Anda di halaman 1dari 19

MODUL PRAKTIKUM

KIMIA FARMASI

Visi
Menjadi program studi Farmasi (S1) yang unggul dalam
bidang Farmasi Bahan Alam yang berlandaskan nilai-
nilai Islam dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
mampu bersaing di tingkat Nasional

PM-UMM-02-12/L1
Program Studi S1 Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan
2016

1
MODUL PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI

Disusun oleh :
Tiara Mega Kusuma, M.Sc., Apt

PM-UMM-02-12/L1

Program Studi S1 Farmasi


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Magelang
2016

2
PENGESAHAN

Modul Praktikum
Kimia Farmasi
PM-UMM-02-12/L1

Revisi : 00
Tanggal : Agustus 2016
Dikaji Ulang Oleh : Ketua Program Studi S1 Farmasi
Dikendalikan Oleh : Gugus Kendali Mutu Fakultas
Disetujui Oleh : Dekan

NO. DOKUMEN : PM-UMM-02-22 TANGGAL : Agustus 2016


NO. REVISI : 00 NO. HAL : -
Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh :
Koordinator Praktikum Ka. Prodi S1 Farmasi Dekan

Tiara Mega Kusuma, M.Sc., Apt Tiara Mega Kusuma, M.Sc., Apt Puguh Widiyanto,S.Kp., M.Kep
NIDN. 0607048602 NIDN. 0607048602 NIDN. 0621027203

Catatan : Dokumen ini milik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas


Muhammadiyah Magelang dan TIDAK DIPERBOLEHKAN dengan cara dan
alasan apapun membuat salinan tanpa seijin Dekan

3
PENGANTAR

Assalamualaikum, wr, wb

Alhamdulillah, buku petunjuk praktikum Kimia Farmasi berhasil


disusun. Buku petunjuk ini disusun sebagai sarana untuk membantu mahasiswa
dalam menunjang tercapainya kompetensi S1 Farmasi di bidang pelayanan
farmasi klinik dan komunitas dengan mengaplikasikan teori anatomi fisiologi
manusia dalam praktikum Kimia Farmasi. Mahasiswa diharapkan dapat
membaca dan memahami materi sebelum pelaksanaan praktikum agar berjalan
lancar dan tertib.
Buku petunjuk praktikum Kimia Farmasi dibuat dengan harapan pada
akhir pelaksanaan praktikum ini mahasiswa mampu memahami anatomi
fisiologi manusia.
Penyusun menyadari bahwa buku ini tidak terlepas dari kekurangan,
oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan buku ini. Penyusun berharap semoga buku ini
dapat bermanfaat. Amiin.

Wassalamualaikum, Wr. Wb

Magelang, Agustus 2016

Koordinator Praktikum

4
Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum

1. Mahasiswa wajib hadir di ruang praktikum sesuai jadwal


praktikum yang berlaku.
2. Mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 15 menit tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum.
3. Mahasiswa wajib membawa farmasi kit disetiap kegiatan
praktikum.
4. Mengikuti pretest sebelum praktikum dimulai.
5. Bila nilai pretest memenuhi standar (≥60) mahasiswa dapat
mengikuti praktikum sesuai prosedur dan aturan yang berlaku
(untuk mata praktikum tertentu).
6. Sebelum praktikum dimulai mahasiswa wajib mengenakan jas
laboratorium.
7. Mahasiswa meminjam peralatan ke laboran dengan mengisi
Daftar Bon Alat.
8. Selama praktikum berlangsung, mahasiswa wajib menjaga
ketertiban dan ketenangan laboratorium.
9. Selama pelaksanaan praktikum mahasiswa tidak diperkenankan
meninggalkan ruang praktikum tanpa ijin dosen atau asisten
pembimbing praktikum.
10. Setelah selesai praktikum, mahasiswa wajib merapikan dan
membersihkan kembali peralatan dan tempat praktikum sesuai
ketentuan yang berlaku.
11. Mahasiswa wajib absen dijurnal praktikum dan mengisi kartu
kendali praktikum.
12. Mahasiswa wajib membuang sampah praktikum sesuai ketentuan
yang berlaku.
13. Mahasiswa wajib melaporkan alat-alat yang rusak dan pecah ke
laboran.
14. Mahasiswa wajib mengganti peralatan yang rusak atau pecah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
15. Mahasiswa wajib membuat laporan resmi praktikum sesuai
dengan hasil praktikum.

Kepala Laboratorium Farmasi

Fitriana Yuliastuti, M.Sc., Apt

5
Format Laporan dan Kriterian Penilaian

Laporan Resmi :

1. Cover laporan: nama mata praktikum, judul pertemuan, logo


universitas, nama dan NIM penyusun, nama prodi, nama fakultas,
nama universitas, tahun.
2. Isi
a. Judul praktikum
b. Tujuan praktikum
c. Dasar teori
d. Metode praktikum/cara kerja
e. Hasil praktikum
f. Pembahasan disertai jurnal ilmiah
g. Kesimpulan
h. Daftar pustaka

Kriteria Penilaian :

Indikator Point
Pretest/posttest 20
Skill Lab 40
Laporan 10
Responsi 30

6
PERTEMUAN KE-1

ANALISA KUALITATIF ANION DAN KATION

1. Capaian Pembelajaran :

a. Menguasai konsep teoritis berbagai ilmu pengetahuan dan


teknologi di bidang kefarmasian, riset, dan pengembangan diri
b. Mampu menerapkan IPTEK dalam melakukan riset,
pengembangan diri secara berkelanjutan di bidang kefarmasian,
khususnya terkait farmasi bahan alam

2. Tujuan Praktikum :

Setelah menyelesaikan praktikum ini maka mahasiswa


mampu memahami melakukan identifikas senyawa anion dan kation

3. Dasar Teori

Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation


yang paling umum adalah asam klorida, hydrogen sulfa, ammonium
sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas
apakah suatu kation bereaksi dengan dengan reagensia-reagensia ini
dengan membentuk endapan atau tidak. Klasfikasi kation 15 yang
paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida,
sulfida dan karbonat dari kation tersebut

4. Pelaksanaan Praktikum

a. Alat dan bahan :

Bahan ; Sejumlah larutan pereaksi 2. Sejumlah pelarut dan


bahan kimia lainnya

7
Alat : Tabung reaksi,Drupple plat, Pipet tetes, Tang tabung
(kayu/logam), Serbet bersih, Tempat pencuci pipet, Beaker gelas,
Gelas pengaduk, Lempeng penates (drupple plat), Objek gelas

a. Cara kerja :
1) Analisis terhadap ion Hg+
a. Larutan sampel + asam klorida P endapan putih (endapan
tidak larut dalam asam encer), + ammonium hidroksida
6N endapan hitam. 2. Larutan sampel + larutan natrium
hidroksida 1N endapan hitam (tidak larut dalam
reagensia yang berlebihan, tetapi mudah larut dalam
asam nitrat encer), + ketika dididihkan endapan berubah
menjadi abuabu. 3. Larutan sampel + larutan KI P
endapan kekuningan, + diamkan perlahan-lahan dalam
larutan dingin endapan berwarna hijau. 4. Larutan
sampel + larutan natrium karbonat dalam larutan dingin
endapan kuning yang kemudian berubah menjadi abu-
abu.
2) Analisis terhadap ion Ag+
a. Larutan sampel + HCl P endapan putih (mudah larut
dalam ammonium hidroksida 6 N, tidak larut dalam asam
nitrat P) 2. Larutan sampel + ammonium hidroksida 6 N
dan sedikit formaldehida LP, hangatkan cermin logam
perak pada dinding tabung. 3. Larutan sampel + larutan
KI P endapan kuning perak iodida (endapan tidak larut
dalam ammonia, mudah larut dalam kalium sianida
(RACUN) dan natrium tiosulfat) 4. Larutan sampel +
ammonia 1 tetes endapan coklat perak oksida (endapan
larut dalam reagen yang berlebih).

