Anda di halaman 1dari 24

MANAJEMEN BAHAN DI LABORATORIUM

OLEH :
KELOMPOK 3
Ni Made Candra Setiari P07134017023
Komang Ayu Kumalasari P07134017024
Ni Wayan Tisna Paramitha P07134017025
Ni Luh Putu Ayu Widiasih P07134017026
Ni Putu Anggi Fitriani P07134017027
Ni Made Narayani Dwi Lestari P07134017028
Ni Wayan Surya Arista Pratiwi P07134017029
Ni Made Dwi Priska Dana P07134017030
Nur Astri Adi Ningsi P07134017031
Dewa Ayu Widiadnyasari P07134017032
Ni Rai Ayu Melinda Intania P07134017033

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laboratorium adalah suatu tempat dimana percobaan dan penyelidikan
dilakukan. Dalam pengertian sempit laboratorium sering diartikan sebagai tempat
yang berupa gedung yang dibatasi oleh dinding dan atap yang didalamnya terdapat
sejumlah alat dan bahan praktikum.
Dalam dunia sains, kegiatan laboratorium merupakan bagian integral dari
kegiatan belajar mengajar, khususnya kimia. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya
peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan pembelajaran sains. Woolnough
& Allsop (dalam Nuryani Rustaman, 1995), mengemukakan empat alasan mengenai
pentingnya praktikum sains.
Laboratorium merupakan salah satu sarana vang penting dalarn proses belajar
mengajar. Sebagai tempat belajar atau sumber belajar, laboratorium harus mempunyai
sifat nyaman dan aman. Laboratoriurn bersifat nyaman dalam arti segala kebutuhan
atau keperluan untuk rnelakukan kegiatan telah tersedia di ternpat yang semestinva
atau mudah diakses brla akan digunakan. Sedangkan laboratonurn bersifat aman dan
nyaman segala penyimpanan material berbahaya dan kegiatan berbahaya telah
dipersiapkan kemanannya. Bahan kimia merupakan materi belajar yang harus ada
dalam laboratoriurn kimia. Pada dasarnya semua bahan kirnia itu racun. Namun
dengan pengelolaan bahna kimia yang benar dan tepat, tingkat bahaya sebagai bahan
beracun dapat ditanggulangi atau dikurangi. Untuk itu dibutuhkan suatu pengelolaan
bahan kimia yang benar dan tepat. Kegiatan pengelolaan bahan di laboratorium
rneliputi beberapa tahapan atau langkah, yaitu : penqemasan dan penempatan,
pengelompokan menurut jenis bahanadministrasi dan pencatatan penggunaan bahan.
Manajemen laboratorium (laboratory management) adalah usaha untuk
mengelola laboratorium. Suatu laboratorium dapat dikelola dengan baik sangat
ditentukan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Beberapa alat-alat laboratorium yang canggih, dengan staf profesional yang terampil
belum tentu dapat berfungsi dengan baik, jika tidak didukung oleh adanya manajemen
laboratorium yang baik. Oleh karena itu manajemen laboratorium adalah suatu bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan laboratorium sehari-hari. Pengelolaan
laboratorium akan berjalan dengan lebih efektif bilamana dalam struktur organisasi
laboratorium didukung oleh Board of Management yang berfungsi sebagai pengarah
dan penasehat. Board of Management terdiri atas para senior/profesor yang
mempunyai kompetensi dengan kegiatan laboratorium yang bersangkutan.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan bahan kimia di laboratorium?
b. Apa yang dimaksud dengan manajemen bahan laboratorium?
c. Bagaimana manajemen pengelolaan bahan kimia di laboratorium?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari bahan kimia di laboratorium.
b. Untuk mengetahui pengertian manajemen bahan laboratorium.
c. Untuk mengetahui manajemen pengelolaan bahan kimia di laboratorium.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BAHAN KIMIA


Bahan kimia adalah bahan yang terbuat dari bahan buatan atau sintetis (non
herbal). Yang digunakan untuk menambahi atau menyempurnakan suatu produk
mentah menjadi produk jadi. Bahan kimia dibagi menjasi dua jenis yaitu bahan kimia
berbahaya dan bahan kimia tak berbahaya,tetapi umumnya bahan kimia berbahaya
bagi tubuh. Penggunaanya juga harus sesuai dosiss atau takaran, bila tidak sesuai
dosis akan menyebabkan bahan kimia yang tadinya tidak berbahaya akan menjadi
berbahaya bahkan akan menyebabkan kerusakan, membekas pada bagian tubuh,cacat,
dan juga bisa menyebabkan kematian. Tidak hanya itu saja, penyalah gunaan juga
dapat menyebabkan ganguan pada tubuh.
Bahan kimia berbahaya adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan,
pengangkutan, penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau membebaskan debu, kabut,
uap, gas, serat, atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan,
korosi, keracunan dan bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan
bagi orang yang berhubungan langsung dengan bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan
pada barang-barang (Syukri, 2009).
B. PENGERTIAN MANAJEMEN BAHAN DI LABORATORIUM
Kata Laboratorium berasal dari bahasa Latin yang berarti “tempat bekerja”.
Dalam perkembangannya, kata laboratorium mempertahankan arti aslinya, yaitu
“tempat bekerja” khusus untuk keperluan penelitian ilmiah. Laboratorium adalah
suatu ruangan atau kamar tempat melakukan kegiatan praktek atau penelitian yang
ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat serta adanya infrastruktur laboratorium
yang lengkap (ada fasilitas air, listrik, gas dan sebagainya). Agar laboratorium dapat
berfungsi sesuai dengan maksud pengadaannya, maka laboratorium perlu digunakan
dan dikelola dengan sebaik-baiknya. Tanpa penggunaan dan pengelolaan yang baik,
pengadaan laboratorium beserta alat-alat dan bahan yang diperlukan hanyalah akan
merupakan suatu pemborosan (Sekarwinahyu, 2010).
Bahan kimia merupakan materi belajar yang harus ada dalam laboratoriurn
kimia. Pada dasarnya semua bahan kirmia itu racun. Namun dengan pengelolaan
bahan kimia yang benar dan tepat, tingkat bahaya sebaga bahan beracun dapat
ditanggulangi atau dikurangi. Untuk itu dibutuhkan suatu pengelolaan bahan kimia
yang benar dan tepat.
Kegiatan manajemen bahan di laboratorium meliputi beberapa tahapan atau
langkah, yaitu: penqemasan dan penempatan, pengelompokan menurut jenis bahan
administrasi dan pencatatan penggunaan bahan (Widjajanti, 2003).
Dalam laboratorium kimia, penyimpanan zat dan bahan kimia merupakan
strategi rencana yang dilakukan dalam melakukan penyimpanan bahan dan zat yang
benar untuk mengurangi resiko kecelakaan di laboratorium (Griffin 2005).
Sehingga, manjemen bahan kimia di laboratorium merupakan suatu kegiatan
penting yang harus mendapat perhatian khusus oleh karena sifat dan karakteristik dari
bahan kimia tersebut sangat menentukan waktu dan lokasi tempat penyimpanan serta
berfungsi untuk mengurangi resiko kecelakaan di laboratorium (Lasut, 2006).
C. PERENCANAAN MANAJEMEN BAHAN DI LABORATORIUM
Perencanaan, merupakan pemikiran yang sistematis, analitis, logis tentang
semua kegiatan yang harus dilakukan, langkah-langkah, metode, sdm, tenaga, serta
dana yang dibutuhkan agar mencapai tujuan yang telah ditentukan. (Nurul, 2019)
Perencanaan kegiatan laboratorium dapat dilakukan salah satunya melalui penyusunan
program kerja tahunan. Program kerja ini dibuat pada awal tahun dan disusun dalam
jangka 1 tahun. Program kerja tahunan ini digunakan sebagai pedoman kegiatan
laboratorium, yang meliputi :
1. Pengelolaan anggaran
Penyusunan anggaran kegiatan laboratorium didasarkan pada evaluasi program
tahun sebelumnya, sehingga berapa jumlah anggaran yang dibutuhkan pada tahun
sekarang dapat ditentukan dengan baik. Pengelolaan anggaran perlu dilakukan
disesuaikan dengan tujuan awal laboratorium. Anggaran dapat dipergunakan untuk
merancang penggunaan dana untuk kegiatan pelatihan dan pengajaran,
maintenance/perawatan laboratorium, maupun untuk meng-cover biaya-biaya
lainnya. Langkah-langkah berikut ini sangat bermanfaat untuk dipertimbangkan
dalam penyusunan anggaran :
a. Cek semua persediaan alat/bahan
b. Dengan bantuan guru senior dan asisten laboratorium, mintakan informasi
mengenai
- Barang habis tahunan
- Periode mana dari tahun ajaran, bahan habis tertentu dibutuhkan untuk
digunakan
- Alat-alat yang mengalami kerusakan akut
- Alat-alat baru yang dibutuhkan pada tahun ajaran yang akan dating
- Alat/bahan yang rusak atau hilang
c. Mencari informasi proyeksi penerimaan siswa pada tahun ajaran yang akan
datang
d. Pengecekan fasilitas laboratorium mencakup suplai air, listrik, gas dan lain-
lain
e. Mengecek harga-harga alat/bahan pada saat ini dan memprediksi harga-harga
tersebut pada tahun mendatang
f. Berdasarkan informasi di atas (1-5) dan hasil konsultasi menyiapkan daftar
kebutuhan untuk tahun yang akan datang. Daftar yang dibuat harus mencakup
tipe alat, model dan jumlah yang dibutuhkan. Secara umum daftar kebutuhan
meliputi:
- Bahan habis
- Alat-alat gelas, plastik dan logam
- Specimen untuk biologi dan preparat mikro (microslide)
- ATK
- Dan lain-lain
g. Mendiskusikan hal-hal yang penting dan kritis untuk penyelesaian kebutuhan
alat/bahan tersebut dengan melibatkan Kepala Sekolah dan guru senior.
2. Pengelolaan kegiatan (regular maupun non regular)
Kegiatan apa yang akan dilakukan untuk 1 tahun ke depan harus sudah
direncanakan secara matang. Sebagai contoh, dalam 1 tahun ada berapa kali
praktikum, berapa kali kegiatan pelatihan dan lain sebagainya; harus sudah
ditetapkan dahulu. Hal ini terkait dengan kebutuhan bahan dan alat yang akan
digunakan oleh laboratorium.
3. Pengelolaan peralatan dan bahan
Pengelolaan alat dan bahan praktikum meliputi kegiatan inventarisasi dan
pengadaan. Rancangan pengadaan alat dan bahan untuk satu tahun ke depan harus
dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan dan ketersediaan. Ada tidaknya alat atau
bahan praktikum dapat dimonitor atau dilihat dari daftar inventarisasi yang dibuat.
Dari daftar itu akan jelas terlihat bahan atau alat apa yang kurang, yang rusak, atau
yang memerlukan perbaikan dan sebagainya.
4. Pengelolaan SDM
Pengelolaan SDM ini meliputi rekuitmen dan program peningkatan kompetensi
tenaga laboran dan teknisi. Jika memang tidak ada tenaga laboran atau teknisi,
perlu direncanakan kebutuhan tenaga tersebut. Tetapi jika ada, harus pula
direncanakan program peningkatan kompetensi tenaga laboran tersebut dengan
mengikutsertakan pada kegiatan pelatihan atau workshop pengelolaan
laboratorium. Selain itu, perlu ditentukan juga darimana gaji untuk tenaga laboran
dan teknisi diambil. (Annisa, Ratna 2013).
D. PENGORGANISASIAN MANAJEMEN BAHAN DI LABORATORIUM
Pengorganisasian Menurut Terry dalam Kurniadin & Machali (2012: 130),
pengorganisasian merupakan kegiatan dasar manajemen. Pengorganisasian dilakukan
untuk menghimpun dan menyusun semua sumber daya manusia, sedemikian rupa
sehingga kegiatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan secara
efektif dan efesien. Dengan pengorganisasian, orang-orang dapat disatukan dalam
satu kelompok atau lebih untuk melakukan berbagai tugas. Tujuan utama
pengorganisasian adalah membantu orang-orang untuk bekerja sama secara efektif
dalam wadah organisasi atau lembaga.
I. Fungsi
Menurut (WAHYUKAENI, 2005) fungsi pengorganisasian laboratorium :
a. Mengidentifikasi pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan
b. Membuat struktur organisasi
c. Menetapkan aturan hubungan kerja
d. Menentukan wewenang dan tanggung jawab
e. Mengatur usaha bersama
II. Kegiatan :
Menurut (WAHYUKAENI, 2005) kegiatan dari pengorganisasian
laboratorium :
a. Mengidentifikasi pekerjaan / kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai
tujuan
b. Mengelompokkan jenis-jenis pekerjaan
c. Menyusun struktur organisasi
d. Merumuskan wewenang dan tanggung jawab masing-masing petugas
e. Menetapkan jalur wewenang dan tanggungjawab
f. Menyusun staf personil
III. Susunan Pengorganisasian Laboratorium (WAHYUKAENI, 2005)
1. Kepala Laboratorium/ Penanggung Jawab Laboratorium
Seorang kepala laboratorium harus menguasai bidang ilmu yang sesuai
dengan laboratorium. Arifin & Barnawi (2012: 186) menjelaskan, ada dua
jalur yang dapat ditempuh untuk menjadi kepala laboratorium yaitu:
a. Jalur guru: Melalui jalur guru, persyaratan yang harus dipenuhi, antara
lain:
a. pendidikan minimal sarjana (S1),
b. berpengalaman minimal 3 tahun sebagai pengelola praktikum,
c. memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari
perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh
pemerintah; dan
b. Jalur laboran atau teknisi: Melalui jalur laboran atau teknisi, persyaratan
yang harus dipenuhi antara lain:
a. pendidikan minimal diploma 3 (D3),
b. berpengalaman minimal 5 tahun sebagai laboran atau teknisi,
c. memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari
perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh
pemerintah.
IV. Teknisi Laboratorium
Teknisi laboratorium merupakan tenaga laboratorium yang membantu kepala
laboratorium terutama dalam mempersiapkan alat dan bahan praktikum, serta
pemeliharaan alat dan bahan. Kualifikasi teknisi laboratorium
sekolah/madrasah telah ditetapkan dalam peraturan menteri pendidikan sebagai
berikut:
a) Minimal lulusan diploma dua (D2) yang relevan dengan peralatan
laboratorium, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang
ditetapkan oleh pemerintah.
b) Memiliki sertifikat teknisi laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan
tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah (Arifin &
Barnawi, 2012: 189).
V. Asisten Laboratorium/ Laboran
Laboran adalah tenaga laboratorium yang membantu kepala laboratorium
terutama dalam mengelola bahan-bahan dan peralatan, dan melayani kegiatan
praktikum. Kualifikasi laboran juga telah ditetapkan pada peraturan menteri
pendidikan Nasional nomor 26 tahun 2008 sebagai berikut:
1) Minimal lulusan program diploma satu (D1) yang relevan dengan jenis
laboratorium, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang ditetapkan
oleh pemerintah.
2) Memiliki sertifikat laboran sekolah/madrasah dari perguruan tinggi yang
ditetapkan oleh pemerintah (Arifin & Barnawi, 2012: 192)
E. PELAKSANAAN MANAJEMEN BAHAN DI LABORATORIUM
Setelah perencanaan dan rancangan program kerja ditetapkan, tahap
selanjutnya adalah kegiatan pelaksanaan atau biasa disebut sebagai kegiatan
operasional laboratorium. Dalam tahapan ini, ada beberapa hal yang perlu
dikondisikan agar kegiatan yang telah direncanakan dapat berjalan secara baik.
Kegiatan prakondisi ini memang diperlukan untuk memastikan tidak ada kendala
dalam pelaksanaan kegiatan praktikum atau lainnya. (Sari, 2013) Adapun hal – hal
yang perlu dikondisikan antara lain adalah:
1. Penataan tempat dan bahan praktikum sangat penting khususnya untuk mengecek
setelah praktikum dan untuk persiapan praktikum baru. Untuk bahan kimia
disediakan ruangan khusus dan ditata berdasarkan jenisnya asam/ basa didalam
rak. Untuk alat-alat praktek lainnya ditempatkan dalam loker dengan diberi kode
untuk masing-masing mata pelajaran.
2. Penataan administrasi kegiatan laboratorium
Penataan administrasi kegiatan laboratorium meliputi penataan agenda/jurnal
harian di tiap mata pelajaran, format laporan dan pengumpulannya, daftar
penilaian praktikum, prosedur peminjaman alat, dan pengarsipan surat keluar dan
masuk, dan tata tertib penggunaan laboratorium.
3. Pengamanan / perawatan peralatan.
Pengamanan dan perawatan peralatan yang ada di laboratorium merupakan satu
rangkaian kegiatan yang berlangsung saling terkait, selama ini kegiatan ini hanya
terbatas dilakukan oleh teknisi/laboran saja terutama pengamanannya, tapi ke
depan haruslah dimulai dengan menyadarkan secara adaministratif bahwa sebelum
dan sesudah pemakaian peralatan pembimbing praktikum benar-benar tahu
kondisi bahan dan peralatan yang telah dipakai, yang selama ini masih kurang.
Dengan demikian tanggungjawab masalah pengamanan dan perawatan peralatan
tidak terfokus pada petugas laboratorium saja, tapi juga merupakan
tanggungjawab bersama (mahasiswa, pembina). (Sari, 2013)

Evaluasi program kegiatan ini dilakukan untuk melihat sejauhmana tingkat


keberhasilan dan kendala yang dialami dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan
program. Evaluasi program kerja ini dapat disusun dalam bentuk laporan kegiatan
yang dibuat oleh kepala atau koordinator laboratorium setiap 6 bulan (1 semester) dan
disampaikan kepada penanggung jawab laboratorium. Laporan tersebut digunakan
sebagai rujukan untuk perencanaan kegiatan pada tahun berikutnya, supaya berjalan
dengan lebih baik. Dokumentasi Laboratorium Selanjutnya guna tertibnya
pengelolaan laboratorium diperlukan pengadministrasian yang benar.
Pengadministrasian laboratorium dimaksudkan adalah suatu proses pencacatan atau
inventarisasi fasilitas dan aktivitas laboratorium. Dengan pengadministrasian yang
tepat, semua fasilitas dan aktivitas laboratorium dapat terorganisir dengan sistematis.
Sistem pengadministrasian yang baik merupakan kunci dalam meningkatkan
kelancaran berbagai aspek pengelolaan laboratorium. Misalnya dalam merencanakan
pengadaan alat dan bahan, mengendalikan efisensi penggunaan anggaran,
memperlancar pelaksanaan praktikum, penyusunan laporan yang objektif, maupun
dalam mengawasi dan menjaga perangkat laboratorium. Mengingat laboratorium
merupakan investasi sektor pendidikan yang relatif mahal, sudah sewajarnya sistem
pengadministrasiannya harus dikelola dengan penuh tanggung jawab. Dokumentasi
laboratorium terdiri dari dokumen pengelolaan dan dokumen kegiatan laboratorium.
Dokumentasi pengelolaan laboratorium sebaiknya mengacu pada dokumen sistem
ISO yang telah diakui sebagai standar internasional yang digunakan oleh berbagai
laboratorium baik laboratorium pengujian, kalibrasi, produksi maupun laboratorium
pendidikan. (Sari, 2013)
Dokumen – dokumen yang diharapkan ada terdiri dari :
1. Panduan Mutu Panduan Mutu merupakan interpretasi standar mutu yang diacu
dari ISO, berisikan:
a. Visi dan misi
b. Struktur organisasi
c. Uraian jabatan (job description)
d. Kualifikasi jabatan
2. Prosedur Mutu Prosedur Mutu atau yang lebih dikenal dengan SOP (Standar
Operasional Prosedur) merupakan prosedur operasional yang dibuat sebagai
acuan dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan di laboratorium. Misalnya :
a. PM Peminjaman alat,
b. PM penelitian,
c. PM evaluasi praktikum dan lain – lain
3. Prosedur Pelaksanaan (Instruksi Kerja) Instruksi kerja merupakan panduan teknis
pelaksanaan kegiatan yang dibuat secara rinci dan detail. Contoh :
a. Instruksi Kerja Kegiatan Praktikum
b. Instruksi Kerja penggunaan alat dan bahan, dll
4. Formulir Rekaman Dokumentasi kegiatan laboratorium berupa semua dokumen
yang terkait dengan kegiatan praktikum dan pelaksanaannya. Dokumen yang
dimaksud antara lain :
a. Jadwal praktikum
b. Buku petunjuk praktikum
c. Laporan praktikum dan lain – lain Selain dokumen-dokumen diatas, masih
ada proses dokumentasi juga perlu dilengkapi dengan inventarisir peralatan
dan bahan laboratorium. Untuk memudahkan pemeriksaan alat dan bahan
laboratorium perlu dilakukan inventarisasi yang sistematik. Inventarisasi ini
dapat dibuat pada suatu buku atau secara komputasi sebagai daftar induk.
Hal-hal yang umum diperlukan pada inventarisasai mencakup:
1) Kode Alat/bahan
2) Nama alat/bahan
3) Spesifikasi alat/bahan (Merk, tipe, dan pabrik pembuat alat)
4) Sumber pemberi alat dan tahun pengadaannya
5) Tahun penggunaan
6) Jumlah atau kuantitas
7) Kondisi alat, baik atau rusak. (Sari, 2013)

F. PENGENDALIAN BAHAN DI LABORATORIUM


Pengendalian bahan kimia berbahaya adalah upaya atau kegiatan yang
dilakukan untuk mencegah dan mengurangi resiko akibat penggunaan bahan kimia
berbahaya ditempat kerja terhadap tenaga kerja, alat-alat kerja dan lingkungan. (R.I,
1999)
1) Penyediaan lembar data keselamatan bahan (LDKB) dan label.
Lembar data keselamatan bahan sebagaimana dimaksud meliputi keterangan
tentang :
a. identitas bahan dan perusahaan.
b. komposisi bahan.
c. identifikasi bahaya.
d. tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
e. tindakan penanggulangan kebakaran.
f. tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan.
g. penyimpanan dan penanganan bahan.
h. pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri.
i. sifat fisika dan kimia.
j. stabilitas dan reaktifitas bahan.
k. informasi toksikologi.
l. informasi ekologi.
m. pembuangan limbah.
n. pengangkutan bahan.
o. informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku.
p. informasi lain yang diperlukan.
2) Penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia. /PT
I. PENGEMASAN DAN PENEMPATAN BAHAN KIMIA
A. Pengemasan
Ada beberapa lenis kemasan atau botol yang dapat digunakan untuk
mengemas bahan kimia, misalnya botol plastik, botol berwarna coklat, botol
berwarna putih. Botol plastik hanya dapat digunakan untuk bahan padat.
Namun ada bahan cair yang memang sengaja harus diletakkan dalam botol
plastik berwarna hitam misalnya H2O2 Untuk kegiatan mahasiswa, sebaiknya
kita menyediakan dalamn jumlah yang terbatas atau dalam botol- botol kecil.
(Widjajanti, 2003).
B. Penempatan
Penempatan bahan-bahan kimia disusun secara alfabetik sehingga
mudah untuk dicari bahkan oleh orang yang pertamakali masuk ke
laboratorium tersebut. Bahan- bahan yang berbahaya sebaiknya diletakkan
dalam rak yang paling bawah. sehingga mudah untuk mengambil. Untuk
bahan kimia seperti (Widjajanti, 2003).
Semua bahan harus diberi label secara jelas. Untuk larutan sebaiknya
dicantumkan pula tanggal pembuatannva, dengan demikian kita akan segera
tahu larutan mana yang lebih lama dan itu yang digunakan dulu. (Widjajanti,
2003)
II. PENGELOMPOKAN MENURUT JENIS BAHAN KIMIA
Setiap bahan kimia memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda. Maka,
hal-hal harus menjadi diperhatian dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia
meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple
hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah
sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals),
inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information)
(Raharjo, 2017).
Pada bahan, pengurutan secara alfabetis akan tepat jika dikelompokkan
menurut sifat fisis dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya untuk
pengadministrasian (Widjajanti, 2003) Bahan kimia vang digunakan di
laboratorium wujudnya bermacam- macarn, yaitu gas cair dan padat, demikian
pula sifat fisikanya maupun sifat kirnianya. Secara umum bahan kimia dapat
dikelompokkan sebagai berikut (Raharjo, 2017):
a) Sifat racunnya
Bahan- bahan vang beracun diletakkan dan dikemas dalam kemasan bertanda
khusus sehingga pengguna langsung tahu dan berhati-hati dalam
menggunakannya. Contoh bahan ini rnisalnva sublimat, sianida, arsen dan
senyawanya, brom, phospor putih, zat radioaktif, hidrogen fluorida, air raksa dsb.
Setelah dikemas, maka bahan tersebut dapat diletakan di rak vang
khusus,sehingga tidak mudah diambil oleh sembarang orang. Dalam
laboratorium sebaiknva ditempel bagaimana cara menggunakan dengan benar
bahan – bahan berbahaya dan beracun, sehingga tidak terjadi kejadian yang tidak
diharapkan. Syarat penyimpanan:
1) ruangan dingin dan berventilasi
2) jauh dari bahaya kebakaran
3) dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
4) kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak
sedang
5) dipergunakan
6) disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan
b) Sifat korosifnya
Bahan korosif sebaiknya diletakkan jauh dari alat-alat atau instrumen terutama
alat-alat yang terbuat dari logam. Penyimpanan bahan korosif yang benar adalah
dalam lemari asam. Contoh bahan korosif misalnya asarn sulfat pekat, asam
nitrat pekat, asam klorida pekat dan amonia pekat, asam orthophosfat, dan asam
perklorat. Bahan korosif ada juga yang berbentuk padatan seperti NaOH, KOH,
CaO, AgNO3. Ada senyawa yang juga korosif terhadap jaringan tubuh manusia,
misalnya belerang dioksida dan klor. Maka kita harus berhari- hati terhadap
kegiatan yang menghasilkan gas ini. Syarat penyimpanan:
 Ruangan dingin dan berventilasi
 Wadah tertutup dan beretiket
 Dipisahkan dari zat-zat beracun.
c) Wujudnya
Berdasarkan wujudnya, bahan dikelompokkan menjadi tiga yaitu bahan padat,
bahan cair dan bahan gas. Penvimpanan yang baik adalah pengelompokan
menurut wujudnya. Contoh bahan ini adalah gas klor, gas oksigen, gas nitrogen.
Bentuk cair eter, toluen dan bentuk padat serbuk besi, zink, dan sebagainya.
d) Mudah tidaknya menguap
Bahan yang mudah menguap sebaiknya diletakkan di lemari asam, sehingga
uapnya akan langsung keluar ruangan dan tidak menyebar kemana- mana.
e) Mudah tidaknya terurai akibat cahaya langsung
Bahan yang mudah terurai bila kena cahaya harus dikemas dengan kemasan
khusus (botol hitam) dan diletakkan tersembunyi dari matahari atau cahaya.
f) Mudah tidaknya terbakar
Bahan kimia yang mudah terbakar harus diletakkan jauh dari sumber api atau
panas. Contohnya ialah eter, alkohol, dan metanol. Bahan kimia yang mudah
terbakar juga dibagi menjadi 3 golongan:
1) Cairan yang terbakar di bawah temperatur -4°C, misalnya karbon disulfida
(CS2), eter (C2H5OC2H5), benzena (C5H6, aseton (CH3COCH3).
2) Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -4°C-22°C, misalnya
etanol (C2H5OH), methanol (CH3OH).
3) Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 21°C-93,5°C, misalnya kerosin
(minyak lampu), terpentin, naftalena, minyak baker.
Syarat penyimpanan:
 Temperatur dingin dan berventilasi
 Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara
rokok
 Tersedia alat pemadam kebakaran
g) Bahan kirnia reaktif terhadap airBahan ini harus jauh dari tempat berair,
contohnva Na, logam halida, dan asarn sulfat. Syarat penyimpanan:
 temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi
 jauh dari sumber nyala api atau panas
 bangunan kedap air
 disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry powder)
h) Bahan yang mudah meledak
Contoh bahan kimia yang mudah meledak antara lain: ammonium nitrat,
nitrogliserin, TNT. Syarat penyimpanan:
 ruangan dingin dan berventilasi
 jauhkan dari panas dan api
 hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis
Banyak reaksi eksoterm antara gas-gas dan serbuk zat-zat padat yang dapat
meledak dengan dahsyat. Kecepatan reaksi zat-zat seperti ini sangat tergantung
pada komposisi dan bentuk dari campurannya. Kombinasi zat-zat yang sering
meledak di laboratorium pada waktu melakukan percobaan misalnya:
 natrium (Na) atau kalium (K) dengan air
 ammonium nitrat (NH4NO3), serbuk seng (Zn) dengan air
 kalium nitrat (KNO3) dengan natrium asetat (CH3COONa)
 nitrat dengan eter
 peroksida dengan magnesium (Mg), seng (Zn) atau aluminium (Al)
 klorat dengan asam sulfat
 asam nitrat (HNO3) dengan seng (Zn), magnesium atau logam lain
 halogen dengan amoniak
 merkuri oksida (HgO) dengan sulfur (S)
 Fosfor (P) dengan asam nitrat (HNO3), suatu nitrat atau klorat
i) Bahan Oksidator
Contoh: perklorat, permanganat, peroksida organik. Syarat penyimpana:
 temperatur ruangan dingin dan berventilasi
 jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara
rokok
 jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor
j) Bahan Reaktif Terhadap Asam
Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam menghasilkan gas yang mudah
terbakar atau beracun, contoh: natrium, hidrida, sianida. Syarat penyimpanan:
o ruangan dingin dan berventilasi
o jauhkan dari sumber api, panas, dan asam
o ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk
kantong- kantong hidrogen
o disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja
k) Gas bertekanan
Contoh: gas N2, asetilen, H2, dan Cl2 dalam tabung silinder. Syarat
penyimpanan:
 disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat
 ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari
 jauh dari api dan panas
 jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub
III. ADMINISTRASI DAN PENCATATAN PENGGUNAAN BAHAN
Dalam mengadministrasikan bahan kimia adalah menggunakan spesfikasi
bahan kimia yang diinformasikan yaitu nama-nama zat dalam bahasa Inggris,
rumus kimia, massa molekul (Mr), kemurnian, konsentrasi,massa/berat jenis
(BJ),Ujud, Warna, pabrik dan Kode Zat.

Inventarisasi Alat dan Bahan


Untuk memudahkan pemeriksaan alat dan bahan laboratorium perlu
dilakukan inventarisasi yang sistematik. Inventarisasi ini dapat dibuat pada
suatu buku atau secara komputasi sebagai daftar induk. Hal-hal yang
umum diperlukan pada inventarisasai mencakup:
a. Kode Alat/bahan
b. Nama alat/bahan
c. Spesifikasi alat/bahan (Merk, tipe, dan pabrik pembuat alat)
d. Sumber pemberi alat dan tahun pengadaannya
e. Tahun penggunaan
f. Jumlah atau kuantitas
g. Kondisi alat, baik atau rusak
Setiap alat / barang /bahan / zat yang masuk atau diterima di Madrasah,
baik yang berasal dari permintaan sekolah melalui usulan mapun yang
berasal dari bantuan (dropping) harus dicatat dalam daftar penerimaan
alat/bahan.
Selain daftar inventarisasi alat dan bahan, perlu pula dibuat kartu
alat/barang dan kartu bahan/zat. Kartu-kartu tersebut berfungsi untuk
menertibkan, mengendalikan dan sekaligus mengawasi penggunaan alat dan
bahan. Penanggung jawab laboratorium dapat melihat sejauhmana efektivitas
dan efisiensi penggunaan alat dan bahan berdasarkan kartu-kartu tersebut..
Contoh :

IV. KONDISI TEMPAT PENYIMPANAN


Dalam penyimpanan B3 harus diketahui sifat-sifat berbagai jenis bahan kimia
berbahaya, dan juga perlu memahami reaksi kimia akibat interaksi dari bahan-
bahan yang disimpan. Interaksi dapat berupa tiga hal yaitu :
1. Interaksi antara bahan dan lingkungannya.
Contoh: panas/percikan api yang dapat menimbulkan kebakaran dan ledakan
terutama untuk zat yang mudah terbakar dan mudah meledak seperti pelarut
organik dan peroksida.
2. Interaksi antara bahan dan wadah.
Contoh: Beberapa bahan kimia yang amat korosif, seperti asam sulfat, asam
khlorida, natrium hidroksida, dapat merusak wadahnya. Kerusakan ini
menyebabkan interaksi antar bahan sehingga menimbulkan reaksi-reaksi
berbahaya seperti kebakaran, ledakan atau menimbulkan racun.
3. Interaksi antar bahan.
Contoh: Interaksi antara zat oksidator dan reduktor dapat menimbulkan
ledakan dan kebakaran, sedangkan interaksi antara asam dan garam dapat
menimbulkan gas beracun. Oleh karena itu beberapa bahan yang mungkin
bereaksi harus dipisahkan dalam penyimpanannya. (Hatjanto, Suliyanto, &
Sukesi I, 2011)
Jenis/sifat Syarat Penyimpanan
Bahan beracun
1) Ruangan dingin dan berventilasi
2) Jauh dari sumber panas
3) Terpisah dari bahan kimia lain yang
reaktif
4) Tersedia alat pelindung diri seperti
masker, pakaian pelindung, sarung
tangan dan lain-lain.

Bahan korosif
1) Ruang dingin dan berventilasi
2) Wadah tertutup dan berlabel
3) Terpisah dari zat beracun
4) Tersedia alat pelindung diri seperti
sarung tangan, masker, kaca mata dan
lain-lain.

Bahan mudah terbakar


1) Ruang dingin dan berventilasi
2) Jauh dari sumber panas/api
3) Tersedia alat pemadam kebakaran

Bahan mudah meledak


1) Ruang dingin dan berventilasi
2) Jauh dari sumber panas/ api

Bahan oksidator
1) Ruang dingin dan berventilasi
2) Jauh dari sumber api/ panas dan
dilarang merokok
3) Jauh dari bahan reduktor dan mudah
terbakar

Bahan reaktif terhadap air


1) Suhu ruangan dingin, kering dan
berventilasi
2) Bangunan kedap air
3) Pemadam kebakaran yang tersedia
tidak menggunakan air seperti CO2,
Halon, Dry Powder

Bahan reaktif terhadap asam


1) Ruang dingin dan berventilasi
2) Jauh dari sumber api dan panas
3) Ruang penyimpanan perlu dirancang
agar tidak memungkinkan
terbentuknya kantong-kantong
hidrogen, karena reaksi dengan asam
akan terbentuk gas hidrogen yang
mudah terbakar.

Gas bertekanan
1) Disimpan dalam keadaan tegak/
berdiri dan terikat
2) Ruang dingin dan tidak terkena
langsung sinar matahari
3) Jauh dari api dan panas
4) Jauh dari bahan korosif yang dapat
merusak kran dan katup.

V. PENGATURAN BAHAN DALAM LEMARI / RAK


Pengaturan bahan, merupakan suatu proses pengaturan bahan di
laboratorium agar tertata dengan baik dan bila membutuhkannya kita dapat
mencarinya dengan mudah. (Nurul, 2019) Bahan-bahan kimia (Chemicals)
ditempatkan pada rak/lemari sesuai dengan sifatnya. Seperti bersifat basa
(alkalis), bersifat asam (aciditis), bersifat racun (toxic), bersifat korosif, mudah
terbakar, tidak mudah terbakar. Untuk bahan-bahan kimia yang bersifat asam dan
alkalis, sebaiknya ditempatkan pada ruang/kamar fume (untuk mengeluarkan
gas-gas yang mungkin timbul). Demikian juga untuk bahan-bahan yang mudah
menguap. Ruangan fume perlu dilengkapi fan, agar udara/uap yang ada dapat
terhembus keluar. Bahan-bahan kimia yang ditempatkan dalam botol berwarna
coklat/gelap, tidak boleh langsung terkena sinar matahari dan sebaiknya
ditempatkan pada lemari khusus. (Suyanta, 2010) Penempatan bahan- bahan
kimia disusun secara alfabetik sehingga mudah untuk dicari bahkan oleh orang
yang pertama kali masuk ke laboratorium tersebut. Bahan-bahan ; yang
berbahaya sebaiknya diletakkan dalam rak yang paling bawah. Sehingga mudah
untuk mengambil. Semua bahan harus diberi label secara jelas. Untuk larutan
sebaiknva dicantumkan pula tanggal pembuatannva, dengan demikian kita akan
segera tahu larutan mana yang lebih lama dan itu yang digunakan dulu. Bahan
kimia yang disimpan dalam lemari sebaiknya diurutkan berdasarkan abjad dan
gunakan nama yang seragam, misalnya natrium klorida, natrium sulfat, natrium
tiosulfat atau sodium chloride, sodium phosfat. Jadi jangan sampai ada dua istilah
untuk bahan yang sama hal ini dapat menyulitkan pengguna untuk mengambil
bahan kimia tersebut. Sebaiknya untuk bahan yang sama dibuat urut ke dalarn
lemari. Bahan yang sudah dibuka segelnya diletakkan di bagian depan agar
penggunaan atau pengambilan bahan terkontrol. Jadi kemasan yang terbuka
untuk bahan yang sama cukup satu. Untuk mcnata dalam lemari, label diletakan
dibagian depan agar mudah terbaca. Untuk memudahkan pengambilan scbaiknya
lemari dilengkapi dengan daftar atau skema tempat bahan diletakan. Pintu lemari
harus dapat dibuka dengan mudah. (Widjayanti, Endang 2003).
VI. PENGOLAAN BAHAN BUANGAN
Menurut (Undang Undang No. 23 Tahun 1997 dan Peraturan Pemerintah
No.18 Tahun 1999) Limbah laboratorium adalah sisa atau buangan/sampah yang
dihasilkan dari suatu proses atau kegiatan laboratorium yang kehadirannya pada
suatu saat dan tempat tertentu merugikan/merusak lingkungan dan tidak memiliki
nilai ekonomis
Bahan buangan setelah selesai kegiatan di laboratorium juga merupakan
masalah penting bagi setiap laboratorium. Laboratorium yang baik umumnya
dilengkapi dengan bak penampung limbah. Dengan dernikian pembuangan
limbah menjadi terkontrol. Pembuangan limbah yang baik dipisahkan antara
limbah padat dan limbah cair. (Endang Widjajanti LFX, 2003)
1. Untuk limbah padatpun sebaiknya dipisahkan antara limbah kertas, limbah
kaca, limbah plastik dan limbah organik atau bahan yang mudah busuk dan
limbah padat bahan kimia. Meskipun tempat pembuangan sampah telah
terpisah- pisah, namun kadang- kadang sulit untuk nrenentukan sampah akan
dibuang kemana, sebagai contoh setelah menyaring mengrunakan kertas
saring. Kertas saring tidak mungkin dibuang di tempat sampah kertas, tetapi
sebaiknya dibuang pada tempat sampah limbah bahan padat kimia.
2. Penampungan limbah cair berfungsi scbagai tempat perlakuan awal,
sebaiknya menggunakan bahan dari plastik karena tidak mudah korosi dan
cenderung kedap. Sebelum digunakan tempat penampung diisi dengan air
sekitar seperenam atau seperlima bagian yang berfungsi sebagai pengencer
limbah dan zeolit atau arang aktilsebagai adsorben. Sebaikrrya sebelum
penuh limbah sudah dibuang ke tempat pernbuangan akhir atau segera
dikosongkan selesai praktikum untuk mencegah terjadinya reaksi lanjutan di
antara bahan- bahan buangan. Penampung limbah dapat dibuat seperti 'water
treatment' setiap wadah dapat diisi dengan bahan pcngadsorp limbah,
misalnya zeolit, bentonit atau karbon atau penukar ion, sehingga limbah cair
'aman' dibuang di tempat pembuangan limbah cair. Adsorben bekas pakai
masih bisa didaur ulang atau diregenerasi beberapa kali. Bila telah digunakan
beberapa kali adsorben bekas pakai dapat dibuang bersama sampah bahan
kimia atau dikubur dalam tempat yang kedap. Jangan mengubur adsorben
bekas pakai langsung di tanah, karena bila ada air atau terendam air bahan
yang terserap dapat terdesorp atau keluar kembali, hal ini tentu lebih
berbahaya karena tidak terkontrol.
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan atas penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:


1. Bahan kimia adalah bahan yang terbuat dari bahan buatan atau sintetis (non
herbal) yang digunakan untuk menambahi atau menyempurnakan suatu produk
mentah menjadi produk jadi.
2. Laboratorium adalah suatu ruangan atau kamar tempat melakukan kegiatan
praktek atau penelitian yang ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat serta
adanya infrastruktur laboratorium yang lengkap (ada fasilitas air, listrik, gas dan
sebagainya).
3. Kegiatan manajemen bahan di laboratorium meliputi beberapa tahapan atau
langkah, yaitu: penqemasan dan penempatan, pengelompokan menurut jenis
bahan administrasi dan pencatatan penggunaan bahan
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Ratna (2013) MANAJEMEN LABORATORIUM


http://staffnew.uny.ac.id/upload/132309999/pengabdian/ppm-mandiri-smk-1-depok-
2013.pdf
Nurul (2019) Pengertian Manajemen Laboratorium adalah: Langkah, Fungsi, Tujuan
https://rocketmanajemen.com/manajemen-laboratoium/
Suyanta (2010) MANAJEMEN OPERASIONAL LABORATORIUM
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/suyanta-msi-dr/manajemen-lab.pdf
Widjayanti, Endang (2003) PENGELOLAAN BAHAN KIMIA
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131569340/pengabdian/ppm-pengelolaan.pdf secara
jelas. Untuk larutan sebaiknva dicantumkan pula tanggal pembuatannva, dengan
demikian kita
Arifin, M. & Barnawi. 2012. Manajemen Sarana & Prasarana Sekolah. Yogyakarta : ArRuzz
Media
Kurniadin, D & Machali, I. 2012. Manajemen Pendidikan Konsep & Prinsip Pengelolaan
Pendidikan. Jogjakarta : Ar-ruz Media.
WAHYUKAENI, T. (2005). MANAJEMEN LABORATORIUM KIMIA ORGANIK .
https://lib.unnes.ac.id/16788/1/1103503061.pdf.
Universitas Sumatra Utara .2014 .BAB II TINJAUAN PUSTAKA .Tersedia pada
https://www.academia.edu/32582403/BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA_2.1._Bahan_
Kimia_2.1.1._Defenisi. Diakses pada 15 Agustus 2019
Susilowati. 2012. ADMINISTRASI DAN INVENTARISASI ALAT LABORATORIUM
SAINS SEKOLAH. Tersedia pada :
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/susilowati-spdsi-
mpdsi/administrasi-dan-pengelolaan-laboratorium-ipa.pdf. Diakses pada 15 Agustus
2019
Drs. Riandi, M.Si. PENGELOLAAN LABORATORIUM. Tersedia
pada
:http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196305011988031-
RIANDI/Bahan_Kuliah/Pengelolaan_Laboratorium.pdf. Diakses pada 15 Agustus
2019

Anda mungkin juga menyukai