Anda di halaman 1dari 13

Nama : Siti Jahara

Nim : 05041282025034
TEKNIK LABORATURIUM DAN PENELITIAN NUTRISI TERNAK
Mata kuliah ini menahas Teknik penelitian nutrisi ternak ruminansia, non ruminansia dan
hijauan pakan yang meliputi penelitian in vivo , in vitro, dan in situ, penggunaan tracer dalam
bidang nutrisi dan persyaratan penggunaan hewan dalam percobaan.
1. Tujuan SOP ini untuk memberikan penjelasan mengenai : Pengelolaan laboratorium
guna memaksimalkan kegunaan dari laboratorium beserta semua sumber daya tan
dada didalamnya, sehingga dapat membantu mewujudkan visi dan misi
Jurusan/program studidalam lingkungan Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo
2. Fungsi utama dari laboratorium adalah wadah untuk melakukan praktik atau
penerapan atas teori penelitian dan pengembangan keilmuan di Jurusan/program
studi Fakultas di dalam kampus, sehingga menjadi unsur penting dalam kegiatan
pendidikan dan penelitian, khususnya di bidang teknik.

DEFINISI
1) Kepala laboratorium adalah seorang staf edukatif atau fungsional yang
ditugaskan menjadi pimpinan tertinggi dalam organisasi laboratorium serta
membawahi anggota laboratorium, pembimbing praktikum, staf administrasi,
laboran, dan asisten praktikum serta bertanggung jawab terhadap semua kegiatan
di laboratorium
2) .Anggota laboratorium adalah staf edukatif yang memiliki minat keilmuan dan
bersedia turut berperan aktif dalam pengelolaan serta pengembangan laboratorium.
3) Pembimbing praktikum adalah staf edukatif yang bertanggungjawab dalam
memberikan bimbingan praktikum bagi mahasiswa untuk mata kuliah yang dibinanya.
4) Staf aadministrasi adalah tenaga kerjaadminstrasi yang menjalankan fungsi
administrasi di laboratorium.
5) Laboran adalah staf laboratorium yang membantu pelaksanaan kegiatan dan
teknis operasional dalam laboratorium, serta mempersiapkan peralatan dan bahan
untuk kegiatan praktikum dan penelitian.
6) Asisten praktikum adalah mahasiswa yang diberi tugas oleh pembimbing
praktikum untuk membantu kelancaran pelaksanaan praktikum, bertanggung jawab
kepada pembimbing praktikum.
7) Koordinator asisten praktikum adalah salah seorang dari asistenprpada aktikum yang
ditunjuk untuk menjadi pemimpin asisten. Penunjukan coordinator asisten atas
kesepakatan dari para asisten dan pembimbing praktikum.
8) Peserta praktikum adalah mahasiswa yang telah terdaftar untuk mata kuliah
yang bersangkutan pada semester berjalan yang ditunjukkan dengan Kartu
Rencana Studi (KRS) dan telah mendaftarkan diri untuk kegiatan praktikum pada
semester berjalan.

RUANG LINGKUP
Kegiatan yang ada dalam lingkup pengelolaan laboratorium meliputi praktikum,
penggunaan peralatan laboratorium, penggunaan laboratorium untuk penelitian dan
kerjasama penelitian atau sejenisnya.

URAIAN PROSEDUR
I.Tata Tertib Laboratorium
 Berlaku sopan, santun dan menjunjung etika akademik dalam laboratorium
 Menjunjung tinggi dan menghargai satf laboratorium dan sesame pengguna
laboratorium
 Menjaga kebersihan dan kenyamanan ruang laboratorium
 Peserta praktikum berikut : mengenakan pakaian/kaos oblong, memakaimsandal,
tidak memakai jas/pakaian laboratorium; tidak boleh memasuki laboratorium dan
/atau Tidak Boleh Mengikuti Praktikum
 Peserta praktikum dilarang merokok, makan dan minum, membuat kericuhan
selama kegiatan praktikum dan di dalam ruang laboratorium
 Di larang menyentuh, menggeser dan menggunakan peralatan di laboratorium yang
tidak sesuai dengan cara praktikum matakuliah yang diambil.
 Membersihkan peralatan yang digunakan dalam praktikum maupun
penelitian dan mengembalikannya kepada petugas laboratorium
 Membaca, memahami dan mengikuti prosedur operasional untuk setiap peralatan
dan kegiatan selama praktikum dan di ruang laboratorium
 Selama kegiatan praktikum, Tidak Bolehmenggunakan handphone untuk
pembicaraan dan/atau SMS