5. Latihan
1) Mahasiswa mengalakukan praktek analisa kualitatif
2) Mahasiswa melaporkan hasil praktikum

8
PERTEMUAN KE-2

ANALISA KUALITATIF SENYAWA OBAT

1. Capaian Pembelajaran :

a. Menguasai konsep teoritis berbagai ilmu pengetahuan dan


teknologi di bidang kefarmasian, riset, dan pengembangan diri
b. Mampu menerapkan IPTEK dalam melakukan riset,
pengembangan diri secara berkelanjutan di bidang kefarmasian,
khususnya terkait farmasi bahan alam

2. Tujuan Praktikum :

Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki


kemampuan memahami analisa kualitatif senyawa obat

3. Pelaksanaan Praktikum

a. Alat dan bahan :


Alat : Tabung reaksi 5 ml, Tabung reaksi 10 ml, Pipet tetes, Tang
tabung (kayu/logam), Serbet bersih, Tempat akuades,
Tempat pencuci pipet, Beaker gelas, Gelas pengaduk,
Lempeng penetes (drupple plat), Objek gelas, Lampu
spritus
Bahan : Larutan pereaksi 2. Pelarut dan bahan kimia yang lain,
asetosal
4. Cara kerja :
Tambahkan 1-2 tetes FeCl3 pada asetosal dalam tabung reaksi,
panaskan, maka akan memberikan warna violet 2. Tambahkan etanol
dan asam sulfat pekat, didihkan perlahan. Setelah dingin tambahkan
air ke dalam tabung reaksi sampai penuh, akan berbau etil asetat
(menunjukkan adanya asetat). 3. Tambahkan metanol dan asam sulfat
pekat, didihkan, akan memberikan bau metil salisilat (bau akan mudah
tercium jika tabung reaksi terisi penuh air).

5. Latihan
1. Mahasiswa melakukan praktikum analisa asetosal
2. Mahasiswa melaporkan hasil praktikum

9
PERTEMUAN KE-3

ASIDI-ALKALIMETRI

1. Capaian Pembelajaran :

a. Menguasai konsep teoritis berbagai ilmu pengetahuan dan


teknologi di bidang kefarmasian, riset, dan pengembangan diri
b. Mampu menerapkan IPTEK dalam melakukan riset,
pengembangan diri secara berkelanjutan di bidang kefarmasian,
khususnya terkait farmasi bahan alam

2. Tujuan Praktikum

Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki


kemampuan melakukan uji asidi-alkalimetri

3. Dasar Teori
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yaitu
reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dan ion hidroksida
yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Netralisasi dikatakan juga sebagai reaksi antara pemberi proton
(asam) dengan penerima proton (basa). Asidimetri merupakan
penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang
bersifat basa dengan menggunakan larutan baku asam. Sebaliknya
alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang
bersifat asam dengan menggunakan larutan baku basa (Ganjdar dan
Rohman, 2010). Untuk mengamati titik akhir titrasi dengan
menggunakan indikator atau menggunakan metode elektrokimia.
Suatu indikator merupakan asam atau basa lemah yang berubah
warna diantara bentuk terionisasi dan bentuk tidak terionisasinya.
Kisaran penggunaan indikator adalah 1 unit pH disekitar nilai
pKanya (Watson, 2009).
Cara menggunakan indikator (Jenkins, 1957) : a. Gunakan 3
tetes larutan indikator kecuali dinyatakan lain. b. Jika asam kuat
dititrasi dengan basa kuat, atau sebaliknya gunakan jingga metil,
fenolftalein, atau merah metil. c. Jika asam lemah dititrasi dengan
basa kuat gunakan fenolftalein. d. Jika basa lemah dititrasi dengan
asam kuat gunakan merah metil e. Suatu basa lemah tidak dapat
dititrasi dengan asam lemah, begitu juga sebaliknya, karena tidak

10
ada indikator yang menunjukan titik akhir dengan jelas. f.
Timbulnya suatu warna lebih mudah diamati daripada hilangnya
warna. Biasakan titrasi yang memungkinkan timbulnya warna
4. Pelaksanaan Praktikum

b. Cara kerja :
1. Alkalimetri
a. Pembuatan etanol encer 500 ml
etanol 95% dicampurkan dengan 500 ml air murni yang
diukur secara terpisah dan diukur pada suhu 250 C, volume
campuran 970 ml (Anonim, 1995). b. Pembuatan etanol encer
netral Tambahkan 2-3 tetes fenolftalein pada sejumlah etanol
encer dan larutan NaOH 0,02 N atau 0,01 N hingga terjadi
warna merah muda pucat (dibuat baru). c. Pembuatn larutan
indikator 1. Larutkan 200 mg fenolftalein dalam 60 ml etanol
90%, tambahkan air hingga 100 ml (Anonnim, 1979)
b. Larutkan 1 gr fenoilftalein dalam 100 ml etanol 95%
(Anonim, 1995).
c. Pembuatan air bebas karbondioksida Didihkan air murni kuat
selama 5-10 menit atau lebih, diamkan sampai dingin dan
tidak boleh menyerap CO2 dari udara, kemudian labu ditutup
dengan sumbat berisi CaO atau kapur tohor (Anonim, 1995).
d. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N Larutkan sejumlah NaOH
dalam air bebas CO2 hingga tiap 1000 ml larutan
mengandung 4,001 gr NaOH. f. Pembakuan larutan NaOH
0,1 N Timbang seksama 400 mg kalium biftalat yang
sebelumnya telah dihaluskan dan dikeringkan pada suhu 1200
C selama 2 jam dan masukkan dalam labu Erlenmeyer,
tambahkan 75 ml air bebas CO2 tutup Erlenmeyer, kocok
hingga larut. Tambahkan 2 tetes fenolftalein dan titrasi
dengan NaOH hingga terjadi warna merah muda yang mantap
(Anonim, 1995).
e. 1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 20,42 mg KHC8H4O4
f. Reaksi : KH8H4O4+NaOH →KNaC8H4O4+H2O
Perhitungan : Normalitas NaOH= mg KHC8H4O4 ml NaOH
x BM KHC8H4O4 g. Penetapan kadar asam salisilat dalam
asetosal 1. Timbang seksama 500 mg, larutkan dalam 25 ml
etanol encer yang sudah dinetralkan dengan NaOH 0,1 N,
tambahkan fenolftalein dan titrasi dengan NaOH 0,1 N. 1 ml
NaOH setara dengan 13,81 mg C7H6O3 (Anonim, 1995).
HO.C6H4 .COOH+NaOH →HO.C6H4COONa+H2O

11
Perhitungan : Kadar asam salisilat= ml NaOH x N NaOH x
13,81 mg sampel x 0,1 x 100%
2. Asidimetri
Pembuatan larutan indikator merah metil 1. Hangatkan 25 mg
metil merah dengan 0,95 ml NaOH 0,05 N dan 5 ml etanol
95%, setelah larut dengan sempurna tambahkan etanol 50%
hingga 250 ml (Anonim, 1979). 2. Larutkan 100 mg metil
merah dalam 100 ml etanol 95% saring jika perlu (Anonim,
1995). b. Pembuatan larutan HCl 0,5 N Larutkan sejumlah HCl
P dalam air secukupnya sehingga tiap 1000,0 ml larutan
mengandung 18,23 gr HCl (Anonim, 1979). c. Pembakuan
larutan HCl 0,5 N Timbang seksam 750 mg Na2CO3 anhidrat
yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 2700 C selama 1
jam, larutkan dalam 50 ml air dan tambahkan 2 tetes metil
merah. Tambahkan HCl secara berlahan-lahan dari buret sambil
diaduk hingga larutan berwarna merah muda pucat. Panaskan
larutan lagi hingga mendidih, dinginkan dan lanjutkan titrasi.
Panaskan lagi hingga mendidih dan titrasi lagi bila perlu hingga
warna merah muda pucat tidak hilang dengan pendidihan lebih
lanjut (Anonim 1995, 1979) Satu ml HCl 0,5 N setara dengan
26,495 mg Na2CO3 anhidrat. Reaksi : Na2CO3+2HCl
→2NaCl+H2O+CO2 Perhitungan : Normalitas HCl= 2 x mg
Na2CO3 BM Na2CO3x ml NaCl d. Penetapan Kadar Boraks
Timbang seksama 3 gr, larutkan dalam 50 ml air, tambahkan
larutan merah metil, titrasi dengan HCl 0,5 N (jika perlu
dipanaskan di atas tangas uap guna menambah kelarutan). 1 ml
HCl 0,5 N setara dengan 95,34 mg Na2B4O7.10H2O
(Anonim,1995). Reaksi : Na2B4O7 .10H2O+2HCl
↑4H3BO3+2NaCl+5H2 Perhitungan : Kadar boraks= ml HCl x
N.HCl x 95,34 mg sampel x 0,5 ×100%

5. Latihan

1. Mahasiswa melakukan praktikum asidi-alkalimetri


2. Mahasiswa melaporkan hasil praktikum

12
PERTEMUAN KE-4

ARGENTOMETRI

1. Capaian Pembelajaran :

a. Menguasai konsep teoritis berbagai ilmu pengetahuan dan


teknologi di bidang kefarmasian, riset, dan pengembangan diri
b. Mampu menerapkan IPTEK dalam melakukan riset,
pengembangan diri secara berkelanjutan di bidang kefarmasian,
khususnya terkait farmasi bahan alam

2. Tujuan Praktikum :

Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki


kemampuan melakukan argentometri

3. Dasar Teori

Argentometri merupkan metode umum untuk menetapkan


kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain ysng membentuk
endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode
argentometri disebut juga metode pengendapan karena pada
argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relative tidak
larut atau endapan (Gandjar dan Rohman, 2010). Reksi yang
mendasari adalah : AgNO3+HCl →AgCls+NO3 Sebagai indikator
digunakan kalium kromat yang menghasilkan warna merah dengan
adanya kelebihan ion Ag+ . Titrasi yang lebih banyak dapat
digunakan adalah titrasi balik, kelebihan AgNO3 ditambahkan ke
dalam sampel yang mengandung ion klorida atau bromida.
Kelebihan AgNO3 kemudian dititrasi dengan ammonium tiosianat

13
dan fero sulfat sebagai indikator kelebihan SCN(Watson, 2009).
AgNO3+NH4SCN →AgSCNs+NH4NO3

4. Pelaksanaan Praktikum

c. Cara kerja :

1. Penetapan kadar kalium klorida Lebih kurang 250 mg sampe


ditimbang seksama dan larutkan dalam 50 ml air. Titrasi dengan
larutan baku AgNO3 0,1 N menggunakan indikator 2-3 tetes larutan
K2CrO4 5% hingga terbentuk warna coklat merah lemah. 33 Tiap 1
ml AgNO3 0,1 N setara dengan 7,455 mg KCl
2. Penetapan kadar kalium bromida Lebih kurang 200 mg sampel
ditimbang seksama, larutkam dalam campuran 40 ml air dan 5 ml
asam nitrat P, tambahkan 25 ml larutan AgNO3 0,1 N. Titrasi
dengan larutan baku ammonium tiosianat 0,1 N menggunakan
indikator 2-3 tetes larutan besi (III) ammonium sulfat hingga
terbentuk warna coklat merah. Lakukan juga titrasi blangko. Tiap 1
ml AgNO3 0,1 N setara dengan 11,29 mg KCl. Reaksi : Ag+ + Br-
AgBr Ag+ + CNS- AgCNS Fe3+ + 6 CNS- Fe (CNS)6 3- Kadar
KBr= (VNH4CNS blangko-VNH4CNS sampel ) x NNH4CNS x BE
mg sampel x 100%
3. Penetapan kadar kalium iodida Timbang seksama lebih kurang 300
mg sampel dilarutkan dalam 25 ml air, tambahkan 1,5 ml asam
asetat encer P. Titrasi dengan larutan baku AgNO3 0,1 N
menggunakan indikator 2 tetes eosin LP hingga membentuk warna
endapan yang berubah merah. Tiap 1 ml AgNO3 0,1 N setara
dengan 16,600 mg KI. Reaksi yang terjadi : Ag+ + I AgI
Perhitungan Kadar KI= VAgNO3 x NAgNO3 xBE mg sampel x
100%

5. Latihan

1. Mahasiswa melakukan praktikum


2. Mahasiswa melaporkan hasil praktikum

14
PERTEMUAN KE-5

NITRIMETRI

1. Capaian Pembelajaran :

a. Menguasai konsep teoritis berbagai ilmu pengetahuan dan


teknologi di bidang kefarmasian, riset, dan pengembangan diri
b. Mampu menerapkan IPTEK dalam melakukan riset,
pengembangan diri secara berkelanjutan di bidang kefarmasian,
khususnya terkait farmasi bahan alam

2. Tujuan Praktikum :

Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki


kemampuan melakukan praktikum nitrimetri

3. Dasar Teori

Metode nitrimetri disebut juga dengan metode titrasi


diazotasi, adalah penetapan kadar secara kuantitatif dengan
menggunakan larutan baku natrium nitrit. Metode ini didasarkan
pada reaksi diazotasi yaitu reaksi antara amina aromatik primer
dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam
diazonium. Titrasi dilakukan dalam keadaan larutan dingin (suhu
dibawah 150 C) karena akan mengganggu pembentukan garam
diazonium dan terbentuk fenol yang mampu bereaksi dengan
asam nitrit. C6H5 . NH2+NaNO2+2HCl →C6H5
.N2Cl+NaCl+2H2O Indikator luar yang digunakan adalah pasta
kanji iodida atau kertas kanji iodida. Ketika larutan digoreskan
pada pasta atau kertas kanji, adanya kelebihan asam nitrit akan
mengoksidasi iododa menjadi iodium dan dengan adanya kanji
atau amilum akan menghasilkan warna biru segera. Indikator
kanji-iodida ini peka terhadap kelebihan 0,05 – 0,10 ml natrium
nitrit dalam 200 ml larutan. Reaksi yang terjadi:
NaNO2+HCl →HNO2+NaCl KI+HCl →KCl+HI 2HI+2HONO
→12+ 2NO + 2H2O I2+kanji →kanji iod (biru)

15
Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan larutan yang
dititrasi pada pasta kanji iodida atau kertas kanji-iodida akan
terbentuk warna biru segera sebab warna biru juga terbentuk
beberapa saat setelah dibiarkan di udara. Hal ini disebabkan
karena oksidasi iodida oleh udara (O2). Indikator lain yang
digunakan adalah tropeolin OO dan metilen biru (Ganjdar dan
Rohman, 2010). Reaksi yang terjadi : 4KI+4 HCl+O2→
2H2O+2I2+4KCl

4. Pelaksanaan Praktikum

Cara kerja :
Penetapan kadar sulfanilamid Timbang seksama lebih kurang 500
mg sampel, larutkan dalam 75 ml air dan 5 ml asam klorida P,
dinginka, titrasi dengan larutan baku NaNO2 0,1 M secara
berlahan-lahan pada suhu tidak lebih dari 150 C, hingga 1 tetes
larutan segera memberikan warna biru pada kertas kanji-iodida.
Titrasi dianggap selesai jika titik akhir dapat ditunjukkan lagi
setelah larutan dibiarkan selama 1 menit (Anonim, 1979). Tiap 1
ml NaNO2 0,1 M setara dengan 17,22 mg C6H8N2O2S.
Reaksi : H2N.SO2 .C6H4 .NH2+NaNO2+2HCl →H2N.SO2
.C6H4 .N2Cl+NaCl+2H2O Perhitungan : Kadar sulfanilamid=
VNaNo2 x NNaNo2 x BE mg sampel x 100%

5. Latihan

1. Mahasiswa melakukan praktikum


2. Mahasiswa melaporkan hasil praktikum

16
PERTEMUAN KE-6
IODO-IODIMETRI

1. Capaian Pembelajaran :

a. Menguasai konsep teoritis berbagai ilmu pengetahuan dan


teknologi di bidang kefarmasian, riset, dan pengembangan diri
b. Mampu menerapkan IPTEK dalam melakukan riset,
pengembangan diri secara berkelanjutan di bidang kefarmasian,
khususnya terkait farmasi bahan alam

2. Tujuan Praktikum :

Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki


kemampuan memahami praktikum iodo-iodimetri

3. Dasar Teori

Titrasi dengan iodium dilakukan dengan cara langsung


(iodimetri) dan tidak langsung (iodometri). Iodium merupakan
oksidator kuat.
Iodimetri merupakan metode titrasi langsung dengan baku
iodium terhadap senyawa dengan potensial reduksi lebih rendah.
Iodometri merupakan metode titrasi tidak langsung yang digunakan
pada senyawa dengan potensial reduksi lebih tinggi.

4. Pelaksanaan Praktikum

Cara kerja :
Penetapan kadar Cu dalam CuSO4 (iodometri) Lebih kurang 2 g
tembaga sulfat (CuSO4.5H2O; BM 249,685) ditimbang seksama,
larutkan dalam air, pindahkan kedalam labu takar 100 ml secara
kuantitatif dan tetapkan volumenya. Pipet 25,0 ml larutan,
tambahkan 2 ml asam asetat dan 1,5 g KI. Titrasi iodium yang
dibebaskan dengan larutan baku natrium tiosulfat 0,1 N
menggunakan indikator kanji. Tiap 1 ml larutan Na2S2O3 0,1 N
setara dengan 6,345 mg Cu atau 24,969 mg CuSO4.5H2O.

17
Reaksi : 2CuSO4 .5H2O+4KI →2CuI+I2+2K2SO4 +10H2O
I2+2Na2S2O3→2NaI+Na2S4O6 Perhitungan : Kadar Cu= V
Na2S2O3 X N Na2S2O3X BE mg sampel x 100%
Penetapan kadar metampiron (iodimetri) Masukkan lebih kurang
400 mg sampel ditimbang seksama, larutkan dengan 50 ml air dan
5 ml HCl encer. Titrasi dengan iodium 0,1 N dan indikator larutan
kanji hingga terbentuk warna biru yang mantap selama 1 menit.
Tiap 1 ml iodium 0,1 N setara dengan 16,67 mg metampiron.
Reaksi : NaSO3 -CH2 -N(CH)3 -C11H11N2O+H2O
→NaHSO3+CH3 -NH-C11H11N2O+CH2O
NaHSO3+H2O+I2→NHSO4+2HI I2+kanji →biru Perhitungan :
kadar metampiron= ml I2X N I2X 16,67 mg sampel x 0,1 x 100%

5. Latihan

1. Mahasiswa melakukan praktikum


2. Mahasiswa melaporkan hasil praktikum

18
DAFTAR PUSTAKA

S,Syukri, 1999, Kimia Dasar 1, ITB,Bandung

S,Syukri, 1999, Kimia Dasar 2, ITB,Bandung

S,Syukri, 1999, Kimia Dasar 3, ITB,Bandung

Chang, R. (2003). Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti, terjemahan

Suminar S.A.,Edisi ketiga, Jilid 1. Jakarta : Erlangga 3.

Chang, R. (2003). Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti,terjemahan

Suminar S.A, Edisi ketiga, Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Day, R.A dan Underwood, A.L.2001. Analisis Kimia Kuantitas.

Jakarta : Erlangga

19

Anda mungkin juga menyukai