Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN

Praktikum Mikrobiologi dan Sanitasi Pangan / PANG4422

Andreas Chandra

021147024

2019.1 / Jakarta

Program Studi S1 Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Terbuka

April – 2019

Serpong
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dewasa ini, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dalam


pangan masih kurang karena banyak dari mereka tidak mementingkan hygiene atau
kebersihan dalam pangan tersebut sebelum dikonsumsi. Banyak dari masyarakat malas untuk
mencuci tangan sebelum makan agar mikroorganisme tidak banyak terkontaminasi ke dalam
pangan.
Mikroorganisme merupakan salah satu dari makhluk hidup yang menempati lingkungan
terutama pangan dalam segala aktivitasnya walaupun tidak dapat terlihat dalam bentuk sel
tunggalnya tetapi dapat di lihat dalam bentuk koloninya (populasinya) dengan mata telanjang.
Mikroorganisme tersebut dapat menempati berbagai tempat dan media seperti permukaan
pangan, bahkan di dalam pangan tersebut yang dapat menunjang hidup mikroorganisme
tersebut.
Kontaminasi mikroorganisme dapat terjadi setiap saat yang terkadang tidak disertai
dengan keberadaannya. Oleh karena itu uji mikrobiologi dan sanitasi pangan sangat perlu
diketahui terutama bagi mereka yang akan bekerja dalam bidang mikrobiologi atau
pengolahan pangan dalam industri.

I.2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui perbedaan pangan yang rusak
dan tidak rusak serta mampu mengidentifikasi mikroorganisme penyebabnya dan menerapkan
prinsip – prinsip sanitasi pangan sebagai pencegahannya.

I.3. Manfaat Praktikum

Dengan diadakannya penelitian ini, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan


manfaat untuk:
a. Bidang ilmu pendidikan, terutama pendidikan biologi dapat digunakan sebagai
bahan pembelajaran laboratorium, terutama pembelajaran mikrobiologi.
b. Peneliti, dapat digunakan sebagai latihan dalam menyusun karya ilmiah lainnya.
c. Ilmu pengetahuan, dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian
selanjutnya
d. Masyarakat, memberikan informasi kepada masyarakat tentang bahan-bahan yang
mudah ditumbuhi oleh bakteri.
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Mikrobiologi Pangan

Mikrobiologi dalam bahasa Yunani diartikan mikros yang berarti kecil, bios yang artinya
hidup, dan logos yang artinya kata atau ilmu. Mikrobiologi merupakan suatu istilah luas yang
berarti studi tentang mikroorganisme, yaitu organisme hidup yang terlalu kecil untuk dapat
dilihat dengan mata telanjang dan biasanya bersel tunggal (Budiyanto, 2002:1). Mikrobiologi
dalam konteks pembagian ilmu modern mencakup studi tentang bakteri (bakteriologi), jamur
(mikologi), dan virus (virologi) (Budiyanto, 2002:1).

Mikrobiologi pangan adalah salah satu cabang mikrobiologi yang mempelajari bentuk,
sifat, dan peranan mikroorganisme dalam rantai produksi pangan baik yang menguntungkan
maupun yang merugikan seperti kerusakan pangan dan penyebab penyakit bawaan pangan
(Sopandi dan Wardah, 2014:2). Rantai produksi pangan yang dimaksud diatas adalah sejak
pemanenan, penangkapan, penyembelihan, penanganan, penyimpanan, pengolahan,
distribusi, pemasaran, penghidangan hingga pangan siap untuk dikonsumsi. Bidang
mikrobiologi pangan sebelum tahun 1970 dikenal sebagai suatu aplikasi ilmu yang terlibat
dalam kontrol kualitas mikrobiologis pangan. Bidang mikrobiologi pangan tidak hanya
menyangkut aspek mikrobiologi kerusakan, penyakit bawaan, dan kontrol efektif pengolahan
pangan, tetapi juga menyangkut informasi dasar ekologi, fisiologi, metabolisme, dan genetika
mikroba (Sopandi dan Wardah, 2014:2).

Kelompok mikroorganisme dalam pangan terdiri atas beberapa spesies dan strain
bakteri, khamir, kapang, dan virus yang berperan penting dalam pangan karena
kemampuannya. Kemampuan tersebut menyebabkan kerusakan dan penyakit bawaan pangan,
serta digunakan untuk produksi pangan dan aditif pangan. Menurut Sopandi dan Wardah
(2014:15) di antara 4 kelompok mikroorganisme pangan, bakteri merupakan kelompok
terbesar. Hal itu disebabkan karena bakteri dapat berada di hampir semua jenis pangan
dengan laju pertumbuhan yang tinggi, bahkan pada pangan yang tidak dapat ditumbuhi oleh
khamir dan kapang. Bakteri juga merupakan kelompok mikroorganisme paling penting yang
menyebabkan kerusakan pangan dan menimbulkan penyakit bawaan pangan (Sopandi dan
Wardah, 2014:16).

Bahan makanan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Bahan
makanan merupakan medium pertumbuhan yang baik bagi berbagai macam mikroba. Mikroba
dapat membusukkan protein, memfermentasikan karbohidrat, dan menjadikan lemak atau
minyak berbau tengik. Keberadaan mikroba pada makanan ada yang tidak berbahaya bagi
kehidupan manusia, beberapa mikroba mengakibatkan kerusakan pangan, menimbulkan
penyakit, dan menghasilkan racun. Mikroba dapat juga menguntungkan, misalnya
menghasilkan produk-produk makanan khusus (Waluyo, 2007).
Mikroba dalam makanan mendatangkan kerugian, bila kehadirannya merubah nilai
organoleptik yang tidak dikehendaki, menurunkan berat atau Universitas Sumatera Utara
volume, menurunkan nilai gizi, merubah bentuk dan susunan senyawa, serta menghasilkan
toksin membahayakan. Karena itu, sejak bahan baku, selama proses, selama penyimpanan
selalu diusahakan untuk tidak dikenai mikrobamikroba yang merugikan. Kerusakan yang paling
umum terjadi pada bahan makanan adalah pembusukan (Waluyo, 2007).

II.2. Sanitasi Pangan

Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan kegiatan pada
usaha kesehatan lingkungan hidup manusia (Widyati, 2002). Sanitasi adalah upaya kesehatan
dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya
menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah
untuk mewadahi sampah agar tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).

Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
subyeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan
tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, serta membuang bagian makanan
yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan (Depkes RI, 2004).

Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat
kaitannya. Misalnya hygiene sudah baik karena mau mencuci tangan, tetapi sanitasinya tidak
mendukung karena tidak cukup tersedia air bersih, maka mencuci tangan tidak sempurna
(Depkes RI, 2004).

Sanitasi makanan merupakan upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan


keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia
(Chandra, 2006). Sedangkan menurut Oginawati (2008), sanitasi makanan adalah upaya
pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan berkembang biaknya jasad renik
pembusuk dan patogen dalam makanan yang dapat merusak makanan dan membahayakan
kesehatan manusia.

Sanitasi makanan adalah untuk mencegah kontaminasi makanan dengan zatzat yang
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan diperlukan penerapan sanitasi makanan. Sanitasi
makanan adalah usaha untuk mengamankan dan menyelamatkan makanan agar tetap bersih,
sehat dan aman (Ricki M. Mulia, 2005).
III. METODE PRAKTIKUM

III.1. Bahan dan Alat

III.1.1.1. Morfologi Bakteri (20 April 2019)


a. Contoh Bakteri
b. Jarum Ose
c. Mikroskop

III.1.1.2. Morfologi Kapang (20 April 2019)


a. Contoh Kapang
b. Jarum Ose
c. Mikroskop, gliserol 10%

III.1.1.3. Morfologi Khamir (20 April 2019)


a. Contoh Khamir
b. Pewarna biru metilen
c. Jarum Ose
d. Mikroskop

III.1.1.4. Teknik Isolasi Mikroba (21 April 2019)


a. 3 tabung PCA cair (15 ml)
b. Mikroba yang diisolasikan
c. 2 cawan agar EMB (Eosin Methylene Blue)
d. 2 cawan APDA (Acidified Potato Dextrose Agar)
e. 2 tabung agar miring PCA
f. 3 cawan petri steril
g. Jarum Ose
h. Gelas objek
i. Gelas penutup
j. Panci berisi air mendidih inkubator 30 – 32oC

III.1.1.5. Pewarnaan Bakteri (20 April 2019)


a. Contoh Bakteri
b. Larutan Violet Kristal
c. Larutan Yodium gram (Lugol) Alkohol 95%
d. Larutan Safranin
e. Larutan malachite green (hijau malasit)
f. Gelas objek
g. Jarum Ose
h. Mikroskop
III.1.1.6. Uji Sanitasi Ruangan dan Alat Pengolahan (21 April 2019)
a. 2 cawan Plate Count Agar (PCA)
b. 1 cawan PCA (diameter 5 – 6 cm, diisi penuh dan ditempatkan tanpa tutup
dalam cawan petri 10 cm bertutup)
c. 5 ml larutan pengencer
d. 20 atau 100 ml larutan pengencer
e. 80 ml PCA cair
f. 1 batang pengoles
g. 4 cawan petri
h. 2 pipet 1 ml
i. Inkubator 30 – 32oC

III.1.1.7. Uji Sanitasi dan Hygiene Pekerja (21 April 2019)


a. Autoklaf
b. Inkubator
c. Cawan petri
d. Erlenmeyer 250 ml
e. Oven
f. Sabun mandi (tanpa antiseptik)
g. sabun antiseptik
h. Media Plate Count Agar (PCA)
i. Staphylococcus 110
j. Endo Agar

III.1.1.8. Uji Mikrobiologi Pada Air Untuk Pengolahan (21 April 2019)
a. Contoh air
b. 3 tabung Lactose Broth (double strength) @ 10 ml + tabung Durham
c. 6 tabung Lactose Broth (single strength) @ 10 ml + tabung Durham
d. 12 tabung Lactose Broth (single strength) @ 10 ml + tabung Durham
e. 12 agar cawan EMB (Eosin Methylene Blue) Agar
f. 1 tabung Litmus Milk
g. 2 tabung Tryptone Broth
h. 2 tabung Proteose Broth (Medium MR – VP)
i. 2 tabung Koser Citrate Medium
j. 2 tabung pengencer @ 5 ml
k. 1 tabung pengencer @ 9 ml
l. Pereaksi Kovac
m. Pewarna metil merah
n. Larutan 5% alfa – naftol
o. Larutan 40% KOH Pewarna Gram
III.1.1.9. Uji Mikrobiologi Pada Telur (28 April 2019)
a. Contoh telur
b. 100 ml PCA cair
c. 1 botol larutan pengencer 90 ml
d. 1 tabung larutan pengencer 9 ml
e. Bahan – bahan pewarnaan gram
f. 6 cawan petri steril
g. Gelas objek
h. Kartu penolong DMC
i. Pipet Breed
j. Jarum Ose
k. Mikrometer
l. Pipet
m. Mikroskop
n. Inkubator 30 – 32oC dan 37oC

III.1.1.10. Uji Mikrobiologi Pada Susu dan Produk Olahan Susu (27 April 2019)
a. Contoh susu
b. 100 ml PCA (Plate Count Agar) atau APDA (Acidified Potato Dextrose Agar,
pH +/- 3,5)
c. 1 – 2 tabung larutan pengencer @ 9 ml
d. 1 botol larutan pengencer 90 ml (kecuali untuk susu pasteurisasi), Larutan
biru metilen (Levowitz – Weber), Larutan biru metilen tiosianat dan Larutan
resazurin
e. Gelas objek
f. Kartu penolong DMC
g. Piper Breed
h. Jarum Ose
i. Mikrometer
j. Mikroskop
k. 2 – 3 tabung reaksi steril bertutup alit (screw cap)
l. 1 tabung reaksi steril berukuruan besar (untuk es krim dan mentega)
m. 4 – 6 cawan petri steril
n. Pipet 1 ml dan 10 ml steril
o. Inkubator 30 – 32oC dan suhu kamar
p. Penangas air 36oC dan 45oC

