Edisi Kesatu
Cetakan pertama, Januari 2007 Cetakan kelima, Mei 2017
Cetakan kedua, April 2007 Cetakan keenam, Februari 2019
Cetakan ketiga, Januari 2008
Cetakan keempat, September 2015
664.024
MAT MATERI pokok teknologi pengolahan pangan; 1 – 9/
PANG4312/ 3 sks/ Muhami, dkk. -- Cet.6; Ed.1 --.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2019
431 hal; 9 modul: ill.; 21 cm
ISBN: 979-689-701-6
1. teknologi pangan
I. Muhami [et.al.]
iii
Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2:
Faktor-faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pangan ................................ 1.23
Latihan ………………………………………………………………... 1.40
Rangkuman …………………………………………………………… 1.41
Tes Formatif 2…………………………………………………………. 1.42
Kegiatan Belajar 3:
Faktor-faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pangan ................................ 1.44
Latihan ………………………………………………………………... 1.55
Rangkuman …………………………………………………………… 1.56
Tes Formatif 3…………………………………………………………. 1.57
Kegiatan Belajar 2:
Pemanasan pada Suhu di atas 1000C ………………………………….. 2.16
Latihan ………………………………………………………………... 2.23
Rangkuman …………………………………………………………… 2.25
Tes Formatif 2…………………………………………………………. 2.26
Kegiatan Belajar 3:
Pengaruh Pemanasan pada Nilai Gizi Bahan Pangan ………………… 2.29
Latihan ………………………………………………………………... 2.37
Rangkuman …………………………………………………………… 2.38
Tes Formatif 3…………………………………………………………. 2.39
Kegiatan Belajar 2:
Pendinginan …………………………………………………………… 3.16
Latihan ………………………………………………………………... 3.24
Rangkuman …………………………………………………………… 3.25
Tes Formatif 2…………………………………………………………. 3.25
Kegiatan Belajar 3:
Pembekuan ……………………………………………………………. 3.30
Latihan ………………………………………………………………... 3.36
Rangkuman …………………………………………………………… 3.37
Tes Formatif 3…………………………………………………………. 3.37
Kegiatan Belajar 2:
Pengolahan Pangan dengan Bahan Kimia ……………………………. 4.19
Latihan ………………………………………………………………... 4.32
Rangkuman …………………………………………………………… 4.33
Tes Formatif 2…………………………………………………………. 4.33
Kegiatan Belajar 2:
Pengaturan Kondisi Fermentasi ………………………………………. 5.24
Latihan ………………………………………………………………... 5.28
Rangkuman …………………………………………………………… 5.29
Tes Formatif 2…………………………………………………………. 5.29
Kegiatan Belajar 3:
Pemeliharaan Kultur Mikroba ………………………………………… 5.31
Latihan ………………………………………………………………... 5.33
Rangkuman …………………………………………………………… 5.34
Tes Formatif 3…………………………………………………………. 5.34
vi
Kegiatan Belajar 2:
Pengolahan Buah ……………………………………………………… 6.25
Latihan ………………………………………………………………... 6.58
Rangkuman …………………………………………………………… 6.60
Tes Formatif 2…………………………………………………………. 6.60
Kegiatan Belajar 2:
Pengolahan Susu ……………………………………………………… 7.19
Latihan ………………………………………………………………... 7.29
Rangkuman …………………………………………………………… 7.30
Tes Formatif 2…………………………………………………………. 7.30
vii
Kegiatan Belajar 3:
Pengolahan Telur ……………………………………………………... 7.33
Latihan ………………………………………………………………... 7.42
Rangkuman …………………………………………………………… 7.42
Tes Formatif 3…………………………………………………………. 7.42
Kegiatan Belajar 4:
Pengolahan Ikan ……………………………………………………..... 7.46
Latihan ………………………………………………………………... 7.57
Rangkuman …………………………………………………………… 7.57
Tes Formatif 4…………………………………………………………. 7.58
Kegiatan Belajar 2:
Pemanfaatan dan Pengolahan Serealia serta Umbi-umbian …………... 8.13
Latihan ………………………………………………………………... 8.22
Rangkuman …………………………………………………………… 8.23
Tes Formatif 2…………………………………………………………. 8.24
Kegiatan Belajar 2:
Pengemasan dan Penyimpanan Bahan Pangan ……………………….. 9.18
Latihan ………………………………………………………………... 9.37
Rangkuman …………………………………………………………… 9.38
Tes Formatif 2…………………………………………………………. 9.38
Untuk membantu Anda dalam memahami BMP ini kami sajikan Peta
Kompetensi BMP Teknologi Pengolahan Pangan sebagai berikut.
Peta Kompetensi
Teknologi Pengolahan Pangan/PANG4312/3SKS
Modul 1
Dasar-dasar Teknologi
Pengolahan Pangan
Ir. M. Koeswardhani, M.Si.
P E N DA H UL U AN
KEGIATAN BELAJAR 1
Pengertian tentang
Bahan Pangan
1. Air
Kadar air sangat berpengaruh terhadap mutu bahan pangan, karena dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan kita. Bahkan
dalam bahan makanan yang kering sekalipun, seperti buah kering, tepung,
serta biji-bijian, terkandung air dalam jumlah tertentu. Air berperan dalam
zat-zat makanan dan sisa-sisa metabolisme, sebagai media reaksi yang
menstabilkan pembentukan biopolimer, dan sebagainya.
Semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-
beda, baik itu bahan makanan hewani maupun nabati. Sebagai contoh sayur-
sayuran dan buah-buahan segar mempunyai kadar air 90-95%, susu 85-90%
ikan 70-80%, telur 70-75%, dan daging 60-70%.
1.4 Teknologi Pengolahan Pangan
2. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi manusia. Sebanyak
60-80% kalori yang diperoleh tubuh manusia berasal dari karbohidrat. Hal ini
terutama berlaku bagi bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Di samping
merupakan sumber utama, juga mempunyai peranan penting dalam
menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur dan
lain-lain. Bagi tubuh manusia, sebagian besar karbohidrat diperoleh dari
bahan makanan sehari-hari, terutama berasal dari tumbuh-tumbuhan (tanam-
tanaman). Terbentuknya karbohidrat dari tanaman melalui proses asimilasi
atau fotosintesis, yaitu terjadi melalui permukaan daun yang menghisap udara
(CO2), bersamaan dengan air yang diserap oleh akar, dibawa ke jaringan
daun. Proses fotosintesis terjadi pada butir-butir hijau daun (klorofil) dengan
persamaan berikut ini.
Klorofil adalah zat warna (pigmen) hijau yang menyerap energi dari
matahari dan menyebabkan tanaman mampu membentuk karbohidrat dari
CO2 dan air. Karbohidrat (zat tepung) akan diangkut ke tempat-tempat
penyimpanan, yaitu dalam buah, akar, dan umbi.
Menurut ukuran molekulnya karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi
tiga golongan, yaitu:
PANG4312/MODUL 1 1.5
a. Monosakarida
Monosakarida adalah hasil akhir pemecahan sempurna dari karbohidrat
yang paling kompleks susunannya dalam proses pencernaan. Dalam tubuh
manusia, monosakarida langsung diserap oleh dinding usus halus, kemudian
masuk ke dalam aliran darah. Monosakarida yang penting yaitu glukosa,
fruktosa dan galaktosa.
Glukosa disebut juga dekstrosa, banyak terdapat dalam buah-buahan dan
sayuran. Semua karbohidrat dalam tubuh akhirnya akan diubah menjadi
glukosa. Fruktosa atau levulosa terdapat bersama glukosa dalam buah dan
sayuran, terutama madu. Galaktosa hanya ditemukan berasal dari penguraian
disakarida.
b. Oligosakarida
Oligosakarida adalah polimer dengan derajat polimerisasi 2 sampai 10
dan biasanya bersifat larut dalam air. Oligosakarida yang terdiri dari dua
molekul monosakarida disebut disakarida, dan apabila terdiri dari tiga
molekul monosakarida disebut triosa.
Ada tiga macam disakarida yang penting, yaitu sukrosa, maltosa dan
laktosa. Dalam pencernaan sukrosa (sakarosa atau gula tebu) akan dipecah
menjadi glukosa dan fruktosa. Maltosa ditemukan sebagai hasil perantara dari
penguraian pati. Maltosa akan dipecah menjadi dua molekul glukosa. Laktosa
banyak terdapat dalam susu, di dalam tubuh akan dipecah menjadi glukosa
dan galaktosa.
1.6 Teknologi Pengolahan Pangan
c. Polisakarida
Polisakarida adalah golongan karbohidrat yang mempunyai susunan
molekul yang lebih kompleks, terdiri dari banyak molekul monosakarida.
Polisakarida dalam bahan makanan berfungsi sebagai penguat tekstur
(selulosa, hemiselulosa, pektin dan lignin) dan sebagai sumber energi (pati,
dekstrin, glikogen dan fruktan). Polisakarida penguat tekstur ini tidak dapat
dicerna oleh tubuh, tetapi merupakan serat-serat (dietaryfiber) yang dapat
menstimulasi enzim-enzim pencernaan.
Polisakarida merupakan polimer molekul-molekul monosakarida yang
dapat berantai lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis dengan enzim-
enzim yang spesifik kerjanya. Hasil hidrolisis akan menghasilkan
oligosakarida dan dapat dipakai untuk menentukan struktur molekul
polisakarida. Beberapa macam polisakarida yang penting adalah zat pati,
glikogen dan selulosa.
1) Pati
Pati merupakan sumber energi yang sangat penting karena sebagian
besar karbohidrat terdapat dalam bentuk pati. Dekstrin merupakan zat
antara dalam pemecahan zat tepung. Molekulnya lebih sederhana jika
dibandingkan dengan molekul tepung dan bersifat mudah larut dalam air,
mudah dicerna sehingga baik untuk makanan bayi. Pati juga merupakan
cadangan makanan utama pada tanaman, sebenarnya merupakan
campuran dari dua polisakarida yaitu amilosa dan amilopektin.
Kedua fraksi tersebut dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut
disebut amilosa dan fraksi tidak larut disebut amilopektin. Jumlah
molekul amilosa kira-kira 20% dari jumlah pati, terdiri dari 70 hingga
350 unit glukosa yang berikatan membentuk rantai lurus. Molekul
amilopektin terdiri hingga 100.000 unit glukosa yang berikatan
membentuk struktur rantai bercabang.
PANG4312/MODUL 1 1.7
Berbagai macam pati tidak sama sifatnya tergantung dari panjang rantai
C-nya, serta apakah lurus atau bercabang rantai molekulnya. Peranan
perbandingan amilosa dan amilopektin terlihat pada serealia, contohnya
pada beras. Semakin kecil kandungan amilosa atau semakin tinggi
kandungan amilopektinnya, semakin lekat nasi tersebut
2) Glikogen
Glikogen merupakan cadangan karbohidrat dalam tubuh yang disimpan
dalam hati dan otot, merupakan "pati hewani", bersifat larut dalam air
(pati nabati tidak larut dalam air). Apabila bereaksi dengan iodin akan
menghasilkan warna merah.
Glikogen merupakan suatu polimer yang struktur molekulnya hampir
sama dengan struktur molekul amilopektin. Glikogen mempunyai
banyak cabang (20-30 cabang) yang pendek-pendek dan rapat,
sedangkan amilopektin hanya mempunyai kira-kira 6 cabang. Glikogen
mempunyai berat molekul (BM) sekitar 5 juta dan merupakan molekul
terbesar di alam yang larut dalam air. Jumlah cadangan glikogen ini
sangat terbatas, apabila diperlukan oleh tubuh, diubah kembali menjadi
glukosa.
3) Selulosa
Selulosa adalah polisakarida lain yang terdiri dari rantaian-rantaian
panjang unit-unit glukosa. Struktur dasarnya serupa dengan pati tetapi
unit glukosanya berikatan dengan cara yang berbeda. Manusia tidak
memiliki enzim yang mampu memecah ikatan ini dan karenanya,
manusia tidak dapat menggunakan selulosa sebagai makanan, tetapi
berguna dalam mekanisme alat pencernaan.
Sapi dan binatang ruminansia lain dapat memecah dan menggunakan
selulosa sebagai sumber energi karena mempunyai bakteri yang mampu
memecah selulosa dalam rumennya (bagian pertama dari keempat bagian
perut sapi). Hal ini menerangkan mengapa sapi dapat menggunakan
rumput dan hijauan kering sebagai makanannya sedangkan manusia
tidak.
Selulosa merupakan serat-serat panjang yang bersama-sama
hemiselulosa, pektin dan protein, membentuk struktur jaringan yang
memperkuat dinding sel tanaman. Pada proses pematangan,
penyimpanan, atau pengolahan, komponen selulosa mengalami
perubahan sehingga terjadi perubahan tekstur.
1.8 Teknologi Pengolahan Pangan
3. Protein
Protein merupakan salah satu zat makanan yang penting bagi
kelangsungan hidup suatu makhluk. Di samping berfungsi sebagai bahan
bakar di dalam tubuh, juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur.
Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C,
H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein
mengandung pula belerang (S) dan fosfor (P) dan ada pula jenis protein yang
mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga.
Dalam setiap sel yang hidup, protein merupakan bagian yang sangat
penting. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen
terbesar setelah air, dengan berat lebih kurang 50 persen dari berat kering sel
dalam jaringan misalnya hati dan daging, sedangkan dalam tenunan segar
sekitar 20%.
Pada dasarnya protein dibentuk oleh satuan-satuan asam amino yang
membentuk "polimer" sehingga merupakan senyawa yang panjang. Molekul
asam amino mempunyai gugus amino (-NH2,) yang bersifat basa dan gugus
karboksil (-COOH) yang bersifat asam. Keadaan tersebut memungkinkan
asam amino yang bereaksi baik dengan asam maupun dengan basa, serta
pereaksi-pereaksi lainnya. Gugus amino dari asam amino dapat bereaksi
dengan gugus karboksil dari asam amino lainnya dengan mengeluarkan satu
molekul H2O dan membentuk ikatan peptida (-CO-NH-). Dua molekul asam
amino yang membentuk ikatan peptida disebut dipeptida. Gugus amino dan
karboksil bebas dari dipeptida tersebut dapat bereaksi lagi dengan asam-asam
amino lainnya membentuk polipeptida, seperti terlihat pada reaksi di
bawah ini.
dibentuk dalam tubuh, jadi tidak mutlak harus terdapat dalam makanan.
Asam amino esensial, antara lain: leusin, isoleusin, lisin, triptofan,
fenilalanin, methionin, threonin, dan valin. Asam amino non-esensial antara
lain: arginin, cystin, glisin, histidin, serin, dan tyrosin.
Arginin tidak esensial untuk anak-anak maupun untuk orang dewasa
tetapi dapat memperbaiki pertumbuhan bayi-bayi, sedangkan histidin esensial
untuk anak-anak tetapi tidak esensial untuk orang dewasa.
Fungsi protein di antaranya adalah untuk: membentuk jaringan tubuh,
mengganti sel-sel yang telah rusak dan aus, membuat air susu, enzim dan
hormon, membuat protein darah, menjaga keseimbangan asam dan basa dari
cairan tubuh dan saluran darah, serta memberi tenaga.
Protein juga berfungsi sebagai pemberi kalori, apabila jumlah
karbohidrat dan lemak tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Apabila protein
tidak cukup mengandung asam amino esensial, sehingga tidak dapat
digunakan untuk membangun jaringan tubuh, protein tersebut dapat
dioksidasi untuk menghasilkan energi.
Berdasarkan sumbernya protein dapat dibagi atas dua bagian yaitu:
protein hewani yang berasal dari hewan misalnya susu, ikan, daging, telur,
keju, hati dan sebagainya.
Protein nabati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, terdapat pada
kacang-kacangan misalnya kacang kedelai, kacang tanah, dan hasil
olahannya (misalnya tahu dan tempe), kacang hijau, kacang merah dan
sebagainya. Protein hewani lebih tinggi nilainya dari protein nabati, karena
protein hewani lebih lengkap kandungan asam amino esensialnya dan
susunannya yang mendekati nilai protein tubuh manusia, sedangkan protein
nabati nilainya lebih rendah, kecuali protein kacang-kacangan dan produk
olahannya.
Lemak murni akan terpecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh
adanya enzim-enzim di dalam tubuh. Lemak murni harus terdapat dalam
makanan karena berbagai sebab antara lain, untuk melarutkan berbagai
vitamin dan untuk mendapatkan beberapa jenis asam lemak yang esensial.
Asam lemak esensial tidak dapat dibuat oleh tubuh, harus diambil dari
makanan, dan berfungsi untuk melindungi alat-alat tubuh yang halus.
Beberapa contoh asam lemak yang esensial yaitu asam oleat, asam linoleat,
asam linolenat dan asam arachidonat terutama terdapat pada lemak tumbuh-
tumbuhan. Asam lemak yang tidak esensial antara lain asam butirat, asam
palmitat, asam kaproat dan sebagainya.
Zat-zat yang mengandung lemak misalnya ikatan lemak dengan garam
fosfor yang disebut fosfolipid, ikatan lemak dengan glikogen yang disebut
glikolipid, ikatan lemak dengan kromatin yang disebut kromolipid dan
steroid.
Kandungan lemak dalam setiap bahan pangan berbeda-beda. Dalam
industri pangan sering kali ditambahkan lemak untuk suatu tujuan tertentu.
Fungsi lemak dalam pengolahan bahan pangan adalah sebagai media
penghantar panas (minyak goreng, shortening atau mentega putih, lemak
gajih, mentega dan margarin) selain itu penambahan lemak dimaksudkan
1.12 Teknologi Pengolahan Pangan
untuk menambah kalori, memperbaiki tekstur dan cita rasa bahan pangan
(misalnya kembang gula), melarutkan vitamin A, D, E, K sehingga dapat
diserap oleh dinding usus halus, dan memberikan asam-asam lemak esensial.
Rata-rata manusia membutuhkan lemak 34 -1 gram setiap kilogram berat
badan. Hampir 20 - 25 % dari kebutuhan kalori sehari diperoleh dari lemak.
Di negara yang beriklim dingin, kebutuhan lemak setiap orang lebih
tinggi, ini disebabkan oleh lemak memberikan kalori yang lebih tinggi
sehingga dapat melindungi tubuh dari iklim yang dingin di sekelilingnya.
Lemak hewani mengandung sterol cukup banyak yang disebut
kolesterol, sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol dan lebih banyak
mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga umumnya berbentuk cair.
Lemak hewani yang berbentuk padat (lemak) biasanya berasal dari lemak
hewan darat seperti lemak susu, lemak babi, lemak sapi. Lemak hewan laut
contohnya minyak ikan paus, minyak ikan cod, minyak ikan herring,
sedangkan lemak nabati cair dibedakan atas 3 golongan yaitu:
a. drying oil yang akan membentuk lapisan keras bila mengering di udara
(minyak cat);
b. semidrying oil (minyak jagung, biji kapas, bunga matahari);
c. non drying oil (minyak kelapa dan minyak kacang tanah).
Lemak nabati yang berbentuk padat adalah minyak cokelat dan minyak
biji kelapa sawit. Orang yang makan lemak melebihi kebutuhan dan kurang
menggerakkan badan, maka lemak itu ditimbun dalam tubuh sebagai
cadangan sehingga menyebabkan orang menjadi gemuk.
B. KOMPONEN-KOMPONEN PENUNJANG
1. Emulsifier
Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan
lain, data molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling melarutkan
tetapi saling antagonistik.
Pada umumnya emulsi bersifat tidak stabil, yaitu dapat pecah, atau
dengan perkataan lain lemak dan air akan terpisah, tergantung dari keadaan
lingkungannya. Untuk menstabilkan sistem emulsi ini biasanya ditambahkan
ke dalamnya zat emulsifier.
Zat yang dapat mempertahankan dispersi lemak di dalam air atau
sebaliknya disebut emulsifier. Sebagai contoh misalnya di dalam saus selada
PANG4312/MODUL 1 1.13
dan mayonaise, lemak dan air akan terpisah tanpa adanya emulsifier yang
ditambahkan. Emulsi tersebut dapat dipertahankan dengan menambahkan
kuning telur sebagai emulsifier. Zat yang terpenting di dalam kuning telur
yang dapat mempertahankan emulsi adalah fosfolipida, di antaranya yang
terutama adalah lesitin.
Lesitin mempunyai struktur seperti lemak tetapi mengandung asam
fosfat. Lesitin mempunyai gugus polar dan nonpolar. Gugus polar yang
terdapat pada ester fosfatnya bersifat hidrofilik dan mempunyai
kecenderungan larut dalam air, sedangkan gugus nonpolar yang terdapat pada
ester asam-asam lemaknya bersifat lipofilik, yaitu mempunyai
kecenderungan untuk larut dalam lemak atau minyak.
Lesitin dan fosfolipida yang lain ditemukan di dalam tubuh hewan, yaitu
di dalam telur, darah dan di dalam tenunan tanaman. Monogliserida dan
digliserida juga efektif digunakan sebagai emulsifier.
2. Asam-asam Organik
Asam-asam organik banyak terdapat pada bahan pangan hasil pertanian,
umumnya merupakan hasil metabolisme siklus Krebs. Buah-buahan
mengandung asam dengan kadar yang tinggi misalnya asam sitrat, yang
merupakan asam organik utama di dalam buah jeruk dan lemon, asam malat
di dalam apel dan asam tartrat di dalam buah anggur. Adanya asam-asam ini
menyebabkan buah mempunyai rasa asam, rasa khas dan lambat menjadi
busuk. Di samping sebagai hasil proses fisiologis bahan itu sendiri, asam
dapat juga dihasilkan dengan sengaja melalui fermentasi beberapa bahan
pangan oleh mikroba tertentu (khamir dan bakteri), sehingga menimbulkan
cita rasa yang khas. Misalnya fermentasi daun sawi atau kubis menghasilkan
asam laktat, fermentasi buah apel pertama-tama menghasilkan alkohol,
kemudian asam asetat atau asam cuka. Pada pembuatan keju digunakan
starter dari bakteri tertentu yang ditambahkan ke dalam susu untuk
menghasilkan asam laktat, sehingga dapat mengendapkan protein susu
membentuk curd.
4. Enzim
Masih adanya proses-proses metabolisme pada sebagian besar bahan
hasil pertanian yang telah dipanen atau dipetik. Proses itu menunjukkan
bahwa masih ada kehidupan, yang disebabkan oleh adanya enzim yang aktif.
Enzim adalah katalis biologis yang dapat membantu bermacam-macam
reaksi biokimia. Misalnya buah pisang yang masih mentah pada waktu
dipetik dapat menjadi masak, ubi jalar yang disimpan dapat menjadi lebih
manis daripada yang baru dipanen, amilase yang dijumpai dalam saliva dapat
mencernakan pati di dalam mulut, pepsin dalam cairan perut dapat
mencernakan protein dan lipase di dalam pankreas dapat memecahkan lemak.
Kira-kira terdapat 100 macam enzim di dalam bakteri, khamir, kapang,
tanaman dan hewan. Setelah tanaman dipanen atau hewan dipotong, sebagian
besar dari enzim masih meneruskan keaktifannya di dalam beberapa reaksi
kimia.
Setelah dipanen maka enzim akan meneruskan proses pematangan,
kecuali jika enzim tersebut diinaktifkan dengan panas, dengan reaksi kimia
atau dengan perlakuan lain. Jika enzim tidak diinaktifkan, kemungkinan akan
terjadi proses pembusukan.
Enzim dapat menyebabkan perubahan cita rasa, warna, tekstur dan sifat-
sifat lain dari bahan pangan. Proses pemanasan di dalam bahan pangan tidak
PANG4312/MODUL 1 1.15
6. Cita Rasa
Perubahan yang terjadi pada cita rasa bahan pangan biasanya lebih
kompleks daripada yang terjadi pada warna bahan pangan. Pada kopi
misalnya, telah dikenal 200 komponen penyebab cita rasa dan aroma,
meskipun masing-masing dalam konsentrasi yang sangat rendah.
Zat organik ini sangat sensitif terhadap udara, panas dan terhadap
interaksinya satu terhadap yang lain. Cita rasa dan aroma dari kopi, susu,
daging dan sebagian besar bahan pangan lainnya biasanya mengalami
perubahan (tidak stabil) selama penanganan, pengolahan dan penyimpanan.
Perubahan yang terjadi pada cita rasa bahan pangan lebih kompleks
daripada yang terjadi pada warna bahan pangan. Ada kekecualian bahwa cita
rasa justru berkembang selama pengolahan tauco, kecap, pematangan keju,
penyimpanan brem, fermentasi terasi dan ikan.
Komponen-komponen cita rasa dapat dipisah-pisahkan dengan alat
khromatografi gas. Dengan cara ini komponen aroma akan terpisah satu sama
lain berdasarkan daya penguapannya melalui suatu kolom dengan absorben
tertentu. Masing-masing komponen akan memberikan peak (titik puncak)
tertentu di atas kertas khromatogram (recording chart) dan selanjutnya dapat
diidentifikasi. Secara subjektif cita rasa dapat diteliti dengan uji organoleptik
oleh suatu "taste pannel".
7. Vitamin
Vitamin merupakan komponen penting di dalam bahan pangan,
walaupun terdapat dalam jumlah sedikit. Vitamin dapat dikelompokkan
dalam 2 golongan yaitu:
a. Vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E, K.
b. Vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin C dan golongan vitamin B
kompleks.
PANG4312/MODUL 1 1.17
8. Mineral
Sebagian besar bahan makanan, lebih kurang 96% terdiri dari bahan
organik dan air, sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral. Unsur mineral
1.18 Teknologi Pengolahan Pangan
dikenal juga sebagai zat anorganik atau kadar abu. Meskipun banyak dari
unsur-unsur mineral telah jelas diketahui fungsinya pada makanan ternak,
tetapi belum banyak penelitian sejenis dilakukan pada manusia.
Sampai sekarang telah diketahui adanya empat belas unsur mineral yang
diperlukan manusia, agar memiliki pertumbuhan dan kesehatan yang baik.
Mineral yang penting adalah Natrium, klor, kalsium, fosfor, magnesium, dan
belerang. Unsur-unsur ini terdapat di dalam tubuh dalam jumlah yang cukup
besar, oleh sebab itu disebut unsur makro atau mineral makro. Unsur mineral
yang lain terdapat dalam jumlah yang kecil saja, dan disebut mineral mikro
atau disebut trace element, seperti besi, yodium, mangan, tembaga, zink,
kobalt, dan fluor. Tiga elemen lainnya yaitu aluminium, boron, dan vanadium
ditemukan dalam jaringan tubuh hewan, tetapi belum diketahui secara pasti
apakah unsur tersebut mempunyai fungsi khusus dalam tubuh manusia.
Umumnya mineral tidak terpengaruh oleh adanya proses pengolahan.
Kalsium banyak dibutuhkan tubuh karena kekurangan kalsium dapat
menyebabkan kelainan pada tulang dan gigi, juga penting dalam pembekuan
darah dan keaktifan enzim. Fosfor penting untuk mengontrol reaksi
metabolisme yang menghasilkan energi, juga untuk mengontrol
keseimbangan asam dan basa dalam darah. Besi dalam badan sebagian
terletak dalam sel-sel darah merah sebagai heme, suatu pigmen yang
mengandung inti sebuah atom besi. Dalam sebuah molekul hemoglobin
terdapat empat heme. Besi terdapat dalam sel-sel otot, khususnya dalam
mioglobin. Berbeda dengan hemoglobin, mioglobin terdiri dari satu pigmen
heme untuk setiap protein.
L AT IH A N
1) Mengapa bahan pangan ada yang masih harus diolah? Apakah tujuan
pengolahan bahan pangan?
2) Sebutkan komponen-komponen utama dari bahan pangan!
3) Apakah yang dimaksud dengan asam amino esensial dan asam amino
non-esensial! Berikan pula contohnya masing-masing!
4) Mengapa protein hewani lebih tinggi nilai gizinya dibandingkan dengan
protein nabati. Jelaskan!
5) Berdasarkan ukuran molekulnya karbohidrat dibagi atas beberapa
kelompok. Sebutkan dan jelaskan masing-masing!
6) Apakah perbedaan dan persamaan antara selulosa dan hemiselulosa!
7) Apa yang dimaksud dengan emulsifier dan antioksidan? Jelaskan!
8) Apa yang dimaksud dengan enzim? Jelaskanlah!
9) Apa fungsi enzim amilase dan enzim pepsinase? Jelaskan!
10) Berdasarkan mudah terjadinya kerusakan, maka bahan pangan dapat
diklasifikasikan dalam 3 (tiga) golongan. Sebutkan dan jelaskan masing-
masing !
1.20 Teknologi Pengolahan Pangan
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 1
3) Asam amino yang dapat dibentuk oleh tubuh, sehingga tidak mutlak
harus terdapat dalam makanan disebut asam amino ....
A. non-esensial
B. esensial
C. utama
D. nabati
C. manganum
D. zincum
Kegiatan Belajar 2
Tabel 1.1.
Umur simpan beberapa bahan pangan
tidak pernah terlihat atau terduga sebelumnya, karena dari luar buah
menunjukkan keadaan utuh tidak berbeda dengan yang tidak mengalami
kerusakan.
1. Kerusakan Mikrobiologis
Kerusakan jenis ini disebabkan oleh mikroorganisme seperti kapang,
bakteri dan khamir (ragi). Jenis pangan yang dapat dirusak oleh mikroba
sangat tergantung pada komposisi bahan baku dan keadaannya setelah diolah.
Pada umumnya golongan bakteri mudah merusak bahan-bahan yang banyak
mengandung protein serta berkadar air tinggi. Kapang menyerang bahan yang
banyak mengandung pektin, pati dan selulosa, sedangkan khamir menyerang
bahan-bahan yang banyak mengandung gula.
Jenis kerusakan biologis pada makanan ditandai dengan timbulnya
kapang, kebusukan, lendir, terjadinya perubahan warna. Cara perusakannya
adalah dengan cara menghidrolisis atau mendegradasi makromolekul-
makromolekul yang menyusun bahan tersebut menjadi fraksi-fraksi yang
lebih kecil. Misalnya karbohidrat dipecah menjadi gula sederhana atau
pemecahan lebih lanjut dari gula menjadi asam-asam yang mempunyai atom
karbon dengan jumlah yang rendah. Protein dapat dipecah menjadi gugusan
peptida, senyawa amida dan gas amoniak, sedangkan lemak dapat dipecah
menjadi gliserol dan asam-asam lemak.
Dengan terpecahnya karbohidrat (pati, pektin atau selulosa), maka bahan
dapat mengalami pelunakan. Terjadinya asam dapat menurunkan pH, gas-gas
yang dihasilkan dapat mempengaruhi bau dan cita rasa bahan.
Kerusakan mikrobiologis ini merupakan bentuk kerusakan yang banyak
merugikan serta kadang-kadang berbahaya terhadap kesehatan manusia,
karena racun yang diproduksinya, penularan serta penjalaran kerusakan yang
cepat. Kerusakan mikrobiologis tidak hanya terjadi pada bahan mentah, tetapi
juga pada bahan setengah jadi maupun bahan hasil olahan. Makanan-
makanan dalam kaleng atau dalam botol dapat rusak dan kadang-kadang
PANG4312/MODUL 1 1.27
2. Kerusakan Biologis
Kerusakan biologis yaitu kerusakan yang disebabkan oleh kerusakan
fisiologis, serangga dan binatang pengerat.
Kerusakan fisiologis meliputi kerusakan yang disebabkan oleh reaksi-
reaksi metabolisme dalam bahan, atau oleh enzim-enzim yang terdapat di
dalamnya secara alami sehingga terjadi proses autolisis yang menyebabkan
terjadinya kerusakan dan pembusukan. Daging akan cepat rusak atau
membusuk, apabila disimpan pada suhu kamar karena terjadinya reaksi
autolisis. Keadaan serupa juga terjadi pada beberapa buah-buahan.
Apabila hewan ternak dipotong, maka akan terjadi penghentian sirkulasi
darah yang membawa oksigen ke jaringan otot (daging), hal ini akan
membatasi terjadinya metabolisme aerobik. Karena keadaan tersebut, maka
sistem metabolisme akan berubah menjadi metabolisme anaerobik yang
menghasilkan asam laktat. Hal ini akan menyebabkan pH turun menjadi
sekitar 5,6 − 5,8. Dengan turunnya pH, metabolisme anaerobik menjadi
lambat dan jumlah ATP menipis sehingga daging mengeras (rigormortis)
kemudian menjadi lunak kembali. Proses autolisis akan berlangsung,
sehingga daging menjadi rusak. Perubahan pH akan menyebabkan suatu jenis
pigmen dapat mengalami perubahan warna, misalnya khlorofil dan
anthocyanin. Penyimpangan warna normal sering diartikan sebagai
kerusakan. Denaturasi dan penggumpalan protein dapat terjadi karena
perbedaan pH maupun oleh pemanasan.
3. Kerusakan Fisik
Kerusakan fisik disebabkan oleh perlakuan-perlakuan fisik. Misalnya
pengeringan dapat menyebabkan terjadinya casehardening. Dalam
pendinginan dapat terjadi chilling injuries atau freezing injuries dan freezer
burn pada bahan yang dibekukan. Pada penggorengan atau pembakaran yang
terlalu lama dapat menyebabkan kegosongan, juga merupakan kerusakan
fisik.
1.28 Teknologi Pengolahan Pangan
4. Kerusakan Kimiawi
Kerusakan kimiawi biasanya saling berhubungan dengan kerusakan lain.
Adanya sinar dapat membantu terjadinya kerusakan kimiawi, misalnya
oksidasi lemak atau warna bahan menjadi lebih pucat (luntur) adanya oksigen
menyebabkan minyak menjadi tengik.
Untuk mencegah terjadinya ketengikan tersebut, biasanya digunakan
senyawa antioksidan. Antioksidan BHA dan BHT memberikan perlindungan
lebih baik terhadap oksidasi minyak goreng apabila dibandingkan dengan
tocoferol; butil hidroquinon tertier, dan propil galat. Sedangkan chelating
agent EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan isopropilsitrat kurang
efektif.
Timbulnya noda-noda hitam pada makanan kaleng, disebabkan oleh
adanya senyawa FeS, merupakan kerusakan kimia yang disebabkan oleh
coating atau enamel dari lapisan dalam kaleng yang tidak baik dan
mengadakan reaksi dengan H2S yang diproduksi oleh makanan tersebut.
Reaksi browning pada beberapa bahan dapat terjadi secara enzimatis
maupun non-enzimatis. Browning secara non-enzimatis ini dapat
menyebabkan timbulnya warna yang tidak diinginkan yaitu warna cokelat.
Browning non enzimatis merupakan kerusakan kimia.
