Anda di halaman 1dari 39

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN AIR

OLEH :
TIM DOSEN

LABORATORIUM PERTANIAN
PROGRAM STUDI AKUAKULTUR
UNIVERSITAS TIDAR
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. karena berkat rahmat-
Nya Buku Panduan Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dapat diselesaikan.
Maksud dari penulisan ini adalah untuk membantu mahasiswa agar dalam
mengikuti praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan Air di Program Studi
Akuakultur Fakultas Pertanian Universitas Tidar.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu untuk penyusunan buku ini.
Penulis menyadari bahwa buku panduan ini masih jauh dari sempurna,
baik penulisannya maupun penyajiannya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran kritik demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga
diktat yang belum sempurna ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Magelang, 7 Maret 2023

Penulis

Halaman ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
LABORATORIUM TERPADU

Tata Tertib
1. Peserta praktikum wajib mengikuti seluruh kegiatan praktikum
2. Praktikan yang berhalangan hadir wajib karena sakit, wajib melapor kepada
penanggung jawab praktikum disertai dengan surat keterangan dari dokter.
3. Praktikan harus berpakaian rapi (baju kain, bukan kaos oblong, memakai jas
lab, bersepatu, dan mengikat rambut bagi yang berambut panjang dan tidak
berhijab) pada saat praktikum berlangsung.
4. Praktikan harus hadir 10 menit sebelum praktikum berlangsung.
5. Tidak ada praktikum susulan bagi praktikan yang berhalangan hadir tanpa
keterangan dan nilai kuis nol
6. Praktikan harus menjaga kebersihan, ketenangan selama praktikum
berlangsung
7. Praktikan tidak diperkenankan merokok pada saat praktikum berlangsung
8. Alat yang digunakan pada saat praktikum harus dibersihkan kembali
9. Praktikan wajib mengisi borang peminjaman alat dan bahan sebelum
melakukan peminjaman alat bahan yang digunakan.
10. Hal-hal yang belum dimengerti dapat ditanyakan kepada asisten pembimbing.
11. Praktikan yang tidak memenuhi ketentuan tersebut tidak diperkenankan
mengikuti praktikum.

Sanksi-sanksi
1. Terlambat dari waktu praktikum yang ditetapkan tidak diperbolehkan
mengikuti kuis (nilai nol)
2. Praktikan terlambat lebih dari 15 menit dengan alasan apapun tidak
diperbolehkan mengikuti praktikum
3. Lembar Kerja Mahasiswa yang dikumpulkan terlambat tidak dinilai
4. Kelompok yang tidak membawa peralatan dan bahan secara lengkap sesuai
dengan materi praktikum tidak diperkenankan mengikuti praktikum.
5. Praktikan yang merusakkan atau menghilangkan alat praktikum diwajibkan
mengganti
6. Salah satu anggota kelompok merusakkan atau menghilangkan alat praktikum
maka seluruh anggota kelompok bertanggung jawab untuk mengganti alat
yang hilang atau rusak tersebut

Nilai-nilai
1. Nilai praktikum terdiri dari nilai Pre-test, Post-test, Laporan, dan ujian akhir
praktikum (responsi).
2. Nilai Laporan adalah nilai yang berasal dari pembuatan laporan, presentasi
laporan setelah kegiatan praktikum
3. Nilai responsi adalah nilai yang didapatkan dari hasil ujian akhir praktikum.

Halaman iii
SUBSTANSI WAJIB DARI PELAKSANAAN PRAKTIKUM FHA

1. Asistensi : Ringkasan rencana praktikum untuk setiap materi


praktek
2. Pre-Test : Tes/pengujian yang berisikan sejumlah prtanyaan
seputar materi praktikum
3. Post-Test : Evaluasi daya absorbsi materi dan kemampuan dari
pelaksanaan praktikum
4. Laporan Sementara : Hasil praktikum sementara yang dibuat setelah selesai
5. Laporan Praktikum pelaksanaan praktikum
: Hasil pelaksanaan praktikum dalam bentuk tulisan
ilmiah yang berisikan materi-materi praktikum

Halaman iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................ i


Kata Pengantar ....................................................................................... ii
Tata Tertib Praktikum ............................................................................ iii
Daftar Isi.................................................................................................. vi
Praktikum 1 Asistensi Praktikum ........................................................ 1
Praktikum 2 Pertumbuhan ikan............................................................ 3
Praktikum 3 Sistem pencernaan ........................................................... 8
Praktikum 4 Darah ikan ....................................................................... 11
Praktikum 5 Syaraf ikan ...................................................................... 15
Praktikum 6 Sistem respirasi ............................................................... 18
Praktikum 7 Endoktrinologi ................................................................ 21
Praktikum 8 Pengamatan Histologi...................................................... 26
Daftar Pustaka ......................................................................................... 34

Halaman v
Praktikum 1
Asistensi Praktikum
Waktu : 2 x 50 menit (1 pertemuan)
Tempat : Laboratorium Terpadu
Tujuan : Dimaksudkan dapat menambah wawasan mahasiswa
tentang Fisiologi Hewan Air

A. Pendahuluan
Fisiologi Hewan Air (FHA) merupakan mata kuliah dasar dalam
mengikuti kuliah di Program Studi Akuakultur, mata kuliah tersebut meliputi
kegiatan kuliah dan praktikum. Praktikum ini bertujuan lebih memahami,
menghayati dan melengkapi materi-materi yang dikuliahkan dan membantu
praktikum dalam mempelajari ilmu-ilmu pada studi selanjutnya.

B. Materi Praktikum
Materi pratikkum terbatas pada materi-materi yang memungkinkan untuk
dapat dipraktekkan, karena terbatasnya fasilitas serta bahan yang tersedia. Materi-
materi yang dipraktikumkan adalah sebagi berikut:
a) Pertumbuhan ikan
Pada praktikum ini untuk mengetahui proses-proses fisiologis yang berkaitan
dengan pertumbuhan ikan serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ikan .
b) Sistem Pencernaan
Praktikum ini mengenal organ-organ sistem pencernaan dan mengetahui
peranan sistem pencernaan.
c) Darah ikan
Praktikum ini untuk melihat sturktur darah dengan sistem pewarnaan dan
mengetahui mekanisme dan alat-alat yang berkenaan dengan peredaran darah.

Halaman 1
d) Syaraf Ikan
Praktikum ini untuk mengetahui otak ikan serta bagian-bagiannya juga
pengaruh rangsangan terhadap syaraf yang dikendalikan oleh otak.
e) Respirasi
Praktikum ini untuk mengetahui proses respirasi pada ikan.
f) Endokrinologi
Praktikum ini untuk mengetahui teknik hypofisa didalam tubuh ikan.
g) Histologi Jaringan
Praktikum ini ditujukan agar mahasiswa mampu membuat preparat jaringan
pada ikan dan melakukan pengamatan terhadap preparat dari jaringan yang
sehat dan jaringan dengan perlakuan yang berbeda.

Halaman 2
Praktikum 2
Pertumbuhan Ikan
Waktu : 2 x 50 menit (1 pertemuan)
Tempat : Laboratorium Terpadu
Tujuan : Dimaksudkan mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan
pengertian pertumbuhan ikan serta mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan

A. Pendahuluan
Pertumbuhan pada hewan, termasuk ikan, dapat dipandang sebagai
serangkaian proses fisiologis dan tingkah laku yang dimulai dari saat masuk
makanan (food intake) dan berakhir dengan deposisi berupa subtansi tubuh.
Proses pencernaan, absorpsi, asimilasi, metabolisme, dan ekskresi semuanya
secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama ikut mempengaruhi produk akhir
yang dihasilkan berupa pertumbuhan tersebut. Ukuran pertumbuhan ikan dapat
ditentukan berdasarkan :
 Pertumbuhan panjang dan berat tubuh ikan
 Pertumbuhan jumlah deposit protein tubuh
 Pertumbuhan jumlah deposit energi tubuh
Pertumbuhan dapat dipahami dari sudut bioenergetika dari proses
metabolisme sebagai kemampuan ikan untuk menangkap sejumlah energi yang
terkandung dalam makanan yang dikonsumsinya menjadi bahan-bahan terdeposit
dalam tubuh. Dalam metabolisme sebagai rangkaian proses perubahan energi,
berlaku juga hukum thermodinamika yang menyatakan bahwa : “tidak ada proses
tranformasi energi yang sempurna, pasti ada sebagian energi yang terbuang
sebagai panas ke lingkungannya”. Pada sistem budidaya faktor yang perlu
diperhatikan adalah pertumbuhan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ikan adalah pakan. Pada ikan, energi yang dapat ditangkap dari
makanan melalui proses metabolisme, dalam bentuk ATP, hanya sebesar 40 - 50
% yang digunakan untuk pemeliharaan fungsi tubuh, pertumbuhan dan
reproduksinya.

Halaman 3
Proses metabolisme, secara biokimia, merupakan serangkaian reaksi kimia
dalam tubuh organisme yang meliputi proses penguraian (degradasi) senyawa-
senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana hasil
katabolisme menjadi senyawa-senyawa kompleks kembali (anabolisme). Pada
proses pertama dilepaskan energi, dan pada proses kedua dibutuhkan energi.
Resultan energi dari kedua proses tersebut akan terdeposit dalam tubuh berupa
pertumbuhan.
Dengan demikian, pertumbuhan dapat dianggap sebagai resultan dari
berbagai proses kimiawi dalam tubuh, dimana kelancaran mekanisme kimiawi itu
akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan organisme. Atas dasar ini pula, berbagai
faktor dapat mempengaruhi pertumbuhan organisme, termasuk ikan, dalam
hubungannya dengan proses metabolisme sebagai pusat dari berbagai sistem
fisiologi tubuh. Berbagai faktor tersebut bisa digolongkan dalam 2 faktor yaitu
:faktor internal, (berat, jenis kelamin, umur, tingkat kematangan,tingkat kesehatan
dan sebagainya) dan faktor eksternal (suhu, salinitas, jumlah dan mutu makanan,
musim, kompetisi dan sebagainya).
Faktor eksternal pada dasarnya merupakan kondisi lingkungan dimana
organisme tinggal. Pada ikan, kondisi kualitas seperti suhu dan salinitas,
merupakan faktor kaitan dengan faktor lingkungan ini, ada 4 kategori faktor
lingkungan dalam pengaruhnya terhadap pertumbuhan :
1. Faktor pengaruh (controling factor) yang mengatur tingkat/kecepatan reaksi
dengan cara mempengaruhi aktivitas zat-zat metabolit.
2. Faktor pembatas (limiting factor), yang membatasi penyediaan dan
pengeluaran zat-zat metabolit dalam rantai metabolisme.
3. Faktor pelindung (masking factor), yang mengubah atau mencegah pengaruh
faktor lingkungan tertentu melalui suatu mekanisme pengaturan tubuh.
4. Faktor pengarah (directive factor), yang menyebabkan atau memberikan tanda
pada organisme untuk respon terhadap karakteristik lingkungan tertentu.

B. Prinsip Dasar Percobaan

Halaman 4
Ikan memiliki toleransi tertentu terhadap berbagai faktor kondisi kualitas
air, salah satunya adalah kandungan cemaran pada air.
Dalam hal toleransi ikan terhadap suhu dan salinitas dikenal golongan ikan
yang memiliki toleransi yang tinggi dan golongan ikan yang memiliki toleransi
yang rendah. Suhu dan salinitas merupakan faktor penting yang menentukan
tingkat pengelolaan energi dalam proses metabolisme. Pengaruh terhadap
pertumbuhan khas untuk setiap jenis ikan.
Prinsip percobaan ini adalah mengatur kondisi lingkungan (air media)
dalam hal ini suhu dan salinitas, pada tingkat tertentu tingkat yang berbeda untuk
setiap kelompok ikan percobaan untuk dilihat pengaruhnya terhadap
pertumbuhan. Pertumbuhan ikan diukur dalam bentuk pernyataan berikut :
a. Pertumbuhan mutlak (growth)
G = W2 - W1 (gram)
Pertumbuhan relatif (Relative Growth)
W2 - W1
RG  x 100%
W1
b. Laju pertumbuhan mutlak (Growth Rate)
W2 - W1
GR  gram/gram 
t 2 - t1
Laju pertumbuhan relatif (Relative Growth Rate)
W2 - W1
GR  x 100 %
W1 t 2 - t1 
Keterangan :
W1 = berat awal inivindu (gram)
W2 = berat akhir indivindu (hari)

C. Materi dan Metode


1. Alat dan bahan
Alat : - akuarium
- selang siphan

Halaman 5
- penggaris
- refraktometer
- timbangan analitik
Bahan : - ikan sampel
- pellet
- air laut/garam NaCl
- Air limbah tahu
- Air limbah deterjen
- Air limbah pestisida
2. Prosedur Kerja
a) Siapkan alat dan bahan
b) Ambil 9 ekor sampel unutk tiap kelompok
c) Pengamatan pertumbuhan ikan menggunakan 3 perlakuan limbah:
- akuarium I : limbah tahu
- akuarium II : limbah deterjen
- akuarium III : limbah pestisida
d) Untuk tiap–tiap salinitas dipergunakan 3 ekor yang telah ditimbang berat
dan panjang awalnya .
e) Ikan-ikan sampel dimasukkan ke dalam akurium berisi 10 liter air pada
konsentrasi limbah yang sudah ditetapkan.
f) Ikan di beri 2 kali sehari, sebanyak 3% dari berat tubuh .
g) Penyimpanan kotoran ikan dan sisa pakan dilakukan dalam sehari
dengan cara mengurang air akuarium sebanyak 3 liter dan penambahan
air bersalinitas sama sebanyak 3 liter.
h) Setiap selang seminggu ikan ditimbang beratnya untuk mengetahui
tingkat pertumbuhan ikan, pengaruh perbedaan salinitas terhadap
pertumbuhan dan menentukan banyaknya pakan yang diberikan.
i) Pada akhir percobaan hitung pertumbuhan dan laju pertumbuhan ikan
(mutlak dan relatif )
j) Buat grafik hubungan antara salinitas (sumbu x) dengan semua
parameter pertumbuhan tersebut.

Halaman 6
Catatan :
1 ppt = 1 mg/1 NaCl murni
Untuk mengencerkan/menaikkan salinitas dihitung dengan rumus :
V1 x N1  V2 x N 2
Dimana :
V1 = salinitas awal air media
V2 = salinitas akhir yang diinginkan
N1 = volume awal air media
N2 = volume akhir yang diinginkan

Halaman 7
Praktikum 3
Sistem Pencernaan Ikan
Waktu : 2 x 50 menit (1 pertemuan)
Tempat : Laboratorium Pertanian
Tujuan : Dimaksudkan mahasiswa dapat mengenal dan menjelaskan
organ-organ sistem pencernaan dan mengetahui peranan
sistem pencernaan

A. Pendahuluan
Pencernaan adalah serangkaian proses dimana partikel-partikel dan
molekul-molekul makanan dihancurkan menjadi subtansi-subtansi yang lebih
sederhana dan dapat diabsorbsi serta digunakan oleh sel-sel. Pencernaan mungkin
berupa intraseluler, ekstraseluler atau keduanya. Pencernaan intraseluler dikatakan
sebagai metode yang primitif dan kehadirannya dianggap sebagai indikasi dari
spesies yang primitif. Pencernaan intraceluler di temukan pada protozoa dan
sponges dan lebih banyak ditemukan pada coelenterata, plathyhelminthes,
annelida, mollusca dan minor phyla.
Pada semua grup binatang kecuali protozoa dan sponges species diketahui
bahwa sistem pencernaannya sebagaian atau seluruhnya merupakan pencernaan
ekstraseluler. Pada pencernaan ekstraseluler dimungkinkan perbedaan dari saluran
pencernaan sehingga enzim sekresi makanan dapat diambil, sebagi gudang dan
transport makanan serta nutrien, pencernaan kimia, aborsobsi dan pembentukan
feses yang dapat berlangsung didaerah khusus.
Pencernaan meliputi baik aktivitas mekanis dan kimia. Perlakuan mekanis
pada makanan sangat diperlukan oleh binatang herbivora yang bergantung pada
binatang yang memangsa pada binatang lainnya dengan eksoskeletonnya yang
keras. Dinding selulosa sebagai contoh, harus dihancurkan sebelum enzim dapat
mencapai makro molekul tanaman. Herbivora dan banyak mamalia omnivora
mempunyai gigi penghancur yang keras yang menghancurkan dinding solulosa
tanaman. Lentera Aristotle dari ketimun laut adalah alat khusus untuk menghancur
algas dan rumput laut.
Banyak hewan mempunyai peralatan mekanis untuk menghancurkan atau
mencaput makanan, misal saluran gastrointestinal dari beberapa binatang yang
Halaman 8
dilengkapi dengan dinding yang keras pada daerah tertentu untuk menghancurkan
makanan, sebagai contoh tulang kecil pada perut udang sungai adalah bagian yang
dipertebal dengan kalsium dari jalur chitin bagian dalamnya yang membentuk
struktur komplek untuk menghancurkan makanan. Struktur yang sama juga di
jumpai pada mollusca.
Sebagai tambahan, aksi peristeltik dari dinding gastrointestinal
musculature digunakan oleh banyak binatang untuk menghancurkan atau
mencampur material makanan di dalam tubuh binatang. Semua metode yang
terdapat diatas digunakan sebelum perlakuan pada makanan menyiapkan makanan
untuk dihancurkan oleh kerja enzim – langkah dasar dari semua proses
pencernaan, baik intraceluler maupun ekstraseluler.

B. Materi dan Metode


1. Alat dan Bahan
Bahan : - Ikan sampel
- Pellet
- Cacing tanah
- Azolla
Alat : - Akuarium
- Sectio set
- Kertas saring
- Timbangan digital
- Timbangan analitik
- Selang aerator

C. Prosedur Kerja
- Menyiapkan ikan sampel sebanyak 3 ekor, menimbang dan meletakkan
dalam akuarium secara terpisah.
- Memberi makan ikan dengan satu jenis makanan tertentu sebanyak 3-5
% dari berat tubuh ikan.

Halaman 9
- Membedah ikan dan mengambil lambungnya untuk ditimbang isinya
dengan timbangan analitik. Perhitungan :
Wt = Wo – b ( t - a )
dimana : wt = berat isi lambung pada saat t (jam)
wo = berat makanan yang diberikan (gr)
b = koefisien pencernaan / daya cerna (gr/jam)
t = waktu antara saat pemberian pakan dan
pengambilan lambung (jam)
a = tenggang waktu antara saat pemberian dan
dimulainya proses pencernaan (jam)
e = bilangan natural (2,718…)
Waktu pengosongan lambung (get) dihitung pada wt = 0
- Mengambil usus ikan dan mengukur panjangnya, kemudian melakukan
perbandingan panjang antar tiga usus dari tiga jenis ikan yang berbeda.
- Melakukan analisis dari hasil pengukuran yang didapatkan.

Halaman 10
Praktikum 4
Darah Ikan
Waktu : 2 x 50 menit (1 pertemuan)
Tempat : Laboratorium Terpadu
Tujuan : Dimaksudkan mahasiswa mengetahui pengaruh larutan
yang hyper, hypo serta isotonis terhadap struktur sel darah
serta alat-alat yang berkenaan dengan peredaran darah

A. Pendahuluan
Darah terdiri dari ion anargonik, ion organik dan molekul-molekul, protein
dan biasanya sel-sel. Pada ikan komponen-komponen ini secara homeostatis
berada pada level yang konstan. Pada banyak organisme, ion-ion organik yang
jumlahnya terbatas pada darah keadaannya hampir menyerupai hewan air laut.
Meskipun darah pada beberapa serangga herbivora sangat minim jumlah Na+ dan
kaya jumlah K+ serta Mg2+. Pada binatang dengan sistem sirkulasi terbuka darah
benar-benar mempunyai ekstraseluler. Darah Vertebrata, termasuk ikan dapat
dibedakan dalam dua bagian yaitu bagian seluler dan plasma. Ketika jumlah
volume gumpalan darah, cairan yang tampak disebut serum, yang sama
komposisinya dengan plasma tetapi tidak sama dengan fibrinogen (gumpalan
protein darah) dan beberapa platelet yang tidak ada.
Kebanyakan binatang mempunyai protein dalam darahnya, Pada
vertebrata, ini meliputi fibrinogen dan hemoglobin. Beberapa binatang hanya
mempunyai satu atau dua protein darah, tetapi pada invertebrata tekanan osmotik
darah lebih banyak didapat dari keberadaan asam amino bebas daripada protein.
Protein darah mempunyai fungsi pada transport CO2 dan O2, menyedikan pH
buffer, mengikat dan memegang simpanan katoin anorganik, mengikat dan agen
transport nutrien-nutrien pada gumpalan darah, menyediakan sumber-sumber
nutrien, meningkatkan tekanan onkotic yang diperlukan untuk kerja kapiler yang
memadai dan berfungsi sebagai mekanis perlindungan immunologi.
Warna merah darah disebabkan oleh keberadaan protein yang berfungsi
pada transport O2 , Hemoglobin (merah-ungu) adalah salah satu protein yang
berperan. Protein darah antara lain meliputi Hemocyanin, Chlorocrourin dan
Hemerythrin. Sel darah merah disebut juga dengan sebutan eritrosit, sementara sel
Halaman 11
darah putih disebut juga dengan leukosit. Cairan berwarna putih telur pada darah
disebut plasma, mengandung sel darah dan mineral terlarut lainnya.
Darah dialirkan ke seluruh tubuh ikan dengan menggunakan pompa dari
jantung. Jantung merupakan suatu pompa yang terdiri atas otot licin yang secara
ritmis berkontraksi untuk memompa darah dari vena ke arteri. Untuk
melaksanakan fungsi ini jantung mempunyai suatu sistem klep yang
menyebabkan darah mengalir ke satu arah. Untuk menjamin aliran darah terus
berlangsung, maka darah dipompa dengan perbedaan tekanan. Tekanan jantung
lebih besar dari tekanan arteri dan, tekanan arteri lebih besar dari tekanan
arterionale.

B. Materi dan Metode


1. Alat dan Bahan.
Alat : - Jarum injeksi
- Mikroskop
- Objek gelas
- Cover glass
- Pipet
- Section set
- Baki untuk landasan
- Hand tally counter
- Kain basah
Bahan : - Ikan sampel
- Alkohol 70%
- Giemsa 3%
- Metyl alkohol
- Kertas saring
- Aquadest
- Kapas

Halaman 12
C. Prosedur Kerja
a) Penghitungan detak jantung ikan
- Menutup bagian wajah ikan dengan kain basah
- Membedah ikan secara cepat dan mengambil jantung ikan utuh yang
masih aktif berdetak secara perlahan dan hati-hati.
- Mengamati dan menghitung jumlah detak jantung ikan selama 1 menit.
b) Pengambilan sample darah ikan
- Mensterilkan injeksi dengan alkohol 70 % dan bagian tubuh ikan yang
akan diinjeksi diberi EDTA.
- Pengambilan darah dilakukan dengan jalan penyuntikan tepat pada
linea lateralis pada tubuh ikan
- Jarum yang masuk akan menyentuh tulang vertebrae
- Jarum sedikit diarahkan keatas dalam posisi masih menempel pada
tubuh ikan
- Perlahan-lahan injeksi ditarik sehingga akan didapatkan darah.
- Sebelum digunakan darah yang ada dalam injeksi dikeluarkan sedikit,
kemudian baru siap digunakan.
c) Pembuatan film darah tipis
- Teteskan darah pada sisi kanan gelas.
- Ambil cover glass dan letakkan hingga menyentuh tetesan darah pada
gelas benda sehingga timbul kapilaritas.
- Setelah timbul kapilaritas doronglah cover glass kearah yang
berlawanan sehingga akan terjadi film darah yang baik.
- Melakukan fiksasi dan dapat dilakukan sebelum darah menjadi kering
atau darah telah menjadi kering.
d) Menyiapkan 3 (tiga) object glass dan 3 (tiga) cover glass
1. Sebagai sample
2. Sample dan larutan gula
3. Sample dan aquadest
Nomor 2 dan 3 campur sampai homogen dengan ujung jarum suntik
dan keringkan.

Halaman 13
- Masing masing sample ditambahkan dengan methanol sampai
kering.
- Masing masing sample ditambahkan dengan giemsa dan
keringkan lalu amati dibawah miskroskop.
- Pada pembesaran 1000x sebelumnya cover glass diberi minyak
emersi.

Halaman 14
Praktikum 5
Syaraf Ikan
Waktu : 2 x 50 menit (1 pertemuan)
Tempat : Laboratorium Terpadu
Tujuan : Dimaksudkan mahasiswa mengetahui otak ikan dan bagian-
bagiannya serta fungsinya dari masing masing bagian dan
juga pengaruh rangsangan terhadap syaraf yang
dikendalikan oleh otak

A. Pendahuluan
Diketahui bahwa pengetahuan tentang anatomi sistem syaraf ikan, secara
umum masih sangat kurang dibandingkan hewan lainnya. Meskipun
memungkinkan eksperimen, diharapkan untuk mampu mencari sedikit kemajuan,
meskipun dengan terbatasnya pengetahuan yang mencukupi mengenai struktur
anatomi ikan. Pekerjaan fisiologi walaupun sangat terbatas telah dilakukan pada
elasmobranchia dan teleostei. Sedikit pengetahuan mengenai fisiologi sistem
syaraf cyclostoma telah diketahui, tetapi tidak demikian halnya dengan dipnoi.
Sejauh ini jumlah total seluruh pekerjaan mengenai sistem syaraf ini sangatlah
jarang, dimana syaraf elasmobrachia dan telestei dipelajari secara bersama, tetapi
jika jumlah informasi yang tersedia terhadap keduanya telah mencukupi, mereka
akan dipelajari secara terpisah.
Variasi jenis ikan sangat besar bila dipandang dari kemampuan mereka
untuk menggunakan berbagai organ syaraf dan kontrol terhadap berbagai syaraf
efektor. Kegunaan dari satu atau panca indra yang lain, atau sistem efektor dapat
dihubungkan dengan berbagai sebab dari terbatasnya ukuran sistem syaraf pusat
pada daerah yang bersangkutan (Henrich, 1992; Brimachar, 1937; Evans, 1952;
Kappers et al., 1936). Selanjutnya terdapat perbedaan yang sangat mencolok
diantara ikan-ikan yang berkait dengan perilaku mereka serta bagian yang
berhubungan dari anatomi internal otak.
Sistem saraf merupakan mekanisme penghantaran impul saraf ke susunan
saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan perintah untuk memberi tanggapan
rangsangan atau sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat
bekerja secara serasi. Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang

Halaman 15
mempunyai bentuk bervariasi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan
kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah
satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali
rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah
sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan.
Sistem syaraf terdiri dari jutaan sel saraf yang disebut neuron. Fungsinya
sendiri ialah untuk mengirimkan impuls berupa rangsangan atau tanggapan. Setiap
neuron terdiri dari satu badan sel yang terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan
sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit). Dendrit
berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi
mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson berukuran sangat
panjang, sementara dendrit ukurannya pendek.
B. Materi dan Metode
Alat : - Aquarium
- Section set
- Papan sectio
- Sarung tangan latex
Bahan : - Ikan sample
- Kapas
- Tissue
C. Prosedur Kerja
1. Potong sirip dorsalnya, amati dan catat yang terjadi
2. Potong sirip pectoralnya, amati dan catat apa yang terjadi
3. Potong sirip ventralnya, amati dan catat apa yang terjadi
4. Potong sirip analnya, amati dan catat apa yang terjadi
5. Potong sirip caudalnya, amati dan catat apa yang terjadi
6. Potong semua siripnya, amati dan catat apa yag terjadi.
7. Rusak semua line lateralisnya, amati dan catat apa yang terjadi.

Halaman 16
8. Reaksi syaraf pada gurat sisi
- Siapkan penutup kepala yang terbuat dari latex untuk menutupi gurat
sisi yang terdapat pada kepala ikan
- Bila telah terpasang dengan rapi, kemudin amati apa yang terjadi
dengan ikan sampel tersebut dengan cara menyentuh atau mendorong-
dorongnya serta melihat gerakan-gerakan ikan

Halaman 17
Praktikum 6
Sistem Respirasi Ikan
Waktu : 2 x 50 menit (1 pertemuan)
Tempat : Laboratorium Terpadu
Tujuan : Dimaksudkan mahasiswa mengetahui sampai dimana batas
toleransi dalam mengkonsumsi oksigen yang digunakan
untuk respirasi

A. Pendahuluan
Respirasi binatang meliputi pertukaran gas baik dari permukaan tubuh atau
melalui jaringan-jaringan di dalam tubuhnya, tranportasi gas melalui tubuh dan
pertukaran gas diantara sistem sirkulasi dan gas-gas tersebut adalah O2 yang
sangat dibutuhkan, limbah CO2 dan gas-gas baku seperti nitrogen yang menyertai
gas. Pertukaran gas pada permukaan tubuh hewan aquatik berlangsung melalui
kulit, usus, insang, jantung dan gelembung udara. Pada hewan tingkat rendah serta
fase telur dan larva dari hewan yang lebih tinggi, permukaan kulit telah
mencukupi, tetapi pada hewan tingkat tinggi permukaan kulit yang lebih luas
sangat dibutuhkan.
Pada suatu sistem yang lebih efisien, permukaan kulit ini yang cepat dari
dan ke medium external. Pada kebanyakan ikan, molusca dan crustacea
mempunyai insang dan ruang-ruang internalnya, dan melalui bagian itu air
dipompa untuk meningkatkan efisiensi pertukaran gas yang masih kurang.
Beberapa hewan tadi mempunyai sistem pembantu untuk memindahkan gas
secara langsung dengan udara baik ketika air rendah mengandung O2 nya atau
ketika air kembali selama siklus tydall atau annual. Terdapat sejumlah ikan yang
hidup pada air tawar tropis yang dapat mengambil O2 langsung dari udara ketika
kandungan O2 menipis.
Konsumsi O2 pada ikan bervariasi yang tergantung dari spesies, ukuran,
aktivitas, musim dan suhu. Hewan perenang cepat membutuhkan lebih banyak O2
selama periode aktivitasnya dibanding dengan ikan perenang lambat selama
periode istirahatnya. Hewan berukuran besar membutuhkan O2 lebih sedikit per
unit berat badannya dibanding ikan yang berukuran kecil. Konsumsi O2
meningkat seiring dengan meningkatnya suhu sampai pada suatu titik kritis dan
Halaman 18
akhir menurun, tetapi banyak hewan mengganti O2 pada waktu perubahan musim
guna metabolisme dan dapat mengkonsumsi lebih banyak O2 pada musim dingin
dibanding musim musim lainnya.
Ikan yang membutuhkan jumlah O2 yang banyak adalah species yang aktif
dimana terbiasa hidup pada perairan dengan kandungan O2 yang stabil. Sebagai
contoh ialah ikan laut jenis Mackerel. Spesies ikan air tawar yang kebutuhan O2
nya besar misal Trout, dimana ikan ini biasanya hidup pada perairan jenuh O2
serta beraliran dingin, mereka tidak dapat bertahan hidup pada perairan dengan
kandungan O2 kurang dari 5 mgr/liter. Sebaliknya secara ekstrim (meliputi ikan
yang dapat bernapas di udara), adalah spesies dasar air tawar yang kurang aktif,
misalnya Karper dan Catfish. Ikan ikan dapat bertahan hidup dengan kandungan
O2 terlarut hanya 0,5 mg/liter.
Gambaran tentang tingkat minimum O2 tadi adalah sangat sederhana,
meskipun karena aksi sinergis dari banyak faktor. Peningkatan temperatur
membutuhkan peningkatan O2 untuk menjenuhkan darah. Peningkatan CO2
mengurangi kemampuan hemoglobin dalam darah untuk membawa O2 terlarut
dari lingkungan dalam jumlah yang banyak untuk kelangsungan hidup
ekuivalennya. Faktor faktor lain yang berhubungan adalah aktivitas ikan,
kesehatan umumnya serta penyesuaian diri terhadap temperatur yang tidak normal
dan O2. Faktor faktor terakhir ini sangatlah penting karena banyak ikan
mempunyai kemampuan yang besar untuk mengatur kondisi tubuhnya agar tetap
normal.

B. Materi dan Bahan


1. Alat dan Bahan
Alat : - Stoples
- Papan / baki
- Timbangan analitik
- Hand tally counter
Bahan : - Ikan sample

Halaman 19
C. Prosedur Kerja
a. Mengambil 3 ekor ikan sample kemudian timbang ikan tersebut satu
persatu
b. Perlakuan untuk masing masing ikan
- ikan I : ikan yang diberi perlakuan limbah tahu
- ikan II : ikan yang diberi perlakuan limbah deterjen
- ikan III : ikan yang diberi perlakuan limbah pestisida
c. Ikan I, II dan III dihitung jumlahnya respirasinya selama 3 menit sekali
sebanyak 10 kali.
d. Ikan I, II dan III sesudah mengalami perlakuan dan perhitungan jumlah
respirasi kemudian ditimbang satu per satu.

Halaman 20
Praktikum 7
Endokrinologi
Waktu : 2 x 50 menit (1 pertemuan)
Tempat : Laboratorium Terpadu
Tujuan : Dimaksudkan mahasiswa mengetahui pengaruh hypofisa
pada penyuntikkan terhadap ikan yang sudah matang gonad
pada teknik hypofisasi

A. Pendahuluan
Kelenjar endokrin adalah sebuah kelenjar yang tidak mempunyai saluran
yang memproduksi dan melepaskan kedalam aliran darah agen kimia atau
hormon. “Messenger kimia “ ini dibawa keseluruh tubuh binatang menuju target
sel, yang mempunyai tempat reseptor khusus bagi hormon. Target sel memberi
respon pada hormon dengan perubahan perubahan khusus dalam aktifitasnya.
Biasanya, tempat reseptor dihubungkan dengan membran plasma, meskipun
steroid hormon memasuki sel dan komplek dengan molekul reseptor dalam
sitoplasma.
Karena sistem endokrin dari suatu organisme tidak bekerja secara terpisah
dengan sistem syaraf, maka istilah neuroendokrin menunjukkan keseluruhan
aktivitas diantara dua sistim regulasi tadi. Istilah tersebut dikenal untuk
mengetahui bahwa neuron-neuron tertentu melepaskan neurohormon yang
mengatur aktivitas sel-sel endokrin tertentu. Untuk lebih mudahnya memahami,
maka sistim kontrol neurochemical biasanya dibagi dalam dua kategori khusus :
1. Pelepasan neurohomoral
yaitu pemisahan transmiter kimia di sinapsis dan sambungan neuroefektor
2. Pelepasan neurohormonal
yaitu pemisahan neurohormon, biasanya didalam darah, unutk keperluan
regulasi kimia.
Transmiter kimia biasanya bekerja dengan jarak jangkauan yang lebih
rendah dibandingkan dengan neurohormon serta serta melalui syaraf-syaraf
tertentu atau jalur-jalur efektor syaraf. Kegiatan ini biasanya hanya berjangka
waktu pendek. Hormon dan neurohormon biasanya bekerja pada jarak yang lebih
panjang, karena mereka dibawa oleh sirkulasi melalui seluruh tubuh organisme.
Halaman 21
Struktur endokrin dan neuroendokrin merupakan jaringan pembuluh darah yang
terdapat kesamaan diantara neurohormon dan neurotransmiter, sebagai contoh
semua dibuat dalam sel syaraf tubuh dan ditransportkan ke axon terminal sebagai
gelembung atau granula.
Hampir keseluruhan sistem homeostatis dimiliki oleh vertebrata tingkat
tinggi. Scharrer dan Scharrer (1963) mengemukakan bahwa regulasi kimia oleh
hormon digunakan untuk aktivitas binatang sebagai berikut :
1. Aktivitas reproduksi : kontrol gametogenesis; perkembangan dan pemeliharaan
saluran sex dan aksesori atau karakteristik seksual yang kedua ; melepas pola
tingkah laku seksual, memulai masa bertelur.
2. Pertumbuhan, maturasi dan regenerasi : molting dan metamorfosa pada
crustacea atau amphibi, menyembuhkan luka.
3. Metabolisme dan homeostatis : regualsi metabolisme lanjutan ; pemeliharaan
variabel-variabel internal, seperti temperatur , kandungan air, keseimbangan
ion, level gula darah dan lain-lain.
Adaptasi dangan faktor-faktor eksternal, adaptasi visual tertentu pada intensitas
cahaya, kontrol fisiologi terhadap perubahan warna, aktivitas-aktivitas tingkah
laku berbagai biorythm dan lain-lain.
B. Materi dan Bahan
1. Alat dan Bahan
Alat : - Mortal dan penumbuk
- Centrifuge
- Jarum suntik
- Tabung reaksi
- Timbangan
- Sectio set
- Mikroskop
Bahan: - ikan mas
- Ikan lele betina
- Alkohol 70%
- Na Cl fisiologis

Halaman 22
- Tissue
- Aquadest

C. Prosedur Kerja
a. Pengambilan kelenjar pituitary.
- Menimbang ikan donor dan resipien
- Ikan donor (ikan mas), resipien (ikan lele) diperkirakan berat keduanya
1:1.
- mengambil hypofisa untuk ikan donor
b. Pembuatan ekstrak
- Menumbuk hypofisa hingga halus
- Memberi nacl fisiologis ( 2,5 ml untuk ikan 1 kg)
- Memasukkan kedalam centrifuge ( 2 menit)
- Setelah terjadi 2 lapisan pada tabung, kita ambil lapisan yang atas
dengan jarum suntik.

Halaman 23
c. Penyuntikan
- Mempersiapkan ikan resipien (ikan lele betina) yang akan disuntik
dengan hypofisa
- Sebelumnya ikan tersebut dibersihkan dengan alkohol pada bagian
yang akan disuntik
- Menyuntikkan pada ikan resipien tepat dibawah line lateralis dan agak
kebelakang
- Caranya : sewaktu jarum disuntikkan, kita angkat sedikit lalu barulah
kita masukkan hypofisa kedalam ikan tersebut.
d. Pengambilan sperma
- Mengambil ikan jantan dengnan membunuh ikan tersebut
- Meletakkan ikan yang sudah dibunuh pada panggungnya
- Membuka rongga tubuh dengan gunting melalui anus, kerjakan dengan
hati-hati tanpa merusak organ dalamnya
- Menyisihkan usus sampai kedua testis yang berwarna kuning
kemerahan tampak
- Mengambil kedua testis dan mengeringkan dengan kertas tissue,
jangan sampai tersentuh air. Sperma yang masak terletak pada bagian
yang berwarna krem
- Membuat sayatan pada bagian lobe ini dan usahakan agar sperma dapat
keluar.
- Dalam melakukan proses ini agar jari anda kering.
- Memasukkan sperma ini pada botol kecil yang berisi larutan NaCL
fisiologis 5 ml.

Halaman 24
e. Pengamatan gerakan sperma
- Menyiapkan mikroskop
- Meletakkan setetes sperma (dalam larutan NaCl fisiologis) diatas
obyek glass
- Menambahkan sedikit air
- Memeriksa dengan segera gerakan spermatozoid pada pembesaran 100
X.
- Apabila spermatozoid bergerak aktif dalam larutan air selama  30
detik, berarti sperma ini berkualitas baik.

Halaman 25
Praktikum 8
Pengamatan Histologi
Waktu : 2 x 50 menit (1 pertemuan)
Tempat : Laboratorium Terpadu
Tujuan : Dimaksudkan menambah wawasan mahasiswa untuk
memahami struktur dan melalui pengamatan histologi ikan
yang tercemar

A. Pendahuluan
Sebagai hewan yang memiliki habitat di air, kerusakan
ekosistem perairan tentunya akan berdampak pada sistem fisiologi
ikan itu sendiri. Bahan pencemar yang kerap kali dibuang di perairan
umum adalah limbah industri, limbah rumah tangga, dan limbah
peternakan ataupun pertanian. Suatu perairan dapat dikatakan
tercemar apabila terdapat masukan atau dimasukkanya makhluk
hidup, zat energi, dan atau komponen lain dalam air, sehingga
kualitas air menjadi kurang atau tidak berfungsi sesuai
peruntukkannya (Kristanto, 2002 dalam Putri, 2015).

Masukan bahan pencemar ke dalam sistem fisiologi ikan dapat


memberikan pengaruh terhadap organ yang berhubungan langsung
dengan perairan. Salah satunya adalah insang. Insang merupakan
organ yang berfungsi untuk bernafas pada ikan dan difusi gas-gas
respirasi antara darah dan air. Keberadaan gas toksik dan bahan
pencemar memiliki kemungkinan untuk turut larut ke dalam darah
dan memperburuk kondisi insang.

Organ selanjutnya yang bersinggungan dengan darah adalah


jantung. Sebagai organ pemompa darah, keberadaan zat asing yang
berbahaya bagi tubuh tentu dikhawatirkan dapat mengganggu kinerja
peredaran darah dan mempengaruhi kondisi jantung pada ikan.
Selain jantung, daging ikan atau otot yang turut terpapar oleh bahan
pencemar di perairan tentunya akan memberikan dampak negatif
berkelanjutan apabila dikonsumsi oleh manusia.
Halaman 26
Histologi merupakan ilmu terkait susunan jaringan tubuh dan
struktur sel-sel yang memiliki fungsi fisiologi yang sama dan
tersusun menjadi satu jaringan kompleks. Pengamatan histologi
dapat dilakukan untuk mendiagnosa abnormalitas yang terjadi pada
suatu jaringan pada tubuh ikan. Diagnosa ini tentunya dilakukan
dengan melakukan perbandingan terhadap jaringan tubuh ikan yang
normal. Perubahan jaringan akan diketahui ketika terdapat kelainan
melalui pengamatan mikro anatomi terhadap perubahan abnormal
yang terjadi di tingkat jaringan tersebut (Asniatih et al., 2013).

B. Materi dan Bahan


2. Alat dan Bahan

Alat- alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:


a) Sectio set : untuk melakukan pembedahan
b) Timbangan digital : untuk mengukur berat dari ikan sampel
c) Toples kaca : sebagai wadah dari perlakuan
d) Stopwatch : sebagai alat pengukur waktu sesuai
kebutuhan
e) Hot plate : sebagai alat untuk memanaskan cairan
f) Base mold paraffin : sebagai alat cetakan dalam penanaman
sampel
g) Cassete :sebagai wadah organ dalam perendaman
h) Microtom rotary : sebagai alat pemotong blok parafin
dengan ketebalan yang diinginkan
i) Waterbath : untuk menjaga suhu larutan
j) Baskom : sebagai wadah cairan
k) Object glass : untuk alas penempatan sampel yang
akan diamati mikroskop
l) Cover glass : sebagai penutup objek yang telah
diletakkan diatas object glass
m) Mikroskop binokuler : untuk mengamati sampel
n) Nampan : sebagai wadah meletakkan alat dan
bahan

Halaman 27
o) Kamera : sebagai alat untuk mendokumentasi
kegiatan praktikum
p) Alat tulis : sebagai alat untuk mencatat hasil
praktikum

Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:


a) Ikan sampel :sebagai sampel yang akan diambil organ nya
b) Tisu : untuk membersihkan alat yang telah digunakan
c) Formalin : sebagai larutan perendaman
d) Insang ikan : sebagai sampel yang akan diuji
e) Kertas label : sebagai penanda sampel dan perlakuan
f) Akohol : sebagai larutan perendaman
g) Xylol : sebagai larutan perendaman
h) Parafin cair : sebagai cairan pengganti dalam pori jaringan
dan penanaman sampel
i) Air : untuk mencuci irisan dalam pewarnaan
j) Air dingin : sebagai cairan yang membantu proses peletakan
irisan pada object glass
k) Air hangat : sebagai cairan yang membantu proses peletakan
irisan pada object glass
l) Entellan : sebagai media perekat object glass dan cover
glass
m) Hematoxylin : sebagai larutan perendaman
n) Akuades : sebagai larutan perendaman
o) Eosin : sebagai larutan perendaman

C. Prosedur Kerja
1. Perlakuan Ikan
a. Mengambil 3 ekor ikan sample kemudian timbang ikan tersebut satu
persatu
b. Perlakuan untuk masing masing ikan
- ikan I : dimasukan kedalam limbah tahu
- ikan II : dimasukan kedalam limbah deterjen
- ikan III : dimasukan kedalam limbah pestisida
2. Pembuatan Preparat Histologi Ikan
Halaman 28
a. Pengambilan Organ Ikan (Insang, Jantung, dan otot/daging)

Dikur panjang dan ditimbang berat ikan sampel

Ikan sampel dibedah

Diambil dan ditimbang organnya

Hasil

b. Fixation

Organ dipotong melintang

Direndam dalam larutan formalin 10% selama 24


jam

Dicuci dengan air selama 30 menit

Hasil

Halaman 29
c. Dehidration

Organ direndam dalam alkohol 70% selama 45 menit (2 tingkat)

Direndam dalam alkohol 90% selama 45 menit (2 tingkat)

Direndam dalam alkohol 100% selama 45 menit (2 tingkat)

Hasil

d. Clearing

Organ direndam dalam larutan penjernih (xylol) selama 45 menit

Direndam dalam larutan penjernih (xylol) selama 45 menit

Hasil

e. Infiltrasi

Parafin dipanaskan hingga suhu 58-60°C dengan hot plate

Organ dimasukkan dalam cassate

Direndam dalam parafin selama 45 menit (2 tingkat)


Halaman 30
Hasil

f. Embedding dan Blockig

Organ dimasukkan dalam Base mold paraffin

Dituang parafin cair

Didiamkanhingga mengeras

Hasil

g. Sectioning dan peletakkan pada gelas objek

Organ dipotong menggunakan microtom rotary dengan ketebalan 4-6 μm

Irisan direndam dalam air dingin

Ditempelkan pada object glass

Dicelupkan dalam air hangat pada waterbath

Hasil

Halaman 31
h. Staining dan penutupan

i. Preparat direndam dalam xylol selama 5 menit

Direndam dalam alkohol 100% selama 1 menit

Direndam dalam alkohol 90% selama 1 menit

Direndam dalam akuades selama 1 menit

Direndam dalam hematoxylin selama 4 menit

Dibilas air megalir selama 1 menit

Direndam dalam heosin selama 2 menit

Dibilas air mengalir selama 1 menit

Direndam dalam alkohol 100% selama 2 menit

Ditutup cover glass menggunakan entellan

Halaman 32
Direndam dalam xylol selama 4 menit

Ditutup cover glass menggunakan entellan

Ditutup cover glass menggunakan entellan

Diamati dibawah mikroskop

Hasil

3. Melakukan pengamatan dan identifikasi struktur organ jantung, insang


dan otot dari ikan yang diamati
4. Mengisi tabel hasil pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan
Organ yang Gambar Keterangan
diamati

Halaman 33
DAFTAR PUSTAKA

Asniatih., Idris, M., dan Sabilu, K. 2013. Studi Histopatologi pada Ikan
Lele Dumbo (Clarias gariepenus) yang terinfeksi Bakteri
Aeromonas hydrophilla. Jurnal Mina Laut Indonesia, 3(12), 13-21.
Pertiwi, S. L., Zainuddin, Z., dan Rahmi, E. 2017. Gambaran Histologi
Sistem Respirasi Ikan Gabus (Channa striata). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Veterenier, 1(3), 291-298.
Putri, V. 2015. Kajian Histopatologi Hati Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Pada Tambak Budidaya Yang Tercemar Limbah Kadmium (Cd)
Dan Timbal (Pb) Di Desa Kalanganyar, Kecamatan Sedati,
Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur (Doctoral dissertation, Universitas
Brawijaya).

Halaman 34

Anda mungkin juga menyukai