Anda di halaman 1dari 27

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

DISUSUN OLEH:

Dr. FARAH DIBA, S.Hut, M.Si


Dr. M. SOFWAN ANWARI, S.SI, M.Si
Ir. TOGAR FERNANDO, MP
LOLYTA SISILLIA, S.Hut, M.Si
MUFLIHATI, S.Hut, M.Si
YENI MARIANI, S.Hut, M.Sc, PhD
Dr. Dra. YANIETA ARBIASTUTIE, MSc
Dr. HIKMA YANTI, S.Hut, M.Si

NAMA Ahmad Ary Kusuma


NIM G1011191121
KELAS B1
DOSEN PENGAJAR Dr. Dra. Yanieta Arbiastutie, Apt, MM, MSc
ASISTEN DOSEN

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019

0
Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Materi yang terdapat di dalam penuntun
praktikum merupakan pengayaan dari materi teori yang diterima mahasiswa. Tujuannya
untuk memudahkan mahasiswa memahami dan mendalami teori yang telah diberikan
yang meliputi kimia organik dan kimia anorganik. Mahasiswa diharapkan mampu
memahami alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum, mampu mendefinisikan
larutan, mampu membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, baik dalam konsentrasi
molaritas atau normalitas, serta dapat memahami karakter sifat-sifat senyawa karbon
dan biomolekul.

Pontianak, Agustus 2019

Tim Pengajar Kimia Dasar


TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Lima menit sebelum praktikum, praktikan harus sudah siap di depan ruangan praktikum. Bagi
praktikan yang datang terlambat lebih dari 10 menit tidak diperbolehkan mengikuti
praktikum.
2. Setiap akan praktikum, praktikan harus memakai jas lab, menyediakan alat tulis, catatan,
lap/tissue, dan tidak diperkenankan meletakkan tas di meja kerja praktek.
3. Sebelum acara praktikum dimulai, akan diberikan test/ kuis tentang materi yang akan
dilaksanakan. Setiap praktikan harus terlebih dahulu telah :
• Mempelajari materi praktikum untuk percobaan yang akan dilakukan
• Mempelajari prinsip teori yang berkaitan dengan percobaan yang akan dilakukan
4. Selama di ruangan praktikum tidak diperbolehkan makan, minum dan merokok.
5. Di dalam ruangan praktikum, praktikan tidak diperkenankan membuang sampah seperti sisa
peraut pensil atau sisa larutan pereaksi di sembarang tempat, tetapi harus di tempat yang telah
disediakan oleh pembimbing praktikum atau asisten laboratorium.
6. Selama praktikum berlangsung praktikan harus bekerja bersungguh-sungguh sesuai dengan
prosedur kerja / petunjuk yang diberikan. Apabila ada yang tidak jelas atau ragu-ragu
praktikan dapat bertanya pada pembimbing atau asisten dan tidak diperkenankan untuk
melakukan percobaan di luar prosedur kerja yang diberikan.
7. Selama melakukan percobaan, praktikan harus bekerja dengan teliti, teratur dan bersih.
Praktikan yang tidak disiplin dapat dikeluarkan dari ruangan praktikum oleh pembimbing atau
asisiten dan dianggap tidak hadir (alpa) dan tidak ada hak untuk mengikuti praktikum susulan.

1
8. Praktikan yang memecahkan alat gelas, harus mengganti kerugian berupa alat gelas tersebut
(bila sulit diperoleh di pasar dapat mengganti dengan uang seharga alat tersebut). Nilai dari
seluruh aktivitas praktikum dan teori akan ditahan (tidak diumumkan) sebelum terlaksana
penggantian alat tersebut.
9. Praktikan yang telah menyelesaikan praktikum harus membuat laporan sementara yang
berisikan judul, tujuan, dan hasil percobaan sesuai dengan yang telah dilakukan dan
diserahkan kepada pembimbing atau asisten.
10. Laporan praktikum harus dibuat setiap selesai melakukan praktikum, yang terdiri:
a. Judul percobaan
b. Tujuan percobaan
c. Landasan teori (diambil dari buku acuan atau jurnal penelitian, minimal diambil dari 2
buku referensi)
d. Alat dan bahan : tulis lengkapa alat dan bahan yang digunakan
e. Prosedur kerja
Ditulis dalam bentuk uraian menggunakan kalimat pasif dan disesuaikan dengan kerja
yang dilakukan di laboratorium
f.Hasil percobaan dan perhitungan
Hasil percobaan disusun dalam bentuk tabel :
NO PERLAKUAN PENGAMATAN

g. Pembahasan
Pembahasan berisi uraian yang membahas data dan hasil percobaan yang dikaitkan
dengan teori, pelaksanaan percobaan serta hal-hal lain yang dianggap perlu.
h. Kesimpulan
Kesimpulan disusun secara ringkas sesuai dengan maksud dan tujuan percobaan.
i.Daftar pustaka
Disusun secara berurutan nama penulis, tahun penulisan atau terbit, judul tulisan, nama
jurnal atau bulletin atau penerbit, volume dan atau nomor jurnal, halaman jurnal atau
bulletin dan apabila yang dikutip berupa buku teks maka yang dicantumkan jumlah
halaman buku teks tersebut.
j.Lampiran (laporan sementara)
Laporan dibuat perorangan dan harus sudah diserahkan kepada pembimbing atau asisten satu
pekan setelah praktikum (sebelum memulai acara praktikum berikutnya).
11. Setelah selesai melakukan praktikum, sebelum meninggalkan ruangan laboratorium wajib:
• Membersihkan alat-alat praktikum, meja dan lain-lain
• Merapikan letak botol-botol reagent, tempat duduk dan alat-alat gelas, dan lain-lain
• Tunggu di itempat masing-masing, asisten akan berkeliling memeriksa kelengkapan
praktikum, kebersihan meja dan alat-alat praktikum.
12. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum karena sakit harus mengajukan surat keterangan
dokter. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum tanpa alasan yang sah, tidak
diperkenankan mengikuti praktikum susulan.

2
PETUNJUK – PETUNJUK BEKERJA DI LABORATORIUM

Dalam melakukan pekerjaan :


• Bekerja dengan tenang, rapi, hati-hati, bersih, cepat dan teliti.
• Kembalikan botol reagen dan bahan kimia segera ket empatnya, jangan merebut botol yang
sedang digunakan orang lain. Sebaiknya jangan terlalu lambat bekerja sehingga orang lain
menunggu lama. Sabar menunggu giliran menggunakan alat dan bahan yang digunakan.
• Jika bahan yang digunakan terlampau banyak, carilah pekerjaan lain sehingga waktu tidak
terbuang untuk menunggu (dalam hal ini perlu dibuat rencana pembagian waktu yang fleksibel
dan harus diketahui benar bahan mana yang harus ditangani).
• Tutup botol segera dipasang kembali pada botolnya untuk menghindari kekeliruan yang dapat
merusak kemurnian isi botol (kontaminasi).
• Jangan membahayakan orang lain karena api, cara pemanasan larutan dan sebagainya.
• Jika meragukan sesuatu bertanya pada pembimbing atau asisten.
• Bekerja dengan sungguh-sungguh. Jangan memperhatikan hal-hal lain, berbicara yang tidak
perlu bergurau.
• Limbah praktikum yang berupa bahan-bahan pekat jangan langsung dibuang ke bak atau
saluran tapi harus diencerkan dahulu dengan air keran. Setelah membuangnya, bukalah kran
secukupnya untuk menghilangkan bahan-bahan pekat tersebut.
• Kertas saring dan benda lainnya dibuang ke dalam tempat sampah.
• Meja yang menjadi basah/kotor segera dibersihkan.
• Berhematlah menggunakan air dan reagent. Api tidak dinyalakan lebih besar dari yang
diperlukan, air dan destilata serta reagent untuk pembilasan dipakai seperlunya saja ( reaksi
kerap kali gagal, karena kelebihan reagent).
• Catatan pengamatan harus singkat, tegas, jelas dan lengkap.
• Gunakan waktu luang untuk menyusun laporan praktikum (menyalin dari konsep laporan
perhitungan-perhitungan dan sebagainya)

PRAKTIKUM I
PENGENALAN ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM KIMIA

A. ALAT-ALAT PRAKTIKUM KIMIA

Alat pokok dalam praktikum kimia dasar yaitu:

1. Burret
Burret adalah alat gelas yang berbentuk pipa panjang dengan pembagian skala dan
dilengkapi dengan kran. Alat ini dipakai untuk titrasi/ mengukur volume titran
yang digunakan. Kapasitas alat bermacam-macam, tetapi yang biasa digunakan
adalah burret 50 ml.

3
2. Standar Burret Alat dibuat dari batang baja dan digunakan sebagai
penyangga burret.

3. Klem Burret Alat digunakan untuk memegang burret bersama standar


burret.
Bila perlu dalam penggunaannya digunakan juga
pemegang klem

4. Pipet volume
Alat ini disebut juga dengan pipet gondok atau pipet
pindah. Alat digunakan untuk mengambil dan
memindahkan sejumlah volume
5. Pipet ukur tertentu dari zat cair atau larutan

pipet Hampir sama dengan pipet volume, hanya pada pipet ini
ada pembagian skala sehingga dapat digunakan untuk
memindahkan sebagian dari isi
6. Pipet tetes
Pipet ini tidak mempunyai skala atau volume. Alat ini digunakan untuk
memindahkan sedikit zat cair / larutan yang tidak memerlukan
ketelitian tinggi

7. Labu ukur
Labu ukur adalah labu gelas dengan dasar rata leher dan sempit dilengkapi
dengan tanda batas. Alat dipakai untuk membuat larutan dengan volume tertentu.
Ukurannya mulai dari 25 ml sampai 200 ml

Alat berupa tabung gelas dengan alas datar dan dilengkapi dengan skala dalam milliliter. Alat
dgunakan untuk mengukur dan memindahkan suatu zat cair / larutan. Gelas ukur merupakan alat
ukur yang kasar. Larutan yang akan di titrasi tidak boleh diukur dengan gelas ukur, melainkan
diukur dengan pipet volume.

4
8. Gelas ukur Gelas dengan leher agak menyempit yang digunakan untuk
pelaksana titrasi. Ada dua jenis gelas Erlenmeyer yaitu:
a. Erlenmeyer tanpa tutup gelas yang dipakai untuk titrasi
larutan yang tidak mudah menguap
b. Erlenmeyer dengan tutup gelas, yang digunakan untuk titrasi
larutan yang mudah menguap

10. Beaker glass atau gelas piala


9. Erlenmeyer
Alat digunakan untuk mengambil dan menyimpan sementara serta
memindahkan larutan

11. Corong

Alat ini digunakan untuk memasukkan zat cair ke tempat lain agar
tidak tumpah, juga alat bantu untuk menyaring
12. Botol semprot atau labu semprot

Botol semprot digunakan untuk membilas alat-alat gelas tersebut diatas

13. Batang pengaduk


Alat ini dibuat dari gelas dan tidak berlubang. Alat ini biasanya
digunakan untuk mengaduk larutan supaya homogen

14. Tabung reaksi


Alat ini digunakan sebagai tempat mereaksikan zat-zat dalam
bentuk larutan. Alat ini dapat dipanasi dengan api langsung

15. Pinset

Untuk mengambil suatu obyek

5
16. Cawan porselin / cawan uap
Alat ini digunakan sebagai tempat pemanasan zat dengan suhu
tinggi. Hati-hati cawan porselin masih panas tidak boleh
didinginkan secara mendadak (dengan air dingin) karena dapat
menyebabkan pecah. Hati-hati pula meletakkan cawan porselin
di atas meja, jangan sampai terkena cairan yang membasahi
meja.

17. Gelas arloji

Sebagai tempat bahan kimia padat

18. Piring tetes / drouple plate

Alat ini digunakan untuk reaksi identifikasi dalam jumlah


sedikit. Alat ini tidak boleh dipanaskan
19. Lampu spirtus / pembakar Bunsen
Alat ini digunakan untuk reaksi yang memerlukan pemanasan,

juga untuk keperluan lain dalam reaksi panas. Untuk menjepit

20. Penjepit logam


bahan padat yang dibakar

21. Penjepit kayu


Untuk menjepit tabung reaksi selama pemanasan

6
22. Botol reagent
Alat ini digunakan sebagai tempat reagent atau tempat larutan untuk zat-zat
yang diperiksa. Mengambil larutan dari botol reagent dapat dilakukan
dengan:

a. Menuangkan larutan dari botol reagent, untuk ini harus diingat:


• Label harus diletakkan diatas
• Botol reagent dimiringkan seperlunya
• Setelah selesai botol reagent harus ditutup
b. Pada saat memindahkan isi pipet ke dalam tabung reaksi, pipet tidak boleh menyentuh
dinding dalam tabung reaksi.

Disamping mengenal dan dapat menggunakan alat laboratorium, perlu pula diketahui reaksi-reaksi
pembentukan endapan, warna dan gas. Pembentukan endapan adalah pembentukan senyawa sukar
larut sehingga mudah dilihat dengan mata. Endapan tersebut dapat berupa gumpalan atau berupa
kekeruhan saja. Warna suatu larutan dalam tabung mudah dilihat dengan meletakkan tabung pada
dasar putih. Untuk mencium bau gas** maka tabung reaksi yang berisi gas didekatkan ke hidung
(jangan sampai menempel), lalu kibas-kibaskan dengan tangan.

** Perhatian: jangan menghirup gas secara langsung, berbahaya !!!!!


B. BAHAN-BAHAN PRAKTIKUM KIMIA BERBAHAYA DAN PERTOLONGAN
PERTAMA DI LABORATORIUM

Pada waktu bekerja di laboratorium selalu ada kemungkinan terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu
demi kelancaran jalannya acara praktikum, serta untuk menghindari terjadinya kecelakaan, maka
kita perlu mengetahui lebih dalam tentang sifat-sifat dari bahan kimia yang lazim biasa bekerja
dengan teratur, hati-hati dan lebih baik tidak bekerja sendirian.
1. Bahan –bahan yang merusak kulit
Asam – asam kuat : HNO3, HCl, HF, H2SO4
Basa – basa kuat : NaOH, KOH
Asam basa lemah : CH3COOH, (COOH)2, NH4OH
Lain : H2O2 pekat, brom cair, persenyawaan chrom, persulfat, kapur
chlor, (NH4)2S dan sebagainya
bila bahan-bahan itu perlu diukur dengan tepat, ambillah dengan pipet atau dengan burret
dengan bantuan pompa hisap (Pipetting ball). Jangan sekali-sekali menghisab dengan mulut.
Hindarkan kulit dan mata dari bahan kimia, sewaktu menuang cairan/mengambil bahan jangan
sampai ada yang tercecer diluar botol. Jangan memanaskan bahan-bahan kimia terlalu cepat.
Jangan menuang air ke dalam asam pekat. Jangan memasukkan NaOH dan KOH ke dalam air.
Jangan mecampur asam pekat dengan basa pekat. Jangan menengok ke dalam cawan atau
pinggan yang sedang dipergunakan untuk pemijaran.

7
2. Gas-gas beracun
Untuk menghindari kemungkinan termakannya bahan-bahan kimia, maka jangan makan dan
minum dengan alat-alat laboratorium dan jangan merokok, karena dengan menghindari
merokok bukan hanya mengurangi resiko/bahaya kebakaran tetapi juga menghindari zat-zat
racun CO (karbon monoksida). Di laboratorium gas ini terbentuk bila asam formiat atau oksalat
dipanaskan dengan asam sulfat pekat. Gas ini juga sering terdapat pada gas lampu. Keracunan
gas CO menyebabkan sakit kepala, kepala pusing dan lelah. a. H2S (hidrogen sulfat)
Gas ini merupakan racun kuat. Kepekatan 1 : 103 dalam waktu singkat dapat mematikan
manusia. Kepekatan 1 : 104 sesudah 1 jam berbahaya sekali untuk mata dan paru-paru.
Karena pada kepekatan 1 : 107 baunya telah nyata sekali maka bahayanya tidak besar. Jika
ruang berbau H2S jendela harus dibuka lebar-lebar.
b. Hg (air raksa)
Bernapas terlalu lama dengan udara yang tercampur uap air raksa berakibat sakit kepala,
badan kurus, tangan gemetar dan sakit gigi. Perlu bekerja dengan teliti bila menggunakan
air raksa, jika air raksa tertumpah maka lama –lama akan menguap dan akan berbahaya
apabila terhirup. Lantai harus segera disapu dengan suatu campuran tepung garam dengan
soda kering, dengan demikian air raksa yang terbentuk tidak berbahaya lagi.
c. HCN (asam sianida)
Asam sianida dan garan-garamnya adalah zat-zat yang sangat beracun baik yang masuk
melalui paru-paru maupun melalui perut atau luka-luka. Larutan tidak boleh dipipet dengan
mulut, keracunan gas HCN akan berakihbat seperti keracunan gas CO.
d. AsH3 ( asam hidrida ) keracunan gas ini berakibat : sakit kepala, muka pucat, muntah dan
mencret.
e. NO2 ( nitrogen dioksida )
Gas ini beracun dan berbahaya. Gas ini selalu hampir terjadi bila kita menggunakan HNO3
pekat dan logam-logam atau zat-zat organik. Gas ini mempengaruhi atau mengganggu
paruparu dan organ lainnya sehingga orang akan terbatuk-batuk.
f. Cl2 dan Br2 ( chlor dan brom )
Seperti halnya NO2 kedua gas ini merusak alat0alat pernapasan. Akan tetapi berkat sifat itu
orang mulai batuk sebelum tercapai kepekatan yang berbahaya.
g. Pelarut-pelarut
Karbon disulfat (CS2), benzene (C6H6), chloroform (CHCl3) dan karbon tetrachloride
(CCl4) dapat menghasilkan uap yang beracun.
3. Zat-zat yang meledak
Pada pekerjaan analisa mungkin juga terjadi zat-zat yang pekat Mn2O7 (dari KMnO4 dan
H2SO4), nitrida-nitrida logam berat serta hydrogen, endapan hitam yang lembat laun terjadi
dalam larutan perak beramoniak, asam perklorat bila ada zat-zat organik, serbuk Mg bila
dipanaskan dengan zat-zat yang lembab, gas letus yang mungkin terjadi jika mulai mengalirkan
hidrogen ke dalam suatu alat, peroksida-peroksida eter yang ditinggal waktu menyuling eter,
zat klorat padat sering dapat meledak bila dipanaskan.
4. Bahaya kebakaran dan penanggulangannya
Di laboratorium selalu ada kemungkinan terjadi kebakaran. Zat-zat kimia yang terdapat di
dalam alat-alat kaca atau porselin dapat tumpah atau pipa karet untuk membakar mungkin lepas
dari jeratnya. Alcohol, eter, benzene, karbon disulfida, aseton, petroleum eter dan sebagainya
adalah cairan-cairan yang sering dipergunakan dan mudah sekali terbakar. Oleh karena itu
alatalat pemadam api senantiasaa harus tersedia.

8
Air dan saluran air sering sudah mencukupi, akan tidak dapat dipergunakan untuk cairan yang
tidak dapat bercampur dengan air seperti benzene, bensin, minyak tanah, dsb. Dalam hal ini
pasir kering adalah alat terbaik. Jika didalam laboratorium pernah dipergunakan cairan-cairan
itu, satu peti berisi pasir harus disediakan dan digunakan secepatnya untuk memadamkan api.
Api yang disebabkan oleh cairan yang mudah terbakar seperti seperti eter dan alcohol, dapat
dicegah dengan Na-bikarboonat. Jika cara-cara ini tidak mencukupi, maka harus digunakan
pemadam api tetra yang harus ada disetiap laboratorium, pada tempat yang mudah dicapai.
Peraturan pemakaiannya harus dipelajari supaya tidak kehilangan waktu jika alat diperlukan.
Jika pakaian terkena air, orang biasanya lari, harus ditahan bila perlu dengan paksaan dan api
dipadamkan dengan handuk, baju dan sebagainya yang dibasahi dengan air. Jika kita sendiri
kena api, jangan lari (dengan lari api akan semakin menyala hebat). Cara yang terbaik adalah
dengan cara menggulingkan diri di lantai untuk memadamkan api.
5. Bahan-bahan yang diperlukan untuk PPPK laboratorium
a. Obat-obatan
- Alkohol 70% dan alkohol 95% -Air kapur
- Natrium bikarbonat (bubuk) -Bubur magnesi
- Asam asetat 1% dan asam asetat 5%
- Minyak dan salf; salf butasin, mineral oil, olive oil, petrolatum steril
- Natrium bikarbonat 5%
- Asam borat 4%
- Yodium tincture
- Penawar racun umum (universal antidote): serbuk arang 2 bagian, MgO 1 bagian dan
Tannic acide 1 bagian. Universal antidote digunakan untuk menolong keracunan yang
tidak diketahui sebabnya. Satu sendok makan dicampur dengan satu gelas air hangat
lalu diminum
b. Alat-alat
- Absorbant cotton -Alat tetes
- Gunting -Eye cup
- Plaster -Perban 2 inchi
6. Beberapa tindakan pertolongan pertama sederhana suatu kecelakaan di laboratorium
a. Terbakar
Luka-luka harsu diobat oleh dokter. Luka ini hanya boleh disiram dengan air dingin, pakaian
dan sebagainya yang melekat pada luka-luka itu jangan ditarik. Luka-luka bakar yang kecil
disiram dengan air dahulu, lalu diobati dengan asam pikrat, salf butasin, salf tannin atau
larutan tanin 5%.
b. Terkena asam pada kulit atau baju
Cuci dengan air sebanyak-banyaknya, kemudian netralkan dengan larutan ammonia 5%.
c. Terkena basa kulit atau baju
Cuci dengan air sebanyak-banyaknya, kemudian netralkan dengan asam borat 4% atau
asam asetat 1%.
d. Kena bahan-bahan panas pada mata
Bila disebabkan oleh asam, mata dicuci dengan air sebanyak-banyaknya, kemudian
netralkan dengan Na-bikarbonat 5% dengan sebuah mangkok mata (eye cup). Bila
disebabkan oleh basa kuat cucilah dengan air, kemudian netralkan dengan asam borat 4%.
Setelah penetralan tersebut, teteskan setetes mineral oil dan biarkan sementara di dalam
mata sebagai pereda.
9
e. Luka karena barang tajam
Bersihkan luka dari debu dan kotoran-kotoran lain. Kemudian cucilah dengan alcohol 70%
dengan menggunakan kapas, keringkan dan berilah larutan yodium tincture 2 %.
f. Asam kuat masuk mulut
Keluarkan asam itu dari mulut lalu cuci dengan air baik-baik. Kemudian netralkan dengan
larutan Na-Karbonat 5%.
g. Basa kuat masuk mulut
Keluarkan basa itu dari mulut lalu cuci dengan air baik-baik. Kemudian netralkan dengan
asam asetat 5%. Berilah mineral oil pada bibir untuk mencegah dehidrasi dan
pembengkakan.
h. Terminum asam-asam mineral dan asam organik
Bila salah satu asam ini telah terminum, muntahkan atau gunakan stomach tube dan
hindarkan karbonat-karbonat, berilah bubur magnesia atau air kapur.
i. Terminum basa-basa kuat
Bila salah satu dari basa terminum, berilah asam cuka 5 % atau sari jeruk. Kemudian beri
lebih kurang 250 ml mineral oil atau olive oil. Usahakan pemuntahan dengan minum air
hangat.
PRAKTIKUM II
PENGGUNAAN ALAT PRAKTIKUM KIMIA
1. Gelas ukur dan penggunaannya
Untuk mengukur volume cairan dengan tingkat ketelitian yang
sedang menggunakan gelas ukur; jika diperlukan pengukuran
volume yang lebih teliti menggunakan burret atau pipet.
Besarnya gelas ukur menentukan pula ketelitian pengukuran
volume cairan. Dengan gelas ukur berkapasitas 10,0 ml kita dapat
mengukur dengan ketelitian 0,1 ml; sedangkan dengan gelas ukur
yang bervolume 100 ml kita hanya dapat membaca dengan
ketelitian sebesar 1 ml.

Gambar 1. Gelas ukur


Untuk mengukur volume cairan secara tepat. Kita harus memilih gelas ukur yang kapasitasnya tidak
jauh berbeda dengan volume cairan yang hendak kita ukur. Tidaklah benar bila kita menggunakan
sebuah gelas ukur yang berkapasitas 100 ml untuk mengukur volume 9 ml cairan, jika tersedia gelas
ukur yang berkapasitas lebih kecil. Banyak cairan membentuk permukaan cekung, bila dituangkan
ke dalam gelas ukur. Permukaan cekung disebut meniscus; bila kita mengukur volume cairan dalam
gelas ukur kita harus memastikan agar mata kita pada ketinggian yang sama dengan meniscus
cairan. Jika garis pandang kita hanya berimpit dengan garis batas meniscus akan menyebabkan
kesalahan membaca volume. Jika mata kita berada diatas atau dibawah ketinggian ini, pembacaan
tidak akan teliti. Sebuah benda, jika dilihat dalam dua posisi yang berbeda menunjukkan gejala
paralaks, yaitu terjadinya pergeseran semu sebuah benda.Setelah mata kita berada pada ketinggian
yang sama dengan meniscus cairan, kita membaca volume cairan dengan memperhatikan garis pada
gelas ukur yang tepat kena pada dasar meniscus (Gambar 2). Perhatikan pula suhu yang tertulis
pada bagian atas gelas ukur. Pengukuran volumenya tepat, bila pengukuran ini dilakukan pada suhu
yang tertulis pada gelas ukur.

10
Gambar 2.Pembacaan meniscus cairan dalam tabung reaksi

2. Labu ukur dan penggunaannya


Labu ukur atau volumetrik adalah sebuah bejana gelas yang beralas datar,
berbentuk buah per dan berleher panjang yang relatif sempit. Sebuah garis
tipis yang dietsa mengelilingi leher labu yang menunjukkan dengan tepat
volume cairan pada suhu tertentu. Labu ukur diberi tanda batas volume
tertentu sebagai daya tampungnya.
Karena batas volume itu dibuat mengelilingi leher
labu, akan terhindar kesalahan pembacaan yang disebabkan effek peralaks.
Kesalahan pengamatan ini dapat diatasi bila pada pembacaan volume letak
mata pengamat dan tanda batas volume berada pada ketinggian yang sama
dan tanda batas itu tepat pada bagian wadah meniscus Gambar 3. Labu ukur
cairan.

Leher sebuah labu ukur dibuat relatif sempit hingga sedikit perubahan volume cairan akan
menyebabkan perbedaan besar pada ketinggian meniscus cairan. Dengan demikian kesalahan yang
dibuat pada penyesuaian meniscus cairan dengan tanda batas volume akan sangat kecil. Jarak antara
tanda batas volume dan mulut labu ukur adalah relative besar agar masih terdapat cukup ruang
untuk mengocok cairan dalam labu itu.Labu ukur dilengkapi dengan tutup yang terbuat dari pegas
atau plastic. Ukuran labu yang lazim digunakan adalah : 50,100, 250, 500, 1000, dan 2000 ml.

Penggunaan labu ukur untuk membuat larutan


Jika hendak membuat suatu larutan baku dengan konsentrasi tertentu, kita menimbang terlebih
dahulu zat padat murni secara teliti. Dengan sebuah corong kita memasukkan zat padat ke dalam
labu ukur. Kemudian labu ini diisi dengan zat pelarut. Lazimnya air suling, sampai kira-kira
setengah penuh.singkirkan corong yang digunakan tadi dan goyangkan labu sehingga air
didalamnya bergerak memutar sampai zat padat yang ada dalam labu melarut semuanya. Jika masih
ada zat padat yang belum melarut, tambahkan lagi air sampai labu itu tiga perempat penuh dan
goyangkan lagi labunya. Cara yang dapat digunakan juga adalah melarutkan zat padat terlebih
dahulu dalam gelas kimia dengan air secukupnya, kemudian larutan ini dipindahkan secara
kuantitatif kedalam labu ukur.Penambahan air selanjutnya dilakukan dengan botol semprot sampai
permukaan larutan dileher labu sedah mendekati garis volume. Air yang membasahi leher labu
harus diberi waktu secukupnya untuk mengalir kebawah. Dengan sendirinya tidak boleh ada tetesan
air yang melekat pada leher labu ditas permukaan cairan. Jika hal ini terjadi, maka bersihkan leher
labu dengan menggunakan kertas saring. Tetapi sekali-kali kertas saring tidak boleh menyentuh
larutan. Penambahan air pada akhirnya dilaksanakan dengan pipet tetes ssampai bagian bawah
meniscus cairan berimpit dengan garis batas volume. Untuk pekerjaan yang teliti kadang-kadang
sebelum penambahan air terakhir, larutan dibiarkan dahulu beberapa waktu agar suhunya sama
dengan suhu kamar. Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan terjadinya penyerapan
11
atau pembebasan kalor pada waktu zat padat melarut. Setelah penambahan air sampai tanda batas
volume, labu ditutup dengan tutupnya yang bersih dan kering. Kemudianlarutan dicampurkan
secara homogeny dengan cara membalik labu berulang kali. Larutan yang sudah dicampurkan
dengan baik segera dipindahkan kedalam botol penyimpan yang bersih dan kering. Sebelum larutan
dituangkan kedalam botol penyimpan sebaiknya botol dibilas 1-2 kali dengan sedikit larutan.
Setelah cairan ini dipindahkan berilah etiket pada botol yang bertuliskan nama dan rumus kimia
baku, konsentrasinya, tanggal pembuatan dan sandi si pembuat. Berikut ini contoh etiket pada botol
penyimpanan suatu larutan baku.
Perak nitrat AgNO3
0 ,1 M
17-8-2019
3. Pipet dan penggunaannya
Pipet digunakan untuk memindahkan volume tertentu suatu cairan
dalam jumlah yang sedikit. Ada dua macam pipet yang banyak
digunakan di laboratorium, yaitu pipet ukur dan pipet volumetric. a.
Pipet ukur
Pipet ukur terdiri atas pipa kaca yang diberi skala. Ujuang bagian atas
pipa atau ujung untuk mengisap cairan dibuat lebih kecil, sedangkan
ujung bagian dibawah dibuat runcing dengan lubang yang kecil untuk
memperlambat keluarnya zat cair.Pipet ukur digunakan untuk
memperoleh berbagai volume cairan dalam jumlah yang sedikit. Pipet
ukur yang sering kali digunakan adalah pipet ukur berkapasitas: 5, 10,
dan 25 ml. Kalibrasi pipet ukur umumnya kurang teliti, untuk pekerjaan kuantitatif sebaiknya
digunakan buret, yang mempunyai kalibrasi yang tepat.
Gambar 4. Pipet ukur
b. Pipet volumetrik
Pipet volumetrik berbentuk silinder pendek yang pada kedua ujungnya di
sambung dengan pipa panjang yang lebih kecil diameternya. Pipet volumetric
hanya ada satu tanda batas volume yang melingkar pada batang bagian atas
(bagian untuk mengisap) dan ujung pipa bagian bawah di buat runcing seperti
pada pipet ukur. Pipet volumetric dibuat dibuat dengan kapasitas 1, 2, 5, 10,
20,25, 50, dan 100 ml. pipet yang sering digunakan dengan volume 5, 10, dan 25
ml. Dalam pemakaian pipet harus dibilas terlebih dahulu dengan sedikit larutan
yang akan dipindahkan, kemudian larutan untuk membilas itu dikeluarkan lagi
seluruhnya. Bila pipet yang baru dicuci digunakan sebelum dicelup kedalam
larutan yang akan dipindahkan, maka tetesan air yang tersisa diujung pipet harus
ditiup keluar, atau lebih baik diisap dengan kertas
Gambar 5. saring.
Pipet volumetrik
perlu dipastikan pada waktu mengisap larutan kedalam pipet, batang pipet jangan dicelupkan terlalu
dalam di dalam larutan. Selama mengisap, cairan harus dijaga juga agar ujung pipet tetap berada di
dalam larutan. Mengisap terlalu kuat menggunakan mulut menyebabkan larutan masuk kedalam
mulut. Untuk cairan yang bersifat racun (korosif) digunakan “pipet pengisap” dengan bantuan filler
sebagai pompa pengisap. Cairan yang diisap di dalam pipet volumetric sampai kira-kira 1 cm di
atas tanda batas telunjuk yang kering.

12
Gambar 6. Filler

Selanjutnya, pipet harus diangkat vertikat agar dapat dilihat meniscus larutan telah berimpit pada
tanda batas, jika meniscus berlebihan maka larutan dikeluarkan dari dalam pipet dengan menekan
filler hingga meniscus berimpit dengan tanda batas volume. Jika terdapat tetesan larutan yang
menggantung pada ujung pipet, tetesan ini di singkirkan dengan menyentuhkan ujung pipet pada
suatu gelas. Larutan dialirkan ke dalam bejana penerima dengan kedudukan pipet vertical dan ujung
pipet menyentuh pada dinding bejana. Bila aliran cairan telah selesai, ujung pipet tetap dibiarkan
bersentuhan dengan dinding bejana selama 10-15 detik untuk mengalirkan sisa larutan. Cairan yang
masih tersisa dalam ujung pipet tidak ditiup kedalam bejana penerima.Prosedur mengisi dan
mengosongkan pipet yang diuraikan diatas telah direkomendasikan sebagai prosedur standard an
digunakan pada kalibrasi pipet. Lubang keluar pada ujung pipet harus sedemikian rupa ukurannya
sehingga waktu yang diperlukan untuk mengosongkannya sekitar 20 detik untuk pipet 20 ml, 30
detik untuk pipet 25 ml, dan 35 detik untuk pipet 50 ml. Selesai pipet
dipakai, pipet segera dicuci dan diletakkan di rak penyimpanan. Pipet yang
kotor atau berminyak dapat dibersihkan dengan cara merendamnya selama
semalam dalam larutan asam kromat dan
kemudian dicuci bersih. 4. Burret dan
penggunaannya

Untuk memberikan suatu cairan secara teliti


dalam ukuran yang kecil digunakan buret, yaitu
sebuah tabung kaca panjang dengan garis-garis
skala yang kalibrasinya secara teliti. Dibagian
bawahnya terdapat sebuah kran untuk mengatur
aliran cairan yang keluar dari burret.

Gambar 7. Burret
Burret paling banyak digunakan untuk titrasi. Burret dengan kran kaca digunakan untuk beberapa
larutan seperti yodium, sedangkan untuk larutan basa kuat dapat menyebabkan kran kaca macet.
Untuk larutan basa digunakan burret dengan kran pencet, kekurangan dari burret ini menyebabkan
perubahan pada pipa karet dan mengurangi elastisitas karet. Burret dengan kran kaca juga
digunakan untuk titrasi larutan panas. Panas larutan yang dititrasi tidak akan mencapai cairan di
dalam burret, sehingga tidak mempengaruhi volume cairan dalam buret.Burret yang sering
digunakan adalh burret dengan kapasitas 50,0 ml dan dampai 1,0 ml. tanda garis-garis skala pada
burret melingkari setengah tabung burret, sehingga terhindar dari kesalahan pembacaan karena
paralaks.pada beberapa jenis burret garis-garis skalanya melingkari sekeliling tabung burret untuk
setiap ml, dan setengah lingkaran untuk volume yang lebih kecil.Untuk membantu pembacaan
secara tepat letaknya meniscus, digunakan kartu yang menyebabakan alas meniscus menjadi gelap,
13
sehingga alas meniscus ini terlihat tajam pada latar belakang putih. Pada pembacaan ini mata
pengamat harus pada ketinggian yang sama dengan alas meniscus cairan dalam burret.
Bila cairan dalam burret berwarna gelap atau warna tua, seperti halnya dengan larutan kalium
permanganate yang berwarna ungu, yang dibaca ialah bagian atas meniscus cairan. Untuk tujuan
analisa biasanya pembacaan dilakukan dengan ketelitian hingga 0,05 ml; untuk analisa yang sangat
tinggi dilakukan pembacaan dengan ketelitian 0,01- 0 ,02 ml, dan jika perlu digunakan sebuah lensa.
Burret dengan kran kaca diberi sedikit pelumas pada kran dengan vasellin atau pelumas khusus.
Tujuan utama pelumas ialah untuk mencegah kemacetan. Batang kran dilepas dari rumahnya dan
digososk tipis dengan lemak pelumas. Hindarkan lemak pelumas yang banyak, agar lubang saluran
tidak tertutup. Setelah itu batang kran dimasukkan ke dalam rumahnya dan diputar-putar untuk
meratakan pelumasan. Ikat batang kran dengan karet kecil padda rumahnya untuk menghindari
terlepas atau tercecernya batang kran itu. Penggunaan pelumas yang mengandung silicon tidak
dianjurkan, karena pelumas dapat menyerap sepanjang burret dan menyebabkan pengotoran
dinding burret.
Ada beberap jenis pemegang burret yang dapat dibeli. Jenis pemegang burret yang sederhana
terbuat dari kayu. Pemegang burret fisher lebih baik, yang dibuat dari casteloy suatu paduan logam
yang anti karat. Harganya relative mahal, lebih murah ialah yang terbuat dari baja yang dapat
dipergunakan di laboratorium sekolah.

Gambar 8. Pemegang burret


Ambil sebuah burret bersih dan bilas burret dengan 5 ml larutan yang akan diisi dalam burret. Buang
5. Titrasi

Gambar 9. Cara melakukan titrasi


larutan ini melalui ssaluran kran. Ulangi pembilasan ini sekali lagi. Pasang burret pada statif dan isi
dengan larutan sampai sedikit diatas skala 0. Kran burret dibuka sehingga semua udara yang
terdapat di dalamnya didesak keluar. Kemudian ketinggian larutan diatur sedekat mungkin pada
garis kala pertama. Letakkan dibawah kran burret labu Erlenmeyer yang sudah diisi dengan volume
tertentu larutan yang akan dititras. Peganglah dengan tangan kanan labu Erlenmeyer ini dan bukalah
dengan tangan kiri kran burret dengan perlahan, sehingga larutan dari burret tidak terlalu cepat
mengalir. Larutan yang diteteskan jangan dibiarkan berkumpul pada satu tempat.Setiap tetes
14
pereaksi yang jatuh dalam larutan harus disebarkan pada seluruh cairan dengan cara
menggoyangkan labu Erlenmeyer. Jika kita menggunakan gelas kimia, pakai batang pengaduk
untuk mencampur cairan secara merata. Perhatikan pula bahwa letaknya ujung burret tidak tidak
terlalu tinggi diatas permukaan cairan untuk menghindarkan percikan.
Selama kita melakukan titrasi jagalah supaya larutan tidak terlalu cepat keluar dari burret. Selain
pengosongan burret menjadi tidak tepat, ada kemungkinan titik akhir titrasi dilewati. Jika titik akhir
titrasi sudah mendekat, sebaiknya tetesan larutan dari burret diperkecil. Caranya ialah, kran burret
diputar secara perlahan-lahan sehingga yang keluar hanya sebagian dari setetes larutan yang
melekat pada ujung burret. Tetesan ini dapat dilepaskan jika kita menyentuhkan ujung burret ini
pada dinding labu Erlenmeyer. Dinding labu dibilas dengan air suling bila akhir titrasi sudah dekat.
Perlu juga diperhatikan kemungkinan terdapatnya tetesan reagenesis pada mulut labu. Dalam hal
ini kita tidak merasa pasti apakah titik akhir telah tercapai atau tidak, harus dilakukan pembacaan
pada burret. Kemudian ditambah setetes reagent lagi untuk melihat apakah terjadi perubahan warna
dalam larutan. Jika perubahan warna pada titik akhir titrasi terjadi secara bertahap, sebaiknya
digunakan larutan pembanding. Larutan pembanding ini harus memiliki volume dan komposisi
yang hampir sama dengan larutan yang dititrasi pada waktu tercapai titik akhir titrasi. Banyaknya
indikator yang dibubuhkan juga harus sama. Dengan demikian akan mudah untuk menentukan titik
akhir titrasi. Warna larutan yang dititrasi harus serupa dengan warna larutan pembanding. Pada
umumnya larutan yang dititrasi harus dilihat pada latar belakang putih. Bejana diletakkan diatas
tegel porselin putih, atau kertas putih. Perubahan warna lebih jelas terlihat pada latar belakang putih.
Bila titik akhir dinyatakan dengan terbentuknya kekeruhan dalam larutan, sebaiknya digunakan
latar belakang hitam.
Titrasi harus dilakukan dengan penerangan yang baik. Sinar matahari langsung dan terlalu terang
dapat menyebabkan perubahan kimiawi yang tidak diinginkan, misalnya pada titrasi larutan
peraknitrat. Penerangan yang baik adalah cahaya siang hari secara tidak langsung. Penerangan
dengan lampu seringkali kurang baik, karena perubahan warna tertentu sukar diamati. Bila titrasi
sudah selesai, larutan yang masih tersisa dalam buret dialirkan keluar, tidak boleh dikembalikan
kedalam botol larutan semula. Kemudian burret dicuci hingga bersih.

PENGETAHUAN BAHAN KIMIA

Pada pembelian bahan kimia, penyimpanan dan pembuatan reagenesia, pengetahuan tentang
bahan kimia sangat penting. Pengetahuan tentang sifat fisik dan sifst kimia bahan menentukan
keberhaasilan mengelola laboratorium. Beberapa sifat zat yang harus diketahui adalah: wujud,
warna, bentuk Kristal, bau, kelarutan, titik nyala (mudah terbakar atau tidak), sifat racun atau bukan,
higroskopis atau tidak, sensitive atau tidak terhadap cahaya, sifat merusak atau tidak terhadap kulit,
kayu, ubi dan kertas, mudah atau tidak mudah terurai, mudah atau tidak mudah teroksidasi oleh
udara, mudah atau tidak mudah menguap / menyublim, dan mudah bereaksi dengan zat tertentu.
1. Bau
Beberapa zat mempunyai bau yang khas. Asam asetat, etanol, klorofom, eter, dan ammonia
mudah dikenali dari baunya yang khas.
2. Zat kimia mudah terbakar
Zat-zat yang mudah terbakar sehingga penyimpanan atau pemakaiannya harus mendapat
perhatian khusus. Zat-zat yang mudah terbakar adalah:
- Aseton - Fosfor
- Benzene - Karbon disulfide
- Etanol - Methanol
- Eter - Natrium
15
3. Zat kimia yang beracun
Beberapa zat kimia yang bersifat racun keras, sehingga penyimpanan dan pemakainnya harus
mendapat perhatian khusus. Penyimpanan zat-zat ini harus diluar jangkauan siswa ( dalam
lemari terkunci). Beberapa zat kimia yang bersifat racun adalah:
- Aseton trioksida -Asam oksalat
- Kalium sianida -Raksa
- Raksa (I) nitrat -Raksa (II)
nitrat
- Raksa (III) klorida -Brom
4. Zat kimia yang sensitif terhadap cahaya
Zat kimia tertentu bila terkena cahaya mudah terurai, sehingga penyimpanannya dilakukan di
dalam botol yang berwarna cokelat atau biru ungu. Beberapa zat kimia yang sensitive terhadap
cahaya adalah:
- Perak nitrat (harus didimpan dalam botol yang berwarna cokelat)
- Hydrogen peroksida (disimpan dalam botol cokelat dan ruangan yang sejuk)
5. Zat kimia yang korosif
Zat-zat kimia yang mempunyai sifat korosif, yakni dapat merusak kulit, ubin, kayu, dan kertas,
sehingga pada pengambilan zat ini atau membuat larutannya harus berhati-hati. Tidak
tertumpah pada etiket, tangan baju, meja dan ubin. Beberapa zat kimia yang sifatnya korosif
adalah:
- Asam klorida - Kalium
- Asam nitrat - hidroksida
Natrium
hidroksida
- Asam sulfat
6. Zat yang mudah bereaksi dengan udara Zat tertentu harus disimpan secara khusus.
- Natrium yang mudah teroksidasi oleh udara dan mudah bereaksi dengan air disimpan dalam
botol yang bersifat minyak tanah.
- Fosfor, yang mudah terbakar diudara disimpan dalam botol yang berisi air.
- Bubuk besi dan garam F2SO4, 6H2O yang mudah teroksidasi oleh udara disimpan dalam
botol yang tertutup rapat.
- Air kapur dan air barit yang mudah beraksi dengan CO2 dari udara tidak dapat disimpan
lama dan biasanya dibuat baru bila diperlukan.
7. Membersihkan alat-alat kaca
Alat-alat yang bersih sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan eksperimen, gelas ukur,
pipet, burret yang kotor dapat menghasilkan pengukuran yang salah. Gelas kimia, labu
Erlenmeyer, botol-botol reagenesia kotor yang mengandung sisa-sisa zat kimia dapat
mengagalkan pembuatan reagenet dan menghasilkandata-data yang salah pada melakukan
eksperimen.Biasakan alat-alat yang ada di dalam laboratorium disimpan secara rapih dan dalam
keadaan bersih. Biasakan membersihkan alat-alat segera setelah dipakai. Umumnya alat-alat
yang baru dipakai mudah dibersihkan. Alat-alat kaca seperti tabung reaksi, gelas ukur, gelas
kimia, labu Erlenmeyer dan pipet setelah dipakai dapat dibersihkan dengan larutan detergen
atau air sabun, kemudian dibilas dengan air leding. Dalam beberapa hal alat-alat ini diperlukan
lagi dibilas dengan air suling. Alat-alat kaca yang mengandung sisa-sisa zat kimia, bila tidak
segera dibersihkan, dapat menyebabkan noda-noda pada kaca tersebut tidak dapat dibersihkan
16
dengan larutan detergen atau air sabun. Maka lama-lama oda tersebut melekat pada kaca dan
makin sukar dibersihkan.
8. Cara pembuatan larutan detergen
Larutan detergen lazim digunakan untuk membersihkan alat-alat kaca dan larutan detergen
yang ditambah dengan sedikit asam nitrat mempunyai daya membersihkan yang lebih baik.
Cara oembuatan larutan pembersih ini adalah sebagai berikut:
Kocoklah 20 gram serbuk detergen dengan satu liter air dan tambahkan 5-20 ml asam nitrat
pekat. Dalam penggunaannya encerkan 20 ml larutan ini dengan air sampai satu liter.

9. Menghilangkan noda-noda pada alat-alat kaca


Seringkali pada tabung reaksi, gelas kimia, labu Erlenmeyer terdapat noda atau kerak yang
dengan detergen dan air tidak dapat dibersihkan. Noda atau kerak ini dapat dibersihkan dengan
menggunakan larutan khusus. Larutsn yang digunakan tergantung pada zat yang membentuk
noda ini.
No Noda Warna Noda Larutan Yang Digunakan
1 Besi Kuning Larutan asam klorida pekat, jika nodanya
melekat kuat, panaskan
2 Belerang Kuning Larutan ammonium sulfide
3 Yodium Kuning / cokelat Larutan natrium tiosulfida
4 Kerak karbon Hitam Campuran 3 gram titranium fosfat dan 3
gram natrium oleat dalam 100 ml air
5 Kerak Putih Larutan 5% natrium metasilikat dalam
air
6 Tulisan yang Aseton. Jangan bekerja dekat api, aseton
tidak dapat mudah terbakar
dihapus
Catatan: untuk menghilangkan noda atau kerak dalam botol regensia biasanya dapat
digunakan asam klorida pekat. Jika nidanya tidak dapat dihilangkan, gunakan asam
nitrat atau terakhir air raja (aqua regia).
10. Membersihkan pipet dan burret
Ketelitian mengukur volume larutan dengan menggunakan pipet atau burret snagat ditentukan
oleh kebersihan alat-alat tersebut. Pipet dan burret yang berlemak manghasilkan pengukuran
yang salah. Cara membersihkan burret dilakukan sebagai berikut: Masukkan 2 ml larutan
detergen ke dalam burret. Gunakan sikat burret untuk membersihkan bagian dalam burret, cuci
bagian dalam burret dengan air leding sampai bersih, dan bilas dengan air suling. Perhatikan
bahwa dalam burret yang bersih, air membasahi burret secara merata. Membersihkan burret
atau pipet yang berlemak dapat kita gunakan larutan kalium dikromat atau larutan kalium
permanganate.
Larutan kalium dikromat
Timbang 10 gram kalium dikromat. Larutkan dalam 15 ml air, tambahkan dengan asam sulfat
pekat, sambil didinginkan sampai volume 100 ml. Burret atau pipet yang hendak dibersihkan
dari lemak direndamkan selama di dalam larutan air, kemudian di cuci dengan air leding dan
dibilas dengan air suling.

17
Larutan kalium permanganate
Timbang 10 gram kalium permanganate, larutan dalam satu liter air, celupkan burret atau pipet
kedalam larutan ini, kemudian cuci dengan air leding.
PRAKTIKUM III
PENENTUAN JENIS LARUTAN

Tujuan : untuk mengetahui perbedaan antara larutan sejati, suspensi dan koloid
a. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum:
- Gelas kimia - Pasir
- Batang pengaduk - Garam
- Kertas saring - Tepung
- Air - Susu - Gula - Kopi

b. Langkah kerja :
1. Campurkan garam sebanyak 1 sendok teh dengan air sebanyak 10 ml kemudian aduk
dan didiamkan selama 3 menit, kemudian disaring menggunakan kertas saring
2. Campurkan gula sebanyak 1 sendok teh dengan air sebanyak 10 ml kemudian aduk dan
didiamkan selama 3 menit, kemudian disaring menggunakan kertas saring
3. Campurkan tepung sebanyak 1 sendok teh dengan air sebanyak 10 ml kemudian aduk
dan didiamkan selama 3 menit, kemudian disaring menggunakan kertas saring
4. Campurkan pasir sebanyak 1 sendok teh dengan air sebanyak 10 ml kemudian aduk dan
didiamkan selama 3 menit, kemudian disaring menggunakan kertas saring
5. Campurkan susu sebanyak 1 sendok teh dengan air sebanyak 10 ml kemudian aduk dan
didiamkan selama 3 menit, kemudian disaring menggunakan kertas saring
6. Campurkan kopi sebanyak 1 sendok teh dengan air sebanyak 10 ml kemudian aduk dan
didiamkan selama 3 menit, kemudian disaring menggunakan kertas saring c. Pertanyaan
:
1. Amati masing-masing campuran sebelum dan sesudah disaring. Catat semua hasil yang
anda peroleh
2. Tentukan diantara ke enam campuran tersebut yang merupakan larutan sejati, koloid dan
suspensi
3. Tulis perbedaan antara larutan sejati, koloid dan suspensi dari hasil pengamatan

PRAKTIKUM IV
PEMBUATAN LARUTAN

Tujuan : - Membuat larutan dari padatan dan dari larutan yang pekat
- Menentukan konsentrasi larutan
- Mengetahui cara penentuan sifat pelarutan suatu senyawa

Reaksi kimia dialam dan di laboratorium kebanyakan berlangsung tidak dalam bentuk senyawa
murni melainkan dalam bentuk larutan. Pada percobaan akan dibuat larutan dengan konsentrasi
tertentu dari larutan pekat melalui pengenceran dan dari padatan murni. Larutan yang akan dibuat
harus bisa dinyatakan konsentrasinya dengan beberapa satuan. Selain itu akan ditentukan juga

18
konsentrasi suatu larutan yang belum diketahui melalui titrasi dengan larutan baku yang sudah
diketahui konsentrasinya.
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dengan zat pelarut. Pelarut yang umum
digunakan adalah air. Cara untuk menyatakan banyaknya zat terlarut dan pelarut, dikenal beberapa
istilah konsentraasi, yaitu:
1. Persen berat (% b/b), yaitu banyaknya graam zat terlarut dalam 100 gram larutan. Tetapi
dalam praktek seringkali yang dimaksud dengan persen berat ialah banyaknya gram zat terlarut
dalam 100 ml larutan (% b/v). Larutan yang sangat encer sering digunakan istilah milligram
persen yaitu jumlah milligram zat terlarut dalam 100 ml larutan.
2. Persen volume (% v/v) yaitu jumlah milliliter zat dalam ml larutan
3. Molal (m) yaitu banyaknya mol zat terlarut dalam 1.000 gram larutan
4. Molar (M) yaitu banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan
5. Normal (N) yaitu banyaknya ekuivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan
6. Bagian per sejuta (part per million/ppm) yaitu jumlah milligram zat terlarut dalam sejuta
milligram larutan

Sehubungan dengan definisi tersebut, dapat dinyatakan :

Molaritas = Jumlah mol zat terlarut


Volume larutan (liter)

Jumlah mol zat = molaritas x volume = M . V


( dengan satuan volume adalah liter )

Dengan cara serupa dapat dinyatakan:

Jumlah grek zat = Normalitas x Volume = N.V

Mgrek zat = N. V ( dimana satuan V adalah milliliter )

Pada titik ekuivalen satuan titrasi selalu kita dapatkan jumlah grek zat-zat yang bereaksi sama.

N1 . V1 = N2.V2 (ini merupakan rumus dasar pada perhitungan analisa volumetrik)

Perubahan konsentrasi pada pengenceran


Pengenceran adalah penambahan pelarut murni pada suatu larutan. Pada pengenceran volume
larutan bertambah, tapi jumlah zat yang terlarut tetap.

Jumlah mol zat sebelum pengenceran = mol sesudah pengenceran


C1 . V1 = C2 . V2

Dengan jalan yang sama diperoleh :

19
N1 . V1 = N2 . V2

Bila dua larutan masing-masing dengan volume V1 dan V2 dengan konsentrasi C1 dan C2 di
campur dan tidak terjadi reaksi kimia, maka konsentrasi akhir dapat dihitung dengan rumus:

C = C1 . V1 + C2 . V2 N = N1 . V1 + N2 . V2
V1 + V2 V1 +V2

Prosedur Praktikum:

a. Alat dan bahan


- Gelas piala (beaker glass) 500 ml - Pipet ukur 10 ml dan 25 ml
- Gelas piala 100 ml - Neraca analitik
- Labu takar 100 ml dan 1000 ml - Kaca arloji dan botol
- Asam oksalatdihidrat (H2C2O4.2H2O) - semprot
NaOH padat
b. Langkah kerja
1. Timbang 6,3247 gram asam oksalatdihidrat, kemudian masukkan dalam labu ukur 1000 ml.
Tambahkan air sampai volumenya tepat 1000 ml (1 liter). Tentukan normalitas dan molaritas
larutan asam tersebut (sampai empat angka dibelakang koma). Simpan baik-baik larutan
untuk percobaan selanjutnya.
2. Pipet larutan tersebut sebanyak 10 ml lalu masukkan kedalam labu ukur 100 ml, kemudian
tambahkan pelarut air sampai dengan tanda batas. Hitung konsentrasi larutan ini dalam
Molaritas dan Normalitas.
3. Berdasarkan teori stoikiometri hitunglah berapa gram NaOH yang diperlukan untuk
membuat larutan NaOH 0,1 N, jika akan menggunakan labu takar 1000 ml. Timbanglah
NaOH sebanyak yang diperlukan (sesuai hasil perhitungan anda), kemudian pindahkan
secara kuantitatif NaOH tersebut ke dalam labu ukur 1000 ml yang bersih selanjutnya
tambahkan pelarut aquades sampai tanda batas. Kocoklah larutan tersebut di dalam labu
sampai homogen.
4. Pipet 25 ml larutan NaOH, kemudian masukkan ke dalam labu takar 100 ml kemudian
tambahkan aquades sampai tanda batas. Hitung konsentrasi larutan ini dalam Normalitas
dan Molaritas. Simpan baik-baik larutan ini untuk percobaan selanjutnya.

c. Pertanyaan
1. Buatlah perhitungan secara tepat hasil percobaan saudara.
2. Dalam pembuatan larutan standar asam oksalat 0,05 M mengapa berat (gram) asam oksalat
yang digunakan adalah 6,3247 gram dan bukan 12,6494 gram? Jelaskan secara stoikiometri
3. Secara teoritis berapa berat gram K2Cr2O7 (kalium dikromat) yang diperlukan untuk
membuat larutan 0,0500 N K2Cr2O7 dalam 100 ml larutan. (BM kalium dikromat =
294,21)
PRAKTIKUM V
ASIDI ALKALIMETRI

Tujuan : - Mengetahui cara penentuan kadar atau konsentrasi larutan asam dengan larutan basa yang
sudah diketahui konsentrasinya
- Menentukan kadar atau konsentrasi larutan asam oksalat
20
Asidi alkalimetri (titrasi asam basa) merupakan salah satu metode analisa volumetrik yang
merupakan bagian dari analisa kuantitatif. Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang bertujuan
menentukan kadar suatu unsur dalam suatu senyawa atau menentukan kadar suatu unsur dalam
suatu campuran.
Dasar reaksinya adalah reaksi netralisasi asam basa, yaitu reaksi ion H 3O+ dari asam dengan ion
OH- dari basa menghasilkan molekul air (H2O). Asidi adalah larutan basa dititrasi dengan larutan
baku asam, sebaliknya jika asam dititrasi dengan baku basa prosesnya disebut alkalimetri.

Contoh : HCl + NaOH H2O + NaCl

Dengan reaksi ion sebagai berikut :

H3O+ + OH- 2H2O

Pada titrasi asam asetat dengan NaOH akan dihasilkan garam yang berasal dari asam lemah dan
basa kuat.

NaOH(aq) + CH3COOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O( l )


Garam natrium asetat ini akan dihidrolisa dalam larutan sebagai berikut:

CH3COONa(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + NaOH( aq )

Hidrolisis adalah suatu reaksi seimbang, contohnya titrasi asam kuat dengan basa kuat atau
sebaliknya. Keduanya merupakan elektrolit kuat. Reaksi tersebut akan dihasilkan garam yang
terhidrolisa, yaitu garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat. Pada titrasi asam asetat dengan
NaOH, sebagian asam dan basanya tinggal di dalam larutan. Dalam titrasi aside alkalimetri, 1
ekuivalen asam atau basa adalah banyaknya senyawa ini yang dapat melepas 1 mol ion H+ (H3O+)
atau OH-. Pada akhir titrasi seharusnya:
Jumlah ekuivalen asam = jumlah ekuivalen basa
Saat persamaan ini tercapai disebut titik ekuivalen. Dalam kenyataan yang kita perhitungkan bukan
titik ekuivalen melainkan titik akhir titrasi yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna
indikator. Menurut Oswald, indikator pada umumnya adalah senyawa organik yang bersifat asam
atau basa lemah dan dalam larutan mengalami ionisasi sebagai berikut :

HIn H+ + In-
(bentuk asam) ( bentuk basa )

Suatu indikator berubah warnanya pada pH tertentu, misalnya:


Metal jingga (MO) : Merah pH 3,14 ,4 Kuning
Bromtimolblue (BTB) : Kuning pH 6,07 ,6 Biru
Phenolpthalien : Bening pH 8,09,6 Merah

Indikator yang digunakan dalam titrasi netralisasi dinamakan indikator pH, karena mengalami
perubahan warna sesuai perubahan larutan. Masing-masing indikator pH memiliki perubahan warna
sesuai perubahan warna yang khas pada daerah pH tertentu. Dalam titrasi asam asetat dengan
NaOH, dipakai indikator semacam itu. Dalam hal ini harus diketahui terlebih dahulu kisaran pH
untuk setiap perubahan reaksi, sehingga dapat dipilih indikator yang sesuai.
21
Analisa dijalankan dengan menitrasi asam asetat dengan larutan NaOH standar
CH3COO-(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O

Gram ekuivalen dari asam asetat dapat dihitung:


Grek asam asetat = V NaOH x M NaOH

Dengan : M NaOH = Molaritas NaOH


V NaOH = Volume NaOH yang diperlukan untuk menetralkan samua asam
Karena 1 grek asam asetat = 1 mol, maka
Berat asam asetat (gram) = Grek Asam Asetat x BM asam asetat
Prosedur Praktikum: - Neraca analitik
a. Alat dan bahan - Larutan satandar asam
- Burret oksalat
- Standar / statif 0 ,1000 N (…..M )
- Labu takar 100 ml - Larutan NaOH
- Erlenmeyer 250 ml - Larutan HCl
- Botol semprot - Indikator phenolptalein
- Gelas kimia
b. Langkah kerja
1. Membuat reagensia
- Membuat larutan NaOH 0,1 N (…..M)
Timbang dengan neraca teknik 4 gram NaOH dan larutkan dalam air suling hingga
volumenya menjadi 1 liter
- Membuat larutan baku asam oksalat 0,1000 N (…..M)
Asam oksalat dehidrat dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC – 110oC selama 1 –
1,5 jam, kemudian di dinginkan dalam desikator.
Timbang asam oksalat tersebut dengan teliti (dengan neraca analitik) sebanyak 6,2347
gram. Larutkan dengan teliti didalam gelas kimia 100 ml, kemudian pindahkan secara
kuantitatif ke dalam labu takar 1000 ml (1 liter) dan tambahkan pelarut sampai tepat
tanda batas. Kocok sampai larutan homogen.

2. Menentukan normalitas larutan NaOH terhadap larutan baku asam oksalat 0,1000 N
( …M )
- Pipet 25 ml oksalat 0,1000 N, kemudian masukkan kedalam Erlenmeyer. Tambahkan
2-3 tetes indikator phenolpthalien (sementara NaOH disiapkan dalam burret 50 ml ).
kemudian lakukan titrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna menjadi
merah muda. Hentikan segera penetesan NaOH jika warna merah muda yang muncul
tidak hilang lagi, karena pada saat ini titik titrasi telah tercapai.
- Ulangi pekerjaan ini dua kali dan hitung normalitas dan molalitas rata-rata larutan
NaOH itu sampai empat angka dibelakang koma.

c. Pertanyaan:
1. Buatlah hasil perhitungan yang tepat dari percobaan
2. Secara teoritis, gambarka kurva titrasi (pH terhadap milliliter NaOH yang telah
digunakan). Dari kurva tersebut. Tentukan titik ekuivalen titrasi.

22
PRAKTIKUM VI
ALKOHOL

Etanol (C2H5OH) adalah suatu cairan jernih yang bersifat penarik air dan mempunyai bau
yang khusus, nyalanya berwarna biru. Etanol dapat bercampur dengan air dalam segala
perbandingan, pada pencampuran itu terjadi kontraksi (misalnya 53 alkohol 38 ml air, hanya akan
menghailkan 96,3 ml campuran). Etanol adalah suatu pelarut yang baik, juga garam anorganik
dapat larut di dalamnya, gas juga lebih mudah dapat larut dalam alkohol dari pada dalam air.

Tujuan praktikum: Untuk mengetahui kelarutan alkohol


Alat dan bahan:
- Gelas kimia - Kalium
- Batang pengaduk - dikromat
- Burner - Natrium
dikromat
Aquades
- Etanol

a. Langkah kerja:
1. tambahkan beberapa tetes etanol (1-50 tetes), tetes demi tetes ke dalam air.
2. Catat/ perhatikan kelarutannya dalam air.

b. Pertanyaan :
Tulis persamaan reaksi dari percobaan.
PRAKTIKUM VII
KARBOHIDRAT

Karbohidrat atau disebut juga sakarida didefinisikan sebagai polihidroksi aldehid atau
polihidroksi keton. Senyawa karbohidrat dapat dibagi menjadi sub golongan berdasarkan jumlah
satuan dasar yang menyusunnya. Satuan dasar yang dimaksud adalah polihidroksi aldehid atau
polihidroksi keton tunggal. Kedua jenis penyusun ini mengandung gugus karbonil. Jika gugus
karbonil terdapat pada ujung bangun molekul linier maka satuan ini dinamakan aldosa.Jika gugus
karbonil terdapat pada urutan kedua rantai atom C dinamakan ketosa.
Karbohidrat terdiri atas monosakarida, disakarida dan polisakarida. Sub golongan
monosakarida adalah satuan dasar karbohidrat. Monosakarida terdiri atas glukosa, galaktosa dan
fruktosa. Rumus umum monosakarida adalah C6H12O6. Disakarida terdiri atas maltose, sukrosa dan
laktosa. Polisakarida terdiri atas pati, selulosa dan glikogen. Karbohidrat memiliki dua jenis
polimer, homopolisakarida dan heteropolisakarida. Homopolisakarida adalah polisakarida yang
tersusun atas monomer yang sama jenisnya, contoh: penyusunnya adalah monomer glukosa dengan
glukosa. Heteropolisakarida adalah polisakarida yang tersusun atas monomer yang beda jenisnya,
contoh: penyusunnya adalah monomer glukosa dengan galaktosa.
Beberapa sifat umum dan reaksi karbohidrat sebagai berikut:
a. Asam sulfat pekat dapat menghidrolisa ikatan glikosidik karbohidrat menjadi monosakarida.
Selanjtnya mengalami hidrolisis membentuk furfural dan derivatnya. Senyawa ini jika ditambah
sulfonated alfa naftol akan menjadi zat yang berwarna ungu.
b. Karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas mempunyai sifat mereduksi. Sifat
ini dapat diketahui jika ke dalam larutan tersebut ditambahkan larutan ion Cupri dalam suasana

23
alkalis. Kemudian larutan dipanaskan dan terbentuk endapan Cu 2O yang berwarna merah bata.
Uji adanya gugus reduksi dapat dilakukan dengan penambahan larutan yang mengandung ion
Cupri yaitu larutan Fehling, Benedict, Barfoed, dll. Khusus larutan Barfoed hanya dapat
direduksi oleh monosakarida.
c. Dehidrasi monosakarida keton akan menghasilkan furfural. Peristiwa dehidrasi ketosa
menghasilkan furfural lebih cepat dibandingkan dehidrasi monosakarida aldosa. Furfural yang
terbentuk dari dehidrasi tersebut dapat bereaksi dengan resorsinol yang menjadi warna merah (
uji Selliwanoff ).
d. Iodine dapat diabsorpsi oleh polisakarida hingga terjadi pewarnaan. Amilum dan larutan iod
menghasilkan warna biru. Larutan iodine dengan glikogen menghasilkan warna coklat. Dekstrin
dan larutan iodines menghasilkan warna merah coklat.

Tujuan praktikum: untuk mengetahui reaksi-reaksi pada karbohidrat

Alat: 6 buah tabung reaksi Bahan: Reagen benedict dan reagen iod
1 buah rak tabung reaksi Larutan glukosa
Pipet tetes Larutan sukrosa
Gelas piala Larutan fruktosa
Pemanas listrik Larutan laktosa
Larutan pati
Bubur kertas
Uji Benedict
Prinsip : larutan tembaga basa bila direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau
keton bebas akan membentuk kupro oksida (Cu2O) yang erwarna kuning sampai merah.
Prosedur Praktikum:
• Didihkan air dalam gelas piala
• Masukkan masing-masing 2 ml atau 40 tetes reagent benedict ke dalam enam buah tabung
reaksi
• Tambahkan 8 tetes larutan karbohidrat pada masing-masing tabung.
• Kocok sebentar. Lihat perubahan warna yang terjadi.
• Setelah itu masukkan tabung-tabung tersebut ke dalam air yang telah mendidih selama 3
menit.
• Dinginkan kemudian lihat perubahan warna yang terjadi.

Uji Iodine
Prinsip : Larutan Iodine dengan pati dapat membentuk ikatan komplek yang berwarna biru.
Komponen pati yang berperan membentuk warna adalah amilosa.
Prosedur Praktikum:
• Masukkan masing-masing 2 ml atau 40 tetes larutan karbohidrat ke dalam enam buah tabung
reaksi
• Tambahkan 3 ml larutan Iodine pada masing-masing tabung.
• Kocok sebentar. Lihat perubahan warna yang terjadi.

24
PRAKTIKUM VIII
PROTEIN

Protein merupakan senyawa organik penting yang berperan dalam katalis reaksi ( pembentuk
enzim), pengangkut oksigen, sumber energi dan sebagai antibodi. Penyusun protein adalah asam
amino. Protein dapat mengalami denaturasi (kerusakan). Protein yang mengalami denaturasi akan
menggumpal.

Tujuan praktikum: Mengetahui proses denaturasi protein dan reaksi-reaksi pada protein.

Alat: 3 buah tabung reaksi Bahan: Albumin


1 buah rak tabung reaksi Putih telur
Gelas piala NaOH 1 N
Pemanas listrik Aquades
HCl 1 N

Uji denaturasi protein oleh panas


Prosedur Praktikum:
• Isi 3 buah tabung reaksi dengan 5 ml albumin.
• Masukkan 0,5 ml HCl 1 N pada tabung reaksi 1, masukkan 0,5 ml NaOH 1 N pada tabung
reaksi 2 dan masukkan 0,5 ml aquades pada tabung reaksi 3.
• Masukkan semua tabung reaksi pada penangas air mendidih selama 10 menit.
• Angkat dari penangas air, kocok sebentar, catat mana yang menggumpal paling awal dan
mana yang menggumpal paling akhir.
• Lakukan hal yang sama dengan bahan protein berupa putih telur.

Uji protein dengan reagen Biuret


Alat: 3 buah tabung reaksi Bahan: Albumin
1 buah rak tabung reaksi Putih telur
Pipet tetes Aquades
Gelas ukur Reagen biuret
Prosedur Praktikum:
• Masukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi larutan albumin, putih telur dan aquades
sebanyak 1 ml.
• Tambahkan 4 ml reagen biuret pada masing-masing tabung.
• Kocok sebentar dan diamkan selama 30 menit.
• Setelah 30 menit amati perubahan warna yang terjadi.
Uji protein dengan reagen Ninhidrin
Alat: 3 buah tabung reaksi Bahan: Albumin
1 buah rak tabung reaksi Putih telur
Pipet tetes Glukosa
Pemanas listrik Reagen ninhidrin

Prosedur Praktikum:

25
• Masukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi larutan albumin, putih telur dan glukosa
sebanyak 3 ml.
• Tambahkan 0,5 ml reagen ninhidrin pada masing-masing tabung.
• Kocok sebentar dan panaskan sampai mendidih.
• Keluarkan tabung reaksi dari pemanas air dan amati perubahan warna yang terjadi pada
masing-masing tabung pada menit 1 setelah dikeluarkan dari pemanas air, menit ke- 5 ,
menit ke-10 dan menit ke-15

DAFTAR PUSTAKA

Day Underwood, 1986. Analisis Kimia Kuantitatif, Diterjemahkan oleh R. Surendro edisi ke-5 FK
UNIAR Surabaya.

Hargis L. G, 1988. Analytical Chemistry, Prentice Hall, International Ed University of New


Orleans, USA.

Ibrahim F and Becks G, 1992. Bahan Kimia dan Keselamatan Kerja di Laboratorium, Terjemahan
F-MIPA Universitas Andalas Padang.

Rohmer F and Becks G, 1988. Students Experiments Chemistry : Saundera College Publishing,
USA.

26

Anda mungkin juga menyukai