1.30 Teknologi Pengolahan Pangan
5. Kerusakan Mekanis
Kerusakan mekanis disebabkan oleh adanya benturan-benturan mekanis,
misalnya benturan antara bahan atau karena benturan alat dengan bahan itu
sendiri, atau antara bahan pangan dengan wadah pengolahan. Contoh
kerusakan mekanis pada waktu buah-buahan dan sayuran dipanen dengan
alat, misalnya: mangga, durian yang dipanen dengan galah bambu dapat
rusak oleh galah tersebut atau memar karena jatuh terbentur batu atau tanah
keras. Beberapa umbi-umbian mengalami cacat karena tersobek atau
terpotong oleh cangkul atau alat penggali yang lain. Barang-barang yang
diangkut secara bulk transportation, bagian bawahnya akan tertindih dan
tertekan dari bagian atas dan sampingnya sehingga mengalami pememaran,
apalagi dalam kendaraan yang sedang berjalan seolah-olah bahan-bahan yang
ada di dalam diguncang dengan kuat, sehingga banyak mengalami kerusakan
mekanis.
Gejala kerusakan yang timbul antara lain memar (karena
tertindih/tertekan), gepeng, retak, pecah, sobek/terpotong dan lain-lain.
Komoditi pangan yang mudah mengalami kerusakan mekanis adalah buah-
buahan (terutama yang berkulit lunak), sayuran terutama adalah sayuran buah
(tomat, mentimun), telur dan umbi-umbian.
Gambar 1.1.
Beberapa bentuk bakteri
Gambar 1.2.
Beberapa bentuk kapang
Bakteri, ragi atau kapang yang tumbuh di dalam bahan pangan dapat
mengubah komposisi bahan pangan. Beberapa mikroba di antaranya dapat
menghidrolisis pati dan selulose atau menyebabkan fermentasi gula,
sedangkan mikroba lainnya menghasilkan enzim yang dapat menghidrolisis
lemak dan menyebabkan ketengikan, atau merusak protein yang
menghasilkan bau busuk. Beberapa mikroba tersebut dapat menghasilkan
lendir, gas, busa, warna yang menyimpang, asam, toksin dan lain-lainnya.
Jika makanan mengalami kontaminasi secara spontan dari udara, maka di
dalam makanan tersebut akan terdapat pertumbuhan campuran beberapa jenis
mikroba.
Bakteri, khamir dan kapang dapat tumbuh dengan baik pada keadaan
yang hangat dan lembab. Sebagian besar bakteri mempunyai kisaran suhu
pertumbuhan antara 45 – 550C, dan disebut bakteri termofilik.
Beberapa bakteri mempunyai kisaran suhu pertumbuhan antara 20 –
450C yang disebut bakteri mesofilik, dan yang lainnya mempunyai suhu
pertumbuhan di bawah 200C dan disebut bakteri psikrofilik. Spora dari
kebanyakan bakteri dapat mempertahankan diri pada suhu air mendidih, dan
apabila suhu turun spora akan bergerminasi dan berkembang biak.
PANG4312/MODUL 1 1.33
a. Air
Pertumbuhan mikroba tidak pernah terjadi tanpa adanya air. Air dalam
substrat yang dapat digunakan untuk pertumbuhan mikroba biasanya
dinyatakan dengan istilah water activity (aw) yaitu perbandingan antara
tekanan uap air dari larutan (P) dengan tekanan uap air murni pada suhu yang
sama (P0).
aw = p/p0 x
1) Bakteri
Umumnya bakteri membutuhkan air lebih banyak dari pada kapang atau
khamir. Sebagian besar bakteri dapat tumbuh dengan baik pada aw
mendekati 1.0 "Water activity" (aw) yang optimum dan batas terendah
untuk tumbuh tergantung dari macam bakteri, makanan, suhu, pH,
1.34 Teknologi Pengolahan Pangan
Tabel 1.2.
Batas aw terendah untuk beberapa macam bakteri
2) Kapang
Pada umumnya sebagian besar dari kapang membutuhkan aw yang lebih
sedikit daripada khamir dan bakteri. Hal inilah yang menyebabkan
makanan-makanan yang dikeringkan lebih banyak dirusak oleh kapang
daripada oleh bakteri dan khamir.
Water activity optimum dan kisaran aw untuk spora-spora asexual
bergerminasi adalah berbeda-beda untuk tiap-tiap kapang. Pada beberapa
kapang, aw minimum untuk spora-spora bergerminasi adalah 0,62,
sedangkan untuk kapang lain seperti Mucor, Rhizopus dan Botrytis
adalah 0,93.
Setiap kapang mempunyai aw minimum untuk tumbuh. Contoh aw
optimum untuk Aspergillus sp adalah 0,98 dan untuk Pennicillium sp
adalah 0,99. Untuk mencegah pertumbuhan kapang sebaiknya aw
diturunkan hingga di bawah 0,62, walaupun pada aw di bawah 0,7 sudah
dapat mencegah pertumbuhan kapang perusak makanan, sedangkan aw di
bawah 0,94 akan menghambat pertumbuhan Rhizopus dan di bawah 0,85
akan menghambat pertumbuhan Aspergillus sp. Pengurangan aw di
bawah batas optimum untuk kapang, akan menunda proses germinasi
dan mengurangi kecepatan pertumbuhan. Hal ini merupakan faktor
PANG4312/MODUL 1 1.35
b. Suhu
Setiap mikroba, baik bakteri, kapang dan khamir mempunyai suhu
optimum, suhu maksimum dan minimum untuk pertumbuhannya.
1) Bakteri
Suhu pertumbuhan untuk setiap bakteri berbeda-beda. Bakteri psikorfilik
dapat tumbuh dengan kecepatan yang relatif tinggi pada 00 C. Bakteri
psikrotropik dapat tumbuh pada lemari es dengan suhu di bawah 100 C.
Berdasarkan suhu optimumnya yaitu antara 20 sampai 450 C,
kebanyakan bakteri tersebut digolongkan dalam bakteri mesofilik.
Bakteri-bakteri yang mempunyai suhu optimum > 450 C termasuk
golongan termofilik dan bakteri ini ada obligat atau fakultatip termofilik.
Perubahan suhu yang sedikit saja, akan menghasilkan pertumbuhan
bakteri yang berbeda.
2) Kapang
Kebanyakan kapang adalah mesofilik dan mempunyai kisaran suhu
optimum antara 25 – 300 C atau suhu kamar, tetapi beberapa kapang
dapat tumbuh baik pada suhu 35 – 370 C, contoh adalah Aspergillus sp
dan beberapa spesies pada suhu yang lebih tinggi.
Kapang yang bersifat psikrofilik dapat tumbuh dengan baik pada suhu
pembekuan atau sedikit di atasnya, dan ada pula yang tumbuh secara
1.36 Teknologi Pengolahan Pangan
d. Oksigen
Berdasarkan proses respirasinya, mikroba dapat dibagi menjadi
4 golongan yaitu aerobik, anaerobik, fakultatif dan mikroaerofilik.
Mikroba termasuk golongan aerobik, apabila untuk tumbuhnya
memerlukan molekul oksigen bebas, sedangkan yang termasuk golongan
anaerobik dapat tumbuh dengan baik meskipun tanpa adanya oksigen bebas.
Golongan fakultatif dapat tumbuh dengan atau tanpa adanya oksigen bebas.
Mikroba yang mikroaerofilik membutuhkan hanya sejumlah kecil oksigen
bebas. Beberapa bakteri tergolong aerob dapat menggunakan oksigen yang
berasal dari hasil reduksi nitrat menjadi nitrit.
Kapang-kapang yang tumbuh pada makanan, umumnya adalah aerobik
karena membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Jenis khamir
fermentatif dapat tumbuh secara perlahan-lahan pada keadaan anaerobik.
PANG4312/MODUL 1 1.37
2. Aktifikasi Enzim
Enzim yang ada pada bahan pangan dapat berasal dari mikroba atau
memang sudah ada pada bahan pangan tersebut secara normal.
Aktivitas enzim dapat dicegah atau dihentikan sama sekali oleh panas,
perlakuan kimia, radiasi atau perlakuan lainnya. Dipandang dari segi
teknologi pangan, aktivitas enzim ada yang menguntungkan. Sebagai contoh
pada pembuatan sari buah, beberapa enzim misalnya pektinase dikehendaki
untuk menjernihkan sari buah seperti sari buah apel. Contoh lain adalah
penggunaan enzim papain (proteinase) untuk mengempukkan daging. Tetapi
pengempukan atau pematangan yang berlebihan dapat menyebabkan
pembusukan.
Keaktifan maksimum dari enzim pada umumnya terletak di antara pH 4
sampai 8, atau di sekitar pH 6. Meskipun demikian beberapa enzim misalnya
pepsin, masih menunjukkan keaktifannya sampai pH2, dan enzim fosfatase di
dalam darah sampai pH9 seperti terlihat pada Tabel 1.3.
Jika makanan didinginkan, disterilkan atau dipasteurisasi untuk
menginaktifkan mikroba, maka enzim akan sebagian atau seluruhnya rusak
atau menjadi inaktif. Beberapa enzim lebih tahan terhadap pemanasan,
pendinginan, pengeringan, radiasi atau cara-cara pengawetan lainnya
daripada mikroba. Sebagai contoh misalnya pemanasan atau radiasi mungkin
efektif untuk membunuh mikroba, tetapi enzim-enzim tertentu mungkin
masih dapat aktif.
Tabel 1.3.
Beberapa contoh enzim dengan substrat, hasil akhir dan pH optimumnya +)
5. Kadar Air
Kadar air pada permukaan bahan dipengaruhi oleh kelembaban nisbi RH
udara di sekitarnya. Apabila kadar air bahan rendah sedangkan RH di
sekitarnya tinggi, maka akan terjadi penyerapan uap air dari udara sehingga
kadar air bahan menjadi lebih tinggi.
Apabila suhu bahan lebih rendah (dingin) akan terjadi kondensasi udara
pada permukaan bahan dan dapat merupakan media yang baik bagi
perkembangbiakan bakteri atau pertumbuhan kapang. Kondensasi ini tidak
selalu berasal luar bahan. Di dalam pengepakan, beberapa bahan pangan
seperti buah-buahan dan sayuran dapat menghasilkan air dari respirasi dan
transpirasi. Air ini dapat membantu pertumbuhan mikroba.
Bahan pangan kering juga dapat menghasilkan air misalnya jika suhu
naik selama pengepakan, akibatnya kelembaban nisbi pada permukaan akan
berubah. Uap air ini kemudian dapat berkondensasi pada permukaan bahan
pangan, terutama jika suhu penyimpanan menurun.
7. Sinar (Cahaya)
Sinar dapat merusakkan beberapa vitamin terutama riboflavin, vitamin A
dan vitamin C, juga dapat merusak warna pangan. Sebagai contoh, misalnya
susu yang disimpan dalam botol yang tembus cahaya, flavor susu dapat
berubah karena terjadinya oksidasi lemak dan perubahan protein yang
dikatalis oleh sinar. Bahan-bahan yang sensitif terhadap sinar dapat
dilindungi dengan cara pengepakan di dalam wadah (bahan) yang tidak
tembus sinar.
8. Waktu Penyimpanan
Sesudah penyembelihan, pemanenan atau pengolahan terdapat saat di
mana bahan pangan mempunyai mutu terbaik, tetapi hal ini hanya
berlangsung sementara. Tergantung pada derajat kematangan waktu
pemanenan, beberapa bahan pangan dapat menurun mutunya dalam satu atau
dua hari, atau dalam beberapa jam setelah pemanenan atau pemotongan.
Efek kerusakan oleh pertumbuhan mikroba, keaktifan enzim, kerusakan
oleh serangga, pengaruh pemanasan atau pendinginan, kadar air, oksigen dan
sinar, semuanya dipengaruhi oleh waktu.
Pada umumnya waktu yang lebih lama akan menyebabkan kerusakan
bahan yang lebih besar, kecuali pada keju, minuman anggur dan lain-lainnya
yang tidak rusak selama penyimpanan, pemeraman atau aging.
L AT IH A N
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 2
4) Buah yang rusak karena terjatuh pada waktu dipetik termasuk dalam
jenis kerusakan ....
A. biologis
B. mekanis
C. mikrobiologis
D. salah semua
Kegiatan Belajar 3
A. PROSES AWAL
1. Pembersihan
Pembersihan dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang
mungkin terdapat pada bahan pangan, misalnya debu, pasir dan kontaminan
lain. Jenis-jenis kontaminan dapat dibedakan atas:
a. mineral, misalnya batu, tanah, logam dan sebagainya;
b. hewan, misalnya bulu rambut, kotoran, serangga;
c. tanaman, misalnya batang, daun, dan kulit;
d. bahan kimia, misalnya residu insektisida, residu pupuk;
e. mikroba, misalnya mikroba beserta hasil metabolismenya.
a. Metode kering
Gambar 1.3.
Penyaringan bertahap
1.48 Teknologi Pengolahan Pangan
Gambar 1.4.
Aspirasi penghembusan dengan udara
Aspirasi
Dengan cara penggosokan magnet (yang akan menarik kontaminan)
Gambar 1.5.
Aspirasi dengan cara penggosokan magnet
b. Metode basah
Pembersihan dengan cara basah
• Perendaman
tujuan: untuk melunakkan kotoran-kotoran yang menempel pada
bahan, dengan alat pembantu yaitu pengaduk.
• Perendaman dengan sistem rotasi
• Pencucian dengan spray (penyemprotan)
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
- tekanan air;
- volume;
- suhu;
- jarak: antara bahan dengan alas semakin dekat, bahan akan
semakin rusak;
PANG4312/MODUL 1 1.49
Misalnya buah apel yang busuk atau beban yang tenggelam dalam air, bisa
dikeluarkan dengan menyalurkan buah dalam sebuah tangki, untuk
selanjutnya buah yang baik dikumpulkan dalam wadah yang lain.
a. Faktor-faktor grading
Secara umum bahan pangan yang akan ditentukan kualitasnya dapat
dikelompokkan berdasarkan:
1) Ukuran dan bentuk.
2) Kedewasaan/kematangan: kesegaran telur, kemasakan/kematangan buah,
lama simpan daging.
3) Tekstur: keremahan dalam roti dan kue, kegaringan (kering dan segar)
pada daun seledri dan apel, kekentalan dari krim.
4) Flavor dan aroma.
5) Kegunaan: sebagai contoh keserasian bahan pangan untuk penggunaan
akhir, misalnya sifat penggilingan dan sifat pengembangan tepung, sifat
pengalengan dan pembekuan buah-buahan dan sayur-sayuran.
6) Keadaan bebas dari cacat : kekeruhan pada kuning telur, noda darah atau
keretakan kulit pada telur, kelembaman pada buah, lubang akibat adanya
serangga pada biji kopi.
7) Warna.
8) Keadaan bebas dari kontaminan: bulu tikus dan potongan serangga
dalam tepung; tanah dan residu obat; mikroorganisme dan produknya
dalam daging.
1.52 Teknologi Pengolahan Pangan
9) Keadaan bebas dari bagian yang tidak diinginkan dari bahan mentah
tulang dalam daging; daun atau kulit pada kacang polong dan buncis;
batang/tangkai atau batu pada buah.
B. PROSES KONVERSI
Proses konversi yaitu mengubah bentuk bahan yang satu menjadi bentuk
bahan yang lain, antara lain dengan cara-cara:
1. Penghancuran/Pengecilan Ukuran
Bahan mentah dengan ukuran yang besar dipotong-potong sehingga
berukuran lebih kecil, misalnya batang tebu dipotong-potong menjadi lebih
kecil agar lebih mudah digiling/dipres. Contoh lain misalnya untuk
pembuatan jus tomat, sebelum diblender tomat dipotong-potong agar
bentuknya lebih kecil dan lebih tipis sehingga lebih mudah untuk diblender.
Pengecilan ukuran dapat dibedakan menjadi pengecilan yang ekstrem
(penggilingan) dan pengecilan ukuran yang relatif masih berukuran besar,
misalnya pemotongan menjadi bentuk-bentuk yang khusus. Pengecilan
ukuran dapat dilakukan secara basah maupun kering.
Keuntungan-keuntungan pada penggilingan basah antara lain bahan
menjadi sangat lembut, berlangsung pada suhu yang tidak terlalu tinggi dan
sedikit kemungkinan terjadi oksidasi/ledakan.
2. Pembesaran Ukuran
Misalnya pada pembuatan kue anak-anak seperti chiki, dengan cara
ekstrusi, bentuk akan menjadi lebih besar.
3. Pemisahan
Pemisahan secara mekanis dapat dilakukan dengan penyaringan ataupun
sedimentasi. Sedangkan pemisahan secara fisik dapat dilakukan dengan cara
penguapan (evaporasi), kristalisasi, dan destilasi.
4. Pencampuran
Proses pencampuran dimaksudkan untuk membuat suatu bentuk yang
seragam dari beberapa konstituen, baik cair-padat (pasta), padat-padat dan
kadang-kadang cair-gas.
Berbagai proses pencampuran harus dilakukan dalam industri pangan
seperti pencampuran susu dengan cokelat, vitamin, mineral dan lain-lain.
Pada pembuatan susu bubuk bayi, setelah dihasilkan susu bubuk dengan
memakai alat spray drier, masih harus diperkaya supaya nilai gizinya
memenuhi syarat, maka susu bubuk tersebut masih harus dicampur dengan
pasir bubuk, dan vitamin yang diperlukan bayi seperti vitamin A, C, D, B dan
sebagainya.
C. PROSES PENGAWETAN
wadah yang langsung berhubungan dengan produk pangan, dan wadah kedua
yaitu wadah yang tidak langsung berhubungan (kontak) dengan produk
pangan.
Sebagai contoh wadah utama misalnya kaleng, botol, plastik atau kertas,
sedangkan wadah kedua misalnya kotak kayu, kotak dari kardus/karton dan
sebagainya.
Wadah utama harus bersifat tidak beracun dan inert sehingga tidak
menyebabkan terjadinya reaksi kimia, sehingga menyebabkan perubahan
warna, cita rasa dan perubahan-perubahan lainnya.
E. PROSES PENYIMPANAN
L AT IH A N
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 3
Daftar Pustaka
Pengolahan dengan
Suhu Tinggi
Ir. Tri Rosandari
P E N DA H UL U AN
masa simpan dan juga dapat mempertahankan nilai gizi maupun faktor-faktor
organoleptik dari suatu bahan pangan.
Modul 2 ini akan membahas mengenai 3 topik utama (kegiatan belajar)
yaitu:
1. pemanasan pada suhu sampai dengan 1000C,
2. pemanasan pada suhu di atas 1000C, dan
3. pengaruh pemanasan pada nilai gizi bahan pangan.
KEGIATAN BELAJAR 1
A. BLANCHING
B. PASTEURISASI
Susu adalah salah satu bahan pangan yang mempunyai kandungan gizi
lengkap. Lengkapnya nilai gizi susu merupakan media yang paling baik bagi
pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu dalam perlakuan pemanasan susu,
diharapkan semua mikroba patogen dapat terbunuh. Kandungan gizi susu
akan rusak apabila dipanaskan pada suhu yang tinggi, oleh karena itu perlu
dijaga agar nilai gizi susu tetap dapat dipertahankan dengan baik. Pemanasan
susu diusahakan pada suhu dan lamanya waktu pemanasan yang tepat agar
seluruh mikroba patogen dapat mati, akan tetapi nilai gizi tetap dapat
dipertahankan dengan baik. Pasteurisasi susu dilakukan pada suhu 1420F
sampai 1450F (610C sampai 630C) selama 30 menit, atau 1610F (71,70C)
selama 15 detik. Tujuan pasteurisasi susu adalah untuk menghindarkan
bakteri ricketsia penyebab off fever oleh bakteri Coxiella burnetti (di luar
negeri), dan di Indonesia biasanya ditujukan untuk membunuh
Mycobacterium tubercullosa yang dapat ditularkan melalui susu sapi. Suhu
pasteurisasi susu cukup untuk membunuh semua yeast jamur, bakteri gram
negatif dan beberapa bakteri gram positif.
Suhu pasteurisasi untuk es krim beberapa derajat lebih tinggi daripada
susu, karena krim yang ada dalam susu dapat membantu dan melindungi
mikroba dari perusakan. Oleh karena itu untuk dapat membunuh mikroba
yang ada di dalam es krim maka pasteurisasi dilakukan pada suhu yang lebih
tinggi daripada pasteurisasi susu.
Buah-buahan yang dikeringkan misalnya sale pisang, kismis, kurma dan
sebagainya biasanya masih mengandung mikroba. Bakteri Escherichia coli,
juga Coliform dan Salmonella typhy pada buah-buahan yang dikeringkan
akan mati apabila dilakukan pemanasan pada suhu 1600F (710C) selama 30
menit dengan kelembaban 75% atau lebih. Daging kepiting yang
dipasteurisasi pada suhu 1450F (630C) selama 30 menit, atau pada suhu 1500F
(770C) selama 20 menit, atau 1700F selama satu menit, dapat tahan disimpan
selama lima minggu pada suhu 410F sampai 430F (50C sampai 60C). Selain
itu daging kepiting tersebut bebas dari E. coli, sedangkan warna, bau dan cita
rasa tidak banyak mengalami perubahan.
PANG4312/MODUL 2 2.11
L AT IH A N
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 1
5) Untuk mengetahui penggunaan panas secara baik dan benar pada proses
pengolahan bahan pangan, maka perlu dipelajari lebih dahulu ….
A. perpindahan panas dari bahan dan atau ke dalam bahan
B. aktivitas enzim dalam bahan pangan
C. pertumbuhan mikroba dalam bahan pangan
D. daya tahan mikroba terhadap panas
Kegiatan Belajar 2
A. PEMASAKAN
hanya dalam waktu beberapa detik atau menit saja dapat dikategorikan ke
dalam proses blanching. Perebusan dan pengukusan bahan pangan sampai
matang dapat menurunkan nilai gizi misalnya vitamin. Namun dilain pihak
perebusan dan pengukusan sampai matang dapat meningkatkan daya cerna
protein dan pati.
Untuk penggorengan bahan pangan, karena menggunakan minyak
sebagai media pemanasnya, maka akan mencapai suhu lebih dari 1000C.
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk penggorengan tidak ditentukan
secara pasti karena disesuaikan dengan selera konsumen. Dalam proses
penggorengan perlu diperhatikan nilai gizi bahan, karena selain pengaruh
panas juga adanya vitamin yang bersifat larut dalam lemak. Selain itu perlu
diperhatikan juga pengaruh minyak sebagai media pemanasnya pada bahan
pangan yang digoreng.
Selama pemasakan terjadi perubahan-perubahan, yang kadang-kadang
dikehendaki tetapi kadang-kadang juga tidak, misalnya perubahan warna,
flavor dan tekstur. Perubahan yang diharapkan terjadi dalam pemasakan yaitu
adanya peningkatan daya cerna komponen bahan pangan, destruksi mikroba
dan toksin serta inaktivasi enzim yang tidak dikehendaki. Disamping itu ada
juga hal-hal yang tidak diinginkan selama pemasakan yaitu terutama
terjadinya degradasi atau penurunan nilai gizi (nutrien).
B. STERILISASI
bakteri relatif lebih tahan terhadap panas, maka sterilisasi dilakukan pada
suhu yang lebih tinggi daripada suhu pasteurisasi.
Seperti halnya pasteurisasi dan blanching, sterilisasi juga dilakukan
dengan menggu-nakan kombinasi antara suhu dan waktu. Suhu dan waktu
yang dibutuhkan untuk mem-bunuh masing-masing jenis mikroba berbeda.
Sebagai contoh, bakteri Escherichia coli dapat disterilisasi pada suhu 2120F
(1000C) selama dua menit atau pada suhu 1700 (770C) selama empat menit.
Sterilisasi untuk membunuh spora bakteri Bacillus anthracis dapat
dilakukan dengan beberapa macam kombinasi suhu dan waktu, yaitu:
1. suhu 2210F atau 1050C selama 8 menit
2. suhu 2120F atau 1000C selama 10 menit
3. suhu 2030F atau 950C selama 25 menit
4. suhu 1940F atau 900C selama 45 menit
Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa sterilisasi dilakukan pada suhu
antara 770C-1260C dalam waktu beberapa menit. Dalam proses sterilisasi
semakin rendah suhu yang digunakan, waktu yang dibutuhkan semakin lama.
Waktu pemanasan yang cukup lama lebih-lebih pada suhu yang tinggi akan
berakibat menurunnya beberapa nilai gizi. Untuk mengatasi hal ini maka
selain kombinasi suhu dan lamanya waktu pemanasan maka digunakan juga
tekanan. Sehingga dalam sterilisasi yang paling baik adalah dengan
menggunakan kombinasi antara suhu, waktu dan tekanan. Pemanasan pada
suhu tinggi yaitu lebih dari 1000 C, dapat dilakukan dengan menggunakan
2.22 Teknologi Pengolahan Pangan
uap panas bertekanan tinggi. Pemanasan seperti ini dapat dilakukan di dalam
sterilizer, autoclave atau retort. Sebagai contoh sterilisasi bahan pangan
dengan autoclave dapat diatur penggunaan suhu, waktu, dan tekanan sesuai
yang diinginkan. Di samping itu, proses pemanasan dapat juga dilakukan
dengan hydrostatic cooker, flame, bed sterilizer dan sebagainya.
Seringkali mikroba tumbuh lebih baik pada bahan pangan yang telah
mengalami proses pengolahan dibandingkan dengan bahan mentahnya. Hal
ini disebabkan oleh bahan pangan yang telah diolah mempunyai zat-zat gizi
lebih baik dan mikroba saingan telah dikurangi.
Agar bahan pangan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama,
maka biasanya sterilisasi diikuti dengan cara pengawetan lainnya.
Pengemasan dan pengaturan suhu penyimpanan yang tepat adalah sangat
mendukung pasca proses sterilisasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sterilisasi pada bahan pangan
yang dikalengkan adalah:
1. jumlah dan macam mikroba sebelum proses sterilisasi,
2. ketahanan mikroba atau sporanya terhadap panas,
3. sifat pemindahan panas bahan yaitu konveksi atau konduksi,
4. ukuran wadah untuk bahan pangan yang diawertkan,
5. keadaan bahan pangan misalnya pH atau reaksinya,
6. kadar air, komposisi serta volume bahan,
7. pengadukan selama proses sterilisasi berlangsung,
8. komposisi dan volume bahan pangan.
pemanasan bahan pangan tersebut dapat dilakukan pada suhu yang lebih
rendah daripada yang dibutuhkan oleh bahan-bahan yang berasam sedang
dengan pH di atas 4,5.
Perkembangan yang lebih baru dalam pengolahan bahan pangan adalah
sterilisasi dengan suhu sangat tinggi dan waktu pemanasan yang sangat
singkat. Sterilisasi tersebut dikenal dengan istilah UHT (Ultra High
Temperature), yaitu pemanasan yang dilakukan pada suhu sekitar 2100 F
sampai 3000 F atau lebih selama satu detik sampai dengan beberapa detik.
Pemanasan dengan metode UHT biasa dilakukan dalam proses pengo-lahan
susu.
L AT IH A N
R A NG KU M AN
kombinasi suhu dan waktu saja tidak cukup, maka perlu dikombinasikan
juga dengan tekanan.
TE S F OR M AT IF 2
9) Sterilisasi yang dilakukan pada suhu 1000 C sampai 1500 C atau lebih
dalam waktu satu detik sampai beberapa detik disebut ….
A. sterilisasi UHT
B. sterilisasi HTST
C. sterilisasi komersial
D. semua salah
10) Apabila dilihat dari suhu pemanasan dan mikroba yang mati, maka
sterilisasi komersial dapat dikatakan sama dengan ….
A. blanching
B. pasteurisasi
C. sterilisasi HTST
D. sterilisasi UHT
Kegiatan Belajar 3
b. Vitamin D
Vitamin D relatif stabil terhadap panas, sehingga tidak terjadi perubahan
selama proses pengolahan. Bahan pangan yang mengandung vitamin D
dapat disimpan lama tanpa mengalami perubahan yang berarti. Selama proses
pasteurisasi dan sterilisasi susu tidak terjadi kerusakan vitamin D. Demikian
pula dalam proses pengolahan susu bubuk, baik dengan sistem pengering
semprot (spray dryer) maupun dengan pengering drum (drum dryer) serta
dalam proses pengolahan susu kental manis, vitamin D tidak mengalami
kerusakan.
c. Vitamin E
Vitamin E yang merupakan antioksidan sangat mudah teroksidasi
terutama jika terdapat oksigen pada suhu tinggi. Daya tahan vitamin E
terhadap panas cukup baik, sehingga kehilangan vitamin E selama proses
pengolahan terutama disebabkan oleh karena oksidasi. Proses pemasakan
tidak menyebabkan banyak kehilangan vitamin E, tetapi vitamin E banyak
mengalami penyusutan selama penyimpanan. Minyak yang digunakan untuk
menggoreng hanya mengalami susut vitamin E sebesar 10 sampai 12 persen.
Akan tetapi minyak yang menempel pada produk hasil penggorengan dapat
mengalami susut yang lebih besar selama penyimpanan, walaupun disimpan
pada suhu beku. Sebagai contoh, kripik kentang (potato chips) yang disimpan
pada suhu 230C selama satu bulan mengalami susut vitamin E sebesar 71
persen, dan susut 77 persen dalam penyimpanan dua bulan. Apabila kripik
kentang disimpan pada suhu 120C akan mengalami susut vitamin E sebesar
60 persen dalam penyimpanan satu bulan dan susut 68 persen selama
disimpan dua bulan. Dalam perebusan tidak banyak vitamin E yang hilang,
karena tidak larut dalam air dan relatif stabil terhadap panas. Bahan pangan
yang digoreng dengan minyak terendam (deep fat frying) mengalami susut
vitamin E sebesar 32 sampai 75 persen. Pengalengan daging dan sayuran
menyebabkan susut vitamin E sebesar 41 sampai 65 persen.
d. Vitamin K
Vitamin K adalah vitamin yang bersifat tidak larut dalam air dan stabil
terhadap panas. Dalam proses pengolahan bahan pangan dengan
2.34 Teknologi Pengolahan Pangan
a. Vitamin C
Vitamin C yang juga biasa dikenal dengan asam askorbat, bersifat sangat
larut dalam air dan mudah teroksidasi. Proses oksidasi vitamin C dapat
dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim, oksidator serta katalis tembaga
dan besi. Dengan demikian maka vitamin C merupakan vitamin yang paling
mudah rusak. Selama pengolahan bahan pangan menjadi makanan kaleng,
proses blanching merupakan penyebab susut vitamin C terbesar pada buah
dan sayuran. Pada proses sterilisasi sari buah yang dikalengkan, susut
vitamin C hanya sebesar tiga sampai delapan persen. Dalam pembuatan
flakes kentang total susut vitamin C 57 sampai 63,5 persen, yang sebagian
besar disebabkan oleh proses blanching. Pembuatan flakes apel, terjadi
banyak penyusutan vitamin C yaitu delapan persen karena pengupasan, 62
persen karena blanching, 10 persen pada pembuatan pure (hancuran) dan
hanya ima persen pada proses pengeringan menggunakan drum dryer.
Sayuran yang direbus kemudian digoreng akan kehilangan vitamin C sebesar
22,2 sampai 78,8 persen. Kandungan vitamin C akan susut sebesar 18 persen
setelah bahan pangan digoreng pada suhu 1400C selama 30 menit.
b. Vitamin B1 (Tiamin)
Tiamin atau vitamin B1 bersifat larut dalam air, sehingga banyak yang
hilang karena terekstrak ke dalam air rebusan. Selain itu, vitamin B1
merupakan vitamin yang sangat labil. Oleh karena itu perlu penanganan yang
sangat hati-hati agar tidak hilang dalam proses pengolahan bahan pangan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan tiamin dalam produk
pangan adalah pH, suhu, dan lamanya waktu pemanasan, serta suhu dan
lamanya waktu penyimpanan.
Pengukusan nasi menyebabkan susut tiamin sebesar lima persen,
sedangkan pada perebusan akan mengalami penyusutan yang jauh lebih besar
terutama jika air yang digunakan bersifat basa. Perebusan beras dengan pH
sembilan sampai sepuluh menyebabkan kerusakan tiamin sebesar 60 sampai
70 persen. Apabila digunakan pH empat sampai lima, kerusakan tiamin
PANG4312/MODUL 2 2.35
hanya lima sampai delapan persen. Jika perebusan dengan menggunakan air
sumur, akan terjadi kehilangan tiamin sebesar 36 persen. Penggunaan
akuades untuk perebusan beras, tidak terjadi kerusakan pada tiamin.
Pemasakan kembali sayuran beku menyebabkan kehilangan rata-rata 16
persen tiamin, karena sebagian larut dalam air rebusan. Pada proses
pengolahan susu akan menyebabkan susut tiamin sebagai berikut:
pasteurisasi 10 persen, sterilisasi sebesar 30 persen, spray drying 10 persen,
drum drying 151 persen dan kondensasi 40 persen.
c. Vitamin B2 (Riboflavin)
Riboflavin bersifat stabil terhadap panas di dalam larutan asam, dan
relatif stabil pada pH netral, tetapi peka terhadap basa. Kehilangan riboflavin
pada sayuran yang dikalengkan berkisar antara 25 sampai 70 persen,
termasuk kehilangan akibat leaching. Pemasakan daging hanya sedikit
menyebabkan kerusakan riboflavin, dan susut yang terjadi umumnya kurang
dari 10 persen. Pada proses pemanggangan bahan pangan hanya sedikit
terjadi susut riboflavin. Selama proses pasteurisasi dan sterilisasi tidak terjadi
kerusakan riboflavin. Kerusak atau susut riboflavin selama proses
pasteurisasi dan sterilisasi kemungkinan disebabkan pengaruh cahaya.
d. Vitamin B6 (Piridoksin)
Kehilangan vitamin B6 dalam pengalengan sayuran berkisar antara 40
sampai 70 persen, sedangkan pada pengalengan buah-buahan susut vitamin
B6 rata-rata 38 persen. Pengawetan beku sayuran menyebabkan susut vitamin
B6 sekitar 40 sampai 60 persen. Pemanasan kembali sayuran beku
mengakibatkan susut rata-rata 29 persen. Buah dan sari buah mengalami
susut vitamin B6 sebanyak 95 persen selama proses pengawetan beku dan
susut 38 ersen selama roses pengawetan lainnya. Selama proses pasteurisasi
dan sterilisasi susu, tidak terjadi susut vitamin B6 yang berarti, kecuali jika
dilakukan dalam wadah botol. Pasteurisasi HTST (High Temperature Short
Time) selama dua sampai tiga detik pada suhu 920C atau pendidihan, hanya
menyebabkan susut vitamin B6 sebesar tiga persen. Sterilisasi susu dalam
botol pada suhu 119 sampai 1200C selama 13 sampai 15 menit menyebabkan
kerusakan vitamin B6 sampai 84 persen. Sterilisasi HTST dan UHT (Ultra
High Temperature) terhadap susu yang telah mengalami pemanasan
pendahuluan, tidak menyebabkan susut vitamin B6 yang berarti.
