Anda di halaman 1dari 39

Pedoman Praktikum Fisiologi Hewan

Berbasis Project Based Learning


Dalam Rangka Penerapan
Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM)

Disusun oleh:
Dr. Sugiharto
Dr. Dwi Winarni
Firli Rahmah, Ph.D.
Prof. Dr. Alfiah Hayati
Prof. Dr. Sri Puji Astuti W.

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2024
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karuniaNya, yang telah diberikan kepada
para penyusun buku Pedoman Praktikum Fisiologi Hewan Berbasis Project Based
Learning Dalam Rangka Penerapan Merdeka Belajar Kampus Merdeka
(MBKM) ini, sehingga buku ini dapat digunakan oleh mahasiswa program studi S1
Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga. Diharapkan adanya
buku ini dapat mengarahkan para mahasiswa untuk mengeksplorasi dan menerapkan
perkembangan ilmu dan penelitian khususnya yang berbasis ilmu Fisiologi Hewan.
Dalam penyusunan buku Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan ini, penulis
dan penyusun sangat menyadari masih banyak kekurangan, untuk itu segala kritik
dan saran dari para pembaca dan pengguna buku ini, sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan buku petunjuk praktikum ini di kemudian hari.

Surabaya, 15 Februari 2024


Tim Penyusun
TATA TERTIB PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

1. Peserta harus sudah hadir di ruangan praktikum maksimal 5 menit sebelum


praktikum dilaksanakan dengan mengenakan pakaian yang sopan (dilarang
memakai kaos oblong dan sandal). Dosen/asisten dosen berhak mengeluarkan
praktikan, apabila praktikan memakai sandal/kaos oblong.

2. Sebelum praktikum berlangsung, akan diadakan pre-test mengenai materi


praktikum yang akan diadakan pada hari tersebut.

3. Bagi yang terlambat pre-test, tidak diberikan waktu kompensasi (pre-test tetap
berlangsung) dan maksimal keterlambatan adalah 20 menit (lebih dari 20 menit
dilarang mengikuti praktikum).

4. Praktikan wajib hadir praktikum 100%, apabila tidak dapat hadir harus
menyertakan bukti / alasan yang sah kepada dosen pembina praktikum dan
diwajibkan mengikuti acara inhal di hari terakhir praktikum (maksimal inhal
adalah 2 topik, tanpa nilai Pre-test) dengan membayar sejumlah biaya praktikum
yang akan ditentukan kemudian. Apabila presensi kurang dari 100%,
mahasiswa dinyatakan gagal dan tidak diperkenankan mengikuti Ujian Akhir
Praktikum, serta memperoleh Nilai Akhir Praktikum = 0.

5. Selama praktikum berlangsung, praktikan dilarang makan, minum, membuat


keributan (gaduh), & wajib menjaga keutuhan preparat/alat. Jika terdapat
kerusakan/pecah/ kehilangan alat praktikum, praktikan diwajibkan melapor dosen
Pembina atau Laboran serta mengganti alat tersebut.

6. Setelah menyelesaikan praktikum, alat yang dipinjam harus dikembalikan dalam


keadaan bersih, kering, & utuh. Sampah harus dibuang ke tempat sampah yang
sudah disediakan.

7. Format Laporan Hasil Praktikum, meliputi: Judul, Tujuan, Dasar Teori, Bahan &
Alat, Cara Kerja, Hasil & Pembahasan, Kesimpulan, Daftar Pustaka → diketik font
12 Times New Roman, 1½ spasi. Laporan cukup dibuat 1 eksemplar setiap
kelompok praktikum dan file di upload di hebat e-learning

8. Komposisi Nilai Akhir Praktikum (NAP) = 10% Soft skills + 15 % Pretest + 20 %


Laporan + 25% Presentasi + 30% UAS

3
Keterangan Tugas Praktikum Fisiologi Hewan Berbasis
Project Based Learning Dalam Rangka Penerapan Merdeka
Belajar Kampus Merdeka (MBKM) 2024

1. Kelas D1 dibagi menjadi 4 kelompok @ 4-5 mahasiswa → demikian juga dengan


kelas D2 – D4
2. Masing-masing kelompok mendapat 1 mencit jantan + 3 mencit betina dan bertugas
untuk memelihara serta memberi perlakuan penelitian
3. Perlakuan penelitian → Kelompok D1-1 = kontrol (akuades) / D1-2 = Cd 25 ppm
/ D1-3 = Cd 50 ppm / D1-4 = Cd 100 ppm; Sedangkan kelompok D2-1 = kontrol
(akuades) / D2-2 = Pb 25 ppm / D2-3 = Pb 50 ppm / D2-4 = Pb 100 ppm →
Perlakuan kelompok D3 = D1dan D4 = D2.
4. Perlakuan diberikan secara oral, pagi hari (08.00 – 10.00) → 1 minggu = 2x → pada
hari Senin dan Kamis
5. Perlakuan dimulai pada 29 Februari sampai dengan 20 Maret 2024
6. Data yang diamati → reproduksi jantan, jumlah leukosit dan eritrosit serta kadar Hb
7. Untuk kelompok D1-1 data reproduksi jantan, D1-2 data jumlah leukosit, D1-3 data
jumlah eritrosit, D1-4 data kadar Hb → Hal yang sama juga dilakukan oleh
kelompok D2 – D4.
8. Hasil pengamatan akan dipresentasi pada minggu sebelum UAP → semua kelompok
melakukan presentasi dengan dibimbing oleh dosen kelas masing-masing di R.226
dan 227

4
Contoh cover format laporan praktikum:

JUDUL PRAKTIKUM
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pelaksanaan : (Hari dan Tanggal Praktikum)
Asistensi : Nama Dosen

Logo Unair

Kelas / kelompok: …. /…..

Nama Anggota (NIM)


Nama Anggota (NIM)
Nama Anggota (NIM)
Nama Anggota (NIM)

Departemen Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga
2024

5
GARIS GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN (GBPP)
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

Kode : BIZ 212


SKS : 1 SKS
Semester :4

Deskripsi

Menjelaskan prinsip kerja sphygmomanometer serta faktor yang mempengaruhi tekanan


darah, menentukan kadar Hb, mengukur kadar gula darah, menghitung jumlah eritrosit, dan
leukosit, serta cara penghitungan dengan bilik hitung Improved Neubauer; menjelaskan
prinsip kerja reaksi antigen - antibodi dan reaksi aglutinasi dalam penentuan golongan
darah; menentukan waktu koagulasi darah; menentukan konsumsi oksigen dan faktor yang
mempengaruhi konsumsi oksigen hewan coba; menentukan lokasi dan waktu sensasi
reseptor pengecap; pengukuran motilitas dan morfologi spermatozoa, menentukan siklus
estrus hewan coba, serta penanganan hewan coba

Tujuan

Dapat mendiskusikan dan mempraktekkan prinsip-prinsip fisiologi manusia dan hewan


coba, serta mengoperasikan alat-alat yang terkait (A2-P3-P4).

Strategi mengajar: Praktikum, Proyek Kelompok, dan Diskusi (Presentasi)

Kompetensi
1. Dapat menjelaskan prinsip-prinsip fisiologi yang terjadi pada mahkluk hidup (2)
2. Dapat bekerja secara berkelompok dan melakukan koordinasi dalam kelompok (5)

Pustaka acuan
1. Gordon Betts, Peter Desaix, Eddie Johnson, Jody E. Johnson, Oksana Korol, Dean
Kruse, Brandon Poe, James A. Wise, Mark Womble, Kelly A. Young, 2013,
Anatomy & Physiology, OpenStax College Rice University, Houston, Texas
2. Sugiharto, Darmanto, W., Wahyuningsih, S.P.A., Hayati, A., Martha, Y., Olivia, P.,
and 2019. Antioxidant activities of curcumin to MDA blood serum concentration
and lead levels in liver of mice, Malaysian Journal of Science, 2019, 38: 21–29.
https://doi.org/10.22452/mjs.sp2019no3.3
3. Sugiharto, Dwi Winarni, Anjar Tri Wibowo, Ufairanisa Islamatasya, Idqa Nurtri
Bhakti, Nabilatun Nisa, Boon Chin Tan, Yosephine Sri Wulan Manuhara, 2022.
Gynura procumbens adventitious root extract altered expression of antioxidant genes
and exert hepatoprotective effects against cadmium-induced oxidative stress in mice,
Hayati Journal of Biosciences, 29(4): 479-486.
https://doi.org/10.4308/hjb.29.4.479-486.

6
Daftar Isi

Halaman

Tata tertib Praktikum Fisiologi hewan i


Contoh cover format laporan praktikun ii
Garis garis Besar Program Perkuliahan (GBPP) iii
Daftar isi vi
Acara I : Penggunaan hewan coba 1
Acara II : Pengukuran tekanan darah 3
Acara III : Pengukuran kadar Hb 7
Acara IV-V : Penentuan jumlah leukosit dan eritrosit 10
Acara VI-VII : Penentuan golongan darah dan kadar glukosa darah 15
Acara VIII : Penetapan waktu koagulasi darah 20
Acara IX : Lokasi dan waktu sensasi reseptor pengecap 23
Acara X : Respirasi 26
Acara XI : Sistem reproduksi jantan 29
Acara XII : Sistem reproduksi betina 32
Daftar pustaka 33

7
ACARA PRAKTIKUM I
PENGGUNAAN HEWAN COBA

TUJUAN
Mempelajari dan memahami berbagai prinsip penanganan hewan coba terutama
pemberian perlakuan secara oral, sub cutan, intra peritoneal, intra muscular dan intra
dermal serta pengambilan sampel darah.

