Anda di halaman 1dari 48

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala nikmat kesehatan, waktu dan kekuatan yang telah
diberikan Allah SWT sehingga penyusunan buku petunjuk praktikum ini dapat
diselesaikan sebagai mana mestinya. Keberadaan modul praktikum ini ditujukan
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan praktikum dan untuk
meningkatkan kemampuan penguasaan praktek mahasiswa terhadap mata kuliah
Fisiologi Hewan yang akan nantinya dapat diterapkan disekolah sebagai
keterampilan seorang guru.
Buku petunjuk praktikum ini disusun untuk digunakan sabagai petunjuk
kegiatan praktikum Fisiologi Hewan di Jurusan Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Borneo Tarakan sehingga diharapkan mahasiswa lebih terarah dalam
melakukan kegiatan praktikum sebagai pendukung matakuliah Fisiologi Hewan.
Dengan selesainya penyusunan buku praktikum ini tidak terlepas dari kontribusi
sangat berharga dari berbagai pihak baik material maupun moral.
Disampaikan kepada Dekan FKIP UB, Ketua Jurusan Pendidikan Biologi,
dan segenap Tim pengajar Fisiologi Hewan, rasa terima kasih yang dalam juga
kami haturkan yang telah memberikan masukan baik berupa koreksi maupun
kontribusi referensi sehingga dapat mengoptimalkan isi dari buku petunjuk
praktikum ini. Semoga amal kebaikannya mendapat balasan yang lebih baik dari
Allah SWT
Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada petunjuk praktikum
ini, untuk itu kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan lebih lanjut sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan
fungsinya. Semoga buku bermanfaat dalam mendukung perkuliahan Fisiologi
Hewan.

Tarakan, 01 Oktober 2018

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

PERATURAN DAN TATA TERTIB KEGIATAN


PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN v

1. PENYESUAIAN HEWAN POIKILOTERMIK TERHADAP

OKSIGEN LINGKUNGAN 1

2. EFISIENSI METABOLISME 4

3. AKTIVITAS JANTUNG DAN ALIRAN DARAH 8

4. LAJU RESPIRASI HEWAN 12

5. ANALISIS URINE 16

6. TOLERANSI HEWAN TERHADAP SALINITAS 22

7. PENGARUH ZAT STIMULAN TERHADAP KECEPATAN

TANGGAP SARAF 25

8. FUNGSI SARAF OTAK BESAR DAN OTAK KECIL 28

9. ALAT INDERA 32

DAFTAR PUSTAKA 41

ii
PERATURAN DAN TATA TERTIB KEGIATAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
1. Setiap mahasiswa wajib memiliki buku petunjuk praktikum.
2. Setiap mahasiswa praktikan diwajibkan hadir tepat pada waktunya.
3. Praktikan yang terlambat lebih dari 15 menit tidak diperkenankan mengikuti
praktikum, kecuali seizin dosen pengampu Fisiologi Hewan.
4. Mahasiswa yang tidak hadir sampai 3 (tiga) kali berturut-turut, tanpa alasan
yang dapat diterima, tidak diperkenankan untuk mengikuti kegiatan
praktikum selanjutnya dan harus menanggung konsekuensi penilaian.
5. Praktikan yang berhalangan hadir karena sakit wajib menyertakan surat
keterangan dokter. Jika tanpa surat keterangan tersebut akan dianggap absen.
6. Sebelum memasuki laboratorium, praktikan wajib mengenakan jas lab,
sepatu. Tidak diperkenankan memakai kaos oblong dan sandal.
7. Sebelum melakukan praktikum, mahasiswa praktikan harus sudah
mempelajari dan menguasai prosedur. Bila masih terdapat hal-hal yang
diragukan, segera menanyakan pada pembimbing sebelum melakukan
prosedur yang salah.
8. Praktikan wajib membawa objek sesuai petunjuk modul dan
menyerahkannya sebelum praktikum dimulai. Jika tidak membawa objek,
tidak diperkenankan mengikuti praktikum dan akan dianggap absen dan
pelanggaran berat.
9. Selama kegiatan praktikum tidak diperkenankan bersendau gurau berlebihan,
makan, minum, dan merokok.
10. Praktikan harus berhati-hati dalam berinteraksi dengan hewan percobaan
karena beberapa hewan dapat berbahaya (menggigit/menyengat/mencakar),
perhatikan petunjuk yang benar dalam memperlakukan hewan percobaan dan
usahakan mengenakan sarung tangan serta masker.
11. Beberapa zat dapat menyebabkan iritasi ringan hingga berat (ex. HCl), atau
bersifat toksik berat (ex. formalin, eter, kloroform, Hg dalam hayem), mudah
terbakar (ex. etanol), dan sumber penyakit (ex. darah, urine) sehingga harus
menggunakan sarung tangan, masker serta pelindung untuk keselamatan
lainnya yang sesuai.
12. Hati-hati dalam menggunakan instrumen-instrumen elektronik termasuk
sentrifus, mikroskop dll yang dapat menyebabkan kebocoran arus (setrum)

iii
atau kerusakan alat atau bahkan ledakan. Perhatikan petunjuk pemakaian
yang benar.
13. Segala kerusakan instrumen yang dipakai karena kesalahan praktikan akan
menjadi tanggung jawab praktikan dalam perbaikan atau penggantiannya.
14. Praktikan harus membersihkan seluruh alat/bahan praktikum yang dipakai
dan memeriksa kelengkapan alat/bahan yang ada untuk kemudian dicocokan
dengan list alat dan bahan yang telah disediakan pada baki objek. Mintalah
paraf asisten setelah dilakukan pengecekan secara benar.
15. Praktikan wajib menjaga kebersihan laboratorium, membuang sampah pada
kotak yang telah disediakan dan harus melaksanakan tugas piket laboratorium
sesuai jadwal yang telah ditentukan.
16. Setiap pelanggaran terhadap tata tertib praktikum akan dicatat dalam berita
acara praktikum dan akan diberikan sanksi sesuai kesepakatan dosen dan
asisten.
17. Praktikan akan dinilai secara komprehensif dari aspek kognitif (kecakapan
berfikir dan teoritis), afektif (sikap dan moral), dan psikomotor (keterampilan
penguasaan teknis dan operasional kerja praktikum) termasuk keaktifan
dalam kerja praktikum dan diskusi.
18. Setelah kegiatan praktikum selesai, mahasiswa harus membuat laporan
sementara.
19. Laporan praktikum final diselesaikan 1 (satu) minggu kemudian dan
diserahkan pada waktu kuliah atau dikirim via e-learning Schoology dengan
Id Matakuliah Fisiologi Hewan
20. Laporan praktikum dilaporkan berupa Poster akademik berisi pokok-pokok
sebagai berikut:
 Judul  Simpulan
 Nama & afiliasi  Referensi (tambahan)
 Latar belakang/introduksi/abstrak  Sponsor/lembaga (+logo)
 Metode  Detail kontak
 Hasil Temuan (teks & gambar  Tanggal & Waktu penelitian
/fotografi/ skema)  Keterangan

iv
21. Bentuk Poster :
Mudah dibaca dalam jarak 7 feet (dua meter lebih sedikit)
Ukuran umum A2 (840mm X 594mm, dapat disederhanakan sebagai 80cm
X 60cm
Konsep yang direncanakan termasuk typeface yang diusulkan
Full colour atau spot colour
Gambar besar resolusi >300 dpi; gambar kecil resolusi at least 160 dpi
Judul: 60 - 72 point (dapat lebih)
Sub judul: 36 - 44 point
Body text 24 - 32 point,
jika poster kecil > 18 - 24 point
Alternatif kombinasi jenis huruf/font:
San serif: Arial, Helvetica, Frutiger > sub judul & teks
Serif: Times New Roman, Palatino > judul (dan atau sub judul).

v
22. Contoh-contoh Poster Akademik

vi
vii
KEGIATAN PRAKTIKUM I
PENYESUAIAN HEWAN POIKILOTERMIK TERHADAP
OKSIGEN LINGKUNGAN

A. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mengamati :


1. Adakah pengaruh kandungan oksigen lingkungan terhadap respirasi Ikan
2. Bagaimana pengaruh kandungan oksigen di dalam air terhadap respirasi
ikan
3. Rentang penyesuaian ikan terhadap kandungan oksigen

B. Landasan Teori

Oksigen sangat berperan dalam penyediaan energi yang sangat dibutuhkan


untuk proses-proses kehidupan. Sel-sel organisme memperoleh energi dari reaksi-
reaksi enzematis yang sebagian besar memerlukan oksigen yang diperoleh lewat
respirasi. Respirasi meliputi dua proses yang penting yaitu : 1) pertukaran gas
oksigen dan karbondioksida antara organisme dan lingkungan luar ( respirasi
eksternal) dan 2) penggunaan oksigen di dalam sel untuk metabolisme molekul
organik (respirasi internal). Pada organisme bersel satu pertukaran gas dapat
secara langsung lewat permukaan sel, sedang pada organisme tinggi harus
melewati organ khusus antara lain paru-paru dan insang.
respirasi eksternal sangat dipengaruhi oleh komposisi gas di dalam
lingkungan luar organisme yang bersangkutan. Di udara ( pada permukaan air
laut) kandungan oksigen maksimum adalah 20,95% atau 159 mm Hg. Di dalam
air kandungan oksigen sangat dipengaruhi oleh kelarutan oksegen di dalam air.
Secara umum kelarutan oksigen didalam larutan /air dipengaruhi oleh tekanan
partial oksigen diatas permukaan air (PO2), suhu air dan kandungan garam di
dalam air.