2.36 Teknologi Pengolahan Pangan
Secara fisik, mineral dapat dibebaskan dari kompleksnya, oleh karena itu
proses secara fisik dapat dijadikan pertimbangan dalam meningkatkan
tersedianya mineral secara biologis. Proses pendidihan dapat menyebabkan
peningkatan pengikatan Zn dan Mg oleh tepung kedelai pada pH 5 dan pH
6,8. Akan tetapi pengikatan Fe dan Ca tidak terpengaruh oleh perubahan pH.
Pemanggangan akan meningkatkan pengikatan Zn dan Ca pada kedua
nilai pH tersebut di atas, tetapi pH yang bervariasi tidak berpengaruh pada
pengikatan Fe dan Mg. Pemanggangan tidak berpengaruh pada pengikatan
logam oleh selulosa, tetapi akan berpengaruh pada pengikatan logam oleh
kulit gandum dan lignin. Proses perebusan berpengaruh pada semua senyawa
inhibitor (penghambat) potensial. Hal ini dapat terlihat bahwa pada saat susu
dipanaskan akan terjadi penurunan ion kalsium, dan pengaruhnya
proporsional dengan intensitas panas yang diberikan.
PANG4312/MODUL 2 2.37
LAT IH A N
R A NG KU M AN
1. Nutrien atau zat-zat gizi adalah senyawa kimia yang diperlukan oleh
tubuh. Zat-zat gizi tersebut oleh tubuh dimanfaatkan sebagai sumber
energi, untuk pertumbuhan, untuk mengganti sel-sel yang rusak, dan
untuk mengatur metabolisme.
2. Proses pengolahan dengan menggunakan panas (suhu tinggi) sangat
berpe-ngaruh pada nilai gizi bahan pangan. Pengaruh pemanasan
pada nilai gizi bahan pangan dapat bersifat positif dan dapat pula
bersifat negatif. Pengaruh pemanasan bersifat positif apabila
perubahan nilai gizi bersifat menguntungkan bagi tubuh. Sebagai
contoh, pemanasan bahan pangan dapat meningkatkan daya cerna
protein dan pati. Proses pemanasan berpengaruh pada pembentukan
flavor sebagai akibat dari pecahnya komponen-komponen lemak
dalam bahan.
3. Pengaruh pemanasan akan bersifat negatif apabila terjadi penurunan
nilai gizi bahan pangan. Sebagai contoh misalnya, terjadinya
penurunan beberapa vitamin selama proses pemasakan. Vitamin-
vitamin yang mudah rusak akibat proses pemanasan antara lain
vitamin C, vitamin B1, vitamin B6. Namun demikian, perlu
diketahui bahwa tidak semua zat gizi akan berubah akibat adanya
proses pengolahan dengan menggunakan panas atau pengolahan
dengan suhu tinggi. Akan tetapi karena pentingnya nilai gizi bagi
tubuh, maka perlu dilakukan evaluasi pada bahan pangan yang telah
mengalami proses pengolahan dengan menggunakan suhu tinggi.
PANG4312/MODUL 2 2.39
TE S F OR M AT IF 3
6) Bau tengik yang timbul dalam bahan pangan yang telah diolah
disebabkan oleh ….
A. oksidasi asam lemak tidak jenuh
B. degradasi asam lemak
2.40 Teknologi Pengolahan Pangan
8) Pati yang dipanaskan pada suhu sekitar 650C akan mengalami proses
gelatinasi yaitu suatu proses ….
A. pembengkakan granula pati
B. pemecahan pektin
C. pemecahan pati
D. hidrolisis pati
10) Vitamin B1 (tiamin) merupakan salah satu jenis vitamin yang larut
dalam air dan sangat labil terhadap pemanasan. Kehilangan tiamin dalam
pemasakan bahan pangan karena ….
A. teroksidasi oleh oksigen
B. terdegradasi oleh panas
C. terdenaturasi oleh panas
D. terekstraksi ke dalam air
Daftar Pustaka
Buckle K.A et.al. (1985). Ilmu Pangan. Terjemahan Hari Purnomo dan
Adiono. Jakarta: Universitas Indonesia.
Deddy Muchtadi dan Nurhenu Sri Palupi. (1992). Metode Kimia Biokimia
dan Biologi dalam Evaluasi Nilai Gizi Pangan Olahan. Bogor: IPB
Press.
Wieser H.H. dan George J.M. (1971). Practical Food Microbiology. Edisi
kedua. London, England: The Avi Publishing Company, Inc.
Pengolahan dengan
Suhu Rendah
Ir. Muhami, M.S.
PEN DAHUL UA N
B ahan pangan terdiri atas pangan nabati dan pangan hewani. Pangan
nabati antara lain yaitu biji-bijian (contoh beras, jagung, gandum, dan
lain-lain); kacang-kacangan (contoh kacang tanah, kacang kedelai, kacang
hijau, dan lain-lain); umbi-umbian (contoh ubi kayu, ubi jalar, dan lain-lain);
buah-buahan (contoh pepaya, pisang, mangga, dan lain-lain); sayur-sayuran
(contoh kubis, sawi, kangkung, bayam, dan lain-lain). Pangan hewani antara
lain yaitu daging, susu, telur, ikan, dan lain-lain. Bahan pangan baik dalam
keadaan, segar, awetan, atau olahan, mempunyai potensi untuk rusak.
Kerusakan bahan pangan dapat disebabkan oleh aktivitas mikroba (seperti:
bakteri, kapang, khamir), aktivitas enzim yang ada di dalam bahan pangan
tersebut, dan lain-lain.
Aktivitas enzim dan mikroba dalam bahan pangan akan berlangsung
pada kisaran suhu tertentu. Setiap mikroba, baik bakteri, kapang, maupun
khamir mempunyai suhu optimum, suhu minimum dan suhu maksimum
untuk tumbuh dan beraktivitas. Suhu optimum adalah suhu rata-rata mikroba
dapat tumbuh dan beraktivitas dengan baik. Suhu minimum adalah suhu
terendah, mikroba masih dapat tumbuh, sedang suhu maksimum adalah suhu
tertinggi untuk pertumbuhan mikroba.
Suhu optimum kapang dan khamir, rata-rata sekitar 200C – 300C atau
suhu ruang, akan tetapi ada beberapa kapang dan khamir yang masih dapat
tumbuh pada suhu lebih tinggi atau lebih rendah dari kisaran suhu tersebut.
Suhu optimum bakteri yaitu sekitar 200C - 450C. Sama dengan kapang dan
khamir, untuk pertumbuhannya bakteri juga ada yang memerlukan suhu
optimum lebih tinggi atau lebih rendah dari kisaran suhu 200C - 450C. Begitu
pula enzim untuk aktivitasnya memerlukan suhu tertentu. Pada umumnya
suhu optimum untuk aktivitas enzim adalah sekitar suhu ruang atau + 270C.
3.2 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Enzim yang terdapat dalam bahan pangan dapat berasal dari bahan pangan itu
sendiri atau hasil ekskresi mikroba.
Untuk mencegah kerusakan bahan pangan, maka salah satu cara adalah
dengan menghambat atau menghentikan aktivitas enzim dan mikroba.
Aktivitas dan pertumbuhan mikroba, serta aktivitas enzim dapat dilambatkan,
dihambat, atau dihentikan antara lain dengan perlakuan suhu tinggi atau, suhu
rendah.
Dengan mempelajari modul ini diharapkan Anda dapat menjelaskan
cara-cara pengolahan bahan pangan dengan suhu rendah.
⚫ PANG4312/MODUL 3 3.3
Kegiatan Belajar 1
Tabel 3.1.
Kisaran suhu yang dianjurkan untuk penyimpanan bahan pangan
A. ENERGI PENDINGINAN
Contoh:
Berapa panas yang dikeluarkan untuk membekukan air seberat satu
kilogram (1 kg) pada suhu 250C menjadi es yang mempunyai suhu 300C.
Untuk mengetahui:
Jumlah panas yang dibutuhkan untuk membekukan air menjadi es pada
suhu -300 C, diperlukan tiga tahap perhitungan, yaitu:
1. Panas yang dibutuhkan/dikeluarkan untuk menurunkan suhu air dari
250C, menjadi 00C.
3.6 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Rumus tahap 1: T × m × Cp
Rumus tahap 2 : m × Cp
Rumus tahap 3: T × m × Cp
-
Gambar 3.1.
Tahapan proses pendinginan/pembekuan
⚫ PANG4312/MODUL 3 3.7
Panas yang harus dikeluarkan untuk menurunkan suhu dari 250C menjadi 00C
adalah (25 - 0) 0C × 1 kg × 4,1832 kJ/kg 0C = 04,58 kJ.
Panas yang dikeluarkan untuk membekukan air 1 kg × 264,926 kJ/kg =
264,92.
Panas yang harus dikeluarkan untuk mengubah es pada 00C menjadi es
-300C, adalah (30 - 0) 0C × 1 kg × 2,0079 kJ/kg0C = 60,237 kJ.
Jadi panas yang harus dikeluarkan seluruhnya untuk mengubah air pada 250C
menjadi es pada -300C adalah:
Contoh:
Berapa panas jenis udang sebelum pembekuan dan setelah pembekuan,
apabila kadar air udang 75 persen.
Jawab:
Panas jenis sebelum pembekuan
= 0,008 × 75 + 0,20 = 0,8 BTU/lb
= (0,8 × 1,055 kJ) / (0,454 kg × 5/9 °C) = 3,35 kJ/kg °C
Panas jenis setelah pembekuan
= 0,003 × 75 + 0,20 = 0,425 BTU/lb
= (0,425 ×1,055 kJ)/(0,454 × 5/9 °C) = 1,78 kJ/kg°C
Pada Tabel 3.2. disajikan contoh panas jenis sebelum pembekuan dan
panas jenis setelah pembekuan serta panas laten beberapa komoditas
3.8 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Tabel 3.2.
Panas jenis dan panas laten beberapa komoditas
Gambar 3.3.
Unit pendingin dengan sistem kompresi
Keterangan:
1. Klep ekspansi
2. Ruang pembekuan 5. Kondensor
(freezer)
3. Evaporator (cooling 6. Penerima (receiver) bahan
coil) pendingin cair
4. Kompresor 7. Air pendingin masuk ke dalam
kondensor
3.12 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Gambar 3.4.
Unit pendingin dengan sistem absorpsi
Keterangan:
1. Klep ekspansi 5. Absorber
2. Ruang pembekuan 6. Generator
3. Evaporator 7. Kondensor
4. Pompa 8. Receiver
LA TIH AN
RA NGK UMA N
antara pendinginan dan pembekuan antara lain adalah dalam hal daya
simpan bahan pangan, keaktifan mikroba di dalam bahan pangan, rasa,
tekstur, nilai gizi dan sifat lain-lainnya.
1) Panas yang dikeluarkan untuk menurunkan suhu air dari 270C menjadi
00C adalah ....
A. 56,47 Joule
B. 56,47 kJ
C. 112,95 Joule
D. 112,95 kJ
4) Panas yang dikeluarkan untuk menurunkan mengubah air dari suhu 270C
menjadi suhu 10°C, adalah ....
A. 198,97 Joule
B. 397,94 Joule
C. 198,97 kJ
D. 397,94 kJ
5) Panas jenis sebelum pembekuan dari ikan kakap dengan kadar air 77%
adalah ....
A. 0,816 BTU/lb
B. 3,14 kJ/kg 0C
⚫ PANG4312/MODUL 3 3.15
6) Panas jenis setelah pembekuan dari ikan kakap dengan kadar air 77%
adalah ....
A. 0,431 BTU/lb
B. 1,803 kJ/kg0C
C. jawaban A dan B benar
D. jawaban A dan B salah
Kegiatan Belajar 2
Pendinginan
Kecepatan atau laju respirasi dapat dipengaruhi antara lain oleh suhu dan
komposisi udara (perbandingan gas CO2 dan O2). Respirasi akan berjalan
normal pada suhu ruang (+ 270C), dan pada suhu yang lebih rendah dari
suhu ruang, laju respirasi akan berlangsung lambat. Setiap kenaikan suhu
100C laju respirasi akan dua kali atau tiga kali lebih besar, contoh buah apel
yang disimpan pada suhu 100C, akan mengalami proses pemasakan dan
respirasi tiga kali lebih cepat daripada yang disimpan pada suhu 100C. Buah-
buahan dan sayur-sayuran dapat diklasifikasikan menurut laju respirasinya.
Pada Tabel 3.3 diperlihatkan klasifikasi buah-buahan dan sayuran menurut
laju respirasinya pada suhu 50C.
⚫ PANG4312/MODUL 3 3.19
Laju respirasi suatu jenis komoditi tergantung pada varietas, daerah asal,
kondisi penanaman dan musim tanamnya. Semakin cepat atau semakin tinggi
laju respirasi, berarti buah-buahan atau sayuran akan semakin mudah
membusuk. Oleh karena itu untuk memperpanjang daya simpan atau
mempertahankan kesegaran buah-buahan dan sayur-sayuran, sebaiknya laju
respirasi diperlambat.
Tabel 3.3.
Klasifikas1 buah-buahan dan sayur-sayuran menurut laju respirasinya pada
suhu penyimpanan 50C
Laju
respirasi
Kelas Komoditas
(CO2/k
jam)
Sangat lambat <5 Sayur-sayuran; kurma; buah-buahan kering; kacang-
kacangan dan lain-lain.
Lambat 5 – 10 Apel; anggur; buah kiwi; bawang putih; bawang merah;
kentang dan lain-lain.
Sedang 10 – 20 Aprikot, cherry; kubis; pisang, pear; seledri; tomat;
wortel; dan lain-lain.
Tinggi 20 – 40 Alpukat, bunga kol; strawberry dan lain-lain.
Sangat tinggi 40 – 60 Buncis dan lain-lain.
Ekstrem tinggi > 60 Asparagus; brokoli; jamur; jagung manis dan lain-lain.
Pendinginan adalah salah satu cara untuk mengurangi laju respirasi pada
buah-buahan dan sayur-sayuran. Selain menurunkan laju respirasi,
pendinginan juga dapat mengurangi:
1. Proses penuaan, yaitu adanya pemasakan (ripening), pelunakan, dan
perubahan lain, seperti warna, dan tekstur.
2. Kehilangan air dan pelayuan.
3. Proses pertumbuhan yang tidak dikehendaki, seperti pertunasan
(sprouting) pada kentang.
Suhu
Tanda-tanda chiling injury, jika suhu pendinginan
Komoditi penyimpanan
di bawah suhu terbaik
terbaik (0C)
Buah-buahan
Apel 1–2 Cokelat bagian dalam
Alpukat 7,5 Luka, bopeng, cokelat bagian dalam
Anggur 7,5 Cokelat bagian dalam, lunak dan pecah
Jeruk 2-3 Kulit tidak beraturan
Mangga 10 Warna pucat bagian dalam
Nenas 10 - 30 Lembek
Pepaya 7,5 Pecah
Pisang 13,5 Warna gelap jika masak
Sayur-sayuran
Buncis 7,5 -10 Bopeng, lembek, kemerah-merahan
Kentang 74,5 Cokelat
Ketimun 107,5 Bopeng, lembek, busuk
Kubis 0 Garis-garis cokelat pada tangkai
Terong 7 -10 Bintik-bintik cokelat
Tomat hijau 13 Tidak berwarna jika masak, mudah menjadi busuk
Tomat matang 10 Pecah
Wortel 0 -1,5 Pecah
Sumber: Winarno, 1989
Pada jaringan hewan, setelah hewan disembelih dan mati, sirkulasi darah
dan pernapasan berhenti, sehingga suplai oksigen ke dalam otot juga terhenti,
3.22 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
dan akibatnya proses pembakaran glikogen dan produksi ATP juga terhenti.
Senyawa ATP diperlukan untuk mempertahankan jaringan otot agar tetap
dalam kondisi lunak, lemas, dan halus. Oleh karena itu beberapa saat setelah
hewan disembelih, kondisi jaringan ototnya masih lunak dan lemas, karena
pada saat itu pada jaringan ototnya masih terdapat sisa-sisa ATP dan
glikogen.
Kondisi demikian disebut fase prerigormortis, fase ini dapat berlangsung
selama satu sampai tujuh jam, atau tergantung jenis hewannya. Semakin lama
hewan itu mati, semakin banyak terjadi pemecahan senyawa ATP, padahal
pembentukan ATP sudah berhenti, dan akibatnya senyawa ATP di dalam
jaringan otot semakin sedikit, atau bahkan habis. Penurunan senyawa ATP
menyebabkan jaringan otot menjadi keras, kaku dan kasar, keadaan demikian
disebut fase rigormortis.
Kandungan glikogen yang tersisa dalam jaringan otot akan terpecah
menjadi asam laktat, dan reaksinya sebagai berikut.
suhu udara pendingin 80C, dengan kecepatan 0,5 m per detik. Pada suhu
pendingin 00C, dan kecepatan udara pendingin 3 m per detik, waktu yang
diperlukan untuk menurunkan suhu karkas sapi seberat 100 kg dapat
diturunkan hingga 100C adalah 16 jam.
Penyimpanan daging dingin sebaiknya dibatasi dalam waktu yang relatif
singkat, karena adanya perubahan-perubahan kerusakan yang meningkat
seiring dengan lama waktu penyimpanan. Faktor yang mempengaruhi lama
simpan daging dingin, antara lain adalah jumlah mikroba awal, suhu dan
kelembaban selama penyimpanan, ada tidaknya pelindung (misalnya lemak,
atau kulit), spesies ternak, dan tipe produk yang disimpan. Jumlah mikroba
awal merupakan faktor yang paling berpengaruh pada masa simpan atau daya
tahan daging segar atau daging proses. Kontaminasi mikroba selanjutnya,
dapat terjadi selama penanganan, pengolahan, pengepakan, dan
penyimpanan. Kontaminasi lanjutan tersebut juga mempengaruhi masa
simpan daging. Pelindung karkas, seperti lemak atau kulit, atau pembungkus,
atau film pelindung dapat mencegah atau mengurangi kontaminasi mikroba,
dehidrasi, dan diskolorasi permukaan, dan pengerutan daging.
LA TIH AN
dan suhu (faktor luar/ eksternal). Semakin cepat laju respirasi semakin
cepat pula laju kematangan buah-buahan dan sayur-sayuran, sehingga
komoditas tersebut cepat masak dan akibatnya semakin cepat terjadi
kebusukan. Anda diharapkan membaca kembali mengenai mekanisme
respirasi.
3) Fluktuasi suhu adalah tinggi rendahnya suhu (suhu tidak stabil). Anda
diharap mengingat atau membaca kembali mengenai fluktuasi suhu
dengan kemungkinan mikroba aktif dan pembusukan.
4) Variasi suhu adalah beberapa tingkat suhu. Apabila selama pendinginan
terjadi variasi suhu artinya di dalam ruang pendingin tersebut suhunya
tidak sama, yaitu suhu di lapisan atas lebih tinggi atau lebih rendah dari
pada suhu di lapisan bawahnya, demikian pula sebaliknya. Anda diharap
mengingat atau membaca kembali mengenai akibat variasi suhu terhadap
keseragaman-kematangan pangan.
RA NGK UMA N
3) Mikroba yang masih dapat hidup pada suhu rendah termasuk golongan
adalah ....
A. Halofil
B. Mesofil
C. Psikhrofil
D. Thermofil
8) Bila suhu di dalam ruang pendinginan pada lapisan atas 100C, lapisan
tengah 70C, dan lapisan bawah 40C, maka dapat dikatakan bahwa selama
pendinginan terjadi ….
A. variasi suhu
B. fluktuasi suhu
C. kombinasi suhu
D. turun naik suhu
9) Apabila suhu di dalam ruang pendingin pada pagi hari 50C, pada siang
hari 70C, dan pada malam hari 40C, maka dapat dikatakan bahwa selama
pendinginan, terjadi ….
A. variasi suhu
B. fluktuasi suhu
C. kombinasi suhu
D. turun naik suhu
10) Masa simpan bahan pangan di dalam ruang pendingin antara lain
tergantung pada ….
A. pengemasan
B. jumlah mikroba awal
C. suhu dan kelembaban selama penyimpanan
D. semua jawaban di atas benar
Kegiatan Belajar 3
Pembekuan
A. METODE PEMBEKUAN
2. Blast freezing pada metode ini bahan ditempatkan dalam suatu ruang
pembeku, dan udara bersuhu rendah dihembuskan ke dalam ruang
tersebut.
3. Contact plate freezing, pada metode ini bahan dibekukan dengan pelat-
pelat pembeku yang ditempelkan pada bahan.
4. Immersion freezing pada metode ini bahan yang akan dibekukan
dicelupkan pada cairan yang sangat dingin.
5. Spray freezing, bahan pembeku disemprotkan dengan tekanan tinggi
melalui lubang kecil pada bahan yang akan dibekukan.
6. The bland process, kombinasi antara immersion freezing dan blast
freezing.
7. Cryogenic freezing, adalah pembekuan dengan menggunakan gas
nitrogen yang dicairkan atau karbondioksida cair.
Untuk menjaga agar kualitas produk beku tetap baik, maka suhu rendah
harus dipertahankan sampai pada saat produk tersebut sampai ke tangan
konsumen.
Tabel 3.5.
Masa simpan daging beku
LA TIH AN
RA NGK UMA N
8) Thawing adalah ….
A. penyegaran bahan pangan beku ke keadaan semula, yaitu keadaan
seperti sebelum pembekuan
B. pencairan kristal-kristal es yang berada di dalam sel bahan pangan
C. penyegaran bahan pangan ke keadaan semula
D. jawaban A, B, dan C benar
Daftar Pustaka
Earle, R.L. (1983). Unit Operations in Food Processing. Oxford. New York.
Toronto. Sydney. Paris. Frankfurt: Pergamon Press.
Syarief, Rizal dan Anies Irawati. (1986). Pengetahuan Bahan untuk Industri
Pertanian. MSP.
3.42 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Teknik Pengolahan
Modern
Ir. Rulyenzi Rasyid
Ir. Rastita Saragih, M.S.
PEN DAHUL UA N
Kegiatan Belajar 1
Iradiasi Pangan
1. Pengertian Iradiasi
Mempelajari pengertian suatu istilah adalah sangat penting guna
menghindari terjadinya salah penggunaan, salah pengertian maupun salah
persepsi terhadap istilah yang sedang dipelajari.
Iradiasi adalah salah satu cara fisik seperti pemanasan dan pembekuan
atau pendinginan, yang dapat digunakan untuk mengawetkan atau
memperpanjang daya awet bahan makanan (Maha, 1985).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1987), memberikan batasan
tentang iradiasi adalah setiap prosedur, metode ataupun perlakuan secara
fisika yang dimaksudkan untuk melakukan radiasi ionisasi pada pangan, baik
digunakan penyinaran tunggal maupun beberapa penyinaran dalam dosis
yang diizinkan.
Iradiasi pangan menggunakan energi elektromagnetik tertentu, yaitu
energi dari radiasi pengion. Sinar X, salah satu bentuk sinar pengion,
ditemukan pada tahun 1895.
Radioaktivitas dan radiasi pengion yang berkaitan dengannya yaitu sinar
, , dan . Sinar paling banyak digunakan di dalam proses pengolahan
pangan, karena mempunyai daya tembus yang paling besar.
Berdasarkan spektrum elektromagnetiknya radiasi dibedakan menjadi
2 macam, yaitu:
a. radiasi panas (heat radiation)
Radiasi panas adalah radiasi yang menggunakan sinar dengan frekuensi
rendah atau gelombang panjang. Misalnya sinar infra merah.
b. radiasi pengion (ionizing radiation)
Radiasi pengion adalah radiasi menggunakan sinar dengan frekuensi
tinggi atau gelombang pendek. Misalnya sinar ultra violet, , , dan .
2. Proses Iradiasi
Sebelum kita lanjut untuk menjelaskan dan mengetahui proses iradiasi,
ada beberapa langkah proses yang harus dilakukan sebelum pangan di
iradiasi. Langkah pertama dilakukan seleksi pangan. Pangan yang di iradiasi
harus dipilih kesegarannya atau dengan perkataan lain pangan yang akan di
iradiasi dipilih yang segar dan bermutu baik dan terhindar dari kerusakan-
kerusakan.
Langkah kedua pembersihan kotoran-kotoran yang mungkin menempel
pada pangan, dibersihkan terlebih dahulu. Hal ini untuk mengurangi jumlah
mikroorganisme yang akan dimusnahkan pada perlakuan/proses iradiasi.
Langkah ketiga pembungkusan. Bahan yang di iradiasi penting sekali
dibungkus (dikemas) guna mengurangi dan melindungi adanya kontaminasi
setelah proses iradiasi. Selanjutnya langkah keempat yaitu blansir. Sebelum
di iradiasi, proses blansir pada sayur-sayuran adalah perlakuan yang baik
untuk inaktifasi enzim.
Penggunaan radiasi pada pangan bertujuan untuk membunuh mikroba
perusak. Sebuah sinar tunggal dari energi radiasi dapat membunuh jutaan
mikroba, bukan saja yang terdapat di permukaan bahan, tetapi juga di
dalamnya. Sesungguhnya bukan hanya mikroba yang dapat dimusnahkan
tetapi juga serangga. Selama proses iradiasi, pangan terkena energi radiasi
sedemikian rupa sehingga memungkinkan terserap dosis khusus yang tepat.
Sarana untuk proses iradiasi ada 2 tipe. Tipe 1 yaitu tipe batch (jaringan)
dan tipe ke-2 yaitu tipe sinambung. Pada tipe batch, wadah (sel) tempat
bahan yang di iradiasi dikosongkan dan kemudian diisi bahan yang akan di
iradiasi, bahan di iradiasi sesuai dengan waktu dan dosis tertentu. Rancangan
dan cara kerja tipe batch lebih sederhana dan lebih mudah diubah-ubah, dapat
digunakan untuk dosis yang berbeda-beda dan mudah diterapkan pada
percobaan.
Tipe sinambung, pangan dilewatkan ke dalam sel pada laju yang sudah
diatur dan sudah diperhitungkan untuk memastikan bahwa seluruh bahan
mendapat dosis yang tepat.
4.6 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Sarana ini lebih sesuai untuk iradiasi sejumlah besar pangan sejenis pada
satu dosis tertentu. Proses sinambung lebih disukai industri pangan, antara
lain karena lebih ekonomis.
Sumber iradiasi bisa berupa mesin maupun radionuklida. Sumber ini
harus ditempatkan di dalam suatu tempat atau sel yang terlindung dan
dirancang khusus untuk mencegah radiasi terhadap pekerja. Pada sumber
mesin maupun radionuklida, terdapat alat pengendali yang mengatur dan
memantau jalannya iradiasi. Alat ini mengendalikan gerakan sumber radiasi
dan tempat penyimpanan ke posisi penggunaan dan sebaliknya atau untuk
mematikan mesin sumber radiasi.
Sumber radiasi mesin lebih mudah dijalankan dan dapat dimatikan
apabila pekerja harus masuk ke dalam sel untuk menaruh produk atau ketika
merawat mesin. Apabila sumber radiasi berupa radionuklida, radiasi terjadi
secara sinambung dan tidak dapat dimatikan. Karena itu perlu ada tempat
terlindung untuk menyimpan sumber radiasi apabila pekerja harus masuk ke
dalam sel. Tempat ini biasanya berupa kolam air yang dalam sebagai
pelindung terhadap sinar apabila sumber radiasi ditenggelamkan ke
dalamnya.
Menurut M. Jay, James (1978), teknik yang secara luas digunakan untuk
iradiasi panas yaitu radiasi sinar dari cobaet 60 (60 CO) dan caesium 137
(137 Cs) serta penggunaan sumber elektron dari linear accelerators.
Dosis radiasi yaitu jumlah energi radiasi yang diserap ke dalam pangan.
Penentuan Dosis yang digunakan di dalam iradiasi berhubungan dengan
keselamatan atau keamanan para konsumen. Dosis radiasi yang dianjurkan
oleh Komisi Codex Alimentarius FAO/WHO untuk digunakan pada iradiasi
pangan tidak melebihi 10.000 gray (10 kGy). Jumlah energi ini sebenarnya
sangat kecil, setara dengan jumlah panas yang diperlukan untuk
meningkatkan suhu air 2,40C. Dengan demikian pangan yang mengalami
iradiasi aman dikonsumsi manusia.
Badan kesehatan dunia (WHO) menjamin pangan iradiasi, sampai dosis
rata-rata 10 kGy (kilo gray) untuk segala macam pangan tidak menyebabkan
bahaya keracunan.
Departemen kesehatan melalui peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 828/1987/MENKES/PER/XII/1987 mengeluarkan peraturan
⚫ PANG4312/MODUL 4 4.7
dosis maksimal yang digunakan pada komoditi tertentu seperti terlihat pada
Tabel 4.1.
Tabel 4.1.
Jenis Komoditi dan Dosis Iradiasi yang Diizinkan
1. Jenis Mikroba
Bakteri gram positif lebih tahan terhadap radiasi jika dibandingkan
dengan gram negatif. Bakteri pembentuk spora, terutama Clostridium
botulinum adalah bakteri yang paling tahan terhadap radiasi. Dosis sterilisasi
yang digunakan untuk bakteri ini mencapai 4,8 mrad.
Dilaporkan juga bahwa khamir dan jamur lebih tahan terhadap radiasi
jika dibandingkan dengan bakteri gram positif. Khamir dan cendawan dapat
dibunuh dengan dosis 500.000 rad. Cendawan yang paling tahan terhadap
panas pada buah-buahan dapat dibunuh dengan mempergunakan dosis
150.000 rad.
2. Derajat Keasaman
Makanan dengan pH di atas 4,5 membutuhkan 4,8 juta rad (4,8 M rad),
sedangkan makanan dengan pH di bawah 4,5 hanya membutuhkan 2,4 M rad
jika disterilisasi.
4.8 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
3. Tingkat Iradiasi
Iradiasi dengan dosis rendah yaitu 100.000 rad atau kurang, dapat
mencegah terjadinya tunas pada umbi-umbian, membunuh serangga pada
tepung dan memperlambat proses pematangan buah. Pemakaian dosis iradiasi
antara 100.000 - 1.000.000 rad dapat membunuh hampir semua mikroba.
Sterilisasi makanan yang sempurna dapat diperoleh dengan
mempergunakan dosis yang lebih tinggi, yaitu 2,5 - 5,5 Mrad.
M. Jay, James (1978) menyebutkan beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan sebagai dasar untuk membunuh mikroorganisme dengan
cara iradiasi yaitu:
a. jenis dan spesies mikroorganisme;
b. jumlah mikroorganisme;
c. komposisi dari suspensi pangan;
d. ada tidaknya oksigen;
e. keadaan fisik pangan.
Tabel 4.3.
Daftar bahan-bahan makan hasil laut yang diradiasi dalam keadaan segar
dalam kantong plastik pada berbagai dosis penyimpanan dan penyimpanan
pada suhu refrigerator
Daya Simpan
Macam Hasil Laut Dosis (Krad) Suhu penyimpanan (C)
(hari)
Ikan tongkol 0 0–3 8
(Euthynus sp) 150 0–3 19
300 0–3 24
450 0–3 34
Ikan tenggiri 0 0–3 7
(Scomberomorus sp) 150 0–3 18
300 0–3 21
450 0–3 22
Ikan kepala ceper 0 0 9
(Platycophalidae) 150 0 26
300 0 29
Ikan merah 0 0 7
(Trachichthodes affinis) 150 0 30
300 0 40
Udang (Peneaus) 0 0–3 9
150 0–3 14
200 0–3 23
250 0–3 23
Dosis iradiasi sebesar 0,06 - 0,15 kGy dapat digunakan untuk menunda
pertunasan dari beberapa jenis rimpang dan umbi, sedang dosis 0,40 - 1,00
kGy dapat digunakan untuk membasmi serangga.
Dosis yang diperlukan untuk menghambat pertunasan kentang dan talas
ialah 0,08 - 0,14 kGy, untuk jahe 0,04 - 0,14 kGy, bawang bombay, bawang
merah dan bawang putih 0,03 - 0,2 kGy.
5. Aplikasi Iradiasi pada Komoditi Perikanan
Penggunaan pasca panen dan pengemasan yang tidak memenuhi
persyaratan menyebabkan kebusukan atau kerusakan yang disebabkan oleh
mikroorganisme pada produk perikanan.
Di beberapa negara maju, teknik pengawetan dengan iradiasi telah
banyak digunakan terhadap hasil-hasil perikanan. Berdasarkan hasil
penelitian, dikatakan bahwa pemakaian dosis iradiasi yang agak tinggi
terhadap hasil perikanan tidak memperlihatkan kemungkinan timbulnya
masalah kesehatan masyarakat. Akan tetapi apabila dosis yang digunakan
rendah, beberapa jenis mikroorganisme ternyata masih tetap hidup.
Di Belgia dan Belanda, udang dan paha kodok di iradiasi dengan dosis
4 kGy.
1. Pengaruh Langsung
Iradiasi dapat merusak sel-sel jaringan dan tenunan. Misalnya Sinar
gama atau beta pada pigmen tertentu menyebabkan perubahan warna.
Perubahan kimia yang dihasilkan radiasi dapat mengarah ke perubahan yang
kentara pada aroma dan rasa. Tingkat perubahan tergantung pada jenis
4.12 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
pangan yang diiradiasi, dosis radiasi dan berbagai faktor lain seperti suhu
selama radiasi.
Beberapa jenis pangan menunjukkan reaksi yang tidak diinginkan
meskipun pada dosis radiasi rendah, suhu dan hasil olahannya adalah pangan
yang peka terhadap radiasi. Dosis serendah 0,1 kGy akan menimbulkan bau
yang tidak disukai konsumen.
Benturan sinar gama dengan molekul protein akan menyebabkan
perubahan tekstur, juga benturan dengan vitamin D tidak begitu peka
terhadap iradiasi. Vitamin lain yaitu Vitamin A, B, B l, E & K mudah rusak,
masih sedikit yang kita ketahui mengenai efek iradiasi terhadap asam folat
dan hasil penelitian mengenai efek iradiasi terhadap vitamin C dalam buah
dan sayuran yang dilaporkan, saling bertentangan.
Iradiasi terhadap protein terutama yang banyak mengandung asam amino
yang mempunyai gugusan sulfidril, maka protein akan menjadi labil dan
dapat menghasilkan bau dan rasa yang tidak disukai. Beberapa penelitian
membuktikan iradiasi tidak berpengaruh terhadap protein utuh seperti yang
terdapat di dalam makanan, kecuali jika protein telah diekstrak dalam bentuk
larutan encer.
