Anda di halaman 1dari 38

TUGAS AKHIR RINGKASAN BUKU LANJUTAN

PEDOMAN PENGGUNAAN LABORATORIUM IPA SMTP-SMTA

(Surya HR. Sudjaiz B.E. & DRS. M . Amin Genda Padussa)

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kulliah manajemen laboratorium

Dosen Pengampu:

Dr. Sulastri, M. Pd

Disusun Oleh:

Akram Maulana Yamin (22002072)

Kode Seksi 017

DEPARTEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Pedoman Penggunaan Laboratorium IPA SMTP-SMTA


Pengarang : Suraya HR. Sudjaiz B.E. & Drs. M. Amin Genda Padussa
Penerbit : Bhratara
Tahun Terbit : Jakarta
Tempat Terbit 1985

1
2
3
4
PEMBAHASAN BUKU

BAB 5
PEMELIHARAAN PERLENGKAPAN, ALAT DAN BAHAN
A. Pendahuluan

Pemeliharaan perlengkapan alat dan bahan di laboratorium merupakan suatu kegiatan yang
penting untuk dilakukan. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga agar perlengkapan alat dan
bahan dapat digunakan dengan aman, efisien, dan tahan lama.

Pemeliharaan perlengkapan alat dan bahan dapat dilakukan dengan cara:

• Membersihkan perlengkapan alat dan bahan setelah digunakan.


• Menyimpan perlengkapan alat dan bahan dengan baik.
• Melakukan kalibrasi terhadap perlengkapan alat dan bahan yang digunakan untuk
mengukur.

Manfaat Pemeliharaan Perlengkapan Alat dan Bahan

Manfaat pemeliharaan perlengkapan alat dan bahan di laboratorium antara lain:

• Meningkatkan keamanan pengguna laboratorium.


• Meningkatkan efisiensi penggunaan perlengkapan alat dan bahan.
• Meningkatkan keakuratan hasil pengukuran.
• Memperpanjang umur perlengkapan alat dan bahan.

Prinsip-Prinsip Pemeliharaan Perlengkapan Alat dan Bahan

Pada dasarnya, pemeliharaan perlengkapan alat dan bahan di laboratorium harus dilakukan
berdasarkan prinsip-prinsip berikut:

• Kehati-hatian. Pemeliharaan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak


perlengkapan alat dan bahan.

5
• Keteraturan. Pemeliharaan harus dilakukan secara teratur agar perlengkapan alat dan
bahan selalu dalam kondisi baik.
• Ketepatan. Pemeliharaan harus dilakukan dengan tepat agar perlengkapan alat dan
bahan dapat berfungsi dengan baik.

Jenis-Jenis Pemeliharaan Perlengkapan Alat dan Bahan

Pemeliharaan perlengkapan alat dan bahan di laboratorium dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:

• Pemeliharaan rutin. Pemeliharaan rutin dilakukan secara berkala, misalnya setiap hari,
setiap minggu, atau setiap bulan. Pemeliharaan rutin meliputi kegiatan membersihkan,
memeriksa, dan mengetes perlengkapan alat dan bahan.
• Pemeliharaan berkala. Pemeliharaan berkala dilakukan secara tidak rutin, misalnya
setiap enam bulan, satu tahun, atau dua tahun. Pemeliharaan berkala meliputi kegiatan
membongkar, membersihkan, memeriksa, dan mengetes perlengkapan alat dan bahan
secara menyeluruh.

B. Pemiliharaan dan Perbaikan

Pemeliharaan peralatan, alat dan bahan di laboratorium merupakan hal yang penting untuk
dilakukan. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar peralatan, alat dan bahan tersebut selalu dalam
kondisi prima dan siap pakai, sehingga dapat mendukung kegiatan praktikum atau penelitian di
laboratorium.

Pemeliharaan peralatan, alat dan bahan di laboratorium dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain:

1. Penyimpanan

Penyimpanan peralatan, alat dan bahan di laboratorium harus dilakukan dengan baik
agar terhindar dari kerusakan. Peralatan yang berat atau berbahaya harus diletakkan di
tempat penyimpanan yang mudah dijangkau, misalnya di rak paling bawah, tidak di rak
teratas. Peralatan juga harus disimpan di tempat yang tidak lembap, tidak panas dan
dihindarkan berdekatan dengan bahan kimia yang bersifat korosi.

2. Pembersihan

Peralatan, alat dan bahan di laboratorium harus dibersihkan secara rutin agar terhindar
dari kotoran dan debu. Pembersihan dapat dilakukan dengan menggunakan air sabun

6
atau deterjen. Untuk peralatan dan alat yang sensitif, pembersihan harus dilakukan
dengan hati-hati.

3. Pemeriksaan

Peralatan, alat dan bahan di laboratorium harus diperiksa secara rutin untuk mengetahui
adanya kerusakan. Pemeriksaan dapat dilakukan secara visual atau dengan
menggunakan alat ukur. Jika ditemukan kerusakan, peralatan atau alat tersebut harus
segera diperbaiki atau diganti.

4. Kalibrasi

Untuk peralatan tertentu, seperti alat ukur, perlu dilakukan kalibrasi secara berkala.
Kalibrasi bertujuan untuk memastikan bahwa peralatan tersebut masih dalam kondisi
akurat.

5. Perbaikan

Peralatan yang rusak harus segera diperbaiki. Perbaikan dapat dilakukan oleh petugas
laboratorium atau oleh tenaga ahli yang berpengalaman.

6. Penggantian

Peralatan yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi harus diganti dengan yang baru.
Penggantiaan peralatan harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang
tersedia.

Pemeliharaan peralatan, alat dan bahan di laboratorium harus dilakukan oleh semua pihak yang
terkait, baik itu petugas laboratorium, mahasiswa, maupun peneliti. Dengan melakukan
pemeliharaan secara rutin, maka peralatan, alat dan bahan di laboratorium dapat berfungsi
dengan baik dan mendukung kegiatan praktikum atau penelitian di laboratorium.

Pertanyaan BAB 5:
1. Bagaimana Anda merencanakan dan melaksanakan jadwal pemeliharaan untuk
peralatan laboratorium guna memastikan keakuratannya dalam pengujian dan
eksperimen?
2. Apa langkah-langkah konkret yang diambil untuk membersihkan dan merawat alat
analisis khusus, seperti spektrofotometer atau kromatografi, agar hasil uji tetap konsisten
dan akurat?
3. Bagaimana Anda mengelola stok bahan kimia dan bahan habis pakai di laboratorium,
termasuk prosedur penggantian dan penyimpanannya agar tetap aman dan dapat diakses
dengan mudah?