II.Mekanisme Pelaksanaan Praktikum


 Tim dosen mata kuliah menyusun tpik dan jadwal praktikum.
 Tim dosen mata kuliah menyusun Buku Petunjuk Praktikum.
 Koordinator mata kuliah mengadakan seleksi asisten praktikum dan
mengangkat satu Koordinator Asisten serta menyampaikan nama-nama asisten
praktikum ke Jurusan.
 Jurusan membuat pengumuman dan SK pengangkatan asisten praktikum.
 Tim dosen member pengarahan kepada Asisten praktikum.
 Mahasiswa mengambil Buku Petunjuk Praktikum kepada coordinator asisten.
 .Laboran dan asisten menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan sesuai dengan
topicpraktikum.
 Mahasiswa dating pada waktu dan tempat di ruang praktikum sesuai jadwal
yang telah ditentukan.
 Asisten member pengarahan kepada praktikan tentang praktikum yang akan di
kerjakan.
 Mahasiswa mengerjakan pre test sesuai dengan topic praktikum yang dikerjakan.
 Mahasiswa mengambil alat dan bahan praktikum yang sudah disiapkan.
 Mahasiswa mengerjakan praktikum sesuai topic dan alokasi waktu yang telah
ditentukan.
 Mahasiswa mengerjakan post test topic praktikum yang telah dikerjakan.
 Mahasiswa mengisi presensi praktikum.
 Mahasiswa mengembalikan peralatan praktikum dan merapikan mejakerja.
 Mahasiswa membuat dan mengumpukan laporan (dan dipresentasikan
pada minggu berikutnya*).
 Mahasiswa yang tidak bias mengikuti salah satu praktikum wajib mengikuti
praktikum susulan.
 Dosen dibantu asisten mengoreksi, menilai dan mengembalikan laporankepada
mahasiswa.
 Mahasiswa melaksanakan ujian akhir praktikum
EVALUASI BAHAN PAKAN
Untuk menggunakan sutau bahan sebagai bahan pakan, maka bahan tersebut seaiknya
dievaluasi terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan campuran ransum atau sebagai
bahan ransum. Penggunaan suatu bahan pakan sebagai pakan disesuaikan dengan anatomi
alat pencernaan ternak yang mau diberi makan. Oleh sebab itu, bahan pakan harus betul-betul
dievaluasi dengan baik agar ternak dapat memanfaatkan pakan tersebut secara efisiensi.
Jenis evaluasi yang dapat dilakukan adalah evaluasi secara fisik, biologis, dan
ekonomi. Diamping evaluasi tersebut, perlu juga dlakukan survey ketersediaan bahan pakan
sepanjang tahun dan lokasi sumber bahan pakan tersebut.

1. Evaluasi bahan pakan scr fisik
Merupakan analisis pakan dg cara melihat keadaan fisiknya.Pengujian secarafisik bah
an pakan dapat dilakukan baik secara langsung (makroskopis) maupun dg alat bantu (
mikroskopis). Pengujian secara fisik disamping dilakukanuntuk mengenali bahan pak
an secara fisik juga dapat untuk mengevaluasi bahan pakan secara kualitatif. Evaluasi
secara fisik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : secara makro dan mikro.Evaluasi
secara makro diidentifikasi mengenai struktur, warna, dan rasa dari bahan tersebut.
Hal tersebut dilaksanakan, karena erat hubungannya dengan palatabilitas ternak dan
daya cerna. Evaluasi secara mikro dilaksanakan dengan cara menggunakan alat
microskop. Dengan menggunkan mikroskop dapat dibedakan partikel berbagai bahan
waluapun telah digiling secara halus. Dengan menggunakan mikroskop dapat
dideteksi adanya pemalsuan mengenai bahan pakan. Mislanya, pemalsuan dedak
halus dapat diketahui dengan menambahkan sekam yang telah digiling halus.