Iradiasi terhadap asam amino dapat menyebabkan terjadinya reaksi
deaminasi sehingga menimbulkan bau amoniak. Iradiasi terhadap lemak yang
mengandung ikatan-ikatan peroksida akan menimbulkan bau dan rasa yang
tidak enak. Lemak dengan ikatan rangkap yang lebih sedikit akan lebih stabil
terhadap iradiasi dari pada lemak dengan ikatan rangkap yang lebih banyak.
Hal lain yang menarik ialah bahwa komponen pangan seperti asam amino,
gula dan vitamin secara terpisah dapat rusak oleh iradiasi. Tidak demikian
apabila komponen tersebut dalam keadaan kompleks sebagai pangan utuh
yang bersifat melindungi.
Berikut ini kita telaah pengaruh tidak langsung iradiasi pada bahan
pangan.
Proses kerusakan sel akibat iradiasi terjadi secara tidak langsung dan
dapat dijelaskan sebagai berikut.
H0 + H0 H2
H 0 + O2 HO20
Benturan sinar gama dengan air akan menyebabkan molekul air pecah
menjadi radikal hidrogen (H0) dan radikal hidroksil (OH0) yang bersifat
sangat reaktif. Radikal-radikal ini dapat bereaksi satu sama lain dengan
oksigen, molekul-molekul organik, anorganik atau dengan ion-ion yang
terlarut dalam air. Radikal hidroksil dan hidrogen masing-masing dapat
merupakan oksidator dan reduktor yang kuat.
Hidrogen peroksida (H2O2) merupakan senyawa beracun bagi mikroba.
Maka H2O2 yang terbentuk (dari reaksi di atas) merupakan oksidator kuat dan
dapat bersifat sebagai racun bagi mikroba.
Jadi kerusakan sel mikroba yang mengakibatkan kematiannya tidak
disebabkan oleh pengaruh langsung energi radiasi, melainkan akibat senyawa
beracun yang terbentuk selama berlangsungnya proses iradiasi.
Beberapa jenis mikroba penghasil enzim katalase seperti
Aspergillusniger dan Micrococus lysodeikticus dapat merusak senyawa H2O2
sehingga kedua mikroba ini relatif tahan terhadap iradiasi.
Pengaruh radiasi pada mikroba adalah dapat merusak DNA pada sel
hidup dan merusak enzim.
b. Merusak enzim
Radiasi dapat menghambat terbentuknya enzim. Buah yang dipetik
cukup tua apabila diradiasi akan terhambat pembentukan enzimnya, berarti
tidak cepat mengalami kerusakan. Bawang, ubi, kentang yang diradiasi
belum sempat membentuk enzim yang diperlukan untuk pertunasan, sehingga
akan tertunda. Jadi radiasi dapat menghambat terbentuknya enzim, sehingga
dapat bertindak seperti pemanasan, pendinginan, pengeringan dan proses
pengawetan lainnya. Radiasi dapat pula membunuh parasit dan kuman
pembusuk serta patogen sehingga dapat bertindak seperti pembekuan,
sterilisasi atau pasteurisasi.
LA TIH AN
2) Komoditi ekspor rempah dan jamu sering ditolak di luar negeri karena
kontaminasi dengan kapang dan khamir. Namun kini ada teknik
pengawetan yang dapat mengurangi jenis mikroba dan jumlah kapang.
Coba Anda sebutkan teknik apa yang digunakan!
3) Aplikasi iradiasi juga telah diterapkan pada buah-buahan dan sayur-
sayuran. Dapatkah Anda sebutkan contoh buah-buahan dan sayur-
sayuran apa saja yang diiradiasi?
4) Pengaruh iradiasi pada bahan pangan dapat dibedakan atas pengaruh
langsung dan tidak langsung. Coba Anda jelaskan!
5) H2O2 atau Hidrogen Peroksida merupakan senyawa beracun bagi
mikroba. Jelaskan proses kerusakan sel akibat terbentuknya senyawa
tersebut pada saat berlangsungnya proses iradiasi!
RA NGK UMA N
2) Sumber radiasi yang lebih mudah dijalankan dan dapat dimatikan apabila
pekerja harus masuk ke dalam sel ialah ….
A. radionuklida
B. radiasimesin
C. jawaban A dan B salah
D. jawaban A dan B benar
4) Jumlah energi radiasi yang dapat diserap oleh pangan disebut dosis ….
A. optimal
B. radiasi
C. minimal
D. radiasi optimal
B. 10 - 15 kGy
C. 10 kGy
D. 20 kGy
C. memperlambat penuaan
D. memperlambat pematangan sehingga masa simpannya lebih panjang
Kegiatan Belajar 2
B ahan tambahan kimiawi atau sering disebut food additives adalah suatu
bahan atau campuran bahan yang secara alamiah tidak terdapat pada
makanan, tetapi ditambahkan secara sengaja selama dalam penyimpanannya
pengolahannya atau terbentuk sebagai akibat perlakuan pada produksi,
pengolahan, penyimpanan dan pengemasan.
Tujuan penambahan food additives adalah untuk meningkatkan rasa,
warna, menstabilkan dan memperbaiki tekstur, menahan kelembaban, sebagai
pengental. pengikat logam, mencegah terjadinya pelengketan, pengkayaan
makanan dengan vitamin dan mineral serta beberapa tujuan spesifik lain.
Pemakaian food additives dalam pengolahan makanan harus dapat
menjaga produk tersebut dari hal-hal yang dapat merugikan konsumen. Oleh
karena itu pemakaian food additives ini tidak diperkenankan apabila:
1. untuk menutupi adanya teknik pengolahan dan penanganan yang salah;
2. untuk menipu konsumen;
3. menyebabkan penurunan nilai gizi produk;
4. pengaruh yang dikehendaki bisa di peroleh dengan pengolahan secara
lebih baik yang secara ekonomis fisibel.
1. Intentional Additives
Merupakan bahan yang diketahui komposisinya yang secara sengaja
ditambahkan ke dalam makanan dengan tujuan tertentu. Beberapa bahan
yang termasuk Intentional Additives adalah pengawet. antioksidan,
pengemulsi dan penstabil, pewarna makanan, pewangi, sekuestran,
pengasam, pemanis, humektan, enzim dan penambahan gizi.
4.20 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
2. Incidental Additives
Merupakan bahan yang secara tidak sengaja terdapat dalam makanan
sebagai akibat dari proses produksi, pengolahan dan pengemasan. Contoh
dari Incidental additives ini antara lain residu pestisida; deterjen; logam berat
atau antibiotik yang digunakan selama proses pengerjaan sebelumnya; residu
dari bahan-bahan yang digunakan dalam penyimpanan dan pengemasan:
kontaminan yang berasal dari proses penanganan dan pengolahan. bahan-
bahan yang terbentuk akibat proses pengolahan.
Food additives menurut asalnya juga dapat dibagi dua. yaitu alami dan
sintetis. Pada umumnya bahan tambahan kimiawi sintetis mempunyai
kelebihan yaitu lebih pekat, lebih stabil dan lebih murah, akan tetapi
mempunyai kelemahan, yaitu dapat menghasilkan zat-zat yang berbahaya
bagi kesehatan. Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak dikehendaki
penggunaan food Additives untuk makanan dan minuman diatur dalam
peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Men Kes/IX/88.
Sedangkan berdasarkan fungsinya Food Additives dapat diklasifikasikan
sebagai berikut: Bahan pengawet, zat pewarna; penyedap rasa aroma,
antioksidan, pengikat logam, zat anti kerak, pemantap, pemanis sintetis,
penjernih larutan, zat pemucat, zat pengasam, pengembang adonan dan
surfaktan.
Dalam produk tersebut perusakan oleh bakteri dan enzim dihambat.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, perubahan cita rasa dan meningkatnya
perhatian terhadap kesehatan telah menyebabkan penurunan penggunaan
garam sebagai pengawet pangan.
Keadaan sanitasi yang lebih baik dengan disertai tersedianya sarana
pendinginan mengurangi keperluan penggunaan garam berkonsentrasi tinggi
dalam pengawetan daging, ikan, dan sayuran.
Di antara bahan tambahan makanan yang telah disetujui untuk digunakan
sebagai bahan kimia pengawet di berbagai negara ialah asam propionat, asam
benzoat, asam sorbat, dan berbagai garamnya atau turunannya. Belerang
dioksida dan sulfat memiliki sejarah panjang sebagai bahan pengawet yang
penting, tetapi akhir-akhir ini penggunaannya telah sangat dibatasi di
beberapa negara karena alasan kesehatan. Semua bahan tersebut paling
efektif dalam pangan yang kering atau agak asam; tetapi tidak atau kurang
bermanfaat untuk pengawetan basah dan kurang asam, seperti jamur dan
sayuran hijau tertentu. Karbondioksida, selain banyak digunakan dalam
minuman, pada tekanan di atas atmosfer normal dapat memperlambat
⚫ PANG4312/MODUL 4 4.21
1. Zat Pengawet
Pengawetan pangan dengan menambahkan zat kimia merupakan teknik
yang relatif sederhana dan murah. Cara ini terutama bermanfaat bagi wilayah
yang tidak mudah menyediakan sarana penyimpanan pada suhu rendah
(refrigerasi). Sebaliknya, kekhawatiran akan keamanan zat kimia yang biasa
digunakan dalam pengawetan pangan telah mendorong sejumlah negara
untuk membatasi atau melarang penggunaannya dalam pangan.
Zat kimia yang digunakan dalam pengawetan pangan terbagi dalam dua
kelompok: makanan biasa seperti gula dan garam, dan berbagai bahan khusus
yang mencegah atau memperlambat kerusakan pangan. Dalam kelompok
kedua termasuk bahan tambahan makanan dan bahan kimia tertentu lain yang
bermanfaat untuk memperpanjang masa simpan pangan segar atau mencegah
investasi serangga pada biji-bijian dan pangan lain selama penyimpanan
dalam jumlah besar.
Gula pada konsentrasi 65% atau lebih mengawetkan makanan dengan
menurunkan aktivitas air dan karena itu mencegah pertumbuhan
mikroorganisme. Produk seperti buah dalam selai dan sirup, merupakan hasil
pengolahan dengan gula. Dalam industri modern, pengawetan dengan gula
sering diperkuat oleh panas, pendinginan, dan pengemasan hampa udara
untuk membantu mencegah pertumbuhan kapang pada permukaan produk
dan perubahan warna atau kehilangan aroma dan rasa. Dalam pengolahan
pangan secara modern, pemanis tidak bergizi seperti sorbitol digunakan
sebagai pengganti gula. Penggunaan garam untuk mengawetkan daging, ikan,
4.22 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
dan sayuran, merupakan cara kuno, yang dengan sedikit perubahan masih
banyak digunakan dalam masa ini. Garam mengendalikan pertumbuhan
mikroorganisme perusak dan merupakan bahan pengering karena mengurangi
aktivitas air. Garam sering digunakan bersama nitrit dan pengeringan,
terutama dalam pengawetan daging dan ikan.
Zat pengawet merupakan zat yang dapat meningkatkan daya simpan
dengan cara mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang tidak dikehendaki
terdiri dari zat pengawet organik dan anorganik.
Zat pengawet organik yang sering digunakan antara lain garam, gula,
asam sorbat dengan garamnya, Na-benzoat, asam propionat dengan garamnya
dan sebagainya. Senyawa tersebut dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
Garam dan gula dapat memperbaiki cita rasa, selain itu gula juga dapat
memperbaiki nilai gizi produk.
Zat pengawet anorganik yang masih digunakan adalah sulfit (SO2), nitrat
dan nitrit. Penggunaan sulfit selain bertujuan mengawetkan juga ditujukan
untuk mempertahankan warna (mencegah browning) dan flavor. Sulfit dapat
melindungi asam askorbat dan B-karoten, tetapi dapat merusak tiamin. Nitrat
dan Nitrit digunakan dalam proses curing daging, Na-nitrit mempunyai efek
yang membahayakan kesehatan, karena hasil interaksinya dengan asam
amino yaitu nitrosamin bersifat toksik dan karsinogenik.
2. Zat Pewarna
Warna bahan makanan merupakan faktor yang ikut menentukan mutu.
Suatu bahan pangan yang dinilai bergizi, enak dan teksturnya baik tidak akan
dimakan/dibeli apabila memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau
memberi kesan telah menyimpang dari warna sebenarnya. Warna juga dapat
digunakan sebagai indikator kesegaran/kematangan serta baik tidaknya cara
pencampuran atau pengolahan, sehingga warna makanan dapat berfungsi
sebagai alat bantu pada proses pengolahan, penyimpanan dan pengawasan
mutu.
Penambahan zat pewarna umurnya bertujuan untuk:
a. memperbaiki warna makanan yang memudar akibat pengolahan atau
penyimpanan;
b. memperoleh warna yang seragam pada komoditi yang warna alaminya
tidak seragam;
c. memperoleh warna yang lebih tua dari aslinya;
⚫ PANG4312/MODUL 4 4.23
d. melindungi zat flavor dan vitamin yang peka terhadap cahaya selama
penyimpanan;
e. memperoleh penampakan yang lebih menarik;
f. identifikasi produk;
g. indikator visual untuk kualitas.
a. Pewarna alamiah
Merupakan pigmen yang diperoleh dari bahan nabati, hewani atau
sumber-sumber mineral. Beberapa pewarna alami tersebut antara lain:
(1) antosianin (oranye-merah), (2) flafoniod (tidak berwarna-kuning),
(3) leukoantosianin (tidak berwarna), (4) tanin (tidak berwarna-kuning),
(5) betalin (kuning-merah), (6) kunion (kuning-hitam), (7) xanton (kuning),
(8) karotenoida (tidak berwarna - kuning - merah ), (9) khlofil (hijau -
cokelat), dan (10 ) pigmen heme (merah, cokelat).
Dibanding dengan warna sintetis, pewarna alamiah mempunyai beberapa
kelemahan antara lain:
1) Sering memberikan rasa flavor khas yang tidak diinginkan.
2) Konsentrasi pigmen rendah.
3) Stabilitas pigmen rendah.
4) Kesegaran warna kurang baik.
5) Spektrum warna tidak seluas seperti pada pewarna sintetis.
b. Pewarna identik-alamiah
Merupakan pigmen yang dibuat secara sintetik yang struktur kimianya
identik dengan pewarna alami. Pewarna yang termasuk golongan ini adalah
karotenoida murni, antara lain cantha xanthin (merah, apokarotenal (merah -
oranye), betakaroten (oranye - kuning).
c. Pewarna sintetik
Ada dua macam pewarna sintetis yang telah melalui prosedur sertifikasi
dan spesifikasi, yaitu:
1) Dye adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air dan
larutannya dapat mewarnai
4.24 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
2) Lake merupakan gabungan dari dye dengan redikal basah (Al atau Ca)
yang dilapisi dengan hidrat alumina atau Al (OH)3.
5. Antioksidan
Antioksidan adalah bahan yang digunakan untuk mencegah oksidasi
lemak minyak. Oksidasi asam lemak dapat terjadi pada lemak minyak yang
mempunyai ikatan rangkap. Akibat adanya oksidasi, maka minyak/lemak
akan mengalami ketengikan.
Antioksidan yang digunakan pada dasarnya dibagi dua yaitu:
a. Antioksidan alam
Antioksidan alam terdiri dari asam askorbat (vitamin C), tokoferol
(vitamin E), lesithin, asam nor dihidroguaiaretic acid, sesamol, gosipol.
b. Antioksidan sintetis
Antioksidan sintetis terdiri dari asam/garam eritrobat, asam fosfat,
asam/garam sitrat, butil hidroksianisol (BHA), butil hidroksi toluene
(BHT), profil galat.
Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang
disebut proses ketengikan. selain menimbulkan bau dan rasa tengik oksidasi
lemak dapat menyebabkan perubahan warna, kerusakan vitamin, penurunan
nilai gizi dan reaksi polimerisasi. Untuk menghambat terjadinya oksidasi
dapat ditambahkan antioksidan.
Antioksidan terdapat secara alamiah dalam lemak nabati, dan kadang-
kadang sengaja ditambahkan oksidan alami yang sering ditemukan dalam
lemak nabati adalah tokoferol. Antioksidan alami lainnya antara lain lesitin,
fosfatida, sesamol. gosipol dan asam askorbat.
4.26 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
6. Zat Pemantap
Zat pemantap merupakan zat yang dapat mencegah tekstur bahan pangan
menjadi lunak selama proses pengolahan karena pemanasan dan pembekuan
yang dapat menguraikan pektin. Pektin merupakan komponen penyusun
dinding sel tanaman, sehingga jaringan sel tanaman menjadi keras.
Zat pemantap yang sering digunakan adalah garam-garam Ca (CaCl2,
Ca-sitrat, Ca-laktat, CaSO4 dan Ca-monofosfat) dengan konsentrasi 0,1 - 0,25
persen sebagai ion Ca. Ion Ca ini akan membentuk Ca-pektinat. Hanya
sayangnya garam-garam tersebut kelarutannya rendah dan rasanya pahit.
Selain itu dapat juga digunakan ion trifalen seperti NaAI (SO4)2, 13 H2O,
KAI (SO4)2 , Al2(SO4)3, 18 H2O.
9. Pengembang Adonan
Merupakan zat yang dapat menghasilkan gas (CO2) yang bersama-sama
dengan udara dan uap air akan tertangkap dalam adonan sehingga dapat
mengembang. Pengembang yang biasa digunakan adalah garam karbonat
atau bikarbonat (NaHCO3). Kecepatan pelepasan CO2 oleh bahan
pengembang akan mempengaruhi tekstur produk yang dihasilkan. Kecepatan
ini meningkat dengan meningkatnya suhu. Contoh lain yang biasa digunakan
dalam garam asam kalium tartarat, NaAl(SO4)2 dan garam fosfat.
12. Surfaktan
Merupakan zat yang dapat meningkatkan mutu produk dengan cara
mengentalkan, menstabilkan, dan membasahi.
Sebagai contoh bahan pengental adalah gum dan bahan polimer sintetis;
pembasah permukaan berlapis lilin, permukaan kapiler dan pembasah tepung;
pengemulsi dan penstabil seperti fosfolipida dan protein.
a. Jelli agar
Jelli termasuk jenis makanan jajanan yang dibuat dari bahan baku agar-
agar. Jeli banyak disukai anak-anak karena rasa dan warna yang bermacam-
macam. Rasa manis jelli diketahui berasal pemanis buatan, yaitu siklamat,
sakharin atau gabungan keduanya. Siklamat dan sakarin dapat bersifat
karsinogenik (dapat menimbulkan sakit kanker). Selain zat pemanis buatan
jelli juga memakai pewarna buatan.
b. Selai buah
Bahan pengawet utama yang digunakan adalah gula, ditambah sejumlah
kecil zat pengawet (asam benzoat). Penggunaan zat pengawet tersebut telah
ditetapkan maksimal 50 ppm, tetapi pada kenyataannya penggunaannya lebih
dari itu.
c. Saus tomat
Penyimpangan-penyimpangan atau penyalahgunaan bahan pangan
dijumpai dalam produk saus. Sebagian besar saus tomat diketahui tidak
menggunakan bahan baku tomat, melainkan ubi jalar dan pepaya. Selain
bahan yang dipalsukan, juga digunakan pewarna yang tidak sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan sebagian besar warna saus tomat diperoleh
dari zat pewarna terlarang atau berbahaya, misalnya orange RV, car-moisine,
ponceau 4R, rhodanin B.
d. Sirup
Sirup sebagian besar rasa manisnya berasal dari sakharin dan siklamat
selain itu, pemakaian asam benzoat sebagai zat pengawet juga digunakan
secara berlebihan.
e. Minuman ringan
Minuman ringan yang dimaksud adalah semua jenis minuman yang tidak
mengandung alkohol. Sebagian besar minuman ringan dipasarkan diketahui
menggunakan pemanis buatan dan juga bahan pengawet yang berlebihan.
4.32 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
LA TIH AN
1) Bahan kimia tambahan atau sering disebut food additives adalah suatu
bahan atau campuran bahan yang secara alamiah tidak terdapat pada
makanan, tetapi ditambahkan secara sengaja selama dalam penyiapan
atau pengolahannya.
2) Pemakaian bahan kimia dalam pengolahan makanan tidak diperkenankan
apabila:
a. untuk menutupi adanya teknik pengolahan yang salah
b. untuk menipu konsumen
c. menyebabkan penurunan nilai gizi produk
3) Macam-macam zat pengawet dan penggunaannya.
Ada dua macam zat pengawet, yaitu zat pengawet organik dan
anorganik.
Zat pengawet organik yang sering digunakan antara lain garam, gula,
asam sorbat, Na-benzoat asam propionat. Senyawa tersebut dapat
menghambat pertumbuhan mikroba. Garam dan gula dapat memperbaiki
cita rasa, dan dapat juga memperbaiki nilai gizi produk.
Zat pengawet anorganik yang sering digunakan adalah sulfit, nirat, dan
nitrit. Penggunaan sulfit bertujuan untuk mempertahankan warna
⚫ PANG4312/MODUL 4 4.33
RA NGK UMA N
5) Selain menimbulkan bau dan rasa tengik, oksidasi lemak dapat pula
menyebabkan ….
A. perubahan warna
B. penurunan nilai gizi
C. kerusakan enzim
D. reaksi polimerisasi
6) Sebagai penyedap rasa dan aroma, penambahan amil asetat akan dapat
menyerupai aroma buah ….
A. apel
B. jeruk
C. nanas
D. pisang
Daftar Pustaka
Fermentasi Makanan
Dr. Ir. Ingrid S. Surono, M.Sc.
PEN DAHUL UA N
Kegiatan Belajar 1
A. INOKULUM
khamir. Dan kultur campuran bisa kombinasi dua jenis mikroba atau bahkan
tiga jenis mikroba. Apabila inokulum fermentasi berupa kultur campuran,
biasanya di antara kultur campuran tersebut terjalin interaksi kerja sama yang
menguntungkan, baik sepihak maupun bagi keduanya, atau yang dikenal
masing-masing sebagai komensalisme dan mutualisme.
Pada kerja sama komensalisme, mikroba yang satu tumbuh lebih awal
untuk mempersiapkan kondisi maupun nutrisi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan mikroba berikutnya. Jadi, menguntungkan satu pihak, namun
tidak merugikan pihak lainnya.
Fermentasi tape merupakan contoh dari interaksi kerja sama secara
komensalis. Inokulum tape mengandung berbagai jenis mikroba, baik bakteri,
kapang maupun khamir. Kehadiran kapang seperti misalnya Amymomyces
rouxii, Aspergillus sp., Rhizopus sp. dan lainnya, akan menyediakan glukosa,
karena kapang-kapang tersebut mempunyai enzim amilase yang dapat
memecah pati menjadi glukosa, dan dapat digunakan oleh khamir untuk
hidup dan menghasilkan alkohol. Dengan demikian, kehadiran kapang
membantu menyediakan nutrisi bagi khamir, dan kehadiran khamir tidak
merugikan kapang.
Sedangkan bagi kondisi mutualisme, semua jenis mikroba yang terlibat
dalam proses fermentasi mendapatkan keuntungan, karena masing-masing
mikroba menghasilkan senyawa yang dibutuhkan satu sama lain, jadi bersifat
komplementer, saling melengkapi.
Proses fermentasi yogurt yang melibatkan dua jenis bakteri asam laktat,
yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus, merupakan
ilustrasi dari kerja sama yang mutualis. Kedua jenis bakteri asam laktat
tersebut apabila ditumbuhkan dalam susu steril secara sendiri-sendiri, akan
menghasilkan asam laktat yang lebih rendah dibandingkan dengan kalau
ditumbuhkan bersama-sama dalam media susu steril yang sama. Hal ini
karena Lactobacillus bulgaricus akan menghasilkan asam amino esensial
yang dibutuhkan oleh Streptococcus thermophillus untuk tumbuh dan
berkembang biak, sedangkan Streptococcus thermophillus akan menyediakan
asam format bagi Lactobacillus bulgaricus. Dengan demikian keduanya
melakukan aktivitas yang sinergis dan saling melengkapi.
Secara umum, penambahan inokulum umumnya sebesar 3 sampai 10
persen volume dari medium fermentasi. Tersedianya inokulum bisa berupa
inokulum sel khamir, inokulum bakteri, dan inokulum kapang.
PANG4312/MODUL 5 5.7
1. Inokulum Bakteri
Persiapan inokulum bakteri dilakukan agar dipastikan bahwa kultur
bakteri yang digunakan dalam keadaan hidup dan aktif, memperpendek fase
adaptasi (lag phase), dan sebaiknya diinokulasikan ke dalam bahan baku
pada fase tumbuh cepat.
Inokulum bakteri yang banyak digunakan dalam fermentasi makanan
adalah inokulum bakteri asam laktat, yang banyak digunakan dalam
pembuatan susu fermentasi, seperti misalnya yogurt, yakult, kefir, pembuatan
keju, mentega (butter), maupun fermentasi sosis daging dan ikan peda. Di
samping itu, bakteri Acetobacter xylinum juga diperlukan dalam proses
fermentasi nata de coco.
Pada umumnya fermentasi sayuran yang melibatkan bakteri asam laktat
dilakukan tanpa penambahan inokulum, jadi merupakan fermentasi spontan.
Produk fermentasi yang dihasilkan misalnya sayur asin, sauerkraut, acar
ketimun (pickle), dan beberapa macam acar buah. Fermentasi biji cokelat
juga melibatkan bakteri asam laktat, dan biasanya di perkebunan cokelat
fermentasi dilakukan tanpa penambahan inokulum, tetapi kotak kayu yang
digunakan untuk memfermentasi biji cokelat tersebut sudah mengandung
banyak bakteri asam laktat yang diinginkan, yang memang sudah ada akibat
kotak kayu yang digunakan untuk fermentasi tersebut tidak pernah dicuci
setiap kali telah digunakan untuk memeram biji cokelat.
1) Yogurt
Yogurt dapat diproduksi baik secara tradisional maupun modern.
Fermentasi susu sapi dilakukan dengan menambahkan inokulum bakteri
asam laktat yang mengandung Streptococcus thermophillus dan
Lactobacillus bulgaricus sebesar 109 koloni bakteri hidup per ml stater,
yaitu kira-kira 2% volume, yang diinokulasikan pada suhu 430C.
Fermentasi susu kedelai juga dapat dilakukan dan menghasilkan produk
soygurt, yaitu dengan penambahan sukrosa sebagai sumber nutrisi.
Bakteri Streptococcus thermophillus tidak dapat menggunakan oksigen,
tetapi tahan terhadap adanya oksigen, atau yang dikenal sebagai bakteri
aerotoleran dan homofermentatif. Di samping itu, bakteri tersebut
bersifat lipolitik dan thermofilik. Bakteri Lactobacillus bulgaricus juga
5.8 Teknologi Pengolahan Pangan
Analisis mutu yang perlu diperhatikan bagi produk yogurt adalah nilai
pH, kadar air, kadar lemak, serta total koliform maksimum yang
diizinkan adalah 10 koloni/ml.
2) Fermentasi sayuran
Fermentasi buah dan sayur umumnya berlangsung secara spontan, tanpa
penambahan inokulum. Buah dan sayuran difermentasi oleh bakteri asam
laktat, karena mengandung gula dan komponen-komponen nutrisi
lainnya yang cukup sebagai substrat untuk menunjang pertumbuhan
bakteri asam laktat. Pada fermentasi sayuran terjadi perubahan-
perubahan kompleks yang dihasilkan oleh pertumbuhan beberapa spesies
bakteri asam laktat secara berurutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri asam laktat, di
samping jenis mikroba awal dalam bahan, juga suhu, konsentrasi garam
dan gula serta oksigen memegang peranan penting.
Bakteri Leuconostoc mesenteroides sejak tahun 1930 telah diketahui
peranannya dalam fermentasi pada berbagai jenis sayuran. Pada proses
fermentasi lebih lanjut bakteri asam laktat yang berperan ialah
Lactobacillus brevis, Pediococcus cerevisiae dan L. plantarum. Faktor
kebersihan, dan jumlah mikroba, konsentrasi dan distribusi garam, suhu
serta penutupan akan sangat menentukan berlangsungnya proses
fermentasi.
Pembuatan acar ketimun (pickle) merupakan salah satu contoh
fermentasi sayuran yang melibatkan bakteri asam laktat secara spontan.
Ketika dilakukan pembangunan Tembok Besar (Great Wall) di Cina
pada abad ke-3 sebelum Masehi, Emperor Chin Shih Huang Ti
memberikan ransum makanan bagi para pekerjanya yang terdiri dari
berbagai produk fermentasi sayuran, sehingga pemasokan makanan
dapat dilakukan sekaligus untuk beberapa hari, karena produk fermentasi
sayuran relatif lebih awet dibandingkan dengan sayuran segar.
Kunci keberhasilan pembuatan acar adalah penambahan garam.
Penambahan garam dapat dilakukan secara kering, yaitu sebesar 0,6 -
2%, maupun dalam bentuk larutan garam sebesar 5 - 10%. Apabila
digunakan konsentrasi garam yang terlalu rendah, akan menghasilkan
acar yang lunak dan kurang mempunyai cita rasa khas.
5.10 Teknologi Pengolahan Pangan
2. Inokulum Khamir
Industri fermentasi yang memanfaatkan khamir adalah industri minuman
beralkohol, seperti misalnya bir, cider, anggur dan industri ragi roti.
Penggunaan kultur murni bagi fermentasi minuman beralkohol telah dimulai
sejak tahun 1896. Ragi roti dibuat dengan mengeringkan inokulum khamir
sampai kadar air kurang dari 8%, pada suhu rendah.
Fermentasi tradisional yang melibatkan aktivitas khamir adalah pada
pembuatan tape singkong, ketan dan beras, serta pembuatan brem. Inokulum
khamir dalam hal ini dikenal sebagai ragi tape, dan melibatkan tidak hanya
aktivitas satu jenis khamir saja, melainkan merupakan kultur campuran
khamir dan kapang, yang melibatkan beberapa jenis khamir seperti
Saccharomyces sp., Candida sp., Endomycopsis dan Hansenula serta kapang
Aspergillus, Fusarium, Mucor, Rhizopus serta Amymomyces rouxii.
Perubahan biokimia yang terjadi pada pembuatan tape yaitu akibat
aktivitas enzim amilase yang terkandung dalam kapang, sehingga mengubah
pati yang terkandung menjadi glukosa, dan siap untuk digunakan oleh khamir
untuk pertumbuhannya, dan akan dihasilkan alkohol. Interaksi mikroba yang
demikian dikenal sebagai kerja sama yang bersifat komensalis, dalam hal ini
khamir yang mendapatkan keuntungan karena kapang menyediakan glukosa
yang siap dapat digunakan oleh khamir.
Menurut jenis bahan bakunya dikenal berbagai jenis tape yaitu tape ubi
kayu, tape ketan, tape sorgum, dan air tape (brem). Brem adalah produk
dari air tape ketan hitam atau ketan putih yang berupa cairan (brem cair)
atau padatan (brem padat).
Tape yang umum dikenal adalah tape ubi kayu dan tape ketan. Ubi kayu
yang akan diolah menjadi tape dipilih jenis manis baik putih atau kuning.
Ketan yang digunakan untuk tape adalah ketan hitam atau ketan putih.
Bahan lainnya yang banyak mengandung karbohidrat dapat digunakan
pula sebagai bahan baku, misalnya ubi jalar (singkong), pisang dan
sukun.
Pada dasarnya pembuatan tape dibagi menjadi 2 bagian yaitu pembuatan
stater dan pembuatan tape itu sendiri. Stater untuk pembuatan tape atau
yang lebih dikenal dengan nama ragi tape dapat dibuat dengan bahan
baku beras atau tepung beras, dicampur dengan beberapa rempah-
rempah seperti bawang putih, lada, lengkuas dan jeruk nipis. Pengolahan
lebih lanjut tape adalah pembuatan sirup tape, anggur tape. Pengolahan
lanjutan tape selain meningkatkan (masa simpan dan diversifikasi, juga
dapat menyerap tenaga kerja) menurut beberapa peneliti mikroba dalam
ragi pasar meliputi berbagai jenis kapang dan khamir. Mula-mula yang
aktif adalah kapang seperti misalnya Amynomyces rouxii, Aspergillus
sp., Fusarium sp., Mucor sp., dan Rhizopus sp., yang akan mengkonversi
padi menjadi glukosa sehingga siap digunakan oleh khamir. Pada
umumnya yang banyak terlibat dalam fermentasi tape adalah Candida
sp., Endomycopsis sp., Hansenula sp., dan Sachromyces sp.
Pembuatan tape memanfaatkan substrat bahan baku berkadar pati tinggi
seperti misalnya beras ketan (tape ketan) dan singkong (tape singkong)
yang meningkatkan diversifikasi pangan, nilai ekonomis memperpanjang
masa simpan singkong, memperluas daerah pemasaran dan praktis dalam
penggunaan. Di Bali dikenal produk brem Bali, yaitu minuman
beralkohol yang dibuat dari sari tape ketan hitam yang difermentasi lebih
lanjut selama 2 minggu. Kandungan alkohol brem Bali sangat tinggi,
yaitu berkisar antara 8 -12%.
Fermentasi tape dan brem menggunakan dua macam biakan mikroba
yang berbeda. Pada fermentasi tape, ragi pasar sebagai inokulum
fermentasi, yang mengandung berbagai macam mikroba dan khamir
5.16 Teknologi Pengolahan Pangan
3. Inokulum Kapang
Kapang yang berperan penting dalam industri fermentasi membentuk
spora aseksual, sehingga persiapan inokulum kapang adalah dalam bentuk
suspensi spora sebagai stater.
PANG4312/MODUL 5 5.17
2) Fermentasi tempe
Tempe adalah makanan fermentasi tradisional di Indonesia, yang
menggunakan bahan baku kedelai. Proses fermentasi sangat sederhana
dan relatif mudah, akan tetapi bisa mengalami kegagalan dan tempe yang
dibuat tidak jadi atau busuk. Beberapa faktor yang menyebabkan
kegagalan antara lain karena menurunnya aktivitas inokulum,
kontaminasi, pengaturan suhu atau oksigen yang tidak tepat atau karena
cara/pengolahan yang tidak higienis.
Umumnya bahan baku utama dari tempe adalah kacang kedelai kuning
dan produk tersebut dikenal dengan tempe kedelai. Di samping itu koro
benguk dapat juga digunakan untuk membuat tempe (tempe benguk),
ampas tahu (tempe gembus), ampas kelapa (tempe bongkrek) dan lain-
lain. Tempe yang disebut terakhir, di Indonesia sudah dilarang untuk
diproduksi dan dipasarkan karena kemungkinan dapat mematikan
manusia karena kemungkinan terdapatnya racun yang dihasilkan, oleh
bakteri Pseudomonas cocovenenans.