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


1
Jika kandungan oksigen (pO2) lingkungan berkurang, beberapa golongan
hewan melakukan konfomitas dan golongan lain mampu melakukan regulasi
konsumsi oksigen sehingga konsumsi oksigennya konstan. Jadi pada golongan
regulator penurunan pO2 (sampai batas tertentu) tidak menyebabkan berkurangnya
konsumsi oksigen. Hal ini di mungkinkan karena terjadi penyeimbangan dua
faktor yaitu 1) ekstraksi oksigen dari lingkungan dan 2) ventilasi.
Kegiatan prantikum ini berdasar pada beberapa prinsip yaitu :
 kelarutan oksigen di dalam air dipengaruhi oleh suhu air
 aktivitas ekspirasi eksternal tercemin pada gerak operkulum

C. Alat dan Bahan

Bak plastik, termometer, timbangan, panci, gelas piala (gelas Bekker),


gelas ukur, pengaduk, alat penghitung, ikan air tawar (hidup) 2, es batu air
panas.

D. Prosedur kerja
1. Pengaruh Kenaikan suhu medium / air
a. Jerang air dalam panci
b. Isi bak plastik dengan air suhu kamar, catat suhunya
c. Timbang ikan yang akan digunakan, kemudian masukan ke dalam bak
plastik. Hitunglah gerak operkulum selama satu menit. Lakukan
sebanyak tiga ulangan, ambil rata-ratanya
d. Naikan suhu air sebesar 30 C, dengan cara menuangkan air panas
kedalam bak air sedikit demi sedikit (jangan sampai terkena ikannya)
sampai tercapai suhu yang di kehendaki. Hitung gerak operkulum per
menit (3 ulangan).
e. Suhu air dinaikan terus sampai keseimbangan ikan mulai tidak normal.
2. Pengaruh penurunan suhu medium / air
a. Prosedur kerja seperti pada kegiatan 1
b. Menurunkan suhu dikerjakan dengan cara memasukan es kedalam bak
sampai tercapai suhu yang dikendaki ( interval 30C).

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


2
c. Penurunan suhu dihentikan apabila ikan sudah mulai kelihatan tidak
seimbang.

Catatan :
 Pada semua perlakuan volume air didalam bak harus tetap sama
 suhu awal pada kegiatan 1 dan 2 diusahakan sama
 berat kedua ikan yang digunakan untuk kegitan 1 dan 2 relatif sama

E. Analisis Data

Data dianalisis secara statistik

F. Diskusi

1. Pada kegiatan ini perubahan kandunganm oksigen lingkungan


dikemdalikan oleh perubahan suhu lingkungan. Apakah perubahan suhu
tidak berpengaruh terhadap proses fisiologis didalam tubuh ikan?
jelaskan.
2. Bandingkan hasil kegiatan 1 dan kegiatan 2
3. Mengapa interval suhu sebesar 30C?

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


3
KEGIATAN PRAKTIKUM II
EFISIENSI METABOLISME

A. Tujuan Praktikum

a. Untuk memahami metode penentuan efisiensi metabolisme hewan secara


gravimetri
b. Untuk mengukur tingkat efisiensi metabolisme hewan invertebrata dan
vertebrata dengan berbagai variasi faktor eksternal

B. Landasan Teori

Metabolisme merupakan proses fisiologis yang melibatkan keseluruhan


reaksi biokimia dalam rangka menyusun (anabolisme) atau menguraikan
(katabolisme) berbagai substansi kimiawi yang ada di dalam tubuh seperti
glukosa, lipid, protein, hormon, dan berbagai substansi lainnya. Masing-masing
spesies hewan memiliki laju metabolisme dan tingkat efisiensi metabolisme yang
berbeda sesuai dengan kondisi lingkungan, umur, jenis makanan, dan faktor
genetik dari hewan tersebut. Metabolisme diperlukan untuk memproduksi energi,
membentuk struktur atau meregenerasi struktur tubuh yang rusak, reproduksi serta
menyokong keseimbangan homeostasis fisiologis tubuh.
Metode gravimetri merupakan metode yang paling sederhana untuk
mengestimasi tingkat efisiensi metabolisme hewan. Penghitungan efisiensi
dilakukan dengan menentukan perkiraan persentase makanan yang diabsorbsi oleh
hewan dari sejumlah makanan yang dikonsumsinya. Hal ini biasanya sangat
tergantung kepada jenis makanan, berat badan individu, jenis kelamin, umur dan
kondisi lingkungan. Efisiensi metabolisme juga dapat diperkirakan dengan
memperhatikan perubahan berat badan hewan. Pertambahan berat badan idealnya
merupakan manifestasi dari hasil pertambahan massa komponen fisiologis hewan
sebagai akibat dari proses metabolisme.

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


4
Praktikum 1.
Efisiensi Metabolisme Pada Mencit (Mus musculus) /
Kelinci (Lepus curpaeums)

C. Alat & Bahan

Kandang mencit, timbangan, kantong plastik, sendok kecil, gelas ukur,


sarung tangan, masker, alat tulis, mencit putih jantan 4 ekor yang telah dipuasakan
selama 2 hari, pakan ternak, beras, dan air.
D. Prosedur Kerja
Sediakan 2 unit kandang mencit (A dan B) yang bersih dan lengkap dengan
wadah makanan dan minuman. Letakkan bahan makanan berupa pakan ternak
pada kandang A dan beras pada kandang B masing-masing 120 gram per kandang
dan air secukupnya dalam botol minuman. Selanjutnya timbang berat masing-
masing mencit percobaan dan catat sebagai berat awal (B0). Masukkan dua ekor
mencit per kandang dan tempatkan pada posisi yang aman dengan memperhatikan
pencahayaan selama 6 hari. Setiap dua hari lakukan penimbangan berat badan
mencit, berat pakan yang tersisah dan berat fesesnya. Selain itu juga diukur suhu
kandang pada tiap pengamatan. Data dicatat pada tabel pengamatan dan lakukan
penghitungan efisiensi metabolisme mencit untuk dua perlakuan yang berbeda
(jenis pakan). Efisiensi metabolisme dapat dihitung dengan menentukan
persentase pakan yang diabsorbsi oleh mencit pada pencernaannya dari total
pakan yang dikonsumsi.

EM (%) = BPk – BF x 100%


BPk

Dimana EM : efisiensi metabolisme (%)


BPk : Berat pakan yang dikonsumsi (g)
BF : Berat feses (g)
NB: Sajikan data hasil analisis dalam bentuk grafik yang meliputi nilai EM
dari awal hingga akhir pengamatan dan grafik perubahan berat badan rata-rata
mencit per perlakuan.

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


5
Praktikum 2.
Efisiensi Metabolisme Pada Cacing Tanah (Pheretima sp.)

E. Alat & Bahan

Ember plastik kecil 4 buah, timbangan, kantong plastik, pinset, sarung


tangan, alat tulis, cacing tanah 40 ekor dengan ukuran relatif sama, tanah lempung
(merah), tanah kebun, pasir, tanah kandang.