Karakteristik yg mudah diamati dari makanan ternak yg bernilai tinggi adalah:


 Telah bersih, bau asam laktat yang cukup menyenangkan, jelasnya kurang kotor
atau bau asam butyric dari makanan ternak yg tidak baik.
 Mempunyai bau yang menyenangkan – tidak pahit atau asam
 Tidak berjamur, apek atau berlumpur
 Sama dalam kelembaban dan warna. Umumnya makanannya berwarna hijau
kecoklat-coklatan adl baik, makanan ternak yg berwarna tembakau coklat atau
coklat gelap menunjukkan panas yg berlebihan, dan makanan ternak hitam
2.  Evaluasi bahan pakan secara kimiawi
Teknik evaluasi pakan secara kimiawi umumnya menggunakan metode pendugaan yg
disebut dengan analisa proksimat untuk menduga kandungan nutrient dr suatu bahan
pakan. Jika suatu bahan pakan memiliki nilai yg lebih rendah atau lebih tinggi dr
standar yg telah ditentukan maka perlu diwaspadai adanya tindak pemalsuan yg
terjadi. Evaluasi bahan pakan secara kimiawi dapat dilakukan dg cara:
 Colorimetry dan Spectrophotometry
Colorimetry dan Spectrophotometry adl analisis kimia dimana cahaya melewati
larutan untuk menghasilkan informasi tentang konsentrasi dr beberapa senyawa.
Panjang gelombang tertentu dari cahaya melewati sampel dan jumlah dari cahaya
yang diserap oleh sampel memberikan sebuah indikasi dari konsentrasi senyawa
yg sedang di uji. Colorimetry berbeda dg spectrophotometry dimana colorimetry
adl berguna dalam mengukur panjang gelombang dalam wilayah yg terlihat dari
spectrum cahaya, sedangkan spectrophotometry menggunakan panjang
gelombang dalam ultraviolet, terlihat dan wilayah infrared dalam spectrum.
 Metode Van Soest
Meskipun system Weende tentang analisis pakan selama bertahun-tahun telah dan
terus menjadi sebuah perangkat yg berguna untuk memprediksi nilai kandungan
nutrisi dalam pakan, namun bukan berarti system ini tak memiliki kekurangan
atau tak butuh beberapa perbaikan. Faktanya system ini memiliki beberapa
keterbatasan nyata, khususnya dalam kaitannya dg serat mentah (crude fiber) dan
pecahan-pecahan ekstraksi yang bebas nitrogen.
 Analisis Proksimat
Analisis proksimat adl suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasikasi
kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan/pangan. Istilah proksimat
mengandung arti bahwa hasil analisisnya tidak menunjukkan angka
sesungguhnya, tetapi mempunyai nilai mendekati. Hal ini disebabkan komponen
dari suatu fraksi masih mengandung komponen lain yg jumahnya sangat sedikit
yang seharusnya tidak masuk kedalam fraksi yg dimaksud. Namun demikian
analisi kimia ini adl yg paling ekonomis (relatif) dan datanya cukup memadai
untuk digunakan dalam penelitian dan keperluan praktis.
 Metode Bom Calorimeter
Metode itu digunakan untu mengetahui kandungan energi suatu bahan yang
dianalisis. Berdasarkan literatur, energi yang dihasilkan oleh satu perubahan ATP
menjadi ADP adalah 11 calori dalam astu molekul glucose dapat menghasilkan 38
ATP. Secara umum kandungan energi karbohidrat adalah 4,15 kcal/gr, lemak 9,40
kcal/gr dan protein 5,65 kcal/gr. Dengan demikian lemk mengandung 2½ kali lipat
energi per berat dibanding dengan karbohidrat dan protein.
3.  Evaluasi Secara Biologi
Evaluasi suatu bahan pakan atau ransum dapat dilakukan secara biologi untuk
mengetahui palatabilitasnya, daya cernanya, daya serap, angka manfaat, dan nilai
tinggal suatu zat makanan.
 Palatabilitas
Palatabilitas adalah daya kesukaan ternak terhadap suatu bahan pakan atau
ransum. Palatabilitas ditentukan oleh kualitas bahan tersebut atau kebiasaan ternak
terhadap bahan atau ransum. Palatabilitas diasosiasikan dengan jumlah pakan
yang dimakan atau dikonsumsi (feed intake). Konsumsi atau feed intake dapat
dihitung dari pakan yang ditawarkan dikurangi dengan pakan yang tersisa.
KP = PYT – PS
Keterangan :
KP       =         Konsumsi Pakan
PYT     =          Pakan yang ditawarkan
PS        =         Pakan Sisa
 Daya Cerna
Evaluasi daya cerna dapat dilakukan dengan berbagai metode. Daya cerna dapat
dipengaruhi dengan kemampuan ternak memotong atau mengunyah pakan.
Keadaan fisik dan kima pakan dan ketrsediaan enzim untuk memutuskan rantai-
rantai zat pakan dalam proses pencernaan. Pencernaan pakanpada ternak
ruminansia berbeda dengan ternak monogastrik seperti unggas dan babi. Pada
ternak ruminansia dan pada ternak kuda dapat mecerna bahan pakan yang
mempunyai serat kasar yang tinggi yang dalam bentuk sel yang menebal yang
dibangun oleh sellulose dan hemisellulose.
 Penyerapan
Penyerapan adalah proses dimana zat hasil pencernan ditransfer dari rumen alat
pencernaan ke darah atau lymph. Zat yang diserap dibawa ke jaringan tubuh untuk
degradasi, proses pembentukan atau untuk disimpan. Proses penyerapan dikenal
ada tiga, yaitu : (1) Secara pasive, (2) dengan media carrier (carrier-mediated
transport), (3) proses pinocytosis (transpor mater yang ada di lumen dalam
vacuola ke mucoza sel).
 Angka Manfaat
Angka manfaat merupakan istilah yang digunakan untuk mengetahui berapa besar
zat pakan yang dicerna dan diserap dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
metabolisme, pertumbuhan dan untuk reproduksi dan produksi. Setiap kandungan
zat pakan dari berbagai bahan pakan mempunyai angka manfaat yang berbeda.
Mislnya protein hewan dapat mencapai ngka manfaat 90% tetapi protein bakteri
hanya mempunyai angka manfaat sebesar 60%. Berdasaekan fakta ini maka dalam
menyusun ransum angka manfaat dari zat pakan berbagai bahan pakan sebaiknya
menjadi pertimbangan.