DASAR TEORI
Berbagai hewan coba biasa digunakan dalam kegiatan praktikum atau kegiatan
penelitian di bidang biologi atau di bidang kesehatan. Hewan coba yang biasa dipakai
untuk uji toksisitas suatu bahan aktif atau bahan toksik adalah mencit (Mus musculus, L)
tikus putih (Rattus norvegicus, L), maupun kelinci (Cavia cobaya, L). Berbagai cara
pemberian perlakuan terhadap hewan coba dapat dilakukan dengan cara:
1. per oral
2. per inhalasi
3. intra vena
4. intra peritoneal
5. subcutan
6. intra muscular

UJI TOKSISITAS
Uji toksisitas suatu bahan , terdiri atas :
1. Kronis --- pemberian zat kimia sedikit demi sedikit dalam jumlah tidak terlalu
membahayakan, tetapi dapat menyebabkan akumulasi dalam tubuh.
2. Akut --- pemberian zat kimia sebanyak satu/beberapa kali datam jangka waktu 24
jam.
3. Jangka pendek --- pemberian zat kimia berulang-ulang (setiap hari) selama
jangka waktu kurang dari 10% masa hidup hewan, contoh: tikus - 3 bulan.
4. Jangka panjang --- pemberian zat kimia berulang-ulang (setiap hari) selama
sebagian besar masa hidup hewan, contoh : tikus - 24 bulan, mencit --18 bulan
LD50 : dosis tunggal suatu zat yang secara statistik diharapkan dapat membunuh 50%
hewan coba

BAHAN DAN ALAT


• Tikus atau mencit dewasa jantan dan betina
• Syringe (1,0 dan 2,5 ml) yang dilengkapi kanula

8
CARA KERJA
Lakukan beberapa langkah kerja sebagai berikut:

Cara memegang mencit

Perlakuan per oral

9
Perlakuan intra peritoneal

Perlakuan intra muscular

10
Perlakuan subcutan

Cara melakukan pembedahan pada mencit

11
ACARA PRAKTIKUM II
PENGUKURAN TEKANAN DARAH

TUJUAN
Memahami prinsip kerja sphygmomanometer manual dan digital dalam
pengukuran desakan darah arteri serta berbagai faktor yang mempengaruhinya

DASAR TEORI
Jantung adalah organ yang berfungsi untuk memompa darah. Gerakan otot
jantung berasal dari nodus Sinus Atrial (SA node), yang mengakibatkan kontraksi otot
atrium. Gerakan kontraksi bergerak melalui berkas His (Bundle of Hiss), yang
selanjutnya mengakibatkan kontraksi ventrikel.
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di
dalam pembuluh darah dan beredar mencapai seluruh jaringan. Tekanan darah
tergantung pada kekuatan clan volume darah yang dipompa oleh jantung, dan kontraksi
otot arteriol. Teicanan darah dibedakan atas sistole dan diastole.
Tekanan sistole adalah tekanan darah pada saat jantung menguncup diakibatkan
oleh kontraksi otot ventrikel (tekanan dari ventrikel meninggalkan jantung). Darah dari
ventrikel sinister mengalir ke lengkung aorta sinister, darah dari ventrikel dexter
mengalir ke arteri pulmonalis. Pada pemeriksaan tekanan darah, sistole adalah bunyi
yang pertama kali terdengar. Sedangkan tekanan diastole adalah tekanan saat jantung
mengendor kembali atau tekanan dari atrium menuju ventrikel yang diakibatkan oleh
kontraksi otot atrium. Tekanan darah ini dapat dirasakan pada denyut jantung (dada
sebelah kiri) atau sebagai denyut pembuluh nadi pada berbagai bagian tubuh (seperti
pelipis, lipatan siku, pergelangan tangan, leher, dsb).
Kekuatan tekanan darah disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Secara langsung :
a. Kekuatan pompa jantung, berkaitan dengan aktivitas jantung
b. Keadaan pembuluh darah (nadi), jika pembuluh darah vasodilatasi maka
tekanan darah menjadi turun
c. Volume dan kepekatan darah, semakin banyak volume dan kepekatannya
maka tekanan darahnya semakin naik karena ada energi potensial yang
tersimpan
2. Secara tidak langsung :
a. Sistem saraf (simpatis dan parasimpatis), dapat terganggu karena berbagai hal
(stress, olahraga, bekerja, obat perangsang / penenang)
b. Makanan yang dikonsumsi
c. Umur dan jenis kelamin
d. Perubahan suhu, detak jantung akan meningkat setiap kenaikan suhu 10°C
(dikenal sebagai hukum Van’t Hoff)

BAHAN DAN ALAT


• Sphygmomanometer manual
• Sphygmomanometer digital
• Stetoskop
• Es batu

12
CARA KERJA
• Carilah teriebih dahulu pembuluh darah arteria branchialis (yang nanti letaknya
berdekatan dengan lengan yang dibebat) dan dengarkan bunyi desakan darah
yang ada melalui stetoskop
• Lengan kid praktikan yang tidur terlentano dibebat sphygmomanometer, serta
udara diisikan di dalam pembebat sehingga air raksa menunjukkan angka 170 mm
Hg
• Keluarkan udara secara perlahan-lahan dari sphygmomanometer sambil tetap
mendengarkan bunyi desakan udara melalui stetoskop
• Catatlah tinggi permukaan air raksa tepat ketika bunyi desakan darah pertama
yang terdengar serta bunyi desakan udara pertama kali menghilang sama sekali
• Ulangi percobaan ini selama 3 kali untuk setiap praktikan dan selanjutnya diambil
rerata
Ulangi langkah tersebut di atas ketika praktikan telah berjalan / berlari lebih dulu
selama 3 menit (sebagai perbandingan dengan keadaan di atas)
Ulangi langkah tersebut di atas ketika tangan praktikan telah direndam dalam
tempat yang berisi air es selama 1- 2 menit (sebagai pembanding keadaan di atas)
Apakah terdapat perbedaan hasil yang nyata pada data percobaan di atas?

Sphygmomanometer manual dan digital

13
ACARA PRAKTIKUM III
PENGUKURAN KADAR HEMOGLOBIN

TUJUAN
Praktikan dapat mempelajari dan memaharni prinsip kerja cara penentuan kadar
Hb dengan metode Sahli (pembentukan asam hematin). Kadar asam ini diukur dengan
membandingkan warna standart secara visual.

DASAR TEORI
Hemoglobin (Hb) tersusun atas empat senyawa heme yang berikatan dengan
rantai globin yang berbeda. Ada beberapa jenis rantai globin, yaitu rantai α, β, δ dan γ.
Hb normal orang dewasa adalah Hb-A yang mengandung dua rantai α dan dua rantai β.
Rantai α mengandung 141 asam amino dan β terdapat 146 asam amino. Rantai α dan β
disatukan oleh unit heme yang mengandung asam amino histidin sebagai sisi perekat.
Tiap unit heme mengandung Fe sebagai pusatnya yang nantinya akan berikatan dengan
O2 dan setiap molekul Hb mampu mengikat 4 molekul O 2. Hb berfungsi sebagai alat
transportasi O2 serta membawa hasil akhir proses respirasi (CO 2). Hb merupakan
komponen utama eritrosit. Setiap eritrosit mengandung 640 juta molekul Hb Darah orang
normal mengandung sekitar 15 gram Hb dalam setiap 100 ml darah dan setiap gram Hb
dapat berikatan dengan maksimum 34 ml O 2.
Sintesis Hb berlangsung di dalam sumsum tulang. Langkah awal sintesis ini
dimulai dengan bergabungnya suksinil Ko-A, glisin, dan piridoksilat fosfat yang
dikatalisis oleh δ-ALAS (asam aminolevulinat sintetase) membentuk δ-ALA. Dengan
bantuan enzim δ-ALAD (aminolevulinat dehidratase), maka dua molekul δ-ALA akan
membentuk porfobilinogen. Porfobilinogen akan diubah menjadi.polipiril metan oleh
enzim porfobifinogen. Melalui katalis enzim uropofirinogen kosintetase, polipiril metan
diubah menjadi uroporfirinogen yang dapat mengalami modiflkasi membentuk
kopropofirin. Koproporfirin selanjutnya akan berubah menjadi protopofirin dengan
bantuan enzim protoporfirinogen oksidase. Selanjutnya enzim HS (heme sintetase) serta
penempatan ion Fe (yang dikatalisis oleh enzim ferokelatase) di pusat cincin porfirin,
akan mengubah protoforfirin menjadi heme.
Destruksi Hb menjadi Fe, globin, dan biliverdin terjadi di dalam hati dan limpa.
Protein globin akan masuk kembali dalam pool asam amino, sedangkan biliverdin akan
direduksi menjadi bilirubin. Ion Fe akan diangkut protein transferin plasma ke sumsum
tulang untuk digunakan kembali dalam biosintesis Hb.
Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menyebabkan suatu keadaan yang
disebut anemia. Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menyebabkan oleh beberapa
hal baik faktor internal maupun faktor ekstemal. Faktor intemal yang mempengaruhi
kadar Hb darah adalah kurangnya kadar Fe dalam darah sehingga akan menghambat
sisntesis Hb. Untuk faktor ekstemal dapat disebabkan oleh adanya logam berat dalam
darah dengan konsentrasi tinggi sehingga mampu menginaktivasi enzim yang
mengandung gugus sulfit dan mampu menghambat sintesis Hb, proses kemoterapi
(mampu menekan pertumbuhan sel) serta penyinaran/radiasi.

14
BAHAN DAN ALAT
• Haemometer Resistant
• 0,1 N HCI
• Darah kapiler / intra cardiac
• Akuades
• Jarum suntik ukuran 2,5 ml
• Pipet kapiler
• Botol penampung darah

CARA KERJA
• Carilah terlebih dahulu pembuluh darah arteria branchialis dan keluarkan darahnya
± 1,0 ml (jika menggunakan manusia) atau keluarkan darah melalui intra cardiac (jika
menggunakan hewan coba tikus), letakkan darah dalam botol penampung (yang
sudah diberi sedikit EDTA)
• Isi tabung pengencer/pengukur hemometer dengan 0,1 N HCI sampai menunjukkan
angka 2
• Hisaplah darah dengan pipet Hb sampai angkanya menunjukkan 20, hapuslah darah
yang melekat pada ujung pipet
• Sebelum darah mengalami penjedalan, segera masukkan ke dalam tabung pengencer
hemometer yang teiah berisi 0,1 N HCI
• Hisaplah HCI dalam tabung ke dalam pipet dan dikeluarkan lagi, ulangi sampai 3
kali (apa tujuannya?)
• Diamkan selama 8 - 10 menit (apa tujuannya?)
• Encerkan dengan akuades setetes demi setetes sambil diaduk dengan batang
pengaduk, sampai wamanya sesuai dengan wama standar
• Bacalah angka yang sesuai dengan tinggi permukaan Isrutan darah ini (menunjukkan
kadar Hb)
• Ulangi periakuan diatas sampai 3 kali dan hasilnya dirata-rata

Keterangan
Jika memakai metode Cyanmethemoglobin maka menggunakan larutan Drabkin yang
mengandung Kalium femsianida [KsFe(CN)s] untuk mengoksidasi Hb menjadi methb
dan selanjutnya bereaksi dengan Kalium sianida (KCN) menjadi cyanthmethemoglobin.
Absorbansia kemudian diukur pada gelombang 540 nm (filter hijau).
Reagen Drabkins (larutan tersebut disimpan dalam botol coklat dan diganti setiap bulan)
15
NaHC02 1,0 gr
KCN 50,0 mgr
K3Fe(CN)6 200,0 mgr
Aquadest 1,0 1t

ANTI KOAGULASI PADA PEMERIKSAAN HEMATOLOGI


Pada pemeriksaan hematologi, dibutuhkan anti koagulan untuk mancegah terjadinya
pembekuan darah. Tidak semua anti koagulan dapat dipakai, karena ada yang dapat
mempengaruhi morfologi eritrosit dan leukosit. Beberapa macam anti koagulan yang
sering dipergunakan adalah:
1. EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid)
Antikoagulan dengan prinsip sebagai chelating agent, yang dipergunakan adalah
garam Na dan K untuk mengubah ion Ca dalam darah menjadi bentuk yang bukan
ion. EDTA tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuk eritrosit ataupun leukosit,
dapat mencegah penggumpalan trombosit, Pemakaian 1 mg serbuk kering dapat
mencegah pembekuan 1 ml darah. Dapat dipergunakan untuk menentukan : Kadar
Hb, PCV, LED, Penentuan golongan darah, Penghitungan sel darah, dan Pembuatan
hapusan sel darah.

2. HEPARIN
Merupakan antikoagulan normal dalam tubuh, beke6a sebagai anti trombin dan anti
tromboplastin. Jarang dipergunakan untuk pemeriksaan hematologis. Pada
pemerikaan kurang dari 2 jam, tidak mempengaruhi bentuk eritrosit dan leukosit
tetapi tidak baik untuk pemeriksaan hapusan darah. Diperiukan sebanyak 0,1-0,2 mg
setiap 1ml darah. Dapat dipergunakan untuk menentukan: PCV dan Penghitungan sel
darah.

3. KALIUM OKSALAT
Dapat membentuk ikatan dengan Ca darah, membentuk Ca-0ksalat yang tidak larut.
Dibutuhkan 2 mg untuk setiap I ml darah. Dapat menyebabkan penyusutan volume
darah sehingga tidak baik untuk pemeriksaan volume sel mengguriakan hematokrit.

4. NATRIUM OKSALAT
Dapat membentuk ikatan dengan Ca darah, membentuk Ca-oksalat yang tidak larut.
Dibutuhkan dalam bentuk larutan 0,1 N dengan perbandingan 1: 9 = Na-oksalat ;
Darah.

5. NATRIUM SITRAT
Dapat membentuk ikatan dengan Ca darah, membentuk Ca-sitrat yang tidak larut.
Dibutuhkan dalam bentuk larutan 3,8% dengan perbandingan 1: 4= Na-sitrat : Darah.

6. AMONIUM DAN KALIUM OKSALAT


Merupakan campuran antara amonium dan kalium oksalat, tidak berpengaruh
terhadap besamya eritrosit, tetapi mempengaruhi morfologi leukosit. Antikoagulan
ini mengikat Ca darah membentuk Ca-oksalat yang tidak larut. Dibutuhkan 1mg
untuk setiap 1 ml darah. Dapat dipergunakan untuk menentukan: Kadar Hb, PCV,
dan Penghitungan sel darah.

16
ACARA PRAKTIKUM IV–V
PENENTUAN JUMLAH ERITROSIT DAN LEUKOSIT

TUJUAN
Praktikan dapat mempelajari dan memahami prinsip kerja bilik hitung improved
Neubauer yang digunakan dalam penghitungan jumlah eritrosit / leukosit

DASAR TEORI
Darah adalah partikel suspensi yang mengandung elektrolit. Darah terdiri atas 2
bagian yang penting, yaitu plasma darah dan sel darah. Di dalam plasma darah terdapat
air (dengan elektrolit terlarut) serta protein darah (albumin, globulin, dan fibrinogen).
Sedangkan komponen sel darah adalah eritrosit, leukosit, dan trombosit. Ketiga sel
tersebut terbentuk dari stem cell yang sama, yaitu sel induk pluripotent. Pada mamalia
dan unggas, pembentukan sel darah pertama kali terjadi di dalam yolk sac. Sekitar
pertengahan kehamilan, pembentukan sel darah terjadi di dalam beberapa jaringan tubuh,
misalnya sumsum tulang, hati, limpa, timus, dan nodus limpatikus. Menjelang masa
kelahiran sampai & dewasa, sumsum tufang pipih berperan utama dalam hematopoeiesis
tersebut.

1. Eritrosit (sel darah merah)


Eritropoeiesis diawali oleh adanya sel hemositoblast. Hemositoblast akan segera
membentuk proeritroblast yang mempunyai sitoplasma berwarna biru tua, nukleus di
tengah dan nukleoli sedikit mengelompok tetapi sel ini belum mengandung Hb. Sel
proeritroblast kemudian berubah menjadi eritroblast _yang mengandung kromatin
dalam nukleus dan Hb. Selanjutnya, sel berukuran lebih kecil dengan sitoplasma
kebiruan karena terdapat RNA dan kromatin mengalami kondensasi, pada saat ini sel
disebut basofilik eritroblast. Sel berubah menjadi polikromatik eritroblast yang
ditandai dengan sitoplasma mengandung Hb (340/0), nukleus mengecil, dan RE
direabsorbsi dan selanjutnya berubah lagi menjadi eritroblast. Pada tahap ini, nukleus
mengalami fragmentasi dan autolisis, sitoplama banyak mengandung Hb dan
berwama merah. Pada tahap akhir akan terbentuk sel retikulosit sebab eritrosit sudah
tanpa inti, menghasilkan Hb terus-menerus dalam jumlah kecil selama 3 hari dan
akhimya membentuk eritrosit matang setelah berada di luar sumsum tulang,
berbentuk bulat pipih dan bikonkaf.
Eritropoeiesis sangat dipengaruhi oleh hormon eritropoitin. Ginjal mensekresikan
REF (renal errtropoeitin factor} yang segera akan dibawa menuju ke hati untuk
mengubah eritropoitinogen menjadi eritropoeitin. Eritropoeitin menyebabkan
terjadinya peningkatan kecepatan pembelahan sel hemositoblast.
Eritrosit matang tidak mempunyai inti, mitokondria, ataupun RE, tetapi mempunyai
enzim sitoplasma yang mampu memetabolisme glukosa meialui proses glikolitik
untuk membentuk ATP. ATP diperlukan untuk menjaga kehidupan eritrosit dan
kelenturan membran sel. Seiring pertambahan waktu, sistem metabolisme menjadi
kurang aktif sehingga mengakibatkan kerapuhan membran sel.

2. Leukosit (sel darah putih)


Bening, tidak berwama dengan bentuk yang lebih besar dad sel darah merah,
tetapi jumlahnya lebih sedikit. Dalam tiap mm 3 terdapat 5000-10.000 sel darah putih

17
(dalam kondisi normal). Leukosit memiliki peranan penting dalam pelindungan
tubuh terhadap mikroorganisme. Yang paling berperan dalam fungsi ini adalah sel
granulusit dan monosit. Dengan kemampuannya sebagai fagosit, mereka memakan
bakteri hidup yang masuk ke peredaran darah. Dan dengan kekuatan gerakan
amuboidnya ia dapat bergerak bebas di da!am dan dapat keluar dari pembuluh darah
dan berjalan mengitari seluruh bagian tubuh
Apabila kurang 1 lebih dari keadaan normal, dapat terjadi keadaan antara lain :
a. Leukositosis : penambahan jumlah keseluruhan leukosit, melampaui 10.000
butir / mm3.
b. Leukopenia : berkurangnya jumlah leukosit sampai 5.000 atau kurang.
c. Limfositosis : penambahan jumlah limfosit,
d. Agranulositosis : penurunan jumlah granulosit atau sel polimorfnuklear

3. Trombosit
Ukuran 1/3 sel darah merah, terdapat 300.000 trombosit / mm3. Berperan dalam
penggumpalan darah

BAHAN DAN ALAT


• Bilik hitung Improved Neubauer
• Pipet pencampur 1- 101 (pengenceran 100 kali, untuk eritrosit)
• Pipet pencampur 1- 11 (pengenceran 10 kali, untuk leukosit)
• Mikroskop
• Darah kapiler / intra cardiac
• Larutan Hayem (mengandung HgCl2 = 0,25 g; NaCl = 0,5g; Na2SO4 = 2,5g;
akuades = 100 ml)
• Larutan Turk (mengandung asam asetat glacial = 3 ml; Gentian violet 1% = 1 ml;
akuades = 100 ml) ---- larutan Turk dapat digantikan dengan asam asetat 3%.
• Alkohol 70% dan kapas
• Hand counter
• Jarum suntik ukuran 1 ml dan 2,5 ml

CARA KERJA
• Carilah terlebih dahulu pembuluh darah arteria branchialis dan keluarkan darahnya
± 1,0 ml (jika menggunakan manusia) atau keluarkan darah melalui intra cardiac
(jika menggunakan hewan coba tikus), letakkan darah dalam botol penampung
(yang sudah berisi EDTA)

Penentuan Jumlah Leukosit


• Darah dihisap sampai angka menunjukkan 1,0 pada mikropipet dan ujungnya
dibersihkan dengan kertas hisap
• Hisaplah larutan Turk (yang dituangkan terlebih dahulu ke dalam tabung) sampai
menunjukkan angka 11
• Lepaskan pipet karet dari mikropipet, tutuplah kedua ujung mikropipet dengan jari
dan kocoklah selama 2 menit
• Buanglah 2 - 3 tetes cairan pada ujung mikropipet, selanjutnya letakkan ujung
mikropipet ke Improved Neubauer dan tuangkan cairan darah yang ada Letakkan di
bawah permukaan mikroskop (dengan pembesaran lemah, carilah bilik hitung
Improved Neubauer, kemudian dengan pembesaran kuat) dan hitunglah semua
jumlah leukosit yang terdapat di dalam bujur sangkar pojok

18
• Jadi jumlah bujur sangkar yang dihitung sebanyak 4 x 16 = 64, dengan setiap sisinya
mm
• Cara penghitungan (diamati pada pembesaran mikroskop 10 x 10):
Jumlah bujur sangkar yang dihitung = 64 kali
Volume setiap bujur sangkar = 1/160 mm3
Darah yang diencerkan = 10 kali
Jumlah leukosit yang terhitung =L
3
Maka jumlah leukosit per mm = L/64 x 160 x 10

Penentuan Jumlah Eritrosit


Untuk menghitung jumlah eritrosit, pada prinsipnya sama seperti penghitungan jumlah
leukosit, hanya terdapat perbedaan sebagai berikut :
Pengenceran darah 100 kali
Cairan pengencemya larutan Hayem
Eritrosit yang dihitung adalah sell yang terdapat di dalam bujur sangkar kecil
(sebanyak 80 kotak) dengan sisi 1/20 mm atau volume setiap bujur sangkar
1/4000 mm3
Cara penghitungan (diamati pada pembesaran mikroskop 10x40):
Jumlah bujur sangkar yang dihitung = 80 kali
Volume setiap bujur sangkar = 1/4000 mm3
Darah yang diencerkan = 100 kali
Jumlah eritrosit yang terhitung =E
3
Maka jumlah eritrosit per mm = E/80 x 4000 x 100

Catatan:
• Bandingkanlah jumlah leukosit dan eritrosit antara manusia dan hewan coba
• Sel leukosit dan eritrosit yang dihitung adalah sesuai dengan perjanjian yang telah
ditetapkan semula, misalnya sel yang terletak pada garis batas sebelah kid dan atas
dad setiap bujur sangkar masih ikut dihitung, tetapi sel yang terletak di garis batas
sebelah kanan dan bawah tidak dihitung
• Usahakan untuk menghitung sel darah dengan memakai alat penghitung/hand counter
• Bilik hitung Improved Neubauer, membentuk bujur sangkar dengan sisi 3 mm. Bilik
ini terbagi menjadi 9 bujur sangkar kecil dengan sisi masing-masing 1 mm. Bujur
sangkar yang di tengah dibagi lagi menjadi 25 kotak dengan sisi 115 mm, sedangkan
yang di pojok dibagi lagi menjadi 16 kotak dengan setiap sisi ¼ mm

19
Gambar Bilik Hitung Improved Neubauer:

20
ACARA PRAKTIKUM VI
PENENTUAN GOLONGAN DARAH DAN KADAR GULA DARAH

TUJUAN
1. Praktikan dapat mempelajari dan memahami golongan darahnya serta reaksi
aglutinasinya
2. Praktikan dapat mempelajari dan mengukur kadar gula darah sendiri dan kadar gula
teman sebaya, setelah mengkonsumsi diet yang berbeda kandungan kadar kalorinya

DASAR TEORI
1. Penentuan Golongan Darah Sistem ABO
Seseorang dapat meninggal apabila kehilangan 40% darahnya pada waktu yang
singkat, karena tubuhnya tidak dapat membuat darah lagi dengan cepat. Tetapi kematian
akibat kasus tersebut di atas dapat dicegah dengan tindakan transfusi darah dari seorang
donor. Darah seorang donor dapat ditransfusikan pada orang orang tertentu. Hal ijni
dikarenakan adanya persyaratan tertentu yang harus dipenuhi. Sebelum transfuse
dilakukan perlu dilakukan test dengan mencampur darah donor dengan darah resipien.
Bila tidak terjadio aglutinasi maka dikatakan darah sesuai dan transfuse dapat
dilaksanakan. Kesesuaian tersebut tergantung dari antigen pada permukaan eritrosit dan
antibody dalam plasmanya.
Setiap manusia mempunyai golongan darah masing-masing. Golongan darah
dapat diturunkan secara genetic dari kedua orang tua kepada generasi keturunannya. Ada
tidaknya antigen dalam darah merupakan dasar pembeda pada penentuan golongan darah
seseorang . Secara umum pada sistem golongan darah ABO, apabila di dalam sel darah
seseorang terdapat antigen A dipermukaan membran se1, maka plasma darahnya terdapat
antibodi alpha dan tidak menghasilkan antibody a. Secara singkat, golongan darah
sistem ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Gol Darah Antigen Antibody
A A Anti B ( β )
B B Anti A ( α )
AB A dan B ----------
O ------ Anti A dan Anti B (α & β )

Pada sistem golongan darah rhesus, juga diturunkan secara genetik dan bersifat
dominan). Sebetulnya di dalam serum dan plasma seseorang awalnya tidak terdapat anti-
Rh, tetapi keberadaan anti-Rh dpt distimulasi dengan tranfusi darah (terutama lebih dari
1x) dan perkawinan dengan sifat tertentu. Pada perkawinan ini, kita mengenal ada
kemungkinan keturunannya mengalami suatu kasus yang dinamakan Erytroblastosis
foetalis

2. Kadar Gula Darah dalam Tubuh Hewan dan Manusia


Pengukuran kadar gula darah diperlukan bagi mahasiswa yang melakukan
pembelajaran praktikum biologi medis, sebagai sampel dan model perlakuan pengukuran
kadar gula di masyarakat, untuk mengetahui kadar gula darah masyarakat sesuai dengan
asupan gizi harian. Konsumsi karbohidrat berlebih dan keadaan lingkungan kurang baik
seperti stress dapat memicu tingginya kadar gula darah. Penyakit kencing manis ( diabetes
mellitus ) merupakan suatu penyakit gangguan kesehatan, di mana kadar gula dalam darah

21
seseorang menjadi tinggi dan tidak dapat digunakan oleh tubuh. Kadar gula darah yang
tinggi akan dibuang melalui urin, sehingga penderitanya akan kekurangan energi/tenaga,
mudah lelah, lemas, mudah haus dan lapar, sering kesemutan, sering buang air kecil, gatal
gatal dan sebagainya. Kadar gula darah penderita diabetes mellitus saat puasa di atas 120
mg/dl dan saat tidak berpasa di atas 170 mg/dl, sementara itu kadar gula darah orang normal
berkisar 60 -120 mg/dl.
Sampai saat ini masih banyak anggapan di masyarakat, bahwa penyakit diabetes
mellitus (DM) merupakan penyakit orang tua, atau penyakit yang timbul karena faktor
keturunan, padahal setiap orang dapat mengidap penyakit DM, baik tua maupun muda,
termasuk kita semua. Menurut WHO, Indonesia menempati urutan ke 4 terbesar dalam
jumlah penderita DM di dunia. Pada tahun 2001 yang lalu sudah ada lebih dari 6 juta
penduduk Indonesia yang mengidap DM, sedangkan pada tahun 2008 sudah lebih dari 26
juta penduduk Indonesia yang mengidap DM, dari jumlah tersebut kurang dari 50% yang
sadar bahwa dirinya telah mengidap DM. Hal ini perlu diwaspadai dan sangat disayangkan,
tentang minimnya informasi di masyarakat tentang DM dan berbagai gejalanya.
Tes kadar glukosa darah dilakukan untuk mengukur jumlah glukosa dalam darah.
Glukosa darah terutama diukur pada saat puasa, sampel dikumpulkan 10 jam setelah asupan
makanan terakhir (sekitar jam 10 malam). Tes ini digunakan untuk mendeteksi
kemungkinan kejadian diabetes dalam individu. Hal ini diperlukan untuk memahami bahwa
hasilnya mungkin berada di luar 'normal' seperti yang telah ditetapkan.
Dalam melakukan tes kadar gula darah puasa, praktikan diharuskan untuk
berpuasa antara 8 – 10 jam sebelum pengambilan sampel darah. Setelah pengambilan
sampel darah, sebagian praktikan diberi makanan (Cookies Diabetamill bebas gula dan
sebagian praktikan diberi makanan yang mengandung glukosa misalnya nasi atau roti).
Kemudian praktikan diambil sampel darahnya lagi setelah 2 jam pengambilan sampel darah
pertama.
Glukosa yang terkandung dalam makanan tersebut dilepaskan ke dalam darah,
sehingga level gula darah meningkat.

Kriteria Diagnostik Gula darah (mg/dL)


Bukan Diabetes Pra Diabetes Diabetes
Puasa < 110 110 – 125 > 126
Sewaktu < 110 130 – 170 > 171

Menurut data di atas, kadar gula darah <110 mg/dL adalah kadar gula darah
normal. Sedangkan kadar gula darah sewaktu <70 mg/dL termasuk hipoglikemia yaitu
kadar gula darah yang terlalu rendah. Hipoglikemia dapat terjadi karena pelepasan insulin
yang berlebihan oleh pancreas, kelainan pada kelenjar hipofisa dan sebagainya.
Kadar gula darah puasa 110-125 mg/dL dan kadar gula darah sewaktu 110-169
mg/L termasuk kadar gula darah normal batas atas, yaitu telah mendekati kadar gula darah
hiperglikemia atau diabetes. Sedangkan kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan kadar gula
darah sewaktu >171 mg/dL adalah kadar gula darah diabetes. Diabetes dapat disebabkan
karena kurangnya insulin yang diproduksi pancreas.

BAHAN DAN ALAT


*. Mikroskop cahaya
*. Objeck glass
*. Tusuk jarum kayu/ tusuk gigi
*. Jarum franke
*. Kapas

22
*. Alkohol 70%
*. Kertas tissue
*. Serum Anti A
*. Serum Anti B
*. Serum anti AB
*. Pipet tetes
*. Glukotest
*. Glukostrip

CARA KERJA

Penentuan golongan darah


• Sediakan gelas obyek yang bersih, bersihkan ujung jari telunjuk dangan alkohol 70%
dan tusuklah dengan jarum lanset.
• Letakkan 2 tetes kecil darah di masing-masing ujung gelas obyek
• Tetesi tetesan darah pertama dengan anti serum A dan tetesan darah ke 2 dengan anti
serum B, campurkan dengan ujung tusuk gigi dan digoyang-goyang
• Amatilah hasilnya, apakah tarjadi aglutinasi pada tetes darah yang ada dan tetapkan
golongan darah saudara
• Dari data kelas, tentukan frekuensi alel/gen I A, IB dan IO

Cara menusuk dengan jarum lanset

Serum anti A, anti B, anti AB

23
Pengukuran kadar gula darah
❖ Untuk praktikan yang lain yang melakukan pengukuran kadar gula darah, lakukan
dengan cara yang sama pada aktifitas tersebut di atas,
❖ Persiapkan glukostrip pada glukotest dengan cara memasukkan ujung konektor pada
colokan alat glukotest
❖ Tetesan darah yang keluar sentuhkan pada alat sensor pada glukostrip
❖ Tunggu beberapa detik, sampai kadar gula darah muncul pada layar monitor.
❖ Catatlah kadar gula anda dan kadar gula teman anda.

Glucometer/ Glukotest

24
ACARA PRAKTIKUM VII
PENETAPAN WAKTU KOAGULASI DARAH

TUJUAN: Praktikan dapat mempelajari dan memahami waktu koagulasi darah serta
dapat membuktikan adanya benang fibrin yang berperan saat koagulasi darah

DASAR TEORI
Koagulasi darah adalah transformasi darah dari sifat solution menjadi bentuk gel.
Pembentukan suatu bekuan di sumbat trombosit akan memperkuat dan menunjang
sumbatan tersebut dan dapat menutupi lubang di pembuluh. Koagulasi merupakan
mekanisme homeostatik yang diperlukan dalam proses pembekuan darah.
Reaksi dasar koagulasi darah adalah perubahan protein plasma yang larut
(fibrinogen) menjadi fibrin yang bersifat tidak larut. Proses tersebut memerlukan
pengeluaran 2 pasang peptide kecil dari setiap molekul fibrinogen. Bagian yang tersisa
(fibrin monomer) kemudian akan berpolimerasi dengan fibrin monomer lainnya
membentuk fibrin.
Menurut Campbell (2003), proses penggumpalan darah dimulai ketika endothelium
pembuluh rusak akibat adanya luka dan jaringan ikat pada dinding terpapar ke darah.
Trombosit menempel ke serat kolagen dalam jaringan ikat tersebut dan mengeluarkan
fibrinogen yang membuat trombosit saling berdekatan dan menjadi lengket. Trombosit
selanjutnya membentuk sumbat yang memberikan perlindungan darurat sehingga tidak
terjadi kehilangan darah. Penutupan ini diperkuat oleh gumpalan fibrin.
Trombin adalah suatu enzim yang dapat mengubah fibrinogen menjadi benang
fibrin (yang diperlukan untuk terjadinya proses koagulasi darah). Selain itu, trombin juga
berfungsi untuk : mengaktifkan factor XIII (fibrin stabilizing factor, untuk menstabilkan
jaringan fibrin yang sudah terbentuk) ; meningkatkan agregasi trombosit ; sebagai umpan
balik positif pada peristiwa pembentukan trombin selanjutnya. Berikut ini adalah faktor-
faktor koagulasi darah
I. Fibrinogen
II. Prothrombin
III. Thromboplastin
IV. Calcium
V. Proaccelerin labile factor (accelerator globulin)
VI. ---
VII. Proconvertin
VIII. Antihemofilic factor A (~ antihemofili globulin)
IX. Plasma thromboplatin component (PTC ~ antihemofili B/Christmass factor)
X. Stuart proyer factor
XI. Plasma thromboplastin antecedent (PTA ~ antihemofili C)
XII. Hageman factor (~ glass factor)
XIII. Fibrin stabilizing factor

BAHAN DAN ALAT


• Jarum lanset
• Kapas + alcohol 70%
• Gelas obyek
• Tusuk gigi
• Stop watch

25
CARA KERJA
• Sediakan gelas obyek yang bersih, bersihkan ujung jari telunjuk dengan alcohol 70%
dan tusuklah dengan jarum lanset dan hapuslah tetesan darah yang keluar pertama kali
• Letakkan tetesan berikutnya pada ujung gelas obyek dan catatlah waktu yang ada (mulai
menyalakan stop watch), selanjutnya teteskan darah pada ujung gelas obyek yang lain
• Tariklah tetesan darah yang pertama dengan tusuk gigi (sudut kemiringan 450) dengan
kecepatan lambat sampai terlihat benang fibrin dan segera beralih pada tetesan darah
yang ke-2 (juga sampai terlihat benang fibrin – catatlah waktu yang ada)
• Ulangi cara tersebut di atas sebanyak 3 kali untuk setiap praktikan
• Silahkan dihitung dari data kelas, apakah perbedaan jenis kelamin mempengaruhi
waktu koagulasi

26
ACARA PRAKTIKUM VIII
LOKASI DAN WAKTU SENSASI RESEPTOR PENGECAP

TUJUAN: Praktikan dapat mempelajari dan mengetahui lokasi reseptor pengecap pada
manusia dan variasi waktu sensasinya

DASAR TEORI
Manusia memiliki lima indera, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
perasa, dan peraba. Setiap indera memiki reseptor tertentu yang peka terhadap rangsangan
tertentu. Rangsangan yang diberikan akan menimbulkan stimulus, disampaikan ke otak dan
akan timbul suatu tanggapan.
Lidah sebagian besar terdiri dari 2 kelompok otot, yaitu otot intrinsik (melakukan
gerakan halus) dan otot ekstrinsik (mengaitkan lidah pada bagian sekitarnya, serta gerakan
mengunyah dan menelan). Lidah berfungsi untuk mencampur makanan, menekan ke langit-
langit dan gigi, serta mendorong masuk makanan menuju pharinx.
Pada indera perasa di lidah, terdapat suatu organ atau sel khusus yang sangat peka
terhadap rangsangan rasa, yaitu taste buds (kuntum pengecap). Tiap-tiap kuntum pengecap,
terbentuk oleh 4 macam jenis sel. Leher dari sel-sel ini berhubungan satu sama lain dan
dengan sel epitel di sekitarnya melaui tight junction. Kuncup pengecap disarafi oleh sekitar
50 serat saraf.
Di lidah manusia, taste bud terdapat pada dinding papila fungiformis (tersebar pada
bagian permukaan ujung dan sisi lidah) dan papila valata (tersebar pada bagian belakang
lidah). Terdapat hampir 5 taste bud tiap papila fungiformis yang terletak pada puncak
papila. Papila valata yang lebih besar mengandung sampai 100 taste bud yang biasanya
terletak pada tepi papila. Sedangkan papila filiformis yang kecil dan menutupi bagian
dorsum lidah, berfungsi untuk menerima rasa sentuh dan tidak mengandung taste bud
(kurang berfungsi sebagai organ pengecap).
Indera pengecap merupakan salah satu indera yang berfungsi untuk merasakan rasa
tertentu. Seorang manusia dapat menerima beratus-ratus pengecapan yang berbeda. Semua
itu merupakan kombinasi dari sensasi-sensasi dasar. Pada manusia telah ditentukan 4
pengecapan (rasa) dasar: manis, asam pahit dan asin. Meskipun terdapat tumpang tindih
yang cukup luas, zat yang pahit terutama dikecap di belakang lidah, yang asam di sepanjang
tepi lidah, yang manis di ujung lidah dan yang asin di dorsum anterior lidah.
Agar dapat merasakan suatu zat, zat tersebut harus larut dalam kelembaban mulut
sehingga mampu menstimulasi kuncup pengecap. Larutnya zat dalam kelembaban mulut
tersebut memerlukan waktu tertentu yang mampu menstimulasi taste bud disebut waktu
sensasi reseptor pengecap.