Pembuatan tempe dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara sederhana
dan cara baru. Perbedaannya terletak pada tahap pengupasan kulit
kedelai. Pada cara lama (tradisional), kedelai direbus dan direndam
bersama kulitnya atau masih utuh sedangkan pada cara yang baru
sebelumnya kedelai telah dikupas kulitnya (kupas kering) dengan
menggunakan alat pengupas kedelai.
Mikroba yang berperan dalam inokulum berbeda-beda dan kondisi yang
berbeda akan berpengaruh pada produk yang dihasilkan. Masing-masing
jenis laru tempe akan memberikan konsistensi, rasa, aroma, maupun
flavor yang berbeda tergantung dari jenis mikroorganisme yang terlibat.
Fermentasi tempe dilakukan sebagai berikut:
Kedelai dibersihkan, lalu direbus selama 30 - 45 menit tergantung dari
banyaknya bahan, kemudian direndam semalam. Setelah itu kulit kedelai
dikupas dan dicuci bersih. Tahap selanjutnya adalah perebusan kembali
atau pengukusan kedelai selama 30 menit diikuti dengan penirisan dan
pendinginan. Setelah dingin ditambahkan laru dari berbagai jenis dan
perlakuan yang telah dibuat dalam percobaan sebelumnya sebesar 1,3
g/kg bahan, lalu dicampur dan dibungkus. Apabila kantong plastik
digunakan sebagai pembungkus, maka kantong harus dilubangi dengan
jarak 2 cm untuk mengatur penetrasi oksigen, suhu dan kelembaban bagi
5.20 Teknologi Pengolahan Pangan
LA TIH AN
RA NGK UMA N
Kegiatan Belajar 2
Pengaturan Kondisi
Fermentasi
A. KETERSEDIAAN NUTRISI
B. KETERSEDIAAN OKSIGEN
C. NILAI pH
D. STERILITAS
E. AIR BEBAS
Air bebas (aw) dalam suatu media fermentasi diperlukan, karena berperan
sebagai reaktan dalam berbagai reaksi biokimia selama berlangsungnya
fermentasi.
Air merupakan komponen utama bagi medium fermentasi cair.
Kandungan mineral dalam air akan menentukan jenis dan mutu minuman
beralkohol, sehingga air yang digunakan perlu mendapat perlakuan khusus
seperti misalnya deionisasi, penambahan garam mineral maupun pengaturan
pH.
Kapang paling tahan terhadap kekeringan, sehingga umumnya
fermentasi kapang dapat dilakukan pada media padat seperti halnya pada
pembuatan tempe.
F. SUHU FERMENTASI
LA TIH AN
RA NGK UMA N
3) Sumber nutrisi utama yang berperan bagi bakteri asam laktat yang
terlibat dalam fermentasi susu sapi adalah ....
A. glukosa
B. laktosa
C. sukrosa
D. protein
Kegiatan Belajar 3
Pemeliharaan Kultur
Mikroba
A. MEDIA INOKULUM
B. PENGAWETAN INOKULUM
C. SUHU PENYIMPANAN
dan perlu disegarkan kembali dengan cara dipindahkan ke agar miring yang
baru (subkultur) setiap 6 bulan sampai dengan setahun sekali.
Penyimpanan yang paling sederhana dilakukan pada suhu ruang,
terutama untuk inokulum kapang dan khamir, dalam kondisi kering dengan
media tepung-tepungan.
LA TIH AN
1) Jelaskan yang Anda ketahui tentang nutrisi yang diperlukan dalam media
inokulum!
2) Bagaimana peranan suhu bagi penyimpanan kultur, jelaskan
pertimbangan pemilihan suhu bagi penyimpanan kultur?
3) Dapatkah industri susu fermentasi dilaksanakan di pedesaan? Bagaimana
halnya dengan suplai inokulum?
4) Faktor-faktor penting apakah yang perlu mendapat perhatian dalam
pemeliharaan kultur?
RA NGK UMA N
C. penyeragaman mutu
D. jawaban A, B, dan C benar
Daftar Pustaka
Doyle, M.P., Beuchat, L.R. and Montville, T.J. (1997). Food Microbiology.
Fundamentals and Frontiers. ASM Press.
Frazier, W.C. and Westhoff, D.C. (1998). Food Microbiology. Mc Graw Hill.
Rahman, A., Fardiaz, S., Rahayu, WP, Suliantari dan Nurwitri, C.C. (1992).
Teknologi Fermentasi Susu. Departemen P dan K, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, PAU Pangan dan Gizi - IPB.
Aplikasi Pengolahan
Sayur dan Buah
Ir. Edward Sahat Tampubolon, M.MA.
PEN DAHUL UA N
Kegiatan Belajar 1
Pengolahan Sayur
enzimatis hanya terjadi di dalam tenunan bahan yang masih hidup dan
disebabkan oleh oksidasi phenol atau poliphenol karena adanya enzim phenol
oksidase (phenolase) atau poliphenol oksidase (poliphenolase).
A. PENANGANAN PRAPENGOLAHAN
1. Pendinginan
Pendinginan adalah suatu cara untuk penanganan sayur-sayuran, karena
dapat menahan atau mengurangi penyebab-penyebab pembusukan yaitu
aktivitas mikroba, proses respirasi aktivitas enzim dan penguapan. Cara
penyimpanan dengan pendinginan adalah menggunakan suhu rendah yaitu -2
sampai 100C dalam ruang penyimpanan. Suhu rendah akan menghambat
proses respirasi aktivitas mikroba dan enzim. Makin tinggi suhu maka
respirasi makin cepat, hal ini berlaku sampai suhu optimum apabila melewati
suhu optimum kecepatan respirasi akan menurun. Respirasi berjalan cepat
berarti penguraian makromolekul cepat juga, hal ini menyebabkan proses
pembusukan berjalan cepat. Demikian pula sebaliknya apabila suhu rendah,
aktivitas enzim lambat maka pembusukan juga berjalan lambat. Untuk
penurunan suhu 80C kecepatan reaksi akan berkurang menjadi setengahnya.
Idealnya pendinginan bahan pangan yang mudah busuk dimulai segera
setelah bahan dipanen, dan terus dilakukan selama perjalanan,
penggudangan, perdagangan dan penyimpanan sampai akhirnya dikonsumsi
atau diolah lebih lanjut. Hal ini dilakukan bukan saja untuk menghindari
kerusakan mikroba, tetapi juga untuk menghindarkan kerusakan fisiologis di
dalam bahannya sendiri, terutama sayuran.
2. Pelapisan Lilin
Pelapisan lilin merupakan salah satu cara untuk mempertahankan mutu
sayuran segar karena dapat mengurangi laju respirasi dan transpirasi. Emulsi
lilin akan melapisi lentisel, dan mulut daun (stoma) pada jaringan tempat
respirasi berlangsung. Pelapisan lilin juga akan menyebabkan penampakan
6.6 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
suatu titik tertentu, proses respirasi akan berlangsung secara anaerob dan
berakumulasi dengan ethyl alkohol dan asetaldehida. Bertambahnya
konsentrasi CO2 menyebabkan berkurangnya reaksi-reaksi sintesis dari
pematangan, penghambatan beberapa enzim, penurunan produksi senyawa
volatile, terganggunya metabolisme asam organik, yaitu akumulasi asam
pirupat dan perubahan proporsi sebagai gula. Penyimpanan dengan udara
terkendali menyebabkan perubahan metabolisme penyimpanan sayur-
sayuran. Respirasi adalah salah satu proses metabolisme yang berpengaruh
pada penyimpanan dengan udara terkendali.
1. Pikel (Asinan)
Pikel adalah sayur-sayuran yang diawetkan dalam larutan dan campuran
asam, garam dan gula serta berbagai jenis rempah-rempah. Berdasarkan cita
rasanya, pikel dikelompokkan menjadi pikel asin (dill pickle) yaitu asinan
yang diberi bumbu sebagai penambah cita rasa, pikel manis (sweet pickle)
yaitu asinan manis yang dimaniskan dengan penambahan gula atau dekstrosa,
dan pikel asam (sour pickle) yaitu asinan yang dibuat tanpa penambahan gula
diasamkan dengan penambahan cuka. Berdasarkan proses pembuatannya
pikel dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pikel tanpa fermentasi dan
pikel fermentasi. Pikel fermentasi dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:
a. pikel difermentasi dalam larutan garam encer,
b. pikel difermentasi dalam larutan garam pekat, dan
c. pikel fermentasi dengan menggunakan kristal garam dengan konsentrasi
rendah.
a. Teknik penggaraman
Dalam industri penggaraman, konsentrasi garam dari larutan garam yang
digunakan dikontrol dengan menggunakan hidrometer. Konsentrasi larutan
garam dinyatakan dalam derajat salometer (0Salometer), yaitu persen
kejenuhan NaCl (berat per volume).
Suatu larutan jenuh dari natrium khlorida sebanyak 26,359 gr per 100 ml
air pada suhu 600F (15,50C). Dengan demikian angka pembacaan 100
salometer adalah sama dengan konsentrasi garam 2,64 persen (berat per
volume). Hidrometer garam umumnya dikalibrasi sehingga pembacaannya
baik dalam derajat salometer maupun persen garam (berat per volume)
mencakup beberapa kisaran kandungan garam, yaitu kandungan garam
rendah, menengah, dan tinggi.
Metode penggaraman yang dilakukan pada pembuatan pikel stok garam
untuk fermentasi, yaitu penggaraman kering dengan menggunakan garam
kristal dan perendaman dalam larutan garam.
Metode penggaraman kering, tidak banyak digunakan pada penggaraman
ketimun pada saat ini karena terdapat kecenderungan menyebabkan pikel
ketimun yang dihasilkan menjadi lunak, gembung, dan keriput, sehingga
tidak dapat diolah dengan sempurna. Tetapi metode ini digunakan untuk
penggaraman berbagai jenis sayur-sayuran lain seperti kol, wortel, seledri,
dan zaitun metode ini menjadi metode utama dalam fermentasi sauerkraut.
Sayur-sayuran segar mempunyai berat jenis kurang dari satu oleh karena itu
cenderung untuk mengapung apabila dimasukkan ke dalam larutan garam
yang mempunyai berat jenis lebih dari satu. Untuk mencegah pengapungan
dalam bagian atas tangki-tangki penggaraman ditempelkan papan penutup
yang diberati dengan balok-balok kayu sehingga sayur-sayuran yang terdapat
6.10 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
b. Kerusakan pikel
Beberapa kerusakan pikel antara lain:
1) pikel berwarna hitam, perubahan warna pikel menjadi hitam disebabkan
oleh adanya gas hidrogen sulfida yang dihasilkan oleh bakteri yang
bereaksi dengan besi yang mungkin berasal dari air sehingga membentuk
⚫ PANG4312/MODUL 6 6.11
Pikel sayuran lainnya tomat lobak, ercis dan buncis dalam pembuatan
pikel digunakan penggaraman awal, kemudian diikuti oleh fermentasi asam
laktat yang dimulai oleh Leuconostoc mesenteroides dan diselesaikan oleh
bakteri asam laktat lainnya seperti Lactobacillus brevis dan Lactobacillus
plantarum.
Secara sederhana skenia proses pembuatan pikel ketimun dapat dilihat
pada Gambar 6 1.
Gambar 6.1.
Skema proses pembuatan pikel dalam larutan garam
6.12 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
2. Sawi Asin
Sawi biasa digunakan sebagai bahan untuk membuat sayur lodeh, lalap,
urap, asinan. Produk yang paling dikenal dari sawi ini adalah sawi asin.
Sesuai dengan namanya sawi asin ini mempunyai rasa yang agak asin, berasa
cuka dan sedikit beralkohol. Membuatnya sangat mudah dan tidak menyita
waktu sehingga sangat baik untuk dipakai sebagai usaha sambilan, baik untuk
memenuhi kebutuhan keluarga atau dijual. Rasa sawi asin yang khas ini
terbentuk karena adanya kerja sama sejumlah bakteri, seperti Lactobacillus
cucumeris, L. pentoaceticus, L. plantarum, Leuconostoc mesenteroides.
Bakteri ini menghasilkan asam laktat, yang membuat sawi asin mempunyai
cita rasa.
Dalam memberikan penilaian terhadap sawi asin dapat dilakukan secara
visual. Sawi asin yang bermutu baik mempunyai warna yang kekuningan,
rasa enak, tekstur lunak, dan aroma yang sedap yaitu antara asam dan
alkohol. Sawi asin yang berwarna hitam kemungkinan disebabkan oleh
menyembulnya sawi ke luar ketika direndam atau pemberian garam yang
terlalu banyak. Sawi asin yang lunak, berlendir atau berbau busuk sebaiknya
jangan dimakan, karena hal ini menandakan sawi asin tersebut mulai rusak
dan tidak layak untuk dimakan.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sawi asin:
a. Sawi hijau (sawi pahit atau jabung)
b. Garam halus dan garam kasar
c. Gula pasir
d. Air matang yang telah dingin
e. Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan:
f. Baskom plastik atau wadah lain dari tanah, email, aluminium
g. Tampah bambu atau tikar
h. Batu pemberat
i. Tali bambu
Secara sederhana skema proses pembuatan sawi asin dapat dilihat pada
Gambar 6.2. sebagai berikut.
6.14 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Gambar 6.2.
Skema Proses Pembuatan Sawi Asin
3. Acar
Acar merupakan salah satu jenis makanan yang sangat dikenal di
Indonesia. Umumnya digunakan sebagai makanan pembuka selera maupun
sebagai jenis makanan pendamping sajian makanan lain yang berlemak. Acar
mempunyai cita rasa yang sering kali mampu membangkitkan selera
makanan, karena rasanya yang segar, asam, dan sedikit pedas.
Jenis sayuran yang sering digunakan dalam pembuatan acar adalah
ketimun, tetapi masih banyak jenis sayuran lain yang dapat digunakan dalam
pembuatan acar seperti, kangkung, kol putih, bengkuang, bit, dan rebung.
Pada dasarnya pembuatan acar dari berbagai macam sayuran itu adalah
sama, yaitu pengolahan perendaman serta perebusan sayur-sayur tersebut
dalam air cuka. Langkah pembuatan acar yang mudah ini dapat diterapkan di
dalam rumah tangga atau industri. Di bawah ini disertakan pembuatan acar
dari beberapa jenis sayuran.
Bahan pembuatan acar:
a. 4 ketimun
b. 2 ikat kangkung
c. 1/4 kol putih berukuran sedang
d. 8 cabe merah
e. 10 butir bawang merah
⚫ PANG4312/MODUL 6 6.15
Gambar 6.3.
Skema Proses Pembuatan Acar Sayuran
2. Pemotongan
Pemotongan rebung asparagus dapat dilakukan dengan mesin atau secara
manual dengan menggunakan pisau khusus, yaitu pisau yang dijepit dengan
kayu. Pemotongan dilakukan untuk mendapatkan rebung asparagus dengan
ukuran panjang yang sama dengan ukuran kaleng, dan juga untuk
mempermudah proses selanjutnya. Rebung asparagus dengan panjang lebih
kurang 30 cm dipotong menjadi tiga bagian, masing-masing dengan panjang
10 cm. Cara pemotongan dengan memasukkan rebung dalam kotak
pemotong, di mana pangkal diletakkan pada sisi yang terdapat pisau, mula-
mula pangkalnya dipotong untuk meratakan dan kemudian ujung-ujung
asparagus disorong 10 cm sehingga bagian pangkal dapat dipotong, demikian
pula dengan bagian tengah dan ujung.
3. Pengupasan
Pengupasan dilakukan untuk menghilangkan bagian-bagian yang tidak
dikehendaki dan bagian-bagian yang tidak dapat dimakan. Menghilangkan
kulit dan yang berserat dilakukan dengan pisau atau dengan mesin khusus.
Untuk kualitas utama terdiri dari ujung atau bagian pucuk rebung
pengupasannya lebih tipis, karena pada ujung rebung kulit yang tipis, sedang
rebung potongan kedua pengupasannya lebih tebal, karena rebung asparagus
semakin mendekati pangkal mempunyai serat kasar yang lebih tebal.
4. Pencucian
Pencucian dimaksudkan agar rebung asparagus yang akan dikalengkan
terdiri dari bahan yang baik, bersih, dan mempunyai bentuk-bentuk yang
diinginkan serta dapat mengurangi jumlah mikroba awal. Pencucian rebung
asparagus dilakukan dengan menggunakan aliran air yang dilewatkan
6.18 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
sepanjang sabuk berjalan atau bisa juga berupa jaring yang digoyang-goyang
atau diputar-putar.
5. Blansing
Tujuan dari blansing adalah sedikit mengurangi volume rebung
asparagus, mematikan mikroba, menonaktifkan enzim-enzim tertentu,
menghilangkan getah. Potongan-potongan rebung asparagus dipindahkan dan
disusun pada keranjang-keranjang yang terbuat dari aluminium, kecuali
rebung asparagus yang kecil-kecil langsung dimasukkan ke dalam kaleng.
Blansing dilakukan dengan menggunakan air panas dengan suhu 1000C
selama 10 menit.
6. Pendinginan
Setelah tahapan blansing selesai, maka asparagus perlu segera
didinginkan untuk mencegah proses pelunakan lebih lanjut. pendinginan
dilakukan dengan memasukkan asparagus ke dalam air dingin.
8. Penambahan bumbu-bumbu
Bumbu yang digunakan dalam proses pengalengan asparagus adalah
larutan garam dengan konsentrasi 2,2 persen dalam air (10 - 12 derajat
salometer pada suhu 680C). Pada pengisian bumbu harus diperhatikan agar
masih terdapat ruang kosong di bagian atas kaleng, karena isi yang terlalu
penuh setelah disimpan dalam jangka waktu tidak lama akan menjadi
cembung. Bumbu yang ditambahkan dalam keadaan panas sebanyak 225
gram.
9. Exhausting
Exhausting dimaksudkan untuk mengurangi tekanan dari dalam kaleng
yang disebabkan pengembangan pada waktu proses pemanasan. Dalam hal
ini udara, terutama oksigen yang dapat mempercepat terjadinya korosi pada
kaleng dikeluarkan. Keuntungan lain dari exhausting adalah mencegah
⚫ PANG4312/MODUL 6 6.19
11. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses yang penting pada pengalengan makanan.
Sterilisasi tidak saja membunuh mikroba pembusuk dan mikroba berbahaya
tetapi juga memperbaiki tekstur bahan, flavor dan penampakan. Sterilisasi
hendaknya cukup untuk membunuh mikroba tetapi tidak membuat makanan
terlalu masak atau over cooking.
Sterilisasi dilakukan dalam alat autoklaf atau retort dengan
menggunakan media uap air. Lama sterilisasi untuk setiap ukuran kaleng
berbeda-beda, tergantung dari ukuran kaleng, suhu mula-mula dari isi kaleng.
Kaleng disterilkan dalam keadaan tegak, agar aliran konveksi dapat terjadi
dalam kaleng selama proses sterilisasi. Suhu dan waktu sterilisasi untuk
asparagus 1100C selama 15 - 20 menit, kemudian segera dilakukan
pendinginan dengan cara meletakkan kaleng-kaleng yang disterilkan dalam
drum-drum yang berisi air dingin, pendinginan dilakukan sampai kaleng
mencapai suhu 45 - 500 C.
Setelah kaleng-kaleng kering diberikan label kertas dengan
menempelkan pada dinding kaleng sebelah luar. Pada setiap tutup kaleng
dicantumkan tanggal, bulan dan tahun mutu akhir, maksudnya adalah batas
akhir untuk dikonsumsi. Pada label produk tertera komposisi kimia dan
bahan-bahan yang digunakan. Selanjutnya dilakukan pengepakan dan
disimpan dalam gudang. Penyimpanan dalam gudang pada suhu kamar
sebagai persiapan dalam pemasaran.
Skema proses pengolahan asparagus dalam kaleng seperti terlihat pada
Gambar 6.4.
6.20 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Gambar 6.4.
Skema Proses Pengalengan Asparagus
LA TIH AN
RA NGK UMA N
C. penguapan
D. jawaban A, B, dan C benar
Kegiatan Belajar 2
Pengolahan Buah
B uah adalah bagian tanaman hasil perkawinan putik dan benang sari.
Umumnya bagian tanaman ini merupakan tempat biji. Dalam pengertian
sehari-hari, buah diartikan sebagai semua produk yang dikonsumsi sebagai
dessert atau pencuci mulut, misalnya mangga, pepaya, pisang, semangka,
melon dan lain-lain. Setiap macam buah-buahan mempunyai komposisi yang
berbeda-beda dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu perbedaan varietas,
keadaan iklim tempat tumbuh, pemeliharaan tanaman, cara pemanenan,
tingkat kematangan waktu panen, kondisi penyimpanan. Buah-buahan
mempunyai kadar air yang tinggi yaitu 65 - 90 persen tetapi rendah dalam
kadar protein dan lemak, kecuali buah alpokat (kadar lemak + 4 persen).
Pada tabel 6.1 dapat dilihat komposisi beberapa jenis bush-buahan.
Tabel 6.1.
Kadar air, Protein, Lemak, dan Karbohidrat beberapa jenis buah-buahan
(persen berat basah)
Buah yang masih muda banyak mengandung pati seperti apel, pisang,
dan mangga. Kandungan pati beberapa jenis buah-buahan akan terus
bertambah selama pendewasaan sel, sedang beberapa jenis buah-buahan lain
kandungan pati mula-mula meningkat kemudian menurun. Kandungan gula
beberapa jenis buah-buahan klimaterik kadang-kadang meningkat selama
pendewasaan sel, dan ada buah-buahan klimaterik yang selama pertumbuhan
6.26 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
dan pendewasaan sel kenaikan kandungan gulanya sangat sedikit atau tidak
ada sama sekali. Beberapa jenis buah nonklimaterik kandungan gula yang
mula-mula tinggi sebelum sel dewasa, kadang-kadang menurun sedikit
selama pendewasaan sel misalnya pada beberapa jenis jeruk.
Pektin dalam buah terdapat dalam bentuk zat pektin yang mudah
terhidrolisa. Zat pektin ini terdapat di dalam midlle lamella dari sel-sel buah.
Kandungan zat pektin di dalam buah akan mempengaruhi kekerasan buah
tersebut. Selama proses pematangan buah, zat pektin akan terhidrolisa
menjadi komponen-komponen yang larut air sehingga total zat pektin akan
menurun kadarnya dan komponen yang larut air akan meningkat jumlahnya
yang mengakibatkan buah menjadi lunak.
Buah-buahan umumnya merupakan sumber vitamin C dan provitamin A
(karoten), di samping B1 serta beberapa macam mineral seperti kalsium dan
besi. Pada Tabel 6.2 dapat dilihat kandungan vitamin dan mineral beberapa
jenis buah-buahan .
Tabel 6.2.
Kadar vitamin dan mineral beberapa jenis buah-buahan (per 100 gr bahan)
Vit.
Vit. A Vit. C Kalsium Besi
Buah B1
(l.U) (mg) (mg) (mg)
(mg)
Alpokat 110 0,03 8 6 0,5
Jambu Bol 87 0,01 15 19 0,8
Jeruk 298 0,05 22 23 0,3
Keprok
Mangga 2415 0,05 20 9 0,5
golek
Nangka 92 0,02 2 13 0,3
Nenas 69 0,04 13 8 0,2
Pepaya 274 0,06 59 17 1,3
Pisang Raja 665 0,04 7 7 0,6
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1967
yang tua (mature) dan yang matang (ripe) adalah pada buah yang tua keadaan
sel-sel buah telah dewasa sedang buah yang matang, warna, cita rasa, dan
kekerasannya telah berkembang sampai tingkat maksimum. Buah yang tua
biasa disebut dengan ranum.
1. Pematangan
Pematangan diartikan sebagai perwujudan dari mulainya proses kelayuan
di mana organisasi antarsel menjadi terganggu. Gangguan ini merupakan
pelopor dari kegiatan hidrolisis substrat oleh campuran enzim-enzim yang
ada di dalamnya. Selama proses hidrolisis terjadi pemecahan klorofil, pati,
pektin dan tanin. Dari hasil pemecahan senyawa-senyawa tersebut akan
terbentuk bahan-bahan seperti etilen, pigmen, flavor, energi dan potipeptida.
Pematangan dapat diartikan sebagai suatu fase akhir dan proses
penguraian substrat dan merupakan suatu proses yang dibutuhkan oleh bahan
untuk mensintesis enzim-enzim yang spesifik yang di antaranya akan
digunakan dalam proses kelayuan. Selama proses pematangan terjadi
perubahan-perubahan warna dan hijau menjadi kuning atau merah; rasa dari
asam menjadi manis; tekstur menjadi lebih lunak; terbentuknya vitamin-
vitamin dan timbulnya aroma yang khas karena terbentuknya senyawa-
senyawa volatil.
2. Kelayuan
Kelayuan adalah suatu tahap normal yang selalu terjadi dalam siklus
kehidupan tanaman. Dapat pula diartikan sebagai suatu tahap kelayuan buah-
buahan yang terjadi setelah proses pematangan, akan tetapi kelayuan dapat
pula terjadi tanpa melalui tahap pematangan, yaitu apabila terjadi suatu
kerusakan pada buah-buahan tersebut.
Kelayuan merupakan hasil perubahan-perubahan yang terjadi dalam sel,
dinding menjadi lebih tipis, degradasi mitokondria, klorofil menghilang,
kandungan protein menurun, kegiatan pernapasan dan fotosintesis menurun
dan sifat permeabilitas membran sel juga berubah. Beberapa hormon yang
berperan mempengaruhi proses kelayuan adalah auksin, etilen, gibbrellin,
asam absisat, dan sitokinin.
3. Respirasi
Buah-buahan melangsungkan proses kehidupannya waktu masih berada
di pohon dengan cara melakukan pernapasan (respirasi), ternyata setelah
6.28 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
4. Klimaterik
Klimaterik didefinisikan sebagai fase yang kritis dalam kehidupan buah,
dan selama terjadinya proses ini banyak sekali perubahan yang berlangsung.
Di samping itu juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan stimulus otomatis
dari dalam buah menjadi matang yang disertai adanya peningkatan proses
respirasi. Klimaterik dapat pula diartikan sebagai suatu masa peralihan dari
proses pertumbuhan menjadi layu. Dari semua pengertian tersebut dapat
disimpulkan, bahwa klimaterik adalah suatu periode mendadak yang unik
bagi buah-buahan tertentu, di mana selama proses ini terjadi serangkaian
perubahan biologis yang diawali dengan proses pembuatan etilen. Proses ini
ditandai dengan mulainya proses pematangan. Buah-buahan yang tidak
mengalami periode tersebut digolongkan ke dalam nonklimaterik seperti
semangka, jeruk, nenas, anggur dan lain sebagainya.
⚫ PANG4312/MODUL 6 6.29
B. PENANGANAN PRA-PENGOLAHAN
1. Pendinginan
Laju respirasi sayur dan buah dipengaruhi oleh suhu. Pada kisaran suhu
0 - 350C, laju respirasi buah meningkat 2 - 2,5 kali untuk setiap penambahan
100C. Penyimpanan pada suhu rendah (pendinginan) dapat mengurangi laju
respirasi. Hal ini berarti pendinginan dapat mempertahankan mutu buah segar
6.30 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
2. Pelapisan
Pelapisan bahan tertentu juga menurunkan laju respirasi. Pelapisan dapat
mempertahankan kesegaran buah tanpa pendinginan. Bahan-bahan yang
dapat digunakan untuk pelapisan sayur dan buah antara lain, CMC (carboxyl
methyl cellulose), gelatin, gum arab, agar-agar, pati, dan senyawa-senyawa
turunan monogliserida. Bahan-bahan tersebut digunakan untuk bahan
pelapisan dalam bentuk emulsi dan akan membentuk film pada permukaan
kulit buah.
Persyaratan umum bahan untuk pelapisan buah antara lain tidak
mempengaruhi bau dan rasa, mudah kering, tidak lengket, tidak mudah
pecah, tidak menghasilkan permukaan yang tebal, tidak toksik, mudah
diperoleh, murah harganya dan diharapkan licin serta mengkilap.
Lilin yang dapat digunakan untuk pelapisan buah adalah lilin tebu, lilin
karnauba dan lilin sisa tambang (paraffin). Penggunaan lilin dapat dilakukan
bersama-sama dengan fungisida.
3. Atmosfer terkontrol/termodifikasi
Suhu mempengaruhi respirasi, juga laju respirasi buah segar dipengaruhi
oleh konsentrasi karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2) lingkungan. Pada
umumnya laju respirasi akan terhambat pada konsentrasi CO2 tinggi, dan
konsentrasi O2 rendah. Akan tetapi tiap buah segar mempunyai subu,
konsentrasi CO2 dan O2 optimum untuk menghambat kerusakannya.
Penggunaan konsentrasi CO2 tinggi dan konsentrasi O2 rendah untuk
mempertahankan mutu buah segar dan penyimpanan atmosfer.
4. Hormon
Beberapa hormon dapat digunakan untuk menghambat pematangan buah
karena menurunkan laju respirasinya. Hormon tersebut misalnya kinetin dan
gibberellin. Kinetin menghambat degradasi klorofil dan penuaan sayuran
seperti bayam, cabe, buncis dan ketimun. Gibberellin menghambat
⚫ PANG4312/MODUL 6 6.31
pematangan buah tomat, jambu biji dan pisang, pada jeruk gibberellin
menghambat degradasi klorofil.
Tabel 6.3.
Minimum aw untuk larutan gula jenuh
mikroba yang relatif mudah dibasmi dengan pemanasan atau dengan cara
lain.
Gambar 6.5.
Skema Proses Pembuatan Buah-buahan Kering
1. Sari buah
Usaha pembuatan sari buah dimaksudkan untuk menambah
keanekaragaman pangan, meningkatkan nilai ekonomi, memperpanjang masa
simpan dan mempertahankan atau memperbaiki mutu gizi buah. Hampir
semua macam buah dapat diolah menjadi sari buah, terutama buah-buahan
yang mempunyai aroma yang tajam. Penamaan sari buah disesuaikan dengan
nama buah asalnya, misalnya sari buah nenas, sari buah jambu biji, sari buah
anggur, sari buah mangga dan lain-lain. Proses pembuatan sari buah berbeda-
beda untuk setiap jenis buah, tetapi pada prinsipnya adalah sama, yaitu
penghancuran daging buah masak yang masih segar yang kemudian dipres.
Sari buah yang diperoleh kemudian disaring, dikemas dalam botol, kaleng
atau karton yang selanjutnya disterilisasi supaya tahan lama.
Pembuatan sari buah ada yang telah dilakukan secara modern dan
kebanyakan masih dilakukan secara sederhana. Sari buah yang dihasilkan
umumnya bersifat keruh dan mengandung endapan, akibat tingginya kadar
⚫ PANG4312/MODUL 6 6.35
pektin buah. Makin tinggi kadar pektin buah, maka makin keruh pula sari
buah yang dihasilkan. Berdasarkan tingkat kekeruhan ini, dikenal dua jenis
sari buah yaitu sari buah jernih dan sari buah keruh. Contoh sari buah keruh
adalah sari buah jeruk, tomat, sirsak, nenas. Sedangkan sari buah yang
termasuk jernih adalah anggur dan apel.
Untuk lebih memperpanjang masa simpan sari buah dapat ditambahkan
bahan-bahan pengawet seperti asam sitrat dan natrium benzoat. Penambahan
asam sitrat dapat dilakukan sampai sari buah mencapai pH 4,0. Penambahan
natrium benzoat sebanyak 1 gram untuk setiap liter sari buah, ternyata dapat
memperpanjang masa simpan yang dihasilkan. Akan tetapi penambahan yang
berlebihan dapat menimbulkan rasa pahit dan berbahaya bagi kesehatan.
Di bawah ini contoh persyaratan bahan baku untuk pembuatan sari buah:
a. Sari buah Mangga
Bahan baku utama dalam pembuatan sari buah mangga atau lebih
dikenal dengan nama juice mangga adalah buah mangga (Magifera
indica) dari jenis kopyor yang mempunyai jumlah air yang banyak,
harganya murah dan mudah didapat. Buah mangga memiliki persyaratan
antara lain: berukuran sedang, berair banyak, berdaging tebal, berwarna
orange mencolok mengkal (agak matang), bertekstur empuk, berflavor
(aroma) khas. Mangga adalah buah-buahan yang termasuk kelompok
klimaterik, biasanya dipanen sebelum matang benar, yaitu sebelum
mencapai puncak klimateriknya dan disimpan dalam kondisi terkontrol
untuk proses pematangan.
Gambar 6.6.
Skema Proses Pembuatan Sari Buah
2. Jam
Jam merupakan bahan makanan yang kental/semi padat, terbuat dari
campuran 45 bagian berat buah-buahan dan 55 bagian berat gula. Pemekatan
campuran ini harus mempunyai kadar gula yang lebih besar dari 68 persen
untuk jam yang terbuat dari anggur, nenas, strawberry serta kadar gula tidak
kurang dari 65 persen untuk jam yang terbuat dari apel dan buah lainnya.
Produk ini terdiri dari buah-buahan, pulp buah-buahan, sari buah atau
potongan-potongan buah yang diolah menjadi suatu struktur seperti gel berisi
buah-buahan, gula, asam dan pektin. Sifat-sifat yang penting dari produk ini
termasuk kestabilannya terhadap mikroba dan struktur fisiknya.
Stabilitas mikroba dari jam dan produk-produk serupa dikendalikan oleh
sejumlah faktor:
a. Kadar gula yang tinggi biasanya dalam kisaran padatan terlarut antara 65
- 73 persen,
6.38 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
b. pH rendah, biasanya dalam kisaran antara 3,1 - 3,5 tergantung pada tipe
pektin dan konsentrasi,
c. aktivitas air (aw) dalam kisaran antara 0,75 - 0,83,
d. suhu tinggi selama pendidihan atau pemasakan (105 – 1060C), kecuali
diuapkan secara vakum dan dikemas pada suhu rendah dan
e. tegangan oksigen rendah selama penyimpanan.
Gambar 6.7.