CARA MENGUKUR KECERNAAN


1. Cara Mengukur Kecernaan dengan Metode in vitro
Metode in vitro adalah suatu metode pendugaan kecernaan secara tidak langsung yang
dilakukan di laboratorium dengan meniru proses yang terjadi di dalam saluran
pencernaan ruminansia. Keuntungan metode in vitro adalah waktu lebih singkat dan
biaya lebih murah apabila dibandingkan metode in vivo, pengaruh terhadap ternak
sedikit serta dapat dikerjakan dengan menggunakan banyak sampel pakan sekaligus.
Metode in vitro bersama dengan analisis kimia saling menunjang dalam membuat
evaluasi pakan hijauan (Pell dkk, 1993).

Metode in vitro dikembangkan untuk memperkirakan kecernaan dan tingkat degradasi


pakan dalam rumen, dan mempelajari berbagai respon perubahan kondisi rumen.
Metode ini biasa digunakan untuk evaluasi pakan, meneliti mekanisme fermentasi
mikroba dan untuk mempelajari aksi terhadap faktor antinurisi, aditif dan suplemen
pakan (Lopez, 2005).
2. Mengukur Kecernaan Pakan dengan Metode in sacco
Metode in sacco merupakan metode pendugaan kecernaan untuk evaluasi bahan
pakan yang dapat didegradasi di dalam rumen. Metode ini cukup sederhana dan
memiliki beberapa keunggulan yaitu: dapat mengevaluasi bahan pakan lebih dari satu
dalam waktu yang bersamaan serta dapat mempertahankan pH rumen dan populasi
mikrobia dibanding in vitro. Pakan yang diuji diinkubasikan secara langsung pada
lingkungan rumen ( Soejono,1990).
3. Cara Mengurkur Kecernaan dengan Metode in vivo
Kecernaan In vivo merupakan suatu cara penentuan kecernaan nutrient menggunakan
hewan percobaan dengan analisis nutrient pakan dan feses (Tillman dkk. 1991).
Anggorodi (2004) menambahkan pengukuran kecernaan atau nilai cerna suatu bahan
merupakan usaha untuk menentukan jumlah nutrient dari suatu bahan yang
didegradasi dan diserap dalam saluran pencernaan. Daya cerna merupakan persentse
nutrient yang diserap dalam saluran pencernaan yang hasilnya akan diketahui dengan
melihat selisih antara jumlah nutrient yang dikonsumsi dengan jumlah nutrient yang
dikeluarkan dalam feses. Tipe evaluasi pakan In vivo merupakan metode penentuan
kecernaan pakan menggunakan hewan percobaan dengan analisis pakan dan feses.
Pencernaan ruminansia terjadi secara mekanis, fermentative, dan hidrolisis 

ANALISA PROKSIMAT adalah analisa komponen mayor dalam bahan pangan dan hasil
pertanian lainnya  Meliputi analisa kuantitatif kandungan zat- zat : air, abu, lipida, protein,
dan karbohidrat.
ANALISIS FRAKSI AIR
Prinsip analisis fraksi air yaitu menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan oven suhu
105 C dalam jangka tertentu (3-24 jam ) hingga seluruh air yang terdapat dalam bahan
menguap.
Kelemahan analisis fraksi air yaitu
- Tidak hanya air yang menguap, tetapi terdapat senyawa organic sederhana (BM
Rendah ) ikut menguap seperti asetat, butirat, ester atsiri sehingga terhitung sebagai
air
- Terdapat dalam jumlah sangat sedikit , air terikat dalam senyawa tidak ikut menguap
hal ini mengurangi nilai total air.
ANALISIS FRAKSI ABU
Total abu secara luas diterima sebagai indeks makanan yang dimurnikan seperti tepung terigu
dan gula. Tujuan pembuatan tepung adalah memisahkan endosperm ber-pati dari bekatul dan
lembaga (bran and germ) diikuti me-nggiling endosperm menjadi tepung. Karena kadar abu
bekatul + 20 kali kadar dalam endospermnya, maka uji kadar abu dapat
menunjukkan kemurnian tepung atau keberhasilan pemisahan bekatul dan lembaga dari
