KIMIA FARMASI
Visi
Menjadi program studi Farmasi (S1) yang unggul dalam
bidang Farmasi Bahan Alam yang berlandaskan nilai-
nilai Islam dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
mampu bersaing di tingkat Nasional
PM-UMM-02-12/L1
Program Studi S1 Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan
2016
1
MODUL PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI
Disusun oleh :
Tiara Mega Kusuma, M.Sc., Apt
PM-UMM-02-12/L1
2
PENGESAHAN
Modul Praktikum
Kimia Farmasi
PM-UMM-02-12/L1
Revisi : 00
Tanggal : Agustus 2016
Dikaji Ulang Oleh : Ketua Program Studi S1 Farmasi
Dikendalikan Oleh : Gugus Kendali Mutu Fakultas
Disetujui Oleh : Dekan
Tiara Mega Kusuma, M.Sc., Apt Tiara Mega Kusuma, M.Sc., Apt Puguh Widiyanto,S.Kp., M.Kep
NIDN. 0607048602 NIDN. 0607048602 NIDN. 0621027203
3
PENGANTAR
Assalamualaikum, wr, wb
Wassalamualaikum, Wr. Wb
Koordinator Praktikum
4
Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum
5
Format Laporan dan Kriterian Penilaian
Laporan Resmi :
Kriteria Penilaian :
Indikator Point
Pretest/posttest 20
Skill Lab 40
Laporan 10
Responsi 30
6
PERTEMUAN KE-1
1. Capaian Pembelajaran :
2. Tujuan Praktikum :
3. Dasar Teori
4. Pelaksanaan Praktikum
7
Alat : Tabung reaksi,Drupple plat, Pipet tetes, Tang tabung
(kayu/logam), Serbet bersih, Tempat pencuci pipet, Beaker gelas,
Gelas pengaduk, Lempeng penates (drupple plat), Objek gelas
a. Cara kerja :
1) Analisis terhadap ion Hg+
a. Larutan sampel + asam klorida P endapan putih (endapan
tidak larut dalam asam encer), + ammonium hidroksida
6N endapan hitam. 2. Larutan sampel + larutan natrium
hidroksida 1N endapan hitam (tidak larut dalam
reagensia yang berlebihan, tetapi mudah larut dalam
asam nitrat encer), + ketika dididihkan endapan berubah
menjadi abuabu. 3. Larutan sampel + larutan KI P
endapan kekuningan, + diamkan perlahan-lahan dalam
larutan dingin endapan berwarna hijau. 4. Larutan
sampel + larutan natrium karbonat dalam larutan dingin
endapan kuning yang kemudian berubah menjadi abu-
abu.
2) Analisis terhadap ion Ag+
a. Larutan sampel + HCl P endapan putih (mudah larut
dalam ammonium hidroksida 6 N, tidak larut dalam asam
nitrat P) 2. Larutan sampel + ammonium hidroksida 6 N
dan sedikit formaldehida LP, hangatkan cermin logam
perak pada dinding tabung. 3. Larutan sampel + larutan
KI P endapan kuning perak iodida (endapan tidak larut
dalam ammonia, mudah larut dalam kalium sianida
(RACUN) dan natrium tiosulfat) 4. Larutan sampel +
ammonia 1 tetes endapan coklat perak oksida (endapan
larut dalam reagen yang berlebih).
5. Latihan
1) Mahasiswa mengalakukan praktek analisa kualitatif
2) Mahasiswa melaporkan hasil praktikum
8
PERTEMUAN KE-2
1. Capaian Pembelajaran :
2. Tujuan Praktikum :
3. Pelaksanaan Praktikum
5. Latihan
1. Mahasiswa melakukan praktikum analisa asetosal
2. Mahasiswa melaporkan hasil praktikum
9
PERTEMUAN KE-3
ASIDI-ALKALIMETRI
1. Capaian Pembelajaran :
2. Tujuan Praktikum
3. Dasar Teori
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yaitu
reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dan ion hidroksida
yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Netralisasi dikatakan juga sebagai reaksi antara pemberi proton
(asam) dengan penerima proton (basa). Asidimetri merupakan
penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang
bersifat basa dengan menggunakan larutan baku asam. Sebaliknya
alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang
bersifat asam dengan menggunakan larutan baku basa (Ganjdar dan
Rohman, 2010). Untuk mengamati titik akhir titrasi dengan
menggunakan indikator atau menggunakan metode elektrokimia.
Suatu indikator merupakan asam atau basa lemah yang berubah
warna diantara bentuk terionisasi dan bentuk tidak terionisasinya.
Kisaran penggunaan indikator adalah 1 unit pH disekitar nilai
pKanya (Watson, 2009).
Cara menggunakan indikator (Jenkins, 1957) : a. Gunakan 3
tetes larutan indikator kecuali dinyatakan lain. b. Jika asam kuat
dititrasi dengan basa kuat, atau sebaliknya gunakan jingga metil,
fenolftalein, atau merah metil. c. Jika asam lemah dititrasi dengan
basa kuat gunakan fenolftalein. d. Jika basa lemah dititrasi dengan
asam kuat gunakan merah metil e. Suatu basa lemah tidak dapat
dititrasi dengan asam lemah, begitu juga sebaliknya, karena tidak
10
ada indikator yang menunjukan titik akhir dengan jelas. f.
Timbulnya suatu warna lebih mudah diamati daripada hilangnya
warna. Biasakan titrasi yang memungkinkan timbulnya warna
4. Pelaksanaan Praktikum
b. Cara kerja :
1. Alkalimetri
a. Pembuatan etanol encer 500 ml
etanol 95% dicampurkan dengan 500 ml air murni yang
diukur secara terpisah dan diukur pada suhu 250 C, volume
campuran 970 ml (Anonim, 1995). b. Pembuatan etanol encer
netral Tambahkan 2-3 tetes fenolftalein pada sejumlah etanol
encer dan larutan NaOH 0,02 N atau 0,01 N hingga terjadi
warna merah muda pucat (dibuat baru). c. Pembuatn larutan
indikator 1. Larutkan 200 mg fenolftalein dalam 60 ml etanol
90%, tambahkan air hingga 100 ml (Anonnim, 1979)
b. Larutkan 1 gr fenoilftalein dalam 100 ml etanol 95%
(Anonim, 1995).
c. Pembuatan air bebas karbondioksida Didihkan air murni kuat
selama 5-10 menit atau lebih, diamkan sampai dingin dan
tidak boleh menyerap CO2 dari udara, kemudian labu ditutup
dengan sumbat berisi CaO atau kapur tohor (Anonim, 1995).
d. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N Larutkan sejumlah NaOH
dalam air bebas CO2 hingga tiap 1000 ml larutan
mengandung 4,001 gr NaOH. f. Pembakuan larutan NaOH
0,1 N Timbang seksama 400 mg kalium biftalat yang
sebelumnya telah dihaluskan dan dikeringkan pada suhu 1200
C selama 2 jam dan masukkan dalam labu Erlenmeyer,
tambahkan 75 ml air bebas CO2 tutup Erlenmeyer, kocok
hingga larut. Tambahkan 2 tetes fenolftalein dan titrasi
dengan NaOH hingga terjadi warna merah muda yang mantap
(Anonim, 1995).
e. 1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 20,42 mg KHC8H4O4
f. Reaksi : KH8H4O4+NaOH →KNaC8H4O4+H2O
Perhitungan : Normalitas NaOH= mg KHC8H4O4 ml NaOH
x BM KHC8H4O4 g. Penetapan kadar asam salisilat dalam
asetosal 1. Timbang seksama 500 mg, larutkan dalam 25 ml
etanol encer yang sudah dinetralkan dengan NaOH 0,1 N,
tambahkan fenolftalein dan titrasi dengan NaOH 0,1 N. 1 ml
NaOH setara dengan 13,81 mg C7H6O3 (Anonim, 1995).
HO.C6H4 .COOH+NaOH →HO.C6H4COONa+H2O
11
Perhitungan : Kadar asam salisilat= ml NaOH x N NaOH x
13,81 mg sampel x 0,1 x 100%
2. Asidimetri
Pembuatan larutan indikator merah metil 1. Hangatkan 25 mg
metil merah dengan 0,95 ml NaOH 0,05 N dan 5 ml etanol
95%, setelah larut dengan sempurna tambahkan etanol 50%
hingga 250 ml (Anonim, 1979). 2. Larutkan 100 mg metil
merah dalam 100 ml etanol 95% saring jika perlu (Anonim,
1995). b. Pembuatan larutan HCl 0,5 N Larutkan sejumlah HCl
P dalam air secukupnya sehingga tiap 1000,0 ml larutan
mengandung 18,23 gr HCl (Anonim, 1979). c. Pembakuan
larutan HCl 0,5 N Timbang seksam 750 mg Na2CO3 anhidrat
yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 2700 C selama 1
jam, larutkan dalam 50 ml air dan tambahkan 2 tetes metil
merah. Tambahkan HCl secara berlahan-lahan dari buret sambil
diaduk hingga larutan berwarna merah muda pucat. Panaskan
larutan lagi hingga mendidih, dinginkan dan lanjutkan titrasi.
Panaskan lagi hingga mendidih dan titrasi lagi bila perlu hingga
warna merah muda pucat tidak hilang dengan pendidihan lebih
lanjut (Anonim 1995, 1979) Satu ml HCl 0,5 N setara dengan
26,495 mg Na2CO3 anhidrat. Reaksi : Na2CO3+2HCl
→2NaCl+H2O+CO2 Perhitungan : Normalitas HCl= 2 x mg
Na2CO3 BM Na2CO3x ml NaCl d. Penetapan Kadar Boraks
Timbang seksama 3 gr, larutkan dalam 50 ml air, tambahkan
larutan merah metil, titrasi dengan HCl 0,5 N (jika perlu
dipanaskan di atas tangas uap guna menambah kelarutan). 1 ml
HCl 0,5 N setara dengan 95,34 mg Na2B4O7.10H2O
(Anonim,1995). Reaksi : Na2B4O7 .10H2O+2HCl
↑4H3BO3+2NaCl+5H2 Perhitungan : Kadar boraks= ml HCl x
N.HCl x 95,34 mg sampel x 0,5 ×100%
5. Latihan
12
PERTEMUAN KE-4
ARGENTOMETRI
1. Capaian Pembelajaran :
2. Tujuan Praktikum :
3. Dasar Teori
13
dan fero sulfat sebagai indikator kelebihan SCN(Watson, 2009).
AgNO3+NH4SCN →AgSCNs+NH4NO3
4. Pelaksanaan Praktikum
c. Cara kerja :
5. Latihan
14
PERTEMUAN KE-5
NITRIMETRI
1. Capaian Pembelajaran :
2. Tujuan Praktikum :
3. Dasar Teori
15
Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan larutan yang
dititrasi pada pasta kanji iodida atau kertas kanji-iodida akan
terbentuk warna biru segera sebab warna biru juga terbentuk
beberapa saat setelah dibiarkan di udara. Hal ini disebabkan
karena oksidasi iodida oleh udara (O2). Indikator lain yang
digunakan adalah tropeolin OO dan metilen biru (Ganjdar dan
Rohman, 2010). Reaksi yang terjadi : 4KI+4 HCl+O2→
2H2O+2I2+4KCl
4. Pelaksanaan Praktikum
Cara kerja :
Penetapan kadar sulfanilamid Timbang seksama lebih kurang 500
mg sampel, larutkan dalam 75 ml air dan 5 ml asam klorida P,
dinginka, titrasi dengan larutan baku NaNO2 0,1 M secara
berlahan-lahan pada suhu tidak lebih dari 150 C, hingga 1 tetes
larutan segera memberikan warna biru pada kertas kanji-iodida.
Titrasi dianggap selesai jika titik akhir dapat ditunjukkan lagi
setelah larutan dibiarkan selama 1 menit (Anonim, 1979). Tiap 1
ml NaNO2 0,1 M setara dengan 17,22 mg C6H8N2O2S.
Reaksi : H2N.SO2 .C6H4 .NH2+NaNO2+2HCl →H2N.SO2
.C6H4 .N2Cl+NaCl+2H2O Perhitungan : Kadar sulfanilamid=
VNaNo2 x NNaNo2 x BE mg sampel x 100%
5. Latihan
16
PERTEMUAN KE-6
IODO-IODIMETRI
1. Capaian Pembelajaran :
2. Tujuan Praktikum :
3. Dasar Teori
4. Pelaksanaan Praktikum
Cara kerja :
Penetapan kadar Cu dalam CuSO4 (iodometri) Lebih kurang 2 g
tembaga sulfat (CuSO4.5H2O; BM 249,685) ditimbang seksama,
larutkan dalam air, pindahkan kedalam labu takar 100 ml secara
kuantitatif dan tetapkan volumenya. Pipet 25,0 ml larutan,
tambahkan 2 ml asam asetat dan 1,5 g KI. Titrasi iodium yang
dibebaskan dengan larutan baku natrium tiosulfat 0,1 N
menggunakan indikator kanji. Tiap 1 ml larutan Na2S2O3 0,1 N
setara dengan 6,345 mg Cu atau 24,969 mg CuSO4.5H2O.
17
Reaksi : 2CuSO4 .5H2O+4KI →2CuI+I2+2K2SO4 +10H2O
I2+2Na2S2O3→2NaI+Na2S4O6 Perhitungan : Kadar Cu= V
Na2S2O3 X N Na2S2O3X BE mg sampel x 100%
Penetapan kadar metampiron (iodimetri) Masukkan lebih kurang
400 mg sampel ditimbang seksama, larutkan dengan 50 ml air dan
5 ml HCl encer. Titrasi dengan iodium 0,1 N dan indikator larutan
kanji hingga terbentuk warna biru yang mantap selama 1 menit.
Tiap 1 ml iodium 0,1 N setara dengan 16,67 mg metampiron.
Reaksi : NaSO3 -CH2 -N(CH)3 -C11H11N2O+H2O
→NaHSO3+CH3 -NH-C11H11N2O+CH2O
NaHSO3+H2O+I2→NHSO4+2HI I2+kanji →biru Perhitungan :
kadar metampiron= ml I2X N I2X 16,67 mg sampel x 0,1 x 100%
5. Latihan
18
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta : Erlangga
19