Skema Proses Pembuatan Jam
6.40 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
3. Jelly
Jelly digunakan sebagai teman makan roti atau dimakan langsung begitu
saja. Jelly adalah produk makanan semi padat yang terbuat dari sari buah-
buahan yang dimasak dalam gula pasir. Perbandingan berat bahan sari buah
dengan berat gula pasir adalah 45 : 55. Adanya gula dalam pembuatan jelly
ini, gula berfungsi sebagai bahan pengawet alami jelly juga berperan sebagai
pengendap pektin yang diperlukan dalam pembuatan jelly. Pektin diperlukan
untuk memperoleh struktur jelly, jika pektin terlalu rendah tidak akan dapat
membentuk jelly. Sedang adanya asam berfungsi sebagai penguat jaringan
jelly; apabila tingkat keasaman terlalu rendah maka jelly akan hancur karena
terjadi hidrolisis pektin, tetapi jika tingkat keasaman terlalu tinggi maka jelly
tidak akan terbentuk karena pektin mengalami dehidrasi. Oleh sebab itu
perbandingan antara gula, pektin, dan keasaman harus tepat untuk
menghasilkan jelly yang baik.
Pektin dalam jumlah banyak dapat diperoleh dari buah-buahan yang
telah matang dan belum ada tanda-tanda kebusukan. Tetapi tidak semua buah
kaya akan pektin, hanya buah mangga, jeruk, markisa, nenas, buah kecapi
tinggi kandungan pektin. Semakin tinggi kandungan pektin maka semakin
tinggi pula jumlah gula yang harus ditambahkan. Akan tetapi penambahan
gula yang terlalu tinggi maka jelly yang dihasilkan akan lembek atau seperti
sirup. Bagian buah yang banyak mengandung pektin yaitu pada bagian dekat
kulit serta pada bagian dekat biji.
Jelly buah-buahan yang baik harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
warna yang cerah, jernih (transparan), mempunyai konsistensi yang baik
(seperti agar-agar tetapi tidak terlalu kaku dan keras) dan mempunyai cita
rasa buah yang baik. Kondisi optimum dalam pembentukan gel pada
pemuatan jelly adalah:
a. pektin 0,75 - 1,5 persen,
b. gula 65 - 70 persen, dan
c. keasaman, pH 3,3 - 3,4.
Walaupun demikian beberapa aspek lain seperti tipe pektin, tipe asam,
jenis mutu buah-buahan, prosedur pemasakan dan pengemasan juga
mempengaruhi mutu produk akhir, stabilitas fisik dan stabilitas mikroba.
Kegagalan yang terjadi dalam pembuatan jelly dapat disebabkan antara
lain:
⚫ PANG4312/MODUL 6 6.41
a. Tekstur jelly seperti sirup kental; ini dapat disebabkan oleh penambahan
gula terlalu banyak, kandungan air buah terlalu rendah, kandungan
pektin buah tidak mencukupi pemasakan terlalu lama.
b. Tekstur jelly terlalu encer; dapat disebabkan oleh pemasakan yang
terlalu lama.
c. Tekstur jelly mengental dan tidak dapat membentuk gel; dapat
disebabkan oleh suhu pemasakan yang terlalu tinggi.
d. Tekstur jelly amat liat dan sukar dipotong; dapat disebabkan oleh
penambahan gula yang terlalu banyak dibanding dengan kandungan
pektin yang terdapat dalam sari buah.
e. Produk jelly keruh; disebabkan oleh penyaringan sari buah yang kurang
sempurna.
f. Produk jelly berwarna kelam (terjadi proses browning); ini disebabkan
oleh pemasakan yang terlalu lama, penyimpanan yang panjang di tempat
yang terkena langsung cahaya matahari, suhu ruang penyimpanan terlalu
tinggi.
g. Terbentuknya kristal gula dalam jelly; disebabkan oleh terlalu banyak
penambahan gula dalam jelly, bentuk padatan kristal gula yang
ditambahkan, rendahnya kandungan asam dalam buah.
h. Jelly berair; ini dapat disebabkan oleh asam dalam sari buah yang terlalu
tinggi, pembentukan gel yang terlalu cepat.
i. Terjadi fermentasi dalam jelly atau jelly berjamur; ini disebabkan oleh
wadah gelas jelly kurang bersih, ruang penyiapan yang terlalu lembab
dan panas, penutupan botol yang kurang sempurna.
Gambar 6.8.
Skema Proses Pembuatan Jelly
6.44 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
4. Madu buah
Madu buah diolah dari buah-buahan lewat matang, yaitu dengan
memekatkan sari buah yang ditambah gula, sehingga konsistensinya
menyerupai madu. Proses pembuatannya dapat dilihat pada gambar 6.8.
Madu buah dapat juga dibuat dari buah-buahan yang berkarbohidrat tinggi
melalui fermentasi sampai diperoleh cairan gula. Sebelum gula menjadi
alkohol ditambahkan pati dan stabilizer, kemudian dimasak/dipanaskan
sehingga tidak terbentuk alkohol. Skema proses pembuatan madu buah dapat
dilihat pada Gambar 6.9.
Gambar 6.9.
Skema Proses Pembuatan Madu Buah
⚫ PANG4312/MODUL 6 6.45
5. Manisan Buah-buahan
Manisan buah adalah buah segar dengan atau tanpa perlakuan
pendahuluan, yang diawetkan dengan penambahan gula. Ada dua jenis
manisan buah yaitu manisan buah basah dan manisan buah kering. Manisan
buah basah adalah buah segar dengan atau tanpa perlakuan pendahuluan,
yang diawetkan dengan penambahan larutan gula pekat dan penambahan
bahan lain, biasanya larutan gula yang digunakan untuk merendam buah dan
ditiriskan, kadar air manisan basah kurang lebih 60 persen. Manisan buah
kering adalah buah segar dengan atau tanpa perlakuan pendahuluan, yang
diawetkan dengan penambahan gula dan senyawa lain, kemudian dikeringkan
sampai kadar air maksimum dalam bahan kurang 25 persen.
Gula dalam manisan dapat menyebabkan rasa manis, meningkatkan cita
rasa, dan sebagai bahan pengawet karena dapat mengikat air bebas dalam
bahan.
a. Manisan salak
Salak banyak tumbuh di Indonesia, seperti di Jawa, Madura, Bali,
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Maluku, Kalimantan Timur, Nusa
Tenggara Barat, serta tempat-tempat lainnya. Jenis salak bermacam-macam
seperti salak pondoh, salak condet, salak Bali salak manonjaya, salak gading,
salak nangka, salak manalagi, salak manggis dan lain-lain. Penggunaan buah
salak juga sudah meluas yaitu dimakan langsung sebagai buah segar,
dikalengkan, dibuat asinan dan dibuat manisan.
Ada dua macam manisan salak, yaitu manisan salak basah dan manisan
salak kering. Masalah yang dijumpai pada pembuatan salak adalah timbulnya
warna cokelat kemerahan. Warna ini mengubah penampilan buah salak,
sehingga kurang disukai. Warna cokelat ini timbul karena adanya senyawa
tanin di dalam buah salak. Apabila senyawa tanin kontak dengan udara,
terjadilah reaksi pencokelatan yang tidak diinginkan.
Untuk mencegah timbulnya warna cokelat, dilakukan perendaman buah
salak di dalam larutan gula pekat. Larutan gula menghambat terjadinya
perubahan warna dengan cara mengurangi konsentrasi oksigen dari udara ke
dalam jaringan buah. Perendaman dengan larutan gula juga akan menurunkan
kadar tanin larut dalam air. Di samping dengan perendaman larutan gula,
warna cokelat juga dapat dicegah dengan larutan natrium bisulfit 1200 ppm
(1,2 gram natrium bisulfit per liter air). Seperti halnya gula, sulfit juga
berperan dalam menghambat pertumbuhan jamur dan beberapa bakteri.
6.46 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Alat yang digunakan dalam pembuatan manisan salak basah dan salak
kering
a) Pisau
b) Panci atau stoples
c) Kompor gas
d) Kantong Plastik
Gambar 6.10.
Skema Pembuatan Manisan Salak Basah
Gambar 6.11.
Skema Pembuatan Manisan Salak Kering
Cara pemberian gula ada dua macam, yaitu dengan menambahkan gula
pasir langsung atau dengan menambahkannya dalam bentuk sirup. Untuk
cara yang pertama, pala dimasukkan dalam panci email, ditaburi gula
pasir dan diaduk hingga semuanya terkena gula, dan dibiarkan semalam
agar gula meresap. Selanjutnya dijemur di atas anyaman bambu dan di
bawahnya ditadahi dengan loyang untuk menampung tetesan gula.
Selama dijemur sekali-kali ditaburi gula, sampai pala kering dan jenuh
dengan gula serta dilekati kristal-kristal gula. Setelah dingin dikemas
dalam kantung plastik. Gula yang diperlukan biasanya 3 : 4 (buah pala :
gula pasir). Untuk cara yang kedua dilakukan seperti pembuatan manisan
pala basah, kemudian dikeringkan dan dikemas dalam kantung plastik.
6. Sale Pisang
Sale pisang merupakan salah satu hasil olahan pisang yang telah
mengulami pengeringan dengan cara dijemur atau diasap, sehingga dapat
disimpan lama. Cara pembuatan sale pisang sangat sederhana.
Buah pisang (ambon, mas, raja atau susu) yang telah masak, yang
biasanya terlihat dari kulitnya yang berwarna kuning dikupas dengan tangan
dan dikerok permukaan daging buahnya dengan menggunakan sebilah bambu
atau pisau stainless stell. Untuk mencegah terjadinya pencokelatan pisang
direndam dalam Na-bisulfit 2000 ppm selama 10 menit, dan ditiriskan.
Setelah itu pisang dijemur di atas rak bambu beralaskan merang selama 5 hari
(tergantung cuaca), sambil sekali-sekali buah dipipihkan (biasanya setelah
satu sampai dua hari penjemuran) dengan menggunakan botol dan beralaskan
talenan kayu.
Kadang-kadang sebelum dijemur pisang diasapi dengan asap kayu atau
kulit padi atau sabut/tempurung kelapa. Sale yang dibuat dengan cara
demikian sering kali kurang disukai karena terasa sekali bau asapnya.
Pengeringan dalam pembuatan sale pisang dapat dilakukan dengan dua
cara:
a. Buah pisang dikeringkan dalam oven dengan api yang kecil. Jika sudah
agak kering ditekan-tekan supaya agak tipis (dipipihkan), kemudian
pengeringan dilanjutkan sampai mencapai kadar air yang diinginkan,
b. Buah pisang dijemur di bawah sinar matahari.
c. Pengaruh pengeringan
Selama proses pengeringan pisang menjadi sale yang diutamakan adalah
penurunan kadar air dari buah pisang tersebut sampai pada suatu tingkat
tertentu, sehingga kerusakan yang disebabkan mikroba dan serangga dapat
dihambat atau dicegah. Kadar air sale pisang yang baik adalah 15 - 20 persen,
akan tetapi ada yang berpendapat bahwa kadar air 20 - 25 persen sudah
cukup.
Suhu pengeringan yang digunakan tergantung jenis dan keadaan bahan
baku, yaitu antara 55 - 750C. Apabila suhu terlalu rendah proses pengeringan
terlalu lama dan apabila suhu terlalu tinggi akan terjadi case hardenging.
Pada suhu 50 - 700C pisang akan kering selama 15 - 20 jam.
Pengeringan juga berpengaruh pada kandungan karbohidrat, aktivitas
enzim, warna nilai gizi dan pertumbuhan mikroba. Sifat penting yang
menentukan mutu sale pisang adalah warna, cita rasa, aroma, konsistensi dan
ketahanan simpan. Sale pisang yang disukai adalah jika warna kuning sampai
kecokelatan, konsistensi sedang, mempunyai aroma dan cita rasa khas. Sale
bebas dari bau-bauan asing (seperti bau asap), tahan disimpan (minimum 3
bulan), tidak rusak oleh jamur atau serangga dan cukup bersih ditinjau dari
segi kesehatan.
pada mesin-mesin yang ada atau yang baru akan dibeli atau disewa untuk
keperluan tersebut.
d. Harus mempunyai suatu tingkat kemudahan untuk dibentuk menurut
rancangan, di mana bukan saja memberikan kemudahan pada konsumen
misalnya, kemudahan dalam hal membuka atau menutup kembali wadah
tersebut, tetapi juga harus dapat mempermudah pada tahap selanjutnya
selama pengolahan di gudang dan selama pengangkutan untuk distribusi,
terutama harus dipertimbangkan dalam ukuran, bentuk dan berat dari
unit pengepakan.
e. Harus memberi pengenalan, keterangan dan daya tarik penjualan. Unit-
unit pengepakan yang dijual harus dapat menjual yang dilindunginya dan
melindungi apa yang dijual.
Alat dan mesin yang terdapat pada pabrik pengolahan makanan kaleng
bertujuan untuk kelancaran produksi. Jenis-jenis alat dan yang terdapat dalam
pabrik bermacam jenisnya dapat dilihat dari penggunaannya, baik yang
digunakan secara manual, semi otomatis maupun otomatis. Penempatan alat
dan mesin dapat memperlancar dan mempermudah proses pengolahan juga
memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pekerja. Penempatan alat dan
mesin dapat dibagi dalam 5 stasiun.
6.54 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Stasiun 4 adalah ruang pengisian (filling room). Alat dan mesin yang
terdapat pada stasiun 4 adalah:
a. Ban berjalan (untuk mempermudah bahan menuju steam),
b. steam,
c. double seamer,
d. retort.
a. Fruit coktail
Buah-buahan yang digunakan dalam pembuatan fruit cocktail adalah;
nenas, pepaya, bengkuang, nangka dan larutan gula 240 Brix. Proses
pembuatannya adalah sebagai berikut:
⚫ PANG4312/MODUL 6 6.55
Buah nenas dipotong bagian atas dan bawahnya, kemudian dibuang kulit
sampai matanya, dan bonggolnya dengan menggunakan alat pemotong atau
pisau. Nenas yang masih utuh hasil pengupasan, dipotong-potong sehingga
diperoleh nenas dengan bentuk lingkaran yang tebal 2 cm. Potongan-
potongan ini kemudian disusun dalam suatu alat terdiri dari 12 pisau kecil,
dengan jumlah 10 - 12 potongan dan dilakukan penekanan/pengepresan
sehingga diperoleh potongan-potongan kecil. Potongan-potongan nenas ini
direndam dalam ember plastik yang berisi larutan shocking.
Buah pepaya dikupas kulitnya dengan menggunakan pisau berbentuk
pipih yang mempunyai dua mata pisau. Buah yang sudah bersih dipotong
menjadi dua bagian. Selanjutnya dipotong-potong secara melintang. Hasil
akhir dari potongan-potongan pepaya ini berbentuk kubus dengan ukuran
kira-kira 2 cm. Potongan pepaya ini direndam dalam ember plastik dengan
menggunakan larutan shocking.
Bengkuang dikupas, kemudian direndam dalam ember stainless steel.
Sisi-sisi dari bengkuang dibuang sehingga terbentuk empat persegi
panjang/kubus. Bengkuang kemudian dipotong-potong kecil yang besarnya
sama dengan ukuran potongan pepaya. Potongan-potongan ini direndam
dalam ember plastik berisi dengan larutan shocking.
Nangka dibuang kulitnya, kemudian dipisahkan dagingnya satu per satu.
Penanganan selanjutnya adalah penghilangan biji. Daging kulit nangka tanpa
biji dipotong-potong melintang setebal kira-kira 2 cm. Hasil potongan ini
direndam dalam larutan shocking. Larutan shocking adalah larutan yang
menyebabkan bahan menjadi kenyal sehingga tidak mudah sobek.
Setelah itu buah-buahan ini dimasukkan ke dalam ember plastik yang
berisi air kemudian dimasukkan ke dalam keranjang besi yang berlubang-
lubang dengan menggunakan saringan plastik, agar airnya tidak terbawa.
Sebelum dilakukan proses blansing bahan disemprot dengan air bersih
dengan tujuan agar buah bersih dari sisa-sisa larutan shocking. Proses
blansing dilakukan untuk pepaya, nangka dan bengkuang. Hasil dari proses
blansing dimasukkan ke dalam baki besi secara terpisah. Dalam ruang
pengisian (filling room) dilakukan secara bertahap. Tahap pertama pengisian
bahan ke dalam kemasan kaleng, yang pertama adalah pepaya, kemudian
bengkuang, nenas dan terakhir nangka. Tahap kedua adalah pemberian steam.
Kaleng-kaleng yang sudah diisi buah-buahan dengan ban berjalan dilewatkan
ke ruang steam. Pemberian steam adalah untuk menguapkan komponen-
komponen yang tidak diperlukan atau tidak diinginkan. Tahap ketiga adalah
6.56 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
b. Rambutan nenas
Buah rambutan yang baru diambil dari ruang pendingin (cold room)
dikupas dengan menggunakan pisau. Buah yang sudah bersih direndam di
ember plastik, untuk menghilangkan lendir. Pembuangan biji dilakukan
dengan menggunakan pisau yang tipis dan ujungnya runcing. Dalam
pekerjaan ini dibutuhkan ketelitian, kesabaran dan hati-hati, karena daging
buah rambutan mudah sobek. Daging buah rambutan ini direndam dalam
larutan shocking. Proses selanjutnya adalah memasukkan nenas dengan
potongan-potongan kubus ke dalam kaleng yang telah berisi buah rambutan.
Proses pembuatan rambutan nenas ini juga sama dengan proses pembuatan
fruit cocktail.
exhausting
Gambar 6.12.
Skema Proses Pengalengan Nenas dalam Kaleng
6.58 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
LA TIH AN
RA NGK UMA N
C. Double seamer
D. jawaban A, B, dan C salah
Daftar Pustaka
Marliati, Sri Anna, Ahmad Sulaeman, dan Faisal Anwar. (1992). Pengolahan
Pangan Tingkat Rumah Tangga. Bogor: PAU-IPB.
PEN DAHUL UA N
Kegiatan Belajar 1
Pengolahan Daging
A. PENGERTIAN DAGING
Tabel 7.1.
Komposisi zat gizi per 100 gram daging
Jenis Kalori Protein Link Kalsium Fosfor Besi Vit. A Vit.BI Air
daging (kal) (g) (g) (mg) (mg) (mg) (RE) (mg) (g)
Ayam 302 18,2 25,0 14,0 200,0 1,5 278 0,08 55,9
Angsa 354 16,4 31,5 15,0 188,0 1,8 309 0,08 51,1
Bebek 326 16,0 28,6 15,0 188,0 1,8 309 0,10 54,3
Kambing 154 16,6 9,2 11,0 240,0 1,0 0 0,09 70,3
Kerbau 118 18,1 0,5 7,0 151,0 2,0 0 0,02 84,0
Sapi 207 18,8 14,0 11,0 170,0 2,8 9 0,08 66,0
Babi 457 11,9 45,0 7,0 117,0 1,8 0 0,58 42,6
Sumber : Hardiansyah dan Dodik Briawan, 1994.
1. Pembuatan Dendeng
Dendeng adalah salah satu hasil olahan daging secara tradisional dari
Indonesia dan dari negara-negara Asia Tenggara.
Dendeng dapat dibuat dari daging sapi, ayam, babi atau kambing, tetapi
yang paling banyak dijumpai di pasar-pasar di Indonesia adalah dendeng
sapi. Sebenarnya dendeng merupakan hasil suatu proses kombinasi antara
kyuring (pengasinan) dan pengeringan.
a. Pengasinan (kyuring)
Kyuring adalah suatu proses yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroba melalui penggunaan garam sodium klorida dan pengendalian
aktivitas air (water activity/Aw). Kyuring mempunyai beberapa tujuan yang
menguntungkan, yaitu garam yang digunakan:
1) dapat membunuh mikroba sehingga mengawetkan daging,
2) dapat bereaksi dengan senyawa yang ada dalam daging sehingga
menimbulkan warna merah yang menarik bagi konsumen,
3) dapat membuat rasa daging menjadi lebih enak.
Daging
Pelunakan daging
(iris tipis + 2 mm)
Pengeringan
dengan matahari langsung
Dendeng
Gambar 7.1.
Diagram Pembuatan Rendang Daging
Warna dendeng yang cokelat sampai hitam terjadi karena reaksi antara
asam amino dengan gula pereduksi, dan juga dipengaruhi oleh warna gula
yang digunakan. Dendeng biasanya memiliki kadar air kira-kira 25%, dan
bila disimpan dalam kondisi yang tepat pada suhu ruang dapat bertahan
hingga setahun.
Dendeng mempunyai nilai gizi lebih rendah dibandingkan dengan bahan
segarnya karena pengeringan mengakibatkan reaksi yang disebut browning
non enzimatik. Reaksi ini terjadi antara protein dalam daging dengan gula
7.8 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
2. Pembuatan Baso
Baso adalah produk olahan daging atau ikan yang telah dihaluskan,
diberi bumbu dan tepung, lalu dibentuk bulat. Baso yang berbahan baku ikan,
cumi-cumi atau udang sekarang sudah banyak dijual, namun kelihatannya
masih kurang populer dengan baso sapi.
4) Es atau Air es
Es atau air es ini berfungsi membantu dalam pembentukan adonan dan
membantu memperbaiki tekstur baso.
Gambar 7.2.
Diagram Proses Pembuatan Baso
3. Pembuatan Sosis
Sosis merupakan produk daging olahan berupa campuran daging giling
dengan garam dan bumbu-bumbu lain serta lemak. Umumnya lemak yang
digunakan adalah lemak sapi atau lemak babi. Campuran ini dimasukkan ke
dalam selongsong yang berasal dari usus hewan atau tiruannya yang dapat
dimakan, atau dari plastik. Bentuk sosis yang khas adalah bulat panjang, hal
tersebut membedakannya dengan daging olahan lain.
Sosis yang dijual di pasaran umumnya dijumpai dalam tiga kemasan.
Pertama, sosis yang tidak dikemas atau dikemas tetapi tidak menggunakan
⚫ PANG4312/MODUL 7 7.11
label. Kedua, sosis yang dikemas dalam wadah plastik berlabel. Ketiga, sosis
yang dikemas dalam kaleng.
Pada pembuatan sosis ada beberapa tahapan yang dikerjakan yaitu:
kyuring, pembuatan adonan, pengisian selongsong, pengasapan dan
perebusan. Bahan yang digunakan untuk pembuatan sosis dapat berupa
daging sapi atau daging babi, daging kurus artinya daging yang mengandung
sedikit lemak atau daging gemuk yaitu daging yang banyak mengandung
lemak.
b. Pembuatan adonan
Beberapa tahapan pembuatan adonan adalah:
1) Pencincangan, daging dicincang sampai halus. Alat yang digunakan
untuk mencincang daging adalah chooper, yang mempunyai pisau
yang berputar. Daging cincang dikeluarkan melalui lubang
pengeluaran yang ada pada chooper tersebut. Di dalam lubang ini
terdapat alat penggiling daging berbentuk screw. Apabila screw ini
berputar, daging akan keluar sambil digiling sehingga daging
cincang menjadi halus.
2) Pemberian bumbu-bumbu, bumbu yang digunakan adalah bawang
merah, lada, pala, lombok dan cengkeh. Jumlah dan macam bumbu-
bumbu ini bervariasi tergantung selera. Bumbu-bumbu tersebut
dihaluskan terlebih dahulu sampai lembut. Daging cincang tadi
dimasukkan dalam cutter yaitu suatu alat yang digunakan untuk
mencacah daging supaya menjadi halus yang dilengkapi dengan
pisau berputar. Adonan tadi ditambahkan es atau air dingin sedikit
demi sedikit untuk mempertahankan suhu tetap rendah. Apabila
suhunya tinggi, maka campuran tidak akan menjadi emulsi yang
baik.
3) Binding, proses ini dimaksudkan untuk menaikkan daya ikat air dan
emulsi lemak, sehingga sosis menjadi kuat dan emulsinya tidak
pecah. Bahan emulsi yang digunakan dapat berupa susu skim,
sodium kaseinat, cairan kedelai asam, dan konsentrat protein
7.12 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
d. Pengasapan
Pengasapan dilakukan dalam lemari pengasap. Pengasapan dilakukan
secara bertahap. Tahap pertama dilakukan pengasapan pada suhu 32 -
380C dengan kelembaban relatif 90% selama 10 - 12 menit. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menahan air dalam sosis supaya tidak menguap
semua sehingga sosis tidak terlalu kering. Pengasapan tahap kedua
dilakukan dengan menaikkan suhu pengasapan secara perlahan-lahan
sehingga mencapai suhu kira-kira 740C, sedang kelembaban relatifnya
adalah 75 - 80%. Apabila suhu pengasapan terlalu tinggi, sosis yang
dihasilkan kering, sehingga rasanya tidak enak dan kemungkinan
pembungkusnya dapat sobek.
e. Perebusan
Tujuan perebusan memberikan rasa, aroma tertentu dan warna pada sosis
serta merupakan proses pasteurisasi sehingga dapat memperpanjang
masa simpan. Sosis yang telah diasap, direbus dalam ketel pada suhu 70
- 750C selama 5 menit dengan kelembaban 76%.
⚫ PANG4312/MODUL 7 7.13
Binding
Filling
Casing
Gambar 7.3.
Diagram Pembuatan Sosis
Beberapa hal yang harus diperhatikan jika hendak membeli sosis adalah:
a. Pilih sosis yang dikemas dan kemasannya mempunyai label yang
lengkap, bila hendak membeli sosis yang tidak dikemas harus ada
kejelasan mengenai bahan bakunya (daging yang digunakan). Ini
penting, agar konsumen tidak salah pilih, untuk sosis babi biasanya pada
label tertulis dengan jelas.
b. Selain sosis kalengan, pilih sosis yang dijual di dalam refrigerator
bersuhu antara 0 - 5°C.
c. Pilih sosis yang masih bagus (tidak berlendir), jika sosis dalam kemasan
pilih yang kalengnya tidak rusak (penyok, kembung, bocor) dan
keterangan labelnya lengkap.
d. Jangan membeli sosis yang berwarna merah menyala karena
dikhawatirkan mengandung zat pewarna yang dilarang misalnya A1203
yang tidak tergolong senyawa yang diizinkan untuk penguat warna (food
grade) makanan.
7.14 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Sosis merupakan produk yang cepat rusak, oleh karena itu jika sudah
dibuka dari kemasannya dan tidak habis dikonsumsi sebaiknya sosis ditaruh
dalam wadah tertutup bersih dan disimpan dalam refrigerator (lemari es).
Untuk masa simpan yang lebih lama, lebih baik sosis ditaruh dalam freezer.
Sosis dalam kaleng bila belum dibuka dapat disimpan pada suhu kamar, bila
sudah dibuka, dipindahkan ke dalam plastik dan disimpan dalam lemari es.
Diagram alir proses pembuatan kornet dapat dilihat pada Gambar 7.4.
Gambar 7.4.
Skema Proses Pembuatan Kornet
LA TIH AN
RA NGK UMA N
Daging adalah salah satu hasil ternak yang hampir tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Daging di samping sebagai
penganekaragaman sumber pangan, daging juga dapat menimbulkan
kepuasan atau kenikmatan bagi konsumen yang memakannya karena
memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap. Daging dapat diolah
dengan cara dimasak, misalnya digoreng, dipanggang, diasap atau agar
lebih menarik daging dapat diolah menjadi produk olahan lain misalnya
dendeng, baso, sosis, kornet, dan lain-lain. Daging yang dimakan dapat
berasal dari aneka ternak atau dari berbagai jenis hewan liar.
2) Salah satu perbedaan antara bahan pangan nabati dan bahan pangan
hewani adalah (pilih yang benar) ….
A. bahan pangan hewani adalah sumber makro nutrisi dan bahan
pangan nabati adalah sumber mikro nutrisi
B. bahan pangan hewani adalah sumber protein dan lemak sedangkan
bahan pangan nabati adalah sumber mineral, vitamin, karbohidrat
juga protein dan lemak
⚫ PANG4312/MODUL 7 7.17
4) Hal-hal yang membuat orang lebih memilih membeli baso daging sapi
daripada baso ikan atau cumi-cumi adalah (pilih yang benar) karena ….
A. harganya yang lebih murah
B. tidak menggunakan boraks
C. lebih populer/lebih memasyarakat
D. mudah diperoleh dan banyak produksinya
9) Untuk memperoleh baso yang enak dan bermutu tinggi dilakukan hal-hal
sebagai berikut, kecuali ….
A. tidak menggunakan boraks
B. menggunakan bumbu penyedap
C. menggunakan bahan baku dari daging yang segar
D. tepung tapioka yang digunakan tidak boleh melebihi ketentuan
yang ditetapkan
Kegiatan Belajar 2
Pengolahan Susu
A. PENGERTIAN SUSU
Susu jika diartikan secara alamiah adalah hasil pemerahan sapi atau
hewan menyusui lainnya, yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai
bahan makanan, yang aman dan sehat serta tidak dikurangi komponen-
komponennya atau ditambah bahan-bahan lain. Hewan-hewan yang susunya
digunakan sebagai bahan makanan adalah sapi perah, kerbau, unta, kambing
perah, dan domba.
Susu mengandung bermacam-macam unsur dan sebagian besar terdiri
dari zat makanan yang juga diperlukan bagi pertumbuhan bakteri. Oleh
karenanya pertumbuhan bakteri dalam susu sangat cepat, pada suhu yang
sesuai.
Susu dalam ambing (alat penghasil susu) ternak yang sehat pun tidak
bebas hama, dan mungkin mengandung sampai 500 mikroba/ml. Jika ambing
itu sakit, jumlah mikroba dapat meningkat menjadi lebih besar dari 20.000
mikroba/ml.
Jenis-jenis Micrococcus dan Corybacterium sering terdapat dalam susu
yang baru diambil. Pencemaran berikutnya timbul dari sapi, alat-alat
pemerahan yang kurang bersih dan tempat-tempat penyimpanan yang kurang
bersih, debu, udara, lalat, dan penanganan oleh manusia.
C. MUTU SUSU
Tabel 7.2.
Klasifikasi susu dengan uji Reduktase Methylene Blue
Hasil uji susu menggunakan metode uji reduktase methylene blue kurang
berarti jika dipergunakan untuk menyelidiki susu yang telah di pasteurisasi
karena susu tersebut mengandung kurang dari 500.000 mikroba/ml.
D. KOMPONEN-KOMPONEN SUSU
1. Susu Pasteurisasi
Produk olahan susu ini adalah susu yang telah mengalami proses
pasteurisasi, yaitu proses pemanasan setiap komponen (partikel) susu pada
suhu 650C selama 30 menit, atau pemanasan susu pada suhu 720C selama 15
detik. Kombinasi antara suhu dan waktu ini pada prinsipnya dapat diatur,
apabila suhu yang dipergunakan tinggi maka waktu yang diperlukan pendek.
Makin rendah suhunya, makin lama waktu yang diperlukan atau sebaliknya.
2. Susu Sterilisasi
Proses sterilisasi juga termasuk proses pemanasan, tetapi suhu yang
dipergunakan lebih tinggi dari proses pasteurisasi, yaitu sekitar 104 - 1400C
dan waktu yang dipergunakan sangat pendek, + 1 - 4 detik. Alat yang
digunakan untuk proses sterilisasi adalah autoclave (untuk kapasitas
kecil/untuk keperluan industri-industri kecil dan laboratorium), dan retort
untuk kapasitas besar (industri-industri besar).
3. Keju
Keju adalah protein susu yang digumpalkan. Dalam pembuatan keju,
untuk memisahkan protein susu dilakukan dengan cara penambahan asam
misalnya asam laktat, asam klorida, atau dengan penambahan enzim,
protease misalnya rennet, mucor, rennin dan sebagainya. Keju dapat dibuat
dari susu penuh atau susu krim. Bahan-bahan ini harus bebas dari benda-
benda asing yang tidak dikehendaki (misalnya: debu, bulu, butir-butir darah
merah). Tahap selanjutnya yang terpenting adalah pasteurisasi,
penggumpalan, pemisahan whey dan pengepakan.
Dalam pembuatan keju, susu diubah menjadi bahan pangan yang lebih
padat, lebih bergizi dan tidak mudah rusak. Pada dasarnya, pembuatan keju
terdiri dari penggumpalan susu untuk membentuk dadi susu (tahu susu),
pemotongan padatan itu menjadi potongan yang lebih kecil, pengeringan
whey dari tahu keju dan pengemasan. Berbagai jenis keju tergantung pada
bagaimana tahu susu itu diperlakukan (lamanya tahu susu itu dikenakan
suasana asam, panas dan kondisi-kondisi pematangan).
Berdasarkan proses pembuatannya, terdapat lebih dari 800 jenis keju
sehingga sulit dilakukan penggolongan karena terlalu banyak variasi dalam
pembuatannya. Tetapi penggolongan dengan cara lain masih dapat dilakukan
misalkan berdasarkan kekerasannya (tekstur). Cara penggolongan seperti ini
dapat dibagi dalam empat golongan yaitu:
⚫ PANG4312/MODUL 7 7.23
a. Keju yang mempunyai tekstur sangat keras (Kadar air kurang dari 25%).
Contohnya: Parmesan, Romano, Sapsago, Spalen yang dalam
pembuatannya dilakukan pemeraman bakteri selama 5 bulan - 2 tahun.
b. Keju yang mempunyai tekstur keras (Kadar air 25 - 36%). Contohnya:
Cheddar, Granular, Swiss, Emmentaler, Gruyere, Edam, Colby dan
Caciovallo, pemeraman bakteri selama 1 - 12 bulan.
c. Keju yang mempunyai tekstur lunak (Kadar air 36 - 40%). Contohnya:
Brick, Limburgur, Trappist, Muenster, dan Port du Salut, pemeraman
bakteri dilakukan selama 6 minggu - 4 bulan.
d. Keju yang mempunyai tekstur sangat lunak (Kadar air lebih dari 40%).
Contohnya: Cammembert, Hand dan Neufchatel, pemeraman bakteri
selama 4 - 8 minggu.
e. Keju yang mempunyai tekstur sangat lunak tetapi dalam pembuatannya
tidak dilakukan pemeraman. Contohnya: Cottage, Pot, Bakers, Cream,
Promost, Ricotta.
4. Mentega
Mentega adalah produk yang terbuat dari lemak susu yang dikerjakan
dengan proses semacam pengadukan yang disebut churning. Komponen
terbanyak dalam mentega adalah lemak, kemudian ditambahkan garam untuk
memperoleh cita rasa yang lebih baik dan untuk menjaga mutu. Warna
kuning pada mentega disebabkan oleh zat warna Beta karoten dalam krim.
Mentega merupakan sumber vitamin A yang sangat baik dan merupakan
makanan berenergi tinggi (7 - 8 kalori/g), tidak mengandung laktosa dan
mineral serta berprotein rendah.
Dasar pembuatan mentega adalah mengubah kedudukan globula lemak
susu yang semula berupa emulsi lemak dalam air menjadi emulsi air dalam
lemak. Mutu mentega tergantung pada mutu krim yang digunakan dan
penanganan lebih lanjut pada produk akhir.