BAHAN DAN ALAT

1. Serbuk gula pasir


2. Serbuk garam dapur
3. Bubuk asam sitrat
4. Bubuk kina
5. Air mineral
6. Cotton bud
7. Stopwatch

27
CARA KERJA
• Bersihkan rongga mulut saudara dengan berkumur air mineral
• Perlakukan bahan praktikum (gula, garam, asam sitrat, kina) dengan cara sebagai
berikut: Letakkan sedikit bahan (misalnya gula) berturut-turut pada lidah bagian
ujung depan --- tepi depan --- tepi belakang --- pangkal tengah
• Catatlah dan tentukan daerah mana yang paling tegas/tajam rasanya terhadap masing-
masing bahan praktikum (ingatlah selalu berkumur lebih dulu sebelum berganti bahan
praktikum yang lainnya, misalnya dari gula akan ganti dengan garam)

• Untuk menghitung/mencari waktu sensasi:


❖ Bersihkan rongga mulut anda dengan berkumur air mineral
❖ Tentukan waktu sensasi dengan bantuan stop watch seperti cara berikut:
 Keringkan permukaan lidah dengan kertas tissue dan pertahankan agar lidah
tetap di luar mulut
 Letakkan sedikit gula pada lokasi yang sudah diketahui (lihat tabel urutan
pelaksanaan praktikum lokasi pengecap) sambil mulai menghidupkan stop
watch
 Ketika mulai terasa sensasinya, segera matikan stop watch dan catat
waktunya
 Berkumurlah dengan air lagi, keringkan lidah saudara, kemudian ulangi
langkah percobaan di atas (sesuai tabel urutan pelaksanaan praktikum lokasi
pengecap)

Catatan : Sebagai pembahasan, bandingkanlah hasil kelompok anda antara praktikan laki-
laki dan wanita ; pola diagram secara umum (sama atau tidak)

Peletakkan zat stimulus rangsang pada lidah bagian ujung

28
Peletakkan zat stimulus rangsang pada lidah bagian tepi (kiri dan kanan)

Peletakan zat stimulus rangsang pada lidah bagian pangkal

29
ACARA PRAKTIKUM IX
RESPIRASI

TUJUAN: Praktikan dapat mempelajari dan memahami proses respirasi, menghitung


kecepatan repirasi, mengetahui volume tidal / inspirasi maksimal / ekspirasi /
kapasitas total paru-paru praktikan

DASAR TEORI
Mahluk hidup menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama proses respirasi sel.
Respirasi merupakan proses yang sangat vital untuk kehidupan suatu organisme karena
menghasilkan energi yang dapat digunakan untuk menjaga struktur tubuh serta aktivitas
kehidupan. Energi dibebaskan melalui proses oksidasi di dalam sel dan untuk keperluan ini
O2 diambil dari permukaan organ respirasi (pada saat yang bersamaan akan membebaskan
CO2). Pada organisme tingkat rendah, terjadi proses respirasi eksternal melalui difusi
seluruh membran tubuh. Sedangkan pada organisme tingkat tinggi, proses respirasi maupun
sirkulasinya lebih berkembang untuk mempermudah pertukaran gas dan merupakan hal
yang kompleks.
Pada respirasi terjadi proses yang meliputi : (1) pemasukan dan pengeluaran udara
antara atmosfir dan paru–paru ; (2) difusi O2 dan CO2 antara alveolus dan darah ; (3)
Transportasi O2 dan CO2 dari dan kedalam darah, cairan tubuh, dan sel.
Pada sistem pernafasan terdapat istilah yang kita kenal dengan volume pernafasan.
Volume pernafasan dalam sistem pernafasan ada beberapa macam yaitu:
1. Volume tidal (VT), yaitu volume udara yang dapat diinspirasikan atau
diekspirasikan secara normal (lebih kurang 0,5 liter). Tetapi dalam
kenyataannya, hanya lebih kurang 350-360 ml saja udara yang sampai pada
paru-paru. Hal ini disebabkan adanya Udara Ruang Rugi (Dead Space), yaitu
udara yang harus mengisi berbagai ruang organ pernafasan sebelum sampai di
paru-paru (hidung-faring-trakea-bronkus).
2. Volume cadangan inspirasi (Inspiration Reserve Volume = IRV), yaitu volume
tambahan udara yang dapat diinspirasikan diatas volume normal (lebih kurang
3,0 liter).
3. Volume cadangan ekspirasi (Expiration Reserve Volume = ERV), yaitu volume
udara yang masih dapat diekapirasikan diatas volume normal (lebih kurang
1,1 liter).
4. Volume sisa (Residual Volume = RV), yaitu volume udara yang masih tersisa
didalam paru-paru setelah diekspirasikan secara kuat (lebih kurang 1,2 liter).

Selain volume pernafasan, dalam sistem pernafasan kita juga biasa mengenal istilah
kapasitas paru-paru. Kapasitas paru dapat dibagi menjadi empat yaitu antara lain:
a. Kapasitas inspirasi (Inspiration Capacity = IC), yaitu volume tidal + volume
cadangan inspirasi.
b. Kapasitas sisa fungsional (Functional Residu Capacity = FRC), yaitu volume
cadangan ekspirasi + volume sisa.
c. Kapasitas vital (Vital Capacity = VC), yaitu volume tidal + volume cadangan
inspirasi + volume cadangan ekspirasi.
d. Kapasitas total (Total Lungs Capacity = TLC), yaitu kapasitas vital + volume sisa.
Rata-rata kapasitas vital pada pria dewasa 4,6 liter, sedangkan pada wanita 3,1 liter.

30
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kapasitas vital seseorang adalah: posisi
waktu pengukuran, kekuatan otot pernafasan dan daya pengembangan paru-paru serta otot
dada/ thorax.
Frekuensi pernafasan setiap menit pada seseorang berbeda-beda tergantung pada
usia, jenis kelamin, dan aktivitas individu. Sebagai contoh :
Bayi baru lahir : 30 – 40 kali
Bayi berumur 1 th : 30 kali
Anak (2-5 th) : 24 kali
Dewasa : 10 – 20 kali

BAHAN DAN ALAT


• Student Wet Respirometer
• Pipa peniup

CARA KERJA
 Persiapkan tabung Wet Respirometer (yang telah diisi dengan air ± 4,5 liter)
 Melalui pipa peniup, ambil nafas perlahan (catat angka yang ada pada piringan alat)
 Ambil nafas sekuat-kuatnya, kemudian melalui pipa peniup hembuskan nafas sekuat-
kuatnya (catat angka yang ada pada piringan alat)
 Ambil nafas biasa/perlahan, kemudian melalui pipa peniup hembuskan nafas sekuat-
kuatnya (catat angka yang ada pada piringan alat)
 Ulangi percobaan di atas setelah praktikan melakukan gerakan olahraga (lari/senam)
lebih kurang selama 3 – 5 menit

31
ACARA PRAKTIKUM X
SISTEM REPRODUKSI JANTAN
(MOTILITAS DAN MORFOLOGI SPERMATOZOA)
TUJUAN
1. Menghitung motilitas dan persentase morfologi spermatozoa vertebrata
2. Menentukan kualitas mikroskopis spermatozoa vertebrata

DASAR TEORI
Spermatozoa berasal dari spermatogonia yang membelah (meiosis) dan
diferensiasi melalui proses spermatogenesis. Spermatozoa adalah sel ang berasal dari
spermatogonia. Struktur sel dibedakan bagian kepala, leher, ekor. Ekor spermatozoa sangat
kuat dan berfungsi untuk bergerak, mengandung sedikit sitoplasma. Sedang mitokondria
yang terletak di pangkal ekor berfungsi sebagai sumber energi untuk bergerak. Pergerakan
ekor dikendalikan oleh protein penggerak dynein (outer dynein arm dan inner dynein) dan
radial spoks yang menyusun mikrotubulus. Gerakan tersebut menggunakan energi dari
hidrolisis ATP. Energi ini dihasilkan oleh mitokondria. Ekor spermatozoa terletak di bagian
posterior inti spermatozoa.
Antara kepala dan ekor dihubungkan oleh leher spermatozoa. Inti spermatozoa
membawa informasi genetik dari induk jantan. Akrosom yang menyelubungi inti dan
terletak pada bagian anterior inti mengandung enzim yang berperan dalam proses peleburan
membran spermatozoa-selubung telur saat fertilisasi (Albert et al., 1994). Sebagian besar
sitoplasma spermatozoa akan hilang sebelum meninggalkan testis dan jumlah mitikondria
juga mengalami penurunan. Penurunan ini terjadi pada saat perkembangan dan perubahan
bentuk spermatid bulat (oval) menjadi spermatid memanjang (spermiogenesis). Sisa
sitoplasma (cytoplasmic droplets) yang melekat baik di bagian ekor maupunkepala
spermatozoa akan hilang setelah spermatozoa meninggalkan epididimis.
Untuk mengantisipasi terhadap penurunan sitoplasma, sel Sertolimenghasilkan
protein yang mampu mengikat hormon androgen yaitu androgen-binding protein (ABP)
yang diperlukan dalam proses spermatogenesis dan pendewasaan spermatozoa. Melalui sisi
pengikatnya (binding site), ABP melekat pada membran inti spermatozoa dan mengalami
internalisasi. Setelah internalisasi, ABP mengikat 5-α-dehydrotestosterone (5-α-DHT).
Hormon ini diperlukan spermatozoa untuk menjalankan fungsi fertilisasi (kapasitasi, treaksi
akrosom dan fusi dengan sel telur). Spermatozoa yang berada di kauda epididimis,
merupakan spermatozoa yang dewasa yang ditandai dengan kondensasi kromatin yang
sempurna, motilitas tinggi dan tidak ada cytoplasmic droplets. Spermatozoa yang sudah
dewasa ini masih belum dapat membuahi sel telur sebelum melewati proses kapasitasi
dalam saluran reproduksi betina (Chapman dan Michael, 2003). Spermatozoa yang lepas
dari epitel tubulus seminiferus dan meninggalkan testis merupakan spermatozoa muda
(immature). Pendewasaan spermatozoa terjadi di epididimis (Zanich et al., 2003).
Perjalanan spermatozoa meninggalkan testis menuju ke epididimis membutuhkan waktu
kurang lebih 12 hari (Schrader dan Lemasters, 2002).
Spermatogonesis adalah proses pembelahan dan perkembangan spermatogonia
(germ cell) membentuk spermatozoa yang terjadi di dalam testis. Testis dibagi menjadi
beberapa bagian yang disebut lobules, berbentuk tabung dan berkelok yang disebut tubulus
seminiferus. Tubulus seminiferus berperan sebagai unit fungsional untuk proses
spermatogenesis. Bagian dalam tubulus seminiferus tersusun oleh jaringan ikat, sel somatik
dan sel germinal yang berkembang dengan susunan yang teratur. Sel germinal dalam tahap
awal proses spermatogenesis, dinamakan spermatogonia yang terletak pada bagian perifer,

32
sedangkan tahap selanjutnya sel tersebut mengarah ke bagian interior hingga ke lumen
(Albert et al., 1994; de Kretser, 2002).
Proses spermatogenesis dibagi menjadi 2 yaitu proses spermatositogenesis dan
spermiogenesis. Spermatositogenesis merupakan rangkaian perubahan spermatogonia
menjadi spermatid. Spermatogonia merupakan sel bakal spermatozoa, terletak pada
membran basal epitel tubulus seminiferus, dengan ciri-ciri inti vesikular dengan membran
inti yang jelas. Spermatogonia memperbanyak diri (proliferasi) secara kontinyu melalui
proses mitosis, menghasilkan spermatogonia dalam jumlah besar. Beberapa spermatogonia
berhenti proliferasi, kemudian mengalami diferensiasi dan membelah secara mitosis
menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer mengandung kromosom diploid
berkembang menjadi sel yang berukuran paling besar dari seluruh sel spermatogenik.
Selanjutnya, spermatosit primer akan membelah melalui proses meiosis I dan menghasilkan
dua spermatosit sekunder. Kemudian spermatosit sekunder membelah lagi memaui proses
meiosis II untuk menghasilkan empat sel spermatid yang mengandung kromosom haploid.
Spermatid haploid ini kemudian mengalami perubahan morfologi membentuk spermatozoa
yang terletak di lumen tubulus seminiferus. Spermatozoa merupakan hasil diferensiasi
spermatid, dan prosen tersebut dikenal sebagai spermiogenesis (Albert et al., 1994).
Proses spermiogenesis merupakan proses metamorfosis dari bentuk spermatid yang
bulat menjadi spermatozoa yang berekor. Spermatid berdiferensiasi menjadi spermatozoa
meliputi sejumlahnya transformasi inti dan sitoplasma. Perubahan morfologi yang paling
penting selama proses spermiogenesis adalah pembentukan akrosom, kondensasi,
transformasi, dan pergeseran inti ke posisi eksentrik dalam sel, serta terbentuk ekor yang
mampu bergetar. Tahapan asosiasi spermatid ini berbeda untuk setiap spesies, pada tikus
terdapat 14 tahap dan mencit 12 tahap (O’Donnell et al., 2001; de Kretser, 2002)
pengualangan tahapan tersebut terjadi pada tempat yang sama dalam tubulus seminiferus
dengan interval waktu 8,6 hari pada mencit dan 12,9 hari pada tikus (Franca et al., 1998).
Proses perubahan sitologik ditunjukkan dengan tahapan perkembanganspermatid menuju
dewasa. Setiap spesies mempunyai tahapan perkembangan spermatid yang berbeda,
manusia mempunyai 12 tahap, tikus 19 tahap dan mencit 16 tahap (de Kretser, 2002).
Tahapan perkembangan spermatid menuju dewasa diwakili dengan proses
penempelan butir-butir pra-akrosom pada badan golgi, kemudian bergabung membentuk
butir akrosom tunggal dalam badan akrosom yang diselimuti oleh membran akrosom.
Selanjutnya, terjadi proses pergerakan badan akrosom yang mengandung butir akrosom
menuju ke arah kutub anterior inti spermatid. Akrosom memiliki sejumlah enzim yang
serupa dengan enzim yang ditemukan pada lisosom diantaranya adalah hialuronidase
sebagai enzim proteolitik yang mencerna protein (spermatid tahap 1-8). Inti spermatid
berubah bentuk menjadi memanjang dan terletak ekssentrik mengarah ke perifer (spermatid
tahap 9-13). Sentriol bergerak ke kutub posterior membentuk flagel (ekor) sehingga bentuk
spermatosit menjadi memanjang (spermatid tahap 14-19) (Albert et al., 1994).
Bagian ekor spermatozoa sangat menunjang pergerakan spermatozoa. Pada bagian
ini dijumpai banyak mitokondria sebagai sumber energi untuk pergerakan. Energi yang
diperlukan dalam bentuk ATP. Energi yang dikeluarkan menyebabkan terjadinya dua
macam pergerakan. Pertama, gerakan bergelomang ke ujung ekor (makin ke ekor semakin
lemah). Ke dua, gerakan yang bersifat sirkuler tetapi arahnya melingkari batang tubuh
bagian tengah terus ke ujung ekor. Resultan dari dua gerakan ini menyebabkan spermatozoa
motil.
Motilitas spermatozoa dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:
1. Faktor endogen, faktor biokimia dan biofisik yang berasal dari dalam sel spermatozoa.
2. Faktor eksogen, faktor biokimia dan biofisik yang berasal dari luar sel spermatozoa
(pH, suhu, komposisi ion).

33
Motilitas spermatozoa vertebrata secara individual dapat dilihat dan dihitung
dengan banyak cara, antara lain:
1. pengamatan langsung dengan menggunakan mikroskop cahaya
2. pengamatan dengan menggunakan skala mikrometer dan jam
3. time exposure photography
4. pemfilman dengan stroboskop
5. spektrofotometri dengan cara menghitung jumlah spermatozoa yang melewati jalan
optik dalam satuan waktu dan panjang gelombang tertentu
6. sedimentasi-orientasi dengan cara mengukur perubahan OD sesudah pemusingan
lambat dan kemudian melihat orientasi spermatozoa
7. absorbsi sinar ultra violet (UV).
Bentuk morfologi spermatozoa ditentukan oleh proses spermatogenesis di tubulus
seminiferus, dan juga oleh proses pendewasaan di epididimis. Pada proses spermatogenesis
kecuali pada tahap spermasitogenesis, tahap spermiogenesis, menentukan bentuk morfologi
spermatozoa. Pada tahap ini terjadi pembentukn akrosom, kondensasi inti dan terbentuknya
ekor. Proses pendewasaannya meliputi perubahan morfologis, histokhemis, fisiologis,
biofisik dan metabolic. Morfologi spermatozoa terdiri dari bagian kepala, leher, dan ekor.
Kelainan-kelaianan yang terjadi pada morfolgi spermatozoa menurut (WHO, 1999)
adalah sebagai berikut. (1) Kelainan pada kepala, bentuk normal hanya mempunyai ukuran
yang lebih besar, atau lebih kecil, berbentuk cerutu, mempunyai dua kepala. (2) Kelainan
pada leher, leher lebih tebal atau bengkok. (3) Kelainan ekor ganda, melingkar dan patah.
(4) Cytoplasmic droplet yaitu sisa sitoplasma yang melekat pada kepala, leher atau ekor

BAHAN DAN ALAT


1. tikus/ mencit jantan
2. larutan garam fisiologis/ potasium fosfat buffer (pH 7-7,2)
3. Eosin
4. Nigrosin
5. peralatan bedah
6. cawan petri
7. gelas ukur
8. gelas obyek cekung
9. gelas obyek datar
10. gelas penutup
11. gelas beaker 50 ml
12. pipet

CARA KERJA

Koleksi spermatozoa tikus/mencit


Tikus dieutanasi dengan kloroform, kemudian dilakukan pembedahan.
Spermatozoa diambil dari epididimis bagian kaput, korpus dan kauda yang telah dipisahkan
dari testis. Koleksi spermatozoa dilakukan dengan cara epididimis dan vas deferen dari
masing-masing kelompok dipisahkan secara perlahan-lahan dari lemak dan testis. Untuk
mengurangi terjadinya kontaminasi oleh cairan darah dan jaringan lainnya, dengan hati-hati
epididimis dibersihkan dengan kertas saring. Epididimis bagian kauda dipisahkan dengan
bagian lainnya (kaput dan korpus) secara pelan-pelan, kemudian dimasukkan ke dalam
cawan petri yang berisi 4 ml larutan garam fisiologis atau larutan phospat buffer saline (pH

34
7-7,2). Spermatozoa tikus dikoleksi dengan cara: Pencacahan, dengan cara kauda
epididimis dipotong halus di dalam cawan petri yang telah berisi 2 ml larutan garam
fisiologis, kemudian dibuat suspensi. Suspensi spermatozoa tersebut kemudian ditampung
dan siap dianalisis kualitas (motilitas dan morfologi) spermatozoa.

A. Pengamatan motilitas spermatozoa


1. Satu tetes supernatant diletakkan di atas gelas obyek cekung kemudian
ditutup dengan gelas penutup dan diamati dibawah mikroskop cahaya 100x
2. Hitung kecepatan motilitas spermatozoa dengan cara mengukur kecepatan
setiap spermatozoa dengan menggunakan skala micrometer yang diletakkan
di dalam lensa okuler selama sepuluh detik.
3. Spermatozoa yang dihitung kecepatan motilitasnya adalah spermatozoa
yang gerakannya cepat dan lurus ke depan.
4. Ulangi penghitungan atau pengukuran kecepatan spermatozoa sebanyak 10
kali.

B. Pengamatan morfologi spermatozoa


Pengamatan morfolgi spermatozoa dilakukan dengan cara diambil satu tetes
suspensi spermstozoa, diletakkan di atas gelas obyek dan dibuat smear (hapusan),
difiksasi dengan etanol 70%, kemudian ditambahkan 1% eosin (eosin Y, Sigma)
dan 10% nigrosin (larut dalam air, Sigma), kemudian dicuci dengan air mengalir
secara pelan. Setelah itu dikering anginkan pada suhu kamar. Pengamatan morfologi
dilakukan pada 100 spermatozoa per preparat dengan replikasi 5x di bawah
mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x. Data pengamatan tersebut dibedakan
berdasarkan bentuk morfologi yang normal dan yang tidak normal, apabila bagian
kepala melengkung seperti kait, leher lurus, dan ekor tunggal berujung bebas.
Sedangkan morfologi abnormal bila kepala kecil atau terlalu besar, leher patah atau
bercabang, ekor bercabang, menggulung dan patah, dan terdapat sitoplasma droplet
pada kepala, leher atau ekor.

HASIL PENGUKURAN

1. Hitung kecepatan motilitas spermatozoa


Replikasi Kecepatan motilitas (10 detik) Kecepatan motilitas (µm/detik)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

2. Gambar macam-macam arah pergerakan spermatozoa


3. Gambar macam-macam morfologi spermatozoa
4. Hasil penghitungan persentase morfologi spermatozoa

35
Persentase morfologi tidak normal
Replikasi Persentase morfologi normal
Kepala Ekor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

I. DISKUSI
a. Apakah semua spesies mempunyai morfologi spermatozoa yang sama? Jelaskan.
b. Apakah setiap spermatozoa mempunyai kecepatan motilitas yang sama?
c. Berapakah perbandingan persentase morfologi yang tidak normal anatara bagian
kepala dan ekor spermatozoa?
d. Bagaimanakah perbandingan antara spermatozoa normal dengan tidak normal pada
hewan percobaan ini?
e. Apa yang dapat anda terangkan setelah melihat morfologi spermatozoa tersebut?

36
PRAKTIKUM XII
SIKLUS REPRODUKSI BETINA
(SIKLUS ESTRUS)
TUJUAN
1. Mempelajari dan menggambar sel yang terdapat pada setiap fase dari siklus birahi
mencit.
2. Menghitung jumlah sel-sel yang terdapat dalam apusan vagina dalam satu lapang
pandang

DASAR TEORI
Siklus estrus adalah jarak antara gejala estrus satu hingga estrus berikutnya. Siklus
estrus dibedakan 4 fase yaitu proestrus, estrus, mesestrus, dan diestrus. Perubahan
perioditas dalam kepekaan seksual tersebut ditunjukkan pula dengan perubahan-
perubahan pola tingkah laku dan ciri-ciri fisik eksternal. Kriteria eksternal sering
dihubungkan dengan gambaran sel dari hapusan saluran reproduksi betina (vagina).
Gambaran histologis dari epitelium vagina setiap fase dalam siklus estrus tidak sama, sel-
selnya berfluktuasi dari sel epitel bertanduk yang berlapis hingga sel kuboid yang
tersusun beberapa lapis.
1. Proestrus (fase persiapan), yaitu saat terjadinya regresi corpus luteum dalam
ovarium, menurunnya progesteron dalam darah dan FSH menstimuli folikel-folikel
untuk mulai tumbuh dan berkembang dengan cepat. Siklus ini ditandai dengan
waktunya pendek, tanda-tanda gelisah dan menolak pejantan datang. Hapusan
vagina didominasisel epitelium bernukleus.
2. Estrus, yaitu fase yang terpenting dalam proses reproduksi betina. Pada saat fase
tersebut betina mau menerima pejantan untuk kopilasi. Siklus ini ditandai dengan
keadaan gelisah, nafsu makan berkurang, aktif bergerak/agresif, dan
melengkungkan tulang punggung sebagai respon untuk mendekati pejantan. Di
dalam ovarium, folikel tersier berkembang terus dan menjadi folikel de Graff
dengan rangsangan dari FSH. Dengan berkembangnya folikel de Graff, sekresi
estrgen meningkat. Estrogen menyebabkan terjadinya mitosis sel dalam mukosa
vagina. Dan ketika sel-sel yang baruterbentuk itu menumpuk, lapisan superfisial
menjadi bersisik dan bertanduk, kemudian berekfoliasi ke lumen vagina. Ovulasi
terjadi pada fase ini dan diikuti oleh perubahan folikel menjadi korpus (awal
luteinasi). Pada khir fase ini banyak sel yang mengalami degenerasi dan agregasi
sehingga tampak sebagai massa seperti keju dan kadang- kadang juga terdapat
sedikit leukosit. Sehingga pada hapusan vagina tampak banyak sel bertanduk (75% -
95%) dan sedikit leukosit.
3. Metestrus, yaitu fase setelah terjadinya ovulasi. Ditandai dengan betina menolak
kedatangan pejantan. Di dalam ovarium terdapat korpus luteum dan folikel-folikel
kecil. Gambaran histologi vagina menunjukkan banyaknya leukosit diantara
beberapa sel bertanduk.
4. Diestrus, yaitu fase terlama dalam siklus birahi. Fase ini ditandai dengan tidak
adanya aktivitas kelamin dan betina menjadi tenang. Korpus luteum aktif sehingga
sekresi progesteron dalam darah meningkat. Keadaan mukosa vagina tipis dan pada
hapusan vagina terdapat leukosit. Leukosit ini berasal dari leukosit yang terdapat
pada lamina propia mukosa vagina yang menembus lapisan epitel vagina.

37
Lama siklus setiap hewan tidak sama. Pada mencit betina, kedewasaannya dicapai
sekitar umur 28 hari. Lama setiap fasenya adalah sebagai berikut:

1. Pre-estrus (awal proestrus): 4 jam


2. Proestrus: 14 jam, masa transisi proestrus ke estrus: 3 jam
3. Estrus: 25 jam
4. Metestrus: 8 jam
5. Diestrus: 55 jam
Panjang seluruh siklus 109 jam. Permulaan estrus biasanya terjadi antara pukul 22.00–
01.00.

BAHAN DAN ALAT


1. Mencit betina dan mencit jantan
2. Methanol 40%
3. Larutan Giemsa dalam methanol 40% (1:2)
4. Larutan garam fisiologis
5. formalin 10%
6. Cotton bud
7. Mikroskop cahaya
8. Cawan petri

CARA KERJA
1. Penentuan fase-fase birahi mencit dilakukan dengan:
a. menempatkan mencit jantan untuk dipamerkan pada mencit betina
padamalam hari sebelum pengamatan hapusan vagina
b. mencit betina yang dipisah dengan mencit jantan

2. Pemeriksaan hapusan vagina dilakukan dengan cara cotton bath dicelupkan dalam
larutan fisiologis. Kemudian perlahan-lahan dimasukkan ke dalam vagina dan
ditarik keluar sambil sedikit ditekan ke dinding vagina, sehingga sekret vagina
terbawa keluar.
3. Sekret yang menempel tersebut dioleskan pada gelas obyek dan biarkan hingga
kering.
4. Sediaan difiksasi dengan methanol 40% selama 5 menit, diwarnai dengan larutan
Giemsa-methanol selama 20 menit. Kemudian dicuci dengan air mengalir.
Dikering anginkan, dan diamati di bawah mikroskop cahaya pembesaran 100x

TUGAS
1. Amati dan catat karakteristik vagina mencit
2. Gambar sel pada fase Proestrus, Estrus, Metestrus, dan Diestrus serta beri
keterangan

DISKUSI
1. Apakah ada perbedaan struktur histologi sel pada vagina pada variasi siklus
estrous? Jelaskan!
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya fase-fase dalam siklus estrous
pada mencit? Jelaskan!

38
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2000. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan, Fakultas Biologi – UGM.

Ganong, W.F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 20. Penerbit Buku Kedokteran.

Gordon Betts, Peter Desaix, Eddie Johnson, Jody E. Johnson, Oksana Korol, Dean Kruse,
Brandon Poe, James A. Wise, Mark Womble, Kelly A. Young, 2013,
Anatomy & Physiology, OpenStax College Rice University, Houston, Texas

Sadikin, M. 2001. Biokimia Darah, Widya Medika, Jakarta.

Sugiharto, 2006. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan, Biologi – FMIPA, Universitas


Airlangga Surabaya.

Sugiharto, Darmanto, W., Wahyuningsih, S.P.A., Hayati, A., Martha, Y., Olivia, P., and
2019. Antioxidant activities of curcumin to MDA blood serum
concentration and lead levels in liver of mice, Malaysian Journal of Science,
2019, 38: 21–29. https://doi.org/10.22452/mjs.sp2019no3.3

Sugiharto, Dwi Winarni, Anjar Tri Wibowo, Ufairanisa Islamatasya, Idqa Nurtri Bhakti,
Nabilatun Nisa, Boon Chin Tan, Yosephine Sri Wulan Manuhara, 2022.
Gynura procumbens adventitious root extract altered expression of
antioxidant genes and exert hepatoprotective effects against cadmium-
induced oxidative stress in mice, Hayati Journal of Biosciences, 29(4): 479-
486. https://doi.org/10.4308/hjb.29.4.479-486.

39

Anda mungkin juga menyukai