F. Prosedur Kerja

Susun ember plastik dan beri label A, B, C, dan D. Selanjutnya isi ember
dengan jenis tanah atau media yang berbeda. Sediahkan cacing tanah masing-
masing 10 ekor untuk satu ember dan lakukan penimbangan terlebih dahulu
terhadap berat total dari masing-masing kelompok cacing tersebut (dicatat
sebagai berat awal atau Bs). Masukkan cacing ke dalam ember yang berbeda lalu
letakkan di tempat yang gelap dan lembab selama 6 hari dan ukur suhu
tanah/medium tiap dua hari. Setelah akhir pengamatan, lakukan pembongkaran
tanah di dalam ember dan ambil kembali cacing yang ada di dalamnya. Catat
jumlah cacing yang hidup, cacing yang mati, dan timbang berat cacing yang
masih hidup (dicatat sebagai berat akhir atau Bf). Lakukan analisis data dengan
menghitung persentase cacing yang bertahan hidup dan mati dan persentase
perubahan berat total dari cacing yang masih hidup tersebut pada masing-masing
perlakuan (jenis media). Sajikan data hasil pengamatan dalam bentuk grafik yang
representatif.

G. Lembar Kerja Praktikum


1. Data Pengukuran Efisiensi Metabolisme Pada Mencit
Nilai
No Parameter Keterangan
Kelompok A Kelompok B
1 Bm 0 rata-rata (g)
2 Bm 1 rata-rata (g)

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


6
3 Bm 2 rata-rata (g)
4 BP 0 (g)
5 BP 1 (g)
6 BP 2 (g)
7 BPk 1 (g)
8 BPk 2 (g)
9 BF 1 (g)
10 BF 2 (g)
11 EF 1 (%)
12 EF 2 (%)
Ket : Bm (Berat mencit), BP (Berat Pakan), BPk (Berat pakan yang dikonsumsi), BF (Berat
Feses), EF (Efisiensi Metabolisme), 0 (awal perlakuan), 1 (pengamatan pertama), 2 (pengamatan
kedua /akhir).

2. Data Pengukuran Efisiensi Metabolisme Pada Cacing Tanah

Nilai Perlakuan
No Parameter
A B C D
1 BTs (g)

2 BTf (g)

3 N hidup (indv)

4 N mati (indv)

5 Survive (%)

6 T0 (0C)
7 T1 (0C)
8 T2 (0C)
Ket : BTs (berat total cacing awal perlakuan), BTf (Berat total cacing akhir perlakuan), N (jumlah
individu), Survive (% jumlah individu yang survive atau bertahan hidup), T (suhu medium/tanah,
0, 1, 2 mengindikasikan waktu pengukuran awal, hari ketiga, dan hari terakhir).

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


7
KEGIATAN PRAKTIKUM III
AKTIVITAS JANTUNG DAN ALIRAN DARAH

A. Tujuan Praktikum
a. Untuk memahami metode pengukuran tekanan darah dan detak jantung
manusia
b. Untuk mengetahui hubungan tekanan darah dan detak jantung dengan
aktivitas dan jenis kelamin
c. Untuk melihat dan memahami arah aliran darah pada hewan
B. Landasan Teori
Sistem sirkulasi merupakan salah satu sistem yang vital bagi
keberlangsungan aktivitas fisiologi organisme. Dalam rangka menganalisa
aktivitas sistem sirkulasi, dapat dilakukan penghitungan tekanan darah dan detak
jantung (heart beat) yang karena kemampuan konduktivitasnya akan dapat
dihitung pada nadi di pergelangan tangan. Kecepatan detak nadi seirama dengan
detakan jantung memompa darah yang juga selaras dengan faktor kebutuhan
energi dari respirasi seluler.
Tekanan darah didefinisikan sebagai tekanan dari darah terhadap dinding
pembuluh darah. Faktor internal yang mempengaruhi tekanan darah adalah jumlah
darah yang ada dalam sistem peredaran, aktivitas memompa jantung, dan tahanan
dalam aliran darah. Pengukuran tekanan darah pada hewan bisanya dilakukan
secara langsung dengan menyisipkan kanula (bagian dari instrumen pengukur
tekanan) ke dalam pembuluh nadi carotis atau femoralis. Pada manusia,
pengukuran dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan
tensimeter (sfigmomanometer) yang dapat mengukur tekanan sistol dan diastol.
Tekanan darah 120/80 mmHg menunjukkan bahwa terdapat tekanan 120 mmHg
terhadap pembuluh arteri (sistole), dan 80 mmHg tekanan saat jantung berelaksasi
diantara pemompaan (diastole). Terdapat dua kelompok besar pembuluh darah
yaitu pembuluh nadi (arteri) yang membawa darah dari jantung menuju kapiler
dan pembuluh balik (vena) yang membawa darah kembali ke jantung. Pembuluh

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


8
nadi akan bercabang membentuk arteriol dan arteriol akan bercabang lebih banyak
lagi menjadi kapiler yang sangat halus. Arah dan kecepatan aliran darah pada
pembuluh darah tersebut dapat dijadikan indikator jenis pembuluh darahnya.

Praktikum 1.
Mengukur Tekanan Darah Pada Berbagai Aktivitas
C. Alat dan Bahan :
Stopwatch, spigmomanometer, alat tulis, dan tubuh praktikan sendiri dengan jenis
kelamin berbeda.
D. Prosedur Kerja :
Lakukan pengukuran tekanan darah pada seluruh anggota kelompok
praktikum baik lakilaki maupun perempuan. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan spigmomanomeneter terhadap praktikan dengan berbagai posisi
(aktivitas) yaitu duduk, berdiri, berjalan santai, jalan cepat, dan berlari (masing-
masing selama 5 menit). Catat hasil pengukuran sistole dan diastole pada lembar
kerja dan buat grafik hubungan aktivitas dan jenis kelamin dengan tekanan darah
manusia. Interpretasikan hasil yang diperoleh.

Praktikum 2.
Hubungan Denyut Nadi dan Aktivitas

E. Alat dan Bahan:


Stopwatch, stetoscope, alat tulis, dan tubuh praktikan sendiri

F. Prosedur Kerja:
Lakukan penghitungan denyut nadi pada pergelangan tangan untuk masing-
masing individu pada beberapa keadaan yaitu : duduk istirahat, berdiri, jalan
santai, jalan cepat dan berlari (masing-masing selama 5 menit). Hitung jumlah
detakan selama 60 detik dengan bantuan stetoscope atau dirasakan secara
langsung. Catat hasil yang diperoleh untuk semua individu kelompok praktikum

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


9
baik laki-laki maupun perempuan. Buat grafik hubungan antara aktivitas, jenis
kelamin dan jumlah detakan per menit lalu interpretasikan hasil praktikum.
Praktikum 3.
Aliran Darah Pada Kecebong
G. Alat dan Bahan:
Mikroskop, petridish, pinset, object glass, kecebong, batu es, kertas tissue

H. Prosedur Kerja:
Ambil kecebong dari wadahnya lalu letakkan di atas batu es beberapa saat
hingga pasif (jangan terlalu lama karena menyebabkan kematian). Angkat
kecebong tersebut lalu letakkan di atas kaca objek dan amati dengan mikroskop
dengan memposisikan bagian pinggir ekornya yang bening sehingga terlihat jelas
pada perbesaran minimum. Perhatikan aliran darah pada pembuluh darahnya dan
tentukan jenis pembuluh serta arah aliran darah dan catat hasil pada lembar
pengamatan. Buat sketsa arah aliran darah yang terlihat dan tentukan kategori
kecepatan alirannya (cepat, sedang, lambat).

I. Lembar Kerja Praktikum :


1. Pengukuran tekanan darah pada berbagai aktivitas

Tekanan Darah
No Nama Praktikan L/P
Duduk Berdiri Jalan Jalan Cepat Lari
1
2
3
4
5
6
CatatanPenting :
....................................................................................................................................
.............................................................................................................................

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


10
2. Pengukuran detak nadi pada berbagai aktivitas

Tekanan Darah
No Nama Praktikan L/P
Duduk Berdiri Jalan Jalan Cepat Lari
1
2
3
4
5
6

CatatanPenting :
....................................................................................................................................
.............................................................................................................................

3. Pengamatan aliran darah pada kecebong

Keterangan

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


11
KEGIATAN PRAKTIKUM IV
LAJU RESPIRASI HEWAN

A. Tujuan Praktikum
a. Untuk memahami metode pengukuran laju respirasi hewan melalui
penghitungan konsumsi oksigen.
b. Untuk melihat perbedaan laju respirasi pada berbagai spesies hewan dan
hubungannya dengan perbedaan temperatur lingkungan.