bagian biji lainnya.
Abu yng larut air kadangkala digunakan sbg index kandungan buah dalam jelly atau awetan
buah lain. Abu yng tak larut berguna sbg index pengotoran debu pd rempah-2 , talk pada
kembang gula, adanya pasir pada gula, bijian, dsb. Abu tidak larut ditentukan dng
mendidihkan
abu bahan dlm HCl 10%. Abu dari buahan bersifat alkalis (konversi garam-as.organik
menjadi garam-karbonat). Bahan makanan yng tinggi kadar asam buahan atau garamnya,
alkalinitas abu merupakan index porsi buah dlm bahan tsb.
ANALISIS FRAKSI PROTEIN KASAR
Dalam metoda Kjeldahl untuk analisis protein, yang ditera adalah total kadar unsur N dalam
sampel, dng asumsi adanya senyawa bernitrogen selain protein
dapat diabaikan  Pinsip : bila sampel didigesti dengan cara pendidihan dalam asam sulfat
pekat, unsur C dan H akan habis menjadi CO2 dan H2O sedangkan unsur N akan tere-
duksi jadi garam (NH4) 2SO4 dalam lart. as.sulfat  Bila cairan hasil destruksi dialkaliskan
dengan NaOH, amm.sulfat akan melepaskan gas ammonia (NH4OH) yng kemudian dapat
didestilasi dan ditangkap dengan larutan HCl standar (atau H2SO4) berlebihan.
Kelebihan asam ditera dengan titrasi larutan NaOH standar dng indikator phenolphthalein
(pp).
ANALISIS FRAKSI LEMAK KASAR
Trigliserida dan wax disebut lipida netral yg ber -sifat sangat tidak polar sehingga sangat sulit
larut dalam air namun sebaliknya sangat mudah larut dalam solven tidak polar/pelarut
organik (benzen, petroleum-ether, dietil-ether, hexan, khloroform, dsb.). Karenanya untuk
penentuan kadar lemak & minyak bahan pangan dapat dilakukan dengan cara extraksi sample
bahan kering menggunakan solven non polar, menguapkan solven dari extrak dan dilanjutkan
penimbangan
residunya .
Alat extraksi untuk penentuan lipida yang terkenal adalah alat extraksi Soxhlet, alat extraksi
Goldfish, dan hasil pengembangannya seperti Soxhlet mikro serta Soxtec .
ANALISIS FRAKSI SERAT KASAR
NDF (neutral detergent fiber) menggambarkan semua komponen karbohidrat struktural
dalam dinding sel tanaman yang meliputi selulosa, hemiselulosa dan lignin (NRC, 2001).
Selain itu, pada dinding sel tanaman terdapat beberapa polisakarida lain dalam jumlah kecil
seperti: pektin, asam pektik dan lain-lain. Acid Detergent Fiber atau ADF dapat didefinisikan
sebagai banyaknya fraksi yang tidak terlarut setelah melalui proses pelarutan pada larutan
detergent asam (acid detergent solution) (Nursiam, 2012). Perbedaan antara NDF dengan
ADF adalah kandungan hemiselulosa yang terdapat pada NDF sedangkan ADF hanya
terdapat lignin dan selulosa. Metode analisis ADF menggunakan larutan ADS (acid detergent
soluble) yang akan melarutkan isi sel bersama dengan hemiselulosa. Selulosa dan lignin
merupakan komponen penyusun dari ADF (NRC, 2001). Selulosa dan lignin akan
membentuk ikatan kimia yang sangat sukar untuk dipecah yaitu ikatan lignoselulosa.
KESELAMATAN KERJA DI LABORATURIUM
Laboratorium adalah tempat staf pengajar, mahasiswa dan pekerja laboratorium melakukan
eksperimen dengan bahan kimia alat gelas dan alat khusus. Penggunaan bahan kimia dan alat tersebut
berpotensi terjadinya kecelakaan kerja. Pada umumnya kecelakaan kerja penyebab utamanya adalah
kelalaian atau kecerobohan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan dengan cara membina dan mengembangkan kesadaran (attitudes) akan pentingnya
Keselamatan dan keamanan Kerja di laboratorium.