III.1.1.11. Uji Mikrobiologi Daging (27 April 2019)


a. Bahan daging
b. 100 ml PCA cair
c. 100 ml agar VRB (Violet Red Bile) cair
d. 2 tabung berisi 5 ml air steril
e. 7 tabung larutan pengenceran dan 9 ml bahan – bahan pewarnaan gram
f. Larutan H2O2 3%
g. 12 cawan petri steril
h. 2 batang pengoles
i. Pipet – pipet 1 ml
j. Gelas objek
k. Inkubator 20 – 22oC
l. Mikroskop

III.1.1.12. Uji Mikrobiologi Sayuran (28 April 2019)


a. Contoh sayuran
b. 40 ml PCA cair
c. 25 ml larutan pengencer dala Erlenmeyer
d. 1 tabung Litmus Milk
e. 1 agar cawan Skim Milk Agar (SMA)
f. 1 agar cawan Starch Agar (SA)
g. 1 agar cawan MacConkey/Violet Red Bile (VRB) Agar
h. 1 agar cawan Azide Dextrose Agar (ADA)
i. 1 agar cawan Dextrose Tryptone Bromcresol Purple Agar (DTBPA)
j. Larutan yodium (Lugol)
k. 4 cawan petri steril
l. Pipet 1 ml, pisau/gunting dan pinset
m. Jarum Ose
n. Inkubator 30 – 32oC

III.1.1.13. Uji Mikrobiologi Makanan Kaleng (27 April 2019)


a. Satu makanan kaleng yang terlihat
b. 2 tabung Litmus Milk
c. 2 tabung Nutrient Broth
d. 4 tabung Thioglycolate Medium dan 2 tabung Sulfite Agar Cair
e. 100 ml DTBPA (Dextrose Tryptone Brom Cresol Purple Agar) cair, Nutrient
Agar Cair atau parafin cair
f. 10 ml larutan pengencer bahan – bahan pewarnaan gram
g. 6 cawan petri steril
h. 1 gelas piala 50 ml dan pipet 1 ml
i. Gelas objek
j. Timbangan
k. Spatula/sendok, mikroskop, inkubator 30oC dan 55oC

III.1.1.14. Uji Pengaruh Bahan Pengawet Pada Pertumbuhan Mikroba (28 April 2019)
a. 4 tabung reaksi steril
b. Larutan benzoate 2%
c. Pipet 1 ml dan 10 ml
d. Penangas 63oC
e. Incubator suhu kamar

III.2. Diagram Alir

III.2.1.1. Morfologi Bakteri

Buatlah preparat basah dari kapang yang tumbuh pada


biakan murni menggunakan ose yang telah dipijarkan

Gambarlah struktur kapang di bawah mikroskop

III.2.1.2. Morfologi Kapang

Buatlah preparat basah dari kapang yang tumbuh


pada biakan murni menggunakan ose yang telah
dipijarkan dan gliserol 10%

Gambarlah struktur kapang di bawah mikroskop

III.2.1.3. Morfologi Khamir

Buatlah preparat basah dari khamir yang tumbuh Buatlah film tipis dari suspensi pada gelas objek
pada biakan murni menggunakan ose yang telah
dipijarkan

Biarkan mongering, kemudian difiksasi di atas api


Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran perlahan - lahan
400 kali dan 1000 kali

Teteskan larutan biru metilen, biarkan mongering


selama 2 menit, kemudian cuci dengan air kran
Sisa air kran diserap dengan kertas saring, dan yang mengalir sampai air buangannya tidak
amati di bawah mikroskop bewarna biru lagi
III.2.1.4. Teknik Isolasi Mikroba

Metode Gores Metode Ruang Metode Sebar

Pijarkan Loop yang Suspensi contoh Suspensi contoh


akan digunakan dituang 1 ml ke disebar 0,1 ml ke
dalam media dalam media

Suspensi contoh
diambil dan Inkubasikan cawan Inkubasikan cawan
digoreskan dengan pada posisi terbalik pada posisi terbalik
cara goresan pada suhu 30 – 32oC pada suhu 30 – 32oC
kuadran selama 24 jam selama 24 jam

Inkubasikan cawan Buat Preparat Basah


Buat Preparat Basah
pada posisi terbalik
pada suhu 30 – 32oC
selama 24 jam Periksa di bawah Periksa di bawah
mikroskop mikroskop
perbesaran 1000x perbesaran 1000x
Pililah salah satu
koloni koliform,
kapang dan khamir Pengamatan Pengamatan
pada agar EMB dan
ADPA

Buat Preparat Basah

Periksa di bawah
mikroskop
perbesaran 1000x
dan 400x

Pengamatan
III.2.1.5. Pewarnaan Bakteri

Biakan Cair Biakan Padat

Beri 2 massa ose suspensi di Beri 2 massa NaCl suspensi di


atas kaca objek atas kaca objek

Ulaskan suspensi biarkan di atas Campurkan bakteri dengan NaCl.


kaca objek Ulaskan di atas kaca objek

Keringkan sebentar di udara

Fiksasi di atas api (lalukan api beberapa kali )

Tuang Kristal Violet, diamkan 1 menit

Cuci sebentar

Larutkan Lugol, diamkan 1 menit lalu cuci dengan air

Cuci dengan alcohol, diamkan 30 detik

Cuci dengan air

Larutan Safranin, diamkan 30 detik

Cuci dengan air

Keringkan

Pengamatan
III.2.1.6. Uji Sanitasi Ruangan dan Alat Pengolahan

Uji Sanitasi Ruang Uji Sanitasi Alat

Media PCA (dibuka Pengambilan mikroba pada


selama 10 menit) permukaan alat seluas 4 cm2
dengan batang pengoles yang sudah
dibasahi dengan 5 ml larutan
pengencer steril (lakukan olesan ke
kiri dan ke kanan masing – masing 3
Di dalam Ruang I, kali)
Di luar
Ruang II dan Ruang
Laboratorium
Laboratorium
Mikrobiologi
Batang pengoles direndam dalam
larutan pengencer yang sebelumnya
telah digunakan

Pengamatan

Dari suspense olesan dibuat


pengenceran sampai 10-2

Pemupukan dibuat dari


pengenceran 10-1 dan 10-2, masing –
masing 2 cawan (duplo) untuk
setiap pengenceran pada media PCA

Inkubasi 24 jam pada suhu ruang

Hitung jumlah koloni per cawan


untuk menentukan jumlah koloni
per ml suspensi olesan
III.2.1.7. Uji Sanitasi dan Hygiene Pekerja