Proses pertama dalam pembuatan mentega adalah pemisahan krim susu,
ini dikerjakan dengan pemutaran alat pemisah krim (centrifuge atau cream
separator). Krim susu dinetralkan sampai pH 6,8 – 7,2 kemudian
dipasteurisasi, netralisasi dapat mencegah berkembangnya flavor yang tidak
dikehendaki selama pemanasan dan diduga dapat menghasilkan mentega
yang mempunyai sifat tahan simpan yang lebih baik dalam keadaan dingin.
Krim juga distandarisasi sampai kandungan lemaknya + 30 - 33% karena
diketahui pada konsentrasi ini krim mempunyai sifat-sifat agitasi
7.24 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Gambar 7.5.
Proses Pembuatan Mentega
⚫ PANG4312/MODUL 7 7.25
5. Es Krim
Es krim dianggap sebagai salah satu makanan kecil internasional yang
populer, dibuat dari bahan-bahan utama yang terdiri atas susu, krim, gula atau
bahan pemanis, bahan flavor, bahan penstabil dan pembentuk emulsi seperti
terlihat pada Tabel 7.3.
Tabel 7.3.
Komposisi rata-rata es krim
Susu dan krim saja tidak cukup memberikan padatan bukan lemak,
sehingga bahan harus dilengkapi dengan padatan yang bukan lemak kering,
lemak yang berasal dari krim dan susu memberikan flavor, rasa, dan tekstur
pada produk. Bertambahnya kandungan lemak menyebabkan tekstur menjadi
lebih baik dan es krim menjadi semakin tahan terhadap proses pencairan.
Seperti yang telah disebutkan di atas, komponen-komponen penyusun es
krim terdiri atas beberapa bahan yaitu:
a. lemak susu, yang digunakan adalah krim yang berfungsi memberikan
rasa lembut pada es krim.
b. bubuk susu; merupakan bahan padat bukan lemak yang berfungsi
memberikan tekstur pada es krim.
c. gula; sebagai bahan pemanis, dapat digunakan gula invert (gula
semacam ini dapat menurunkan titik beku campuran) sehingga campuran
tidak membeku pada suhu di lemari pembeku (freezer).
d. gelatin; sebagai zat penstabil agar diperoleh tekstur es krim yang halus,
dan untuk membantu pembuatan emulsi yang stabil.
7.26 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
6. Yoghurt
Yoghurt adalah produk susu yang mengalami proses fermentasi oleh
bakteri-bakteri tertentu. Tahap pembuatan yoghurt adalah pemanasan,
pendinginan, pemeraman. Dalam pembuatan yoghurt secara alami, susu yang
akan difermentasi dipanaskan sampai 900C selama 15 - 30 menit, kemudian
didinginkan sampai suhu 430C, diinokulasikan dengan 2% kultur dari
campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus dan
diinkubasi pada suhu ini selama + 3 jam (sampai tercapai keasaman yang
diinginkan yaitu pH 4,0 - 4,5). Kemudian produk ini didinginkan sampai 50C
untuk selanjutnya dikemas.
Tahap pemanasan dilakukan untuk membunuh semua mikroba yang
terdapat di dalam susu. Pemanasan juga menyebabkan denaturasi protein
sehingga dapat memberi konsistensi yang lebih baik dan seragam pada
produk akhir.
Flavour khas yoghurt disebabkan oleh asam laktat dan sisa-sisa
asetaldehid, diasetil, asam asetat dan bahan-bahan mudah menguap lainnya
yang dihasilkan oleh fermentasi bakteri Lactobacillus bulgaricus adalah
terbentuknya asetal dehida.
7. Susu Bubuk
Prinsip pembuatan susu bubuk adalah menguapkan sebanyak mungkin
kandungan air susu dengan cara pemanasan (pengeringan). Pembuatan susu
bubuk secara keseluruhan harus melalui beberapa tahapan proses, yaitu
perlakuan pendahuluan, pemanasan pendahuluan, pengeringan dan
pengepakan.
Perlakuan pendahuluan yang harus dikerjakan adalah penyaringan atau
klarifikasi, separasi dan standarisasi:
a. Penyaringan bertujuan memisahkan benda-benda asing yang terdapat
dalam susu (misalnya: debu, pasir, bulu, dan lain sebagainya).
Penyaringan dilakukan dengan menggunakan kain saring. Klarifikasi
pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama dengan penyaringan tetapi
pada klarifikasi tidak menggunakan kain saring melainkan dengan cara
sentrifugasi (memisahkan dua benda cair) dengan alat clarifier.
b. Separasi bertujuan untuk memisahkan krim dan skim, terutama
dikerjakan apabila ingin dibuat bubuk krim dan bubuk susu skim.
c. Standarisasi adalah komposisi susu menjadi seragam, karena susu yang
terkumpul dari berbagai peternakan, berbagai wadah, berbagai periode
⚫ PANG4312/MODUL 7 7.27
Gambar 7.6.
Diagram Proses Pembuatan Susu Bubuk
7.28 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
LA TIH AN
RA NGK UMA N
Dipandang dari segi gizi, susu adalah bahan makanan yang hampir
sempurna (karena mengandung bermacam-macam zat gizi penting bagi
kehidupan), dan merupakan makanan alamiah bagi mamalia menyusui
yang baru lahir, dan susu merupakan satu-satunya sumber makanan
pemberi kehidupan sesegera mungkin setelah kelahiran. Susu
didefinisikan sebagai sekresi dari kelenjar susu mamalia yang menyusui
anaknya. Susu sebagai bahan pangan, dapat dikonsumsi dalam bentuk
olahan, misalnya susu pasteurisasi, susu sterilisasi, keju, mentega, es
krim, yoghurt, susu bubuk, dan susu kental manis.
10) Perbedaan susu bubuk biasa dengan susu bubuk instan adalah ….
A. susu bubuk biasa menggunakan bahan dasar susu skim sedangkan
susu bubuk instan menggunakan bahan dasar susu krim
B. susu bubuk instan memiliki rongga udara sehingga lebih mudah
larut dalam air
C. susu bubuk biasa dibuat dari susu segar dan mengalami proses
separasi
D. susu bubuk instan penguapannya dilakukan agak berlebihan
sehingga kadar airnya menjadi rendah
Kegiatan Belajar 3
Pengolahan Telur
A. PENGERTIAN TELUR
Tabel 7.4.
Komposisi zat gizi telur dalam 100 gram
Zat gizi Telur ayam Telur bebek Telur puyuh Telur penyu
Kalori (kal) 162,0 189,0 149,8 144,0
Protein (g) 12,8 13,1 10,3 12,0
Lemak (g) 11,5 13,6 10,6 10,2
Karbohidrat (g) 0,7 0,8 3,3 -
Kalsium (mg) 54,0 56,0 49,0 84,0
Fosfor (mg) 180,0 175,0 198,0 193,0
Besi (mg) 2,7 2,8 1,4 1,3
Vitamin A (UI) 900,0 1.230,0 2.741,0 600,0
Vitamin B (mg) 0,1 0,18 - 0,11
Air (g) 74,0 70,0 - 76,6
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI 1979.
5. Telur unggas lainnya, misalnya telur angsa, telur itik, telur ayam kate
dan lain-lain yang dijual juga oleh rakyat.
D. STRUKTUR TELUR
Keterangan:
1. kulit telur 8. albumen
2. membran kulit luar 9. kuning telur bagian yang gelap
3. membran kulit dalam 10. kuning telur bagian yang terang
4. albumen tipis 11. bagian dari embrio
5. albumen tebal 12. calon embrio
6. kalaza 13. membran vitelline.
7. albumen yang melapisi kuning 14. rongga udara
telur
Gambar 7.7.
Struktur Telur
E. KUALITAS TELUR
Telur yang segar memiliki kuning telur yang tidak cacat, bersih, dan
tidak terdapat pembuluh darah, selain itu, di dalam kuning telur tidak terdapat
bercak daging atau bercak darah.
Putih telur dari telur yang segar adalah tebal dan diikat kuat oleh kalaza.
Untuk telur kualitas AA, putih telur harus bebas dari titik daging atau titik
darah.
Kualitas telur sebelah luar ditentukan oleh kondisi kulit telurnya. Berikut
ini beberapa parameter yang dapat dijadikan ukuran untuk menentukan
kualitas telur sebelah luar.
1. Kebersihan kulit telur, kualitas telur semakin baik jika kulit telur dalam
keadaan bersih dan tidak ada kotoran apa pun.
2. Kondisi telur dapat dilihat dari tekstur dan kehalusannya. Kualitas telur
akan semakin baik jika tekstur kulitnya halus dan keadaan kulit telurnya
utuh serta tidak retak.
3. Warna kulit, warna kulit telur ayam ras ada dua, yaitu putih dan cokelat.
Perbedaan warna kulit tersebut disebabkan adanya pigmen cephorpyrin
yang terdapat pada permukaan kulit telur yang berwarna cokelat. Kulit
7.38 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
telur yang berwarna cokelat relatif tebal dibandingkan dengan kulit telur
yang berwarna putih, oleh karena itu kualitas telur yang berwarna
cokelat lebih baik dibandingkan telur yang berwarna putih. Dalam
penyimpanan, telur yang berkulit cokelat lebih awet dibandingkan telur
yang berwarna putih.
4. Bentuk telur, bentuk telur yang baik proporsional, tidak berbenjol-benjol,
tidak terlalu lonjong, dan juga tidak terlalu bulat.
Pada umumnya telur yang berbobot lebih berat, harganya lebih mahal.
Di Amerika Serikat, klasifikasi telur didasarkan pada beratnya, di Indonesia
ketentuan tersebut belum berlaku sebab ada kecenderungan konsumen
Indonesia justru lebih menyukai telur dengan jumlah butiran yang lebih
banyak dalam setiap kilogramnya.
3. Penyimpanan Dingin
Dalam proses ini, telur utuh disimpan pada suhu serendah mungkin di
atas titik beku telur -20C. Suhu yang rendah ini akan memperlambat
hilangnya CO2 dan air dalam telur maupun penyebaran air dari putih ke
kuning telur. Pengendalian kelembaban udara dalam ruangan yaitu 80 -
90% dibutuhkan untuk memperlambat kehilangan air, kadar
karbondioksida kira-kira 3% dalam udara akan mengurangi kehilangan
CO2.
4. Perlakuan Penutupan Kulit Telur
Bahan-bahan seperti agar-agar, karet, sabun, gelatin, asam belerang dan
bahkan getah kaktus, semuanya telah dipakai sebagai bahan penutup
kulit telur. Walaupun begitu pemakaian minyak merupakan perlakuan
untuk menutup kulit telur yang terbanyak digunakan untuk mengawetkan
telur. Minyak diletakkan pada telur dengan cara penyelupan atau
penyemprotan, teknik ini biasanya menghasilkan 50 mg minyak yang
menutupi permukaan tiap-tiap telur. Peminyakan bersamaan dengan
penyimpanan pada suhu kira-kira 10C dapat mengawetkan telur selama
lebih dari 6 bulan dengan hampir tanpa ada perubahan. Biasanya
digunakan minyak parafin yang dapat dimakan.
G. PRODUK OLAHAN
Kadar garam dalam telur bervariasi tergantung dari jumlah garam dan
lama penggaraman, sehingga kadang-kadang ada telur asin yang rasanya
terlalu asin, kadang-kadang ada yang rasa asinnya kurang.
Diagram alir proses pembuatan telur asin dapat dilihat pada Gambar 7.8.
Gambar 7.8.
Proses Pembuatan Telur Asin
⚫ PANG4312/MODUL 7 7.41
2. Pindang Telur
Rasanya juga asin, namun tidak seasin telur asin. Proses pembuatannya
juga merupakan salah satu bentuk penggaraman tetapi dengan sedikit
modifikasi, yaitu dengan adanya proses pemanasan selama
penggaraman. Proses pemindangan telur dikerjakan sebagai berikut.
a. Bersihkan telur dengan air bersih
b. Siapkan air perebus dengan mencampurkan garam dan air dengan
perbandingan 1:10 sampai dengan 10:10. Kadang-kadang
tambahkan daun jambu kelutuk atau daun jambu biji untuk
memberikan cita rasa yang baik.
c. Rebus telur dengan air perebus tadi sampai mendidih sedikitnya 10
menit.
d. Angkat telurnya dan dinginkan dengan mengangin-anginkan.
Diagram proses pembuatan telur pindang dapat dilihat pada Gambar 7.9.
Gambar 7.9.
Proses Pembuatan Telur Pindang
7.42 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
LA TIH AN
RA NGK UMA N
3) Kualitas sebutir isi telur yang baik dapat dilihat dari, kecuali ….
A. kondisi ruang udara yang kecil
B. kondisi ruang udara yang besar
C. kuning telur yang utuh (tidak cacat dan bersih)
D. putih telur yang tebal
Kegiatan Belajar 4
Pengolahan Ikan
A. PENGERTIAN IKAN
Secara umum yang dimaksud dengan hasil perikanan adalah ikan dan
binatang-binatang lainnya yang hidup di air tawar atau air asin atau
pertemuan keduanya yang dapat dimakan atau digunakan sebagai bahan
makanan. Dari pengertian tersebut maka yang dikenal sebagai ikan sehari-
hari sebenarnya termasuk salah satu hasil dari berbagai hasil perikanan.
Usaha perikanan di Indonesia dibagi menjadi dua golongan, secara garis
besar yaitu perikanan darat dan perikanan laut.
1. Perikanan darat, usaha perikanan darat merupakan usaha penangkapan
dan pemeliharaan ikan dalam batas garis pantai. Perikanan darat meliputi
perikanan air payau (tambak) dan perikanan air tawar yang terdiri dari
kolam, sawah, sungai dan lain-lain.
2. Perikanan laut, merupakan yang terbesar dibanding usaha perikanan
darat, sebab penangkapan ikan di laut merupakan yang terbesar dan
dilakukan oleh sebagian besar penduduk yang tinggal di daerah pantai.
d. Ikan lele, ikan lele tidak bersisik, kulitnya licin karena banyak
mengeluarkan lendir.
2. Ikan Laut
a. Ikan kakap, hidup dekat muara sungai, bahkan kadang-kadang suka
masuk jauh ke dalam air tawar. Ikan kakap dapat mencapai panjang
badan 2 meter dengan berat 2,5 kuintal lebih.
b. Ikan kembung, ada dua macam ikan kembung, yaitu ikan kembung
jantan yang hidup di tengah lautan dan ikan kembung betina yang suka
hidup dekat pantai dan mempunyai tubuh yang lebih ramping daripada
ikan kembung jantan.
c. Ikan bawal, bentuknya pipih seperti belah ketupat, ada dua macam ikan
bawal, yaitu ikan bawal putih dan ikan bawal hitam.
d. Ikan bandeng, banyak terdapat di pantai-pantai, tetapi kalau bertelur
pergi ke tengah laut. Ikan bandeng banyak disukai karena dagingnya
yang empuk dan gurih meskipun banyak duri yang kecil-kecil. Ikan
bandeng dapat dipelihara pada empang-empang baik pada air asin atau
air tawar.
e. Ikan tenggiri, tubuhnya tidak bersisik dan warna punggungnya kebiru-
biruan tetapi perutnya putih seperti perak. Ikan tenggiri banyak
ditangkap untuk dikalengkan, di asin atau dipindang.
Ikan segar mudah sekali menjadi busuk, segera setelah ditangkap akan
cepat mengalami kekakuan, kemudian diikuti oleh proses pembusukan.
Perbedaan ikan yang masih segar dan ikan yang sudah rusak (mengalami
proses pembusukan) secara visual antara lain adalah sebagai berikut. Ikan
yang masih segar mempunyai tanda-tanda:
1. Warna kulit terang, cerah, tidak suram.
2. Apabila ikan bersisik, sisiknya masih melekat dengan kuat.
3. Matanya jernih, tidak suram, melotot.
4. Dagingnya segar, elastis, apabila ditekan dengan jari bekasnya lekas
kembali ke posisi semula.
5. Baunya tidak memberikan tanda-tanda busuk atau berbau asing.
6. Tidak terdapat lendir pada permukaannya, atau kalaupun ada lendir
jumlahnya tidak banyak.
7. Ikan tenggelam di dalam air.
7.48 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Ikan sebagai bahan pangan memiliki nilai yang tinggi, sebab dalam
daging ikan terdapat kandungan gizi yang besar dibanding daging hewan
darat lainnya. Pada daging ikan terdapat unsur-unsur yang amat berguna bagi
tubuh manusia, seperti misalnya protein, lemak, vitamin, karbohidrat, garam-
garam mineral dan lain-lain. Kandungan protein dalam daging ikan
merupakan yang terbesar setelah unsur air. Karena itulah ikan merupakan
sumber protein hewani yang potensial. Di samping itu, untuk beberapa jenis
ikan juga memiliki unsur lemak tinggi, sehingga ikan dapat pula dikatakan
sebagai sumber lemak yang baik. Ikan juga mengandung unsur karbohidrat
yang terdapat dalam bentuk polisakarida, yaitu glikogen, serta mengandung
unsur vitamin yaitu vitamin A dan D.
Ikan selain memiliki kandungan unsur yang baik untuk kebutuhan tubuh
manusia, ikan juga memiliki rasa yang spesifik dan enak, sehingga tidak
mengherankan apabila ikan menjadi salah satu bahan pangan yang potensial
dan bernilai gizi tinggi. Namun tidak seluruhnya yang terdapat pada tubuh
ikan itu dapat dikonsumsi, umumnya bagian yang dapat dimakan hanya
sekitar 70%. Bagian kepala, ekor, sirip dan isi perut biasanya dibuang atau
dijadikan sebagai bahan pembuatan produk lain. Daging ikan seperti
kebanyakan hewan mamalia darat, yaitu berserat, tetapi serat pada daging
ikan lebih halus dan lebih pendek serta jaringan pengikatnya sedikit sehingga
lebih lunak dibanding daging hewan darat. Kebanyakan daging ikan maupun
hasil perikanan lain berwarna putih, walaupun ada juga yang berdaging
merah seperti ikan kembung, tongkol, kerang dan lain-lain. Pada jenis hasil
perikanan seperti cumi-cumi, kerang dan teripang, hampir semua bagian
tubuhnya dapat dimakan setelah kulitnya dibuang. Hasil perikanan lain
⚫ PANG4312/MODUL 7 7.49
berupa golongan kepiting dan udang, bagian yang dapat dimakan hanya
sekitar 50% saja, kepiting bahkan lebih sedikit yaitu hanya sekitar 30%.
Sifat utama pada daging ikan maupun hasil perikanan lain adalah cepat
rusak dan membusuk, hal ini dikarenakan daging ikan merupakan substrat
yang baik untuk kehidupan dan pertumbuhan mikroba pembusuk, terutama
bakteri. Pada daging ikan terdapat zat makanan yang bersifat makromolekul
maupun mikromolekul serta metabolit-metabolit sederhana yang secara
langsung dapat digunakan oleh mikroba. Terlebih lagi daging ikan memiliki
kadar air yang cukup tinggi, hal ini sangat sesuai untuk pertumbuhan bakteri.
Karena sifat utamanya yang mudah rusak dan busuk, maka kesegaran ikan
harus selalu dijaga dengan cara diolah agar dapat dikonsumsi untuk jangka
waktu yang lama.
Pembusukan yang terjadi pada ikan atau hasil perikanan lainnya bisa
karena faktor luar dan bisa pula karena faktor dari dalam (dari tubuh ikan itu
sendiri).
Sebenarnya ketika ikan itu masih hidup dengan kondisi yang sehat,
keadaannya masih steril. Namun demikian seperti yang telah disebutkan
bahwa bakteri yang menyebabkan pembusukan daging ikan telah ada dalam
tubuh ikan sewaktu masih hidup. Daerah tempat hidup bakteri yang paling
banyak pada tubuh ikan adalah alat pencernaan, terutama pada usus halus,
insang, kotoran ikan dan sekujur kulit bagian luar. Saat ikan masih dalam
keadaan hidup bakteri tidak menimbulkan kerusakan, tetapi justru setelah
ikan dalam keadaan mati bakteri berkembang populasinya dan mulai
mengadakan kerusakan. Menurut penyelidikan yang telah dilakukan oleh
para ahli, ternyata sebagian besar bakteri penyebab pembusukan ikan berasal
dari lingkungan sekelilingnya. Pencemaran bisa berasal dari air laut, air
sungai atau tempat-tempat lain di mana ikan itu hidup. Bahkan dapat pula
dari air yang digunakan untuk mencuci ikan sewaktu hendak diolah, di
samping itu berbagai macam peralatan pada waktu menangani ikan juga bisa
menjadi penyebab pencemaran. Jadi dapat dikatakan sumber pencemaran
bisa berasal dari mana saja.
Jumlah bakteri yang terdapat dalam tubuh ikan juga dipengaruhi oleh
kondisi sumber pencemarannya, apabila tempat di mana ikan itu hidup
merupakan lingkungan yang kotor, jumlah bakteri pada tubuh ikan cukup
7.50 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Cara yang lebih baik daripada kedua cara tersebut dan banyak pula
dikerjakan oleh para nelayan adalah:
a. Dengan memberikan pecahan es pada hasil tangkapan ikan. Dengan cara
ini suhu dapat diturunkan sampai sekitar 40C, tetapi tidak lama dapat
dipertahankan dan harus sering mengganti es.
b. Dengan memberikan pecahan es yang dicampur dengan garam. Dengan
cara ini suhu dapat dicapai lebih rendah lagi, tetapi kelemahan-
kelemahan yang disebutkan pada cara di atas belum dapat diatasi dengan
baik.
F. PENGOLAHAN IKAN
Seperti yang kita ketahui bahwa ikan merupakan bahan pangan yang
mudah rusak (membusuk). Hanya dalam waktu sekitar 8 jam sejak ikan
ditangkap dan di bawa ke darat sudah akan timbul proses perubahan yang
mengarah pada kerusakan. Karena itu agar ikan dan hasil perikanan lainnya
dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, perlu dijaga kondisinya.
Pengolahan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan ikan dari
proses pembusukan sehingga mampu disimpan lama sampai tiba waktunya
untuk dijadikan sebagai bahan konsumsi. Usaha dalam melaksanakan
pengolahan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, misalnya ikan
yang baru ditangkap dapat dipertahankan kesegarannya dengan cara
didinginkan atau dibekukan, atau bisa pula diolah menjadi produk setengah
jadi seperti dalam pembuatan ikan pindang dan sebagainya.
Pada mulanya usaha-usaha yang dilakukan dalam pengolahan ikan
dikerjakan secara tradisional dengan memanfaatkan proses alami. Faktor
alami yang banyak dimanfaatkan adalah panas sinar matahari, kandungan air
yang ada dalam daging ikan akan berkurang besar sehingga ikan menjadi
7.52 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
kering dan awet. Masih banyak lagi faktor alami lainnya yang dimanfaatkan
untuk pengolahan ikan.
Sejak ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat seperti
sekarang ini, usaha pengolahan ikan pun ikut berkembang dengan makin
banyaknya peralatan mekanis yang digunakan dalam proses pengolahan
tersebut. Dengan peralatan yang cukup modem, proses pengolahan menjadi
lebih cepat, dapat memperbanyak produksi akhir serta mampu memperbaiki
hasil olahan. Ditinjau dari caranya, pengawetan dapat digolongkan menjadi
tiga macam yaitu pengawetan dengan pengaturan suhu (misalnya
pendinginan, pembekuan, pengeringan, pengasapan dan pengalengan),
pengawetan dengan menggunakan bahan-bahan kimia (misalnya kyuring
termasuk di dalamnya adalah penggaraman dan pencukaan), dan pengawetan
dengan menggunakan proses mikrobiologik (misalnya pemedaan). Kadang-
kadang dikerjakan cara-cara kombinasi antara metode-metode tersebut.
Sebelum hasil-hasil perikanan diawetkan dengan cara-cara yang telah
disebutkan di atas, pada umumnya dikerjakan perlakuan-perlakuan
pendahuluan yang meliputi
1. Pencucian, untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan lendir yang
terdapat pada ikan. Pencucian dikerjakan baik pada ikan yang baru saja
datang (ditangkap) maupun sesudah mengalami penyiangan.
2. Menyiangi (dressing) ikan, yaitu membuang sirip-siripnya, sisik, ekor,
perut dan kadang-kadang juga memotong kepala ikan. Pada jenis-jenis
udang tertentu, menyiangi adalah memotong kepalanya dan menguliti
sehingga tinggal dagingnya saja.
3. Membelah atau memotong ikan untuk menyesuaikan ukuran ikan
dengan kebutuhan.
4. Mengadakan sortasi, yaitu memisahkan ikan-ikan dalam jenis-jenis,
ukuran dan kesegaran yang seragam.
5. Pada hasil-hasil perikanan tertentu diperlukan perlakuan-
perlakuan khusus misalnya:
a. Jenis jenis kepiting dan rajungan harus diikat supaya tidak
membahayakan, kemudian dicuci bersih.
b. Kerang dicuci bersih. Apabila hendak diambil dagingnya atau
dikalengkan, direbus terlebih dahulu untuk memudahkan
melepaskan daging dari kulitnya.
⚫ PANG4312/MODUL 7 7.53
l. Ikan Asin
Ikan asin adalah produk yang tidak asing lagi bagi rakyat Indonesia,
karena harganya murah dan mudah membuatnya. Bahan utama dalam
pembuatan ikan asin adalah garam, yang dapat dibuat ikan asin adalah
hampir semua jenis ikan, termasuk pula cumi-cumi, udang, daging kerang,
teripang dan sebagainya. Langkah-langkah dalam proses pembuatannya
adalah sebagai berikut di bawah ini.
a. Penyiangan
Ikan-ikan yang berukuran besar dibuang isi perutnya, kadang-kadang
dibuang sisiknya, kemudian dibelah. Beberapa jenis ikan dipotong
bagian kepalanya, misalnya jenis-jenis ikan tongkol dan ikan salem.
Cara-cara penyiangan yang banyak dikerjakan di beberapa daerah
kadang-kadang berlainan, namun pada umumnya perbedaannya tidak
banyak.
b. Pencucian
Untuk menghilangkan bekas-bekas darah, sisik dan kotoran lainnya
maka dikerjakan pencucian ini dengan menggunakan larutan garam
ringan. Apabila penggaraman dikerjakan di tengah laut (di kapal-kapal
penangkap ikan), maka untuk pencucian digunakan air laut.
c. Penggaraman
Yang masih tradisional hanya dikerjakan dengan cara menaburkan
kristal-kristal garam pada permukaan ikan, atau menyikatnya dengan
larutan garam, atau campuran antara kristal garam. Penggaraman
dilakukan dengan dua cara:
1) Penggaraman kering, pada metode ini prinsipnya adalah
menggunakan garam dalam bentuk padat (kristal).
Pelaksanaannya ikan dimasukkan wadah, disusun berlapis-lapis dan,
dasar sampai permukaan wadah ganti berganti antara garam dan
ikan. Jumlah garam yang digunakan kira-kira 30 - 50% dari jumlah
ikan.
2) Penggaraman basah, prinsip dasarnya adalah menggunakan larutan
garam, jadi garam kristal dibuat larutan terlebih dahulu kemudian
7.54 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Gambar 7.10.
Proses Pembuatan Ikan Asin
⚫ PANG4312/MODUL 7 7.55
2. Ikan Pindang
Ikan pindang sangat terkenal di Indonesia, terutama di kalangan rakyat
dekat pantai, seperti misalnya daerah Pelabuhan Ratu, Jakarta, Semarang,
Kudus, Jepara, Pati, Surabaya, Tuban, Muncar, Banyuwangi, Pantai Parigi,
Cirebon, Ambon serta masih banyak daerah-daerah lainnya. Ikan pindang
rasanya asin tetapi pemindangan tidak dapat digolongkan sebagai
penggaraman ikan karena caranya memang berbeda. Perbedaan yang spesifik
antara pemindangan dan penggaraman adalah adanya proses perebusan dalam
pemindangan. Yang dapat dipindang hampir semua jenis ikan laut, tetapi
yang banyak dipindang adalah ikan bandeng, ikan tonggol, ikan lemuru, ikan
salem, ikan nilam dan kadang-kadang beberapa jenis ikan tawar.
Proses pembuatan ikan pindang:
1. Persiapan bahan, ikan dibersihkan dari sisik, dan siripnya serta isi
perutnya, setelah itu ikan dicuci bersih (ikan yang besar jarang
dipindang). Ke dalam perutnya yang sudah dibelah dimasukkan garam
sendawa sebagai penyedap rasa dan bumbu-bumbu.
2. Pemindangan, ada dua cara yaitu:
a. Pemindangan air garam atau pemindangan cue, ikan yang sudah siap
dipindang, dimasukkan (disusun) dalam wadah keranjang bambu
yang disebut naya. Tiap naya hanya berisi satu lapis ikan yang
terdiri dari 3 - 5 ekor. Beberapa naya disusun menjadi satu tetapi
antara naya yang satu dan naya yang lain diberi rongga, diikat lalu
dimasukkan ke dalam larutan garam jenuh (± 25%) sampai semua
naya terendam. Supaya naya tidak mengapung, di atasnya diberi
penindih. Larutan garam lalu dipanaskan sampai mendidih 30 - 60
menit. Setelah itu naya dan isinya diangkat dan dimasukkan lagi
pada air mendidih selama beberapa menit.
b. Pemindangan garam, ikan yang telah siap akan dipindang, disusun
dalam periuk yang disebut paso. Di antara susunan ikan tersebut
terdapat garam-garam kristal. Setelah paso penuh kemudian diisi
dengan air secukupnya. Paso beserta seluruh isinya dipanaskan
selama 4 - 6 jam, setelah itu sisa air dikeluarkan dan pemanasan
diteruskan lagi selama 1 - 2 jam. Selama pemanasan tahap kedua ini
akan keluar lagi cairan dan cairan ini juga dibuang.
c. Pendinginan, setelah selesai pemindangan, perlu didinginkan. Untuk
hasil pemindangan air garam, naya diangkat dari air mendidih
7.56 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Gambar 7.11.
Proses Pembuatan Ikan Pindang
⚫ PANG4312/MODUL 7 7.57
LA TIH AN
RA NGK UMA N
3) Sifat utama ikan atau hasil perikanan adalah cepat busuk/rusak, hal
tersebut terjadi karena ….
A. pada tubuh ikan sendiri sudah mengandung bakteri terutama pada
insang, isi perut dan sebagainya
B. daging ikan merupakan substrat yang baik bagi pertumbuhan
mikroba
C. lingkungan di mana tempat ikan tersebut hidup
D. kadar air ikan cukup tinggi
Tes Formatif 4
1) A
2) B
3) C
4) A
5) D
6) D
7) C
7.62 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Daftar Pustaka
Winarno, F.G. dan Kusumah, A.W. (1979). Fisiologi Lepas Panen. Jakarta:
Sastra Hudaya.
Modul 8
PEN DAHUL UA N
KEGIATAN BELAJAR 1
A. PRODUK SEREALIA
Tabel 8.1.
Komposisi kimia beberapa serealia V
untuk kehilangan sekamnya selama penumbukan, sedang padi, oat dan barli
adalah sebaliknya. Berikut ini adalah struktur dan bentuk dari beberapa
serealia.
Keterangan:
a. Glume dan palae h. Epicarp
b. Sekam i. Sekam
c. Endosperma j. Glume/non flowering
d. Lapisan aleuron k. Embrio
e. Testa l. Ekor
f. Lapisan melintang m. Sel endosperma
g. Mesocarp
Gambar 8.1.
Bentuk dan struktur butir beras
8.6 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Keterangan:
1. Serabut 7. Pembuluh darah
2. Perikarp sebelah luar 8. Kulit
3. Lapisan aleuron 9. Perikarp bagian dalam
4. Endosperma 10. Calon akar
5. Proyeksi inti 11. Lembaga
6. Pigmen
Gambar 8.2.
Bentuk dan Struktur Butir Gandum
Keterangan:
1. lembaga
2. tempat tumbuh tunas
3. endosperm
4. sekam
5. lapisan pelekat
6. kulit benih
7. lapisan dinding
8. perispem
9. tempat tumbuh daun
10. jaringan pengisap dan perisai sebutir barley
Gambar 8.3.
⚫ PANG4312/MODUL 8 8.7
Gambar 8.6.
Umbi talas
⚫ PANG4312/MODUL 8 8.9
LA TIH AN
RA NGK UMA N
C. jagung
D. padi
5) Serealia yang tidak kehilangan selama penumbukan, antara lain oat dan
barli adalah ….
A. jagung
B. gandum
C. padi
D. sorgum
10) Kandungan kimia yang sering hilang pada saat penumbukan serealia
adalah ….
A. karbohidrat
B. lemak
C. protein
D. vitamin
Kegiatan Belajar 2
A. PEMBUATAN TAPE
Secara umum, yang dimaksud dengan tape adalah suatu produk dari
proses fermentasi dari bahan-bahan sumber pati, seperti ubi jalar dan ketan
dengan melibatkan ragi dalam proses pembuatannya. Fermentasi adalah
proses pengubahan lebih lanjut dari suatu bahan
(dalam hal ini adalah bahan pangan) akibat adanya aktivitas mikroba baik
kapang, khamir atau bakteri selama waktu tertentu.
Produk akhir dari proses tersebut pada umumnya mengalami perubahan,
baik secara kimiawi maupun yang lainnya. Melalui proses fermentasi terjadi
beberapa hal yang menguntungkan, di antaranya adalah mengawetkan,
merusak atau menghilangkan bau yang tidak diinginkan, meningkatkan daya
cerna, menambah cita rasa, menghasilkan warna yang diinginkan serta hal-
hal lain.
Menurut jenis bahan bakunya, dikenal berbagai jenis tape, yaitu tape ubi
kayu, tape ketan, tape ubi jalar, tape sorgum dan tape beras. Selain itu ada air
tape yang dikenal dengan brem. Brem adalah produk air tape ketan hitam
atau ketan putih yang berupa cairan (brem cair) atau padatan (brem padat).
Tape yang umum dikenal adalah tape ubi kayu dan tape ketan, tape
sorgum, tape ubi jalar dan tape beras belum diproduksi secara massal di
Indonesia. Dengan proses fermentasi pembuatan tape diharapkan akan dapat
meningkatkan nilai energi ubi kayu.
Tape dibuat dengan menggunakan starter yang berisi campuran mikroba.
Produk ini mempunyai cita rasa dan aroma yang khas, yaitu manis dan
sedikit asam serta alkohol yang dibentuk melalui serangkaian proses. Mula-
mula pati yang ada di dalam ubi kayu dipecah oleh enzim menjadi dekstrin
dan gula-gula sederhana. Gula-gula yang terbentuk ini selanjutnya
dihidrolisis menjadi alkohol. Pada fermentasi yang lebih lanjut, alkohol
dioksidasi menjadi asam-asam organik. Asam-asam organik dan alkohol
membentuk ester yang merupakan pembentuk komponen cita rasa tape.