7
4. Apa metode atau teknologi yang Anda terapkan untuk memantau kondisi peralatan
laboratorium secara real-time, dan bagaimana informasi ini digunakan dalam
pemeliharaan preventif?
5. Bagaimana Anda menanggapi insiden kecil atau perubahan dalam kinerja peralatan
laboratorium, dan adakah prosedur darurat atau kontingensi yang telah ditetapkan untuk
mengatasi masalah yang tidak terduga?

8
BAB 6
ORGANISASI LABORATORIUM
A. Pengelola Laboratorium

Pengelola laboratorium adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengelola


laboratorium. Pengelola laboratorium memiliki tugas dan tanggung jawab yang penting untuk
memastikan bahwa laboratorium dapat berfungsi dengan baik dan mendukung kegiatan
praktikum atau penelitian.

Tugas dan fungsi pengelola laboratorium antara lain:

1. Merencanakan dan mengelola kegiatan di laboratorium

Pengelola laboratorium bertanggung jawab untuk merencanakan dan mengelola


kegiatan di laboratorium, seperti praktikum, penelitian, atau pelatihan. Pengelola
laboratorium juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kegiatan di
laboratorium berjalan dengan lancar dan aman.

2. Mengelola peralatan, alat, dan bahan laboratorium

Pengelola laboratorium bertanggung jawab untuk mengelola peralatan, alat, dan bahan
laboratorium. Pengelola laboratorium harus memastikan bahwa peralatan, alat, dan
bahan laboratorium dalam kondisi baik dan siap pakai. Pengelola laboratorium juga
bertanggung jawab untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan peralatan, alat, dan
bahan laboratorium.

3. Menjaga kebersihan, kerapihan, dan keamanan laboratorium

Pengelola laboratorium bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan, kerapihan, dan


keamanan laboratorium. Pengelola laboratorium harus memastikan bahwa laboratorium
dalam kondisi bersih, rapi, dan aman untuk digunakan.

4. Memberikan pelatihan kepada pengguna laboratorium

Pengelola laboratorium bertanggung jawab untuk memberikan pelatihan kepada


pengguna laboratorium. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan pengguna laboratorium dalam menggunakan peralatan, alat, dan bahan
laboratorium.

5. Melakukan evaluasi terhadap kegiatan di laboratorium

9
Pengelola laboratorium bertanggung jawab untuk melakukan evaluasi terhadap kegiatan
di laboratorium. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan di
laboratorium berjalan dengan efektif dan efisien.

Kompetensi Pengelola Laboratorium

Berikut adalah beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh pengelola laboratorium:

• Pengetahuan dan keterampilan yang memadai di bidang ilmu laboratorium


• Kemampuan untuk mengelola laboratorium secara efektif dan efisien
• Kemampuan untuk bekerja sama dengan berbagai pihak
• Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif
• Kemampuan untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah

Pendidikan dan Pelatihan

Untuk menjadi pengelola laboratorium, seseorang dapat mengikuti pendidikan formal atau
pelatihan. Pendidikan formal yang dapat ditempuh antara lain:

• Sarjana S1 di bidang ilmu laboratorium


• Magister S2 di bidang ilmu laboratorium
• Doktor S3 di bidang ilmu laboratorium

Selain pendidikan formal, seseorang juga dapat mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh
lembaga-lembaga terkait. Pelatihan ini dapat membantu calon pengelola laboratorium untuk
memperoleh kompetensi yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas dan fungsinya.

Struktur Organisasi Laboratorium

Struktur organisasi laboratorium dapat bervariasi, tergantung pada jenis dan ukuran
laboratorium. Namun, secara umum, struktur organisasi laboratorium dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:

• Struktur organisasi lini

Struktur organisasi lini adalah struktur organisasi yang sederhana, di mana setiap
anggota organisasi hanya bertanggung jawab kepada satu atasan langsung. Struktur
organisasi lini cocok untuk laboratorium yang kecil.

10
• Struktur organisasi fungsional

Struktur organisasi fungsional adalah struktur organisasi yang membagi tugas dan
tanggung jawab berdasarkan fungsinya. Struktur organisasi fungsional cocok untuk
laboratorium yang besar dan kompleks.

Pengelola Laboratorium di Indonesia

Di Indonesia, pengelolaan laboratorium biasanya dilakukan oleh tenaga pendidik, seperti dosen
atau guru. Tenaga pendidik yang ditugaskan untuk mengelola laboratorium biasanya memiliki
pendidikan dan pengalaman yang memadai di bidang ilmu laboratorium.

Selain tenaga pendidik, pengelolaan laboratorium juga dapat dilakukan oleh tenaga teknisi
laboratorium. Tenaga teknisi laboratorium adalah orang yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan di bidang teknik laboratorium.

B. Disiplin dalam Laboratorium

Disiplin dalam laboratorium merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, baik oleh
pengelola laboratorium, pengguna laboratorium, maupun pihak lain yang terkait. Disiplin dalam
laboratorium bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan di laboratorium dapat berjalan
dengan lancar dan aman.

Disiplin dalam laboratorium dapat diwujudkan melalui berbagai cara, antara lain:

1. Menetapkan peraturan dan tata tertib laboratorium

Peraturan dan tata tertib laboratorium harus ditetapkan dan diinformasikan kepada
semua pengguna laboratorium. Peraturan dan tata tertib laboratorium harus dipatuhi oleh
semua pengguna laboratorium.

2. Melakukan sosialisasi dan pelatihan

Sosialisasi dan pelatihan tentang peraturan dan tata tertib laboratorium harus dilakukan
secara berkala. Sosialisasi dan pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
dan kesadaran pengguna laboratorium tentang pentingnya disiplin dalam laboratorium.

3. Menegakkan peraturan dan tata tertib laboratorium

Pengelola laboratorium harus tegas dalam menegakkan peraturan dan tata tertib
laboratorium. Jika ada pengguna laboratorium yang melanggar peraturan dan tata tertib
laboratorium, maka harus diberikan sanksi yang sesuai.

11
Beberapa contoh peraturan dan tata tertib laboratorium yang dapat diterapkan antara
lain:

• Pengguna laboratorium harus mengenakan pakaian dan alas kaki yang sesuai
• Pengguna laboratorium harus menjaga kebersihan dan kerapihan laboratorium
• Pengguna laboratorium harus menggunakan peralatan dan bahan laboratorium
dengan hati-hati
• Pengguna laboratorium harus mematuhi prosedur keselamatan dan keamanan
laboratorium

Disiplin dalam laboratorium merupakan tanggung jawab bersama dari semua pihak yang
terkait. Dengan adanya disiplin dalam laboratorium, maka kegiatan di laboratorium dapat
berjalan dengan lancar dan aman, sehingga dapat mendukung tercapainya tujuan laboratorium.

Berikut adalah beberapa tips untuk meningkatkan disiplin dalam laboratorium:

• Libatkan semua pihak yang terkait

Disiplin dalam laboratorium harus melibatkan semua pihak yang terkait, mulai dari
pengelola laboratorium, pengguna laboratorium, hingga pihak manajemen. Semua pihak
harus memiliki komitmen untuk menerapkan disiplin dalam laboratorium.

• Lakukan sosialisasi dan pelatihan secara berkala

Sosialisasi dan pelatihan tentang peraturan dan tata tertib laboratorium harus dilakukan
secara berkala. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran
pengguna laboratorium tentang pentingnya disiplin dalam laboratorium.

• Tegakkan peraturan dan tata tertib laboratorium secara tegas

Pengelola laboratorium harus tegas dalam menegakkan peraturan dan tata tertib
laboratorium. Jika ada pengguna laboratorium yang melanggar peraturan dan tata tertib
laboratorium, maka harus diberikan sanksi yang sesuai.

C. Administrasi Alat dan Bahan

Administrasi alat dan bahan di laboratorium merupakan hal yang penting untuk dilakukan.
Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa alat dan bahan laboratorium dalam kondisi baik dan
siap pakai, sehingga dapat mendukung kegiatan praktikum atau penelitian di laboratorium.

12
Administrasi alat dan bahan di laboratorium dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

1. Pemeliharaan

Pemeliharaan alat dan bahan laboratorium bertujuan untuk menjaga agar alat dan bahan
tersebut dalam kondisi baik dan siap pakai. Pemeliharaan alat dan bahan laboratorium
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain

2. Inventarisasi

Inventarisasi alat dan bahan laboratorium bertujuan untuk mengetahui jumlah, kondisi,
dan lokasi penyimpanan alat dan bahan laboratorium. Inventarisasi alat dan bahan
laboratorium dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

3. Pemesanan dan Pengadaan

Pemesanan dan pengadaan alat dan bahan laboratorium bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan alat dan bahan laboratorium. Pemesanan dan pengadaan alat dan bahan
laboratorium harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

4. Pemindahan dan Penghapusan

Pemindahan dan penghapusan alat dan bahan laboratorium bertujuan untuk mengatur
tata letak alat dan bahan laboratorium, serta untuk menghapus alat dan bahan
laboratorium yang sudah tidak digunakan lagi. Pemindahan dan penghapusan alat dan
bahan laboratorium harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Tanggung Jawab Administrasi Alat dan Bahan di Laboratorium

Tanggung jawab administrasi alat dan bahan di laboratorium biasanya dibebankan


kepada pengelola laboratorium atau petugas laboratorium. Pengelola laboratorium atau petugas
laboratorium harus memiliki kompetensi dan pengalaman yang memadai untuk menjalankan
tugas dan fungsinya.

Berikut adalah beberapa tips untuk meningkatkan efektivitas administrasi alat dan bahan di
laboratorium:

• Tentukan standar prosedur operasional (SOP)

SOP merupakan pedoman yang harus diikuti dalam melakukan administrasi alat dan
bahan di laboratorium. SOP yang jelas akan membantu pengelola laboratorium atau
petugas laboratorium untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan lebih efektif.

13
• Gunakan teknologi informasi

Teknologi informasi dapat membantu pengelola laboratorium atau petugas laboratorium


untuk melakukan administrasi alat dan bahan di laboratorium secara lebih efisien dan
efektif.

• Lakukan pelatihan secara berkala

Pengelola laboratorium atau petugas laboratorium harus mendapatkan pelatihan secara


berkala untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilannya dalam melakukan
administrasi alat dan bahan di laboratorium.

Dengan melakukan administrasi alat dan bahan di laboratorium secara efektif, maka alat dan
bahan laboratorium dapat dikelola dengan baik, sehingga dapat mendukung kegiatan praktikum
atau penelitian di laboratorium.

Pertanyaan BAB 6:

1. Bagaimana struktur organisasi laboratorium Anda, termasuk tanggung jawab dan peran
masing-masing divisi atau departemen dalam mencapai tujuan laboratorium?
2. Bagaimana proses pengelolaan proyek dan penugasan tugas diorganisir dalam konteks
laboratorium? Apakah ada metode tertentu yang digunakan untuk memastikan efisiensi
dan kolaborasi tim?
3. Apa strategi yang Anda terapkan dalam memastikan kepatuhan laboratorium terhadap
regulasi dan standar industri, serta bagaimana perubahan atau pembaruan dalam regulasi
dikelola?
4. Bagaimana Anda mendukung pengembangan profesional dan pertumbuhan karir
anggota tim laboratorium, termasuk pelatihan atau program pengembangan
keterampilan yang disediakan?
5. Bagaimana sistem komunikasi diorganisir di antara anggota tim laboratorium, dan apa
cara yang Anda terapkan untuk memfasilitasi pertukaran informasi yang efektif di
seluruh laboratorium?

14
BAB 7
KESELAMATAN KERJA DI DALAM LABORATORIUM
A. Pencegahan Kecelakaan yang Bersifat Umum

Keselamatan kerja di dalam laboratorium merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan, baik oleh pengelola laboratorium, pengguna laboratorium, maupun pihak lain
yang terkait. Keselamatan kerja di laboratorium bertujuan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan yang dapat menyebabkan kerugian materi, fisik, maupun non-fisik.

Berikut adalah beberapa pencegahan kecelakaan yang bersifat umum di dalam laboratorium:

1. Pelatihan

Pengguna laboratorium harus mendapatkan pelatihan tentang keselamatan kerja di


laboratorium. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan pengguna laboratorium dalam menggunakan peralatan, alat, dan bahan
laboratorium dengan aman.

2. Pengenalan bahaya

Pengguna laboratorium harus mengetahui dan memahami bahaya yang dapat terjadi di
laboratorium. Bahaya di laboratorium dapat berupa bahaya fisik, kimia, biologis,
maupun radiasi.

3. Pemilihan pakaian dan alas kaki yang sesuai

Pengguna laboratorium harus mengenakan pakaian dan alas kaki yang sesuai untuk
bekerja di laboratorium. Pakaian dan alas kaki yang sesuai dapat melindungi pengguna
laboratorium dari bahaya yang dapat terjadi di laboratorium.

4. Pemeliharaan peralatan dan bahan

Peralatan dan bahan laboratorium harus dipelihara dan dirawat dengan baik. Peralatan
dan bahan yang tidak terawat dapat menjadi sumber bahaya.

15
5. Penanganan limbah

Limbah laboratorium harus ditangani dengan hati-hati. Limbah laboratorium yang tidak
ditangani dengan baik dapat menjadi sumber pencemaran.

6. Pencegahan kebakaran

Pencegahan kebakaran harus dilakukan di laboratorium. Pemadam kebakaran harus


selalu tersedia di laboratorium.

Berikut adalah beberapa tips tambahan untuk mencegah kecelakaan di laboratorium:

• Selalu berhati-hati dan waspada

Pengguna laboratorium harus selalu berhati-hati dan waspada saat bekerja di


laboratorium.

• Jangan bekerja sendirian

Jika memungkinkan, pengguna laboratorium harus bekerja bersama dengan orang lain.
Hal ini dapat membantu mencegah terjadinya kecelakaan.

• Laporkan jika terjadi bahaya

Jika pengguna laboratorium melihat atau mengalami bahaya di laboratorium, maka harus
segera dilaporkan kepada pengelola laboratorium.

B. Kebakaraan dan Penanggulanganya


Kebakaran di laboratorium adalah salah satu jenis kecelakaan yang paling berbahaya.
Kebakaran di laboratorium dapat menyebabkan kerugian materi, fisik, maupun non-fisik. Oleh
karena itu, penting untuk mengetahui cara mencegah dan menanggulangi kebakaran di
laboratorium.

Pencegahan kebakaran di laboratorium dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

1. Pemilihan peralatan dan bahan yang aman

Peralatan dan bahan yang digunakan di laboratorium harus dipilih yang aman dan tidak
mudah terbakar.

16
2. Pemeliharaan peralatan dan bahan

Peralatan dan bahan laboratorium harus dipelihara dan dirawat dengan baik. Peralatan
dan bahan yang tidak terawat dapat menjadi sumber bahaya.

3. Pemasangan alat pemadam kebakaran

Alat pemadam kebakaran harus dipasang di tempat yang mudah dijangkau. Jenis alat
pemadam kebakaran yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis bahan yang mudah
terbakar di laboratorium.

4. Pelatihan

Pengguna laboratorium harus mendapatkan pelatihan tentang pencegahan kebakaran di


laboratorium. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan pengguna laboratorium dalam mencegah dan menanggulangi kebakaran.

Penanggulangan kebakaran di laboratorium dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

1. Tutup sumber api

Jika memungkinkan, sumber api harus ditutup untuk mencegah kebakaran semakin
meluas.

2. Gunakan alat pemadam kebakaran

Alat pemadam kebakaran harus digunakan untuk memadamkan api. Jenis alat pemadam
kebakaran yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis bahan yang mudah terbakar
di laboratorium.

3. Evakuasi

Jika kebakaran tidak dapat dikendalikan, maka harus dilakukan evakuasi. Pengguna
laboratorium harus segera meninggalkan laboratorium melalui jalur evakuasi yang telah
ditentukan.

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi
kebakaran di laboratorium:

1. Sebelum memulai kegiatan di laboratorium, pastikan bahwa semua peralatan dan bahan
yang akan digunakan dalam kondisi aman dan tidak mudah terbakar.

17
2. Gunakan peralatan dan bahan laboratorium dengan hati-hati sesuai dengan prosedur
yang berlaku.
3. Jangan meninggalkan peralatan dan bahan laboratorium yang masih menyala atau yang
dapat menimbulkan bahaya kebakaran.
4. Jika melihat adanya potensi bahaya kebakaran, segera lakukan tindakan pencegahan.
5. Pelajari cara menggunakan alat pemadam kebakaran dan ketahui lokasi alat pemadam
kebakaran di laboratorium.
6. Lakukan latihan evakuasi secara berkala.

C. Sumber Kecelakaan Lain

Selain kebakaran, masih banyak lagi sumber kecelakaan yang dapat terjadi di laboratorium.
Beberapa sumber kecelakaan lain di laboratorium antara lain:

• Bahaya fisik

Bahaya fisik di laboratorium dapat berupa benda tajam, benda panas, benda jatuh, aliran
listrik, dan lain-lain.

• Bahaya kimia

Bahaya kimia di laboratorium dapat berupa bahan kimia korosif, beracun, mudah
terbakar, dan lain-lain.

• Bahaya biologis

Bahaya biologis di laboratorium dapat berupa mikroorganisme, seperti bakteri, virus,


dan jamur.

• Bahaya radiasi

Bahaya radiasi di laboratorium dapat berupa radiasi elektromagnetik, seperti sinar X,


sinar gamma, dan lain-lain.

Pencegahan kecelakaan lain di laboratorium

Pencegahan kecelakaan lain di laboratorium dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

18
• Pemilihan peralatan dan bahan yang aman

Peralatan dan bahan yang digunakan di laboratorium harus dipilih yang aman dan sesuai
dengan prosedur yang berlaku.

• Pemeliharaan peralatan dan bahan

Peralatan dan bahan laboratorium harus dipelihara dan dirawat dengan baik. Peralatan
dan bahan yang tidak terawat dapat menjadi sumber bahaya.

• Pemilihan pakaian dan alas kaki yang sesuai

Pengguna laboratorium harus mengenakan pakaian dan alas kaki yang sesuai untuk
bekerja di laboratorium. Pakaian dan alas kaki yang sesuai dapat melindungi pengguna
laboratorium dari bahaya yang dapat terjadi di laboratorium.

• Pengenalan bahaya

Pengguna laboratorium harus mengetahui dan memahami bahaya yang dapat terjadi di
laboratorium.

• Penerapan prosedur keselamatan

Pengguna laboratorium harus menerapkan prosedur keselamatan yang telah ditetapkan.

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah kecelakaan lain di
laboratorium:

1. Sebelum memulai kegiatan di laboratorium, pastikan bahwa semua peralatan dan bahan
yang akan digunakan dalam kondisi aman.
2. Gunakan peralatan dan bahan laboratorium dengan hati-hati sesuai dengan prosedur
yang berlaku.
3. Kenakan pakaian dan alas kaki yang sesuai untuk bekerja di laboratorium.
4. Pelajari prosedur keselamatan yang berlaku di laboratorium.
5. Laporkan jika melihat adanya potensi bahaya.

