Anda di halaman 1dari 10

Asistensi Biofarmasetika

Asistensi Biofarmasetika
Tata Tertib
1. Sebelum melaksanakan praktikum, praktikan wajib mengikuti pengarahan oleh dosen
pengampu masing-masing acara praktikum. Mekanisme pengarahan diserahkan
kepada masing-masing dosen.
2. Pada hari praktikum, praktikan harus sudah siap 15 menit sebelum jam praktikum
3. Syarat mengikuti praktikum :
4. Membawa dan mengenakan jas praktikum
5. Menyerahkan laporan praktikum sementara dan laporan akhir sebelumnya (kecuali
untuk praktikum minggu pertama).
6. Membawa perlengkapan praktikum berupa : jas praktikum, masker, sarung tangan,
serbet, kalkulator, kertas label dan perlengkapan lain yang diperlukan.
7. Praktikan wajib mengenakan jas praktikum selama berada di dalam laboratorium, dan
diwajibkan mengenakan masker hidung dan sarung tangan selama bekerja langsung
dengan hewan uji.
8. Praktikan diwajibkan berada di laboratorium selama acara praktikum berlangsung
kecuali untuk istirahat shalat dan makan (maksimal 30 menit) secara bergantian dalam
satu kelompok. Untuk keperluan tersebut praktikan wajib memberitahu
asisten/petugas jaga.
Tata Tertib
9. Selama jam praktikum, praktikan diwajibkan ikut menjaga ketenangan dan ketertiban di
laboratorium serta lingkungan di sekitarnya.
10. Jika praktikan akan meninggalkan laboratorium untuk istirahat atau telah menyelesaikan acara
praktikum, jas praktikum harus dilepas dan tidak boleh dikenakan di luar laboratorium.
11. Selama jam praktikum praktikan tidak diperkenankan meninggalkan kampus, kecuali atas izin
tertulis yang diberikan dosen atau asisten jaga untuk hal-hal yang bersifat sangat khusus,
darurat atau mendesak.
12. Lima belas menit sebelum jam praktikum berakhir, praktikan diwajibkan mengembalikan
semua alat dan bahan yang dipinjam dalam keadaan bersih dan rapi kepada laboran.
13. Praktikan diwajibkan membuat laporan sementara dikerjakan pada buku petunujuk
praktikum dengan mengisi bagian yang masih kosong secara individu dan dikumpulkan
sebelum praktikum dimulai. Laporan sementara harus ada untuk diperiksa oleh asisten, oleh
karena itu, jika tidak membawa laporan sementara maka praktikan tidak bisa mengikuti
praktikum.
14. Hasil sementara saat praktikum ditulis di laporan sementara.
15. Laporan akhir ditulis di buku berukuran folio secara individu dan dikumpulkan di saat
praktikum selanjutnya.
16. Izin tidak mengikuti praktikum disampaikan kepada koordinator praktikum dan dosen
pengampu, tidak ada inhal/praktikum pengganti. Mahasiswa yang tidak hadir praktikum tanpa
pemberitahuan tertulis akan diberikan nilai 0 (nol) untuk mata praktikum yang ditinggalkan.
17. Jika tidak mengikuti 2 x pertemuan praktikum, maka praktikan tidak dapat mengikuti
responsi.
KETENTUAN LAPORAN
1. Laporan praktikum biofarmasetika terdiri dari 2 jenis, yaitu : laporan sementara dan laporan akhir.
Laporan sementara dikerjakan secara individu (ditulis tangan dan telah disahkan oleh dosen/asisten
praktikum) dengan mengisi bagian yang belum terisi pada buku petunjuk praktikum dan bobot penilaian
terletak pada :
a) Pelaksanaan Percobaan (Alat, Bahan)
b) Panduan Cara Pengujian (Cara Kerja)
2. Sedangkan laporan akhir dikerjakan di buku laporan akhir (buku berukuran folio) secara individu ditulis
tangan dengan sistematika sebagai berikut :
a) Cover
b) Judul
c) Tujuan
d) Hasil dan pembahasan
e) Kesimpulan
f) Daftar Pustaka
3. Laporan harus merupakan hasil pekerjaan mandiri sesuai hasil pengamatan saat praktikum. Hal-hal
semacam “copy-paste” laporan sebelumnya tidak diperkenankan dan pelanggaran terhadap hal ini dapat
berakibat diberikannya nilai nol bagi praktikan yang bersangkutan.
4. Setiap kutipan terhadap hasil penelitian terdahulu atau referensi lain yang terkait harus disitasi di naskah
serta dicantumkan pada Kepustakaan dengan mengacu pedoman penulisan skripsi Jurusan Farmasi
FIKES Unsoed.
5. Laporan sementara dan laporan akhir harus dikumpulkan sebelum pelaksanaan praktikum minggu
berikutnya. Praktikan yang melanggar ketentuan tersebut tidak diperkenankan mengikuti praktikum dan
tidak akan ada kesempatan untuk inhal.
Contoh Cover
Acara Praktikum

Modelling dan Analisis Data Biofarmasetika dengan WINSAAM

Uji Disolusi

Uji Sel Difusi


Modelling dan Analisis Data Biofarmasetika dengan
WINSAAM
Uji Disolusi
• Tujuan Percobaan
Mengetahui cara pelaksanaan uji disolusi tablet biasa (immediate release)
Mengetahui cara pelaksanaan uji disolusi tablet salut (modified release)
Dapat melakukan perhitungan dan menganalisis hasil uji disolusi tablet biasa
• Teori
Disolusi didefinisikan sebagai suatu proses melarutnya zat kimia atau senyawa obat dari sediaan padat ke
dalam suatu medium tertentu. Uji disolusi berguna untuk mengertahui seberapa banyak obat yang melarut
dalam medium asam atau basa (lambung dan usus halus) (Ansel, 1989). Laju disolusi suatu obat adalah
kecepatan perubahan dari bentuk padat menjadi terlarut dalam medianya setiap waktu tertentu. Jadi disolusi
menggambarkan kecepatan obat larut dalam media disolusi.
Kecepatan disolusi adalah suatu ukuran yang menyatakan banyaknya suatu zat terlarut dalam pelarut tertentu
setiap satuan waktu. Suatu hubungan yang umum menggambarkan proses disolusi zat padat telah
dikembangkan oleh Noyes dan Whitney dalam bentuk persamaan berikut:

Dengan dC/dt = kecepatan disolusi bahan obat


K = tetapan kecepatan disolusi
S = luas permukaan bahan obat yang berdisolusi
Cs = kelarutan bahan obat (jenuh)
C = kadar bahan obat yang terlarut dalam cairan medium
Uji Disolusi
• USP 27, NF22 mengakui tujuh tipe alat disolusi dan dalam beberapa kasus
diizinkan dilakukan modifikasi. Pilihan alat disolusi harus dipertimbangkan selama
pengembangan metode disolusi, karena dapat mempengaruhi hasil dan durasi
pengujian. Jenis bentuk sediaan yang sedang diteliti adalah pertimbangan utama
dalam pemilihan alat. Klasifikasi alat dalam USP: tipe 1 (keranjang), tipe 2
(dayung), tipe 3 (silinder reciprocating), tipe 4 (flow-through cell), tipe 5 (paddle
over disk), tipe 6 (silinder), tipe 7 (reciprocating holder). Farmakope Eropa (Ph.
Eur.) juga telah mengadopsi beberapa desain alat yang digambarkan dalam USP,
dengan beberapa modifikasi kecil dalam spesifikasinya (Kramer et al., 2005).
• Dari semua tipe, tipe 1 dan 2 adalah yang paling banyak digunakan di seluruh
dunia, terutama karena kedua tipe tersebut sederhana, kuat, dan desain alatnya
cukup standar, dan didukung oleh pengalaman yang banyak dari pengguna jika
dibandingkan dengan tipe peralatan lainnya. Karena keunggulan ini, kedua tipe ini
biasanya merupakan pilihan pertama dalam uji disolusi in vitro bentuk sediaan
padat (baik sediaan pelepasan langsung maupun pelepasan
terkontrol/dimodifikasi) (Kramer et al., 2005).
Uji Sel Difusi
• Tujuan Percobaan
Mampu mempraktikkan cara pelaksanaan uji sel difusi (sistem oklusif).
Mampu menganalisis dan mengintepretasikan hasil uji sel difusi.
• Teori
Obat dapat memberikan efek, apabila terlepas dari basisnya. Setelah obat kontak dengan stratum
korneum maka obat akan menembus epidermis dan masuk dalam sirkulasi sistemik secara difusi.
Untuk berdifusi dengan melewati membrane molekul, obat harus masuk dan melarut terlebih dulu
dalam membran tersebut. Selanjutnya, obat berdifusi meninggalkan membran dan masuk ke dalam
medium reseptor.
Uji sel difusi merupakan uji in vitro ynag digunakan untuk melakukan evaluasi kemampuan permeasi
suatu obat dan melihat profil pelepasan obat dari sediaan. Pada uji ini, permeasi melalui kulit diukur
secara langsung dengan mengambil sampel di bawah membrane. Metode in vitro lebih cepat dan
lebih mudah dilakukan, namun belum sepenuhnya mewakili hubungan antara kondisi pada system
dengan keadaan sebenarnya manusia (Walters et al., 2002).
Sel difusi yang umum digunakan adalah sel difusi Franz. Metode ini menggunakan potongan kulit
manusia dan hewan yang diletakkan pada sel difusi yang mengandung cairan reseptor (phospat
buffer saline Ph 7,4) yang dijaga suhu sistemnya pada 37 ± 0,5ºC. Sistem ini berusaha
menggambarkan kondisi tubuh manusia. Sediaan uji diletakkan di atas membrane dan permeasi
pada cairan reseptor diukur tiap satuan waktu tertentu (Walters et al., 2002).
Kecepatan difusi dihitung menggunakan nilai slope pada grafik linier log C/t atan ln C/t. Nilai slope
menunjukkan laju perpindahan zat antara kompartemen asal dan kompartemen tujuan.

Anda mungkin juga menyukai