B. Landasan Teori
Respirasi secara sederhana didefinisikan sebagai proses pertukaran gas
berupa oksigen dan karbondioksida antara jaringan tubuh hewan dengan
lingkungan tempat hidupnya. Proses respirasi tersebut dikenal dengan proses
bernafas atau respirasi eksternal. Pada dasarnya peristiwa respirasi melibatkan
mekanisme produksi energi (ATP) yang merupakan manifestasi proses yang
terjadi pada level intraseluler (sitoplasama dan mitokondria) atau lebih dikenal
dengan respirasi seluler. Tujuan utama dari respirasi adalah untuk menghasilkan
energi (ATP) dan menetralisir senyawa buangan hasil metabolisme berupa
karbondioksida dari dalam tubuh.
Proses respirasi sangat erat kaitannya dengan dinamika perubahan
kuantitas gas oksigen yang dikonsumsi oleh tubuh dan karbondioksida yang
dikeluarkan. Oleh sebab itu salah satu cara untuk menaksir laju respirasi dapat
dilakukan dengan menghitung jumlah oksigen yang dikonsumsi per satuan waktu.
Dan karena faktor massa jaringan sangat menentukan level oksigen yang
dikonsumsi maka laju respirasi lebih tepat diukur dalam satuan volume oksigen
yang dikonsumsi per waktu per berat badan. Laju respirasi sangat bervariasi pada
hewan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor internal seperti aktivitas, usia, jenis
kelamin, dan status kesehatan serta faktor-faktor eksternal seperti temperatur,
kadar oksigen dan keberadaan gas-gas lainnya di lingkungan. Umumnya hewan-
hewan invertebrata memiliki efisiensi respirasi yang lebih tinggi daripada hewan
vertebrata.
Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan
12
Praktikum 1.
Menghitung Laju Respirasi Invertebrata
C. Alat dan Bahan :

Respirometer lengkap dengan perangkatnya, timbangan, kantung plastik,


beaker glass, termometer, jarum suntik, pemanas air, kapas, vaselin, eosin, KOH
4%, dan beberapa spesies hewan invertebrata kecil (contoh : Valanga sp.,
Periplaneta sp., larva kupu-kupu, dll).

D. Prosedur Kerja :

Lakukan penimbangan hewan percobaan terlebih dahulu satu per satu


(untuk tiap praktikum digunakan minimal 3 spesies yang berbeda). Selanjutnya
susun respirometer sebagai mana mestinya dengan menginjeksikan eosin pada
pipa respirometer (manometer) hingga skala 12 dan usahakan tidak adanya
gelembung udara. Selanjutnya masukkan kapas dan KOH 4% pada tabung sampel
yang kosong dan masukkan hewan percobaan pada tabung yang lainnya. Isolasi
sistem dengan mengoleskan vaselin sehingga tidak terjadi kebocoran gas oksigen
atau karbondioksida. Letakkan perangkat percobaan pada posisi yang ideal dan
biarkan selama 5 menit lalu hitung perubahan skala yang ditunjukkan oleh eosin
pada manometer. Untuk memvariasikan faktor suhu, maka percobaan pertama
dilakukan pada suhu ruangan, percobaan kedua pada suhu lebih rendah (dengan
meletakkan tabung hewan pada gelas berisi es), dan percobaan ketiga dengan suhu
lebih tinggi (dengan meletakkan tabung hewan percobaan pada gelas berisi air
panas). Jangan lupa mengukur suhu air pada gelas dengan menggunakan
termometer. Laju respirasi dapat dihitung dengan rumus sbb :
Dimana Vr : laju respirasi (ml/g/s)
Ss : skala awal manometer
Vr = (Sf – Ss) /Wb/T
Sf : Skala akhir manometer
T : Waktu (sekon)

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


13
Lakukan analisis data dengan membuat grafik hubungan laju respirasi per masing-
masing spesies terhadap suhu yang bervariasi (suhu perlakuan). Interpretasikan
data secara ringkas.

Praktikum 2.
Menghitung Laju Respirasi Vertebrata

E. Alat dan Bahan :

Respirometer lengkap dengan perangkatnya, timbangan, kantung plastik,


beaker glass, termometer, jarum suntik, pemanas air, kapas, vaselin, eosin, KOH
4%, dan hewan vertebrata berukuran kecil (misalnya cicak minimal 2 individu).

F. Prosedur Kerja :

Hewan percobaan ditimbang terlebih dahulu, selanjutnya dimasukkan ke


dalam tabung sampel hewan pada respirometer dan diukur laju respirasinya
seperti pada prosedur pengukuran respirasi hewan invertebrata (termasuk
perlakuan suhu dan analisis datanya). Data hasil penghitungan juga disajikan
dalam grafik hubungan laju respirasi dengan suhu lingkungan dan dibandingkan
dengan spesies invertebrata yang telah diukur sebelumnya. Interpretasikan hasil
percobaan secara tepat.

G. Lembar Kerja Praktikum :


Pengukuran Laju Respirasi
Spesies
No Parameter
A : ............. B : .............. C : .............. D : ...............
1 BW (g)
2 Ss Td (ml)
3 Sf Td (ml)
4 Ss Tr (ml)
5 Sf Tr (ml)
6 Ss Tp (ml)
7 Sf Tp (ml)
Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan
14
8 Vr Td (ml/g/s)
9 Vr Tr (ml/g/s)
10 Vr Tp (ml/g/s)
Ket: BW (berat badan), Ss (skala awal manometer), Sf (skala akhir manometer), Td (suhu dingin),
Tr (suhu ruangan), Tp (suhu panas), Vr (laju respirasi)

Catatan Penting :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

Contoh grafik hubungan laju respirasi hewan dan suhu:

Vr
(ml/g/s)

Suhu (0C)

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


15
KEGIATAN PRAKTIKUM V
ANALISIS URINE

A. Tujuan
a. Mengidentifikasi ciri-ciri dan komposisi urin yang normal.
b. Mengidentifikasi kelainan ginjal dari hasil pemeriksaan urin.
c. Untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk sedimentasi pada urine normal dan urin
patologis serta menginterpretasikannya

B. Landasan Teori

Sistem ekskresi merupakan salah satu sisitem fisiologis yang sangat vital
dalam rangka mengatur keseimbangan tubuh (osmoregulasi). Salah satu cara
termudah untuk mempelajari sistem tersebut adalah dengan mengkaji produk hasil
kerjanya yang merupakan manifestasi dari aspek fisiologis yang dilakukannya.
Ginjal sebagai organ ekskresi paling vital pada akhir proses kerjanya akan
mengekskresikan produk berupa urine sehingga karakterisitik kerja ginjal akan
tercermin dari kondisi urine yang dihasilkannya. Urine merupakan zat ekskresi
yang dibuang keluar tubuh sebagai hasil proses filterisasi yang sangat kompleks.
Di dalam urine terkandung berbagai substansi terutama zat-zat toksik, urea, asam
urat, kreatin, garam-garam, sisa obat, protein, gula, dan berbagai sedimen yang
spesifik. Pemeriksaan pada urin tidak hanya dapat memberikan deskripsi tentang
kondisi fisiologis ginjal dan salurannya, tetapi juga juga mengenai berbagai
aktivitas fisiologis organ-organ lainnya di dalam tubuh seperti hepar, saluran
empedu, dan pankreas. Sedimen urine dapat berupa sedimen organik maupun non
organik. Sedimensedimen seperti kristal, benang lendir atau substansi-substansi
padat lainnya dapat diamati secara mikroskopis dan akan memberikan gambaran
penting terhadap kondisi fisiologis tubuh dan ginjal itu sendiri.
Ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui serangkaian
proses, yaitu: penyaringan, penyerapan kembali dan augmentasi.

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


16
1. Penyaringan (filtrasi)
Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi
di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan
dan permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses
penyaringan. Selain penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali
sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil
yang terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium,
kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian
dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin
primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam
lainnya
2. Penyerapan kembali (reabsorbsi)
Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap
kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal
terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui
dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air
melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan
tubulus distal. Substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino
dikembalikan ke darah. Zat amonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan
garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan bersama urin. Setelah terjadi
reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih
diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa
metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea.
3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai
terjadi di tubulus kontortus distal. Dari tubulus-tububulus ginjal, urin akan menuju
rongga ginjal, selanjutnya menuju kantong kemih melalui saluran ginjal. Jika
kantong kemih telah penuh terisi urin, dinding kantong kemih akan tertekan
sehingga timbul rasa ingin buang air kecil. Urin akan keluar melalui uretra.
Komposisi urin yang dikeluarkan melalui uretra adalah air, garam, urea dan sisa

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


17
substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau
pada urin.
Dalam tubuh makhluk hidup terjadi proses metabolisme yang
menghasilkan zat-zat yang sangat penting untuk tubuh. Dari metabolisme tersebut
ada beberapa zat yang tidak diperlukan tubuh, sehingga harus dikeluarkan dari
tubuh. Zat-zat itu antara lain CO2 , H2O dan amonia [NH3]. Amonia berasal dari
perombakan protein yang sebelumnya dirombak dulu menjadi urea. Amonia
berbahaya bagi sel sehingga harus dikeluarkan.
Zat warna empedu merupakan sisa hasil perombakan sel darah merah di
hati dan disimpan dalam kandung empedu. Zat itu akan mengalami oksidasi
menjadi urobilinogen yang memberi warna kekuningan pada urine. Selain zat
tersebut di dalam urin juga terdapat garam-garam mineral yang dikeluarkan antara
lain: natrium dan kalium klorida serta zat-zat yang berlebihan dalam darah seperti
vitamin B dan C.

