FISIOLOGI HEWAN
BIZ 302
Disusun oleh:
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Kuasa atas segala rahmat dan karuniaNya, yang telah diberikan kepada para
penyusun buku petunjuk praktikum Fisiologi Hewan ini. Sehingga buku petunjuk praktikum
Fisiologi Hewan ini dapat sampai kepada para pembaca dan pengguna, utamanya para
mahasiswa program studi Biologi FST Universitas Airlangga. Penulisan dan penyusunan
buku petunjuk praktikum ini, dilandasai pemikiran bahwa kegiatan praktikum Fisiologi
hewan di prodi Biologi, departemen Biologi FST Universitas Airlangga mem butuhkan buku
petunjuk praktikum ini, penulis dan penyusun sangat menyadari masih banyak
kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran dari para pembaca dan pengguna buku ini,
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan buku petunjuk praktikum ini di kemudia
hari.
Tim Penyusun
TATA TERTIB PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
3. Bagi yang terlambat pre-test, tidak diberikan waktu kompensasi (pre-test tetap
berlangsung) dan maksimal keterlambatan adalah 20 menit (lebih dari 20 menit
dilarang mengikuti praktikum).
4. Praktikan wajib hadir praktikum 100%, apabila tidak dapat hadir harus
menyertakan bukti / alasan yang sah kepada dosen pembina praktikum dan
diwajibkan mengikuti acara inhal di hari terakhir praktikum (maksimal inhal adalah
2 topik, tanpa nilai Pre-test) dengan membayar sejumlah biaya praktikum yang
akan ditentukan kemudian (bila presensi kurang dari 100%, mahasiswa dinyatakan
gagal dan tidak diperkenankan mengikuti Ujian Akhir Praktikum, serta
memperoleh Nilai Akhir Praktikum = 0).
7. Format Laporan Hasil Praktikum, meliputi : Judul, Tujuan, Dasar Teori, Bahan &
Alat, Cara Kerja, Hasil & Pembahasan, Kesimpulan, Daftar Pustaka diketik font
12 Times New Roman, 1 ½ spasi Laporan cukup dibuat 1 eksemplar setiap
kelompok praktikum.
8. Komposisi Nilai Akhir Praktikum (NAP) = 10% Soft skills + 15% Pre Test + 25%
Laporan + 25% UTS + 25% UAS
3
Contoh cover format laporan praktikum:
JUDUL PRAKTIKUM
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pelaksanaan : (Hari dan Tanggal Praktikum)
Asistensi : Nama Dosen
Logo Unair
Departemen Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga
2022
4
GARIS GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN (GBPP)
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
Deskripsi
Tujuan
Kompetensi
1. Dapat menjelaskan prinsip-prinsip fisiologi yang terjadi pada mahkluk hidup (2)
2. Dapat bekerja secara berkelompok dan melakukan koordinasi dalam kelompok (5)
Pustaka acuan
1. Schmidt -Nelson. 1991. Animal Physiology, Adaptation and Environment,
Cambridge University Press.
2. Guyton. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, EGC - Jakarta.
3. Anonimus. 2000. Pelunjuk Praktikum Fisiologi Hewan, .lurusan Biologi - UGM,
Tidak dipublikasikan.
5
Daftar Isi
Halaman
6
ACARA PRAKTIKUM: I
PENGGUNAAN HEWAN COBA
Dasar Teori
Berbagai hewan coba biasa digunakan dalam kegiatan praktikum atau kegiatan
penelitian di bidang biologi atau di bidang kesehatan. Hewan coba yang biasa dipakai
untuk uji toksisitas suatu bahan aktif atau bahan toksik adalah mencit (Mus musculus, L)
tikus putih (Rattus norvegicus, L), maupun kelinci (Cavia cobaya, L). Berbagai cara
pemberian perlakuan terhadap hewan coba dapat dilakukan dengan cara:
1. per oral
2. per inhalasi
3. intra vena
4. intra peritoneal
5. subcutan
6. intra muscular
Uji Toksisitas
Uji toksisitas suatu bahan , terdiri atas :
1. Kronis --- pemberian zat kimia sedikit demi sedikit dalam jumlah tidak terlalu
membahayakan, tetapi dapat menyebabkan akumulasi dalam tubuh.
2. Akut --- pemberian zat kimia sebanyak satu/beberapa kali datam jangka waktu
24 jam.
3. Jangka pendek --- pemberian zat kimia berulang-ulang (setiap hari) selama
jangka waktu kurang dari 10% masa hidup hewan, contoh: tikus - 3 bulan.
4. Jangka panjang --- pemberian zat kimia berulang-ulang (setiap hari) selama
sebagian besar masa hidup hewan, contoh : tikus - 24 bulan, mencit --18 bulan
LD50 : dosis tunggal suatu zat yang secara statistik diharapkan dapat membunuh 50%
hewan coba
Tujuan :
Mempelajari dan memahami berbagai prinsip penanganan hewan coba terutama
pemberian perlakuan secara oral, sub cutan, intra peritoneal, intra muscular dan intra
dermal serta pengambilan sampel darah.
7
Bahan dan Alat :
• Tikus atau mencit dewasa jantan dan betina
• Syringe (1,0 dan 2,5 ml) yang dilengkapi kanula
Cara Kerja
Lakukan beberapa langkah kerja sebagai berikut :
Cara memegang mencit
8
Perlakuan intra peritoneal
9
Perlakuan subcutan
10
ACARA PRAKTIKUM: II
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Dasar Teori
Jantung adalah organ yang berfungsi untuk memompa darah. Gerakan otot
jantung berasal dari nodus Sinus Atrial (SA node), yang mengakibatkan kontraksi otot
atrium. Gerakan kontraksi bergerak melalui berkas His (Bundle of Hiss), yang
selanjutnya mengakibatkan kontraksi ventrikel.
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di
dalam pembuluh darah dan beredar mencapai seluruh jaringan. Tekanan darah
tergantung pada kekuatan clan volume darah yang dipompa oleh jantung, dan kontraksi
otot arteriol. Teicanan darah dibedakan atas sistole dan diastole.
Tekanan sistole adalah tekanan darah pada saat jantung menguncup diakibatkan
oleh kontraksi otot ventrikel (tekanan dari ventrikel meninggalkan jantung). Darah dari
ventrikel sinister mengalir ke lengkung aorta sinister, darah dari ventrikel dexter
mengalir ke arteri pulmonalis. Pada pemeriksaan tekanan darah, sistole adalah bunyi
yang pertama kali terdengar. Sedangkan tekanan diastole adalah tekanan saat jantung
mengendor kembali atau tekanan dari atrium menuju ventrikel yang diakibatkan oleh
kontraksi otot atrium. Tekanan darah ini dapat dirasakan pada denyut jantung (dada
sebelah kiri) atau sebagai denyut pembuluh nadi pada berbagai bagian tubuh (seperti
pelipis, lipatan siku, pergelangan tangan, leher, dsb).
Kekuatan tekanan darah disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Secara langsung :
a. Kekuatan pompa jantung, berkaitan dengan aktivitas jantung
b. Keadaan pembuluh darah (nadi), jika pembuluh darah vasodilatasi maka
tekanan darah menjadi turun
c. Volume dan kepekatan darah, semakin banyak volume dan kepekatannya
maka tekanan darahnya semakin naik karena ada energi potensial yang
tersimpan
2. Secara tidak langsung :
a. Sistem saraf (simpatis dan parasimpatis), dapat terganggu karena berbagai hal
(stress, olahraga, bekerja, obat perangsang / penenang)
b. Makanan yang dikonsumsi
11
c. Umur dan jenis kelamin
d. Perubahan suhu, detak jantung akan meningkat setiap kenaikan suhu 10°C
(dikenal sebagai hukum Van’t Hoff)
Tujuan
Memahami prinsip kerja sphygmomanometer manual dan digital dalam pengukuran
desakan darah arteri serta berbagai faktor yang mempengaruhinya
Cara Kerja
Carilah teriebih dahulu pembuluh darah arteria branchialis (yang nanti letaknya
berdekatan dengan lengan yang dibebat) dan dengarkan bunyi desakan darah
yang ada melalui stetoskop
Lengan kid praktikan yang tidur terlentano dibebat sphygmomanometer, serta
udara diisikan di dalam pembebat sehingga air raksa menunjukkan angka 170
mm Hg
Keluarkan udara secara perlahan-lahan dari sphygmomanometer sambil tetap
mendengarkan bunyi desakan udara melalui stetoskop
Catatlah tinggi permukaan air raksa tepat ketika bunyi desakan darah pertama
yang terdengar serta bunyi desakan udara pertama kali menghilang sama sekali
Ulangi percobaan ini selama 3 kali untuk setiap praktikan dan selanjutnya
diambil rerata
Ulangi langkah tersebut di atas ketika praktikan telah berjalan / berlari lebih dulu
selama 3 menit (sebagai perbandingan dengan keadaan di atas)
Ulangi langkah tersebut di atas ketika tangan praktikan telah direndam dalam
tempat yang berisi air es selama 1- 2 menit (sebagai pembanding keadaan di atas)
Apakah terdapat perbedaan hasil yang nyata pada data percobaan di atas?
12
Sphygmomanometer manual
Sphygmomanometer digital
13
ACARA PRAKTIKUM: III
PENGUKURAN KADAR HEMOGLOBIN
Dasar Teori
Hemoglobin (Hb) tersusun atas empat senyawa heme yang berikatan dengan
rantai globin yang berbeda. Ada beberapa jenis rantai globin, yaitu rantai α, β, δ dan γ.
Hb normal orang dewasa adalah Hb-A yang mengandung dua rantai α dan dua rantai β.
Rantai α mengandung 141 asam amino dan β terdapat 146 asam amino. Rantai α dan β
disatukan oleh unit heme yang mengandung asam amino histidin sebagai sisi perekat.
Tiap unit heme mengandung Fe sebagai pusatnya yang nantinya akan berikatan dengan
O2 dan setiap molekul Hb mampu mengikat 4 molekul O 2. Hb berfungsi sebagai alat
transportasi O2 serta membawa hasil akhir proses respirasi (CO 2). Hb merupakan
komponen utama eritrosit. Setiap eritrosit mengandung 640 juta molekul Hb Darah orang
normal mengandung sekitar 15 gram Hb dalam setiap 100 ml darah dan setiap gram Hb
dapat berikatan dengan maksimum 34 ml O 2.
Sintesis Hb berlangsung di dalam sumsum tulang. Langkah awal sintesis ini
dimulai dengan bergabungnya suksinil Ko-A, glisin, dan piridoksilat fosfat yang
dikatalisis oleh δ-ALAS (asam aminolevulinat sintetase) membentuk δ-ALA. Dengan
bantuan enzim δ-ALAD (aminolevulinat dehidratase), maka dua molekul δ-ALA akan
membentuk porfobilinogen. Porfobilinogen akan diubah menjadi.polipiril metan oleh
enzim porfobifinogen. Melalui katalis enzim uropofirinogen kosintetase, polipiril metan
diubah menjadi uroporfirinogen yang dapat mengalami modiflkasi membentuk
kopropofirin. Koproporfirin selanjutnya akan berubah menjadi protopofirin dengan
bantuan enzim protoporfirinogen oksidase. Selanjutnya enzim HS (heme sintetase) serta
penempatan ion Fe (yang dikatalisis oleh enzim ferokelatase) di pusat cincin porfirin,
akan mengubah protoforfirin menjadi heme.
Destruksi Hb menjadi Fe, globin, dan biliverdin terjadi di dalam hati dan limpa.
Protein globin akan masuk kembali dalam pool asam amino, sedangkan biliverdin akan
direduksi menjadi bilirubin. Ion Fe akan diangkut protein transferin plasma ke sumsum
tulang untuk digunakan kembali dalam biosintesis Hb.
Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menyebabkan suatu keadaan yang
disebut anemia. Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menyebabkan oleh beberapa
14
hal baik faktor internal maupun faktor ekstemal. Faktor intemal yang mempengaruhi
kadar Hb darah adalah kurangnya kadar Fe dalam darah sehingga akan menghambat
sisntesis Hb. Untuk faktor ekstemal dapat disebabkan oleh adanya logam berat dalam
darah dengan konsentrasi tinggi sehingga mampu menginaktivasi enzim yang
mengandung gugus sulfit dan mampu menghambat sintesis Hb, proses kemoterapi
(mampu menekan pertumbuhan sel) serta penyinaran/radiasi.
Tujuan
Praktikan dapat mempelajari dan memaharni prinsip kerja cara penentuan kadar Hb
dengan metode Sahli (pembentukan asam hematin). Kadar asam ini diukur dengan
membandingkan warna standart secara visual.
Cara Kerja
Carilah terlebih dahulu pembuluh darah arteria branchialis dan keluarkan darahnya
± 1,0 ml (jika menggunakan manusia) atau keluarkan darah melalui intra cardiac
(jika menggunakan hewan coba tikus), letakkan darah dalam botol penampung (yang
sudah diberi sedikit EDTA)
Isilah tabung pengencer/pengukur hemometer dengan 0,1 N HCI sampai
menunjukkan angka 2
Hisaplah darah dengan pipet Hb sampai angkanya menunjukkan 20, hapuslah darah
yang melekat pada ujung pipet
Sebelum darah mengalami penjedalan, segera masukkan ke dalam tabung pengencer
hemometer yang teiah berisi 0,1 N HCI
Hisaplah HCI dalam tabung ke dalam pipet dan dikeluarkan lagi, ulangi sampai 3
15
kali (apa tujuannya?)
Diamkan selama 8 - 10 menit (apa tujuannya?)
Encerkan dengan akuades setetes demi setetes sambil diaduk dengan batang
pengaduk, sampai wamanya sesuai dengan wama standar
Bacalah angka yang sesuai dengan tinggi permukaan Isrutan darah ini (menunjukkan
kadar Hb)
Ulangi periakuan diatas sampai 3 kali dan hasilnya dirata-rata
Keterangan
Jika memakai metode Cyanmethemoglobin maka menggunakan larutan Drabkin yang
mengandung Kalium femsianida [KsFe(CN)s] untuk mengoksidasi Hb menjadi methb
dan selanjutnya bereaksi dengan Kalium sianida (KCN) menjadi cyanthmethemoglobin.
Absorbansia kemudian diukur pada gelombang 540 nm (filter hijau).
Reagen Drabkins :
NaHC02 1,0 gr
KCN 50,0 mgr
K3Fe(CN)6 200,0 mgr
Aquadest 1,0 1t
Larutan tersebut disimpan dalam botol coklat dan diganti setiap bulan
16
ANTI KOAGULASI PADA PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
Pada pemeriksaan hematologi, dibutuhkan anti koagulan untuk mancegah terjadinya
pembekuan darah. Tidak semua anti koagulan dapat dipakai, karena ada yang dapat
mempengaruhi morfologi eritrosit dan leukosit. Beberapa macam anti koagulan yang
sering dipergunakan adalah :
1. EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid)
Antikoagulan dengan prinsip sebagai chelating agent, yang dipergunakan adalah
garam Na dan K untuk mengubah ion Ca dalam darah menjadi bentuk yang bukan
ion. EDTA tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuk eritrosit ataupun leukosit,
dapat mencegah penggumpalan trombosit, Pemakaian 1 mg serbuk kering dapat
mencegah pembekuan 1 ml darah. Dapat dipergunakan untuk menentukan : Kadar
Hb, PCV, LED, Penentuan golongan darah, Penghitungan sel darah, dan Pembuatan
hapusan sel darah.
2. HEPARIN
Merupakan antikoagulan normal dalam tubuh, beke6a sebagai anti trombin dan anti
tromboplastin. Jarang dipergunakan untuk pemeriksaan hematologis. Pada
pemerikaan kurang dari 2 jam, tidak mempengaruhi bentuk eritrosit dan leukosit
tetapi tidak baik untuk pemeriksaan hapusan darah. Diperiukan sebanyak 0,1-0,2 mg
setiap 1ml darah. Dapat dipergunakan untuk menentukan: PCV dan Penghitungan sel
darah.
3. KALIUM OKSALAT
Dapat membentuk ikatan dengan Ca darah, membentuk Ca-0ksalat yang tidak larut.
Dibutuhkan 2 mg untuk setiap I ml darah. Dapat menyebabkan penyusutan volume
darah sehingga tidak baik untuk pemeriksaan volume sel mengguriakan hematokrit.
4. NATRIUM OKSALAT
Dapat membentuk ikatan dengan Ca darah, membentuk Ca-oksalat yang tidak larut.
Dibutuhkan dalam bentuk larutan 0,1 N dengan perbandingan 1: 9 = Na-oksalat ;
Darah.
5. NATRIUM SITRAT
Dapat membentuk ikatan dengan Ca darah, membentuk Ca-sitrat yang tidak larut.
Dibutuhkan dalam bentuk larutan 3,8% dengan perbandingan 1: 4= Na-sitrat : Darah.
17
ACARA PRAKTIKUM: IV–V
PENENTUAN JUMLAH ERITROSIT DAN LEUKOSIT
Dasar Teori
Darah adalah partikel suspensi yang mengandung elektrolit. Darah terdiri atas 2
bagian yang penting, yaitu plasma darah dan sel darah. Di dalam plasma darah terdapat
air (dengan elektrolit terlarut) serta protein darah (albumin, globulin, dan fibrinogen).
Sedangkan komponen sel darah adalah eritrosit, leukosit, dan trombosit. Ketiga sel
tersebut terbentuk dari stem cell yang sama, yaitu sel induk pluripotent. Pada mamalia
dan unggas, pembentukan sel darah pertama kali terjadi di dalam yolk sac. Sekitar
pertengahan kehamilan, pembentukan sel darah terjadi di dalam beberapa jaringan tubuh,
misalnya sumsum tulang, hati, limpa, timus, dan nodus limpatikus. Menjelang masa
kelahiran sampai & dewasa, sumsum tufang pipih berperan utama dalam hematopoeiesis
tersebut.
18
menyebabkan terjadinya peningkatan kecepatan pembelahan sel hemositoblast.
Eritrosit matang tidak mempunyai inti, mitokondria, ataupun RE, tetapi mempunyai
enzim sitoplasma yang mampu memetabolisme glukosa meialui proses glikolitik
untuk membentuk ATP. ATP diperlukan untuk menjaga kehidupan eritrosit dan
kelenturan membran sel. Seiring pertambahan waktu, sistem metabolisme menjadi
kurang aktif sehingga mengakibatkan kerapuhan membran sel.
Tujuan
Praktikan dapat mempelajari dan memahami prinsip kerja bilik hitung improved
Neubauer yang digunakan dalam penghitungan jumlah eritrosit / leukosit
19
Bahan dan Alat
Bilik hitung Improved Neubauer
Pipet pencampur 1- 101 (pengenceran 100 kali, untuk eritrosit)
Pipet pencampur 1- 11 (pengenceran 10 kali, untuk leukosit)
Mikroskop
Darah kapiler / intra cardiac
Larutan Hayem (mengandung HgCl2 = 0,25 g; NaCl = 0,5g; Na2SO4 = 2,5g;
akuades = 100 ml)
Larutan Turk (mengandung asam asetat glacial = 3 ml; Gentian violet 1% = 1 ml;
akuades = 100 ml) ---- larutan Turk dapat digantikan dengan asam asetat 3%.
Alkohol 70% dan kapas
Hand counter
Jarum suntik ukuran 1 ml dan 2,5 ml
Cara Kerja
Carilah terlebih dahulu pembuluh darah arteria branchialis dan keluarkan darahnya
± 1,0 ml (jika menggunakan manusia) atau keluarkan darah melalui intra cardiac
(jika menggunakan hewan coba tikus), letakkan darah dalam botol penampung
(yang sudah diberi sedikit EDTA)
20
Jadi jumlah bujur sangkar yang dihitung sebanyak 4 x 16 = 64, dengan setiap sisinya
mm
Cara penghitungan (diamati pada pembesaran mikroskop 10 x 10) :
Jumlah bujur sangkar yang dihitung = 64 kali
Volume setiap bujur sangkar = 1/160 mm3
Darah yang diencerkan = 10 kali
Jumlah leukosit yang terhitung =L
Maka jumlah leukosit per mm 3 = L/64 x 160 x 10
Catatan :
Bandingkanlah jumlah leukosit dan eritrosit antara manusia dan hewan coba
Sel leukosit dan eritrosit yang dihitung adalah sesuai dengan perjanjian yang telah
ditetapkan semula, misalnya sel yang terletak pada garis batas sebelah kid dan atas
dad setiap bujur sangkar masih ikut dihitung, tetapi sel yang terletak di garis batas
sebelah kanan dan bawah tidak dihitung
Usahakan untuk menghitung sel darah dengan memakai alat penghitung/hand
counter
Bilik hitung Improved Neubauer, membentuk bujur sangkar dengan sisi 3 mm. Bilik
ini terbagi menjadi 9 bujur sangkar kecil dengan sisi masing-masing 1 mm. Bujur
sangkar yang di tengah dibagi lagi menjadi 25 kotak dengan sisi 115 mm, sedangkan
yang di pojok dibagi lagi menjadi 16 kotak dengan setiap sisi ¼ mm
21
Gambar Bilik Hitung Improved Neubauer:
22
ACARA PRAKTIKUM: VI
PENENTUAN GOLONGAN DARAH DAN KADAR GULA DARAH
Dasar Teori
I. Penentuan Golongan Darah Sistem A,B & O
Seseorang dapat meninggal apabila kehilangan 40% darahnya pada waktu yang
singkat, karena tubuhnya tidak dapat membuat darah lagi dengan cepat. Tetapi kematian
akibat kasus tersebut di atas dapat dicegah dengan tindakan transfusi darah dari seorang
donor. Darah seorang donor dapat ditransfusikan pada orang orang tertentu. Hal ijni
dikarenakan adanya persyaratan tertentu yang harus dipenuhi. Sebelum transfuse
dilakukan perlu dilakukan test dengan mencampur darah donor dengan darah resipien.
Bila tidak terjadio aglutinasi maka dikatakan darah sesuai dan transfuse dapat
dilaksanakan. Kesesuaian tersebut tergantung dari antigen pada permukaan eritrosit dan
antibody dalam plasmanya.
Setiap manusia mempunyai golongan darah masing-masing. Golongan darah
dapat diturunkan secara genetic dari kedua orang tua kepada generasi keturunannya.
Ada tidaknya antigen dalam darah merupakan dasar pembeda pada penentuan golongan
darah seseorang . Secara umum pada sistem golongan darah ABO, apabila di dalam sel
darah seseorang terdapat antigen A dipermukaan membran se1, maka plasma darahnya
terdapat antibodi alpha dan tidak menghasilkan antibody a. Secara singkat, golongan
darah sistem ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pada sistem golongan darah rhesus, juga diturunkan secara genetik dan bersifat
dominan). Sebetulnya di dalam serum dan plasma seseorang awalnya tidak terdapat anti-
Rh, tetapi keberadaan anti-Rh dpt distimulasi dengan tranfusi darah (terutama lebih dari
1x) dan perkawinan dengan sifat tertentu. Pada perkawinan ini, kita mengenal ada
kemungkinan keturunannya mengalami suatu kasus yang dinamakan Erytroblastosis
foetalis
23
3. Test Kadar Gula Darah dalam Tubuh Hewan & Manusia
Sampai saat ini masih banyak anggapan di masyarakat, bahwa penyakit diabetes
mellitus (DM) merupakan penyakit orang tua, atau penyakit yang timbul karena faktor
keturunan, padahal setiap orang dapat mengidap penyakit DM, baik tua maupun muda,
termasuk kita semua. Menurut WHO, Indonesia menempati urutan ke 4 terbesar dalam
jumlah penderita DM di dunia. Pada tahun 2001 yang lalu sudah ada lebih dari 6 juta
penduduk Indonesia yang mengidap DM, sedangkan pada tahun 2008 sudah lebih dari 26
juta penduduk Indonesia yang mengidap DM, dari jumlah tersebut kurang dari 50% yang
sadar bahwa dirinya telah mengidap DM. Hal ini perlu diwaspadai dan sangat disayangkan,
tentang minimnya informasi di masyarakat tentang DM dan berbagai gejalanya.
Tes kadar glukosa darah dilakukan untuk mengukur jumlah glukosa dalam darah.
Glukosa darah terutama diukur pada saat puasa, sampel dikumpulkan 10 jam setelah asupan
makanan terakhir ( sekitar jam 10 malam ). Tes ini digunakan untuk mendeteksi
kemungkinan kejadian diabetes dalam individu. Hal ini diperlukan untuk memahami bahwa
hasilnya mungkin berada di luar 'normal' seperti yang telah ditetapkan.
Dalam melakukan tes kadar gula darah puasa, praktikan diharuskan untuk
berpuasa antara 8 – 10 jam sebelum pengambilan sampel darah. Setelah pengambilan
sampel darah, sebagian praktikan diberi Cookies Diabetamill bebas gula dan sebagian
24
praktikan diberi makanan yang mengandung glukosa misalnya nasi atau roti. Kemudian
praktikan diambil sampel darahnya lagi setelah 2 jam pengambilan sampel darah pertama.
Glukosa yang terkandung dalam makanan tersebut dilepaskan ke dalam darah,
sehingga level gula darah meningkat.
Kriteria Diagnostik Gula darah (mg/dL)
Bukan Diabetes Pra Diabetes Diabetes
Puasa < 110 110 – 125 > 126
Sewaktu < 110 130 – 170 > 171
Menurut data di atas, kadar gula darah <110 mg/dL adalah kadar gula darah
normal. Sedangkan kadar gula darah sewaktu <70 mg/dL termasuk hipoglikemia yaitu
kadar gula darah yang terlalu rendah. Hipoglikemia dapat terjadi karena pelepasan insulin
yang berlebihan oleh pancreas, kelainan pada kelenjar hipofisa dan sebagainya.
Kadar gula darah puasa 110-125 mg/dL dan kadar gula darah sewaktu 110-169
mg/L termasuk kadar gula darah normal batas atas, yaitu telah mendekati kadar gula darah
hiperglikemia atau diabetes. Sedangkan kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan kadar gula
darah sewaktu >171 mg/dL adalah kadar gula darah diabetes. Diabetes dapat disebabkan
karena kurangnya insulin yang diproduksi pancreas.
25
*. Serum Anti B
*. Serum anti AB
*. Pipet tetes
*. Glukotest
*. Glukostrip
26
Cara Kerja: pengukuran kadar gula darah
Untuk praktikan yang lain yang melakukan pengukuran kadar gula darah, lakukan
dengan cara yang sama pada aktifitas tersebut di atas,
Persiapkan glukostrip pada glukotest dengan cara memasukkan ujung konektor pada
colokan alat glukotest
Tetesan darah yang keluar sentuhkan pada alat sensor pada glukostrip
Tunggu beberapa detik, sampai kadar gula darah muncul pada layar monitor.
Catatlah kadar gula anda dan kadar gula teman anda.
Glucometer/ Glukotest
27
ACARA PRAKTIKUM: VII
Koagulasi darah adalah transformasi darah dari sifat solution menjadi bentuk gel.
Pembentukan suatu bekuan di sumbat trombosit akan memperkuat dan menunjang
sumbatan tersebut dan dapat menutupi lubang di pembuluh. Koagulasi merupakan
mekanisme homeostatik yang diperlukan dalam proses pembekuan darah.
Reaksi dasar koagulasi darah adalah perubahan protein plasma yang larut
(fibrinogen) menjadi fibrin yang bersifat tidak larut. Proses tersebut memerlukan
pengeluaran 2 pasang peptide kecil dari setiap molekul fibrinogen. Bagian yang tersisa
(fibrin monomer) kemudian akan berpolimerasi dengan fibrin monomer lainnya
membentuk fibrin.
Trombin adalah suatu enzim yang dapat mengubah fibrinogen menjadi benang
fibrin (yang diperlukan untuk terjadinya proses koagulasi darah). Selain itu, trombin juga
berfungsi untuk : mengaktifkan factor XIII (fibrin stabilizing factor, untuk menstabilkan
jaringan fibrin yang sudah terbentuk) ; meningkatkan agregasi trombosit ; sebagai umpan
balik positif pada peristiwa pembentukan trombin selanjutnya. Berikut ini adalah faktor-
faktor koagulasi darah
I. Fibrinogen
II. Prothrombin
III. Thromboplastin
IV. Calcium
V. Proaccelerin labile factor (accelerator globulin)
VI. ---
VII. Proconvertin
VIII. Antihemofilic factor A (~ antihemofili globulin)
28
IX. Plasma thromboplatin component (PTC ~ antihemofili B/Christmass factor)
X. Stuart proyer factor
XI. Plasma thromboplastin antecedent (PTA ~ antihemofili C)
XII. Hageman factor (~ glass factor)
XIII. Fibrin stabilizing factor
Tujuan : Praktikan dapat mempelajari dan memahami waktu koagulasi darah serta
dapat membuktikan adanya benang fibrin yang berperan saat koagulasi darah
Jarum lanset
Kapas + alcohol 70%
Gelas obyek
Tusuk gigi
Stop watch
Cara Kerja :
Sediakan gelas obyek yang bersih, bersihkan ujung jari telunjuk dengan alcohol 70%
dan tusuklah dengan jarum lanset dan hapuslah tetesan darah yang keluar pertama kali
Letakkan tetesan berikutnya pada ujung gelas obyek dan catatlah waktu yang ada
(mulai menyalakan stop watch), selanjutnya teteskan darah pada ujung gelas obyek
yang lain
Tariklah tetesan darah yang pertama dengan tusuk gigi (sudut kemiringan 450) dengan
kecepatan lambat sampai terlihat benang fibrin dan segera beralih pada tetesan darah
yang ke-2 (juga sampai terlihat benang fibrin – catatlah waktu yang ada)
Ulangi cara tersebut di atas sebanyak 3 kali untuk setiap praktikan
29
ACARA PRAKTIKUM: VIII
Dasar Teori :
Lidah sebagian besar terdiri dari 2 kelompok otot, yaitu otot intrinsik (melakukan
gerakan halus) dan otot ekstrinsik (mengaitkan lidah pada bagian sekitarnya, serta gerakan
mengunyah dan menelan). Lidah berfungsi untuk mencampur makanan, menekan ke langit-
langit dan gigi, serta mendorong masuk makanan menuju pharinx.
Pada indera perasa di lidah, terdapat suatu organ atau sel khusus yang sangat peka
terhadap rangsangan rasa, yaitu taste buds (kuntum pengecap). Tiap-tiap kuntum pengecap,
terbentuk oleh 4 macam jenis sel. Leher dari sel-sel ini berhubungan satu sama lain dan
dengan sel epitel di sekitarnya melaui tight junction. Kuncup pengecap disarafi oleh sekitar
50 serat saraf.
Di lidah manusia, taste bud terdapat pada dinding papila fungiformis (tersebar pada
bagian permukaan ujung dan sisi lidah) dan papila valata (tersebar pada bagian belakang
lidah). Terdapat hampir 5 taste bud tiap papila fungiformis yang terletak pada puncak
papila. Papila valata yang lebih besar mengandung sampai 100 taste bud yang biasanya
terletak pada tepi papila. Sedangkan papila filiformis yang kecil dan menutupi bagian
dorsum lidah, berfungsi untuk menerima rasa sentuh dan tidak mengandung taste bud
(kurang berfungsi sebagai organ pengecap).
Indera pengecap merupakan salah satu indera yang berfungsi untuk merasakan rasa
tertentu. Seorang manusia dapat menerima beratus-ratus pengecapan yang berbeda. Semua
itu merupakan kombinasi dari sensasi-sensasi dasar. Pada manusia telah ditentukan 4
pengecapan (rasa) dasar: manis, asam pahit dan asin. Meskipun terdapat tumpang tindih
30
yang cukup luas, zat yang pahit terutama dikecap di belakang lidah, yang asam di sepanjang
tepi lidah, yang manis di ujung lidah dan yang asin di dorsum anterior lidah.
Agar dapat merasakan suatu zat, zat tersebut harus larut dalam kelembaban mulut
sehingga mampu menstimulasi kuncup pengecap. Larutnya zat dalam kelembaban mulut
tersebut memerlukan waktu tertentu yang mampu menstimulasi taste bud disebut waktu
sensasi reseptor pengecap.
Tujuan : Praktikan dapat mempelajari dan mengetahui lokasi reseptor pengecap pada
manusia dan variasi waktu sensasinya
Kristal gula
Kristal garam
Bubuk asam sitrat
Bubuk kina
Air mineral
Cotton bud
Stop watch
Cara Kerja :
1. Jika ada angka 1 di dalam tabel berarti praktikan pertama kali harus melakukan
meletakkan gula pada daerah tepi depan lidah serta dicatat waktunya sampai
praktikan benar-benar merasakan rasa manis. Berikutnya lihat angka 2 pada
tabel, maka praktikan harus meletakkan garam pada ujung depan serta dicatat
waktunya sampai praktikan benar-benar merasakan rasa asin, demikian
seterusnya dilakukan sampai pada angka 16 untuk setiap praktikan.
2. Ulangi langkah diatas untuk setiap orang dari kelompok praktikum yang ada.
32
Peletakkan zat stimulus rangsang pada lidah bagian ujung
33
Peletakkan zat stimulus rangsang pada lidah bagian tepi kanan
34
ACARA PRAKTIKUM: IX
RESPIRASI
Dasar Teori :
Mahluk hidup menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama proses respirasi sel.
Respirasi merupakan proses yang sangat vital untuk kehidupan suatu organisme karena
menghasilkan energi yang dapat digunakan untuk menjaga struktur tubuh serta aktivitas
kehidupan. Energi dibebaskan melalui proses oksidasi di dalam sel dan untuk keperluan ini
O2 diambil dari permukaan organ respirasi (pada saat yang bersamaan akan membebaskan
CO2). Pada organisme tingkat rendah, terjadi proses respirasi eksternal melalui difusi
seluruh membran tubuh. Sedangkan pada organisme tingkat tinggi, proses respirasi maupun
sirkulasinya lebih berkembang untuk mempermudah pertukaran gas dan merupakan hal
yang kompleks.
Pada respirasi terjadi proses yang meliputi : (1) pemasukan dan pengeluaran udara
antara atmosfir dan paru–paru ; (2) difusi O2 dan CO2 antara alveolus dan darah ; (3)
Transportasi O2 dan CO2 dari dan kedalam darah, cairan tubuh, dan sel.
Pada sistem pernafasan terdapat istilah yang kita kenal dengan volume pernafasan.
Volume pernafasan dalam sistem pernafasan ada beberapa macam yaitu:
1. Volume tidal (VT), yaitu volume udara yang dapat diinspirasikan atau
diekspirasikan secara normal (lebih kurang 0,5 liter). Tetapi dalam
kenyataannya, hanya lebih kurang 350-360 ml saja udara yang sampai pada
paru-paru. Hal ini disebabkan adanya Udara Ruang Rugi (Dead Space), yaitu
udara yang harus mengisi berbagai ruang organ pernafasan sebelum sampai
di paru-paru (hidung-faring-trakea-bronkus).
2. Volume cadangan inspirasi (Inspiration Reserve Volume = IRV), yaitu volume
tambahan udara yang dapat diinspirasikan diatas volume normal (lebih kurang
3,0 liter).
3. Volume cadangan ekspirasi (Expiration Reserve Volume = ERV), yaitu volume
udara yang masih dapat diekapirasikan diatas volume normal (lebih kurang
1,1 liter).
4. Volume sisa (Residual Volume = RV), yaitu volume udara yang masih tersisa
didalam paru-paru setelah diekspirasikan secara kuat (lebih kurang 1,2 liter).
35
Selain volume pernafasan, dalam sistem pernafasan kita juga biasa mengenal istilah
kapasitas paru-paru. Kapasitas paru dapat dibagi menjadi empat yaitu antara lain:
Cara Kerja :
Persiapkan tabung Wet Respirometer (yang telah diisi dengan air ± 4,5 liter)
Melalui pipa peniup, ambil nafas perlahan (catat angka yang ada pada piringan alat)
Ambil nafas sekuat-kuatnya, kemudian melalui pipa peniup hembuskan nafas sekuat-
kuatnya (catat angka yang ada pada piringan alat)
Ambil nafas biasa/perlahan, kemudian melalui pipa peniup hembuskan nafas sekuat-
kuatnya (catat angka yang ada pada piringan alat)
Ulangi percobaan di atas setelah praktikan melakukan gerakan olahraga (lari/senam)
lebih kurang selama 3 – 5 menit
36
ACARA PRAKTIKUM : X
SISTEM REPRODUKSI JANTAN
(MOTILITAS DAN MORFOLOGI SPERMATOZOA)
TUJUAN
1. Menghitung motilitas dan persentase morfologi spermatozoa vertebrata
2. Menentukan kualitas mikroskopis spermatozoa vertebrata
Dasar Teori :
Spermatozoa berasal dari spermatogonia yang membelah (meiosis) dan
diferensiasi melalui proses spermatogenesis. Spermatozoa adalah sel ang berasal dari
spermatogonia. Struktur sel dibedakan bagian kepala, leher, ekor. Ekor spermatozoa sangat
kuat dan berfungsi untuk bergerak, mengandung sedikit sitoplasma. Sedang mitokondria
yang terletak di pangkal ekor berfungsi sebagai sumber energi untuk bergerak. Pergerakan
ekor dikendalikan oleh protein penggerak dynein (outer dynein arm dan inner dynein) dan
radial spoks yang menyusun mikrotubulus. Gerakan tersebut menggunakan energi dari
hidrolisis ATP. Energi ini dihasilkan oleh mitokondria. Ekor spermatozoa terletak di bagian
posterior inti spermatozoa.
Antara kepala dan ekor dihubungkan oleh leher spermatozoa. Inti spermatozoa
membawa informasi genetik dari induk jantan. Akrosom yang menyelubungi inti dan
terletak pada bagian anterior inti mengandung enzim yang berperan dalam proses peleburan
membran spermatozoa-selubung telur saat fertilisasi (Albert et al., 1994). Sebagian besar
sitoplasma spermatozoa akan hilang sebelum meninggalkan testis dan jumlah mitikondria
juga mengalami penurunan. Penurunan ini terjadi pada saat perkembangan dan perubahan
bentuk spermatid bulat (oval) menjadi spermatid memanjang (spermiogenesis). Sisa
sitoplasma (cytoplasmic droplets) yang melekat baik di bagian ekor maupunkepala
spermatozoa akan hilang setelah spermatozoa meninggalkan epididimis.
Untuk mengantisipasi terhadap penurunan sitoplasma, sel Sertolimenghasilkan
protein yang mampu mengikat hormon androgen yaitu androgen-binding protein (ABP)
yang diperlukan dalam proses spermatogenesis dan pendewasaan spermatozoa. Melalui sisi
pengikatnya (binding site), ABP melekat pada membran inti spermatozoa dan mengalami
internalisasi. Setelah internalisasi, ABP mengikat 5-α-dehydrotestosterone (5-α-DHT).
Hormon ini diperlukan spermatozoa untuk menjalankan fungsi fertilisasi (kapasitasi,
treaksi akrosom dan fusi dengan sel telur). Spermatozoa yang berada di kauda epididimis,
37
merupakan spermatozoa yang dewasa yang ditandai dengan kondensasi kromatin yang
sempurna, motilitas tinggi dan tidak ada cytoplasmic droplets. Spermatozoa yang sudah
dewasa ini masih belum dapat membuahi sel telur sebelum melewati proses kapasitasi
dalam saluran reproduksi betina (Chapman dan Michael, 2003). Spermatozoa yang lepas
dari epitel tubulus seminiferus dan meninggalkan testis merupakan spermatozoa muda
(immature). Pendewasaan spermatozoa terjadi di epididimis (Zanich et al., 2003).
Perjalanan spermatozoa meninggalkan testis menuju ke epididimis membutuhkan waktu
kurang lebih 12 hari (Schrader dan Lemasters, 2002).
Spermatogonesis adalah proses pembelahan dan perkembangan spermatogonia
(germ cell) membentuk spermatozoa yang terjadi di dalam testis. Testis dibagi menjadi
beberapa bagian yang disebut lobules, berbentuk tabung dan berkelok yang disebut tubulus
seminiferus. Tubulus seminiferus berperan sebagai unit fungsional untuk proses
spermatogenesis. Bagian dalam tubulus seminiferus tersusun oleh jaringan ikat, sel somatik
dan sel germinal yang berkembang dengan susunan yang teratur. Sel germinal dalam tahap
awal proses spermatogenesis, dinamakan spermatogonia yang terletak pada bagian perifer,
sedangkan tahap selanjutnya sel tersebut mengarah ke bagian interior hingga ke lumen
(Albert et al., 1994; de Kretser, 2002).
Proses spermatogenesis dibagi menjadi 2 yaitu proses spermatositogenesis dan
spermiogenesis. Spermatositogenesis merupakan rangkaian perubahan spermatogonia
menjadi spermatid. Spermatogonia merupakan sel bakal spermatozoa, terletak pada
membran basal epitel tubulus seminiferus, dengan ciri-ciri inti vesikular dengan membran
inti yang jelas. Spermatogonia memperbanyak diri (proliferasi) secara kontinyu melalui
proses mitosis, menghasilkan spermatogonia dalam jumlah besar. Beberapa spermatogonia
berhenti proliferasi, kemudian mengalami diferensiasi dan membelah secara mitosis
menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer mengandung kromosom diploid
berkembang menjadi sel yang berukuran paling besar dari seluruh sel spermatogenik.
Selanjutnya, spermatosit primer akan membelah melalui proses meiosis I dan menghasilkan
dua spermatosit sekunder. Kemudian spermatosit sekunder membelah lagi memaui proses
meiosis II untuk menghasilkan empat sel spermatid yang mengandung kromosom haploid.
Spermatid haploid ini kemudian mengalami perubahan morfologi membentuk spermatozoa
yang terletak di lumen tubulus seminiferus. Spermatozoa merupakan hasil diferensiasi
spermatid, dan prosen tersebut dikenal sebagai spermiogenesis (Albert et al., 1994).
Proses spermiogenesis merupakan proses metamorfosis dari bentuk spermatid yang
bulat menjadi spermatozoa yang berekor. Spermatid berdiferensiasi menjadi spermatozoa
38
meliputi sejumlahnya transformasi inti dan sitoplasma. Perubahan morfologi yang paling
penting selama proses spermiogenesis adalah pembentukan akrosom, kondensasi,
transformasi, dan pergeseran inti ke posisi eksentrik dalam sel, serta terbentuk ekor yang
mampu bergetar. Tahapan asosiasi spermatid ini berbeda untuk setiap spesies, pada tikus
terdapat 14 tahap dan mencit 12 tahap (O’Donnell et al., 2001; de Kretser, 2002)
pengualangan tahapan tersebut terjadi pada tempat yang sama dalam tubulus seminiferus
dengan interval waktu 8,6 hari pada mencit dan 12,9 hari pada tikus (Franca et al., 1998).
Proses perubahan sitologik ditunjukkan dengan tahapan perkembanganspermatid menuju
dewasa. Setiap spesies mempunyai tahapan perkembangan spermatid yang berbeda,
manusia mempunyai 12 tahap, tikus 19 tahap dan mencit 16 tahap (de Kretser, 2002).
Tahapan perkembangan spermatid menuju dewasa diwakili dengan proses
penempelan butir-butir pra-akrosom pada badan golgi, kemudian bergabung membentuk
butir akrosom tunggal dalam badan akrosom yang diselimuti oleh membran akrosom.
Selanjutnya, terjadi proses pergerakan badan akrosom yang mengandung butir akrosom
menuju ke arah kutub anterior inti spermatid. Akrosom memiliki sejumlah enzim yang
serupa dengan enzim yang ditemukan pada lisosom diantaranya adalah hialuronidase
sebagai enzim proteolitik yang mencerna protein (spermatid tahap 1-8). Inti spermatid
berubah bentuk menjadi memanjang dan terletak ekssentrik mengarah ke perifer (spermatid
tahap 9-13). Sentriol bergerak ke kutub posterior membentuk flagel (ekor) sehingga bentuk
spermatosit menjadi memanjang (spermatid tahap 14-19) (Albert et al., 1994).
Bagian ekor spermatozoa sangat menunjang pergerakan spermatozoa. Pada bagian
ini dijumpai banyak mitokondria sebagai sumber energi untuk pergerakan. Energi yang
diperlukan dalam bentuk ATP. Energi yang dikeluarkan menyebabkan terjadinya dua
macam pergerakan. Pertama, gerakan bergelomang ke ujung ekor (makin ke ekor semakin
lemah). Ke dua, gerakan yang bersifat sirkuler tetapi arahnya melingkari batang tubuh
bagian tengah terus ke ujung ekor. Resultan dari dua gerakan ini menyebabkan spermatozoa
motil.
Motilitas spermatozoa dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:
1. Faktor endogen, faktor biokimia dan biofisik yang berasal dari dalam sel spermatozoa.
2. Faktor eksogen, faktor biokimia dan biofisik yang berasal dari luar sel spermatozoa
(pH, suhu, komposisi ion).
Motilitas spermatozoa vertebrata secara individual dapat dilihat dan dihitung dengan
banyak cara, antara lain:
1. pengamatan langsung dengan menggunakan mikroskop cahaya
39
2. pengamatan dengan menggunakan skala mikrometer dan jam
3. time exposure photography
4. pemfilman dengan stroboskop
5. spektrofotometri dengan cara menghitung jumlah spermatozoa yang melewati jalan
optik dalam satuan waktu dan panjang gelombang tertentu
6. sedimentasi-orientasi dengan cara mengukur perubahan OD sesudah pemusingan
lambat dan kemudian melihat orientasi spermatozoa
7. absorbsi sinar ultra violet (UV).
Bentuk morfologi spermatozoa ditentukan oleh proses spermatogenesis di tubulus
seminiferus, dan juga oleh proses pendewasaan di epididimis. Pada proses spermatogenesis
kecuali pada tahap spermasitogenesis, tahap spermiogenesis, menentukan bentuk
morfologi spermatozoa. Pada tahap ini terjadi pembentukn akrosom, kondensasi inti dan
terbentuknya ekor. Proses pendewasaannya meliputi perubahan morfologis, histokhemis,
fisiologis, biofisik dan metabolic. Morfologi spermatozoa terdiri dari bagian kepala, leher,
dan ekor.
Kelainan-kelaianan yang terjadi pada morfolgi spermatozoa menurut (WHO, 1999)
adalah sebagai berikut. (1) Kelainan pada kepala, bentuk normal hanya mempunyai ukuran
yang lebih besar, atau lebih kecil, berbentuk cerutu, mempunyai dua kepala. (2) Kelainan
pada leher, leher lebih tebal atau bengkok. (3) Kelainan ekor ganda, melingkar dan patah.
(4) Cytoplasmic droplet yaitu sisa sitoplasma yang melekat pada kepala, leher atau ekor
HASIL PENGUKURAN:
1. Hitung kecepatan motilitas spermatozoa
Replikasi Kecepatan motilitas (10 detik) Kecepatan motilitas (µm/detik)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
I. DISKUSI
a. Apakah semua spesies mempunyai morfologi spermatozoa yang sama? Jelaskan.
b. Apakah setiap spermatozoa mempunyai kecepatan motilitas yang sama?
42
c. Berapakah perbandingan persentase morfologi yang tidak normal anatara bagian
kepala dan ekor spermatozoa?
d. Bagaimanakah perbandingan antara spermatozoa normal dengan tidak normal pada
hewan percobaan ini?
e. Apa yang dapat anda terangkan setelah melihat morfologi spermatozoa tersebut?
43
PRAKTIKUM: XI
SIKLUS REPRODUKSI BETINA / WANITA
(SIKLUS MENSTRUASI)
TUJUAN
44
endometrium).Selain itu fungsi lain dari hormon estrogen di vagina adalah meningkatkan
sekresi mukusa oleh epitel vagina. Keadaan ini bermanfaat saat terjadinya transport
spermatozoa ke dalam saluran reproduksi wanita.
Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi selama siklus menstruasi adalah perubahan
suhu badan dan emosi. Perubahan fisiologis tersebut tidak terlepas dari hubungan sekresi
gonadotropine releasing hormone (GnRH) oleh hipothalamus dan gonadotropine hormone
(FSH dan LH) oleh pituitari anterior serta sekresi hormon seks oleh ovarium.
Siklus menstruasi
1. Fase menstruasi
Yaitu, luruh dan dikeluarkannya dinding rahim dari tubuh. Hal ini disebabkan
penurunan kadar hormone seks.
2. Fase praovulasi
Yaitu, masa pembentukan dan pematangan ovum dalam ovarium yang dipicu oleh
peningkatan kadar estrogen dalam tubuh. Hal ini terjadi secara bertahap pada hari
ke-7 sampai 13.
3. Fase ovulasi
Masa Ovulasi adalah suatu masa dalam siklus menstruasi wanita dimana ovum yang
matang siap untuk dibuahi lepas dari ovarium menuju saluran reproduksi (tuba
falopii), masa subur sekitar 14 hari sebelum haid selanjutnya.
4. Fase pascaovulasi
Yaitu, masa kemunduran ovum bila tidak terjadi fertilisasi. Pada tahap ini, terjadi
kenaikan produksi progesteron, sehingga endometrium menjadi lebih tebal dan siap
menerima embrio untuk berkembang. Jika tidak terjadi fertilisasi, maka hormon
seks dalam tubuh akan berulang dan terjadi fase menstruasi kembali.
45
Gambar 1. Kadar hormon gonadotropin dan hormon seks selama siklus menstruasi
1. Termometer badan
2. Kertas grafik (mm)
3. Tabel ompong
CARA KERJA
Hubungan masa menstrusi dengan perubahan fisiologi tubuh salah satunya dapat
diketahui dengan mengukur suhu basal badan. Hal yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut.
1. Pengukuran suhu basal tubuh dilakukan pada setiap pagi hari setelah bangun dari
tidur.
2. Termometer sebelum digunakan, di cek suhunya dengan cara dikibas-kibas secara
perlahan.
46
3. Perubahan suhu badan dapat diketahui setelah satu sampai dua menit dari
termometer yang diletakkan di ketiak lengan. Adanya perubahan suhu tersebut
segera di catat.
4. Ulangi kegiatan nomor 1-3 hingga waktu yang ditetapkan.
5. Bandingkan tingginya suhu badan antara mahasiswa putri satu dengan lainnya.
6. Buat grafik yang menyatakan hubungan antara waktu (hari) dengan suhu badan
(derajat celsius).
HASIL PENGAMATAN
DISKUSI
47
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., 2003. Biology Concepts & Connections, The Benjamin Cummings
Publishing Co. Inc. San Fransisco. USA.
EGC. Jakarta. Guyton, A.C. 1995. Fisiologi Manusia den Mekanisme Penyakit, Penerbit
EGC, Jakarta.
Ganong, W.F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 20. Penerbit Buku Kedokteran.
Page, D.F.S. 1981, Principles of Biologyca! Chemistry 2nded; Willard Srant Press,
Bowdoin, Bodwoin College.
Pearce, C.E. 2004. Anatomi den Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta.
Saikhu A.H. Dwi Winarni, Alfiah Hayati, Sugiharto, 2011. Petunjuk Praktikum Fisiologi
Hewan, Departemen Biologi FST Universitas Airlangga, Surabaya.
Sukra, Y. 2000. Wawasan Ilmu Pengefahuan Embrio: Benih Mesa Depan, Dirjen
Pendidikan Tinggi Depdiknas, Jakarta
48