Tanpa pencucian Pencucian tangan Pencucian tangan dengan Pencucian tangan dengan
tangan tanpa sabun sabun biasa sabun antiseptik

Cuci tangan selama 15 Cuci tangan selama 15


Tempelkan kelima Cuci tangan selama 15
detik di bawah air detik di bawah air hangat
jari tangan kanan detik di bawah air hangat
hangat, keringkan dengan sabun biasa,
pada 3 buah agar dengan sabun antiseptik,
dengan tisu keringkan dengan tisu
cawan yang berisi keringkan dengan tisu
masing – masing
PCA, Staphylococcus Tempelkan kelima jari
Tempelkan kelima jari Tempelkan kelima jari
110 dan Endo Agar tangan kanan pada 3
tangan kanan pada 3 tangan kanan pada 3 buah
buah agar cawan yang buah agar cawan yang
agar cawan yang berisi
berisi masing – masing berisi masing – masing
masing – masing PCA,
Lakukan hal yang PCA, Staphylococcus 110
PCA, Staphylococcus Staphylococcus 110 dan
sama untuk kelima dan Endo Agar
110 dan Endo Agar Endo Agar
jari tangan kiri anda

Balikan ke enam buah Balikan ke enam buah Balikan ke enam buah


Balikan ke enam
cawan petri dan cawan petri dan simpan cawan petri dan simpan
buah cawan petri
simpan dalam dalam incubator 30oC dalam incubator 30oC
dan simpan dalam
incubator 30oC selama selama 24 jam selama 24 jam
incubator 30oC
24 jam
selama 24 jam

Pengamatan Pengamatan

Pengamatan Pengamatan kelima jari tangan kanan


pada 3 buah agar cawan
kelima jari tangan
yang berisi masing –
kanan pada 3 buah
masing PCA,
agar cawan yang berisi
Staphylococcus 110 dan
masing – masing PCA,
Endo Agar
Staphylococcus 110
dan Endo Agar
III.2.1.8. Uji Mikrobiologi Pada Air Untuk Pengolahan

Siapkan serangkaian peralatan teknik membrane filter

Masukkan 100 ml contoh (menggunakan gelas ukur


steril) ke dalam sterifil holder steril yang sebelumnya
telah dipasang membrane filter

Gunakan vakum/pompa pengisap manual untuk


menyaring contoh melalui membrane, sehingga
proses penyaringan contoh air yang terdapat dalam
sterifil funnel akan tersedot melalui membrane filter
ke dalam sterifil receiver flask

Bilas seluruh permukaan sterifil funnel dengan


akuades steril yang jumlahnya sama dengan jumlah
contoh yang disaring, dan saring cairan pembilas

Setelah proses penyaringan selesai, membrane


dipindahkan dengan pinset steril ke permukaan media
Endo Agar dalam cawan petri yang telah disiapkan
sebelumnya (usahakan jangan ada gelembung udara
di bawah membrane)

Inkubasikan cawan petri dalam posisi terbalik dalam


incubator pada suhu 36oC, selama 24 jam

Lakukan sekali lagi dengan cara yang sama, hanya


inkubasikan cawan petri pada suhu 44,5oC

Hitung jumlah koloni yang bewarna merah gelap atau


hijau metalik yang berukuran 0,5 mm atau lebih pada
filter, yang masing – masing menyatakan jumlah
bakteri Coliform atau E. Coli per 100 ml contoh
III.2.1.9. Uji Mikrobiologi Pada Telur

Pencucian

Perendaman alcohol 70% selama 10 menit

Penirisan

Pengeluaran isi telur (dikocok)

Pemupukan duplo dengan media PCA


sampai 10-3

Inkubasi pada suhu ruang selama 24 jam

Pengamatan dan perhitungan dengan


metode SPC
III.2.1.10. Uji Mikrobiologi Pada Susu dan Produk Olahan Susu

Metode DMC Uji Metilen Biru

1 ml Metilen Biru + 10 ml susu (36oC)


Pengukuran diameter areal pandang =
2 mm (perbesaran lemah)

Percampuran
Pembuatan film 1 ose

Tabung reaksi dibalik, jangan


Dikeringkan dikocok

Fiksasi Diamkan dalam penangas air


36oC

Pewarnaan dengan metilen biru,


Pengamatan perubahan warna
diamkan 2 menit
setiap 30 menit sampai 4/5
bagian susu bewarna putih
Keringkan

Bilas air

Keringkan

Hitung rata-rata jumlah sel per areal


pandang
III.2.1.11. Uji Mikrobiologi Daging

Dengan menggunakan batang pengoles (swab) steril,


misalnya cotton bud; mikroba pada permukaan daging
seluas 4 cm2 (2 cm x 2 cm) diambil dengan cara
mengoleskan batang pengoles yang sudah dibasahi
dengan 5 ml larutan pengencer steril, ke kiri dan ke kanan
masing – masing sebanyak tiga kali pada luas permukaan 4
cm2. Cara ini dapat dilakukan dengan membuat cetakan
penolong seluas 2 cm x 2 cm yang terbuat dari aluminium
foil steril

Batang pengoles direndam dalam larutan pengencer yang


sebelumnya telah digunakan untuk membasahi batang
pengoles tersebut

Dari suspense olesan, dibuat pengenceran sampai 10-3

Pemupukan dibuat dari pengenceran 10-2 dan 10-3, masing


– masing 2 cawan (duplo) untuk setiap pengenceran pada
media PCA dan VRBA

Setelah diinkubasi pada suhu ruang, selama 24 jam,


dihitung jumlah koloni per cawan, untuk menentukan
jumlah koloni per ml suspensi olesan
III.2.1.12. Uji Mikrobiologi Sayuran

Sayuran segar Sayuran busuk

Sayuran daun dipotong secara aseptic seluas Bagian sayuran yang busuk diambil menggunakan
2 cm x 2,5 cm , menggunakan pinset dan jarum ose yang telah dipijarkan
gunting yang terlebih dahulu sudah
dicelupkan ke dalam alcohol dan dipijarkan
Digoreskan pada ½ bagian dari 4 cawan yang
masing – masing berisi medium:
Potongan tersebut dicelupkan ke dalam labu
Erlenmeyer yang berisi 25 larutan NaCl  Skim Milk Agar
0,85% dan dikocok; tanpa pengenceran  Starch Agar
 Violet Red Bile Agar (VRBA)
 Dextrose Trypton Bromcresol Purple Agar
Inokulasi 1 ml dan 0,1 sampel masing – (DTBPA)
masing ke dalam 2 cawan media PCA
(metode tuang) Setengah bagian dari masing – masing cawan
tidak diinokulasi, sebagai kontrol

Inokulasi 0,1 ml sampel ke dalam tabung


berisi Litmus Milk
Inkubasi suhu ruang 24 jam; 30 – 32oC

Inkubasi suhu ruang 24 jam; 30 – 32oC Pengamatan

Pengamatan Total Mikroba per cm2


permukaan

Pengamatan Penggumpalan Litmus Milk,


dan mungkin pembentukan gas
III.2.1.13. Uji Mikrobiologi Pada Makanan Kaleng

Kaleng Normal Kaleng Rusak

Pencucian kaleng Pencucian kaleng

Pengambilan sampel
Pengambilan sampel (sampel padat 10g +
(sampel padat 10g + akuades steril 10g;
akuades steril 10g; sampel cair langsung
sampel cair langsung dianalisis); pengenceran
dianalisis); tanpa sampai 10-3
pengenceran

Inokulasi 1 ml sampel
Inokulasi 1 ml sampel ke dalam 4 media yang
ke dalam 4 media yang masing – masing berisi:
masing – masing berisi:
 Sulfit Agar
 Litmus Milk  Thioglycolate +
 Thioglycolate + NA
NA  Nutrien Broth
 Nutrien Broth  DTBPA
 DTBPA

Inkubasi suhu ruang 24


Inkubasi suhu ruang 24
jam; 55oC (duplo)
jam; 55oC (duplo)

Pengamatan Pengamatan
III.2.1.14. Uji Pengaruh Bahan Pengawet Pada Pertumbuhan Mikroba

Persiapan sampel, 4 tabung berisi 9 ml sari buah

Penambahan 0; 0,2; 0,5 dan 1,0 ml larutan benzoate 2%


(konsentrasi benzoate 0; 0,4; 0,1 dan 0,2%)

Letakan di penangas air pada suhu 63oC selama 30 menit

Inkubasi suhu ruang, 3-7 hari

Pengamatan (apakah terjadi kekeruhan?)


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bakteri E. Coli Bakteri Subtilis

Morfologi bakteri yaitu:


 Panjang bakteri berkisar antara 0,5 – 10 mikrometer
 Lebar bakteri berkisar antara 0,5 – 2,5 mikrometer tergantung jenisnya
 Secara luas terdapat di lingkungan udara, air dan tanah
 Variasi bakteri atau koloni bakteri dipengaruhi oleh arah pembelahannya, umur dan
syarat pertumbuhan tertentu misalnya makanan, suhu dan lingkungan
 Secara mikroskopik, bentuk bakteri dibagi menjadi 3, yaitu: cocci, bacilli, spirilli
 Contoh bakteri: Bacillus Subtilis dan E. Coli

Morfologi kapang yaitu:

 Miselium merupakan kumpulan beberapa filament yang disebut hifa. HIfa terdiri dari
hifa vegetative dan hifa reproduktif
 Berdasarkan struktur hifanya, kapang dibedakan menjadi aseptat dan septat hifa.
Aseptat (coenocytic hypha) adalah hifa yang tidak memiliki dinding sekat
(septet/septum). Septat hifa (hifa bersekat) dengan 2 jenis yaitu sel – sel uninukleat (1
inti) dan multinukleat (lebih dari 1 inti). Septat membagi ruang – ruang berisi 1 inti atau
lebih dan pada tiap sekat terdapat pori – pori yang memungkinkan perpindahan inti dan
sitoplasma dari satu ruang ke ruang lainnya.
 Contoh kapang: Rhizopus dan Mucor pada tempe

Saccharomyces

Morfologi khamir yaitu:

 Tidak berflagella
 Umumnya panjang khamir antara 5 – 30 mikrometer lebih dan lebar antara 1 – 5
mikrometer
 Ukuran dan bentuk sel khamir bermacam – macam tergantung perbedaan umur dan
kondisi lingkungan selama pertumbuhan
 Bentuknya bulat, oval, silinder, ogival, segitiga melengkung (triangular), berbentuk
botol, berbentuk lemon, membentuk pseudomiselium dan lain – lain
 Contohnya: Debaromyces (berbentuk bulat), Saccharomyces (berbentuk oval),
Brettanomyces (berbentuk ogival), Trygonopsis (berbentuk triangular)
Pada teknik isolasi mikroba yang dilakukan oleh kelompok 1 dengan metode gores tanpa
pengenceran, dihasilkan bahwa mikroba tumbuh pada goresan dengan ciri – ciri berwarna krem
dengan panjang (+/- 1,1 mm), menghasilkan elevasi konveks dan timbul, tepian mempunyai rambut
dan lobat serta memiliki rhizoid dan bentuk tidak teratur.

Pada teknik isolasi mikroba yang dilakukan oleh kelompok 2 dengan metode tuang tanpa
pengenceran, dihasilkan bahwa mikroba tumbuh menyebar dengan ciri – ciri berwarna transparan
dengan panjang (>1 mm), menghasilkan elevasi permukaan kusut, tepian tidak teratur serta bentuk
bulat timbul di tengah.

Pada teknik isolasi mikroba yang dilakukan oleh kelompok 3 dengan metode sebar tanpa
pengenceran, dihasilkan bahwa mikroba tumbuh pada goresan dengan ciri – ciri berwarna putih
keabuan dengan panjang (+/- 1,5 mm), menghasilkan elevasi datar, tepian bersiliat dan berbentuk
filiform.
Metilen Biru Safranin

Lugol Hijau Malasit

Dalam pewarnaan mikroba, dapat digunakan satu jenis zat warna. Cara ini disebut pewarnaan
sederhana, zat – zat warna yang bisa digunakan untuk pewarnaan sederhana misalnya biru metilen,
fueksen basa atau violet Kristal. Zat – zat warna tersebut bekerja dengan baik dalam mewarnai
bakteri karena zat – zat tersebut mengandung gugusan fungsional yang dapat membentuk warna
(khromofor) dan bermuatan positif, zat – zat warna demikian disebut zat warna basa, zat – zat
warna yang mengandung khromofor yang bermuatan negative (anion), disebut zat warna asam,
dan tidak dapat digunakan untuk mewarnai bakteri karena tidak dapat diikat oleh sel bakteri.
Pada uji sanitasi ruangan oleh kelompok 1 menggunakan cawan PCA yang terbuka selama 10
menit di luar laboratorium dan di dalam laboratorium (ruang I), dihasilkan bahwa kedua cawan 1
berisi tumbuh koloni kurang dari ¼ dari cawan petri, sedangkan kedua cawan 2 tidak ada koloni
yang tumbuh.

Pada uji sanitasi ruangan oleh kelompok 2 menggunakan cawan PCA yang terbuka selama 10
menit di luar laboratorium dan di dalam laboratorium (ruang II), dihasilkan bahwa cawan 1 yang
berada di luar laboratorium ditumbuhi koloni lebih dari ½ cawan petri dan cawan 1 yang berada di
dalam laboratorium (ruang II) ditumbuhi koloni kurang dari ¼ cawan petri, sedangkan cawan 2 yang
berada di luar laboratorium ditumbuhi koloni lebih dari ½ cawan petri dan cawan 2 yang berada di
dalam laboratorium (ruang II) ditumbuhi koloni ½ dari cawan petri.

Pada uji sanitasi ruangan oleh kelompok 3 menggunakan cawan PCA yang terbuka selama 10
menit di luar laboratorium dan di dalam laboratorium mikrobiologi, dihasilkan bahwa kedua cawan
1 berisi tumbuh koloni kurang dari ¼ dari cawan petri, sedangkan cawan 2 yang berada di luar
laboratorium ditumbuhi koloni lebih dari ½ dari cawan petri dan cawan 2 yang berada dalam
laboratorium mikrobiologi ditumbuhi koloni kurang dari ¼ dari cawan petri.
Pada uji sanitasi alat oleh kelompok 1 menggunakan pisau dihasilkan total mikroba sebanyak
5x102 koloni/ml suspensi olesan.

Pada uji sanitasi alat oleh kelompok 2 menggunakan nampan tidak dihasilkan mikroba dari
perhitungan yang dilakukan.

Pada uji sanitasi alat oleh kelompok 3 menggunakan panci dihasilkan total mikroba sebanyak
2,36x103 koloni/ml suspensi olesan.
Pada uji penerapan hygiene pekerja yang dilakukan oleh kelompok 1 menggunakan media PCA,
Staphylococcus 110 dan Endo Agar dihasilkan bahwa tidak ada koloni yang tumbuh pada media PCA
karena kontaminan dari udara dan pada media Staphylococcus 110 hanya dihasilkan koloni dalam
jumlah sedikit serta pada media Endo Agar tidak dihasilkan koloni sama sekali.

Pada uji penerapan hygiene pekerja yang dilakukan oleh kelompok 2 menggunakan media PCA,
Staphylococcus 110 dan Endo Agar dihasilkan bahwa dalam media PCA terdapat jumlah koloni yang
bertumbuh rata – rata dalam jumlah sedang dan pada media Staphylococcus 110 hanya dihasilkan
koloni dalam jumlah sedikit serta pada media Endo Agar tidak dihasilkan koloni sama sekali.

Pada uji penerapan hygiene pekerja yang dilakukan oleh kelompok 3 menggunakan media PCA,
Staphylococcus 110 dan Endo Agar dihasilkan bahwa dalam media PCA dan Staphylococcus 110
hanya terdapat sedikit koloni yang tumbuh, sedangkan pada media Endo Agar tidak tumbuh koloni
sama sekali.
Coliform E. Coli
Pada uji sanitasi air untuk pengolahan yang dilakukan kelompok 1 menggunakan 4 sampel yaitu
air isi ulang (pengenceran 100; inkubasi 35oC), air isi ulang (pengenceran 10-1; inkubasi 35oC), air isi
ulang (pengenceran 100; inkubasi 44,5oC) dan air isi ulang (pengenceran 10-1; inkubasi 44,5oC)
dihasilkan bahwa air isi ulang (pengenceran 100; inkubasi 35oC) mempunyai total koliform yang
TBUD, lalu air isi ulang (pengenceran 10-1; inkubasi 35oC) mempunyai total koliform 102 cfu/100ml
dan air isi ulang (pengenceran 100; inkubasi 44,5oC) mempunyai total E. Coli <1 cfu/100ml serta air
isi ulang (pengenceran 10-1; inkubasi 44,5oC) mempunyai total E. Coli <10 cfu/100ml.

Pada uji sanitasi air untuk pengolahan yang dilakukan kelompok 2 menggunakan 4 sampel yaitu
air kran 1 (pengenceran 100; inkubasi 35oC), air kran (pengenceran 10-1; inkubasi 35oC), air kran 1
(pengenceran 100; inkubasi 44,5oC) dan air kran (pengenceran 10-1; inkubasi 44,5oC) dihasilkan
bahwa air kran 1 (pengenceran 100; inkubasi 35oC) mempunyai total koliform yang 102 cfu/100ml,
lalu air kran (pengenceran 10-1; inkubasi 35oC) mempunyai total koliform 101 cfu/100ml dan air kran
1 (pengenceran 100; inkubasi 44,5oC) mempunyai total E. Coli 0 cfu/100ml serta air kran
(pengenceran 10-1; inkubasi 44,5oC) mempunyai total E. Coli 0 cfu/100ml.

Coliform E. Coli
Pada uji sanitasi air untuk pengolahan yang dilakukan kelompok 3 menggunakan 4 sampel yaitu
air kran 2 (pengenceran 100; inkubasi 35oC), air kran (pengenceran 10-1; inkubasi 35oC), air kran 2
(pengenceran 100; inkubasi 44,5oC) dan air kran (pengenceran 10-1; inkubasi 44,5oC) dihasilkan
bahwa air kran 2 (pengenceran 100; inkubasi 35oC) mempunyai total koliform yang TBUD, lalu air
kran (pengenceran 10-1; inkubasi 35oC) mempunyai total koliform 153 cfu/100ml dan air kran 2
(pengenceran 100; inkubasi 44,5oC) mempunyai total E. Coli 0 cfu/100ml serta air kran
(pengenceran 10-1; inkubasi 44,5oC) mempunyai total E. Coli 0 cfu/100ml.
Pada uji mikrobiologi telur yang dilakukan kelompok 1 menggunakan telur ayam ras dihasilkan
total mikroba pada ulangan 1 sebanyak 1,1x102 koloni/ml. Pada ulangan 2 tidak dapat dihitung
jumlah mikroba karena hasil pengenceran <3.

Pada uji mikrobiologi telur yang dilakukan kelompok 2 menggunakan telur ayam kampung
dihasilkan total mikroba pada ulangan 2 sebanyak 8x102 koloni/ml. Pada ulangan 1 tidak dapat
dihitung jumlah mikroba karena pada pengenceran 10-2 menghasilkan TBUD.

Pada uji mikrobiologi telur yang dilakukan kelompok 3 menggunakan telur bebek dihasilkan total
mikroba pada ulangan 2 sebanyak 9,9x103 koloni/ml. Pada ulangan 1 tidak dapat dihitung karena
nilai pengenceran yang rendah.
Pada uji mikrobiologi susu yang dilakukan kelompok 1 menggunakan metode DMC dan metilen
biru dihasilkan rata – rata 53 sel/ml dengan MBRT 1,5 jam dan dapat dilihat bahwa kelas susu
buruk.

Pada uji mikrobiologi susu yang dilakukan kelompok 2 menggunakan metode DMC dan metilen
biru dihasilkan rata – rata 7,7 sel/ml dengan MBRT <4 jam dan dapat dilihat bahwa kelas susu baik.

Pada uji mikrobiologi susu yang dilakukan kelompok 3 menggunakan metode DMC dan metilen
biru dihasilkan rata – rata 92,4 sel/ml dengan MBRT <2 jam dan dapat dilihat bahwa kelas susu
buruk.
Pada uji mikrobiologi daging yang dilakukan kelompok 1 menggunakan daging sapi pada suhu
dingin dihasilkan bakteri gram positif 100% dan bakteri gram negative 0%.

Pada uji mikrobiologi daging yang dilakukan kelompok 2 menggunakan daging ayam pada suhu
dingin dihasilkan bakteri gram positif 95,5% dan bakteri gram negative 4,5%.

Pada uji mikrobiologi daging yang dilakukan kelompok 3 menggunakan daging ikan pada suhu
dingin dihasilkan bakteri gram positif 79,2% dan bakteri gram negative 20,8%.
Pada uji mikrobiologi sayuran yang dilakukan menggunakan sayuran segar dan sayuran busuk
dihasilkan TBUD dan 43,6 koloni/ml suspensi olesan pada pengenceran 100 sayuran segar, lalu 51
dan 58 koloni/ml suspensi olesan pada pengenceran 10-1 sayuran segar serta terjadi penggumpalan
dan pembentukan gas pada tabung Litmus Milk sayuran segar.

Pada uji mikrobiologi sayuran yang dilakukan menggunakan sayuran segar dan sayuran busuk
dihasilkan warna bening pada tabung Skim Milk Agar sayuran busuk, koloni berwarna bening pada
Starch Agar sayuran busuk, tidak tumbuh koloni pada media VRBA sayuran busuk dan tumbuh
koloni berwarna kuning disekitar media DTBPA.
Pada uji mikrobiologi makanan kaleng yang dilakukan menggunakan kaleng normal dan kaleng
rusak dihasilkan penggumpalan pada Litmus Milk 30oC dan 55oC kaleng normal, Nutrien Broth dan
Thioglycolate serta DTBPA kaleng normal yang masing – masing bersuhu 30oC ditumbuhi
mikroorganisme sedangkan Nutrien Broth, Thioglycolate dan DTBPA yang masing – masing bersuhu
55oC tidak ditumbuhi mikroorganisme.

Pada uji mikrobiologi makanan kaleng yang dilakukan menggunakan kaleng normal dan kaleng
rusak dihasilkan koloni berwarna hitam pada Sulfit Agar 30oC dan 55oC kaleng rusak. Nutrien Broth
(30oC dan 55oC) dan Thioglycolate (30oC dan 55oC) kaleng rusak ditumbuhi mikroorganisme mesofil
(30oC) dan termofil (55oC) serta DTBPA 30oC kaleng rusak ditumbuhi mikroorganisme sedangkan
DTBPA 55oC kaleng rusak tidak ditumbuhi mikroorganisme.
Pada uji pengaruh bahan pengawet pada pertumbuhan mikroba kelompok 1 tanpa pemanasan
menghasilkan larutan yang sangat keruh pada variable control, larutan keruh pada 0,04% benzoate,
larutan keruh agak jernih pada 0,1% benzoate dan larutan lebih jernih pada 0,2% benzoate.

Pada uji pengaruh bahan pengawet pada pertumbuhan mikroba kelompok 2 dengan pemanasan
o
70 C menghasilkan jamur dan lapisan kuning di atas tabung pada variable control, larutan keruh
pada 0,04% benzoate, larutan keruh pada bagian bawah tapi jernih di bagian atas pada 0,1%
benzoate dan larutan jernih pada 0,2% benzoate.

Pada uji pengaruh bahan pengawet pada pertumbuhan mikroba kelompok 3 dengan pemanasan
o
80 C menghasilkan larutan keruh dengan endapan kuning pada variable control dan larutan keruh
dengan sedikit endapan pada 0,04%, 0,1% serta 0,2% benzoate.
V. KESIMPULAN

Beberapa grup bakteri memegang peranan penting dalam mikrobiologi pangan. Grup bakteri
seperti bakteri asam laktat, bakteri pembentuk spora dan sebagainya. Bakteri asam laktat
memegang peranan penting dalam fermentasi makanan, misalnya pembuatan keju, yoghurt, sayur
asin, pikel dan sosis sedangkan spora bakteri relative tahan terhadap perlakuan – perlakuan
pengolahan, misalnya pemanasan, iradiasi bahan pengawet dan sebagainya. Oleh karena itu,
bakteri sering menimbulkan masalah dalam pengolahan pangan.