Keselamatan Kerja di Laboratorium, perlu diinformasikan secara cukup (tidak berlebihan) dan relevan
untuk mengetahui sumber bahaya di laboratorium dan akibat yang ditimbulkan serta cara
penanggulangannya. Hal tersebut perlu dijelaskan berulang ulang agar lebih meningkatkan
kewaspadaan. Keselamatan yang dimaksud termasuk orang yang ada di sekitarnya.

Tata Tertib Keselamatan Kerja

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

- Dilarang mengambil atau membawa keluar alat-alat serta bahan dalam laboratorium tanpa
seizin petugas laboratorium.
- Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke laboratorium. Hal ini untuk mencegah
hal-hal yang tidak diinginkan.
- Gunakan alat dan bahan sesuai dengan petunjuk praktikum yang diberikan.
- Jangan melakukan eksperimen sebelum mengetahui informasi mengenai bahaya bahan kimia,
alat-alat, dan cara pemakaiannya.
- Bertanyalah jika Anda merasa ragu atau tidak mengerti saat melakukan percobaan.
- Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan
pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.

Jenis-jenis bahaya dalam laboratorium

Jenis-jenis bahaya dalam laboratorium di antaranya adalah sebagai berikut.

- Kebakaran, sebagai akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar seperti
pelarut organik, asezena, etil alkohol, etil eter dan lain-lain.
- Ledakan, sebagai akibat reaksi eksplosif dari bahan-bahan reaktif seperti oksidator
- Keracunan bahan kimia yang berbahaya, seperti arsen, timbal dan lain-lain.
- Iritasi, yaitu peradangan pada kulit atau saluran pernapasan dan juga pada mata sebagai
kontak langsung dengan bahan-bahan korosif.
- Luka pada kulit atau mata akibat pecahan kaca, logam, kayu dan lain-lain.
- Sengatan listrik.

