MARSHA KATILI
041671422
2022.2/UPBJJ BOGOR
A. Latar Belakang
Penerapan pengetahuan dan keterampilan yang menjadi modal utama
mahasiswa dalam proses pembelajaran merupakan suatu tuntutan langsung pada masa
modern ini. Mahasiswa diharuskan menjadi sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni
dan mampu bersaing di tengah masyarakat dan persaingan global. Universitas Terbuka
bermitra dengan Institut Teknologi Indonesia menyediakan sarana berupa laboratorium
yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas SDM mahasiswa Universitas
Terbuka. Dengan adanya sarana praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Pertanian Institut Teknologi Indonesia, mahasiswa dapat melaksanakan praktikum
dalam laboratorium secara langsung. Praktikum ini dapat menjadi gambaran yang baik
sebelum mahasiswa terjun langsung ke dalam industri maupun dalam penerapan ilmu
dan teknologi pangan yang telah didapatkan secara teori dalam perkuliahan.
B. Tujuan Praktikum
Berikut tujuan praktikum kimia dan analisis pangan:
1
C. Manfaat Praktikum
Berikut tujuan praktikum kimia dan analisis pangan:
2
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Kimia dan Analisis pangan
1. Kimia Pangan
Kimia Pangan adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur dan sifat kimia
berbagai komponen yang terkandung dalam bahan pangan seperti air, karbohidrat,
protein, minyak dan lemak, vitamin, cita rasa, enzim dan bahan tambahan pangan
dan perubahan- perubahannya selama penanganan pasca panen dan pengolahan
pangan. Kimia dan analisis pangan dapat dilakukan dalam suatu laboratorium kimia
karena memiliki cara kerja dan metode yang serupa.
2. Laboratorium Kimia
3
untuk memperoleh energy tersebut maka manusia harus mengkonsumsi makanan
yang berasal dari bahan pangan dengan berbagai kandungan zat gizi di dalamnya.
Melalui proses metabolism dalam tubuh akan dihasilkan energy yang digunakan
untuk beraktivitas dan menjalankan proses-proses kimiawi dalam tubuh manusia dan
selain itu zat gizi bagi manusia juga menentukan tingkat kesehatannya.
Bahan pangan pada umumnya tidak dikonsumsi dalam bentuk mentah, tetapi
sebagian diolah menjadi berbagai jenis dan bentuk makanan sehingga mudah
diterima secara sensoris oleh manusia. Tujuan pengolahan juga untuk
memperpanjang masa simpan bahan pangan tersebut oleh karena sebagian besar
bahan pangan bersifat mudah rusak. Bahan pangan mengalami penurunan mutu dari
sejak dipanen atau ditangkap hingga ketangan konsumen baik konsumen akhir
maupun antara untuk itu proses pengolahan bahan pangan harus dilakukan secara
tepat. Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau
metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan. Pangan merupakan kebutuhan
dasar manusia yang terpenting disamping papan, sandang, pendidikan, dan
kesehatan karena tanpa pangan tiada kehidupan dan tanpa kehidupan tidak ada
kebudayaan.
4
gelombang mikro, penyerapan gelombang sonik dan ultrasonik, dan metode
spektroskopi.
Kadar air pada bahan pangan dianalisis secara langsung dengan metode
pengeringan berbasis penimbangan (termogravimetri). Air dalam makanan yang
terikat secara fisik dapat menguap saat dipanaskan, meninggalkan bahan kering.
Selisih berat sampel dan bahan kering adalah berat air yang diuapkan, sehingga
diketahui kadar air bahan pangan. Analisis kadar air ini dapat dilakukan dengan
menggunakan metode pemanasan oven pada suhu 105°C untuk memastikan bahwa
air dalam makanan menguap. Metode pemanasan oven adalah metode yang
sederhana dan cepat, tetapi memiliki kelemahan bahwa makanan yang mudah
menguap juga dihitung sebagai kadar air.Metode lain yang dapat diterapkan adalah
metode distilasi (termovolumetri), metode kimia (Karl Fischer) dan metode fisik.
Analisis kadar air bahan dengan pengeringan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
berhubungan dengan jenis sampel, kondisi oven dan penanganan sampel kering.
Untuk mengatasi faktor-faktor yang mempengaruhi analisis air dengan cara
pengeringan, maka perlu dilakukan persiapan sampel yang akan diperiksa,
persiapan wadah pengering dan oven, dan persiapan penanganan sampel kering
oven.
5
abu. Caranya adalah dengan mendestruksi komponen organik contoh dengan suhu
tinggi di dalam tanur (furnace) pengabuan, tanpa terjadi nyala api sampai terbentuk
abu berwarna putih keabuan dan berat tetap (konstan) tercapai. Oksigen yang
terdapat di dalam udara bertindak sebagai oksidator. Oksidasi komponen organik
dilakukan pada suhu tinggi 550oC-600oC. Residu yang tertinggal ditimbang dan
merupakan total abu dari suatu contoh.pengabuan basah.
6
antara 4 sampai 6 jam untuk mencapai 5 – 6 sirkulasi. Pada penelitian ini analisis
lemak menggunakan perangkat alat ekstraksi mikro soxhlet sehingga untuk
mencapai 1 kali sirkulasi membutuhkan waktu yang lebih pendek. Mikro soxhlet
adalah seperangkat alat ekstraksi soxhlet berukuran kecil dimana volume labunya
25 - 50 ml dan volume ekstraktornya 10-15 ml.
7
amino terhubung membentuk rantai linear yang disebut ikatan peptida. Ikatan
peptida terbentuk antara gugus karboksil atau gugus amin dari asam amino
yangbersebelahan. Hasil analisis elementer berbagai macam protein menunjukkan
bahwa setiap molekul protein mengandung karbon (51-55%), nitrogen (6,5-7,3%),
oksigen (20-24%), hydrogen (15-18%), belerang (0-2%), dan fosfor(1-10%).
8
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1. Alat
Berikut alat praktikum kimia dan analisis pangan:
1. Bulb Filler D&N Germany 14. Buret 50 mL
2. Mantel pemanas 500 ml 15. Penyangga buret logam
3. Shakers VORTEX 16. Pipet volumetri 5 mL
4. Neraca analitik Ohaus Carat 17. Pipet volumetri 10 mL
Series 18. Pipet volumetri 25 mL
5. Tanur 19. Pipet Serologi 10 mL
6. Oven 20. Pipet tetes 5 mL
7. Desikator 21. Gelas ukur 100 mLpH Universal
8. Cawan Porselin 30 dan 60 mL Indicator
9. Gegep kayu 22. Corong kaca 100 mm
10. Gegep logam 23. Kertas saring Whatman Ashless
11. Labu Lemak 250 mL No. 42
12. Soxlet 250 mL 24. Batu didih
13. Erlenmeyer 250 mL 25. Refluks
2. Bahan
Berikut alat praktikum kimia dan analisis pangan:
1. Kacang Hijau
2. Kacang Kedelai
3. Air suling
4. HCl 0.01 N
5. NaOH 1N
6. H2SO4 Pekat UNIVAR 1 L
7. Indikator Phenol Pthalein
8. Larutan Luff Schoorl
9. Na2S2O3 0.1 N
10. Pereaksi N-HEXANE 95%, UNIVAR 2,5 L
9
B. Prosedur Kerja
Bahan pangan yang dipanaskan pada suhu didih air 105℃ selama 1-2 jam
dapat menguapkan air yang terkandung dalam bahan pangan. Selisish bobot bahan
pangan awal dan bobot setelah pemanasan dihitung sebagai kadar air bahan
pangan.
b) Diagram Alir
10
c) Perhitungan
Kadar abu pada bahan pangan dianalisis cara langsung melalui metode
pengabuan kering dengan mendestruksi komponen organik sampel dengan suhu
tinggi di dalam tanur pengabuan. Abu pada bahan pangan dianalisis sebagai residu
anorganik berupa mineral yang tersisa dari proses pengabuan sehingga dapat
diketahui kadar abu bahan pangan.
b) Diagram Alir
11
c) Perhitungan
b) Diagram Alir
12
c) Perhitungan
Bobot lemak
Kadar Lemak = x 100%
Bobot sample
Gula pereduksi yang dapat mereduksi larutan luff schoorl terukur, dititar
kelebihannya dengan Na2S2O3 dengan indikator amilum. Selisih volume titrasi yang
digunakan dari blanko dengan banyaknya volume titrasi dari sampel sebagai harga
kandungan gula reduksi dalam bahan. Penentuan kadar karbohidrat dapat
dinyatakan dalam tabel konversi antara gula pereduksi dengan karbohidrat
penyusun bahan tersebut.
b) Diagram Alir
13
Sampel Kacang Hijau
c) Perhitungan
mg gula pereduksi
Kadar karbohidrat = x faktor konversi x 100%
Bobot sampel
14
dititrasi dengan basa dengan indikator PP. Selisih volume titrasi yang digunakan dari
blanko dengan banyaknya volume titrasi dari sampel sebagai kadar nitrogen dalam
bahan. Penentuan kadar protein dapat dinyatakan dalam tabel konversi antara kadar
nitrogen dengan protein penyusun bahan tersebut.
b) Diagram Alir
Ditambahkan 15 mL H2SO4 pekat, 7.5 g K2SO4, batu didih dan air suling
Sampel didinginkan
Sampel dipindahkan ke labu takar dan ditambahkan air suling hingga 100 mL
Data penitaran dihitung dan dinyatakan sebagai kadar protein bahan pangan
c) Perhitungan
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
35.8824 − 35.7350
Kadar Air Simplo = x 100%
35.8824 − 33.8824
37.5658 − 37.4242
Kadar Air Duplo= x 100%
37.5658 − 35.5655
64.6745 − 64.6029
Kadar abu simplo (w/b )= x 100%
66.6987 − 64.6029
66.2582 − 66.2049
Kadar abu duplo (w/b) = x 100%
68.2085 − 66.2049
16
Rata-rata kadar abu (w/b) = 3.11 %
100
Kadar abu simplo (d/b)= 3.57% x x 100%
100 − 7.23%
100
Kadar abu duplo (d/b) = 2.66% x x 100%
100 − 7.23%
84.3529 - 84.2945
Kadar Lemak = x 100%
89.2960 - 84.2945
17
Volume titrasi sampel : 34.8 mL Tio 0.1N
20.0 53.0
21.0 56.0
21.2 x
= 56.62 mg/gram
56.62
Kadar Gula Pereduksi = x100%
2000
= 2.83%
18
5. Analisis Kadar Protein Bahan Pangan
Pengamatan analisis:
19
B. Pembahasan
Kadar air yang didapat pada sampel kacang-kacangan memiliki kadar air
yang rendah, dikarenakan beberapa kacang yang digunakan sebagai sampel
merupakan kacang yang kering. Analisis kadar air menggunakan perlakuan duplo
tetapi salah satu cawan terjadi pecah cawan sehingga tidak dapat diambil datanya
karena kesalahan tersebut.
Bahan yang digunakan adalah kacang hijau dan kacang kedelai. Sebelum
menimbang sampel, hal pertama yang dilakukan adalah memanaskan cawan
porselin kosong selama 30 menit. Cawan porselin yang digunakan dipanaskan
terlebih dahulu untuk menghindari penambahan bobot air yang terjerap pada cawan
porselin. Kemudian cawan didinginkan selama 15 menit dalam desikator.
20
Pendinginan dalam desikator dimaksudkan untuk menghindari adanya penyerapan
uap air karena bantuan silica gel dalam desikator. Setelah didinginkan, cawan
tersebut ditimbang sebagai berat awal dari cawan kosong. Setelah cawan kosong
ditimbang, dilakukan penimbangan sampel sebanyak 2 gram dan dimasukkan
kedalam cawan kosong. Kemudian cawan berisi sampel dipanaskan dalam tanur
dengan suhu bertahap agar cawan tidak pecah. Pada suhu 200-300℃ dilakukan
pengamatan dan tidak ada asap yang keluar. Dilakukan pemanasan sampai suhu
600℃. Setelah dipanaskan, sampel tersebut didinginkan dalam desikator sampai
sampel sudah benar-benar dingin. Lalu ditimbang dan dicatat sampai bobot tetap.
Kadar abu basah (wet base) didapat dari persentase kadar abu terhadap
bobot sampel awal dan kadar abu kering (dry base) didapat dari hasil selisih
kebalikan persentase terhadap kadar air bahan pangan. Kadar abu pada sampel
kacang hijau sebesar 3,36% dan pada kacang kedelai sebesar 14,21%.
21
Tio (Na2S2O3). Blanko diperlukan untuk menentukan penggunaan total penambahan
larutan Luff schoorl sehingga selisihnya merupakan jumlah larutan yang bereaksi
dengan gula pereduksi dari sampel.
Tabel konversi Luff schoorl dapat menghitung mg glukosa secara umum dan
didapatkan kadar karbohidrat yang tinggi pada sampel gula. Kacang kedelai
kelompok A mendapatkan hasil kadar gula pereduksi sebesar 2,72% dan kelompok
B sebesar 2,83%.
Kadar nitrogen dapat dikonversi dengan dasar bahwa nitrogen pada senyawa
protein pada bahan pangan (umumnya 6.25) dari 16% kandungan N pada protein
secara umum. Kadar protein pada sampel kacang kedelai dan kacang hijau memiliki
kadar yang cukup tinggi. Kacang kedelai sebesar 32,63% dan kacang hijau sebesar
27,40%. Sehingga kacang kedelai dan kacang hijau dapat menjadi sumber protein
nabati yang baik.
22
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pada analisis kadar air dengan sampel kacang-kacangan didapat hasil kadar
air pada kacang hijau sebesar 7.23% dan kacang kedelai sebesar 9.29%.
Pada analisis kadar karbohidrat dengan sampel gula didapat hasil kadar
karbohidrat pada gula kelapa sebesar 35.00% (34.89 mg glukosa), sari kurma
sebesar 82.50% (83.63 mg glukosa), dan gula aren sebesar 53.93% (54.80
mg glukosa).
B. Saran
Pada praktikum kimia dan analisis pangan tahun 2022 ini dapat dilaksanakan
dengan baik. Fasilitas yang diberikan dapat ditunjang dengan baik. Pada
pelaksanaan praktikum, sebaiknya tutor dapat berkeliling kepada setiap kelompok
untuk mendemonstrasikan tahap-tahap analisis yang baik, sehingga akan terjadi
minimnya kesalahan analisis dan pengulangan.
23
Daftar Pustaka
Nadia, Lula. 2010. PANG4423 – Praktikum Kimia dan Analisis Pangan. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.
24
Lampiran
25
26
27
28
29
30
31