Kapang dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai makanan yaitu pada kondisi asam atau
suhu rendah. Beberapa jenis makanan dirangsang oleh kapang melalui fermentasi seperti tape,
oncom dan kecap. Identifikasi jenis kapang dapat dilakukan dengan cara melihat strukturnya secara
mikroskopis.

Khamir sama halnya dengan kapang juga sering digunakan dalam fermentasi dalam pembuatan
makanan dan minuman seperti alcohol serta pembuatan sel protein tunggal. Sifat – sifat khamir
berbeda dengan bakteri dan kapang terutama dalam kebutuhan untuk pertumbuhannya.

Kultur murni merupakan biakan yang terdiri dari sel – sel dan satu spesies atau satu jalur
mikroba. Cara yang paling sederhana untuk menyimpan suatu kultur mikroba adalah dengan
menumbuhkannya pada medium cair, dengan suhu dan waktu inkulasi tertentu tergantung pada
jenis mikroba yang diinginkan.

Bermacam – macam cara pewarnaan yang dilakukan untuk mewarnai bakteri merupakan
modifikasi atau gabungan dan cara pewarnaan sederhana. Dua cara pewarnaan yang paling mudah
dan paling sering dilakukan dalam mikrobiologi pangan yaitu pewarnaan gram dan pewarnaan
endospore.

Pada uji sanitasi ruang, di luar laboratorium adalah tempat yang paling banyak tumbuh koloni
atau tidak steril, sedangkan untuk ruang I, II dan di dalam laboratorium mikrobiologi masih dalam
batas normal jumlah tumbuh koloni. Sedangkan pada uji sanitasi alat, panci merupakan alat yang
paling banyak jumlah koloni tumbuh dibandingkan dengan pisau dan nampan. Nampan merupakan
alat yang paling sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali koloni yang tumbuh.

Pencucian tangan menggunakan sabun biasa dan sabun antiseptic merupakan salah satu cara
efektif dalam menghilangkan koloni Coliform dan E. coli yang berbahaya bagi manusia. Meskipun
hasil tanpa pencucian juga menunjukkan bahwa tidak ada Coliform dan E. Coli, tetap disarankan
untuk selalu mencuci tangan dengan sabun antiseptic sebelum dan sesudah menyentuh sesuatu
ketika akan bersinggungan dengan pangan.

Pada uji sanitasi air untuk pengolahan, air kran 2 sedikit lebih tidak hygiene untuk digunakan
meskipun air kran 1 dan air isi ulang masing – masing mempunyai jumlah koloni yang tumbuh, tapi
setidaknya lebih sedikit ketimbang air kran 2. Selalu perhatikan kualitas air yang digunakan sebelum
bersinggungan dengan pangan.

Pada uji mikrobiologi telur, telur bebek merupakan telur yang paling banyak total mikroba
ketimbang telur ayam ras dan ayam kampong. Telur ayam ras paling sedikit mengandung mikroba.

Pada uji mikrobiologi susu dan produk olahan susu, susu pasteurisasi yang disimpan dalam
kemasan rapat paling baik kualitas susunya ketimbang susu segar dan susu pasteurisasi yang
disimpan dengan kemasan terbuka. Hal ini karena kontaminan udara masuk ke dalam susu yang
tidak ditutup rapat yang menyebabkan kualitas susu menjadi buruk.

Pada uji mikrobiologi daging, daging yang paling banyak mengandung bakteri gram positif
adalah daging sapi dan yang paling sedikit mengandung bakteri gram positif adalah daging ikan.
Sedangkan untuk daging yang paling banyak mengandung bakteri gram negative adalah daging ikan
dan yang paling sedikit mengandung bakteri gram negative adalah daging sapi.

Pada uji mikrobiologi sayuran, sayuran busuk menghasilkan banyak sekali kerusakan ketimbang
sayuran segar. Dari segi jumlah koloni maupun organoleptic, sayuran segar tetap lebih baik
ketimbang sayuran busuk.

Pada uji mikrobiologi makanan kaleng, makanan kaleng yang sudah rusak tidak layak dikonsumsi
lagi karena sudah mencemari pangan di dalamnya. Hasil karatan yang terdapat pada dinding kaleng
maupun dinding kaleng yang sudah penyok membuat pangan tidak bisa dikonsumsi lagi karena
mikroorganisme di dalam pangan menjadi meningkat. Oleh karena itu selalu perhatikan kualitas
kaleng pangan setiap kita ingin membelinya.

Pada uji pengaruh bahan pengawet pada pertumbuhan mikroba, didapatkan bahwa untuk
memperpanjang masa simpanan suatu makanan adalah dengan menambahkan bahan pengawet ke
dalam makanan tersebut. Kemampuan suatu zat pengawet dalam menghambat pertumbuhan
mikroba di pengaruhi oleh berbagai factor seperti konsentrasi zat pengawet, sifat mikroba (fisik
maupun kimia) dan suhu lingkungan serta waktu penyimpanan.

Kesimpulan dari praktikum mikrobiologi pangan dan sanitasi pangan adalah kita belajar untuk
selalu waspada terhadap bakteri maupun mikroorganisme lainnya disekitar kita, terlebih lagi jika
kita memang mendalami proses pengolahan pangan yang membutuhkan kebersihan untuk
menjamin kualitas pangan sampai ke tangan konsumen. Mikrobiologi pangan dan sanitasi pangan
sangat berkaitan dan dibutuhkan saat kita berada dalam proses produksi suatu bahan pangan
sehingga kita mampu membedakan pangan yang rusak dan tidak rusak serta mampu
mengidentifikasi mikroorganisme penyebabnya dan yang paling penting adalah menerapkan prinsip
– prinsip sanitasi pangan sebagai pencegahannya.
VI. DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umm.ac.id/38108/3/BAB%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/66577/Chapter%20II.pdf?sequence=4
&isAllowed=y

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34589/4/Chapter%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28057/4/C%09hapter%20II.pdf

https://www.academia.edu/32040033/LAPORAN_TETAP_PRAKTIKUM_PENGAMATAN_MORFOL
OGI_MIKROBA_DAN_PEMBUATAN_BIAKAN_MURNI
VII. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai