Anda di halaman 1dari 35

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR II (KODE ABL21322)

Disusun Oleh :
Tim Laboratorium Biologi Dasar

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSTAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
1
IDENTITAS DOKUMEN

Judul : Penuntun Praktikum Biologi Dasar II.


Kode : ABL21322

Tahun Penyusunan : 2018


Kode Revisi : 01

Tim Penyusun

1. Rejeki Siti Ferniah (Koordinator)


2. Karyadi Baskoro (Anggota)
3. Erry Wiryani (Anggota)
4. Riche Hariyati (Anggota)
5. Sri Pujiyanto (Anggota)
6. Budi Raharjo (Anggota)

Penyelenggara Praktikum : Laboratorium Biologi Dasar


Departemen Biologi
Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Diponegoro

2
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya Tim Departemen Biologi
dapat menyelesaikan Buku Penuntun Praktikum Biologi dalam rangka pelaksanaan
kurikulum S1 tahun 2017.

Penuntun Praktikum ini disusun dalam rangka membantu pelaksanaan kegiatan


Praktikum di lingkungan Departemen Biologi FSM Universitas Diponegoro. Buku
penuntun praktikum ini dipersiapkan dengan menyesuaikan materi pembelajaran yang
relevan dengan teori perkuliahan berdasarkan kurikulum S1 Biologi tahun 2017.

Mahasiswa peserta praktikum diharapkan dapat mempersiapkan segala hal terkait dengan
kegiatan praktikum di Departemen Biologi. Ketentuan dan mekanisme kerja praktikum
telah ditetapkan sesuai yang tertera pada Buku Penuntun Praktikum ini.

Akhirnya tiada gading yang tak retak, Departemen Biologi dan seluruh pihak terkait
menyadari bahwa Buku Penuntun Praktikum ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
Departemen Biologi senantiasa menanti saran dan masukan dari berbagai pihak
khususnya civitas akademika dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu proses
pembelajaran serta kegiatan Praktikum di Departemen Biologi Fakultas Sains dan
Matematika Universitas Diponegoro Semarang.

Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya Departemen Biologi menyampaikan


terimakasih yang sebesar-besarnya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Semarang, Januari 2018

Tim Penyusun

3
DESKRIPSI PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II
Parktikum Biologi Dasar II merupakan satu aktivitas terpadu dari matakuliah Biologi
Dasar II dengan sks (2-1) yaitu 2 sks perkuliahan dan 1 sks praktikum. Dalam praktikum
ini diperkenalkan dan dibahas tentang keanekaragaman makhluk hidup, ekosistem, dan
sifat genetik manusia.

STANDAR KOMPETENSI :
Standar kompetensi Praktikum Biologi Dasar II yaitu mahasiswa diharapkan :

1. Menguasai konsep dasar keanekaragaman makhluk hidup, hubungan makhluk


hidup dan lingkungannya dalam ekosistem, DNA sebagai materi genetik makhluk
hidup dan pewarisan sifat.
2. Mampu memahami keanekaragaman makhluk hidup
3. Mampu memahami hubungan makhluk hidup dan lingkungannya
4. Mampu menunjukkan sifat-sifat genetik dari suatu individu

KOMPETENSI DASAR :
Kompetensi Dasar Praktikum Biologi Dasar II yaitu :

1. Mampu menunjukkan dan menyebutkan keanekaragaman tumbuhan


2. Mampu menunjukkan dan menyebutkan keanekaragaman hewan
3. Mampu menunjukkan dan menyebutkan keanekaragaman mikrobia (jamur dan
bakteri)
4. Mampu menunjukkan dan menyebutkan keanekaragaman Protista, lichens, dan
algae
5. Mampu menunjukkan komponen-komponen ekosistem dan peran masing-masing
6. Mampu menyusun struktur DNA
7. Mampu memprediksikan pewarisan sifat pada makhluk hidup

4
MATERI PRAKTIKUM

Acara I. Asistensi
Acara II. Keanekaragaman Tumbuhan
Acara III. Keanekaragaman Hewan
Acara IV. Keanekaragaman Jamur
Acara V. Keanekaragaman Bakteri
Acara VI. Keanekaragaman Protista
Acara VII. Keanekaragaman Algae
Acara VIII. Keanekaragaman Lichenes
Acara IX. Ekosistem alami
Acara X. Ekosistem buatan
Acara XI. Pendugaan genotip manusia
Acara XII Cakram genetika
Acara XIII Inhal
Acara XIV Responsi

5
ACARA I
ASISTENSI

A. ATURAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM :

 Ketentuan Umum
1. Mahasiswa peserta praktikum wajib memenuhi syarat akademik sesuai
ketentuan yang berlaku di Departemen Biologi.
2. Mahasiswa peserta praktikum disebut Praktikan.
3. Mahasiswa yang membantu dosen pengampu dalam pelaksanaan praktikum
disebut Asisten.
4. Praktikan dipandu oleh asisten dalam pelaksanaan kegiatan praktikum.
5. Praktikan wajib mematuhi ketentuan yang berlaku termasuk mengikuti
arahan asisten pada saat pelaksanaan praktikum.
6. Praktikan wajib menjaga kebersihan, keamanan dan ketertiban pelaksanaan
praktikum.

 Tata tertib Peserta Praktikum


1. Praktikan wajib berpakaian rapi, sopan, bersepatu dan tidak boleh memakai
kaos nonkerah (Oblong).
2. Selama praktikum berlangsung, Praktikan wajib memakai pakaian
praktikum (Jas praktikum).
3. Khusus acara praktikum yang menggunakan bahan – bahan kimia dan atau
alat yang berpotensi bahaya, praktikan wajib melengkapi dengan keamanan
diri sesuai standar biosafety.
4. Praktikan dilarang melakukan tindakan tertentu terhadap bahan dan atau
alat praktikum tanpa arahan dan pendampingan dosen pengampu
praktikum.
5. Praktikan wajib bertanggungjawab atas setiap tindakan dan perlakuan yang
diberikan terhadap bahan dan atau alat praktikum.

 Ketentuan Waktu Praktikum


1. Praktikum 1 sks berlangsung selama 170 menit (Sesuai peraturan Rektor
Undip nomor 15 tahun 2017).
2. Praktikan wajib hadir di laboratorium selambat-lambatnya 10 menit
sebelum praktikum dimulai.
3. Praktikan yang terlambat hadir pada acara praktikum WAJIB meminta ijin
kepada dosen pengampu praktikum.
4. Praktikan yang tidak hadir pada acara praktikum dapat mengajukan
permohonan Inhal (penggantian waktu) dengan syarat dan ketentuan
menyesuaikan keputusan Pengelola Laboratorium penyelenggara
praktikum.
 Ketentuan Laporan
1. Praktikan wajib menyusun laporan praktikum sesuai acara yang
dilaksanakan sesuai ketentuan.
2. Format dan sistematika laporan mengikuti ketentuan yang berlaku di
Laboratorium
 Ketentuan Evaluasi
6
1. Bentuk evaluasi dilaksanakan sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh
pengelola Laboratorium atau tim pengampu praktikum.
2. Sebelum acara praktikum dimulai dilaksanakan pre test.
3. Setelah acara praktikum dilaksanakan post test.
4. Evaluasi akhir acara praktikum (Responsi)

7
ACARA PRAKTIKUM II
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN

A. DASAR TEORI
Tumbuhan merupakan kelompok organisme multisel, eukariot autotrofik
yang mampu mengubah energi cahaya menjadi energi kimia melalui proses
fotosintesis. Tumbuhan menghasilkan karbohidrat dari karbondioksida dan air
dengan adanya bantuan klorofil di dalam kloroplasnya. Pada umumnya struktur
tubuh tumbuhan sudah menyesuaikan diri dengan kehidupan di darat.
Tumbuhan memiliki keanekaragaman yang sangat tinggi dalam banyak
sifat, baik sifat morfologi, anatomi, fisiologi, genetika maupun dari organisasinya.
Ditinjau dari keberadaan sistem pengangkutan air dan nutrisinya, tumbuhan dapat
dikelompokkan ke dalam tumbuhan tidak berpembuluh (Bryophyta) dan
tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta). Bryophyta atau dikenal dengan lumut,
pada umumnya memiliki ukuran kecil serta tidak mempunyai akar, batang dan
daun sejati. Tumbuhan berpembuluh biasanya berukuran besar dengan sumbu
sporofit bercabang dan jaringan pembuluh berkembang dengan baik (xylem dan
floem) untuk pengangkutan air dan karbohidrat dalam tumbuhan. Tumbuhan
berpembuluh terdiri dari tumbuhan paku (Pteridophyta), dan tumbuhan berbiji
(Spermatophyta).

1. Tumbuhan lumut (Bryophyta)


Tumbuhan lumut yang masih hidup tidak memiliki jaringan pengangkutan
yang disebut xylem dan floem seperti yang umum ditemukan dalam tumbuhan
berpembuluh. Lumut memiliki generasi gametofit (n) yang lebih dominan dalam
siklus hidupnya dibandingkan dengan generasi sporofit (2n). Gametofit lumut
biasanya lebih besar, hidup bebas, dan menempel pada substrat dengan bantuan
rhizoid. Sporofit lumut lebih kecil dan secara permanen menempel dan tergantung
nutrisinya pada gametofitnya. Selain itu, sporofit lumut biasanya tidak bercabang
dan hanya menghasilkan satu sporangium. Sebagian struktur tubuh lumut berupa
thallus yang datar dan bercabang dikotom, dan belum terdiferensiasi ke dalam
akar, batang dan daun. Sebagian lumut lain memiliki struktur tubuh yang
terdiferensiasi ke dalam batang dan daun, tetapi bukan batang dan daun sejati
karena terjadi pada generasi gametofit dan tidak berisi xylem dan floem.
8
2. Tumbuhan paku (Pteridophyta)
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berpembuluh yang menghasilkan
spora. Dalam kehidupannya ada pergiliran generasi yang tidak serupa dan hidup
bebas, satu generasi penghasil spora berukuran besar dan generasi yang lain
adalah tumbuhan penghasil gamet disebut prothalus (prothalium), berbentuk hati
dan berukuran kecil kira-kira 0.2 – 5 inchi. Tumbuhan paku memiliki akar dan
batang yang berkembang dengan baik. Dalam banyak spesies, daun muncul dari
batang yang tumbuh menjalar sepanjang permukaan tanah. Seperti tumbuhan
lumut, tumbuhan paku memiliki sperma berflagel yang membutuhkan air untuk
mencapai sel telur, dan memiliki spora tertutup dalam dinding pelindung yang
kokoh.

3. Tumbuhan berbiji

Tumbuhan berbiji dicirikan oleh pembentukan tabung serbuk sari dari


serbuk sari dan adanya pembentukan biji yang secara normal berisi satu embrio
atau satu tumbuhan dorman yang akan menjadi aktif dan membentuk bibit dalam
kondisi lingkungan yang sesuai. Semua tumbuhan berbiji adalah heterospora
artinya menghasilkan megaspora dan mikrospora. Megaspora sudah termodifikasi
untuk membentuk suatu bakal biji yang akan berkembang menjadi biji. Bakal biji
yang belum matang terdiri dari satu megasporangium dikelilingi oleh satu atau
dua lapisan jaringan yang disebut integumen. Mikrospora akan berkembang
membentuk serbuk sari. Spermatophyta dikelompokkan ke dalam dua sub divisi
yaitu Gymnospermae dan Angiospermae.
Pada umumnya tumbuhan Gymnospermae berperawakan pohon, hanya
sebagian perdu dan liana berkayu, tetapi semuanya mengalami pertumbuhan
sekunder. Kelompok ini dicirikan oleh adanya biji yang tidak diselubungi oleh
jaringan buah sehingga sering disebut tumbuhan berbiji terbuka. Biji
gymnospermae tumbuh di atas sporofil, dan terkumpul pada suatu sumbu
berbentuk kerucut (cone).
Angiospermae yang dikenal sebagai tumbuhan berbunga meliputi tumbuhan
berkayu dan herba. Kelompok ini dicirikan dengan bakal biji berada dalam bakal
buah yang membedakannya dengan tumbuhan Gymnospermae. Anggota
9
kelompok ini menghasilkan bunga dan buah, dan memiliki siklus hidup yang
berbeda dengan tumbuhan lainnya. Kelompok ini memiliki keanekaragaman yang
tinggi baik pada karakter vegetatif maupun karakter generatif.
Dalam praktikum ini akan diperkenalkan tumbuhan dikotil dan tumbuhan
monokotil. Tumbuhan dikotil memiliki ciri-ciri sebagai berikut: memiliki dua
daun lembaga, bagian bunga berjumlah empat, lima atau kelipatannya, sebuk sari
memiliki tiga pori, pertulangan daun seperti jala, jaringan pembuluh primer dalam
suatu lingkaran, dan biasanya memiliki pertumbuhan sekunder.
Tumbuhan monokotil memiliki ciri-ciri sebagai berikut: daun lembaga satu,
bagian bunga berjumlah tiga atau kelipatannya , serbuk sari dengan satu pori-pori,
pertulangan daun sejajar, susunan pembuluh primer kompleks, dan pertumbuhan
sekunder jarang ada.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Dalam topik ini, mahasiswa akan mempelajari perbedaan sifat morfologi dari
tumbuhan lumut, paku-pakuan, tumbuhan berbiji terbuka, tumbuhan dikotil dan
monokotil.

C. PELAKSANAAN
Alat dan Bahan:
Alat yang digunakan meliputi lensa tangan, pinset, jarum, silet, scalpel,
mikroskop stereo, dan alat tulis.
Bahan: Bahan yang digunakan meliputi:
1. Spesimen segar dan/atau awetan lumut Bryum sp/Pogonatum sp
2. Spesimen segar dan/atau paku Pteris ensiformis/Adiantum sp
3. Strobilus Pinus mercusii/Cycas rumphii/Gnetum gnemon
4. Preparat segar daun dan/atau bunga di kebun
5. Rumput-rumputan liar

Cara Kerja:
1. Amati tubuh lumut, kenalilah bagian sporofit dan gametofitnya. Gambarlah
generasi sporofit dan gametofitnya dan tunjukkan bagian rhizoid, daun, seta,
dan kapsulnya.