Usaha pencegahan kecelakaan di laboratorium

Usaha atau tindakan pencegahan kecelakaan di laboratorium yang paling baik adalah bersikap dan
bertindak hati-hati, bekerja dengan teliti dan tidak ceroboh, serta mentaati segala peraturan dan tata
tertib yang berlaku. Usaha atau tindakan pencegahan kemungkinan timbulnya kecelakaan antara lain
sebagai berikut.

- Penyediaan berbagai alat atau bahan yang ditempatkan di tempat yang mudah dicapai. Alat
dan bahan itu, misalnya: ember berisi pasir untuk menanggulangi kebakaran kecil agar tidak
terjadi kebakaran yang besar, alat pemadam kebakaran dan selimut yang terbuat dari bahan
tahan api, serta kotak P3K untuk memberikan pertolongan pertama.
- Tidak mengunci pintu pada waktu laboratorium sedang dipakai dan mengunci pintunya pada
waktu laboratorium tidak dipakai.
- Pada waktu di laboratorium tidak ada guru atau laboran, siswa tidak diperkenankan masuk.
- Penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar di tempat yang khusus, tidak berdekatan
dengan nyala api atau tempat yang ada percikan api listrik, misalkan pada alat yang memakai
relay atau motor listrik.
- Penyimpanan bahan-bahan yang tergolong racun atau berbahaya (misal air raksa dan bahan
kimia lain) di tempat terkunci dan aman.
- Pengadaan latihan-latihan cara mengatasi kebakaran secara periodik.

Mengenal simbol-simbol di laboratorium

BAHAN KOROSIF/IRITANS

 Corrosive (Korosif) suatu bahan tersebut bersifat korosif dan dapat merusak
jaringan hidup. Karakteristik bahan dengan sifat ini umumnya bisa dilihat dari
tingkat keasamaannya. PH dari bahan bersifat korosif lazimnya berada pada
kisaran < 2 atau >11,5.
 Bahaya dari bahan korosif/iritans Korosif juga berbahaya bagi indra penglihatan.
Satu tetes zat saja dapat menimbulkan kebutaan dalam 2–10 detik melalui
keruhnya lensa atau kerusakan langsung pada kornea. Menelannya pun dapat
menyebabkan kerusakan serius saluran pencernaan, yang dapat menyebabkan
muntah, sakit perut yang parah, dan akhirnya, kematian, menimbulkan iritasi
akibat reaksi langsung dgn kulit, proses pelarutan atau denaturasi protein kulit
atau akibat gangguan kesetimbangan membran dan tekanan osmosis pada kulit.
Dilihat dari wujud/fasenya, bahan kimia korosif ada tiga macam, yaitu:
- Bahan korosif padatan, misalnya: kaustik soda, NaOH; kalium hidroksida,
KOH; kalsium hidroksida, Ca(OH)2.
- Bahan korosif cairan, misalnya: asam sulfat, H2SO4; asam cuka,
CH3COOH; asam klorida, HCl; asam nitrat, HNO3.

Korosi merupakan istilah baku dari peristiwa perkaratan yang biasa terjadi pada
logam. Perkaratan ini dapat timbul secara otomatis melalui mekanisme reaksi kimia apabila
suatu logam terkena kontak secara langsung dan terus menerus dengan beberapa zat kimia.
Zat kimia yang di maksud diantaranya adalah oksigen. Gas yang setiap hari kita hirup untuk
bernapas ini memang terkenal ini memang terkenal dapat mengubah sebuah logam yang baik-
baik saja menjadi berkarat .

Contoh bahan kimia yang korosif antara lain :

● Asam sulfat
● Asam Klorida
● Asam Asetat
● Asam Sitrat
● Amonium Hidroksida
● Asam Nitrat
● Kalium Hidroksida
● Fenol
● Natrium Hidroksida

Bahan kimia korosif yang berbentuk cairan (seperti; asam mineral, larutan alkali dan
beberapa oksidator) menunjukan bahaya yang sangat signifikan terhadap kulit ataupun kontak
mata, sekalipun hanya berupa percikan dan akan memengaruhi jaringan sel manusia pada
umumnya yang berlangsung sangat cepat. Bromin, natrium hidroksida, asam sulfat dan
hidrogen peroksida adalah contoh cairan yang sangat korosif.

Bahan kimia korosif yang berbentuk gas dan uap, memiliki potensi berbahaya. Baik yang
memiliki tingkat penguapan tinggi (seperti: amonia dan hidrogen klorid), dengan potensi
bahaya berupa iritasi akut bagi saluran pernapasan. Ataupun yang memiliki tingkat
penguapan rendah (seperti: nitrogen dioksida, fosgen, dan sulfur dioksida), dengan potensi
bahaya menembus kedalam paru-paru.

Bahan kimia korosif yang berbentuk padat (seperti; natrium hidroksida dan fenol) juga
menunjukan bahaya yang sangat signifikan terhadap kulit ataupun kontak mata. Namun jika
serpihan debu dari zat korosif terhirup, ini dapat menyebabkan iritasi atau luka bakar pada
saluran pernapasan. Banyak zat korosif yang menghasilkan panas ketika dilarutkan dalam air,
seperti kalium hidroksida dan natrium hidroksida.

Pertolongan pertama saat terkena korosif

Apabila Anda mengalami paparan zat kimia korosif yang dilarang Kementerian
Kesehatan pada area mata, metode membasuh mata dengan air mengalir masih dapat
dilakukan. Pembasuhan dilakukan selama 15 menit, lepas lensa kontak apabila Anda
menggunakan lensa kontak. Segera cari bantuan medis untuk memperoleh pertolongan
lanjutan.

Syarat-syarat penyimpanan bahan:

1.Bahan beracun : contoh sianida, arsenida dan posfor

● ruangan dingin dan berventilasi


● jauhkan dari bahaya kebakaran
● jauhkan dari bahan yg dapat bereaksi
● sediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker dan gloves

2.Bahan korosif

● ruangan dingin dan berventilasi


● wadah tertutup dan berlabel khusus
● pisahkan dari zat-zat beracun

Bahan mudah terbakar

● suhu dingin dan berventilasi


● jauhkan dari sumber api atau panas, terutama percikan listrik atau dari rokok
● tersedia alat pemadam kebakaran

2.Bahan mudah meledak : contoh amonium nitrat, nitrogliserin, trinitrotoluene (TNT)

● ruangan dingin dan berventilasi


● jauhkan dari panas dan api
● hindarkan dari gesekan atau tumbukan

3.Bahan oksidator : contoh perkhlorat, permanganat, peroksida organik

● ruangan dingin dan berventilasi


● jauhkan dari sumber api dan panas
● jauhkan dari bahan cairan mudah terbakar/reduktor

1.Bahan reaktif terhadap air : contoh natrium, hidrida, karbit, nitrida dll

● ruangan dingin, kering dan berventilasi


● jauh dari sumber nyala api atau panas
● bangunan kedap air
● tersedia pemadam kebakaran tanpa air (CO2, halon dan powder)

2.Bahan reaktiv terhadap asam : contoh natrium, hidrida dan sianida

● ruangan dingin, kering dan berventilasi


● jauh dari sumber nyala api atau panas
● sediakan alat pelindung diri

3.Gas bertekanan : gas N2, asetilen, H2, Cl2 dlm silinder

● simpan tegak dan berdiri dan terikat


Daftar Pustaka
Cherney and J.S. Jones. 1993. Technical note: Forage InVitro Dry Matter Digestibility as
influenced by Fibre Source in TheDonor Cow Diet. J. Animal Sci 71.
Lopez, S. 2005. In vitro and In situ techniques for estimating digestibility. Dalam J. Dijkstra,
J. M. Forbes, and J. France (Eds).
Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6th Edition. Longman Scientific &amp; Technical, New
York. Pell, A.NND.J.R.
Quantitative Aspect of Ruminant Digestion and Metabolism. 2nd Edition. ISBN 0-85199-
8143. CABI Publishing, London McDonald, P., R. Edwards, J. Greenhalgh, and C.
Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratotium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo,S. Prawirokusumo dan S. Lendosoekodjo.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Kedua Peternakan. Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai