Anda di halaman 1dari 45

COVER

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan modul yang
berjudul MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI dengan baik. Modul ini
disusun berdasarkan kebutuhan laboran dan atau mahasiswa untuk menunjang
beberapa mata kuliah pilihan agar mahasiswa lebih mudah mengikuti proses
perkuliahan dan praktikum baik di laboratorium maupun di lapangan.
Praktikum Parasiitologi merupakan penunjang kemampuan dalam aspek
ketrampilan teknis terhadap teori-teori yang disajikan dalam perkuliahan dan
materi lain yang terkait. Sehingga diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan
ilmu yang didapat untuk mengembangkan Sanitasi Lingkungan khususnya dan
ilmu pengetahuan pada umumnya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan modul
ini. Penulis menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna maka sangat
diharapkan saran dan masukan dari pembaca.
Demikian modul praktikum ini dibuat, semoga dapat bermanfaat dan
berdayaguna demi kelancaran proses belajar mengajar dalam dunia kesehatan
khususnya untuk kesehatan lingkungan. Amin.

Gorontalo,

Penyusun

ii Modul Praktek Parasitologi


DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................... I
KATA PENGANTAR...........................................................................................II
DAFTAR ISI........................................................................................................ III
TATA TERTIB DI LABORATORIUM.............................................................. 1
PENGENALAN ALAT DAN BAHAN PRAKTEK........................................... 2
A. ALAT - ALAT................................................................................................. 2
B. BAHAN............................................................................................................ 6
C. HASIL PRAKTIKUM.................................................................................... 7
IDENTIFIKASI TELUR CACING ASCARIS LUMBRICOIDES.................. 8
A. ALAT DAN BAHAN.................................................................................... 11
B. PROSEDUR KERJA.................................................................................... 11
C. HASIL PRAKTIKUM.................................................................................. 12
IDENTIFIKASI TELUR CACING ANCYLOSTOMA DUODENALE........ 14
A. ALAT DAN BAHAN.................................................................................... 16
B. PROSEDUR KERJA.................................................................................... 16
C. HASIL PRAKTIKUM.................................................................................. 17
IDENTIFIKASI TELUR CACING TRICHURIS TRICHIURA................... 20
A. ALAT DAN BAHAN.................................................................................... 22
B. PROSEDUR KERJA.................................................................................... 23
C. HASIL PRAKTIKUM.................................................................................. 24
IDENTIFIKASI TELUR CACING ANCYLOSTOMA DUODENALE........ 26
A. ALAT DAN BAHAN.................................................................................... 29
B. PROSEDUR KERJA.................................................................................... 29
C. HASIL PRAKTIKUM.................................................................................. 30

iii Modul Praktek Parasitologi


IDENTIFIKASI TELUR CACING PADA SAYURAN................................... 32
A. ALAT DAN BAHAN.................................................................................... 33
B. PROSEDUR KERJA.................................................................................... 34
C. HASIL PRAKTIKUM.................................................................................. 35
IDENTIFIKASI TELUR CACING PADA TANAH........................................ 36
A. ALAT DAN BAHAN.................................................................................... 37
B. PROSEDUR KERJA.................................................................................... 37
C. HASIL PRAKTIKUM.................................................................................. 39
REFERENSI.........................................................................................................40

iv Modul Praktek Parasitologi


Pertemuan Ke Satu
Pokok Bahasan Tata Tertib laboratorium
SKS/Waktu 1/170 menit
Tujuan Memperkenalkan kepada mahasiswa tentang:
1. Mahasiswa harus mengetahui tata tertib di
laboratorium
2. Mengetahui Kesehatan dan Keselamat Kerja
selama praktik
Metode Mahasiswa harus membaca dan paham tata tertib
laboratorium sanitasi lingkungan

TATA TERTIB DI LABORATORIUM

1. Mahasiswa melakukan praktikum harus sesuai dengan jadwal yang telah


ditentukan atau diumumkan sebelumnya ( kecuali ada pemberitahuan lain dari
pembimbing praktik)
2. Mahasiswa harus hadir tepat waktu ( tidak terlambat) sesuai jadwal.
3. Masuk ke laboratorium harus sudah memakai baju praktikum
(jas laboratorium warna putih)
4. Hanya membawa peralatan tulis yang diperlukan untuk praktik
5. Sebelum dan sesudah praktik diharuskan mencuci tangan dengan desinfektan
yang telah disediakan.
6. Mahasiswa telah mempelajarai teori praktik untuk materi yang akan di
praktikan.
7. Selama praktik tidak diperkenankan makan, minum, merokok atau
memasukkan benda-benda ke dalam mulut.
8. Setelah selesai praktik mahasiswa mencuci dan mengembalikan alat-alat ke
tempat semula
9. Bila terjadi kecelakaan atau kerusakan alat harus segera melapor kepada
pembimbing praktik
10. Bilaman ada alat yang pecah/rusak akaibat kelalaian, maka alat tersebut harus
di ganti dengan bentuk yang sama buka di ganti dengan uang. Penggantian
alat dibebankan pada kelompok praktik.
11. Dilarang membawa pulang alat-alat dan sediaan.

1 Modul Praktek Parasitologi


Pertemuan Ke Dua
Pokok Bahasan Pengenalan Alat dan Bahan Praktek
SKS/Waktu 1/170 menit
Tujuan 1. Menjelaskan pentingnya praktek mata kuliah
Parasitologi
2. Menjelaskan Praktek yang akan di laksanakan
3. Menyebutkan alat dan bahan yang akan
digunakan dalam kegiatan praktek parasitologi
4. Menjelaskan fungsi dan kegunaan dari alat dan
bahan yang akan digunakan dalam kegiatan
praktek parasitologi
Metode Memperkenalkan alat dan bahan serta fungsi dari alat
dan bahan tersebut

PENGENALAN ALAT DAN BAHAN PRAKTEK

A. ALAT - ALAT
1. Mikroskop
Di gunakan pada saat praktikum pengamatan sampel parasit

2 Modul Praktek Parasitologi


2. Objek Glass
Di gunakan untuk menempakan objek yang akan dilihat/ dianalisa
dengan menggunakan mikroskop.

3. Cover Glass
Kaca Penutup, berfungsi guna menjadi tempat penutup objek atau
preparat yang akan diamati sehingga ketika dilakukan pengamatan
objek tidak terkontaminasi dengan media luar.

4. Pingset
Fungsi pinset digunakan untuk menjepit benda-benda yang berukuran
kecil serta membantu memper

3 Modul Praktek Parasitologi


5. Botol Sampel
Berfungsi sebagai wadah untuk meletakkan sampel feses

6. Stick Sampel
Berfungsi sebagai alat sekali pakai untuk mengambil sampel fases

7. Pipet Tetes
Berfungsi sebagai alat untuk mengambil cairan seperti larutan eosin

8. Spatula
Spatula ini berfungsi sebagai sendok kecil yang juga digunakan
untuk mengambil bahan serbuk atau sebagai pengaduk.

4 Modul Praktek Parasitologi


9. Tabung Sentrifuge
Berfungsi sebagai tempat sampel yang digunakan untuk memisahkan
organel berdasarkan massa jenisnya melalui proses pengendapan.

10. Sentrifuge
Centrifuge merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan
organel berdasarkan massa jenisnya melalui proses pengendapan.
Centrifuge adalah alat yang digunakan untuk memutar sampel pada
kecepatan tinggi, memaksa partikel yang lebih berat terkumpul ke
dasar tabung centrifuge

11. Timbangan Analitik


Timbangan Analitik adalah sebuah instrument laboratorium yang
digunakan untuk mengukur massa suatu zat atau sampel.

5 Modul Praktek Parasitologi


B. BAHAN
1. Alkohol
Alkohol adalah bentuk cairan yang digunakan sebagai pembersih alat-
alat untuk menjaga kesterilisasian alat yang akan di gunakan pada saat
praktikum.

2. Larutan eosin
Digunakan larutan lugol atau eosin sekitar 2 %. Eosin digunakan untuk
membedakan dengan lebih jelas telur cacing dalam sampel fases.

6 Modul Praktek Parasitologi


C. HASIL PRAKTIKUM

ALAT :
NAMA ALAT/GAMBAR FUNGSI DAN KEGUNAAN

BAHAN:
NAMA BAHAN/GAMBAR FUNGSI DAN KEGUNAAN

7 Modul Praktek Parasitologi


Pertemuan Ke Tiga
Pokok Bahasan Identifikasi parasit ( Telur Cacing Nematoda Usus)
SKS/Waktu 1/170 menit
Tujuan Agar mahasiswa mampu dan mengerti bagaimana
mengidentifikasi telur cacing dalam feses manusia serta
dapat menentukan jenis telur cacing, morfologi, hospes dan
penyakit yang disebabkan oleh Nematoda Usus, mengetahui
cara mendiagnosa dan pertolongan pertama pada penderita
cacingan.
Metode Identifikasi telur cacing Ascaris Lumbricoides pada feses

IDENTIFIKASI TELUR CACING ASCARIS LUMBRICOIDES

Ascaris lumbricoides

Klasifikasi Ascaris
lumbricoides Phylum :
Nemathelminthes Class :
Nematoda
Subclass : Secernemtea
Ordo : Ascoridida
Super famili : Ascoridciidea
Genus : Ascaris
Species : Ascaris lumbricoides

8 Modul Praktek Parasitologi



Morfologi
Bentuknya oval, kulit tebal dan bergerigi, kulit telur terdiri dari dua lapisan
didalam telur terdapat sel telur ( jika sudah dibuahi). Cacing dewasa hidup
pada usus manusia. Seekor cacing betina dapat bertelur hingga sekitar
200.000 telur per harinya. Telur yang telah dibuahi berukuran 60 x 45
mikron. Sedangkan telur yang tak dibuahi, bentuknya lebih besar sekitar
90 x 40 mikron. Telur yang telah dibuahi inilah yang dapat menginfeksi
manusia.Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang
menjadi bentuk infektif dalam waktu 3 minggu.


Hospes dan Nama penyakit
Manusia merupakan satu-satunya yang menjadi hospes dari ascaris
Lumbricoides (cacing gelang). Penyakit yang disebabkan oleh cacing
Ascaris Lumbricoides disebutAskariasis.


Diagnosis dan pengobatan
Cara menegakkan diagnosis penyakit adalah dngan pemeriksaan tinja
secara langsung. Adanya telur dalam tinja memastikan diagnosis
Askariasis. Selain itu diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar
sendiri baik melalui mulut atau hidung karena muntah maupun melalui
tinja.
Pengobatan dapat dilakukan secara perorangan atau secara masal. Untuk
perorangan dapat digunakan beberapa obat misalnya Piperasin pamoat 10
mg/kg berat badan, dosis tunggal Mebendazol 500 mg atau Albendazol
400 mg jika terjadi infeksi A,Lumbricoides dan T,Trichiura.


Siklus Hidup
Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi
bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 (tiga) minggu. Bentuk infektif
ini bila tertelan oleh manusia, menetas di usus halus. Larvanya menembus
dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu
dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva di

9 Modul Praktek Parasitologi


paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk
rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus.
Dari trakea larva ini menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan
pada faring. Penderita batuk karena rangsangan ini dan larva akan tertelan
ke dalam esophagus, lalu menuju usus halus. Di usus halus berubah
manjadi cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa
bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2 (dua) bulan.


Gambar Siklus Hidup Ascaris lumbricoides

10 Modul Praktek Parasitologi


A. ALAT DAN BAHAN
a. Alat

1. Mikraoskop

2. Objek glass

3. Cover glass

4. Stik sampel

5. Botol sampel

6. Pipet tetes

b. Bahan

1. Larutan eosin 2-3%

2. Alkohol 70%

3. Sampel feses

4. Kertas label

5. Kapas

6. Tissue

B. PROSEDUR KERJA

1. Alat dan bahan yang di gunakan harus di sediakan dengan lengkap


2. Objek glass dan deck glass di bersikan dengan menggunakan kapas yang
telah di basahi dengan larutan alcohol 70% dan biarkan smapai kering.
3. Sampel tinja di ambil dengan menggunakan stick kayu kemudian di
letakan di tenga-tengah objek glass yang suda d tetesi larutan Eosin (1
tetes). Hapus tinja tersebut dengan menggunkan srick kayu sebeumnya di
campur terlebih dhulu dan tidak menimbulkan gelembung.
4. Bilamana dalam pengadukan/percampuran terdapat benda-benda keras
seperti biji,cabe,serat harus di keluarkan.

11 Modul Praktek Parasitologi


5. Hapusan suda selesai maka di tutup dengan deck glaas atau kaca penutup
di sertai dengan penekanan secara hati-hati dan bilamana cairan keluar di
sekitar deck glass/kaca penutup, maka harus di bersikan dengan kapas.
6. Preparat di periksa di atas mikroskop dengan pembesaran lensa objecktif
10x untuk menentukan lapang pandang, kemudian di ruba dengan
pembesaran 40x.
7. Pemeriksaan preparat harus secara zikzak
8. Bilamana sediaan tersebut positif telur cacing, gambarkan dan sebutkan
cirri-ciri dan spesies tersebut.

C. HASIL PRAKTIKUM

Hasil pemeriksaan sampel fases :

1. Nama pasien :

Umur :

Jenis kelamin :

Alamat :

Petugas pengambil :

JUDUL GAMBAR

GAMBAR HASIL PEMERIKSAAN

Penjelasan Gambar

12 Modul Praktek Parasitologi


Tabel 1. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan feses terhadap sampel
feses berdasarkan jenis spesies cacing golongan nematoda usus
No Nama telur cacing N=.... Persentase(%)
1. Jenis Telur Cacing
2. Tidak terinfeksi
Total 0 100%

Keterangan

Tabel 2. Distribusi frekuensi pemeriksaan feses terhadap sampel feses


berdasarkan orang terinfeksi kecacingan

Hasil Pemeriksaan N Persentase(%)


Terinfeksi Cacing Nematoda Usus - -
Tidak terinfeksi Cacing Nematoda Usus - -
Total 0 100%

keterangan

Tabel 3 Distribusi Infeksi Nematoda Usus berdasarkan Jenis Kelamin.

Jenis Kelamin N Persentase(%)


Laki – laki - -
Perempuan - -
Total 0 100%

keterangan

Tabel 4 Distribusi frekuensi infeksi telur cacing nematoda usus


pada sampel feses berdasarkan umur

Umur Jumlah Persentase Positif Persenta Negat Persentase


Sampel seyang if yang
(%) positif Negatif
-
-
Total 0 100% 0 0 0 0

keterangan

13 Modul Praktek Parasitologi


Pertemuan Ke Empat
Pokok Bahasan Identifikasi parasit ( Telur Cacing Nematoda Usus)
SKS/Waktu 1/170 menit
Tujuan Agar mahasiswa mampu dan mengerti bagaimana
mengidentifikasi telur cacing dalam feses manusia serta dapat
menentukan jenis telur cacing, morfologi, hospes dan penyakit
yang disebabkan oleh Nematoda Usus, mengetahui cara
mendiagnosa dan pertolongan pertama pada penderita
cacingan.
Metode Identifikasi telur cacing Ancylostoma duodenale pada feses

IDENTIFIKASI TELUR CACING ANCYLOSTOMA DUODENALE

Ancylostoma duodenale

Klasifikasi Ancylostoma deudonale
Phylum: Nemathelminthes
Class: Nematoda
Subclass: Secernemtea
Ordo: Rhabditida
Super family : Rhabditoidea
Genus: Ancylostoma
Species : Ancylostoma deudonale

Morfologi
Bentuknya lonjong simetris, kulit telur bagian luar tipis, antara kulit telur
dan sel telur terdapat cairan yang bening, didalam telur trdapat sel telur
yang terdiri dari 6-8 sel.

Hospes dan Nama penyakit
Hospes parasit ini adalah manusia penyakit yang disebabkannya
dinamakan ancylostoma seperti nama genusnya.

14 Modul Praktek Parasitologi



Diagnosis dan Pengobatan
Gejala klinis biasanya tidak spesifik sehingga untuk menegakkan diagnosis
infeksi cacing tambang perluh dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
dapat menemukan telur tambang didalam tinja atau menemukan larva
cacing tambang dalam biakan atau pada tinja yang sudah lama. Pengobatan
Tettrachorethylen merupakan obat pilihan dan cukup efektif untuk
A.duodenale. Diberikan dalam dosis tunggal 0,10-0,12mg/kg BB dengan
dosis maksimal 4mg, Bitoskanat dengan dosis tunggal pada orang dewasa
150mg. Befenium Hidroksinaftoat di berikan dengan dosis 5gr per hari
selama tiga hari berturut-turut .

Siklus Hidup
Telur cacing ini, keluar bersama dengan tinja. Di dalam tubuh manusia
dengan waktu 1-1,5 hari telur telah menetas dan mengeluarkan larva
rabditiform kemudian dalam waktu sekitar 3 hari, larva rabditiform
berkembang menjadi larva filariform (bentuk infektif). Larva filariform
dapat tahan di dalam tanah selama 7-8 minggu. Infeksi pada manusia
terjadi apabila larva filariform menembus kulit atau tertelan.
Siklus hidup kedua cacing tambang ini dimulai dari larva filariform
menembus kulit manusia kemudian masuk ke kapiler darah dan berturut-
turut menuju jantung kanan, paru-paru, bronkus, trakea, laring dan terakhir
dalam usus halus sampai menjadi dewasa.

Gambar Siklus Hidup Ancylostoma deudonale

15 Modul Praktek Parasitologi


A. ALAT DAN BAHAN
a. Alat

1. Mikraoskop

2. Objek glass

3. Cover glass

4. Stik sampel

5. Botol sampel

6. Pipet tetes

b. Bahan

1. Larutan eosin 2-3%

2. Alkohol 70%

3. Sampel feses

4. Kertas label

5. Kapas

6. Tissue

B. PROSEDUR KERJA

1. Alat dan bahan yang di gunakan harus di sediakan dengan lengkap


2. Objek glass dan deck glass di bersikan dengan menggunakan kapas yang
telah di basahi dengan larutan alcohol 70% dan biarkan smapai kering.
3. Sampel tinja di ambil dengan menggunakan stick kayu kemudian di
letakan di tenga-tengah objek glass yang suda d tetesi larutan Eosin (1
tetes). Hapus tinja tersebut dengan menggunkan srick kayu sebeumnya di
campur terlebih dhulu dan tidak menimbulkan gelembung.
4. Bilamana dalam pengadukan/percampuran terdapat benda-benda keras
seperti biji,cabe,serat harus di keluarkan.

16 Modul Praktek Parasitologi


5. Hapusan suda selesai maka di tutup dengan deck glaas atau kaca penutup
di sertai dengan penekanan secara hati-hati dan bilamana cairan keluar di
sekitar deck glass/kaca penutup, maka harus di bersikan dengan kapas.
6. Preparat di periksa di atas mikroskop dengan pembesaran lensa objecktif
10x untuk menentukan lapang pandang, kemudian di ruba dengan
pembesaran 40x.
7. Pemeriksaan preparat harus secara zikzak
8. Bilamana sediaan tersebut positif telur cacing, gambarkan dan sebutkan
cirri-ciri dan spesies tersebut.

C. HASIL PRAKTIKUM

Hasil pemeriksaan sampel fases :

1. Nama pasien :

Umur :

Jenis kelamin :

Alamat :

Petugas pengambil :

JUDUL GAMBAR

GAMBAR HASIL PEMERIKSAAN

Penjelasan Gambar

17 Modul Praktek Parasitologi


Tabel 1. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan feses terhadap sampel
feses berdasarkan jenis spesies cacing golongan nematoda usus
No Nama telur cacing N=.... Persentase(%)
1. Jenis Telur Cacing
2. Tidak terinfeksi
Total 0 100%

Keterangan

Tabel 2. Distribusi frekuensi pemeriksaan feses terhadap sampel feses


berdasarkan orang terinfeksi kecacingan

Hasil Pemeriksaan N Persentase(%)


Terinfeksi Cacing Nematoda Usus - -
Tidak terinfeksi Cacing Nematoda Usus - -
Total 0 100%

keterangan

Tabel 3 Distribusi Infeksi Nematoda Usus berdasarkan Jenis Kelamin.

Jenis Kelamin N Persentase(%)


Laki – laki - -
Perempuan - -
Total 0 100%

keterangan

Tabel 4 Distribusi frekuensi infeksi telur cacing nematoda usus


pada sampel feses berdasarkan umur

Umur Jumlah Persentase Positif Persenta Negat Persentase


Sampel seyang if yang
(%) positif Negatif

Total 0 100% 0 0 0 0

keterangan

18 Modul Praktek Parasitologi


Tabel 1. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan feses terhadap sampel
feses berdasarkan jenis spesies cacing golongan nematoda usus
No Nama telur cacing N=.... Persentase(%)
1. Jenis Telur Cacing
2. Tidak terinfeksi
Total 0 100%

Keterangan

Tabel 2. Distribusi frekuensi pemeriksaan feses terhadap sampel feses


berdasarkan orang terinfeksi kecacingan

Hasil Pemeriksaan N Persentase(%)


Terinfeksi Cacing Nematoda Usus - -
Tidak terinfeksi Cacing Nematoda Usus - -
Total 0 100%

keterangan

Tabel 3 Distribusi Infeksi Nematoda Usus berdasarkan Jenis Kelamin.

Jenis Kelamin N Persentase(%)


Laki – laki - -
Perempuan - -
Total 0 100%

keterangan

Tabel 4 Distribusi frekuensi infeksi telur cacing nematoda usus


pada sampel feses berdasarkan umur

Umur Jumlah Persentase Positif Persenta Negat Persentase


Sampel seyang if yang
(%) positif Negatif

Total 0 100% 0 0 0 0

keterangan

19 Modul Praktek Parasitologi


Pertemuan Ke Lima
Pokok Bahasan Identifikasi parasit ( Telur Cacing Nematoda Usus)
SKS/Waktu 1/170 menit
Tujuan Agar mahasiswa mampu dan mengerti bagaimana
mengidentifikasi telur cacing dalam feses manusia serta dapat
menentukan jenis telur cacing, morfologi, hospes dan penyakit
yang disebabkan oleh Nematoda Usus, mengetahui cara
mendiagnosa dan pertolongan pertama pada penderita
cacingan.
Metode Identifikasi telur cacing Trichuris trichiura pada feses

IDENTIFIKASI TELUR CACING TRICHURIS TRICHIURA

Trichuris trichiura (Trichocephalus dispar atau cacing cambuk)

Mempunyai 2 kutub dan didalamnya


terdapat cairan
Telur berbentuk seperti tempayan,
berwarna kuning tenggulik
Terdapat cairan pembatas antar kulit
dan sel telur
Sel telur yang belum terdapat
larva Kulit telur


Klasifikasi Trichuris
trichiura Phylum :
Nemathelminthes Class :
Nematoda Subclass :
Adenophorea Ordo :
Enoplida
Super famili : Ttichinelloidea
Genus : Trichuris
Species : Trichuris trichiura.

20 Modul Praktek Parasitologi



Morfologi
Bentuknya seperti tempayan, (bola salju), kulit telur bagian luar tebal,
warnanya kuning tenggullik, kedua ujung terdapat tonjolan yang
didalamnya terdapat cairan bening, didalam telur terdapat sel/larva jika
sudah dibuahi. Seekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur
setiap hari antara 3000-20.000 butir.


Hospes dan Nama Penyakit
Manusia merupakan hospes definitif utama pada cacing cambuk. Penyakit
yang disebabkan oleh T.trichiura disebut Trichuriasis atau Trichocepaliasis.


Diagnosis dan Pengobatan
Infeksi berat T.Trichiura sering disertai dengan infeksi cacing lainnya atau
protozoa. Infeksi ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang
jelas atau sama sekali tanpa gejala. Parasit sering ditemukan pada
pemeriksaan tinja secara rutin. Pengobatan Albendazol 400mg (dosis
tunggal) Mebendazol 100mg (dua kali sehari selama tiga hari berturut-
turut).


Siklus Hidup
Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur tersebut
menjadi matang dalam waktu 3-6 minggu dalam lingkungan yang sesuai,
yaitu pada tanah yang lembab dan tempat yang teduh. Telur matang ialah
telur yang berisi larva dan merupakan bentuk yang infektif. Cara infeksi
langsung bila secara kebetulan hospes menelan telur matang. Larva keluar
melalui telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah manjadi dewasa
cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon, terutama
sekum (caecum). Jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru. Masa
pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina
menetaskan telur kira-kira 30-90 hari.

21 Modul Praktek Parasitologi



Gambar Siklus Hidup T. trichiura

A. ALAT DAN
BAHAN a. Alat

1. Mikraoskop

2. Objek glass

3. Cover glass

4. Stik sampel

5. Botol sampel

6. Pipet tetes

22 Modul Praktek Parasitologi


b. Bahan

1. Larutan eosin 2-3%

2. Alkohol 70%

3. Sampel feses

4. Kertas label

5. Kapas

6. Tissue

B. PROSEDUR KERJA

1. Alat dan bahan yang di gunakan harus di sediakan dengan lengkap


2. Objek glass dan deck glass di bersikan dengan menggunakan kapas yang
telah di basahi dengan larutan alcohol 70% dan biarkan smapai kering.
3. Sampel tinja di ambil dengan menggunakan stick kayu kemudian di
letakan di tenga-tengah objek glass yang suda d tetesi larutan Eosin (1
tetes). Hapus tinja tersebut dengan menggunkan srick kayu sebeumnya di
campur terlebih dhulu dan tidak menimbulkan gelembung.
4. Bilamana dalam pengadukan/percampuran terdapat benda-benda keras
seperti biji,cabe,serat harus di keluarkan.
5. Hapusan suda selesai maka di tutup dengan deck glaas atau kaca penutup
di sertai dengan penekanan secara hati-hati dan bilamana cairan keluar di
sekitar deck glass/kaca penutup, maka harus di bersikan dengan kapas.
6. Preparat di periksa di atas mikroskop dengan pembesaran lensa objecktif
10x untuk menentukan lapang pandang, kemudian di ruba dengan
pembesaran 40x.
7. Pemeriksaan preparat harus secara zikzak
8. Bilamana sediaan tersebut positif telur cacing, gambarkan dan sebutkan
cirri-ciri dan spesies tersebut.

23 Modul Praktek Parasitologi


C. HASIL PRAKTIKUM

Hasil pemeriksaan sampel fases :

1. Nama pasien :

Umur :

Jenis kelamin :

Alamat :

Petugas pengambil :

JUDUL GAMBAR

GAMBAR HASIL PEMERIKSAAN

Penjelasan Gambar

24 Modul Praktek Parasitologi


Tabel 1. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan feses terhadap sampel
feses berdasarkan jenis spesies cacing golongan nematoda usus
No Nama telur cacing N=.... Persentase(%)
1. Jenis Telur Cacing
2. Tidak terinfeksi
Total 0 100%

Keterangan

Tabel 2. Distribusi frekuensi pemeriksaan feses terhadap sampel feses


berdasarkan orang terinfeksi kecacingan

Hasil Pemeriksaan N Persentase(%)


Terinfeksi Cacing Nematoda Usus - -
Tidak terinfeksi Cacing Nematoda Usus - -
Total 0 100%

keterangan

Tabel 3 Distribusi Infeksi Nematoda Usus berdasarkan Jenis Kelamin.

Jenis Kelamin N Persentase(%)


Laki – laki - -
Perempuan - -
Total 0 100%

keterangan

Tabel 4 Distribusi frekuensi infeksi telur cacing nematoda usus


pada sampel feses berdasarkan umur

Umur Jumlah Persentase Positif Persenta Negat Persentase


Sampel seyang if yang
(%) positif Negatif

Total 0 100% 0 0 0 0

keterangan

25 Modul Praktek Parasitologi


Pertemuan Ke Enam
Pokok Bahasan Identifikasi parasit ( Telur Cacing Nematoda Usus)
SKS/Waktu 1/170 menit
Tujuan Agar mahasiswa mampu dan mengerti bagaimana
mengidentifikasi telur cacing dalam feses manusia serta dapat
menentukan jenis telur cacing, morfologi, hospes dan penyakit
yang disebabkan oleh Nematoda Usus, mengetahui cara
mendiagnosa dan pertolongan pertama pada penderita
cacingan.
Metode Identifikasi telur cacing Ancylostoma duodenale pada feses

IDENTIFIKASI TELUR CACING ANCYLOSTOMA DUODENALE

Enterobius vermicularis (Oxyuris vermicularis)

Klasifikasi Oxyuris vermicularis


Phylum: Nematoda
Class: Secernentea
Subclass: Spiruria
Ordo: Oxyurida
Superfamili: Oxyuridae
Genus: Enterobius
Spesies : Oxyuris vermicularis

26 Modul Praktek Parasitologi



Morfologi:
Bentuknya lonjong Asimetris (menyerupai huruf D), kulit telur bagian luar
tipis, didalam telur terdapat sel telur jika sudah dibuahi.


Hospes dan Nama Penyakit
Manusia adalah satu-satunya hospes. Penyakit yang disebabkan oleh
O.Vermicularis disebut Enterobiasis atau Oksiuriasis, infeksi cacing kremi.


Diagnosis dan Nama Penyakit
Diagnosis pada penyakit yang disebabkan oleh infeksi E.Vermicularis
pada anak dapat did uga karena rasa gatal disekitar anus pada waktu
malam hari. Pemeriksaan feses pada kasus ini kurang baik hasilnya
dikarenakan hasil positif kurang lebih 5% dari dari yang seharusnya.
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan cacing dewasa. Diagnosis
yang paling baik adalah dengan menggunakan metode Sctotch adhesive
tape swab graham. Telur cacing dapat diambil dengan mudah dengan alat
anal swab yang ditempelkan disekitar anus dan pemeriksaan ini dilakukan
paling efektif pada waktu pagi hari sebelum mandi dan defekasi.
Pengobatan dianjurkan diberikan pada seluruh anggota keluarga secara
bersamaan bilamana ditemukan dari salah seorang dari anggota keluarga
tersebut mengandung E.Vermicularis. Adapun obat-obat yang dapat
diberikan untuk pengobatan infeksi E.Vermicularis adalah: Piperezine
karena zat ini dapat membasmi cacing secara efektif, murah dan aman.
Pirvinum karena senyawa ini sangat berkhasiat terhadap Oxyuris. Pyrantel
ini merupakan derivate pirimidin yang sangat berkhasiat terhadap cacing
tambang.

27 Modul Praktek Parasitologi



Siklus Hidup
Manusia adalah satu-satunya hospes Enterobius vermicularis. Tempat
hidup cacing kremi dewasa biasanya adalah coecum, dan bagian usus
besar dan usus halus yang berdekatan dengan coecum. Cacing betina yang
hamil, yang mengandung kira-kira 11.000 butir telur pada malam hari
bermigrasi ke daerah perianal dan perineal, tempat telurnya dikeluarkan
dalam kelompok-kelompok dengan kontraksi uterus dan vagina karena
rangsangan suhu yang lebih rendah dan lingkungan udara. Telur menjadi
matang dan infektif beberapa jam setelah dikeluarkan. Telur jarang
dikeluarkan di dalam rongga usus maka pemeriksaan tinja tidak penting.
Bila telur ditelan, larva stadium pertama menetas di dalam duodenum.


Gambar Siklus Hidup E. vermicularis

28 Modul Praktek Parasitologi


A. ALAT DAN BAHAN
a. Alat

1. Mikraoskop

2. Objek glass

3. Cover glass

4. Stik sampel

5. Botol sampel

6. Pipet tetes

b. Bahan

1. Larutan eosin 2-3%

2. Alkohol 70%

3. Sampel feses

4. Kertas label

5. Kapas

6. Tissue

B. PROSEDUR KERJA

1. Alat dan bahan yang di gunakan harus di sediakan dengan lengkap


2. Objek glass dan deck glass di bersikan dengan menggunakan kapas
yang telah di basahi dengan larutan alcohol 70% dan biarkan smapai
kering.
3. Sampel tinja di ambil dengan menggunakan stick kayu kemudian di
letakan di tenga-tengah objek glass yang suda d tetesi larutan Eosin (1
tetes). Hapus tinja tersebut dengan menggunkan srick kayu sebeumnya
di campur terlebih dhulu dan tidak menimbulkan gelembung.
4. Bilamana dalam pengadukan/percampuran terdapat benda-benda keras
seperti biji,cabe,serat harus di keluarkan.

29 Modul Praktek Parasitologi


5. Hapusan suda selesai maka di tutup dengan deck glaas atau kaca
penutup di sertai dengan penekanan secara hati-hati dan bilamana
cairan keluar di sekitar deck glass/kaca penutup, maka harus di
bersikan dengan kapas.
6. Preparat di periksa di atas mikroskop dengan pembesaran lensa
objecktif 10x untuk menentukan lapang pandang, kemudian di ruba
dengan pembesaran 40x.
7. Pemeriksaan preparat harus secara zikzak
8. Bilamana sediaan tersebut positif telur cacing, gambarkan dan
sebutkan cirri-ciri dan spesies tersebut.

C. HASIL PRAKTIKUM

Hasil pemeriksaan sampel fases :

1. Nama pasien :

Umur :

Jenis kelamin :

Alamat :

Petugas pengambil :

JUDUL GAMBAR

GAMBAR HASIL PEMERIKSAAN

Penjelasan Gambar

30 Modul Praktek Parasitologi


Tabel 1. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan feses terhadap sampel
feses berdasarkan jenis spesies cacing golongan nematoda usus
No Nama telur cacing N=.... Persentase(%)
1. Jenis Telur Cacing
2. Tidak terinfeksi
Total 0 100%

Keterangan

Tabel 2. Distribusi frekuensi pemeriksaan feses terhadap sampel feses


berdasarkan orang terinfeksi kecacingan

Hasil Pemeriksaan N Persentase(%)


Terinfeksi Cacing Nematoda Usus - -
Tidak terinfeksi Cacing Nematoda Usus - -
Total 0 100%

keterangan

Tabel 3 Distribusi Infeksi Nematoda Usus berdasarkan Jenis Kelamin.

Jenis Kelamin N Persentase(%)


Laki – laki - -
Perempuan - -
Total 0 100%

keterangan

Tabel 4 Distribusi frekuensi infeksi telur cacing nematoda usus


pada sampel feses berdasarkan umur

Umur Jumlah Persentase Positif Persenta Negat Persentase


Sampel seyang if yang
(%) positif Negatif

Total 0 100% 0 0 0 0

keterangan

31 Modul Praktek Parasitologi


Pertemuan Ke Tujuh
Pokok Bahasan Identifikasi parasit pada sayuran
SKS/Waktu 1/170 menit
Tujuan Agar mahasiswa mampu dan mengerti bagaimana
mengidentifikasi telur cacing dalam sayuran serta dapat
menganalisa penular melalui sayuran dan upaya pencegahan
berbasis siklus hidup cacing untuk memutus rantai siklus
hidup cacing maupun mencegah masuknya telur cacing ke
dalam tubuh.
Metode Identifikasi telur cacing pada sayuran

IDENTIFIKASI TELUR CACING PADA SAYURAN


Infeksi cacing adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan di
negara berkembang, salah satunya Indonesia. Salah satu infeksi cacing yang
paling banyak ditemukan adalah infeksi cacing Soil Transmitted Helmint (STH)
karena menginfeksi lebih dari 1,5 milyar orang (24% dari populasi dunia)
terutama anak-anak usia sekolah.
Infeksi cacing juga kurang mendapatkan perhatian sebab kebanyakan
tanpa gejala/ infeksi ringan, padahal apabila hal tersebut dibiarkan terus menerus,
infeksi cacing akan menjadi lebih berat dan menyebabkan manifestasi usus (diare
dan sakit perut), malaise, gangguan kognitif dan perkembangan fisik, anemia, atau
malabsorpsi.
Cara penularan telur cacing STH ke manusia menurut WHO melalui 3
jalur, antara lain :
1. Memakan sayuran yang kurang matang, kurang bersih dicuci/dikupas,
tidak dicuci, serta mengandung telur cacing
2. Meminum air yang terkontaminasi telur cacing,
3. Telur yang tertelan oleh anakanak yang selesai bermain di tanah yang
terkontaminasi dan kemudian meletakkan tangan mereka di mulut atau
makan tanpa mencuci tangan.
Jalur penularan cacing melalui memakan sayuran mudah terjadi dalam
kehidupan sehari-hari sebab sayur adalah makanan yang sangat diperlukan oleh
tubuh setiap hari. pada tahun 2014 melaporkan bahwa tidak hanya telur cacing
STH yang ditemukan pada sayur, melainkan juga ditemukan kelompok cacing

32 Modul Praktek Parasitologi


trematoda dan cestoda. Oleh Kementerian Kesehatan RI, masyarakat dianjurkan
untuk memanfaatkan sayur lokal yang tersedia di pasar setempat. Penduduk
Indonesia sering memanfaatkan sayur dalam bentuk lalapan segar maupun
dicampur dalam makanan lain, seperti contoh masakan mie ayam, gado-gado,
lontong balap, dan salad. Masakan ayam goreng, bebek goreng, dan dara goreng
di warung pinggir jalan juga biasa menyajikan mentimun, sayur kubis, dan
kemangi sebagai lalapan.
Penggunaan sayuran mentah sebagai lalapan berisiko memberikan
kontribusi penularan cacing melalui jalur oral menurut WHO dan bahkan akan
mempengaruhi kesehatan masyarakat. Jumlah usaha kuliner di Indonesia setiap
tahun semakin bertambah. Peningkatan jumlah usaha kuliner yang menyajikan
makanan berbahan sayur tentunya akan meningkatkan faktor risiko penularan
telur cacing ke manusia. Dari hal tersebut terlihat bahwa ada kesenjangan antara
manfaat sayur dan keberadaan telur cacing dalam sayur. Hal ini memerlukan
perhatian yang pada akhirnya perlu ada sikap waspada dan upaya pencegahan
yang konkret agar tidak tertular telur cacing. Informasi keberadaan telur cacing
pada sayuran di Indonesia yang berhasil didapatkan ada di Padang, Palu, Malang,
dan Lampung. Masih jarangnya penelitian di bidang kedokteran atau kesehatan
tentang topik telur cacing pada sayur dikarenakan penelitian telur cacing lebih
banyak difokuskan pada manusia melalui pengambilan feses dibandingkan sayur
sebagai makanan yang berpotensi sebagai media penularan.

A. ALAT DAN
BAHAN a. alat
1. Mikroskop
2. Beker glass 2 buah
3. Objek glass
4. Deck glass
5. Pinset
6. Saringan kawat
7. Garpu
8. Sendok

33 Modul Praktek Parasitologi


9. Timbangan analitik
10. Spatula
11. Pisau atau gunting
12. Garam dapur
13. Aquades
14. Larutan Eosin

B. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
2. buatlah larutan garam jenuh
3. Siapkan sampel sayuran yang akan diamati
4. Sayur di potong hingga berukuran kecil selanjutnya masukkan pada
larutan garam kemudian di aduk dengan spatula searah jarum jam kurang
lebih 1-2 menit.
5. Sampel sayur disaring pada beacker glass menggunakan saringan kawat
kemudian biarkan selama 30 menit.
6. Setelah 30 menit letakan deck glass dipermukaan sampel secara hati-hati
7. Selanjutnya deck glass di letakkan ke objek glass secara perlahan hingga
proses pemeriksa menggunakan mikroskop dengan lensa objektif 10 kali
untuk menentukan lapang pandang kemudian dilakukan dengan perbesar
40 kali.
8. Lakukan secara zikzak dan amati apakah terdapat telur cacing dalam
sampel. dokumentasi dan catat hasilnya.

34 Modul Praktek Parasitologi


C. HASIL PRAKTIKUM

Hasil pemeriksaan sampel sayuran:

1. Kode Lokasi :
2. Titik Sampel :
3. Hari/Tanggal :
4. Waktu :
5. Petugas Pengambil :

JUDUL GAMBAR

GAMBAR HASIL PEMERIKSAAN

Penjelasan Gambar

35 Modul Praktek Parasitologi


Pertemuan Ke Delapan
Pokok Bahasan Identifikasi parasit pada tanah
SKS/Waktu 1/170 menit
Tujuan Agar mahasiswa mampu dan mengerti bagaimana
mengidentifikasi telur cacing dalam sayuran serta dapat
menganalisa penular melalui sayuran dan upaya pencegahan
berbasis siklus hidup cacing untuk memutus rantai siklus
hidup cacing maupun mencegah masuknya telur cacing ke
dalam tubuh.
Metode Identifikasi telur cacing pada tanah

IDENTIFIKASI TELUR CACING PADA TANAH

Tanah merupakan sumber penularan yang paling utama dan terpenting


untuk berbagai parasit. Penyakit-penyakit parasit yang menular dari tanah
disebut Soil-borne parasitoses. Sebagian besar stadium infektif parasit itu
terdapat di tanah. Telur yang mengandung larva infektif parasit (cacing
askarid, seperti Ascaris, Neosacaris, Parascaris, Ascaridia, Heterakis,
Toxacaris) semuanya terdapat di tanah. Larva infektif berbagai cacing
nematoda berbentuk filariform (cacing Strongyloides sp. atau cacing
tambang), bentuk ookista protozoa parasit seperti Entamoeba, Jodamoeba,
dan sebagainya. Semua bentuk infektif tersebut ditemukan ditanah. Stadium
parasit-parasit itu tahan hidup berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan,
asal keadaan tanah serasi bagi kelangsungan hidupnya.
Manusia merupakan hospes dari cacing Trichuris trichiura atau lebih
dikenal sebagai cacing cambuk. Penyakit yang disebabkannya disebut
trikuriasis. Cacing betina Trichuris trichiura panjangnya kira-kira 5 cm,
sedangkan cacing jantan kira-kira 4 cm. bagian anterior langsing seperti
cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian
posterior bentuknya lebih gemuk, pada cacing betina bentuknya membulat
tumpul dan pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu buah spikulum.
Menurut Gandahusada (1998),

36 Modul Praktek Parasitologi


A. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1. Sendok
2. Sentrifugator
3. Tabung sentrifuse
4. Objeck Glass
5. Cover Glass
6. Spatula/batang pengaduk
7. Corong
8. Ayakan
9. Mikroskop
10. Timbangan analitik
11. Rak tabung
12. Pipet isap
13. Pinset/penjepit

b. Bahan
1. Larutan Hypoklorit 30%
2. Larutan Magnesium Sulfat (MgSO4) = 282 gram/liter
3. Larutan Eosin
4. Aquades

B. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ayak sampel tanah yang akan diidentifikasi
3. Timbang sampel tanah yang telah disaring sebanyak 5 gram.
4. Masukan sampel tanah tersebut kedalam tabung sentrifuse.
5. Tambahkan larutan Hypoklorit 30% kedalam tabung yang berisi tanah,
sebanyak kurang lebih ¾volume tabung (20ml).
6. Aduk dengan pengaduk (spatula) hingga homogeny dan diamkan selama 1
jam.
7. Selanjutnya masukkan tabung sentrifuse tersebut kedalam sentrifugator.

37 Modul Praktek Parasitologi


8. Setelah semua tabung sentrifuse terisi, hidupkan sentrifugator dengan
kecepatan 2000 rpm selama kurang lebih 2 menit.
9. Ambil tabung tersebut, kemudian buang cairan supernatannya secara
perlahan dan hati-hati.
10. Tambahkan larutan aquades kedalam tabung sentrifuse sebanyak kurang
lebih ¾ dari volume (20ml)
11. Masukan kembali tabung tersebut kedalam sentrifugator, kemudian putar
dengan kecepatan 2000 rpm selama 2 menit sampai benar-benar berhenti,
kemudian hidupkan kembali sentrifuse tersebut selama 2 menit.
12. Ambil tabung tersebut dan buang cairan supernatannya secara hati-hati.
13. Ambil larutan Magnesium sulfat (MgSO4) konsentrasi 282 gram/liter
sebanyak kurang lebih ¾ dari volume (20ml).
14. Aduk dengan pengaduk (spatula) hingga homogen.
15. Putar tabung tersebut dengan kecepatan dengan kecepatan 2500 rpm
selama 5 menit.
16. Setelah sentrifugator berhenti, ambil tabung tersebut dan letakan pada rak
tabung.
17. Tambahkan larutan MgSO4 kedalam tabung sentrifuse, hingga mencapai
permukaan tabung secara hati-hati.
18. Letakkan deck glass diatas mulut tabung sentrifuse sehingga larutan
menyentuh deck glass dan biarkan selama 30 menit.
19. Ambil deck glass tersebut, kemudian diletakan pada objek glass yang
telah diberi larutan eosin secukupnya.
20. Periksa sediaan tersebut diatas mikroskop dan identifikasi telur cacing
yang ada secara zikzak.
21. Lakukan pencatatan hasil pemeriksaan.

38 Modul Praktek Parasitologi


C. HASIL PRAKTIKUM

Hasil pemeriksaan sampel sayuran:

1. Kode Lokasi :
2. Titik Sampel :
3. Hari/Tanggal :
4. Waktu :
5. Petugas Pengambil :

JUDUL GAMBAR

GAMBAR HASIL PEMERIKSAAN

Penjelasan Gambar

39 Modul Praktek Parasitologi


REFERENSI

Ali, A. R., 2007, Penyakit Cacing pada Anak SD di Poliwali Mandar Tahun 2006-
2007, Jurnal UPT Sistem Informasi Kesehatan, Poliwali Mandar, Hal 2-3
Anonim. 2015. Laporan praktikum parasitologi. Jurusan Kesehatan Lingkungan

Gandahusada, 2008. Parasitologi Kedokteran. Penerbit Balai Penerbit Fakultas


Kedokteran UI, Jakarta.

Ginting, A., 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar

Irianto, K., 2009. Parasitologi. Cetakan I Yrama Widya, Bandung


Putrakalimas.blogspot.co.id/2011/05/pemeriksaan-telur-cacing-pada-feses.html
Soedarto. 2011.Buku ajar Parasitologi kedokteran. Jakarta: Sagung Seto

Sutanto,Inge, Is Suhariah I, Pudji K. S, Saleha S 2008, Parasitologi Kedokteran,


Edisi Keempat, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

40 Modul Praktek Parasitologi


41 Modul Praktek Parasitologi

Anda mungkin juga menyukai