Praktikum 1
Pemeriksaan Urin

C. Bahan dan Alat


Sampel Urin, Indikator universal pH, Reagen Benedict, Reagen Biuret,
Larutan AgNO 1%, Larutan Iodium tincture, Korek api, Tabung reaksi, Rak
tabung reaksi, Pembakar spiritus, Gelas kimia 100 ml, pipet.

D. Prosedur Kerja
Lakukan pemeriksaan terhadap sampel urin yang ada untuk uji pH, amonia,
empedu, glukosa, protein dan ion klorida.
1) Mengukur pH urin
a) Masukkan urin ke dalam gelas kimia kemudian ukur pH urine dengan
menggunakan indikator universal!
b) Cocokkan warna pada indikator, berapa pH sampel urin ?

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


18
2) Menguji amonia
a) Masukkan 1 ml urin dalam tabung reaksi, kemudian panaskan dengan
pembakar spiritus sampai mendidih!
b) Bagaimana bau hasil pemanasan urine tersebut?
3) Menguji empedu
a) Masukkan 2 ml urin dalam tabung reaksi !
b) Miringkan tabung dan tetesi dengan larutan Iodium tincture hingga seluruh
permukaan urin tertutup. Perhatikan pada batas urin dan iodium tincture.
Apakah ada bentukan cincin warna hijau?
4) Menguji glukosa
a) Masukkan 2 ml urin ke dalam tabung reaksi
b) Tambahkan 5 tetes reagen benedict kemudian panaskan. Amati perubahan
warnanya!
5) Menguji protein
a) Masukkan 2 ml urin ke dalam tabung reaksi
b) Tambahkan 5 tetes reagen biuret kemudian biarkan selama 5 menit. Amati
perubahan warnanya!
6) Menguji ion klorida
a) Masukkan 2 ml urin ke dalam tabung reaksi !
b) Tambahkan 5 tetes larutan AgNO3 1% kemudian biarkan selama 5 menit.
Amati apakah terbentuk endapan putih? Mengapa hal itu bisa terjadi?

H. Diskusi
a. Jelaskan zat-zat yang terdapat dalam urin yang sehat?
b. Bagaimana jika terdapat glukosa dalam urin, mengapa hal demikian bisa
terjadi?
c. Jelaskan proses pembentukan urin?

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


19
Praktikum 2.
Analisis Sedimen Urine
I. Alat dan Bahan :
Tabung sentrifus, sentrifus urine, tang krus, pipet tetes, mikroskop, kaca
objek, cover glass, urine normal pagi hari dan urine patologis (penderita diabetes
melitus) yang telah ditambahkan formalin 40 % (1-2 ml sebagai fiksatif), dan
tissue gulung.

J. Prosedur Kerja :
Kocoklah sampel urine dalam botolnya sehingga homogen lalu tuangkan
masing-masing urine ke dalam tabung sentrifus sebanyak 7 ml dan lakukan
sentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 2000 rpm. Selanjutnya tuangkan
cairan di bagian atas dari tabung dengan cepat dan lues sehingga sedimen di
bagian bawah tidak ikut terbuang, sisahkan larutan dan sedimennya hingga kira-
kira 0.5 ml. Kocoklah tabung berisi larutan dan sedimen tersebut agar homogen
lalu ambil dengan pipet dan teteskan ke kaca objek sebanyak 2 tetes ke tempat
yang terpisah pada kaca objek yang sama. Tutup dengan kaca penutup lalu amati
dengan mikroskop. Amati jenis atau tipe sedimen-sedimen yang terlihat dan
gambar pada lembar kerja praktikum. Selanjutnya perkirakan juga kriteria
kuantitas sedimen yang terlihat (sedikit, sedang atau banyak). Bandingkan apakah
ada perbedaan antara urine normal dengan urine patologis dari aspek sedimenya.

K. Lembar Kerja Praktikum :


Analisis Sedimen Urine
No Jenis Urine Jenis / Tipe sedimen Kualitas Sedimen

1 Urine Normal

2 Urine Patologis

Interpretasi :
.........................................................................................................................
.. ........................................................................................................................
Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan
20
Gambar jenis/tipe sedimen yang ditemukan :

Urine Normal Urine patologis

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


21
PRAKTIKUM VI
TOLERANSI HEWAN TERHADAP SALINITAS

A. Tujuan Praktikum
1) Untuk mengetahui rentang toleransi hewan air tawar berupa ikan Hias;
Vertebrata) terhadap salinitas air
2) Untuk mengidentifikasi gejala-gejala fisiologis dan perilaku hewan yang
berhubungan dengan efek perubahan salinitas

B. Landasan Teori
Salinitas merupakan faktor eksternal yang sangat berpengaruh terhadap
fisiologis hewan-hewan aquatis baik vertebrata maupun invertebrata. Masing-
masing spesies memiliki rentang toleransi fisiologis yang spesifik terhadap faktor
tersebut sehingga mekanisme adaptasinyapun juga berbeda. Kadar garam atau
salinitas berhubungan erat dengan sifat osmolaritas cairan tubuh dan lingkungan
eksternal, sehingga jika terjadi perubahan salinitas yang signifikan akan diikuti
oleh perubahan-perubahan fisiologis yang berupaya untuk menyeimbangkan
kondisi di dalam tubuh dan di luar tubuh (homeostasis). Faktor tersebut juga
berperan dalam hal regulasi ion dan pertukaran oksigen dan karbon dioksida pada
respirasi dalam air. Hewan-hewan invertebrata sederhana seperti Planaria
memanfaatkan permukaan tubuhnya untuk melakukan respirasi dan pertukaran
ion-ion tubuh dengan lingkungannya melalui difusi. Hal tersebut menjadikan
tingginya sensitifitas fisiologis hewan tersebut terhadap perubahan-perubahan
faktor eksternal seperti salinitas. Konsentrasi larutan di luar tubuh yang terlalu
tinggi (misalnya tingginya kadar ion Na+ dan Cl) akan memicu terjadinya lisis sel-
sel dan pengeluaran sekret lendir yang berlebihan yang berujung pada kematian.
Hewan vertebrata seperti ikan biasanya cenderung memiliki kemampuan toleransi
yang lebih baik terhadap perubahan-perubahan faktor eksternal seperti salinitas.
Ikan memiliki mekanisme osmoregulasi yang sangat baik guna menjaga stabilitas
fisiologis pada kondisi yang tidak menguntungkan. Akan tetapi tetap ada suatu

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


22
batas toleransi yang spesifik dimana hewan tersebut masih mampu bertahan atau
tidak dapat lagi menyeimbangkan kondisi fisiologisnya sehingga berujung pada
kematian. Ikan akan terlihat banyak mengeluarkan sekret pada salinitas yang
tinggi dan akan mempercepat laju respirasi dengan meningkatnya frekuensi
gerakan operculum.

C. Alat dan Bahan :


Beaker glass 200 ml, gelas ukur, pipet tetes, pinset, stopwatch, kertas
label, aquadest, larutan NaCl (konsentrasi 0.1%, 0.5%, 1% dan 1.5%, 2%), ikan
Hias.