10
2. Amatilah tumbuhan paku, kenalilah daun fertil dan daun sterilnya. Perhatikan
letak bentuk sporangiumnya. Bandingkan sporofit tumbuhan paku dan lumut!

3. Amatilah strobilus tumbuhan Pinus/Cycas/Gnetum, kenalilah strobilus jantan


dan betinanya. Tunjukkan di mana biji dan sebuk sari dihasilkan. Bandingkan
sporofit Pinus dan Pteris ensiformis/Adiantum sp.!
4. Amatilah tumbuhan dikotil dan monokotil, perhatikan perbedaan daun,
batang, dan bunga. Bandingkan sporofit dan gametofit pinus, kembang merak
dan bunga rumput.
5. Lengkapilah tabel perbedaan karakter antara tumbuhan-tumbuhan yang saudara
amati!

TABEL PENGAMATAN

Tabel 1. Perbedaan tumbuhan lumut dan paku

Karakter Lumut Paku


Gametofit
- Daun
- Akar
- Batang

Sporofit
- Daun
- Akar
- Batang

11
Tabel 2. Perbedaan tumbuhan berbiji terbuka, dikotil, dan monokotil

Karakter Berbiji Dikotil Monokotil


terbuka
Sporofit
- Batang/ranting
- Bentuk
- Permukaan

Daun
- Tunggal/majemuk
- Pertulangan
- Bentuk

Gametofit
- Strobilus
jantan&betina bunga
- Jumlah petal
- Jumlah sepal
- Jumlah Benang sari
- Jumlah Putik

D. SOAL
1. Domain tumbuhan dibagi menjadi beberapa kelas, sebutkan.
2. Apa yang membedakan antara tumbuhan lumut dengan tumbuhan paku?
3. Apa yang membedakan antara tumbuhan berbiji terbuka dan berbiji tertutup?
4. Bagaimana kalian membedakan antara tumbuhan dikotil dan monokotil, jelaskan.

ACARA PRAKTIKUM III

12
KEANEKARAGAMAN HEWAN

A. DASAR TEORI
Dunia hewan setidaknya terdiri atas 9.800 jenis dari derajad yang sederhana
hingga yang tinggi. Hewan sederhana, sebagaimana Porifera, sudah memiliki sel yang
kompleks dan memiliki perawakan seperti tumbuhan yang tidak aktif bergerak.
Sebagian hewan sangat khas dalam kemampuan bergerak, kecuali beberapa stadium
perkembangan kelas tertentu. Beberapa ciri spesifik hewan berkembang menjadi lebih
kompleks dan maju, seperti pelapisan badan, sifat simetri, rongga badan, kompleksitas
organ gerak dll. Pembagian kelas anggota Kingdom Animalia sangat banyak, namun
demikian beberapa kelas secara umum memiliki anggota yang sangat banyak dan
berkait dengan kemanfaatan bagi manusia. Beberapa kelas yang dimaksud adalah
Porifera, Coelentarata, Helminthes (Cacing), Arthropoda, Mollusca, Echinodermata,
Pisces, Amphibia, Reptilia, Aves dan Mammalia. Mereka memiliki beragam bentuk
badan dengan alat gerak yang berbeda secara fungsi dan struktur, seperti silia,
flagella, otot perut, sirip, sayap dan kaki. Jenis sederhana memiliki kerangka internal
seperti spikula, sedangkan kebanyakan invertebrata memiliki kerangka eksternal.
Semua vertebrata memiliki kerangka internal.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat memahami keanekaragaman hewan berdasarkan perbedaan sifat
morfologi berbagai jenis hewan.

C. PELAKSANAAN
Alat dan Bahan:
Spongia sp, Ubur-ubur/ karang bercabang, serta aneka jenis binatang di darat maupun
di air seperti cacing tanah, belalang, bekicot, bintang laut, Ikan nila, katak sawah,
kadal, burung dara dan tikus/ kucing.

Cara Kerja:
1. Amatilah hewan percobaan yang disediakan dan yang kalian temukan di
lapangan, perhatikan perbedaannya!
2. Lengkapilah tabel perbedaan karakter antara hewan-hewan tersebut.

Tabel 1. Perbedaan morfologi berbagai jenis hewan

13
No Jenis Simetri System Organ Alat/orga Ciri Kelas
Hewan badan / makan n Khas
organ pelindung lain
1 Ubur-ubur gerak badan
2 Cacing tanah
3 Siput/bekicot
4 Belalang
5 Udang
6 Ikan mujahir
7 Katak
8 Ular
9 Burung
10 merpati
Marmut
Dsb

D. SOAL
1. Apa perbedaan antara bekicot dan cacing tanah berdasarkan rangka tubuhnya?
2. Bagaimana kalian membedakan antara hewan darat dan hewan air?
3. Mengapa sifat-sifat morfologi dapat membantu kalian mengelompokkan berbagai
jenis hewan, jelaskan.

ACARA PRAKTIKUM IV
KEANEKARAGAMAN ALGAE

14
A. DASAR TEORI
Algae sebagian termasuk dalam anggota Protista sebagian lain menyerupai
seperti tumbuhan. Kelompok ini meliputi organisme uniseluler, koloni, maupun
multiseluler, bereproduksi secara seksual atau aseksual atau keduanya. Meskipun
berfotosintesis seperti tumbuhan, beberapa kelompok algae mirip tumbuhan
mempunyai pigmen fotosintesis yang tidak dimiliki oleh tumbuhan. Dalam
klasifikasi Algae dikelompokkan menjadi beberapa divisi, antara lain Chlorophyta
(algae hijau), Phaeophyta (algae coklat), Rhodophyta (algae merah), Chysophyta
(algae emas, termasuk di dalamnya diatom), dan Pyrrophyta (algae api atau
dinoflagelata).

Diatom
Diatom adalah algae uniseluler yang mempunyai dinding sel unik karena
terbuat dari bahan seperti gelas (silika hidrat atau silikon hidroksida) terikat pada
matriks bahan organik. Dinding sel diatom tersusun atas dua bagian, yaitu bagian
yang menyerupai wadah (hipoteka) dan tutup (epiteka). Diatom bereproduksi
secara aseksual dengan mitosis; setiap sel anakan menerima setengah dari dinding
sel induk dan akan membentuk setengah dinding sel lainnya di sebelah dalam
dinding sel yang lama. Diatom dapat juga bereproduksi secara seksual tetapi jarang
terjadi. Beberapa jenis diatom membentuk kista sebagai fase resisten untuk bertahan
hidup pada lingkungan yang tidak menguntungkan untuk terus hidup.
Diatom merupakan protista yang sangat beragam, anggotanya sekitar
1000 jenis. Diatom merupakan komponen utama plankton di laut maupun di danau.
Satu ember air dari permukaan laut dapat mengandung berjuta-juta diatom. Seperti
halnya algae emas lainya, sel diatom menyimpan energi dalam bentuk polimer
glukosa yang disebut chrysolaminarin yang tersusun oleh unit- unit β-1,3-glukose.
Cadangan energi tersebut tidak disimpan dalam kloroplas, melainkan dalam vakuola
sitoplasmik. Selain itu, diatom juga menyimpan cadangan energinya dalam bentuk
molekul-molekul minyak. Pigmen fotosintesis pada diatom seperti algae emas lainya
berupa klorofil a dan c serta karotenoid berupa fukoxanthin yang dominan
menyebabkan sel berwarna coklat keemasan.

Algae Coklat

15
Algae ini selain mempunyai pigmen fotosintesis berupa klorofil a dan c, juga
mempunyai karotenoid berwarna coklat dan hijau zaitun, sehingga tubuhnya sering
kali berwarna coklat. Cadangan karbohidrat pada algae coklat disimpan dalam
bentuk manitol atau laminaran, bukan pati. Semua algae coklat adalah multiseluler
dan sebagian besar hidup di perairan laut. Algae coklat meliputi jenis-jenis algae
yang sering kita sebut rumput laut (istilah rumput laut juga digunakan untuk
menyebutkan algae multiseluler yang termasuk dalam kelompok algae hijau dan
algae merah). Anggota algae coklat umumnya mempunyai anatomi tubuh yang
kompleks, bahkan beberapa jenis mempunyai jaringan-jaringan terspesialisasi dan
mempunyai organ seperti pada tumbuhan. Namun demikian, bukti morfologi dan
DNA menunjukkan bahwa kesamaan antara algae coklat dan tumbuhan ini adalah
analog bukan homolog, karena nenek moyang algae coklat dan tumbuhan berevolusi
secara independent.
Meskipun tubuh algae coklat menyerupai tumbuhan, seluruh tubuh algae
coklat disebut talus, yang tidak menyerupai akar, batang, dan daun sejati. Talus algae
coklat umumnya terdiri dari bagian menyerupai akar (holdfast) merupakan alat untuk
melekat pada substrat, bagian menyerupai batang atau tangkai (stipe), yang
mendukung lembaran-lembaran menyerupai daun (blades). Bagian lembaran pada
talus menyediakan tempat/permukaan untuk fotosintesis. Beberapa jenis algae coklat
dilengkapi juga dengan gelembung udara, untuk membantu tetap terapung di dekat
permukaan air
Algae coklat umumnya menempati zona intertidal, sehingga tubuh algae
berada dalam perairan dan terkena ombak serta arus ketika pasang naik, tetapi
terpapar udara di atmosfir dan sinar matahari ketika pasang surut. Kemelimpahan
dan keragaman jenis algae coklat tinggi di perairan dingin, namun demikian di
perairan pantai tropika yang bersuhu hangat juga banyak dijumpai algae coklat,
contohnya antara lain Sargassum, Turbinaria, Padina, Homophysa, dan sebagainya.

Algae Merah
Algae merah meliputi tidak kurang dari 6000 jenis, umumnya berwarna
kemerahan karena mempunyai pigmen tambahan berupa phycoerytrin yang
melindungi pigmen fotosintesis klorofil a, dan pigmen tambahan berupa phycosianin
(pigmen biru) memungkinkan algae ini menyerap sinar biru dan hijau yang masuk ke
dalam perairan lebih dalam dibandingkan sinar tampak yang lainnya. Jenis-jenis

16
algae merah yang beradaptasi hidup di perairan dangkal mempunyai phycoerytin
lebih sedikit. Sebagai hasilnya, algae merah dapat berwarna hijau kemerahan di
perairan dangkal, atau merah cerah di perairan sedang, atau hampir hitam di perairan
dalam. Beberapa jenis tidak mempunyai pigmen fotosintesis dan hidup heteromorfik
sebagai parasit pada algae merah lainnya. Cadangan karbohidrat pada algae merah
berupa glikogen atau amilopektin yang tersusun oleh polimer α-1 ,4-glukose.

Algae merah merupakan kelompok besar dan melimpah di perairan tropik.


Struktur tubuh algae merah bermacam-macam: beberapa uniselular, kebanyakan
multiselular. Algae merah multiselular yang hidup di perairan laut termasuk juga
dalam kelompok rumput laut. Algae merah multiselular ada yang berbentuk filamen,
ada yang bertalus tersusun oleh filamen-filamen bercabang-cabang dan saling
terjalin membentuk struktur tertentu. Talus ada yang tumbuh tegak dan berdaging,
silindris bercabang-cabang, pipih, atau berupa lembaran dengan tekstur keras seperti
tulang rawan, atau lunak. Banyak juga algae merah yang mempunyai talus
mengandung kapur tumbuh menempel pada substrat, ada juga yang berkapur tetapi
tumbuh tegak. Algae merah yang mengandung kapur umumnya merupakan anggota
famili Corallinaceae dan umum jumpai di perairan laut, merupakan komponen
penting dalam ekosistem terumbu karang.

Algae Hijau
Algae hijau yang meliputi sekitar 7500 jenis, beranekaragam bentuk dan
tersebar luas pada bermacam tipe habitat. Umumnya dijumpai di air tawar, tetapi
banyak juga jenis-jenis yang hidup di laut, permukaan tanah, salju, sumber air panas,
permukaan kulit pohon atau daun tumbuhan terestrial. Beberapa algae hijau hidup
bersimbiosis di dalam tubuh hewan seperti protozoa, cacing pipih, moluska, maupun
sponge; atau menjadi salah satu komponen yang berbentuk lichenes.
Seperti pada tumbuhan, algae hijau mempunyai dinding sel tersusun oleh
selulosa. Mempunyai kloroplas mengandung klorofil a dan b, dan cadangan
karbohidrat berupa pati. Kloroplas pada algae hijau terbungkus dua membran dan di
dalamnya dijumpai tilakoid-tilakoid berkelompok, setiap kelompok terdiri dari 2 – 6
tilakoid. Di dalam kloroplas selain dijumpai cadangan karbohidrat seringkali
dijumpai juga pyrenoid. Biasanya pirenoid dapat di amati dengan mikroskop
cahaya, berupa struktur bulat atau lonjong mengkilat, mengandung enzim ribulose

17
biphosphat carboxylase.
Organisasi tubuh algae hijau sangat beranekaragam, meliputi algae uniseluller,
koloni, filamentous, tubular dan lembaran. Pada umumnya algae uniseluller
dianggap sebagai bentuk algae hijau paling primitif, meliputi bentuk- bentuk
berflagela (contohnya Chlamydomonas) maupun tidak berflagela (contohnya
Chlorella). Ukuran yang lebih besar dan struktur/organisasi tubuh yang lebih
kompleks pada algae hijau berevolusi dengan tiga macam mekanisme berbeda:

1. Pembentukan koloni dari individu-individu sel (contohnya pada Volvox), dan


dalam bentuk filamen. Algae hijau berbentuk filamen contohnya Spirogyra,
Mougea dan Zygnema, yang umum dijumpai di kolam dan habitat air tawar
lainnya. Spirogyra (‘sutra air’) mudah dikenali dengan kloroplas berbentuk
seperti pita spiral, Zygnema dicirikan oleh adanya dua kloroplas berbentuk
seperti bintang, sementara setiap sel Mougea mempunyai satu kloroplas
berbentuk lempengan.
2. Pembentukan tubuh multiselular dengan pembelahan sel dan diferensiasi,
membentuk talus bermacam bentuk seperti tubular (contohnya pada
Entheromorpha), seperti lembaran (contohnya pada Ulva).
3. Pembelahan berulang-ulang inti tanpa adanya pembelahan sitoplasma,
membentuk filamen atau tubuh mengandung banyak inti (multinucleate)
seperti pada Caulerpa.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum ini bertujuan memelajari keanekaragaman Algae berdasarkan struktur
organisasi tubuhnya.

C. PELAKSANAAN

Alat dan Bahan:


Alat yang diperlukan terdiri dari mikroskop compound, gelas benda, gelas penutup,
pipet tetes, pinset, jarum preparat, kain/kertas pembersih.
Bahan yang digunakan meliputi:

1. Preparat awetan Spirogyra dan/atau sediaan segar Spirogyra,


2. Herbarium kering Sargassum, Caulerpa, Gracilaria, Ulva

Cara Kerja

18
1. Pengamatan struktur tubuh, bentuk sel, bentuk kloroplas dan letak pirenoid
pada Spirogyra.
Jika bahan yang disediakan adalah preparat awetan Spirogyra, amatilah
preparat dengan mikroskop pada perbesaran lemah (40x). Perhatikan struktur tubuh
Spirogyra yang seperti benang/filamen tersusun oleh satu deret sel-sel berbentuk
silindris (pada mikroskop seringkali tampak berbentuk empat persegi panjang).
Setelah itu pindah perbesaran mikroskop ke 100x, perhatikan bentuk dan jumlah
kloroplas pada setiap sel. Akhirnya fokuskan pengamatan anda pada kloroplas,
bulatan tersebut adalah pirenoid. Gambar hasil pengamatan anda secara skematis,
tunjukkan bagian-bagian yang disebut dinding sel, kloroplas, pirenoid.
Jika bahan yang kalian dapat adalah Spirogyra segar, cara pengamatan yang
dilakukan sama seperti pengamatan di atas, tetapi sebelumnya anda harus membuat
sendiri preparat segar Spirogyra dari bahan yang disediakan. Siapkan gelas benda,
kemudian teteskan air di atas gelas benda menggunakan pipet. Ambil satu helai
Spirogyra dengan pinset dan letakkan pada setetes air di atas gelas benda, lalu
tutuplah gelas benda dengan gelas penutup (dapat menggunakan bantuan jarum
preparat).

2. Pengamatan bentuk talus Sargassum, Glacilaria, dan Caulerpa.


a. Sargassum: Buatlah catatan dan gambar pada buku laporan tentang warna
dan bagian-bagian talus Sargassum yang dapat diamati pada bahan yang disediakan,
tunjukkan pada gambar bagian-bagian talus yang disebut alat lekat (holdfast),
tangkai yang menyerupai batang (cauloid), cabang-cabang berupa lembaran yang
menyerupai daun (filoid), gelembung udara, dan reseptakel (bagian talus yang
terspesialisasi sebagai tempat dihasilkannya struktur reproduksi).

b. Gracilaria, Ulva, Caulerpa; Buatlah catatan dan gambar laporan tentang


warna dan bagian-bagian talus Gracilaria, Ulva, dan Caulerpa yang dapat diamati
pada bahan yang disediakan. Tunjukkan pada gambar bagian-bagian talus yang
disebut alat lekat (holdfast). Untuk Caulerpa, perhatikan bagian talus yang tumbuh
mendatar seperti stolon, dengan cabang-cabang tumbuh tegak dan bercabang
menyirip sehingga menyerupai bulu burung, dan bagian menyerupai akar disebut
rhizoid. Pada gambar, tunjukkan bagian-bagian penting pada talus sesuai hasil
pengamatan. Buatlah rangkuman dalam bentuk tabel perbandingan pigmen

19
fotosintesis, cadangan karbohidrat, dan organisasi / struktur tubuh pada diatom, algae
coklat, algae merah, dan algae hijau.

D. SOAL
1. Ciri-ciri spesifik apa yang dimiliki oleh Spirogyra, Sargassum, dan Ulva?
2. Ciri-ciri apa yang menyebabkan seluruh sampel yang kalian amati dikelompokkan
dalam kelas Algae?

ACARA PRAKTIKUM V
KEANEKARAGAMAN LICHENES

A. DASAR TEORI
Lichenes (Lumut kerak merupakan simbiosis antara fungi dan algae sehingga
secara morfologi dan fisiologi merupakan suatu kesatuan. Lumut ini hidup secara
epifit pada pohon-pohonan, di atas tanah, batu cadas, di tepi pantai atau gunung-
gunung yang tinggi. Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis dan ikut perperan
dalam pembentukan tanah. Tumbuhan ini bersifat endolitik karena dapat masuk pada
bagian pinggir batuan. Dalam hidupnya Lichenes tidak memerlukan syarat hidup

20
yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam waktu yang lama.
Tubuh Lichenes dinamakan talus yang secara vegetatif mempunyai kemiripan
dengan algae dan fungi. Talus berwana abu-abu atau abu-abu kehijauan, kuning,
orange, coklat atau merah dengan habitat yang bervariasi. Bagian tubuh yang
memanjang secara seluler dinamakan hifa. Hifa merupakan organ vegetatif dari talus
atau miselium yang biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan Lichenes. Algae
selalu berada pada bagian permukaan dari talus.
Berdasarkan bentuknya Lichenes dibedakan tiga bentuk yaitu: Crustose,
Foliose, Fruticous. Crustose adalah memiliki bentuk talus yang berukuran kecil,
datar, tipis dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon atau di tanah. Contoh
Graphis, Haematomma, Acarospora. Lichenes foliose memiliki struktur seperti daun
yang tersusun oleh lobus-lobus. Lichenes ini relatif longgar melekat pada
substrtatnya. Talus datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut
berputar. Bagian permukaan bawah berbeda. Lichenes ini melekat pada batu dan
ranting dengan rhizines. Rhizines juga berfungsi sebagai alat absorbsi makanan.
Contoh: Parmelia, Xanthoria, Physcia dll. Lichenes Fruticose berupa semak dan
memiliki banyak cabang dengan bentuk seperti pita. Talus tumbuh tegak atau
mengantung pada batu, daun-daun atau cabang pohon. Tidak ada perbedaan antara
permukaan atas dan permukaan bawah. Contoh: Usnea, Ramalina dan Cladonia.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum ini bertujuan mengenalkan beberapa contoh jenis Lichenes.

C. PELAKSANAAN
Alat dan Bahan:
Alat yang diperlukan terdiri dari mikroskop compound, gelas benda, gelas penutup,
pipet tetes, pinset, jarum preparat, kain/kertas pembersih.
Bahan yang digunakan meliputi sediaan segar Parmelia, Usnea, Cladonia, dan
Ramalina

Cara Kerja
Carilah berbagai jenis lichens yang menempel/epifit pada batang pohon atau
kayu lapuk. Cara mengambilnya adalah dengan mencukil bagian luar yang tampak
seperti kulit batang kayu lapuk. Buat catatan dan gambar pada laporan sementara dari

21
jenis yang kalian dapatkan. Amati dan Sebutkan bentuk talus dan tunjukkan bagian-
bagian dari lichenes tersebut.

D. SOAL
1. Simbiosis apa yang terjadi pada tubuh lichens?
2. Apa peran jamur dalam pembentukan tubuh lichens?
3. Apa peran lumut dalam pembentukan tubuh lichens?

ACARA PRAKTIKUM VI
DIVERSITAS JAMUR

A. DASAR TEORI
Jamur dimasukkan dalam kelompok organisme eukariota karena sel-selnya
sudah memiliki membran inti sel. Dinding sel jamur terbuat dari bahan kitin, yaitu
polimer karbohidrat yang juga terdapat pada eksoskeleton serangga, laba- laba, dan
Arthropoda lainnya. Kitin berfungsi memberi bentuk dan menyokong sel-sel jamur.
Hal tersebut sangat berbeda dengan dinding sel tumbuhan yang terbuat dari bahan
selulosa.
Sebagian besar jamur merupakan organisme bersel banyak (multiseluler),
contohnya jamur merang (Volvariella volvaceae), tetapi ada juga yang merupakan
organisme bersel tunggal (uniseluler), yaitu yeast atau ragi. Jamur uniseluler

22
berukuran mikroskopis, sedangkan jamur multiseluler ada yang berukuran
mikroskopis dan makroskopis. Tubuh jamur multiseluler tersusun atas benang-benang
yang disebut hifa. Hifa merupakan tabung-tabung kecil yang berisi sitoplasma dan
nukleus. Ada dua macam hifa pada jamur, yaitu hifa bersekat (bersepta) dan hifa
tidak bersekat (asepta). Pada hifa yang bersekat, pada setiap sekat terdapat satu inti
sel, sedangkan pada hifa yang tidak bersekat, inti sel tersebar di dalam sitoplasma
(senositik). Sekat-sekat hifa umumnya memiliki pori yang cukup besar agar ribosom,
mitokondria, dan nukleus dapat mengalir dari satu sel ke sel lain. Sekumpulan hifa
akan membentuk anyaman yang disebut miselium. Semua hifa yang menyusun suatu
miselium memiliki sitoplasma yang sama.
Bentuk jamur mirip dengan tumbuhan, tetapi jamur tidak memiliki daun dan
akar sejati. Selain itu, jamur tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat melakukan
fotosintesis seperti tumbuhan. Dengan demikian, jamur merupakan organisme
heterotrof dan memperoleh zat-zat makanan (nutrisi) dengan cara menyerap (absorpsi)
senyawa-senyawa organik sederhana dari lingkungan atau substratnya. Namun,
sebelum itu makanan yang masih berupa senyawa-senyawa organik kompleks
(misalnya lignin, pektin, dan selulosa) akan diuraikan terlebih dahulu di luar sel jamur
dengan cara menghasilkan enzim-enzim hidrolisis ekstraseluler.
Seperti pada hewan, jamur menyimpan cadangan makanannya dalam bentuk
glikogen. Jamur ada yang hidup sebagai parasit, sebagai saprofit, dan ada yang hidup
bersimbiosis mutualisme dengan organisme lain. Sebagai parasit, jamur mengambil
bahan makanan langsung dari inangnya. Jamur parasit memiliki haustorium (jamak:
haustoria), yaitu hifa khusus untuk menyerap makanan dari inangnya. Sebagai
saprofit, jamur mengambil bahan makanan dari sisa-sisa makhluk hidup yang telah
mati. Jamur yang bersimbiosis dengan organisme lain menyerap makanan dari
inangnya, sedangkan inangnya memperoleh mineral dari tanah melalui bantuan jamur.
Umumnya jamur dapat berkembang biak atau bereproduksi secara seksual dan
aseksual. Meskipun begitu, perkembangbiakan secara seksual lebih berperan karena
lebih sering dilakukan. Oleh karena itu, dalam siklus hidup jamur, fase haploid sangat
dominan, sedangkan fase diploidnya sangat singkat.
Baik reproduksi seksual maupun aseksual, keduanya dilakukan dengan
membentuk spora. Reproduksi aseksual dilakukan apabila nutrisi dan air
melimpah. Sebaliknya, reproduksi seksual dilakukan apabila nutrisi dan air kurang.
Reproduksi aseksual pada jamur dapat terjadi dengan beberapa cara, antara lain

23
membentuk tunas atau budding (pada jamur uniseluler), fragmentasi miselium, atau
membentuk spora. Spora adalah sel reproduktif haploid, biasanya uniseluler, yang
mampu tumbuh menjadi individu baru. Sementara itu, reproduksi seksual umumnya
dilakukan dengan cara konjugasi untuk membentuk spora seksual.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Dalam topik ini, mahasiswa dapat membedakan berbagai jenis jamur yang terdapat di
sekitar kita berdasarkan morfologinya.

C. PELAKSANAAN
Bahan dan Alat :

a. Sampel bahan yang berjamur, seperti roti, jagung, kacang, dan lain-lain.
b. Larutan mounting laktofenol (lactophenol)
c. Jarum tanam tajam dan jarum preparat
d. Gelas benda dan kaca penutup.

Cara Kerja :

1. Carilah makanan yang mulai ditumbuhi jamur, misalnya roti basi, kacang tanah
berjamur, dan sebagainya.
2. Bersihkan gelas benda dengan alkohol sampai bebas lemak dan debu, kemudian
teteskan satu tetes laktofenol/asam laktat 3% di bagian tengah gelas benda.
3. Ambil sedikit kapang yang tumbuh dengan jarum tanam, letakkan secara hati-
hati di dalam tetesan larutan mounting, uraikan hati-hati.

4. Tutuplah preparat menggunakan gelas penutup secara hati-hati, jaga supaya


tidak ada gelembung udara yang terjebak di dalam preparat.

5. Amati di bawah mikroskop perbesaran lemah, kemudian pindahkan ke


perbesaran sedang untuk mengamati struktur jamur, misalnya permukaan
konidiofor, permukaan spora, dan lain-lain.
6. Gambarkan hasil pengamatan jamur pada masing-masing sampel, beri
keterangan, dan buatlah laporan kerja Anda!

24
Tabel 1. Keanekaragaman Jamur

. Asal sampel Ciri-ciri Gambar Keterangan


koloni jamur mikroskopis

1. Roti

2. Kacang

3. Jagung

4. dst

D. SOAL
1. Berapa jenis jamur yang kalian dapatkan dari setiap sampel? Mengapa?
2. Struktur khusus apakah yang kalian jumpai dalam mengamati tiap jenis jamur,
sebutkan.

25
ACARA PRAKTIKUM VII
DIVERSITAS BAKTERI

A. DASAR TEORI
Istilah bakteri berasal dari bahasa Yunani, yaitu bacterion yang artinya batang
kecil. Sel-sel bakteri berukuran sangat kecil sehingga hanya dapat diamati dengan
menggunakan mikroskop. Pada umumnya panjang sel bakteri berkisar antara 2–10
mikrometer (µm) (1 mikrometer sama dengan 1/1.000 milimeter) dengan diameter
sekitar 0,5–1 mm. Beberapa jenis bakteri memiliki panjang lebih dari 100 µm dengan
diameter 0,1–0,2 mm. Bakteri merupakan mikroorganisme yang penyebarannya di
alam paling luas. Bakteri dapat ditemukan di manapun, baik di dalam tanah, di udara,
di air tawar, di dasar laut yang paling dalam, bahkan di tempat-tempat yang
organisme lain tidak dapat hidup, misalnya di kawah gunung berapi, di sumber air
panas, dan di kawah belerang. Bakteri juga banyak sekali terdapat di tubuh kita,
seperti di kulit, rambut, mulut, dan di dalam usus.
Struktur sel bakteri dapat dikatakan masih sangat sederhana. Pada setiap sel
bakteri terdapat beberapa komponen penting, yaitu dinding sel, membran sel,
sitoplasma, dan bahan inti serta beberapa organel sel. Organel tertentu, misalnya
flagelum, pilus, kapsul, dan endospora, mungkin hanya dimiliki oleh jenis bakteri
tertentu dan tidak dimiliki oleh jenis bakteri lainnya.
Ada tiga macam bentuk dasar sel bakteri, yaitu bulat (kokus atau coccus),
batang (basil atau bacillus), dan lengkung (koma/vibrio dan spiral/spirillum). Sel-sel
bakteri yang berbentuk bulat ataupun batang sering kali membentuk kumpulan atau
koloni sel. Bakteri berbentuk bulat umumnya berdiameter 1 μm atau kurang dari itu.
Bakteri berbentuk batang memiliki panjang sekitar 2–5 μm, bahkan ada yang
mencapai panjang 10 μm. Adapun diameter bakteri bentuk batang adalah sekitar 0,5–1
μm. Sementara itu, bakteri berbentuk lengkung memiliki panjang sekitar 2–5 μm.
Bentuk suatu sel bakteri kadang-kadang mengalami penyimpangan yang disebabkan
oleh faktor lingkungan. Misalnya, jenis bakteri tertentu akan berbentuk batang pada
suhu kamar (25–27ºC), tetapi apabila dieramkan pada suhu 37ºC, sel-sel tersebut akan
menjadi lebih besar dan berbentuk seperti mata pena atau gada. Selain itu, perlu
diketahui juga bahwa ada bakteri tertentu yang memiliki bentuk tidak teratur
(pleomorfik), contohnya Corynebacterium diphtheria.

26
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Dalam topik ini, mahasiswa akan memelajari diversitas bakteri yang terdapat di
sekitar kita.

C. PELAKSANAAN
Bahan dan Alat :

a. Media agar pada cawan petri


b. Sampel air, tanah, daun, dan lain-lain

Cara Kerja :
1. Ambil secara aseptik 0,2 ml sampel air, suspensi tanah, daun, dan lain-lain.
Inokulasikan sampel tersebut di atas permukaan media agar yang terdapat
pada cawan petri.

2. Bukalah cawan petri lain yang berisi media agar dan letakkan di beberapa
tempat misalnya di laboratorium, di dalam almari, dan di luar ruangan.
3. Amati pertumbuhan yang terjadi, dan buatlah laporan keanekaragaman
koloni mikroorganisme yang tumbuh pada media tersebut.
4. Catatlah bentuk-bentuk bakteri yang terlihat dan buatlah catatan seperti
tabel berikut pada buku kerja Anda!

Tabel 1. Keanekaragaman Bakteri

Asal Pengamatan
cawan
Jumlah Warna Bentuk Bentuk
koloni koloni koloni sel
1

dst

27
D. SOAL
1. Dapatkah kalian melihat koloni bakteri dari suatu cawan terbuaka yang
ditinggalkan di udara terbuka? Bagaimana bakteri tersebut tumbuh?
2. Dapatkah kalian melihat langsung bentuk-bentuk sel bakteri tanpa bantuan
alat? Mengapa?

28
ACARA PRAKTIKUM VIII
EKOSISTEM

A. DASAR TEORI
Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Unsur lingkungan terdiri dari unsur
biotik yang meliputi semua organisme hidup dan unsur abiotik yang meliputi bahan
tak hidup.

Dilihat dari fungsinya, suatu ekosistem terdiri atas dua komponen yaitu :
1. Komponen autotrofik, yaitu organisme yang mampu menyediakan atau
mensintesis makanan sendiri berupa bahan organik dengan bantuan energi
cahaya (matahari) dan klorofil.

2. Komponen heterotrofik, yaitu yang hanya mampu memanfaatkan bahan-


bahan organik sebagai bahan makanannya, contoh: hewan, jamur dan
mikroorganisme.

Dilihat dari segi penyusunnya, ekosistem dapat dibedakan dalam 4 komponen :


1. Bahan tak hidup (abiotik), yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri atas
tanah, air, udara, cahaya dan lain-lain.
2. Produsen, yaitu organisme autotrofik yang umumnya tumbuhan berklorofil
yang mensintesis makanan dari bahan organik yang sederhana.
3. Konsumen, yaitu organisme heterotrofik, misalnya hewan dan manusia yang
makan organisme lain.
4. Pengurai atau decomposer, yaitu organisme heterotrofrik yang menguraikan
bahan organik yang berasal dari organisme mati. Bakteri dan jamur termasuk
dalam kelompok ini.

Ciri-ciri ekosistem adalah sebagai berikut:


1. Memiliki sumber energi yang konstan, umumnya cahaya matahari atau
panas bumi pada ekosistem yang ditemukan di dasar laut yang dangkal.
2. Populasi makhluk hidup mampu menyimpan energi dalam bentuk materi
organik.
3. Terdapat daur materi yang berkesinambungan antara populasi dan
lingkungannya.

29
4. Terdapat aliran energi dari satu tingkat ke tingkat yang lainnya.
Contoh ekosistem di antaranya:
a. ekosistem alami: hutan,
b. ekosistem binaan: agroekosistem,
c. ekosistem buatan: akuarium

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Memelajari komponen-komponen yang menyusun ekosistem serta bagaimana
kedudukannya dalam ekosistem tersebut.

C. PELAKSANAAN
Alat dan Bahan:
1. Akuarium lengkap dengan tumbuhan dan hewan air di dalamnya.
2. Lampu neon 40 watt sebagai sumber energi
3. Termometer
4. pH meter
5. DO meter
6. Fotometer

Cara kerja :
1. Lakukan inventarisasi mengenai komponen biotik dan abiotik dari ekosistem
yang telah ditentukan.
2. Perhatikan sumber energi yang digunakan oleh masing-masing komponen
yang terdapat dalam ekosistem tersebut.
3. Buatlah skema yang menghubungkan komponen-komponen yang terdapat
pada masing-masing ekosistem tersebut serta siklus energi yang ada di
dalamnya.

D. SOAL
1. Apa peran komponen abiotik dalam ekosistem?
2. Apa peran masing-masing komponen biotik dalam ekosistem?

30
ACARA PRAKTIKUM IX
MEMBUAT MODEL DNA

A. DASAR TEORI
DNA merupakan polimer nukleotida. Satu nukleotida tersusun atas tiga
komponen, yaitu deoksiribosa, gugus fosfat, dan basa nitrogen. Deoksiribosa adalah
molekul gula dengan lima atom karbon (pentosa) yang kekurangan satu atom oksigen.
Sementara itu, gugus fosfat terikat pada atom karbon nomor 5 dari molekul gula
pentosa dan pada atom karbon nomor 3 pada deoksiribosa milik nukleotida
berikutnya. Basa nitrogen ada dua jenis, yaitu purin dan pirimidin.
Basa purin tersusun atas adenin (A) dan guanin (G), sedangkan basa
pirimidin tersusun oleh sitosin (C) dan timin (T). Di dalam molekul DNA, adenin
selalu berpasangan dengan timin, sedangkan sitosin berpasangan dengan guanin.
Antara adenin dan timin dihubungkan oleh 2 ikatan hidrogen, sedangkan antara sitosin
dan guanin dihubungkan oleh 3 ikatan hidrogen. Dengan demikian, jumlah purin
selalu sama dengan jumlah pirimidin (A + G = C + T). Jumlah adenin sama dengan
jumlah timin (A = T) dan jumlah guanin sama dengan jumlah sitosin (G = C).
Antara deoksiribosa dan gugus fosfat dihubungkan dengan ikatan fosfodiester. Bentuk
DNA adalah benang berutas ganda dan berpilin menyerupai spiral. Bentuk seperti ini
disebut double helix. Bentuk double helix itu pertama kali dijelaskan oleh James D.
Watson dan Francis H. Crick pada tahun 1953.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa memahami struktur model molekul DNA double helix putar kanan.

C. PELAKSANAAN
Alat dan Bahan:
Gabus (styrofoam) atau sandal jepit bekas, pisau atau cutter, kawat, cat gabus, tang,
dan papan kayu.

Cara Kerja:
1. Bagilah kelas Anda menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok membuat
satu buah model DNA.
2. Buatlah potongan-potongan styrofoam atau sandal jepit bekas sebagai model
untuk molekul fosfat, deoksiribosa, dan basa nitrogen (A, G, C, T).

31
3. Rangkailah potongan-potongan tadi dengan kawat sehingga membentuk model
DNA double helix. Agar model DNA dapat berdiri, berilah penyangga dan
letakkan pada papan kayu.
4. Kumpulkan hasilnya pada akhir praktikum.

D. SOAL
1. Apa yang dimaksud struktur DNA double helix putar kanan?
2. Adakah struktur lain yang dijumpai di sel organisme, sebutkan dan jelaskan.

32
ACARA PRAKTIKUM X
SIMULASI PEWARISAN SIFAT

A. DASAR TEORI
Mendel menggunakan tanaman kacang kapri atau ercis (Pisum sativum).
Alasannya, tanaman kacang kapri memiliki siklus hidup tidak lama, mudah
disilangkan, memiliki bunga sempurna, serta memiliki tujuh sifat beda yang
mencolok. Dengan penelitian menggunakan tanaman kapri tersebut, akhirnya Mendel
dapat menemukan hukum-hukum genetika yang dikenal sebagai hukum Mendel I
dan hukum Mendel II.
Hukum Mendel I disebut juga hukum segregasi atau pemisahan gen-gen yang
sealel (segregation of allelic genes). Menurut hukum Mendel I, setiap organism
memiliki dua alel untuk setiap sifat. Selama pembentukan gamet, dua alel tersebut
berpisah sehingga masing-masing gamet hanya mengandung satu alel untuk satu sifat.
Jika dua gamet bertemu pada saat fertilisasi, keturunan yang terbentuk mengandung
dua alel yang mengendalikan satu sifat. Hukum Mendel I tersebut sesuai dengan teori
pewarisan sifat karena alel-alel individu diturunkan dari generasi ke generasi.
Percampuran alel-alel tersebut menjelaskan mengapa terbentuk variasi dan
keturunan-keturunan berbeda dari induknya. Hukum Mendel I dapat dibuktikan
dengan persilangan monohibrid. Mendel juga mencoba menyilangkan tanaman kapri
yang memiliki dua sifat berbeda (persilangan dihibrid), misalnya warna bunga dan
warna biji. Data dari persilangan tersebut menunjukkan bahwa sifat-sifat yang
dibentuk oleh alel-alel dominan tidak muncul bersamaan. Mendel mengambil
simpulan bahwa alel-alel untuk sifat yang berbeda tidak saling berhubungan. Hal
tersebut membawa Mendel untuk mengembangkan hukum Mendel yang kedua.
Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi atau pengelompokan gen- gen
secara bebas (independent assortment of genes). Menurut hukum ini, gen- gen yang
sealel memisah secara bebas ketika berlangsung pembelahan meiosis pada waktu
pembentukan gamet-gamet. Hukum Mendel II dapat dibuktikan dengan persilangan
dihibrid atau lebih.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Dalam topik ini, mahasiswa akan mempelajari dasar-dasar mekanisme pewarisan sifat

33
menurut Mendel.

C. PELAKSANAAN
Bahan dan Alat
Kancing baju 2 ukuran dan 2 warna (diumpamakan sebagai gamet yang akan bertemu
secara acak) masing-masing 10 buah serta tempat kancing baju (diumpamakan
sebagai organ kelamin)

Cara Kerja:

Bagilah kelas Anda menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3–4 orang
siswa. Kemudian, setiap kelompok melakukan kegiatan berikut:

a. Persilangan Monohibrid dengan Dominansi penuh


1. Tempatkan 10 buah kancing berwarna hitam (misalnya, membawa gen
dominan H) dan 10 buah kancing berwarna putih (misalnya, membawa gen
resesif h) pada tempat kancing baju.
2. Ambillah dua buah kancing baju secara bersamaan tanpa melihat dan catat
hasil pengambilan kancing.
a. Jika terambil dua buah kancing hitam, individu yang terbentuk
bergenotipe HH.
b. Jika terambil satu buah kancing hitam dan satu buah kancing putih,
individu yang terbentuk bergenotipe Hh.
c. Jika terambil dua buah kancing putih, individu yang terbentuk
bergenotipe hh.
3. Kembalikan lagi kancing yang telah diambil tadi ke dalam tempat kancing dan
ulangi kegiatan nomor 2 sebanyak 30 kali.
4. Salinlah tabel berikut dan catatlah data yang Anda peroleh dalam tabel
tersebut. Bagaimanakah perbandingan fenotipe yang Anda peroleh, apakah
sama dengan perbandingan menurut Mendel? Diskusikan hasil yang Anda
peroleh. Lakukan pula persilangan jika ada sifat semidominan

b. Persilangan Dihibrid dengan Dominansi Penuh


1. Tempatkan 10 buah kancing besar berwarna hitam (membawa gen dominan B
dan H) dan 10 buah kancing kecil berwarna hitam (membawa gen b dan H), 10

34
buah kancing besar berwarna putih (membawa gen dominan B dan h), serta 10
buah kancing kecil berwarna putih (membawa gen b dan h) pada tempat
kancing baju.
2. Ambillah dua buah kancing baju secara bersamaan tanpa melihat dan catat
hasil pengambilan kancing.
3. Kembalikan lagi kancing yang telah diambil tadi ke dalam tempat kancing,
dan ulangilah kegiatan nomor 2 sebanyak 30 kali.

4. Buatlah tabel persilangan dan catatlah data yang Anda peroleh dalam tabel
tersebut.
5. Bagaimanakah perbandingan fenotipe yang Anda peroleh, apakah sama
dengan perbandingan menurut Mendel? Lakukan pula persilangan jika ada
sifat semidominan.

D. SOAL
1. Bagaimana perbandingan fenotip keturunan F1 hasil persilangan satu sifat beda
dengan dominansi penuh?
2. Bagaimana perbandingan fenotip keturunan F1 hasil persilangan dua sifat beda
dengan dominansi penuh?

35

Anda mungkin juga menyukai