam botol
bermulut kecil dan disimpan agak jauh dengan tempat anda
bekerja
d. Jangan mengembalikan zat yang sudah dikeluarkan ke
dalam botol asalnya. Hitung dengan seksama keperluan
anda terhadap suatu zat dan ambil sesuai dengan
keperluan. Bawa tempat zat yang akan ditimbang ke dekat
neraca, dan tutup kembali segera setelah penimbangan.
e. Gunakan zat sesuai dengan keperluan praktikum, hal ini
untuk mengurangi limbah dan mencegah kecelakaan
f. Ketika melarutkan asam kuat dengan air, selalu tambahkan
asam ke dalam air sambil terus diaduk.
g. Jangan membuang pelarut organik ke dalam tempat
sampah, karena dapat menyebabkan kebakaran.
h. Bahan kimia konsentrat dikerjakan dalam lemari asam dan
menggunakan pelindung diri seperti sarung tangan, masker
dan kaca mata.
i. Jangan membuang campuran air-pelarut tak larut air (eter,
petroleum eter, benzen, dll) dan campuran yang
mengandung senyawa yang tak larut air ke dalam bak cuci.
Gunakan kaleng atau tempat khusus untuk menampung
limbah ini. Jika masuk ke dalam bak cuci maka harus
diguyur dengan air yang banyak.
Uji Senyawa Karbohidrat

I. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mengetahui prinsip uji senyawa
karbohidrat dari beberapa spesies tumbuhan.

II. Dasar Teori


Latar belakang penamaan senyawa karbohidrat,
berdasarkan kandungan senyawa yang terdapat di
dalamnya yaitu hidrat dan karbon. Bila dilihat dari senyawa
karbohidrat itu sendiri unsur yang terkandung di dalamnya
yaitu karbon, hydrogen dan oksigen [Cm(H2O)n] dimana 2
unsur atom terdapat dalam jumlah proporsi yang sama
yaitu 2:1 untuk hidrogen dan oksigen. Namun, aturan ini
tidak baku yaitu tidak semua yang mengandung unsur
tersebut berarti kelompok karbohidrat, sebagai contoh
adalah asam asetat (CH3COOH). Begitu pula dengan
proporsi senyawa tidak selalu mengikuti aturan tersebut
sebagai contoh digitoksosa (C6H12O4) yang merupakan
salah satu senyawa karbohidrat.
Karbohidrat (sakarida) terbagi dalam 4 kelompok
yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida dan
polisakarida. Polisakarida sebagai sumber energi pada,
misalnya pati pada tumbuhan dan sebagai komponen
structural misalnya golongan selulosa.
Dalam bidang farmasi pemakaian senyawa
polisakarida digunakan secara luas mulai dari sebagai
pemanis, sebagai absorben, demulsen, sebagai bahan
tambahan pengikat atau penghancur pada formula tablet,
sebagai indicator pada analisis iodometri, antidotum akibat
keracunan iodine, serta masih banyak lainnya. Pada
praktikum ini mahasiswa mempraktekan uji kimia untuk
mengetahui ada atau tidaknya senyawa karbohidrat pada
spesies tumbuhan atau suatu bahan tertentu.

Uji kimia senyawa karbohidrat


1. Molisch’s test, merupakan uji untuk senyawa karbohidrat. Reaksi
akan semakin cepat terjadi jika karbohidrat merupakan gula
sederhana. Prinsip dari uji ini terjadinya dehidrasi karbohidrat
oleh asam sulfat menghasilkan senyawa aldehid (furfural atau
derivate lainnya), kemudian mengalami kondensasi dengan
struktur fenolik menghasilkan warna ungu
2. Barfoed’s test, merupakan uji senyawa karbohidrat golongan
glukosa, maltose dan sukrosa. Prinsip dari uji ini adalah
mereduksi monosakarida oleh ion Cu menjadi asam karboksilat
dan menghasilkan endapan kemerahan dari Cu2O. Reaksi akan
semakin cepat terjadi jika karbohidrat merupakan gula
sederhana.
3. Iodine/KI test, uji yag dilakukan untuk menentukan adanya
senyawa pati.
4. Seliwanoff’s test, biasanya digunakan untuk membedakan antara
gula aldose dan ketosa. Jika gula mengandung gugus keton,
berarti merupakan senyawa ketosa dan jika mengandung gugus
aldehid disebut aldose. Adanya perbedaan pada test ini sewaktu
proses pemanasan dimana ketosa lebih cepat terjadi perubahan.
Reaksi cepat terjadi pada glukosa, fruktosa, maltose dan
sukrosa.
5. Fehling’s test, merupakan uji senyawa karbohidrat glukosa,
fruktosa, maltose dan sukrosa.
6. Benedict’s test, tujuan uji ini sama dengan fehling’s test dan
barfoed’s test
7. Bial’s test, merupakan uji senyawa karbohidrat untuk melihat
adanya gula pentose (gula 5C). Pada uji ini, pentose akan
mengalami dehidrasi menjadi senyawa furfural. Uji ini dilakukan
pada gula ribose dan glukosa.