D. Prosedur Kerja:
Praktikum ini dilakukan dengan metode eksperimen sederhana. Kelompok
hewan coba dibagi menjadi dua yaitu vertebrata (ikan Hias) yang diberi perlakuan
yang sama tetapi dianggap sebagai unit percobaan yang terpisah. Perlakuan dalam
eskperimen ini adalah konsentrasi NaCl (berhubungan dengan salinitas) yang
terdiri atas 5 macam perlakuan dan 1 kontrol (lihat tabel) dan 6 ulangan sebagai
berikut :
Kode Perlakuan Perlakuan (medium Percobaan)
A Aquedest (kontrol)
B NaCl 0.1%
C NaCl 0.5%
D NaCl 1%
E NaCl 1.5%
F NaCl 2%

Sebagai persiapan, sediakan hewan percobaan (ikan Hias) masing-masing


24 ekor. Selanjutnya sediahkan 6 beaker glass dengan volume dan bentuk yang
sama lalu isi dengan medium seperti pada tabel dan beri kode perlakuan pada
masing-masing beaker glass. Masukkan sebanyak 4 ekor hewan percobaan ke

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


23
dalam beaker glass yang berbeda sesuai urutan perlakuan lalu biarkan selama 10
menit. Lakukan observasi dan pencatatan sbb :
Parameter-parameter yang diamati pada ikan Hias.:
a. Pergerakan : skor 1 jika kurang aktif, 2 jika normal, dan 3 jika sangat aktif.
b. Frekuensi pergerakan overculum per menit (amati 1 ekor ikan saja untuk
masing-masing perlakuan)
c. Persentase individu yang bertahan hidup setelah 2 jam perlakuan.
d. Gejala-gejala pengeluaran sekret setelah akhir percobaan (ada lendir atau
tidak) dan gejala pendarahan atau bleeding pada permukaan tubuh, sirif,
insang, dan mata.
e. Tingkat kekeruhan air setelah akhir percobaan (jernih skor 0, agak keruh skor
1, keruh skor 2, sangat keruh skor 3)

E. Lembar Kerja Praktikum :


Pengamatan Pada Ikan Hias
No Parameter Kuantitatif / Semikuantitatif Perlakuan
1 Pergerakan A B C D E F
2 Frekuensi gerak operculum/menit
3 Persentase survival individu (%)
4 Tingkat kekeruhan air
Catatan : kolom diisi dengan hasil penghitungan atau pemberian skor untuk tiap parameter.

No Parameter Kuantitatif / Semikuantitatif Perlakuan


1 Pengeluaran sekret/lendir A B C D E F
2 Pendarahan di insang
3 Pendarahan di sirip
4 Pendarahan di mata
5 Pendarahan di tubuh
Jumlah macam gejala yang terlihat
Catatan : kolom diisi dengan tanda (+) jika ada, dan tanda (-) jika tidak ada
Interpretasi:
........................................................................................................................
...........................................................................................................................

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


24
PRAKTIKUM VII
PENGARUH ZAT STIMULAN TERHADAP KECEPATAN
TANGGAP SARAF

A. Tujuan
Mengetahui pengaruh zat stimulan yang terdapat pada berbagai minuman
kemasan terhadap kecepatan tanggap saraf.

B. Dasar Teori

Sel saraf dalam sistem saraf berfungsi untuk menjalarkan impuls. Impuls
dapat menjalar pada sebuah sel saraf, juga dapat menjalar pada sel lain dengan
melintasi sinapsis. Penjalaran impuls dapat terjadi dengan cara transmisi elektrik
atau transmisi kimiawi yang menggunakan bantuan neurotransmitter. Proses
transmisi sinapsis dapat berlangsung lebih lambat atau mengalami gangguan.
Beberapa bahan yang diketahui sebagai sumber gangguan dalam transmisi
sinapsis ini adalah pestisida, racun ular dan obat bius. Proses transmisi sinapsis
juga dapat berlangsung lebih cepat akibat pengaruh dari konsumsi zat-zat yang
mengandung zat stimulan.
Stimulan adalah obat-obatan yang menaikkan tingkat kewaspadaan di dalam
rentang waktu singkat. Stimulan biasanya menaikkan efek samping dengan
menaikkan efektivitas. Stimulan menaikkan kegiatan sistem saraf simpatetik,
sistem saraf pusat (CNS), atau kedua-duanya sekaligus. Beberapa stimulan
menghasilkan sensasi kegembiraan yang berlebihan, khususnya jenis-jenis yang
memberikan pengaruh terhadap CNS. Stimulan dipakai di dalam terapi untuk
menaikkan atau memelihara kewaspadaan, untuk menjadi penawar rasa lelah,
untuk menjadi penawar keadaan tidak normal yang mengurangi kewaspadaan atau
kesadaran (seperti di dalam narkolepsi), untuk menurunkan bobot tubuh
(phentermine), juga untuk memperbaiki kemampuan berkonsentrasi bagi
orangorang yang didiagnosis sulit memusatkan perhatian (terutama ADHD).
Stimulan kadang-kadang dipakai untuk memompa ketahanan dan produktivitas,
juga untuk menahan nafsu makan.

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


25
Stimulan sistem saraf pusat kegiatannya meningkatkan norepinefrin dan
dopamin dalam dua cara yang berbeda. Pertama, stimulan SSP meningkatkan
pelepasan norepinefrin dan dopamin dari sel-sel otak. Kedua, stimulan SSP
mungkin juga menghambat mekanisme yang biasanya mengakhiri tindakan
neurotransmiter . Sebagai hasil dari kegiatan ganda sistem saraf pusat stimulan,
norepinefrin dan dopamin telah meningkatkan efek di berbagai daerah di otak.
Beberapa area otak yang terlibat dengan mengendalikan terjaga dan orang lain
yang terlibat dengan mengendalikan kegiatan motorik. Hal ini diyakini bahwa
stimulan SSP mengembalikan keseimbangan neurotransmiter.

C. Alat dan Bahan

· Penggaris plastik 30 cm · Minuman stimulan: Extra Joss, Kopi, Coca Cola,


Hemaviton Jreng, M-150, Kratingdaeng dll. · Air minum · Sendok/ pengaduk,
gelas

Langkah Kerja
a. Persilahkan subjek uji coba untuk duduk santai.
b. Letakkan sebuah penggaris secara tegak lurus di antara ibu jari dan telunjuk
tangan kanan. Usahakan posisi titik 0 berada tepat di antara ibu jari dan
telunjuk tangan kanan.
c. Tugas subjek uji coba adalah menangkap penggaris yang dilepas oleh
temannya.
d. Tanpa memberitahu dahulu, lepaskan penggaris itu ke bawah dan mintalah
subjek uji coba untuk menangkap dengan menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk tangan kanan. Kemudian lihat tepat pada skala berapa kedua jari
tersebut menempel pada penggaris. Ulangi kegiatan di atas sampai 5 kali!
e. Ulangi langkah d, namun menggunakan tangan kiri.
f. Mintalah subjek uji coba meminum zat stimulan ( usahakan semua kelas
mencoba semua jenis stimulan). Tunggu selama 30 menit (gunakan untuk
mengerjakan praktikum lain).

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


26
g. Setelah 30 menit lakukan langkah a sampai e.
h. Mintalah data dari kelompok lain, agar dapat membandingkan antara hasil
penelitian kelompok anda dengan kelompok lain!

D. Diskusi
1) Samakah kecepatan merespon antara tangan kiri dengan tangan kanan?
2) Samakah kecepatan merespon antara sebelum minum stimulan dengan
setelah minum stimulan?
3) Bagaimana respon zat stimulan terhadap respon kecepatan secara umum?
4) Setelah mendapat data dari kelompok lain, apakah jenis zat stimulan
memberikan pengaruh yang sama terhadap kecepatan merespon?

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


27
PRAKTIKUM VIII
FUNGSI SARAF OTAK BESAR DAN OTAK KECIL

A. Tujuan
1) Memeriksa fungsi sebagian besar saraf otak besar.
2) Memeriksa fungsi otak kecil.

B. Landasan Teori

Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak
tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla
oblongata), dan jembatan varol.
Otak besar (serebrum) mempunyai fungsi dalam pengaturan semua
aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan
(memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari
semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga
beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna
kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah
belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon
rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan
sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat
kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah
bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian
depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara,
kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
Otak tengah (mesensefalon) terletak di depan otak kecil dan jembatan
varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur
kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan
lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan
juga merupakan pusat pendengaran.

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


28
Otak kecil (serebelum) mempunyai fungsi utama dalam koordinasi
gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada
rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal
tidak mungkin dilaksanakan.
Sumsum sambung (medulla oblongata) berfungsi menghantar impuls yang
datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga
mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah,
volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar
pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain
seperti bersin, batuk, dan berkedip.
Jembatan varol (pons varoli) berisi serabut saraf yang menghubungkan otak
kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang
belakang.

C. Alat dan Bahan


· Bawang putih · Serbuk kopi · Cotton bud · Buku bacaan · Stop watch ·
Pensil, kertas karton

D. Prosedur Kerja
Anda hendaknya bekerja berpasangan. Kerjakan rangkaian langkah ini
secara lengkap terhadap teman anda, kemudian bergantian. Amati dan catat
hasilnya.

UJI SARAF CRANIAL


1) Nervus Olfaktorius
Subjek uji coba diminta duduk dan menutup matanya. Botol berisi serbuk
kopi dibuka dan dilewatkan mendatar sejauh 8 cm dari muka lubang hidung.
Giliran berikutnya irislah satu siung bawang putih secara melintang, kemudian
lewatkan juga seperti botol kopi tadi. Urutan bahan dapat anda balik. Dapatkah
subjek uji coba membedakan keduanya?

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


29
2) Nervus Opticus
Bukalah suatu halaman buku penuh dengan tulisan. Tandailah awal suatu
kalimat. Mintalah subjek uji coba membaca kalimat-kalimat itu mulai dari awal
tanda selam 1 menit. Hitung dan catatlah banyaknya kata yang dapat dibaca
selama 1 menit tersebut.

3) Nervus Aculomotor
Mintalah subjek uji coba untuk terus mengawasi pensil yang anda
gerakkan beberapa kali ke arah vertikal, horisontal, serong kiri, serong kanan dan
berputar, sambil menjaga agar kepalanya tetap tidak bergerak. Dapatkah dia
mengikuti semua gerakan tersebut?

4) Nervus Facialis
Mintalah subjek uji coba untuk tersenyum sambil menunjukkan giginya,
menggembungkan pipinya, mengerutkan dahinya, mengangkat alis satu per satu
maupun bersamaan. Dapatkah dia melakukan semuanya dengan baik?

b. UJI SARAF OTAK KECIL


Mintalah subjek uji coba berdiri sejauh 2 meter dari kertas yang
bertuliskan perintah berikut ini. Mintalah dia membaca tiap perintah, kemudian
mengulang membaca bersuara sambil melaksanakan tugas yang tertulis di situ.
Amati dan catatlah gerakan mana yang paling mudah dilakukannya.
Perintah tertulis antara lain:

1. RENTANGKAN KEDUA LENGAN KE SAMPING


DAN GERAKKAN SEMUA JARI-JARI DENGAN CEPAT.

2. RENTANGKAN KEDUA LENGAN KE SAMPING


DAN SALING SILANGKAN SEMUA JARI-JARI
DENGAN RAPAT.

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


30
3. TOLEHKAN KEPALA KE SAMPING DENGAN
PANDANGAN LURUS KE SAMPING. BERJALANLAH
MAJU DENGAN MELETAKKAN TUMIT YANG SATU
DI DEPAN UJUNG JARI KAKI YANG LAIN.

4. TUTUPLAH MATA DAN BERDIRILAH TEGAK


SELAMA SATU MENIT.

5. TUTUPLAH MATA DAN SENTUHLAH HIDUNG


DENGAN TELUNJUK KANAN.

6. TUTUPLAH MATA DAN SENTUHLAH HIDUNG


DENGAN TELUNJUK KIRI.

7. SENTUH TELUNJUK KANAN PENGAMAT.

8. BERDIRI TEGAK DAN GERAKKAN KAKI KANAN


KE ATAS KE BAWAH MENGGESER SEPANJANG
KAKI KIRI.

9. BERDIRI TEGAK DAN GERAKKAN KAKI KIRI KE


ATAS KE BAWAH MENGGESER SEPANJANG KAKI
KANAN.
Catatlah kedua hasil uji pada tabel untuk 2 subjek uji coba.
E. Diskusi
a. Samakah status saraf subjek 1 dengan subjek 2 ?
b. Bila sama, mengapa hal itu bisa terjadi?
c. Bila tidak sama, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perbedaan
tersebut?
PRAKTIKUM IX
ALAT INDERA

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


31
Landasan Teori
Manusia membutuhkan informasi berupa rangsangan dari lingkungan luar
sekitar untuk dapat menjalani hidupnya dengan baik. Agar rangsangan yang
berasal dari luar tubuh dapat ditangkap oleh reseptor dibutuhkan alat-alat tubuh
tertentu yang bernama indera. Kelima alat indera itu adalah mata, hidung, telinga,
kulit dan lidah.
Apabila dibagi ke dalam kelompokreseptor, maka alat indera dapat
dikelompokkan dalam tiga kelompok, yakni :
1. Kemoreseptor : Kemoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap
rangsangan zat kimia yaitu indra pembau (Hidung) dan indra pengecap (lidah).
2. Mekanoreseptor: Mekanoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap
rangsangan gaya berat, tegangan suara dan tekanan yakni indra peraba (kulit) dan
indra pendengaran (telinga).
3. Fotoreseptor: Fotoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap
rangsangan cahaya seperti indra penglihatan atau mata.

A. PENGECAP
1. Tujuan
a. Menentukan kecermatan pengecapan praktikan pada penggunaan beberapa
bahan.
b. Menentukan daerah penyebaran reseptor dari keempat sensasi kecap primer,
berdasarkan kepekaan tertinggi terhadap bahan yang bersangkutan.
c. Menentukan daerah penyebaran reseptor kecap selain sensasi primer.
2. Alat dan Bahan
a. Alat.
· Cotton bud · Cawan petri · Gelas kimia · Sapu tangan · Peta rasa (gambar lidah)
· Tissue/ kapas
b. Bahan. · Larutan NaCl (asin) · Larutan asam · Laruatan glukosa (manis) ·
Larutan kopi tanpa gula (pahit) · Larutan cabe/ merica (pedas) · Air putih

3. Prosedur Kerja

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


32
a. Sebelum percobaan dimulai, bersihkan dulu gusi dan lidah dari sisa-sisa
makanan dengan berkumur. Kemudian bersihkan lidah dengan tissue/kapas
agar tidak basah oleh air ludah.
b. Tuangkan cairan pada cawan petri dan rendam cotton bud pada tiaptiap
larutan
c. Tutup mata praktikan, agar tidak mengetahui larutan apa yang dipergunakan.
d. Sentuhkan cotton bud pada tempat-tempat pusat pengecap dan praktikan
diminta untuk mengatakan rasa apa yang dirasakan setiap kali sentuhan dan
pada tempat mana yang paling terasa macam larutan yang disentuhkan.
e. Ulangi percobaan ini dengan cotton bud yang lain sesuai larutannya.
Tanyakan: Apakah pada daerah yang disentuh dirasakan rasa larutan
tertentu (sesuai/tidak dengan macam larutan yang dicobakan).
f. Bila jawaban praktikan sesuai dengan larutan yang dicobakan, maka pada
gambar lidah diberi tanda + dan bila tidak sesuai diberi tanda - .
g. Ulang percobaan ini pada orang lain dengan cotton bud yang berbeda.
Kemudian bandingkan hasilnya.
h. PERLU DIINGAT : Setiap penggantian larutan, praktikan harus kumur lebih
dahulu.

B. PEMBAU
1. Tujuan Mengetahui pentingnya pengaruh rangsangan bau terhadap kepekaan
seseorang.
2. Alat dan Bahan
a. Alat : · Spuit/ syringe 2,5 ml · Sapu tangan · kapas
b. Bahan
· Minyak menthol · Minyak angin · Parfum · Minyak cengkih

3. Langkah Kerja
a. Praktikan tidak boleh flu /pilek.
b. Tutup mata yang bersangkutan.
Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan
33
c. Ambil parfum dengan jarum syringe secukupnya, kemudian lepaskan jarum
dan biarkan syringe dalam kondisi posisi terbalik ( lubang jarum menghadap
ke atas)
d. Sisipkan ujung penutup pada bagian belakang dalam hidung melalui lubang
hidung satu sisi, sedangkan sisi lain lubang hidung ditutup dengan kapas,
agar yang membau hanya satu sisi saja. Kemudian praktikan
membau/menghirup. Tanyakan bau apa yang dibaunya. Catat hasilnya!

Setelah itu posisi syringe diarahkan ke atas dan disuruh menghirup lagi.
Tanyakan bau apa yang dibaunya dan mana yang lebih bau pada posisi pertama
atau posisi kedua. Bandingkan! Catat hasilnya!

e. Ulangi percobaan di atas dengan bahan yang lain.


f. Tutup lubang hidung yang satu dengan kapas dan yang satu tetap terbuka.
g. Tuang bahan pada spuit secukupnya.
h. Pegang syringe dan dekatkan pada hidung yang terbuka dengan jarak 1,5 cm
di depan hidung. Kemudian mintalah praktikan untuk menghirup dan
hembuskan lewat mulut.
i. Ulangi hal ini berkali-kali sampai tidak lagi membau bahan tersebut.

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


34
j. Hitunglah Olfactory Fatigue Times (OFT), yaitu waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai ketidakpekaan (kelelahan) pembau, artinya sampai tidak
lagi dapat membau sesuatu. Ulangi 3×, kemudian hitung rataratanya.
k. Hitunglah Olfactory Recovery Times (ORF), yaitu waktu yang dibutuhkan
untuk kesembuhan pembau, artinya sampai dapat membau kembali. Ulangi
3×, kemudian hitung rata-ratanya.
l. Ulangi semua percobaan di atas dengan praktikan yang lain dan bandingkan
hasilnya.
m. Diantara bahan-bahan yang ada, bau apa yang lebih merangsang praktikan?
Jelaskan, mengapa?

C. HUBUNGAN PEMBAU DAN PENGECAP


1. Tujuan
Mengetahui pentingnya pengaruh bau terhadap kesan pengecapan

2. Alat dan Bahan


a. Alat
· Tusuk gigi · Pisau · Kapas/tissue · Sapu tangan
b. Bahan
· Bengkoang · Kentang · Apel · Air putih

3. Langkah Kerja
a. Tutup mata praktikan dan hidungnya ditutup dengan sapu tangan.
b. Lidah dibersihkan dengan kapas atau tissue.
c. Letakkan sekerat bahan, secara bergantian. Tanyakan, apa yang dirasakan
setiap kali bahan diletakkan di lidah, dan tanyakan juga apakah ia dapat
membau atau mengecap.
d. Ulangi percobaan, akan tetapi pada keadaan hidung terbuka.
e. Ulangi percobaan 2× pada praktikan yang sama dan ulangi percobaan untuk
praktikan yang lain. Bandingkan!

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


35
D. RESEPTOR PANAS DAN DINGIN

1. Tujuan
Mengetahui banyaknya reseptor panas dan dingin.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
· Penggaris · Jarum pentul · Gelas kimia · spidol
b. Bahan
· Air hangat · Air dingin
3. Langkah Kerja
a. Buatlah kotak sepanjang 28 mm dan dibagi dalam 14 kotak pada tangan
bagian dorsal.
b. Masukkan jarum ke dalam gelas kimia yang berisi air hangat dan jarum lain
pada air dingin.
c. Tunggu lima menit, sentuhkan sebentar masing-masing jarum itu ke dalam
kotak bujursangkar pada praktikan secara berurutan.
d. Untuk mempertahankan suhu jarum, masukkan lagi jarum ke gelas kimia.
e. Catat hasilnya, tanda + untuk kotak yang merasakan dan tanda – untuk kotak
yang tidak merasakan.
f. Ulangi percobaan untuk tangan bagian ventral pada praktikan yang sama.

E. PENGARUH DINGIN TERHADAP RASA SAKIT

1. Tujuan
Mengetahui adanya pengaruh dingin terhadap rasa sakit/nyeri

2. Alat dan Bahan


a. Alat · Jam/ stopwatch · Tissue
b. Bahan · Es batu

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


36
3. Langkah Kerja
a. Praktikan duduk dan telapak tangannya mendatar di atas meja.
b. Cubit telapak tangannya dengan intensitas sedang hingga dia mulai sakit dan
meneruskan hingga dia tidak merasakan sakit/nyeri.
c. Ulangi cubitan pada tempat yang tadi setelah membiarkan praktikan
beberapa saat.
d. Usap es dengan gerakan memutar sekitar daerah itu dan keringkan dengan
tissue.
e. Catat waktu begitu ia tidak merasakan sakit.
f. Usap es tetapi pada daerah terdekat dengan area cubitan tadi.
g. Lakukan pada telapak tangan yang lain.
h. Lakukan pada praktikan yang lain. Bandingkan !

F. KEPEKAAN SENTUHAN

1. Tujuan
a. Mengetahui letak kepekaan terhadap sentuhan dari bagian kulit. b. Melatih
kepekaan terhadap sentuhan.

2. Alat dan Bahan


· Sapu tangan · Spidol · Penggaris · jangka

3. Langkah Kerja
a. Praktikan ditutup matanya dan salah satu lengannya diletakkan di atas meja.
b. Letakkan kaki jangka pada jarak 3 cm dan sentuhkan dengan tekanan ringan
kedua kaki jangka tadi secara bersama-sama pada bagian ventral lengan
bawah praktikan. Jika ia merasakan dua titik maka jarak kedua kaki jangka
diperkecil, sebaliknya bila praktikan mersakan satu titik maka jarak kedua
kaki diperbesar.
c. Dilakukan sedikit demi sedikit hingga memperoleh jarak terpendek yang
masih dirasakan dua titik oleh praktikan.
d. Catat data yang diperoleh.
Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan
37
e. Ulangi pada praktikan yang lain.
f. Ulangi kegiatan di atas pada lengan bawah bagian dorsal, telapak tangan
bagian ventral dan dorsal, ujung jari tangan kiri dan tangan kanan, dahi,
pipi, tengkuk dan bibir.

G. BINTIK BUTA

1. Tujuan
Menentukan jarak benda yang bayangannya jatuh pada bintik buta.

2. Alat dan Bahan


· Mata uang logam 5 buah · Kertas karton · penggaris

3. Langkah Kerja
a. Susunlah 5 buah mata uang logam berdiri lurus ke belakang dengan jarak
masing-masing 8 mm.
b. Tutuplah salah satu mata praktikan dengan karton tebal. Sedangkan mata
yang satunya tertuju pada bagian tengah dari uang logam yang terdepan.
c. Tanyakan, berapa banyak uang logam yang tampak? Uang logam mana yang
tidak kelihatan ? jarak mata uang logam itu ke mata merupakan jarak benda
yang bayangannya jatuh pada bintik buta.
d. Coba ubah ( memperbesar/ memperkecil) jarak antar mata uang logam itu,
bagaimana hasilnya? Bandingkan!
e. Ujilah juga mata yang sebelah lagi ! dan ulangi pada praktikan yang lain.
Benda yang bayangannya jatuh pada bintik buta suatu mata, bayangannya
tidak akan jatuh pada bintik buta mata sebelahnya. Orang tidak memperoleh
kesan penglihatan dari bayangan yang jatuh pada tempat yang tidak
mengandung sel batang dan sel kerucut.

H. REFLEKS PUPIL TERHADAP INTENSITAS CAHAYA

1. Tujuan

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


38
Mengetahui refleks pupil ketika ada cahaya yang masuk.
2. Alat dan Bahan
· Penggaris · Sapu tangan · Senter
3. Langkah Kerja
a. Ukur dan catat diameter pupil praktikan, dengan meletakkan penggaris di
bawah salah satu matanya.
b. Praktikan diminta untuk memejamkan mata dan ditutup dengan tangan atau
saputangan, sedang penggaris tetap dipegang.
c. Secara mendadak mintalah praktikan dan ukur diameter pupil matanya.
Bandingkan dengan hasilnya !
d. Praktikan diminta kembali untuk memejamkan matanya. Akan lebih baik
hasilnya apabila praktikan berada di tempat gelap.
e. Secara mendadak terangi mata dengan senter, ukur diameter pupil.
f. Ulangi pada manusia coba yang lain. Bandingkan !

I. REFLEKS PUPIL TERHADAP AKOMODASI MATA

1. Tujuan
Mengetahui refleks pupil terhadap akomodasi mata.

2. Alat dan Bahan


· Penggaris

3. Langkah Kerja
a. Ukur diameter pupil pada keadaan normal praktikan, dengan meletakkan
penggaris di bawah salah satu matanya.
b. Praktikan di minta melihat benda-benda yang jauh letaknya, ukur diameter
pupilnya.
c. Praktikan di minta melihat benda-benda yang dekat letaknya, ukur diameter
pupilnya.
d. Ulangi percobaan pada praktikan yang lain.

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


39
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, 2003, Biologi jilid 3, Erlangga : Jakarta

Djarubito B M, 1989. Zoologi Dasar.Erlangga; Jakarta

Djuhanda Tatang. 1984. Analisa Struktur Vertebrata jilid 2.Armico.Bandung

Djuhanda Tatang. 1983. Analisa Struktur Vertebrata jilid 1.Armico.Bandung

Isnaeni Wiwi,2006. Fisiologi Hewan. Kanisius: Yogyakarta


Putra Santoso,2009. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam.Universitas Andalas Padang

Raharjo,Dkk.2011. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Jurusan Biologi


Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Surabaya.

Susilowati,Dkk.2000. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Fakultas Matematika


Dan Ilmu Pengetahuan Alam.Universitas Negeri Malang.

Buku Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan


40

Anda mungkin juga menyukai