19
D. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

Jika terjadi kecelakaan di laboratorium, maka pertolongan pertama harus diberikan sesegera
mungkin. Pertolongan pertama yang diberikan dapat membantu korban untuk bertahan hidup
dan mengurangi risiko komplikasi.

Berikut adalah beberapa jenis kecelakaan yang dapat terjadi di laboratorium dan pertolongan
pertama yang dapat diberikan:

1. Kebakaran

Jika terjadi kebakaran di laboratorium, maka langkah pertama yang harus dilakukan
adalah mengevakuasi diri dan orang lain dari laboratorium. Jika memungkinkan, sumber
api harus ditutup untuk mencegah kebakaran semakin meluas. Jika tidak
memungkinkan, maka alat pemadam kebakaran harus digunakan untuk memadamkan
api.

2. Cedera akibat benda tajam

Jika terjadi cedera akibat benda tajam, maka langkah pertama yang harus dilakukan
adalah menghentikan pendarahan. Pendarahan dapat dihentikan dengan cara menekan
luka dengan kain bersih atau kasa steril. Jika luka dalam atau tidak berhenti berdarah,
maka korban harus segera dibawa ke rumah sakit.

3. Cedera akibat benda panas

Jika terjadi cedera akibat benda panas, maka langkah pertama yang harus dilakukan
adalah mendinginkan luka. Luka dapat didinginkan dengan air dingin atau kompres
dingin. Jika luka melepuh, maka jangan memecahkan gelembungnya. Korban harus
segera dibawa ke rumah sakit jika lukanya besar atau dalam.

4. Keracunan bahan kimia

Jika terjadi keracunan bahan kimia, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menjauhkan korban dari sumber bahan kimia. Jika bahan kimia mengenai kulit, maka
kulit harus segera dicuci dengan air mengalir selama 20 menit. Jika bahan kimia
mengenai mata, maka mata harus segera dibilas dengan air mengalir selama 15 menit.
Jika bahan kimia tertelan, maka korban harus segera dibawa ke rumah sakit.

20
5. Tersengat listrik

Jika terjadi tersengat listrik, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah
mencabut kabel listrik atau sumber arus listrik lainnya. Korban jangan disentuh jika
masih ada aliran listrik. Setelah aliran listrik dicabut, maka korban harus segera dibawa
ke rumah sakit.

6. Gigitan hewan

Jika terjadi gigitan hewan, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah
membersihkan luka dengan sabun dan air. Jika lukanya parah atau terjadi pendarahan
yang banyak, maka korban harus segera dibawa ke rumah sakit.

7. Cedera akibat ledakan

Jika terjadi ledakan, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengevakuasi
diri dan orang lain dari area yang terkena ledakan. Korban yang mengalami cedera harus
segera dibawa ke rumah sakit.

Pertolongan pertama yang diberikan harus sesuai dengan jenis kecelakaan yang terjadi. Jika
korban mengalami cedera yang parah, maka korban harus segera dibawa ke rumah sakit.

Berikut adalah beberapa tips untuk memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan di
laboratorium:

• Tetap tenang dan jangan panik.


• Periksa kondisi korban dan hubungi bantuan jika perlu.
• Berikan pertolongan pertama sesuai dengan jenis kecelakaan yang terjadi.
• Jangan menyentuh korban jika masih ada sumber bahaya.
• Jaga kebersihan dan sanitasi selama memberikan pertolongan pertama.

Dengan menerapkan tips di atas, maka pertolongan pertama yang diberikan dapat lebih efektif
dan membantu korban untuk bertahan hidup.

E. Obat dan Peralatan PPPK

Obat-obatan dan peralatan P3K adalah hal yang penting untuk dimiliki di laboratorium.
Obat-obatan dan peralatan P3K dapat digunakan untuk memberikan pertolongan pertama pada
kecelakaan yang terjadi di laboratorium.

21
Obat-obatan yang harus ada di laboratorium antara lain:

1. Obat untuk menghentikan pendarahan

2. Obat untuk mengatasi luka bakar

3. Obat untuk mengatasi keracunan

4. Obat untuk mengatasi tersengat listrik

5. Obat untuk mengatasi gigitan hewan

Peralatan P3K yang harus ada di laboratorium antara lain:

1. Plester
2. Kapas
3. Gunting
4. Sarung tangan
5. Kacamata pengaman
6. Masker
7. Termometer
8. Timbangan

Lokasi penyimpanan obat-obatan dan peralatan P3K harus mudah dijangkau dan diketahui oleh
pengguna laboratorium. Obat-obatan dan peralatan P3K harus disimpan di tempat yang kering,
bersih, dan terlindung dari sinar matahari.

Berikut adalah beberapa tips untuk menjaga obat-obatan dan peralatan P3K di laboratorium:

• Periksa obat-obatan dan peralatan P3K secara berkala untuk memastikan kondisinya
masih baik.
• Ganti obat-obatan dan peralatan P3K yang sudah kedaluwarsa.
• Buat daftar obat-obatan dan peralatan P3K yang ada di laboratorium.

Dengan memiliki obat-obatan dan peralatan P3K yang lengkap dan berfungsi dengan baik, maka
pertolongan pertama pada kecelakaan yang terjadi di laboratorium dapat diberikan dengan cepat
dan efektif.

22
F. Undang-undang Keselamatan Kerja

Di Indonesia, keselamatan kerja di laboratorium diatur oleh Undang-Undang Nomor 1


Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-undang ini mengatur tentang kewajiban setiap
orang untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menyatakan
bahwa "keselamatan kerja adalah suatu kondisi di mana para pekerja berada di tempat kerja
terhindar dari risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja".

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menyatakan
bahwa "kesehatan kerja adalah suatu kondisi di mana para pekerja berada di tempat kerja
terbebas dari gangguan kesehatan akibat kerja yang disebabkan oleh faktor-faktor yang timbul
dari pekerjaannya dan atau lingkungan kerja".

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja mengatur tentang kewajiban
setiap orang untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, antara lain:

1. Pengelola

Pengelola laboratorium wajib melakukan hal-hal berikut untuk menjaga keselamatan


dan kesehatan kerja:

* Menyusun dan melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja.


* Menyediakan alat-alat keselamatan kerja yang memadai.
* Memberikan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja kepada pengguna
laboratorium.
* Melakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja.

2. Pengguna

Pengguna laboratorium wajib melakukan hal-hal berikut untuk menjaga keselamatan


dan kesehatan kerja:

* Mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku.


* Menggunakan alat-alat keselamatan kerja yang disediakan oleh pengelola
laboratorium.
* Melaporkan kepada pengelola laboratorium jika terjadi potensi bahaya.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja juga mengatur tentang sanksi
bagi orang yang melanggar ketentuan undang-undang ini, antara lain:

23
1. Pidana

Pidana penjara paling lama 1 tahun dan/atau denda paling banyak Rp100.000.000 bagi
orang yang.

2. Disiplin

Pegawai negeri sipil yang melanggar ketentuan keselamatan kerja dapat dikenakan
sanksi disiplin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pertantanyaan BAB 7:

1. Apa langkah-langkah konkret yang telah diimplementasikan untuk memastikan


keselamatan kerja di laboratorium, termasuk tata cara evakuasi darurat dan penanganan
bahan berbahaya?
2. Bagaimana Anda memastikan bahwa semua anggota tim laboratorium memahami dan
mematuhi prosedur keselamatan, termasuk penggunaan peralatan pelindung diri (APD)
dan tindakan pencegahan kecelakaan?
3. Apa tindakan yang diambil untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko kecelakaan
atau paparan bahan berbahaya di laboratorium, serta bagaimana hasil penilaian risiko
tersebut diimplementasikan dalam praktik sehari-hari?
4. Bagaimana proses pelaporan kejadian atau kondisi yang dapat membahayakan
keselamatan di laboratorium, dan bagaimana Anda menangani temuan tersebut secara
proaktif untuk mencegah kejadian serupa di masa depan?
5. Apa program pelatihan keselamatan yang telah diimplementasikan di laboratorium
untuk memastikan pemahaman yang baik oleh seluruh anggota tim, dan bagaimana
evaluasi berkala dilakukan untuk memastikan keefektifan pelatihan tersebut?

24
BAB 8
PENGENALAN ALAT-ALAT LABORATORIUM
A. Beberapa Pengertian

Alat laboratorium adalah alat-alat yang digunakan untuk melakukan percobaan atau
penelitian di laboratorium. Alat laboratorium dapat terbuat dari berbagai bahan, seperti kaca,
plastik, logam, kayu, dan lain-lain. Alat laboratorium dapat dikelompokkan berdasarkan
fungsinya, antara lain:

• Alat-alat gelas, seperti tabung reaksi, gelas kimia, erlenmeyer, buret, labu takar, pipet,
dan lain-lain.

Alat-alat gelas, seperti tabung reaksi, gelas kimia, erlenmeyer, buret, labu takar, pipet
• Alat-alat pemanas, seperti bunsen burner, hotplate, dan lain-lain.

• Alat-alat listrik, seperti timbangan analitik, multimeter, dan lain-lain.

• Alat-alat ukur, seperti neraca analitik, gelas ukur, pipet, dan lain-lain.

Alatalat ukur, seperti neraca analitik, gelas ukur, pipet

• Alat-alat penyimpan, seperti lemari asam, lemari pendingin, dan lain-lain.

• Alat-alat keselamatan kerja, seperti sarung tangan, kacamata pengaman, dan lain-lain.

25
Alat-alat keselamatan kerja, seperti sarung tangan, kacamata pengaman

Alat-alat gelas adalah alat laboratorium yang terbuat dari kaca. Alat-alat gelas banyak digunakan
di laboratorium karena sifatnya yang transparan, tahan panas, dan mudah dibersihkan.

Alat-alat pemanas adalah alat laboratorium yang digunakan untuk memanaskan bahan kimia
atau larutan. Alat-alat pemanas yang umum digunakan di laboratorium antara lain bunsen
burner, hotplate, dan oven.

Alat-alat listrik adalah alat laboratorium yang menggunakan listrik untuk beroperasi. Alat-alat
listrik yang umum digunakan di laboratorium antara lain timbangan analitik, multimeter, dan
oven.

Alat-alat ukur adalah alat laboratorium yang digunakan untuk mengukur suatu besaran. Alat-
alat ukur yang umum digunakan di laboratorium antara lain neraca analitik, gelas ukur, dan
pipet.

Alat-alat penyimpan adalah alat laboratorium yang digunakan untuk menyimpan bahan kimia
atau peralatan laboratorium. Alat-alat penyimpan yang umum digunakan di laboratorium antara
lain lemari asam, lemari pendingin, dan kabinet.

Alat-alat keselamatan kerja adalah alat laboratorium yang digunakan untuk melindungi
pengguna laboratorium dari bahaya. Alat-alat keselamatan kerja yang umum digunakan di
laboratorium antara lain sarung tangan, kacamata pengaman, dan masker.

Pemilihan Alat Laboratorium

Pemilihan alat laboratorium harus disesuaikan dengan kebutuhan percobaan atau penelitian
yang akan dilakukan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih alat laboratorium
antara lain:

26
• Fungsi alat

Alat laboratorium harus dipilih sesuai dengan fungsinya. Misalnya, jika akan melakukan
percobaan yang membutuhkan pemanasan, maka harus dipilih alat pemanas yang sesuai.

• Kualitas alat

Alat laboratorium harus berkualitas baik agar dapat digunakan dengan aman dan
menghasilkan hasil yang akurat.

• Harga alat

Harga alat laboratorium dapat bervariasi, tergantung pada kualitas dan mereknya.

Perawatan Alat Laboratorium

Alat laboratorium harus dirawat dengan baik agar dapat digunakan dengan aman dan tahan
lama. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam merawat alat laboratorium antara lain:

• Membersihkan alat

Alat laboratorium harus dibersihkan setelah digunakan. Alat laboratorium yang terbuat
dari gelas harus dicuci dengan sabun dan air hangat. Alat laboratorium yang terbuat dari
logam atau plastik dapat dicuci dengan deterjen.

• Menyimpan alat

Alat laboratorium harus disimpan di tempat yang aman dan kering. Alat laboratorium
yang terbuat dari kaca harus disimpan di rak yang kokoh dan terhindar dari benturan.

• Melakukan kalibrasi

Alat laboratorium yang digunakan untuk mengukur harus dikalibrasi secara berkala.
Kalibrasi dilakukan untuk memastikan bahwa alat laboratorium masih dapat
memberikan hasil yang akurat.

B. Alat Pengukur Panjang

Alat pengukur panjang adalah alat laboratorium yang digunakan untuk mengukur panjang
suatu benda. Alat pengukur panjang yang umum digunakan di laboratorium antara lain:

27
• Mistar Ukur

Mistar ukur adalah alat pengukur panjang yang paling sederhana dan umum digunakan.
Mistar ukur terbuat dari plastik atau logam dan memiliki skala dalam satuan centimeter
(cm) atau milimeter (mm). Mistar ukur dapat digunakan untuk mengukur panjang benda
dengan ketelitian hingga 1 mm.

• Jangka Sorong

Jangka sorong adalah alat pengukur panjang yang memiliki ketelitian lebih tinggi dari
mistar ukur. Jangka sorong memiliki dua skala, yaitu skala utama dan skala nonius.
Skala utama menunjukkan ukuran panjang benda dalam satuan cm atau mm. Skala
nonius menunjukkan ukuran panjang benda dalam satuan sepersepuluh milimeter (0,1
mm).

• Mikrometer Sekrup

28
Mikrometer sekrup adalah alat pengukur panjang yang memiliki ketelitian paling tinggi
dari ketiga alat pengukur panjang di atas. Mikrometer sekrup memiliki skala dalam
satuan sepersepuluh milimeter (0,1 mm) atau seperseratus milimeter (0,01 mm).

Cara menggunakan alat pengukur panjang di laboratorium harus sesuai dengan petunjuk
penggunaan yang tertera pada alat tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan alat pengukur panjang antara lain:

• Pastikan alat pengukur panjang dalam kondisi baik dan bersih.


• Pastikan skala alat pengukur panjang terlihat jelas.
• Gunakan alat pengukur panjang dengan hati-hati agar tidak rusak.

Berikut adalah beberapa tips untuk menggunakan alat pengukur panjang di laboratorium:

• Untuk mengukur panjang benda dengan mistar ukur, letakkan benda pada mistar ukur
dengan posisi sejajar dengan skala.
• Perhatikan skala yang menunjukkan ukuran panjang benda.
• Untuk mengukur panjang benda dengan jangka sorong, letakkan benda pada rahang
jangka sorong.
• Tutup rahang jangka sorong dengan perlahan-lahan hingga benda tercengkeram
dengan kuat.
• Perhatikan skala utama dan skala nonius yang menunjukkan ukuran panjang benda.
• Untuk mengukur panjang benda dengan mikrometer sekrup, masukkan benda ke dalam
lubang mikrometer sekrup.
• Putar sekrup mikrometer sekrup hingga benda tercengkeram dengan kuat.
• Perhatikan skala yang menunjukkan ukuran panjang benda.

Dengan mengetahui fungsi, cara menggunakan, dan perawatan alat pengukur panjang di
laboratorium, maka pengguna laboratorium dapat menggunakan alat pengukur panjang dengan
aman dan efisien.

C. Alat Pengukur Massa

Alat pengukur massa adalah alat laboratorium yang digunakan untuk mengukur massa suatu
benda. Alat pengukur massa yang umum digunakan di laboratorium antara lain:

29
• Timbangan Manual

Timbangan manual adalah alat pengukur massa yang paling sederhana dan umum
digunakan. Timbangan manual memiliki dua piringan, yaitu piringan untuk meletakkan
benda dan piringan untuk meletakkan beban pemberat. Timbangan manual dapat
digunakan untuk mengukur massa benda dengan ketelitian hingga 1 gram.

• Timbangan Digital

Timbangan digital adalah alat pengukur massa yang memiliki ketelitian lebih tinggi dari
timbangan manual. Timbangan digital menggunakan sensor untuk mengukur massa
benda. Timbangan digital dapat digunakan untuk mengukur massa benda dengan
ketelitian hingga 0,01 gram.

• Neraca Analitik

Neraca analitik adalah alat pengukur massa yang memiliki ketelitian paling tinggi dari
ketiga alat pengukur massa di atas. Neraca analitik menggunakan sistem keseimbangan
untuk mengukur massa benda. Neraca analitik dapat digunakan untuk mengukur massa
benda dengan ketelitian hingga 0,0001 gram.

30
Cara menggunakan alat pengukur massa di laboratorium harus sesuai dengan petunjuk
penggunaan yang tertera pada alat tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan alat pengukur massa antara lain:

• Pastikan alat pengukur massa dalam kondisi baik dan bersih.


• Pastikan skala alat pengukur massa terlihat jelas.
• Gunakan alat pengukur massa dengan hati-hati agar tidak rusak.

Berikut adalah beberapa tips untuk menggunakan alat pengukur massa di laboratorium:

• Untuk mengukur massa benda dengan timbangan manual, letakkan benda pada
piringan timbangan.
• Tambahkan beban pemberat pada piringan timbangan hingga jarum timbangan
menunjuk ke angka nol.
• Perhatikan angka yang menunjukkan massa benda.
• Untuk mengukur massa benda dengan timbangan digital, letakkan benda pada piringan
timbangan.
• Perhatikan angka yang menunjukkan massa benda.
• Untuk mengukur massa benda dengan neraca analitik, bersihkan neraca analitik
dengan kain bersih.
• Letakkan benda pada piringan neraca analitik.
• Atur jarum neraca analitik agar menunjuk ke angka nol.
• Perhatikan angka yang menunjukkan massa benda.

D. Alat Pengukur Waktu

Alat pengukur waktu adalah alat laboratorium yang digunakan untuk mengukur waktu suatu
proses atau peristiwa. Alat pengukur waktu yang umum digunakan di laboratorium antara lain:

• Stopwatch

31
Stopwatch adalah alat pengukur waktu yang paling sederhana dan umum digunakan.
Stopwatch memiliki dua tombol, yaitu tombol start dan stop. Stopwatch dapat digunakan
untuk mengukur waktu dengan ketelitian hingga 0,01 detik.

• Timer

Timer adalah alat pengukur waktu yang memiliki ketelitian lebih tinggi dari stopwatch.
Timer memiliki tombol start dan stop, serta tombol untuk mengatur waktu yang
diinginkan. Timer dapat digunakan untuk mengukur waktu dengan ketelitian hingga
0,001 detik.

• Cronograp

Cronograp adalah alat pengukur waktu yang memiliki ketelitian paling tinggi dari ketiga
alat pengukur waktu di atas. Cronograp memiliki tombol start, stop, reset, dan split.
Cronograp dapat digunakan untuk mengukur waktu dengan ketelitian hingga 0,0001
detik.

Cara menggunakan alat pengukur waktu di laboratorium harus sesuai dengan petunjuk
penggunaan yang tertera pada alat tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan alat pengukur waktu antara lain:

• Pastikan alat pengukur waktu dalam kondisi baik dan bersih.


• Pastikan skala alat pengukur waktu terlihat jelas.
• Gunakan alat pengukur waktu dengan hati-hati agar tidak rusak.

32
Berikut adalah beberapa tips untuk menggunakan alat pengukur waktu di laboratorium:

• Untuk mengukur waktu suatu proses dengan stopwatch, tekan tombol start pada saat
proses dimulai dan tekan tombol stop pada saat proses selesai.
• Untuk mengukur waktu suatu proses dengan timer, atur waktu yang diinginkan pada
timer dan tekan tombol start.
• Untuk mengukur waktu suatu proses dengan cronograp, tekan tombol start pada saat
proses dimulai. Untuk mengukur waktu interval, tekan tombol split dan tekan tombol
start lagi untuk melanjutkan proses.

E. Alat Pengukur Suhu

Alat pengukur suhu adalah alat laboratorium yang digunakan untuk mengukur suhu suatu
benda. Alat pengukur suhu yang umum digunakan di laboratorium antara lain:

• Termometer

Termometer adalah alat pengukur suhu yang paling sederhana dan umum digunakan.
Termometer memiliki pipa kapiler yang berisi cairan, seperti alkohol atau merkuri.
Cairan akan memuai atau menyusut ketika suhu berubah. Perubahan volume cairan ini
diukur dengan skala yang terdapat pada pipa kapiler. Termometer dapat digunakan untuk
mengukur suhu dengan ketelitian hingga 1 derajat Celcius.

33
• Termometer Bimetal

Termometer bimetal adalah alat pengukur suhu yang memiliki ketelitian lebih tinggi dari
termometer. Termometer bimetal terdiri dari dua logam yang berbeda koefisien
muainya. Ketika suhu berubah, logam yang memiliki koefisien muai lebih tinggi akan
memuai lebih besar daripada logam yang memiliki koefisien muai lebih rendah.
Perubahan bentuk bimetal ini diukur dengan skala yang terdapat pada alat ini.
Termometer bimetal dapat digunakan untuk mengukur suhu dengan ketelitian hingga
0,1 derajat Celcius.

• Termometer Digital

Termometer digital adalah alat pengukur suhu yang memiliki ketelitian paling tinggi dari
ketiga alat pengukur suhu di atas. Termometer digital menggunakan sensor suhu untuk
mengukur suhu. Termometer digital dapat digunakan untuk mengukur suhu dengan
ketelitian hingga 0,01 derajat Celcius.

Cara menggunakan alat pengukur suhu di laboratorium harus sesuai dengan petunjuk
penggunaan yang tertera pada alat tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan alat pengukur suhu antara lain:

• Pastikan alat pengukur suhu dalam kondisi baik dan bersih.


• Pastikan skala alat pengukur suhu terlihat jelas.
• Gunakan alat pengukur suhu dengan hati-hati agar tidak rusak.

34
Berikut adalah beberapa tips untuk menggunakan alat pengukur suhu di laboratorium:

• Untuk mengukur suhu suatu benda dengan termometer, masukkan termometer ke


dalam benda yang akan diukur suhunya.
• Biarkan termometer selama beberapa menit agar suhu termometer mencapai suhu
benda.
• Perhatikan skala yang menunjukkan suhu benda.

F. Alat Pengukur Listrik

Alat pengukur listrik adalah alat laboratorium yang digunakan untuk mengukur besaran-
besaran listrik, seperti tegangan, arus, dan hambatan. Alat pengukur listrik yang umum
digunakan di laboratorium antara lain:

• Voltmeter

Voltmeter adalah alat pengukur tegangan listrik. Voltmeter memiliki dua buah terminal,
yaitu terminal positif dan terminal negatif. Voltmeter dipasang paralel dengan rangkaian
yang akan diukur tegangannya.

• Ampermeter

Ampermeter adalah alat pengukur arus listrik. Ampermeter memiliki dua buah terminal,
yaitu terminal positif dan terminal negatif. Ampermeter dipasang seri dengan rangkaian
yang akan diukur arusnya.

35
• Ohmmeter

Ohmmeter adalah alat pengukur hambatan listrik. Ohmmeter memiliki dua buah
terminal, yaitu terminal positif dan terminal negatif. Ohmmeter dipasang seri dengan
rangkaian yang akan diukur hambatan.

• Multimeter

Multimeter adalah alat pengukur listrik yang dapat mengukur tegangan, arus, dan
hambatan. Multimeter memiliki beberapa mode pengukuran, yaitu mode tegangan,
mode arus, dan mode hambatan.

Cara menggunakan alat pengukur listrik di laboratorium harus sesuai dengan petunjuk
penggunaan yang tertera pada alat tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan alat pengukur listrik antara lain:

• Pastikan alat pengukur listrik dalam kondisi baik dan bersih.


• Pastikan skala alat pengukur listrik terlihat jelas.
• Gunakan alat pengukur listrik dengan hati-hati agar tidak rusak.

36
Berikut adalah beberapa tips untuk menggunakan alat pengukur listrik di laboratorium:

• Untuk mengukur tegangan listrik dengan voltmeter, hubungkan terminal positif


voltmeter ke terminal positif rangkaian dan hubungkan terminal negatif voltmeter ke
terminal negatif rangkaian.
• Untuk mengukur arus listrik dengan ampermeter, hubungkan terminal positif
ampermeter ke terminal positif rangkaian dan hubungkan terminal negatif ampermeter
ke terminal negatif rangkaian.
• Untuk mengukur hambatan listrik dengan ohmmeter, hubungkan terminal positif
ohmmeter ke terminal positif rangkaian dan hubungkan terminal negatif ohmmeter ke
terminal negatif rangkaian.

Pertanyaan BAB 8:

1. Bagaimana Anda memberikan pelatihan kepada anggota tim laboratorium dalam


pengenalan dan penggunaan peralatan laboratorium yang baru, termasuk langkah-
langkah keamanan yang terkait?
2. Apa kriteria yang Anda terapkan dalam pemilihan alat laboratorium baru, dan
bagaimana Anda memastikan kesesuaian alat tersebut dengan kebutuhan dan tujuan
eksperimen di laboratorium?
3. Bagaimana Anda mendukung anggota tim dalam mengatasi tantangan atau kesulitan
dalam menggunakan alat laboratorium tertentu, dan adakah pelatihan tambahan atau
sumber daya yang disediakan?
4. Apa prosedur yang diikuti dalam kalibrasi dan pemeliharaan rutin alat laboratorium, dan
bagaimana Anda memastikan bahwa alat-alat tersebut selalu dalam kondisi optimal?
5. Bagaimana Anda memfasilitasi kolaborasi di antara anggota tim untuk berbagi
pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan alat laboratorium, serta memastikan
penggunaan alat secara efisien di seluruh laboratorium?

37

Anda mungkin juga menyukai