III. Alat, Bahan, dan Hewan Uji


Alat Bahan (reagen kimia)
1. Tabung reaksi 1. Molisch’s test
2. Pipet 2. Barfoed’s test
3. Plat tetes 3. Iodine/KI test
4. Waterbath 4. Seliwanoff’s test
5. Fehling’s test
6. Benedict’s test
7. Bial’s test
8. HCl pekat (sebagai
penghidrolisis gula)

Bahan (simplisia atau senyawa


lainnya)
1. Saccharum officinarum
2. Pati (corn starch)
3. Zingiber officinale

IV. Metodologi
1. Molisch’s test
a) 2 mL sampel + 2 tetes reagen Molisch (larutan
10% -naftol dalam etanol 95%)
b) (+) perlahan atau dengan cara mengalirkan 2 ml
H2SO4 pekat
c) amati reaksi yang terjadi, bandingkan dengan hasil
pada gambar 1
Gambar 1. Reaski positif dari Molisch’s test  2

lapisan pada gambar kanan

2. Barfoed’s test
a) 1-2 mL sampel + 1-2 mL reagen barfoed (larutan
tembaga asetat dan asam asetat)
b) dipanaskan dalam air mendidih (waterbath) selama
3 menit – 5 menit
c) amati reaksi yang terjadi, dibandingkan dengan
gambar 2

Gambar 2. Reaski positif dari Barfoed’s test


endapan pada gambar kanan
3. Iodine/KI test
a) 2 mL sampel + 2 tetes Iodine/KI
b) amati reaksi yang terjadi, dibandingkan dengan
gambar 3

Gambar 3. Reaski positif Iodine/KI test warna


biru-hitam pada gambar kanan

4. Seliwanoff’s test
a) 1 mL sampel + 3 mL reagen seliwanoff (0,5 g
resorsinol dalam 10% HCl)
b) dipanaskan dalam air mendidih (waterbath) selama
2 menit
c) amati reaksi yang terjadi, dibandingkan dengan
gambar 4
Gambar 4. Reaski positif Seliwanoff’s test warna
merah pada gambar kanan

5. Fehling’s test
a) 1 mL fehling A (larutan CuSO4) + 1 mL fehling B
(larutan K-tartrat)
b) +kan 2 mL sampel, campur dan didihkan
c) amati reaksi yang terjadi, dibandingkan dengan
gambar 5

6. Benedict’s test
a) 1 mL sampel + 2 mL reagen benedict (larutan Na
sitrat + Na karbonat dicampur dengan larutan
CuSO4)
b) dipanaskan dalam air mendidih (waterbath) selama
3 menit
c) amati reaksi yang terjadi, dibandingkan dengan
gambar 6

Gambar 6. Reaski positif Benedict’s test


endapan kemerahan pada gambar kanan

7. Bial’s test
a) 2 mL sampel + 2 mL reagen bial (larutan
resorsinol, HCl dan FeCL3)
b) panaskan menggunakan api bunsen atau
waterbath, jika warna tidak terlihat nyata dapat
ditambahkan air
c) amati reaksi yang terjadi, dibandingkan dengan
gambar 7
Gambar 7. Reaski positif Bial’s test warna hijau-
biru pada gambar paling kanan.

V. Laporan Sementara
Tabel 1. Hasil uji kimia dari masing-masing sampel
N Uji senyawa Sampel dan reaksi yang terjadi
o
1 Molisch’s
test

2 Barfoed’s
test

3 Iodine/KI
test

4 Seliwanoff’s
test

5 Fehling’s
test

6 Benedict’s
test

Tuliskan prinsip reaksi yang terjadi dari masing-masing uji


N Uji senyawa Prinsip reaksi kimia
o
1 Molisch’s
test

2 Barfoed’s
test

3 Iodine/KI
test

4 Seliwanoff’s
test
5 Fehling’s
test

6 Benedict’s
test

VI. Daftar Pustaka


http://www.harpercollege.edu/tm-
ps/chm/100/dgodambe/thedisk/carbo/yback9.htm.
Dikunjungi pada 10 Oktober 2015
Austin Peay State University Department of Chemistry.
Identifying Carbohydrates. Chem 1021
Uji Senyawa Glikosida

I. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mengetahui prinsip uji senyawa glikosida dari
beberapa spesies tumbuhan.

II. Dasar Teori


Glikosida merupakan salah satu jenis metabolit sekunder
yang berasal dari tumbuhan. Karakteristik dari senyawa ini, jika
dihidrolisis akan menjadi senyawa glikon (gula) dan aglikon (bukan
gula). Senyawa glikon akan larut dalam pelarut polar, sedangkan
aglikon larut dalam pelarut semi atau nonpolar.
Bagi tumbuhan sendiri senyawa ini, antara lain berfungsi
sebagai cadangan gula, mengatur osmosis dan pertahanan
terhadap mikroba. Sedangkan bagi dunia farmasi, senyawa ini
bermanfaat antara lain sebagai kardiotonik, diuretic, obat batuk,
laksan, tonikum, aromatikum dan salah satu sumber senyawa
steroid.
Derivat glikosida digolongkan berdasarkan struktur aglikon.
Senyawa glikosida antara lain glikosida antrakinon,
steroid/triterpenoid, flavonoid, naftokinon, aldehid, HCN, kumarin,
alkaloid, alkohol dan isotiosianat. Pada praktikum ini, uji senyawa
glikosida dilakukan pada spesies Amygdalus communis, Apium
graveolens dan Nicotiana tabacum

Keterangan Senyawa:
1. Amygdalus communis (Rosaceae)
Derivat : Glikosida sianogenetik
Senyawa : Amigdalin

2. Apium graveolens (Umbelliferae)


Derivat : Glikosida flavon
Senyawa : Apiin

3. Nicotiana tabacum (Solanaceae)


Derivat : Glikosida flavonol
Senyawa : Rutin

III. Alat, Bahan, dan Hewan Uji


Alat Bahan (reagen kimia)
5. Tabung reaksi 9. Asam asetat (CH3COOH)
6. Pipet 10.FeCl3
7. Plat tetes 11.Reagen Tollen
8. Waterbath 12.NH4OH
9. Erlenmeyer 13.NaOH
14.FeSO4
15.KOH alkohol (5% g/mL)
16.HCl (20%)
17.Na2CO3 (10% g/mL)

Bahan (simplisia atau senyawa lainnya)


1. Amygdalus communis
2. Apium graveolens
3. Nicotiana tabacum

IV. Metodologi
1. Amygdalus communis
d) Ferriferrocyanide test
Maserasi 1 g sampel dalam 5 mL KOH alkohol (5%
g/mL) selama 5 menit.
Pindahkan dalam larutan FeSO4 (2,5% g/mL) +
kan FeCl3 (1% g/mL)
Panaskan pada suhu 60-70oC selama 10 menit
Pindahkan dalam larutan HCl (20%)  muncul
warna biru prusian yang nyata
e) Endapan Hg dari HgNO3 (3%)
Sampel + 2 mL HgNO3 muncul warna metalik

2. Apium graveolens
a) Sampel + 2 mL CH3COOH  endapan kuning
b) Sampel + 2 mL FeCl3 warna coklat kemerah –
merahan
c) Sampel + 2 mL NH4OH  warna kuning yang
jelas
d) Sampel + 2 mL NaOH  warna kuning pucat

3. Nicotiana tabacum  larutkan dalam etanol 95% atau


aseton
c) Sampel + 2 mL CH3COOH  endapan kuning
d) Sampel + 2 mL FeCl3 warna coklat kehijau -
hijauan
e) Sampel + 2 mL reagen tollen  cermin perak
dengan larutan amoniak AgNO3

V. Laporan Sementara
Tabel 1. Hasil uji kimia dari masing-masing sampel
N Uji Sampel dan reaksi yang terjadi
o senyawa
1 Amygdalus a.
communis

b.
2 Apium a.
graveolens

b.

c.

d.

3 Nicotiana a.
tabacum

b.

c.

VI. Daftar Pustaka


Kar Ashutosh. Pharmacognosy and Pharmacobiotechnology
2nd Ed. New Age International (P) Limited Publishers.
New Delhi. 2007
Identifikasi Alkaloid

I. Tujuan
Mahasiswa mampu mengidentifikasi alkaloid dalam
tanaman

II. Dasar Teori


Secara umum, alkaloidadalah senyawa basa
yang mempunyai atom nitrogen dalam sistem cincin
heterosiklik. Berdasarkan pengetahuan ini, identifikasi
keberadaan alkaloid dalam suatu simplisia dapat
dilakukan dengan memeriksa adanya atom nitrogen dalam
sampel tersebut. Salah satu pereaksi umum yang
digunakan untuk mengidentifikasi atom nitrogen ini adalah
pereaksi Mayer. Pereaksi ini dibuat dari raksa (II) klorida
dan kalium iodida dalam pelarut akuades (Kar, 2008).
Reaksi antara atom nitrogen dengan logam berat
seperti raksa akan menghasilkan garam yang tak larut.
Garam ini akan muncul sebagai endapan putih di dalam
larutan uji. Perbandingan antara basa yang bereaksi (B)
dengan raksa (Hg) dan iodium (I) bervariasi, tergantung
pada perbandingan awal pada saat direaksikan dan
masing-masing jenis alkaloid. Gejala ini telah diselidiki
oleh Szász & Buda, (1971) yang membuat prediksi reaksi
antara beberapa macam alkaloid dengan pereaksi Mayer.
Apabila reaksi ini positif, besar kemungkinan terkandung
alkaloid di dalam simplisia yang diuji sehingga reaksi
identifikasi alkaloid dapat dilanjutkan dengan reaksi-reaksi
identifikasi gugus fungsi yang lebih spesifik.
Beberapa reaksi-reaksi identifikasi yang spesifik
untuk alkaloid diajarkan dalam praktikum ini supaya
mahasiswa memahami cara-cara mengidentifikasi
beberapa alkaloid dalam suatu simplisia yaitu:

1. Piperin

O
piperin

Piper albi dan Piper nigrum


Piperin adalah salah satu alkaloid turunan
piperidin di dalam spesies Piper nigrum dan Piper
Album(Kar, 2008) yang berkhasiat menghambat
pertumbuhan kanker payudara (Greenshields et al., 2015),
menurunkan sekresi asam lambung (Pongkorpsakol et al.,
2015), dan anti-inflamasi (Bae et al., 2010). Untuk
mengidentifikasi piperin dalam simplisia, dapat digunakan
beberapa reaksi identifikasi menurut Kar, (2008) yaitu:
a. Uji dengan pereaksi Wagner : penambahan pereaksi
Wagner ke dalam larutan alkoholik yang mengandung
piperin akan menimbulkan kristal berbentuk jarum yang
berwarna kebiruan dengan titik lebur 145 °C.
b. Uji dengan platinum klorida (H2PtCl6) : piperin yang
direaksikan dengan platinum klorida (0,5% b/v) akan
berubah menjadi kristal berbentuk jarum (piperin-
H2PtCl6) yang berwarna orange-merah
c. Uji dengan asam sulfat pekat : piperin akan bereaksi
dengan beberapa tetes asam sulfat pekat membentuk
suatu senyawa berwarna merah.
2. Reserpin

N N
H
O
O O
O
O O
O
O Reserpin

Rauvolfia serpentina

Reserpin adalah alkaloid yang terdapat dalam akar


Rauvolfia serpentina (akar pule pandak) yang berkhasiat
sebagai antihipertensi (Panda et al., 2012), sedatif (Lessin
& Parkes, 1957), anti-parkinson (Fahn, 2015) dan
berpotensi sebagai antikanker (Abdelfatah & Efferth, 2015).
Reserpin yang ada di dalam simplisia dapat diidentifikasi
menggunakan beberapa pereaksi yaitu :
a. Vanilin-asam sulfat : reserpin akan bereaksi dengan
vanilin-asam sulfat membentuk senyawa berwarna
merah-ungu (JP, 2011).
b. Pereaksi Mandelin : reserpin akan bereaksi dengan
pereaksi Mandelin membentuk senyawa berwarna
hijau (Moffat et al., 2011).
c. Pereaksi Marquis : reserpin akan bereaksi dengan
pereaksi Marquis membentuk senyawa berwarna hijau-
abu-abu  coklat (Moffat et al., 2011).

3. Kinin

OH
N

Kinin

Cinchona succirubra
Kinin adalah alkaloid derivat asam antranilat
sekaligus triptofan yang berkhasiat sebagai antimalaria.
Alkaloid ini dapat ditemui pada kulit batang kina (Cinchona
succirubra) dan dapat diidentifikasi menggunakan beberapa
uji pereaksi kimia menurut Kar, (2008):
a. Uji dengan asam teroksigenasi : kinin dapat bereaksi
dengan asam-asam yang teroksigenasi seperti asam
sulfat atau asam asetat membentuk suatu senyawa
yang berfluoresensi biru kuat. Uji ini sangat sensitif
bahkan pada konsentrasi kinin yang sangat rendah.
(catatan : fluorsensi tidak terjadi pada asam-asam
halogen seperti HF, HCl, HBr, dan HI)
b. Uji Herpatit : Uji ini dilakukan dengan mencampur kinin
(0,3 g), 7,5 mL asam asetat glasial, 3 mL etanol 90%,
dan 5 tetes H2SO4 pekat kemudian dipanaskan sampai
mendidih. Ke dalam campuran yang masih mendidih
ini ditambahkan larutan I2 1% b/v dalam etanol
kemudian didiamkan sampai dingin. Kristal iodosulfat
kinin atau herpatit akan terpisah pada saat
pendinginan.
c. Uji Thalleioquin : ketika beberapa tetes air bromin
ditambahkan ke dalam 2-3 mL larutan kinin dalam
asam lemah yang diikuti dengan penambahan 0,5-1,0
mL larutan amonia pekat, akan diperoleh hasil reaksi
yang berwarna hijau yang khas seperti jamrud.
d. Uji Eritroquinin : beberapa mg kuinin dilarutkan dalam
asam asetat, ditambah beberapa tetes air bromin,
diikuti penambahan setetes larutan kalium ferosianida
[K4Fe(CN)6] 10% b/v. Berikutnya, penambahan setetes
NH4OH pekat ke dalam larutan tersebut akan
menimbulkan warna merah dengan cepat. Jika larutan
ini ditambah 1-2 mL kloroform kemudian dikocok kuat-
kuat, akan nampak warna merah pada lapisan
kloroform (bawah).

III. Alat dan Bahan

Bahan Alat

1. Lada hitam 1. Tabung reaksi


2. Lada putih 2. Penangas air
3. Akar pule padak 3. Mikroskop
4. Kulit batang kina
5. Asam sulfat pekat
6. Pereaksi Mayer
7. Pereaksi Wagner
8. Pereaksi vanilin-asam sulfat
9. Asam asetat glasial
10. Etanol 90%
11. Larutan I2 1% b/v dalam
etanol
12. Air bromin
13. Amonia pekat
14. K4Fe(CN)6 10% b/v
15. NH4OH pekat
16. Kloroform
IV. Metodologi
1. Penyiapan serbuk simplisia
a. Bagian tanaman yang akan diuji dikeringkan
b. Simplisia diserbuk dengan blender kemudian
diayak sehingga diperoleh serbuk kering dengan
ukuran partikel yang homogen.
2. Penyiapan larutan uji
a. Timbang lebih kurang 300 mg serbuk + 0,5 mL
HCl 2N + 4,5 mL etanol 90% kemudian
dipanaskan di penangas air selama 2 menit.
(gunakan tabung reaksi yang sesuai, lalu ditutup
dengan plastik dan diikat dengan karet)
b. Dinginkan pada suhu kamar lalu disaring.
c. Larutan ini selanjutnya disebut dengan LU (larutan
uji).
d. Jumlah larutan uji yang dibuat disesuaikan dengan
kebutuhan uji (dikalkulasi sebelum praktikum)
3. Identifikasi Alkaloid
a. Ambil 3 tetes LU kemudian direaksikan dengan
pereaksi Mayer.
4. Identifikasi piperin
a. Pereaksi Wagner
i. Ambil 1 mL LU kemudian direaksikan
dengan pereaksi Wagner
ii. Amati bentuk kristal yang terjadi.
b. Pereaksi asam sulfat pekat
i. Ambil 1 mL LU kemudian ditetesi dengan
asam sulfat pekat (1-3 tetes)
ii. Amati perubahan warna yang terjadi.
5. Identifikasi reserpin
a. Ambil 1 mL LU kemudian direaksikan dengan
pereaksi vanilin-asam sulfat
6. Identifikasi kinin
a. Uji dengan asam teroksigenasi
i. Ambil 3 tetes LU kemudian ditetesi
dengan asam sulfat LP
ii. Amati perubahan warna yang terjadi
iii. Ulangi langkah di atas dengan
menggunakan asam asetat LP
b. Uji Hepatit
i. Ambil 5 mL LU + 7,5 mL asam asetat
glasial + 3 mL etanol 90% + 5 tetes
H2SO4 pekat.
ii. Campuran tersebut dipanaskan sampai
mendidih
iii. Ditambahkan 3,5 mL larutan I2 1% b/v
dalam etanol kemudian didiamkan
sampai dingin.
iv. Amati kristal yang terjadi
c. Uji Thalleioquin
i. Sebanyak 2-3 mL LU ditambah 2-3 tetes
air brom dan 0,5 mL larutan amonia
pekat.
ii. Amati perubahan warna yang terjadi
d. Uji Eritroquinin
i. Sebanyak 3 mL LU di ditambah 1-2 tetes
air bromin, satu tetes kalium ferosianida
10% b/v, dan 1 tetes larutan amonia
pekat.
ii. Amati perubahan warna yang terjadi
iii. Tambahkan 1 mL kloroform lalu dikocok
kuat-kuat
iv. Amati warna pada fase kloroform
(bawah).
V. Laporan Sementara
No Nama Sampel Pereaksi/Uji Reaksi yang terjadi
.
1. Mayer

Wagner
Lada hitam
(Piper nigrum)
Asam sulfat
pekat

2. Pule pandak Mayer


(Rauvolfia
serpentina)
Vanilin-
asam sulfat

3. Kina(Cinchona Asam sulfat


succirubra) LP

Uji Hepatit

Uji
Thalleioqui
n
Uji
Eritroquinin

VI. Daftar Pustaka


Abdelfatah, S.A.A., and Efferth, T., 2015, Cytotoxicity of
The Indole Alkaloid Reserpine from Rauwolfia
serpentina Against Drug-Resistant Tumor
Cells,Phytomedicine,22, 308–318.
Bae, G.-S., Kim, M.-S., Jung, W.-S., Seo, S.-W., Yun, S.-
W., Kim, S.G., Park, R.-K., Kim, E.-C., Song, H.-J.,
and Park, S.-J., 2010, Inhibition of
Lipopolysaccharide-Induced Inflammatory
Responses by Piperine,Eur. J. Pharmacol.,642,
154–162.
Fahn, S., 2015, The Medical Treatment of Parkinson
Disease from James Parkinson to George
Cotzias,Mov. Disord.,30, 4–18.
Greenshields, A.L., Doucette, C.D., Sutton, K.M., Madera,
L., Annan, H., Yaffe, P.B., Knickle, A.F., Dong, Z.,
and Hoskin, D.W., 2015, Piperine Inhibits The
Growth and Motility of Triple-Negative Breast
Cancer Cells,Cancer Lett.,357, 129–140.
JP, 2011,Japanese Pharmacopoeia, 16th ed., The Minister
of Health, Labour and Welfare, Japan.
Kar, A., 2008,Pharmacognosy and
Pharmacobiotechnology,New Age International,
New Delhi.
Lessin, A.W., and Parkes, M.W., 1957, The Hypothermic
and Sedative Action of Reserpine in The Mouse,J.
Pharm. Pharmacol.,9, 657–662.
Moffat, A.C., Osselton, M.D., and Widdop, B.,
2011,Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons , 4th
ed., Pharmaceutical Press, London
Panda, S., Debajoyti, D., Tripathy, and Lingaraj, N., 2012,
Phyto-Pharmacognostical Studies and
Quantitative Determination of Reserpine in
Different Parts of Rauwolfia (spp.) of Eastern
Odisha by UV Spectroscopy Method,Asian J Plant
Sci and Res.,2, 151–162.
Pongkorpsakol, P., Wongkrasant, P., Kumpun, S.,
Chatsudthipong, V., and Muanprasat, C.,
2015,Inhibition of Intestinal Chloride Secretion by
Piperine as a Cellular Basis for The Anti-Secretory
Effect of Black Peppers,Pharmacol. Res.,100,
271–280.
Szász, G., and Buda, L., 1971, Contribution to The
Reaction of Alkaloids with Potassium
Tetraiodomercurate,Fresenius Z. Für Anal.
Chem.,253, 361–363.
Isolasi dan Identifikasi Terpenoid
Minyak Atsiri
I. Tujuan
Mahasiswa memahami dan mampu melakukan isolasi dan
identifikasi minyak atsiri dari dalam tanaman

II. Dasar Teori


Terpenoid adalah senyawa produk alam yang terdiri dari
berberapa unit isopren.

is o p r e n

Berdasarkan jumlah isopren penyusunnya, terpenoid dapat


diklasifikasikan menjadi 5 kelas yaitu (Kar, 2008):
Monoterpen : Terdiri dari dua unit isopren dan
mempunyai rumus molekul C10H16
Seskuiterpen : Terdiri dari tiga unit isopren dan
mempunyai rumus molekul C15H24
Diterpen : Terdiri dari empat unit isopren dan mempunyai
rumus molekul C20H32
Triterpen : Terdiri dari enam unit isopren dan
mempunyai rumus molekul C30H48
Tetraterpen : Terdiri dari delapan unit isopren dan
mempunyai rumus molekul C40H64

Beberapa contoh terpenoid yang penting yaitu mentol,


timol, sineol, dan sinamaldehid.

1. Mentol

HO

M e n to l
Mentha piperita
Mentol adalah monoterpenoid yang terdapat dalam minyak
mentol yang diperoleh dari distilasi uap tumbuhan Mentha
piperita Linn. Minyak mentol mengandung tidak kurang dari
30% mentol (JP, 2011). Dalam bidang farmasi, mentol
banyak digunakan sebagai ekpektoran, inhalasi, nasal
spray untuk meringankan gejala hidung tersumbat,
sinusitis, dan bronkitis. Mentol dapat bereaksi dengan
beberapa reagen, salah satunya adalah vanilin-asam sulfat
membentuk senyawa berwarna kuning-oranye (Kar, 2008).

2. Timol

HO

T im o l
Thymus vulgaris
Timol adalah salah satu monoterpen penyusun minyak
esensial time (thyme oil). Senyawa ini dapat ditemukan
dalam tanaman Thymus vulgaris. Gugus fenol yang ada
pada struktur molekulnya membuat timol mampu
membentuk garam dengan asetat dan karbonat dan dapat
digunakan sebagai antiseptik dan antihelmitik secara
berurutan. Selain itu, timol dapat digunakan sebagai
pembersih mulut dan anestesi lokal pada penderita sakit
gigi (Kar, 2008).

3. Sineol/Eukaliptol

Sineol adalah monoterpenoid yang diperoleh dari tanaman


Eucalyptus globulus (kayu putih). Dalam bidang farmasi,
sineol digunakan baik sebagai obat dalam maupun luar.
Sebagai obat dalam, sineol dapat digunakan sebagai
ekpektoran dalam bronkitis kronik sedangkan untuk
pemakaian luar, sineol digunakan sebagai antiseptik dan
anestesi dalam kondisi inflamasi (Kar, 2008).

Sineol
Eucalyptus globulus
4. Sinamaldehid

sinamaldehid
Kulit batang Cinnamomum verum

Sinamaldehid terdapat dalam minyak atsiri yang diperoleh


dari distilasi uap kulit batang kayu manis (cinnamon oil).
Sinamaldehid banyak digunakan sebagai parfum, serrta
perasa makanan dan minuman (JP, 2011; Kar, 2008).

Distilasi Uap
Distilasi uap adalah salah satu cara untuk mengisolasi
minyak atsiri dari simplisia. Prinsipnya, apabila dalam
suatu sistem larutan terdiri dari campuran biner, tekanan
uap total larutan (Ptotal) adalah penjumlahan dari hasil kali
tekanan uap parsial (P) dengan fraksi mol (Ψ) masing-
masing komponen (Ptotal = Ψ1P1 + Ψ2P2 ). Apabila suatu
sistem terdiri dari air dan komponen minyak atsiri di mana
larutan tersebut bersifat encer (mol air >>> mol zat
terlarut), maka hasil kali fraksi mol dan tekanan uap
komponen minyak atsiri dapat diabaikan sehingga tekanan
uap total larutan sama dengan tekanan uap air (Ptotal =
Pair). Karena tekanan uap larutan sama dengan tekanan
uap air, larutan tersebut mempunyai titik didih yang sama
dengan titik didih air murni. Dengan demikian, pada saat
simplisia dilarutkan dalam sejumlah besar air kemudian
dilakukan distilasi uap, akan terjadi ko-distilasi komponen-
komponen minyak atsiri bersama air dari dalam larutan
pada suhu 100 °C dan tekanan 1 atm meskipun minyak
atsiri memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada air pada
tekanan atmosfer.

Ekstraksi cair cair


Ekstraksi cair cair merupakan suatu teknik yang lazim
digunakan untuk memisahkan komponen-komponen
dalam suatu cairan berdasarkan perbedaan koefisien
partisi antara masing-masing komponen. Suatu campuran
dalam air, misalnya hasil distilasi uap suatu simplisia,
dapat diekstraksi menggunakan pelarut organik tak
campur air untuk mendapatkan komponen minyak atsiri
dalam distilat. Umumnya komponen minyak atsiri terdiri
dari terpenoid yang bersifat non-polar sehingga dapat
terpartisi ke dalam pelarut pengekstrak. Selain tidak
bercampur dengan air, pelarut organik yang digunakan
harus mampu melarutkan komponen minyak atsiri dengan
baik dan memiliki titik didih yang relatif lebih rendah
sehingga dapat dipisahkan dengan mudah dari komponen
minyak atsiri.

III. Alat dan Bahan


Alat Bahan

1. Seperangkat alat 1. Daun mentol kering


distilasi uap dan 2. Daun thyme kering
distilasi sederhana 3. Daun kayu putih
2. Corong pisah kering
3. Alat-alat gelas 4. Batang kayu manis
4. Termometer kering
5. Hot plate 5. Diklorometan
6. Bunsen 6. Natrium sulfat
7. Statif anhidrat
7. Asam sulfat pekat
8. Vaninlin-asam
sulfat
9. Akuades
10. Asam asetat glasial
11. Besi (III) klorida 1%
v/v
12. NaOH (10% b/v)
13. Asam nitrat pekat
14. Asam fosfat pekat
15. Es batu

IV. Metodologi
1. Penyiapan serbuk simplisia
a. Bagian tanaman yang akan diuji dikeringkan
b. Simplisia dihaluskan kemudian diayak sehingga
diperoleh serbuk kering dengan ukuran partikel
yang homogen.
2. Isolasi minyak atsiri dengan distilasi uap
a. Sebanyak 5 g serbuk simplisia dimasukkan ke
dalam labu disitlasi kemudian dicampur dengan
500 mL air sampai homogen. Campuran ini diaduk
selama satu jam.
b. Tambahkan batu didih ke dalam labu distilasi
kemudian susunlah peralatan distilasi seperti
gambar di bawah:
labu distilasi
Pengahasil
uap dari
tembaga
statif

Pendingin Liebig

Adaptor

air

Erlenmeyer

Penangas es

Bunsen

Penangas pasir

c. Nyalakan pembakar Bunsen sehingga air pada


ketel penghasil uap dan labu distilasi mendidih.
d. Setelah mendidih, matikan pembakar Bunsen
pada labu distilasi
e. Distilasi dilakukan selama dua jam terhitung sejak
tetesan pertama pada Erlenmeyer penampung.
f. Ukurlah volume distilat
3. Pemurnian minyak atsiri dengan ekstraksi cair cair
a. Masukkan distilat ke dalam corong pisah
b. Masukkan sejumlah volume diklorometan (CH2Cl2)
ke dalam corong pisah sehingga terdapat
diklorometan dan distilat dengan perbandingan
1:1.
c. Kocok campuran dalam corong pisah sampai
tercapai kesetimbangan.
d. Pisahkan fase diklorometan dan fase air.
e. Tampung fase diklorometan dalam Erlenmeyer
sedangkan fase air tetap berada dalam corong
pisah.
f. Ulangi langkah b-e sampai dua kali.
g. Kumpulkan fase diklorometan ke dalam
Erlenmeyer, tambahkan 5 g natrium sulfat anhidrat
kemudian disaring dan ditampung ke dalam labu
alas bulat.
h. Lakukan distilasi ekstrak pada suhu 40 °C seperti
gambar di bawah ini untuk menguapkan
diklorometan. [Catatan: pastikan tidak ada nyala
api ketika bekerja dengan diklorometan yang
mudah terbakar]
Labu A

5 6 5 6
4 7 4 7

3 8 3 8

2 9 2 9
1 11 1 10
Labu B

i. Distilasi dihentikan ketika distilat sudah berhenti


menetes.
j. Minyak atsiri akan berada pada labu A.
k. Timbang minyak atsiri yang diperoleh kemudian
disimpan dalam wadah yang sesuai.

4. Identifikasi minyak atsiri


a. Ukurlah indeks bias dari masing-masing sampel
minyak atsiri
b. Lakukan uji-uji pereaksi kimia untuk masing-
masing terpenoid.
i. Uji pereaksi untuk mentol
1) Sebanyak 2 mL larutan uji
ditambah dengan 4 tetes asam
sulfat pekat dan kemudian
reagen vanilin-asam sulfat.
Amati warna yang terjadi. Mentol
akan bereaksi membentuk
senyawa berwarna kuning-
oranye dan dapat berubah
menjadi ungu dengan beberapa
tetes air.
ii. Uji pereaksi untuk timol
1) Sebanyak 2 mL larutan uji
dilarutkan di dalam 1 mL asam
asetat glasial kemudian
ditambahkan 1 tetes asam nitrat
pekat dan 6 tetes asam sulfat
pekat. Timol akan bereaksi
membentuk warna hijau-
kebiruan
2) Sebanyak 2 mL larutan uji
ditambah dengan beberapa
tetes asam sulfat pekat
sehingga terbentuk senyawa
time-asam sulfat. Apabila
beberapa tetes besi (III) klorida
di tambahkan ke dalam
campuran tersebut akan
diperoleh warna ungu.
3) Sebanyak 2 mL larutan uji
ditambah dengan 2 mL larutan
NaOH (10% b/v) dan
dipanaskan di atas penangas air
sampai diperoleh larutan yang
berwarna merah pucat. Jika
ditambahkan beberapa tetes
kloroform lalu dikocok, maka
akan timbul warna ungu.
iii. Uji pereaksi untuk sineol
1) Sebanyak 2 mL larutan uji
ditambah dengan 1 mL asam
fosfat kemudian dikocok kuat-
kuat. Campuran tersebut
didiamkan kemudian diamati.
Sineol akan mengental dalam
waktu 30 menit.
iv. Uji pereaksi untuk sinamaldehid
1) Satu mL larutan uji ditambah
dengan 4 tetes asam nitrat
kemudian dikocok. Campuran
akan membentuk kristal
berwarna kuning terang pada
temperatur di bawah 5 °C.
2) Beberapa tetes FeCl3 (1% v/v)
ditambahkan ke dalam larutan
uji. Sinamaldehid akan bereaksi
membentuk warna coklat yang
jelas.

V. Laporan Sementara
No Nama Berat Berat Rendeme Pereak Reak
. Samp Simplisi minya n (%) si si
el a (g) k atsiri yang
(g) terjadi
1. Vanilin-
Daun asam
Mentol sulfat

2. Daun Asam
Thym asetat
e glasial-
asam
nitrat
pekat-
asam
sulfat
pekat
Asam
sulfat
pekat-
FeCl3
NaOH
10%-
klorofor
m
3. Daun Asam
Kayu fosfat
Putih pekat
4. Kulit Asam
batang nitrat
Kayu pekat
Manis pada
suhu <
5 °C
FeCl3

VI. Daftar Pustaka


JP, 2011. Japanese Pharmacopoeia XVI. The Minister of
Health, Labour, and Welfare, Japan.
Kar, A., 2008. Pharmacognosy and
Pharmacobiotechnology, 2nd ed. New Age
Publisher, India.

Anda mungkin juga menyukai