Anda di halaman 1dari 31

PANDUAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
Disusun untuk mahasiswa semester pertama Program Studi S1 Gizi
Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Agus Rochmat S.Si., M.Farm


Rakhmi Setyani Sartika S.Gz., M.Sc.

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
Aturan Umum Praktikum Kimia Dasar

1. Kehadiran
 Mahasiswa WAJIB hadir 15 menit sebelum praktikum
dimulai. Keterlambatan kehadiran akan mengurangi nilai
praktikum sebesar 20% nilai total praktikum.
 Mahasiswa yang BERHALANGAN hadir karena kegiatan atau
sakit, wajib membuat surat ijin dari institusi terkait kegiatan
tersebut atau keterangan sakit dari dokter
 Sebelum masuk praktikum, mahasiswa wajib mengisi daftar
hadir
 Mahasiswa dilarang meninggalkan laboratorium tanpa seizin
asisten praktikum

2. Penting diingat
 TIDAK ADA praktikum susulan
 Di dalam laboratorium DILARANG makan, minum, dan
merokok
 Laboratorium HANYA untuk mengerjakan percobaan sesuai
dengan panduan praktikum
 Jika ada alat yang pecah, SEGERA hubungi asisten praktikum
dan mengganti alat tersebut. Jika tidak, akan diberikan nilai
praktikum E

3. Pre test
 Akan dilaksanakan sebelum memulai praktikum selama 15
menit
 Bagi mahasiswa yang terlambat > 10 menit, TIDAK
DIPERBOLEHKAN mengikuti pre test
 Bagi mahasiswa yang terlambat < 10 menit, diperbolehkan
mengikuti pre test tanpa tambahan waktu pengerjaan

4. Peralatan dan pakaian untuk keselamatan kerja pribadi, mahasiswa


diwajibkan:
 Memakai jas laboratorium lengan panjang
 Menggunakan sepatu tertutup, BUKAN sandal, sepatu
sandal, atau running shoes
 Mengenakan pakaian sopan, celana panjang / rok panjang
 Menggunakan kacamata pelindung dan tidak boleh
menggunakan soft lens
 Rambut panjang harus diikat dan kerudung dimasukkan ke
dalam jas lab
 Membawa buku catatan praktikum (log book praktikum),
alat tulis, lap kain, dan sabun

5. Keselamatan kerja di laboratorium


 Kenali lokasi dan cara pengoperasian fasilitas keselamatan
kerja dan keadaan darurat
 Waspada pada kondisi yang tidak aman
 Segera laporkan kondisi-kondisi tidak aman kepada PENJAGA
LABORATORIUM

6. Saat percobaan :
 DILARANG melakukan percobaan tanpa pengawasan dari
asisten praktikum
 KENALI bahan-bahan berbahaya yang akan digunakan dan
cara penanganannya
 PERIKSA semua peralatan yang akan digunakan. Jika ada
kerusakan, harap laporkan pada asisten praktikum
 Lakukan pemeriksaan pada penunjang keselamatan kerja
setelah selesai melaksanakan praktikum

7. Penanganan khusus zat beracun dan berbahaya:


 Wajib mengetahui sifat fisik dan kimia zat yang berbahaya
 Berikan label pada sampel bahan yang digunakan
 DILARANG membuang zat kimia ke dalam wasbak
 Pindahkan zat kimia sisa ke botol jerigen yang dikhususkan
untuk zat sisa
 Segera bersihkan setiap tumpahan zat kimia, maupun air
dengan lap kering
 Jika terkena zat kimia, segera cuci dengan sabun dan bilas
dengan air yang banyak selama 10-20 menit

8. Format Penulisan Laporan

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
(1 paragraf, terdiri atas teori secara umum, tujuan, aplikasi
industri, prosedur secara singkat, pembahasan hasil dan
kesimpulan. keyword/kata kunci sebagai footnote)
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL (Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3,.. Tabel n)
DAFTAR GAMBAR (Gambar 1 , Gambar 2, Gambar 3,... Gambar
n)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang (Tuliskan hal-hal yang melatarbelakangi
percobaan ini harus dilakukan serta aplikasinya)
1.2 Perumusan masalah (berbentuk paragraf)
1.3 Tujuan Percobaan (berbentuk paragaraf)
1.4 Ruang Lingkup (metode yang digunakan, bahan utama
dan tempat dilakukan percobaan)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka harus memuat teori-teori penting
tentang praktikum tersebut, dicantumkan kutipan
pengarang dan tahun. Ex: (Nama belakang pengarang,
Tahun)
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Diagram Alir (Menggunakan prolog)
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat (Menggunakan prolog, list a,b,c dst,
berurutan sesuai abjad)
3.2.2 Bahan (Menggunakan prolog, list a,b,c dst,
berurutan sesuai abjad)
3.3 Prosedur Percobaan (berbentuk paragraf)
3.4 Variabel percobaan (meliputi variabel tetap dan
variabel berubah)
3.5 Gambar alat (digambar manual disertai penjelasan
meliputi nama, kegunaan, cara penggunaan yang
tepat dan ketelitian)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil percobaan (menggunakan prolog, hasil dalam
bentuk tabel)
4.2 Pembahasan (Jika ada grafik dan foto diprint)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan (Secara teori dan percobaan,
menggunakan prolog, list abjad a,b,c,...dst)
5.2 Saran (Untuk praktikum selanjutnya, menggunakan
prolog, list abjad a,b,c,...dst)
DAFTAR PUSTAKA
Minimal 5 sumber, 3 dari buku dan 2 dari sumber lain
(Jurnal, skripsi, dan artikel ilmiah. Dilarang
menggunakan blogspot, wikipedia dll)
LAMPIRAN
A. Perhitungan
B. Jawaban pertanyaan dari modul dan tugas khusus
dan pertanyaan dari asisten (Jika ada)
C. MSDS (Print lengkap)
Jika MSDS tidak lengkap, penilaian laporan akan
dikurangi.
D. Blangko percobaan
Jika blangko percobaan hilang maka wajib melapor
kepada asisten yang bersangkutan atau lab Kimia
Dasar.
Catatan :
1. BAB IV adalah bab yang mempunyai nilai
terbesar, buatlah dengan sebaik-baiknya.
2. Tidak perlu menggunakan garis tepi tetapi tetap
memakai jarak margin. Atas 4 cm, kiri 4 cm, kanan
3 cm dan bawah 3 cm.
3. Menggunakan kertas A4.
4. Laporan ditulis dengan tinta biru.
5. Laporan tidak boleh ditulis 1 lembar untuk 2
halaman (Bolak balik)

9. Penilaian Praktikum
 Laporan praktikum / tutorial : 40%
 Kerja sama kelompok : 25%
 Pre test : 15 %
 Ujian Tulis : 20 %

10. Teknis-Teknis Percobaan dan Penggunaan Alat yang Baik dan Benar
a. Pengenalan suatu gas berbau
Gas amonia merupakan contoh gas berbau khas. Gas ini dapat
dibuat dengan mereaksikan ammonium klorida dengan larutan
NaOH dan dipanaskan dalam tabung reaksi. Cara membaui yang
benar adalah dengan mengipas-ngipas tangan di atas mulut
tabung dan hidung kita pada jarak yang tidak terlalu dekat.
Jangan sekali-kali membaui gas berbahaya.
b. Pemanasan
Letakan bunsen menyala di tempat yang jauh dari reagen-
reagen kimia atau dekat dengan sumber listrik. Cara pemanasan
larutan dalam tabung reaksi adalah, tabung reaksi dijepit dengan
penjepit kayu kemudian dimiringkan sekitar 30o dan arahkan ke
tempat kosong dan digoyang-goyangkan. Pemanasan larutan
dalam gelas beker atau erlenmeyer harus menggunakan kaki
tiga dan kawat kasa.
c. Pengenceran dengan labu ukur
Untuk membuat larutan standar sering kali dilakukan dengan
mengencerkan larutan stok yang sudah tersedia. Misalnya
membuat HCl 0,1 M dari HCl 0,2 M. Tentukan terlebih dahulu
volume larutan yang akan dibuat kemudian hitung banyaknya
larutan yang lebih pekat untuk diencerkan. Perhitungan dapat
menggunakan rumus pengenceran M1V1 = M2V2
Cara kerja:
Ambil sejumlah larutan stok yang akan diencerkan dengan
menggunakan pipet gondok/pipet ukur. Perhatikan meniskus
harus tepat menyinggung garis pada pipet gondok
Masukan HCl tersebut ke dalam labu ukur dan encerkan sampai
tanda batas. Penambahan aquades harus perlahan-lahan sedikit-
demi sedikit setelah mendekati garis batas pada leher labu
gunakan pipet paster untuk menambahkan aquades secara tetes
demi tetes hingga tepat pada garis batas tersebut. Perhatikan
meniskus tepat menyinggung garis batas. Tutup gelas ukur dan
kocok larutan di dalamnya hingga homogen.
d. Titrasi
Cara mengisi buret dengan larutan
Cucilah buret dengan larutan pencuci. Bilaslah dengan larutan
standar yang akan dipakai, misalnya larutan standar NaOH 0,1
M. Isilah buret dengan larutan standar sampai skala nol gunakan
corong untuk memudahkan memasukan larutan standar ke
dalam buret. Pastikan tidak ada gelembung udara/ruang kosong
pada bagian bawah keran buret. Caranya dengan mengalirkan
sedikit larutan dalam buret dan menampungnya dalam gelas
beker. Larutan standar dapat ditambahkan lagi ke dalam buret
hingga skala nol.
Cara menyiapkan sampel yang akan dititrasi
Pipetlah larutan yang akan dititrasi/sampel ke dalam erlenmeyer
kemudian tambahkan indikator yang sesuai, biasanya diulang 3
kali.
Cara mentitrasi
Arahkan mulut erlenmeyer berisi sampel tepat di bawah keran
buret. Bukalah keran buret, hingga larutan keluar dari mulut
buret secara tetes demi tetes, saat titrasi erlenmeyer digoyang-
goyangkan secara perlahan-lahan. Titrasi dihentikan tepat ketika
terjadi perubahan warna. Misalnya untuk titrasi asam dengan
basa menggunakan indikator PP titrasi dihentikan ketika
terbentuk warna merah sangat muda dan tidak hilang dengan
penggoyangan lagi (atau konstan kira-kira selama 1 menit).
Catatlah volume titran
e. Pengenceran H2SO4 pekat
Untuk zat-zat yang menunjukkan reaksi eksotermis pada
pengenceran seperti H2SO4 pekat, maka pengenceran dilakukan
dengan jalan menuangkan H2SO4 pekat sedikit demi sedikit ke
dalam pelarut air.
f. Penyaringan
Menyaring adalah cara untuk memisahkan antara endapan dari
suatu larutan. Misalnya menyaring endapan PbSO 4 dari
larutannya. Ambil kertas saring berbentuk lingkaran dan lipat
menjadi ¼ lingkaran, berikut lipat lagi dan 2 – 3 kali lipatan.
Masukan kertas asring yang sudah dilipat pada corong dan
basahi sedikit dengan air suling hingga melekat pada dinding
gelasnya. Pasanglah corong yang berkertas saring itu di atas
erlenmeyer untuk menampung filtrat/cairan cucian. Tuangkan
larutan yang akan disaring ke dalam corong yang sudah
berkertas saring tadi. Penuangan dibantu dengan memakai gelas
pengaduk yaitu dengan memegangnya tepat pada mulut tabung
reaksi/gelas piala yang digunakan. Hal ini dilakukan agar tidak
ada cairan yang jatuh diluar kertas saring.

Penuangan harus hati-hati dan sedikit demi sedikit.


g. Menuangkan reagen dari botol bahan
Penuangan harus-hati-hati dan sedikit demi sedikit. Etiket botol
harus menghadap tangan untuk menghindari etiket terkena
cairan. Tutup botol diletakan dalam keadaan terbalik dan segera
ditutup kembali jika sudah selesai. Jangan sampai botol reagen
yang satu tertukar dengan botol reagen yang lain.
Percobaan 1

PENGENALAN LABORATORIUM KIMIA DASAR

Tujuan Percobaan
1. Memahami peraturan di laboratorium kimia dasar
2. Memahami alat keselamatan kerja di laboratorium kimia dasar
3. Memahami peralatan di laboratorium kimia dasar

A. Tata Ruang Laboratorium


Sebelum bekerja di laboratorium kimia dasar, mahasiswa wajib
memahami peraturan dan mengetahui cara pengoperasian fasilitas
keselamatan kerja yang ada di dalam laboratorium ini. Mahasiswa
perlu memahami tata ruang di laboratorium agar dapat
melaksanakan kegiatan praktikum dengan baik dan mencegah
terjadinya kecelakaan dalam bekerja. Tata ruang laboratorium
idealnya terdiri dari:
 Pintu masuk (in) dan pintu keluar (out)
 Pintu darurat (emergency – exit)
 Ruang persiapan (preparation – room)
 Ruang peralatan (equipment – room)
 Ruang penangas (fume – hood)
 Gudang/ ruang penyimpanan (storage – room)
 Ruang staf (staff – room)
 Ruang teknisi
 Ruang seminar (seminar – room)
 Ruang bekerja (activity – room)
 Ruang istirahat/ ibadah
 Ruang prasarana kebersihan
 Ruang peralatan keselamatan kerja
 Lemari praktikan (locker)
 Lemari gelas (glass – room)
 Lemari alat optik (opticals – room)
 Pintu dan jendela dengan kawat kasa mencegah serangga dan
burung untuk masuk
 Fan (dehumidifier)
 Ruang ber AC untuk peralatan tertentu
B. Bahan Kimia Berbahaya
Semua bahan kimia harus dianggap berbahaya, walaupun bahaya
tersebut mungkin terjadi karena penanganan yang salah. Orang
yang bekerja di laboratorium harus sudah memahami alat-alat
keselamatan laboratorium dan selalu menggunakan sarung tangan
(gloves). Efek yang ditimbulkan oleh bahan kimia diklasifikasikan
sebagai:
a. Bahan yang segera melukai kulit
- Asam kuat
- Basa kuat
- Berbagai bahan lain yang berbahaya
b. Bahan yang diserap kulit
c. Timbunan racun dalam tubuh
d. Gas dan cairan yang mudah terbakar
e. Debu dan asap
f. Bahan radioaktif
g. Peroksida dari Eter
h. Polivinyl Chloride (PVC)
i. Asam perklorat
j. Gas beracun dan iritan

C. Alat Keselamatan Laboratorium


Laboratorium mempunyai risiko yang berbahaya bagi yang
bekerja. Untuk meminimalisir kecelakaan (zero accident) di
laboratorium maka mahasiswa harus mengetahui sumber bahaya,
simbol-simbol tanda bahaya, dan teknik penggunaan peralatan
keselamatan kerja. Laboratorium kimia banyak menggunakan bahan
kimia dengan bermacam sifat bahaya, maka sebaiknya laboratorium
kimia mempunyai peralatan keselamatan standar sebagai berikut:
a. Jas laboratorium
b. Sarung tangan
c. Pelindung mata (safety glass) dan pelindung muka (face shield)
d. Alat/ kran pencuci mata (eyewash fountain/ shower)
e. Alat pernafasan (respirator masker)
f. Alat pemadam kebakaran
g. Selimut api (fire blanket)
h. Tangga (safety ladders)
i. Tanda peringatan keselamatan (hazard and safety sign)

D. Peralatan Laboratorium Kimia Dasar


Selain itu, mahasiswa juga wajib memahami cara menggunakan
peralatan yang ada di laboratorium kimia dasar. Umumnya,
peralatan di laboratorium kimia dasar merupakan alat-alat
sederhana yang sering digunakan untuk melakukan bermacam
percobaan kimia. Peralatan yang penting untuk diketahui antara
lain:

No. Nama Alat Gambar Fungsi

1. Gelas Piala Sebagai tempat untuk


menyimpan dan meletakkan
larutan. Gelas Piala memiliki
takaran namun jarang bahkan
tidak diperbolehkan untuk
mengukur volume suatu zat cair.
2. Erlemeyer Sebagai wadah unuk
mereaksikan suatu zat kimia
dalam skala yang cukup besar
dan sebagai wadah dalam proses
titrasi.
3. Labu Ukur Untuk membuat,menyimpan
dan mengencer-
kan larutan dengan ketelitian
yang tinggi.
4. Petridish sebuah wadah untuk
membiakkan sel atau mikroba.

5. Gelas Ukur Untuk mengukur volume


larutan..
6. Kaca Arloji Sebagai wadah untuk
menimbang bahan-bahan kimia
yang berupa padat,serbuk serta
kristal

7. Tabung Sebagai wadah satu atau dua


Reaksi jenis zat

8. Cawan Digunakan sebagai wadah untuk


Penguap mengeringkan suatu zat

9. Mortal Menghaluskan zat yang masing


bersifat padat/kristal.

10. Krush Sebagai wadah untuk


menentukan kadar abu.

11. Pipet Tetes Untuk meneteskan atau


mengambil larutan dengan
jumlah kecil dari suatu tempat
ke tempat lain.
12. Pipet Untuk menentukan volume
Volum larutan
13. Pipet Untuk mengukur volume larutan
Gondok
14. Batang Untuk mengocok atau
Pengaduk mengaduk suatu larutan.
15. Sudip Untuk mengambil bahan-bahan
kimia dalam berupa padat atau
bubuk.
16. Corong Untuk memisahkan larutan yang
Pisah disebabakan ooleh massa
jenisnya yang berbeda

17. Desikator Untuk menyimpan bahan-bahan


yang harus bebas air dan
mengeringkan zat-zat dalam
laboratorium.
18. Buret Digunakan untuk titrasi, tapi
pada keadaan tertentu dapat
pula digunakan untuk mengukur
volume suatu larutan.
19. Corong Corong digunakan untuk
memasukan atau memindah
larutan dari satu tempat ke
tempat lain
20. Rak Sebagai tempat tabung reaksi.
Tabung
Reaksi
21. Penjepit Untuk menjepit tabung reaksi.
Tabung
Reaksi
22. Statif dan Sebagai penjepit soklet pada
Klem proses ekstraksi dan sebagai
penjepit buret dalam proses
titrasi sekaligus untuk menjepit
kondensor pada proses destilasi
23. Sikat Untuk menyikat tabung reaksi
Tabung
Reaksi
24. Segitiga Untuk menahan wadah,
misalnya krush pada saat
pemanasan ataau corong pada
waktu penyaringan.
25. Bola Hisap Untuk menghisap larutan yang
akan dari botol larutan.

26. Lampu Untuk membakar zat atau


Spritus memanaskan larutan.

27. Bunsen Untuk memanaskan larutan dan


dapat pula digunakan untuk
sterilisasi dalam proses suatu
proses.
28. Kaki Tiga Kaki tiga sebagai penyangga
pembakar spirtus.

29. Botol digunakan untuk menyimpan


Semprot aquades dan digunakan untuk
mencuci ataupun membilas
bahan-bahan yang tidak larut
dalam air.
30. Kawat Kasa Sebagai alas atau untuk
menahan labu atau beaker pada
waktu pemanasan menggunakan
pemanas spiritus atau pemanas
bunsen
31. Klem Alat untuk Penjepit dan
Utilitas penyangga tabung erlemeyer
saat dipanaskan

32. Oven Untuk mengeringkan alat-alat


sebelum digunakan dan
digunakan untuk mengeringkan
bahan yang dalam keadaan
basah.
33. Tanur Digunakan sebagai pemanas
pada suhu tinggi, sekitar 1000
°C.dan untuk menentukan kadar
abu

34. Hot Plate Untuk memanaskan larutan.


Biasanya untuk larutan yang
mudah terbakar.
35 Timbangan Tempat untuk menimbang zat-
Analitis zat yang akan ditimbang dengan
skala yang kecil.

E. Kegiatan Pendahuluan
1. Gambarkan secara sederhana tata ruang dan fasilitas
keselamatan di Laboratorium Kimia Dasar Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa! Jelaskan mengapa penting
untuk mengetahui tata ruang dan fasilitas keselamatan di
laboratorium tempat anda melakukan percobaan?
2. Jelaskan klasifikasi bahan kimia berbahaya pada sub bab B di
atas, berikan contoh untuk tiap klasifikasi! Jelaskan cara kerja di
laboratorium bila menangani bahan kimia tersebut!
3. Carilah gambar dari peralatan keselamatan standar di
laboratorium pada sub bab C di atas, dan jelaskan kegunaannya!
4. Carilah gambar dari peralatan yang disebutkan pada sub bab D
di atas, dan jelaskan kegunaannya!
Percobaan 2

REAKSI – REAKSI KIMIA

Tujuan Percobaan
1. Mengenal reaksi-reaksi kimia
2. Mengidentifikasi ciri – ciri reaksi-reaksi kimia

Pendahuluan
Reaksi kimia adalah proses perubahan suatu senyawa kimia
menjadi senyawa kimia yang baru. Senyawa-senyawa awal yang terlibat
dalam reaksi kimia disebut reaktan. Suatu reaksi disebut reaksi kimia
bila terdapat perubahan kimia yang menghasilkan suatu produk baru
yang biasanya memiliki ciri berbeda dari reaktan. Reaksi kimia
melibatkan pergerakan elektron dalam pembentukan dan pemutusan
ikatan kimia.
Reaksi kimia biasanya dijelaskan dalam suatu bentuk persamaan
kimia dan di dalamnya terdapat reaktan, produk, dan intermediet
produk tersebut. Contoh dari persamaan kimia yang akan sering
digunakan:
aA + bB  cC + dD
aA + bB  cC + dD

Di dalam persamaan kimia tersebut, terdapat tanda panah yang


menyatakan arah dan tipe reaksi. Tanda panah bolak-balik
menunjukkan bahwa reaksi tersebut merupakan reaksi kesetimbangan/
yang setimbang.
Pada umumnya, reaksi kimia dikategorikan menjadi dua yaitu
reaksi asam-basa dan reaksi reduksi-oksidasi. Reaksi asam basa adalah
reaksi kimia yang melibatkan: netralisasi ion H + dan OH- menurut teori
Arrhenius, akseptor-donor ion proton (H+) menurut teori Bronsted-
Lowry, akseptor-donor pasangan elektron menurut teori asam-basa
Lewis, atau akseptor-donor ion oksida (O2-). Sedangkan reaksi reduksi-
oksidasi adalah reaksi kimia yang melibatkan transfer elektron antara
reduktor dan oksidator, serta adanya perubahan bilangan oksidasi.
Perubahan-perubahan yang dapat diamati dalam suatu reaksi kimia
antara lain, yaitu adanya gas sebagai produk reaksi, adanya endapan,
perubahan pH larutan, perubahan warna larutan, atau perubahan suhu
larutan. Contoh reaksi kimia antara lain:

A. Reaksi oksidasi-reduksi:
Pembentukan gas : 2Al (s) + 6 HCl (aq)  2 AlCl3 (aq) + 3H2 (g)
Pemurnian bijih oksida : Fe2O3 (s) + 3CO (g)  2 Fe (s) + 3CO2 (g)
Analisa kualitatif/kuantitatif etanol :
2K2Cr2O7 (aq) + 3C2H5OH (aq) + 8H2SO4 (aq)  2Cr2(SO4)3 (aq) +
3HC2H3O2 (aq) + 2K2SO4 (aq) + 11H2O

B. Reaksi asam-basa:
Netralisasi : NH3 (aq) + HCl (aq)  NH4Cl (aq)
Pembentukan endapan : AgNO3 (aq) + Na2CrO4 (aq)  Ag2CrO4 (s)
+ 2NaNO3 (aq)
Dekomposisi termal : CaCO3 (s)  CaO (s) + CO2 (g) (berlangsung pada
900oC, akseptor-donor oksida, ion Ca2+ menerima ion O2- dari ion CO32-)

Alat dan Bahan Percobaan


- Tabung reaksi
- Rak tabung
- Pipet tetes
- Spatula
- KMnO4 0.05 M
- H2SO4 2 M
- Aquades
- H2C2O4 0.1 M
- Na2SO3 0.1 M
- Indikator phenolphthalein (PP)
- HCl 0.1 M
- H2SO4 0.1 M
- HNO3 0.05 M
- NaOH 0.1 M
- AgNO3 0.1 M
- CuSO4 0.1 M
- KI 0.1 M
- Dan lain-lain

Cara kerja
1. Siapkan 3 tabung reaksi. Dalam tiap tabung reaksi tersebut,
masukkan 1 mL KMnO4 0.05 M dan 1 mL H2SO4 2 M. Beri label A,
B, dan C pada tabung tersebut.
 Dalam tabung reaksi A, masukkan 1 mL Aquades
 Dalam tabung reaksi B, masukkan 1 mL H2C2O4 0.1 M
 Dalam tabung reaksi C, masukkan 1 mL Na 2SO3 0.1 M
Catat apa yang terjadi pada tabung A, B, dan C.
2. Siapkan 3 tabung reaksi. Beri label A, B, dan C pada tabung
tersebut. Dalam tabung reaksi tersebut, masukkan :
 Tabung A: 1 mL HCl 0.1 M dan indikator PP;
 Tabung B: 1 mL H2SO4 0.1 M dan indikator PP;
 Tabung C: 1 mL HCl 0.1 M dan indikator PP;
Kemudian, pada setiap tabung, tambahkan NaOH 0.1 M tetes
demi tetes hingga berubah warna. Catat yang terjadi pada
tabung A, B, dan C.
3. Siapkan 2 tabung reaksi. Beri label A dan B. Lalu campurkan
bahan kimia sebagai berikut:
 Tabung A: 1 mL AgNO3 0.1 M dan 1 mL HCl 0.1 M
 Tabung B: 1 mL CuSO4 0.1 M dan 1 mL KI 0.1 M
Catatlah yang terjadi pada tabung A dan B.
4. Siapkan dua tabung rekasi, kemudian campurkan reagen-reagen
di bawah ini:
Tabung A: AgNO3 + HCl
Tabung B: CuSO4 + KI
Catat apa yang terjadi ke dalam dua tabung tersebut
5. Identifikasi percobaan di atas mana yang termasuk dalam reaksi
oksidasi-reduksi, reaksi asam basa, atau reaksi pengendapan.
6. Tuliskan persamaan reaksi yang setara untuk masing-masing
reaksi di atas.
7. Analisis hasil pengamatan dari reaksi-reaksi di atas dan
bandingkan hasil percobaan dari tiap tabung reaksi yang
berbeda.
Percobaan 3
LARUTAN PENYANGGA

Tujuan percobaan
1. Membuat larutan penyangga
2. Memahami prinsip larutan penyangga

Pendahuluan
Buffer (penyangga) adalah suatu larutan yang tahan terhadap
perubahan pH saat sedikit zat asam atau basa masuk ke dalam
larutannya atau saat adanya pengenceran larutan. Buffer terdiri dari
asam lemah dan basa konjugatnya; atau basa lemah dan asam
konjugatnya. Larutan buffer digunakan untuk mempertahankan nilai pH
pada nilai yang hampir konstan dalam berbagai aplikasi kimia.
Dalam bidang biologi, larutan buffer digunakan untuk membuat
media biakan sel agar tidak terganggu oleh perubahan pH. Dalam darah
manusia terdapat larutan buffer dengan komposisi H 2CO3 dan HCO3-
yang berperan untuk menetralisir gangguan asam maupun gangguan
basa. pH darah manusia dijaga konstan pada kisaran 7.4
Pada umumnya, larutan buffer terdiri dari larutan buffer asam
dan larutan buffer basa.
a. Larutan buffer asam
Terdiri dari asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A -).
Larutan buffer asam mempertahankan pH pada range asam
(pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat
dengan mencampurkan asam lemah dan garamnya, yang
merupakan basa konjugasi dari asamnya. Cara lain adalah
mencampurkan asam lemah dengan suatu basa kuat,
dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih.
b. Larutan buffer basa
Terdiri dari basa lemah (B) dan asam konjugasinya (BH +).
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7).
Untuk mendapatkan larutan ini, dapat dibuat dari basa
lemah dan garam yang berasal dari asam kuat.

Larutan penyangga mengandung komponen asam dengan basa


dan asam dan basa konjugasinya. Sehingga hal ini bisa mengikat baik
ion H+ maupun ion OH-. Sehingga penambahan sedikit pada asam kuat
dan basa kuat tidak akan mengubah pHnya dengan signifikan.
Mekanisme kerja larutan penyangga dapat dipahami sebagai berikut:
1. Larutan penyangga asam
Contoh: campuran larutan CH3COOH (asam lemah) dengan
CH3COONa (basa konjugasi) membentuk larutan buffer asam
dengan reaksi :
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Dalam penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke
kiri, dimana ion H+ yang ditambah akan bereaksi dengan ion
CH3COO- dan membentuk molekul CH3COOH.
CH3COO–(aq) + H+(aq) → CH3COOH(aq)
Bila yang ditambahkan adalah basa, maka ion OH- dari basa akan
bereaksi dengan ion H+ yang membentuk air. Hal itu juga akan
menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga
konsentrasi ion H+ bisa dipertahankan. Jadi, penambahan basa
dapat menyebabkan kurangnya komponen asam (CH 3COOH), bukan
ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam
CH3COOH membentuk ion CH3COO– dan air.
CH3COOH(aq) + OH–(aq) → CH3COO–(aq) + H2O(l)

2. Larutan penyangga basa


Contoh: campuran dari larutan NH4OH (basa lemah) dan larutan
NH4CL (asam konjugasi) membentuk larutan buffer basa, dengan
reaksi: NH4OH + HCl → NH4CL + H2O
Pada penambahan asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion
OH-. Hal tersebut mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke kanan,
sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Selain itu,
penambahan ini akan menyebabkan berkurangnya komponen basa
NH3, bukan ion OH-. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa
NH3 membentuk ion NH4+.
NH3 (aq) + H+ (aq) → NH4+ (aq)
Pada penambahan basa, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri,
sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang
dipertahankan itu bereaksi dengan komponen asam (NH 4+),
membentuk komponen basa (NH3) dan air.
NH4+ (aq) + OH–(aq) → NH3 (aq) + H2O(l)

Alat dan bahan


 beaker glass 500 ml
 labu ukur 250 ml,
 gelas ukur 50 ml
 pH meter
 pipet tetes
 kaca arloji.
 minuman bersoda,
 larutan HCl 0,1 M,
 larutan NaOH 0,1 M,
 larutan NH4OH 0,1 M,
 larutan CH3COOH 0,1 M,
 Akuades

Cara kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan;
2. Menuangkan minuman bersoda ke dalam gelas kimia sebanyak
25 mL;
3. Mengukur pH minuman bersoda setelah tidak berbusa lagi;
4. Menambahkan 0,5 mL HCl 0,1 M ke dalam minuman bersoda
tersebut;
5. Mengamati perubahan pH yang terjadi dengan pH meter;
6. Dengan cara yang sama, menambahkan 1 mL HCl 0,1 M dan
mengukur pH-nya.
7. Mengulangi langkah 2 – 6, tetapi larutan HCl diganti dengan
larutan NaOH 0,1 M, CH3COOH 0,1 M, dan NH4OH 0,1 M;
8. Mengencerkan minuman bersoda 2, 4, 6, 8, dan 10 kali, dan
setiap hasil pengen-ceran diukur pH-nya dengan menggunakan
pH meter.

Tugas pendahuluan
1. Berikan dua contoh lain larutan buffer asam dan larutan buffer basa
2. Sebutkan dua larutan buffer yang terdapat dalam tubuh manusia
LEMBAR DATA
PERCOBAAN 3: LARUTAN PENYANGGA

HARI/TANGGAL: PENILAIAN
......................................................... KRITERIA PERSEN NILAI
KELOMPOK: ...................................... TASE
1. JURNAL 10 %
NAMA : 2. PRETES 20 %
1..................................................... 3. KETERTIBAN 10%
4. KETERAMPILAN 10 %
2..................................................... 5. KERJA SAMA 10%
3..................................................... 6. KEBERSIHAN 10%
7. LAPORAN 30%
ASISTEN:
....................................................... JUMLAH

Data Praktikum
pH
Perlakuan Fanta Coca Sprite
Cola
Mula-mula
1 Ml
HCl 0,1 M
5 mL
CH3COOH 0,1 1 mL
M 5 mL
Penambahan
1 mL
NaOH 0,1 M
5 mL
1 mL
NH4OH 0,1 M
5 mL
5 kali
Pengenceran 10 kali
25 kali

Asisten, Praktikan,
1.
2.
3
Percobaan 4

TITRASI ASAM BASA

Tujuan percobaan
1. Mampu melakukan titrasi
2. Mampu menentukan kadar senyawa asam atau basa yang terdapat
dalam suatu sampel

Pendahuluan
Menurut Arhenius, asam adalah senyawa yang di dalam air
dapat melepaskan ion hidrogen, sedangkan basa adalah senyawa yang
di dalam air melepaskan ion hidroksida dan ion logam. Teori Arhenius
dapat menerangkan keasaman dan kebasaan dengan mengukur derajat
dissosiasi suatu asam atau basa.
HA(aq)  H+(aq) + A-(aq)
Asam
MOH(aq)  M+(aq) + OH-(aq)
Basa
Dalam hal ini HA mrupakan rumus umum untuk asam misalnya HCl dan
HNO3, sedangkan MOH rumus umum untuk basa seperti NaOH dan
KOH.
Meskipun kerap kali digunakan simbol H+ dalam persamaan,
namun tidak menunjukkan struktur ion yang sesungguhnya dalam
larutan air. Ion H+ akan terikat pada molekul air membentuk ion
hidronium H3O+. Sehingga persamaan reaksi untuk asam klorida yang
terlarut dalam air adalah sebagai berikut
HCl(aq) + H2O(aq)  H3O+(aq) + Cl-(aq)
Asam
Asam yang mengalami disosiasi sempurna adalah asam kuat
sedangkan asam yang terdisosiasi sebagian dalam air merupakan asam
lemah. Demikian juga, basa kuat adalah basa yang terdisosiasi
sempurna dalam air dan basa lemah merupakan basa yang terdisosiasi
sebagian.
Ketika asam dan basa direaksikan dengan perbandingan
stoikiometris yang tepat akan mengalami reaksi netralisasi yang
mengasilkan garam.
HA(aq) + MOH(aq)  H2O(l) + MA(aq)
Reaksi antara asam kuat dengan basa kuat menghasilkan garam netral
yang tidak terhidrolisis. Reaksi asam kuat dengan basa lemah atau
sebaliknya menghasilkan garam terhidrolisis sebagian. Reaksi antara
asam lemah dan basa lemah menghasilkan garam terhidrolisis
sempurna.
Pada titrasi basa terdapat asam bebas, sebagai hasil akhir
diperoleh garam asetat
NaOH(aq) + CH3COOH(aq)  CH3COONa (aq) + H2O
Pada titrasi asam asetat dengan NaOH sebagai larutan standar akan
dihasilkan garam yang terhidrolisa sebagian dalam larutan sebagai
berikut:
CH3COONa(aq) + H2O(l)  CH3COOH(aq) + NaOH(aq)
Dapat dilihat bahwa hidrolisa adalah merupakan reaksi kebalikan dari
reaksi netralisasinya. Oleh karena itu reaksi asam asetat dan NaOH
merupakan reaksi setimbang. Pada titrasi asam kuat dengan basa kuat
atau sebaliknya akan menghasilkan garam tak terhidrolisa.
Pada titrasi asam kuat seperti HCl dengan NaOH akan
menghasilkan garam netral yang tidak terhidrolisis
HCl(aq) + NaOH(aq)  NaCl(aq) + H2O(l)
Indikator
Menurut GN Lewis, indikator dapat digunakan untuk
menentukan titik ekivalen reaksi asam dan basa. Indikator untuk reaksi
ini dinamakan indikator pH karena mengalami perubahan warna sesuai
dengan pHnya. Suatu indikator pH memiliki perubahan warna yang khas
pada daerah pH tertentu.oleh karena itu, setiap perubahan reaksi harus
diketahui pHnya untuk dapat memilih indikator yang sesuai dengan
melihat grafik mL pereaksi versus pH.

5.3 Alat dan bahan


Alat
1. Gelas piala 100 mL
2. Erlenmeyer 250 mL
3. Gelas ukur 10 mL
4. Buret 50 mL
5. Batang pengaduk
6. Labu ukur 100 mL
7. Corong
8. Pipet volume 10 mL dan 25 mL
9. Botol semprot
10. pH meter
Bahan
1. Larutan NaOH 0,1 M
2. H2C2O4 0,1 M
3. Indikator phenolptalein (PP)
4. Indikator metil red (MR)
5. Indikator metil oranye (MO)
6. Aquades
7. Sampel cuka

Cara Kerja
Analisa Asam Asetat dalam Cuka
a. Standarisasi Larutan NaOH
1. Pipet sebanyak 25 mL larutan H2C2O4 0,1 M masukkan ke
dalam erlenmeyer.
2. Tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein (pp)
3. Titrasi dengan larutan NaOH hingga warna merah sangat
muda yang konstan
4. Catat volume titrant
b. Penentuan Asam Asetat dalam Sampel Cuka
1. Pipet sebanyak 1 mL sampel cuka ke dalam labu ukur 100 mL
dan encerkan sampai batas.
2. Siapkan tiga buah erlenmeyer 100 mL bersih dan beri label 1,
2, dan 3.
3. Pipet aliquot larutan ini sebanyak 25 mL dan masukkan ke
dalam masing-masing erlenmeyer
4. Tambahkan masing-masing 25 mL air suling ke dalam
erlenmeyer tersebut
5. Tambahkan indikator PP ke dalam erlenmeyer 1, indikator
MO ke dalam erlenmeyer 2 dan indikator MR ke dalam
erlenmeyer 3.
6. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 M hingga perubahan warna
konstan selama kurang lebih 1 menit
7. Ukur pH masing-masing larutan saat titik ekivalen
8. Catat volume titrant
LEMBAR DATA
PERCOBAAN 4: TITRASI ASAM BASA

HARI/TANGGAL: PENILAIAN
......................................................... KRITERIA PERSEN NILAI
KELOMPOK: ...................................... TASE
8. JURNAL 10 %
NAMA : 9. PRETES 20 %
1..................................................... 10. KETERTIBAN 10%
11. KETERAMPILAN 10 %
2..................................................... 12. KERJA SAMA 10%
3..................................................... 13. KEBERSIHAN 10%
14. LAPORAN 30%
ASISTEN:
....................................................... JUMLAH

A. Standarisasi larutan NaOH


Larutan standar H2C2O4 Volume NaOH (mL)
1
2
Konsentrasi NaOH hasil standarisasi = M

B. Penentuan asam asetat dalam sampel cuka


Laruta indikator Volume Warna Warna pH pH larutan
n NaOH larutan larutan larutan setelah
sampel (mL) sebelum setelah sebelum titrasi
penambaha penambaha titrasi
n indikator n indikator
1 PP

2 MO

3 MR
Kadar asam asetat dalam cuka = gr/mL

Asisten, Praktikan,
1.
2.
3

Anda mungkin juga menyukai