8.14 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
3. Tape Ketan
Ada dua macam tape ketan yang sering dijumpai, yaitu tape ketan hitam
dan tape ketan putih (meski ada juga yang diberi pewarna hijau). Pembuatan
tape ketan ini pada prinsipnya sama dengan pembuatan tape ubi kayu, hanya
bahannya yang diganti dengan beras ketan.
Proses pembuatan tape ketan dapat dilakukan sebagai berikut.
a. Beras ketan yang bermutu baik dibersihkan dan dicuci dengan air bersih
dan dilanjutkan dengan perendaman selama 4 - 6 jam agar ketan lebih
mekar.
b. Ketan selanjutnya dikukus lalu didinginkan pada suhu kamar. Setelah
dingin ditaburi ragi tape sebanyak 10 g untuk setiap 1 kg beras ketan
yang digunakan kemudian diaduk sampai merata.
c. Beras ketan yang telah diberi ragi selanjutnya dimasukkan ke dalam
wadah yang dapat ditutup rapat. Sebagai wadah, dapat digunakan kotak
bekas tempat es krim yang terlebih dahulu telah diberi alas plastik.
d. Setelah diperam selama 3 - 4 hari, tape sudah jadi dan siap untuk
dihidangkan.
B. PEMBUATAN KERIPIK
Keripik talas adalah salah satu produk olahan dari umbi talas yang saat
ini banyak digemari masyarakat. Keripik ini biasanya dimakan sebagai
kudapan (snack) atau dimakan bersama nasi. Supaya keripik yang dihasilkan
berwarna kuning (tidak cokelat tua), maka sebelum pengeringan irisan talas
harus direndam dalam larutan garam. Adanya garam ini dapat mencegah
timbulnya warna cokelat pada keripik yang digoreng.
Proses pembuatan keripik talas adalah sebagai berikut.
a. Umbi talas dibersihkan dan dikupas kulitnya dengan pisau anti karat.
Talas yang telah dikupas selanjutnya dicuci dengan air sampai bersih.
b. Talas selanjutnya dibelah menjadi dua atau empat bagian, tergantung
dari besar kecilnya umbi talas. Talas diiris-iris tipis, yaitu dengan
ketebalan lebih kurang 3 mm dan panjang sekitar 5 cm.
c. Irisan-irisan talas direndam dalam larutan garam 5% selama kira-kira 15
menit. Setelah itu, irisan-irisan talas dijemur di bawah sinar matahari
sampai kering (sekitar 2 - 3 hari).
d. Talas yang telah kering kemudian digoreng dengan minyak goreng
sampai matang. Keripik yang terbentuk akan mempunyai rasa yang
gurih, tekstur yang renyah dan warna yang menarik (kuning sedikit
kecokelatan).
2. Keripik Kentang
Kentang (Solanum tuberosum) adalah salah satu umbi-umbian yang
banyak digunakan sebagai sumber karbohidrat (makanan pokok) bagi
penduduk dunia, setelah gandum, jagung dan beras. Sebagai umbi-umbian,
kentang cukup menonjol dalam hal penyediaan zat gizi, terutama mineral
(fosfor, besi dan kalium) serta vitamin B1 dan vitamin C. Di Indonesia
penggunaan kentang hanya terbatas sebagai bahan sayuran. Penggunaan
dalam bentuk lain masih sangat sedikit, sehingga perlu usaha untuk
meningkatkan penganekaragaman produk olahan kentang.
Keripik kentang yang ada di pasaran hingga kini masih didominasi oleh
keripik kentang (potato chips) impor. Mengingat kentang banyak dihasilkan
di Indonesia, tidak mustahil kiranya kalau masyarakat Indonesia mampu
menghasilkan keripik kentang yang bermutu tinggi dan disukai konsumen di
masa-masa mendatang.
Bahan dasar untuk pembuatan keripik kentang adalah umbi kentang,
sedangkan bahan pengisi yang digunakan adalah tepung tapioka dan
mentega. Adanya mentega akan membuat keripik kentang yang dihasilkan
⚫ PANG4312/MODUL 8 8.17
mempunyai rupa yang menarik, tekstur yang renyah, nilai gizi yang lebih
tinggi dan cita rasa yang lebih disukai konsumen.
Prinsip pembuatan kripik kentang adalah pencampuran tepung kentang
dengan tapioka dan bahan-bahan tambahan lainnya, yang dilanjutkan dengan
pembuatan adonan dan pencetakan. Langkah terakhir adalah penggorengan.
Proses penggorengan akan membuat keripik menjadi gurih dan bergizi
(kalori) tinggi.
Proses pembuatan keripik kentang adalah sebagai berikut.
a. Kentang dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan tanah dan
kotoran-kotoran lain yang melekat pada kulit kentang. Kentang dikupas
dengan pisau anti karat untuk menghilangkan kulit, mata dan bagian
yang cacat lainnya. Selain dengan pisau, pengupasan juga dapat
dilakukan dengan perendaman dalam larutan NaOH encer panas (lye
peeling), uap bertekanan tinggi (steam peeling), perebusan dengan
larutan garam jenuh (brine peeling), perebusan dengan asam atau
dikupas dengan alat pengupas (abrasive peeling). Selanjutnya kentang
diiris-iris dengan ketebalan kira-kira 1 cm.
b. Irisan kentang diblansir (blanching), yaitu direbus dalam air mendidih
selama lima menit, dengan tujuan untuk menciptakan warna dan tekstur
yang menarik pada waktu digoreng, mengurangi penyerapan minyak dan
mempercepat waktu penggorengan. Setelah diblansir kemudian dikukus
sampai masak, yaitu kira-kira selama 15 menit.
c. Kentang yang telah dikukus kemudian didinginkan. Setelah dingin
dihancurkan dengan alat penghancur (ditepungkan). Hancuran kentang
selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari atau dikeringkan dengan
menggunakan alat pengering (oven).
d. Tepung kentang kering selanjutnya ditambahkan dengan air sampai
membentuk adonan yang baik. Ke dalam adonan ditambahkan mentega
dan garam, masing-masing sebanyak 3% dari berat adonan yang
digunakan. Campuran tersebut diaduk sampai merata.
e. Adonan dipres dengan alat pengepres dan dicetak. Kalau alat pencetak
tidak tersedia, dapat juga dibuat lontong-lontong terlebih dahulu
kemudian diiris setipis mungkin dengan pisau tajam.
f. Irisan tersebut kemudian dijemur atau dikeringkan di oven. Setelah
kering digoreng dengan minyak goreng yaitu pada suhu di atas 150
derajat Celsius. Minyak yang digunakan harus berlebih, sampai
merendam keripik yang sedang digoreng (deep frying).
8.18 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
C. PEMBUATAN BREM
Di Indonesia, dikenal dua macam brem, yaitu brem cair dan brem padat,
yang keduanya terbuat dari tape ketan. Jadi pada prinsipnya, brem juga hasil
proses fermentasi.
Proses pengolahan brem cair dan brem padat dimulai dengan tahap awal
yang sama, yaitu pengepresan tape ketan dengan alat pengepres.
1. Brem Cair
Brem cair banyak dibuat di daerah Bali dan lebih dikenal dengan sebutan
brem Bali. Brem cair adalah termasuk minuman beralkohol dengan kadar 2 -
4%. Pada pembuatan brem cair, setelah pengepresan tape ketan, langkah
berikutnya adalah fermentasi lebih lanjut menjadi alkohol, pembotolan dan
penyimpanan.
Secara umum pembuatan brem cair dapat dilakukan dengan:
a. Proses pembuatan brem cair diawali dengan pembuatan tape ketan
hitam, seperti yang telah dijelaskan dalam tulisan sebelumnya.
b. Tape yang sudah masak dibungkus dengan kain saring berlapis-lapis
(paling sedikit 4 lapis), lalu dipres dengan alat pengepres hidrolik
bertekanan 300 Kg/cm selama 20 -30 menit. Sebagai alat pengepres
dapat juga digunakan alat lain yang pada prinsipnya dapat memisahkan
cairan dan ampas tape.
c. Cairan yang diperoleh dapat ditampung dalam suatu wadah, misalnya
baskom. Cairan ini selanjutnya diencerkan dengan air dengan
perbandingan 1 : 1 lalu diperam pada suhu kamar sampai timbul bau
alkohol.
d. Setelah pemeraman selesai, brem yang terbentuk dibotolkan. Botol-botol
yang akan digunakan terlebih dahulu disterilisasi dengan cara merebus
dalam air mendidih selama 15 menit. Pada saat pengisian, harus
disisakan ruang kosong sekitar 1,5 cm dari permukaan atas botol.
e. Botol-botol yang telah diisi (dalam keadaan masih terbuka) direbus
kembali dengan air mendidih selama 15 menit. Air rebusan kira-kira 3 -
4 dari tinggi botol.
f. Dalam keadaan masih panas, botol ditutup dengan alat penutup botol dan
dipasteurisasi dengan suhu 900C selama 15 menit.
g. Selanjutnya botol disimpan pada suhu 10 - 150C selama tiga bulan atau
lebih untuk lebih menyempurnakan proses pematangan brem.
⚫ PANG4312/MODUL 8 8.19
2. Brem Padat
Brem padat dapat dibuat dengan memanaskan cairan tape sampai kental
dan selanjutnya hingga padat. Brem padat mempunyai rasa yang
manis atau manis keasaman, tekstur padat, kering, tidak lembek, warna putih
atau putih kekuningan sampai kecokelatan serta mudah hancur dalam mulut.
Brem padat banyak dibuat di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, seperti
Boyolali, Wonogiri, Caruban dan Madiun. Bentuk umum brem padat adalah
bulat pipih atau persegi empat (kotak).
Proses pembuatan brem padat adalah sebagai berikut.
a. Pembuatan brem diawali dengan pembuatan tape, yang meliputi
pencucian beras ketan, pemasakan, pendinginan, peragian, pemeraman
pada suhu kamar selama 3 hari.
b. Tape ketan yang sudah masak kemudian dipres dengan alat pengepres
untuk mendapatkan air tape. Air tape selanjutnya ditampung di dalam
panci atau baskom (cairan pertama). Ampasnya dicampur dengan air
dengan perbandingan 1 : 1 sampai 1 : 2. Campuran tersebut dipres
kembali dan cairannya (cairan kedua) dicampur dengan cairan pertama.
c. Cairan tape selanjutnya dimasak hingga kental dan berbentuk seperti
pasta. Pasta yang terbentuk dimasukkan dalam cetakan dengan ketebalan
kira-kira 1 cm dan selanjutnya dikeringkan di bawah sinar matahari
sampai kering dan cukup padat untuk dipotong. Lama pengeringan lebih
kurang 6 - 7 hari.
d. Setelah padat, brem dipotong-potong dengan pisau yang tajam dan
dibungkus dengan plastik. Brem padat siap untuk disimpan, dikemas,
dijual ataupun dikonsumsi.
1. Bihun
Bihun adalah bukan makanan khas Indonesia, tetapi berasal dari daratan
Cina. Kata bihun berasal dari bahasa Cina, yaitu bie yang artinya beras dan
hun yang artinya tepung. Jadi dapat diartikan sebagai tepung beras.
Bentuk bihun hampir menyerupai mie, hanya ukurannya lebih kecil dan
warnanya tidak kuning, tetapi putih bersih, oleh sebab itu banyak yang
menyebutkan bihun sebagai mie putih. Prinsip pembuatannya adalah beras
digiling menjadi tepung, kemudian dimasak dan dicetak menyerupai benang-
benang lalu dikeringkan.
8.20 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
2. Mie Basah
Makanan-makanan seperti mi goreng, mi rebus/kuah, mi pangsit, mi
bakso, mi ayam dan makanan-makanan mi lainnya belakangan ini sangat
populer di kalangan masyarakat di Indonesia. Di samping rasanya yang enak
dan mudah olah, mi juga sangat praktis dalam penghidangannya. Kandungan
⚫ PANG4312/MODUL 8 8.21
gizi mie tergantung pada bahan baku yang digunakan, tetapi umumnya
merupakan sumber karbohidrat yang tinggi.
Secara umum, mie dapat dibedakan atas dua macam, yaitu mie basah dan
mie kering. Mie basah tidak tahan untuk disimpan lama, yaitu berkisar antara
1 - 2 hari saja. Hal ini disebabkan oleh kandungan airnya yang tinggi,
sehingga mudah untuk ditumbuhi jamur dan kapang. Mie kering seperti yang
dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan besar mempunyai daya tahan simpan
yang cukup lama (berbulan-bulan) tergantung pada cara penyimpanannya.
Bahan baku utama dalam pembuatan mie adalah tepung terigu. Harga
tepung terigu yang cukup mahal menyebabkan dipakainya tepung tapioka
sebagai pencampur. Hal ini tentu sangat mempengaruhi mutu mie yang
dihasilkan. Bahan tambahan lain yang digunakan adalah soda kue untuk
mengembangkan adonan, garam untuk menambah cita rasa, sebagai
pengawet digunakan natrium benzoat 1%, telur untuk meningkatkan mutu
gizi dan untuk membuat tekstur mie menjadi liat dan tidak mudah putus.
Cara pembuatan mie dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Sebanyak 1 Kg tepung terigu (sedikit demi sedikit) dicampur dengan air,
garam, tepung tapioka, telur, natrium benzoat, dan larutan soda kue
sambil diaduk-aduk menggunakan mesin pengaduk. Pengadukan
dilakukan sampai terbentuk adonan yang tepat (tidak terlalu keras dan
tidak terlalu lembek), biasanya dapat diuji dengan kepalan tangan.
b. Adonan yang telah terbentuk dimasukkan ke dalam mesin pengepres
untuk mencetak lembaran-lembaran adonan. Pembuatan lembaran
adonan ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama dimulai dengan
ukuran ketebalan 5.5 mm, diulangi lagi dengan ketebalan 3.5 mm. Pada
tahap kedua dilakukan penipisan dengan ukuran 2.5 mm dan 1.5 mm
(masing-masing diulang tiga kali).
c. Lembaran-lembaran yang telah terbentuk selanjutnya dicetak atau
dipotong dengan mesin pemotong atau pencetak. Panjang potongan mie
biasanya berkisar antara 20 - 30 cm.
d. Potongan mie selanjutnya dijadikan satu dan ditaburi sedikit minyak
goreng sambil di aduk-aduk supaya tidak lengket satu sama lainnya.
Setelah itu dilakukan pengukusan selama 5 -10 menit.
e. Mie yang sudah dikukus, diangkat dan ditebarkan di atas tampah besar
yang bersih. Selanjutnya ditaburi minyak goreng kira-kira sebanyak 200
ml sambil diaduk-aduk hingga merata.
8.22 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
f. Mie yang telah masak ini kemudian didinginkan dan siap untuk
dikonsumsi sebagai mie basah, seperti untuk mie bakso, mie goreng, mie
pangsit dan lain-lain.
LA TIH AN
RA NGK UMA N
C. mie
D. tepung
8) Secara umum, mie dapat dibedakan atas dua macam, yaitu mie basah dan
mi kering. Perbedaan mie basah dan mie kering terutama terletak
pada ….
A. rasa
B. ketebalan
C. daya simpan
D. bukan salah satu jawaban di atas
10) Pada proses awal, pengolahan brem cair dan brem padat dimulai dengan
tahap awal yang sama, yaitu ….
A. pengepresan tape ketan dengan alat pengepres
B. pasteurisasi
C. pengeringan
D. pembotolan
Daftar Pustaka
PEN DAHUL UA N
Kegiatan Belajar 1
Jenis-jenis Bahan
Pengemasan
A. KALENG
1. Bahan
Ada tiga jenis bahan yang dipakai dalam proses pembuatan kaleng yaitu:
a) Electrolyte Tin Plate (ETP), b) Tin Free Steel (TFS), dan c) Aluminium
(Alum). Electrolyte Tin Plate adalah suatu lembaran baja (base of steel) yang
bagian permukaannya dilapisi timah putih (tin) secara elektris. Sedangkan
TFS adalah lapisan baja yang tidak dilapisi timah putih. Dari jenis lembaran
TFS, yang paling banyak digunakan untuk pengalengan makanan adalah jenis
Tin Free Steel Chrome Type (TFS-CT). Dalam pengertian teknis, TFS-CT
merupakan lapisan baja yang dilapisi khromium secara elektris. Segera
sesudah dilapisi khromium, terbentuklah lapisan khromium oksida pada
seluruh permukaannya.
Jenis kedua tersebut memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya adalah
lebih murah harganya karena tidak menggunakan timah putih dan lebih baik
daya adhesinya terhadap bahan organik. Sedangkan kelemahannya adalah
lebih tinggi peluangnya untuk berkarat. Karena alasan tersebut, jenis bahan
ini harus diberi lapisan pada kedua belah permukaannya.
Jenis ketiga aluminium (Alum) memiliki beberapa keuntungan yaitu
lebih ringan, mudah dibentuk, termal konduktivitasnya bagus, dan dapat
didaur ulang. Akan tetapi, daya kekakuannya (rigidity) kurang baik serta
harga per satuannya relatif lebih mahal. Selain itu, mudah karatan sehingga
harus diberi lapisan tambahan.
Di samping itu, jenis kaleng tersebut tidak dapat disolder maupun dilas.
Tetapi dapat digunakan untuk jenis kaleng two piece cans.
2. Spesifikasi Kaleng
Dalam mendesain atau untuk mengenal wadah kaleng makanan,
beberapa spesifikasi perlu dikenal dan dihayati yaitu yang terdiri dari:
a) plate weight, b) temper dan steel type, c) tin coating weight atau TFS, dan
d) can body style (beaded atau straight wall).
9.4 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
4. Pembuatan Kaleng
Three Piece can Bodies jenis kaleng yang disebut three piece can bodies
memiliki badan dan dua tutup, yaitu tutup atas dan bawah. Berdasarkan
teknik penyambungan sisi badan kaleng, maka penyambungan dapat
dilakukan dengan cara dipatri atau disolder dan hasilnya disebut soldered
can. Bila penyambungannya dilakukan dengan cara dilas, hasilnya disebut
welded can.
Jenis kaleng yang dipatri, pada saat ini, dianggap kuno, karena kadar
patri (Pb) atau timbal dalam sambungan kaleng tersebut dapat
mengontaminasi makanan yang terdapat di dalam kaleng. Zat Pb termasuk
logam berat yang dapat membahayakan kesehatan tubuh manusia, khususnya
anak-anak dan wanita dewasa.
5. Dimensi Kaleng
Ukuran kaleng yang tercantum dalam nomenklatur internasional banyak
digunakan di industri pengalengan makanan. Dengan demikian dapat
dihindarkan terjadinya kebingungan dan kekisruhan dengan nama lokal.
Dalam sistem ini, kaleng diidentifikasi dengan satuan ukuran diameter
dan tinggi kaleng. Setiap dimensi diungkapkan dalam bentuk suatu perkalian
dua nomor yang masing-masing terdiri dari tiga angka. Angka pertama
menunjukkan angka bulat dalam inci, sedangkan kedua angka berikutnya
merupakan tambahan fraksi dari dimensi yang dinyatakan dalam satuan
seperenam belas inci.
Angka pertama yang dimiliki oleh suatu ukuran kaleng menunjukkan
diameter, sedangkan angka kedua menunjukkan tinggi kaleng. Sebagai
contoh: suatu kaleng dengan ukuran 303 × 406, berarti diameter kaleng 33/16
inci dan tingginya 46/16 inci.
Dimensi yang dimaksud di sini adalah panjang keseluruhan, untuk
diameter yang diukur sampai bagian luar double seam sedangkan tinggi
diukur sampai bagian luar dari double seam dari setiap ujungnya.
B. GELAS/BOTOL
1. Botol
Botol kosong secara fisik dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu leher
(finish) badan (body), dan dasar (bottom).
9.6 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
a. Tutup botol
Tutup botol biasanya terbuat dari metal atau kaleng yang disebut caps.
Bagian atas disebut permukaan atas (face) sedangkan bagian bawah disebut
permukaan balik (reverse). Apabila dilihat dari permukaan atas, terdapat
panel, gambar bagian tengah, skirt, dan radius. Sedangkan apabila dilihat dari
permukaan sebaliknya akan nampak bibir tutup (curls) dan kunci (lugs).
Jenis tutup botol, khususnya tutup botol yang digunakan pada produk
makanan berasam rendah (LACF = Low Acid Caned Food dengan pH > 4,5).
Ada dua jenis, yaitu: jenis Lug-type atau Twist Cap dan jenis press-on Twist-
off (PT cap).
4) Stripped cap
Kerusakan ini biasanya terjadi disebabkan oleh lug cap diputar terlalu
ketat (over applied) sehingga lug mengalami striped
(tergencet/terketupas) oleh thread botol.
5) Vakum
Adanya vakum ditunjukkan dengan penampakan cekung pada panel cap.
Khusus pada PT cap harus ada sekurang-kurangnya 3 inci vakum begitu
keluar dari capper (masih panas) untuk menghindari terlepasnya cap.
Pada saat tersebut panel cap tidak akan cekung.
Setelah dimasak atau didistribusikan dan didinginkan baru terlihat
cekung, dan button akan kembali ke atas lagi jika cap dilepas. Penentuan
vakum secara tepat dapat diukur dengan menggunakan vacuum gauge
dan harus ditentukan kisaran batas vakum pada proses produksi.
6) Suhu
Suhu produk harus berada dalam kurva tertentu pada saat proses
produksi dan harus dicatat dalam hubungan dengan vakum.
7) Gasket
Setelah cap dilepas harus ada bekas/tanda melingkar 360 yang rata pada
gasket sebagai akibat kontak yang rapat dengan finish botol.
8) Cut Thru
Kerusakan tersebut terjadi jika bagian atas dari finish botol ditekan
sampai menembus lapisan pada cap. Terjadinya cut-thru akan
mengakibatkan kebocoran.
9) Removal forque
Removal forque adalah tenaga yang diperlukan untuk melepas cap.
Besarnya tenaga tersebut dapat diukur dengan alat standar forque meter.
10) Pull-up
Pull-up juga dikenal sebagai lug position, adalah suatu metode
pengamatan non-destruktif untuk mengukur keterkaitan lug cap pada
thread botol. Pengukuran ditentukan dari jarak antara ujung dengan lug
cap dengan vertical neck ring seam, tidak harus segaris dengan body
seam. Kemudian ukur jarak antara garis vertikal dengan ujung depan dari
lug cap yang terletak paling dekat. Pengukuran letak lug pada sisi kanan
bernilai positif (+), sedangkan pada sisi kiri negatif ( − ). Pada umumnya
kisaran normal yang ditentukan adalah sisi positif. Nilai negatif
menunjukkan over application (terlalu ketat) dari cap. Hal itu dapat
menyebabkan terjadinya stipped cap.
9.10 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
11) Sekuriti
Nilai sekuriti merupakan pengukuran yang paling baik untuk diterapkan
bagi ketepatan cap lug. Pada kisaran ini sekuriti ditentukan oleh pabrik
pembuat crap tersebut. Jika nilainya lebih tinggi, menunjukkan over
application (terlalu ketat). Variasi yang timbul mungkin disebabkan oleh
jenis logam atau senyawa yang digunakan pada cap dan/atau jenis
surface treatment botol yang digunakan oleh pembuat botol.
C. PLASTIK
1. Bahan Baku
Sebelum kemasan plastik diperkenalkan, yaitu sekitar tahun 1990-an,
yang banyak digunakan adalah berbagai jenis kemasan kertas seperti bond,
glassien, parchment, bahkan juga kertas logam. Pada tahun 1920, selofan dan
aluminium foil mulai diperkenalkan. Jadi, kertas merupakan nenek moyang
kemasan lemas (flexible packaging material) dan pertama kali di buat di Cina
pada tahun 100 AD. Baru sesudah Perang Dunia Kedua usai, berbagai jenis
bahan kemasan plastik lemas mulai bermunculan. Beberapa di antaranya
adalah polietilena, polipropilena, poliester, nilon, serta vinil film.
Dalam dua dasawarsa terakhir, kemasan plastik telah mampu merebut
pangsa pasar kemasan dunia, yang awalnya ditempati kemasan kaleng dan
gelas.
Plastik masih sering sulit dibedakan dengan resin karena tidak jelas
benar bedanya. Secara alami, resin dapat berasal dari tanaman, misalnya
balsam, damar, terpentin, oleoresin, dan sebagainya. Tetapi, kini resin fruan
sudah dapat diproduksi dan dikenal sebagai resin sintetik, contohnya selofan,
akrilik seluloid, formika, nylon, fenol formaldehida, dan sebagainya.
Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebut
polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun
sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Dalam plastik
juga terkandung beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-
sifat fisika-kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif tersebut dapat berfungsi
sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar UV, antilekat dan masih
banyak lagi.
Kemasan plastik memiliki beberapa keunggulan yaitu sifatnya kuat
tetapi ringan, inert, tidak karatan, dan bersifat termoplastik (heat seal) serta
dapat diberi warna. Kelemahan bahan kemasan ini adalah adanya zat-zat
⚫ PANG4312/MODUL 9 9.11
monomer dan molekul kecil lain yang terkandung dalam plastik yang dapat
melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas.
D. RETORT POUCH
serta mampu menunjukkan shelf-life minimal sama dengan apa yang dapat
ditawarkan oleh proses pengalengan. Jenis kemasan tersebut telah mendapat
izin dari USFDA sebagai retort pouch untuk makanan.
Retort pouch seperti yang telah dijelaskan sebelumnya adalah kantong
plastik multilapis yang terdiri dari polyester, aluminium foil, dan
polypropylene. Percobaan sterilisasi makanan dalam kantong plastik
sebetulnya telah dimulai tahun 1950-an, dan sejak tahun 1970-an laju
perkembangan bergerak cepat sekali, sehingga tahun 1978 secara resmi
digunakan oleh Angkatan Bersenjata Amerika untuk mengganti "C" ration
(ransum tempur).
Jika dibandingkan dengan kaleng dan proses pembekuan ternyata
penggunaan retort pouch lebih hemat energi baik dari segi pembuatan bahan,
transportasi, dan penyimpanan dalam keadaan kosong maupun berisi, serta
energi yang digunakan untuk mengolah bahan dalam kemasan tersebut.
Beberapa keuntungan penggunaan retort pouch adalah sebagai berikut.
1. Jumlah larutan gula/garam dapat dikurangi sampai 30 persen
(berdasarkan berat) apabila dilakukan dalam retort pouch dibandingkan
dalam kaleng.
2. Energi yang digunakan untuk mensterilkan retort pouch hanya 25 persen
dari energi yang diperlukan oleh kaleng.
3. Peralatan yang digunakan dalam retort pouch akan berlangsung dengan
kapasitas maksimum. Untuk 60 pouch/nun/machine diperlukan hanya 3
jenis mesin, yaitu: mesin pembentuk, pengisi, dan penutup.
E. KERTAS
Kertas dibuat dari selulosa, biasanya dari kayu dengan proses tertentu.
Kertas tidak dapat digunakan sebagai pembungkus makanan dengan
sempurna, oleh karena itu kertas harus dilapisi dengan lilin, damar, lak,
plastik atau lapisan aluminium untuk mencegah ke luar masuknya gas atau
uap air.
Sifat-sifat yang penting dari kertas sebagai bahan pengemas adalah
permeabilitas terhadap uap air, ketahanan bau, aroma-aroma dan gas,
ketahanan terhadap asam dan alkali, dan ketahanan terhadap minyak dan
lemak.
Pengepakan dengan kertas jarang dilakukan, kecuali untuk makanan-
makanan yang tidak membutuhkan kesterilan atau yang dikombinasikan
dengan pengawetan lainnya. Misalnya: kertas yang dilapisi lilin digunakan
untuk wadah susu pasteurisasi yang dijual langsung untuk diminum, atau
untuk wadah es krim yang dibekukan.
F. LAPISAN
Kekurangan dari aluminium foil yang utama adalah dapat dirusak oleh
asam, garam dapur dan logam berat.
Beberapa macam makanan kadang-kadang dibungkus atau dilapisi
dengan lapisan tipis yang dapat dimakan yang disebut edible film misalnya
pada permen, sosis dan sebagainya. Lapisan tipis ini dapat melindungi
makanan terhadap penguapan atau reaksi dengan makanan lainnya.
Beberapa bahan yang biasa digunakan sebagai edible film misalnya
gelatin, guna arabik dan bahan lainnya yang dapat dilapiskan pada makanan-
makanan tertentu dengan cara spray drying. Contoh-contoh yang lain
misalnya pembungkusan kismis dengan lapisan pati yang tipis atau melapisi
kacang dengan suatu bahan yang merupakan turunan dari motiogliserida
yaitu untuk mencegah karena oksidasi lemaknya.
LA TIH AN
RA NGK UMA N
6) Agar suatu produk tertentu yang dikemas dalam kaleng tidak bereaksi
dengan baja atau timah, maka di bagian dalam kaleng harus dilapisi
dengan suatu bahan yang disebut ....
A. color
B. coating
C. enamel
D. plate
8) Perbedaan plastik dan resin tidak begitu jelas, yang termasuk resin alami
adalah ....
A. fenol
B. nilon
C. selofan
D. terpenting
9) Tai dalam plastik terkandung bahan aditif yang dapat berfungsi
sebagai ....
A. pelekat
B. antioksidan
C. penambah aroma
D. menangkal sinar UV
10) Bahan kemasan yang terdiri dari film polyester yang dilapisi dengan
kertas aluminium dan kemudian dilaminasi lagi dengan film
polypropylene adalah ....
A. gelas
B. retort pouch
C. kertas
D. plastik
⚫ PANG4312/MODUL 9 9.17
Kegiatan Belajar 2
Tabel 9.1.
Komposisi gizi telur ayam dan telur bebek (dalam 100 gram)
Tabel 9.2.
Kandungan asam amino essensial telur (tryptophan = 1,0)
digunakan untuk penutupan kulit telur antara lain minyak kelapa, bahan
kimia tertentu seperti kalsium karbonat, sodium silikat, parafin atau vaselin.
d. Perendaman
Bahan perendam yang dapat digunakan untuk penyimpanan telur dengan
cara perendaman adalah:
- Larutan garam
- Larutan kapur
- Ekstrak nabati
- Minyak goreng
e. Cara tradisional
Penyimpanan telur secara tradisional telah dilakukan sejak lama oleh
bangsa Cina, dikenal sebagai hadiah, yaitu telur yang dibungkus dengan
campuran garam, tanah liat, serbuk gergaji, kapur dan larutan teh.
Penyimpanan dengan cara tersebut dapat mempertahankan kualitas telur
sampai 5 bulan. Cara tradisional lain adalah dsaudran yaitu telur yang
dibungkus dengan campuran nasi dan garam. Dengan cara ini telur tahan
sampai 6 bulan. Di Indonesia lebih dikenal cara melapis telur dengan tepung
batu bata, garam dan air. Karena menggunakan garam, maka telur yang
dihasilkan terasa asin.
⚫ PANG4312/MODUL 9 9.21
Susu (full
cream
(a) (b)
Susu Segar Susu Skim tanpa
Kandungan Susu murni Susu skim
(%) (%) pemanis)
(%) (%)
Standar
UK USA
Lemak 3,75 3,30 27,5 0,8 9,0 7,9
Laktosa 4.85 4.95 38.2 52.3 --- ---
Protein 3,30 3,40 26,0 36,0 --- ---
Abu 0,72 0,74 5,9 8,0 --- ---
Total solid 12,65 9,15 98,0 97,0 31,0 25,9
Air 87,40 90,90 2,0 3,0 90,0 66,2
Gula tebu --- --- --- --- --- ---
a) Susu murni yang dikeringkan dengan Drum Dryer dan Spray Dryer.
b) Susu skim yang dikeringkan dengan Drum Dryer dan Spray Dryer.
Sumber: WFP, (1983).
Aroma dan cita rasa susu sangat dipengaruhi oleh laktosa susu.
Penyimpanan aroma susu dapat berasal dari hewan penghasil susu. Warna
susu sangat bervariasi, dari putih kebiruan sampai kuning keemasan,
tergantung jenis hewan penghasil susu, jenis makanannya dan jumlah
kandungan lemaknya.
Berat jenis susu bervariasi antara 1.027 sampai 1.035 sesuai dengan
perbandingan jumlah lemak, dan bahan lainnya. Titik beku susu berkisar
antara -0,50 sampai -520C. Sedang titik didih susu adalah 100,170C
tergantung berat jenis. Derajat keasaman susu adalah 0,15 - 0,16 persen,
angka tersebut dapat naik apabila laktosa susu pecah menjadi asam laktat.
Usaha untuk memperpanjang masa simpan susu tidak terlepas dari
proses pengawetan, yaitu mengolahnya menjadi produk olahan susu agar
dapat tahan lama dan memudahkan dalam penyimpanan susu.
9.22 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
3. Susu Bubuk
Kerusakan selama penyimpanan
Susu bubuk lebih tahan terhadap semua bentuk kerusakan biologi, tetapi
masih memungkinkan terhadap adanya kerusakan kimia seperti oksidasi
lemak dan reaksi browning non-enzimatik.
8. Keju
Salah satu teknik penyimpanan susu agar tahan lama disimpan, yaitu
dengan mengolahnya menjadi berbagai produk hasil fermentasi dan susu
asam. Jenis resep dan metode pengolahan memperkaya macam dan jenis
keju, biasanya sesuai dengan ciri khas negara penghasil keju.
Keju merupakan penggumpalan susu dengan bantuan enzim tertentu
dalam bentuk "rennet" dan penghilangan kelebihan air.
a. Teknik pengemasan
Pengemasan keju dilakukan ketika keju masih panas dalam wadah
kaleng dengan kapasitas 0,5 - 1,0 kg. Selanjutnya ditutup untuk melindungi
keju dari air mikroorganisme. Penutupan kaleng dilakukan ketika isi masih
panas dan segera kaleng dipanaskan lagi dalam air mendidih, atau secara
"steam" pada tekanan 1100C selama 30 - 50 menit. Perlakuan ini untuk
menghancurkan semua mikroorganisme yang ada pada kaleng. Selanjutnya
kaleng ditempatkan dalam kotak karton untuk memudahkan pengangkutan.
9.24 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
a. Penyimpanan
Beberapa cara pengawetan daging untuk memudahkan penyimpanan dan
pengangkutan antara lain dengan bentuk:
1) Pendinginan (chilling)
Faktor yang perlu diperhatikan dalam pendinginan adalah:
a. Suhu
b. Kelembaban Relatif (RH)
c. Ventilasi
d. Cahaya ultraviolet
2) Perawatan (curing)
Perawatan (curing) daging dimaksudkan untuk memperpanjang masa
simpan daging sebelum digunakan. Cara yang paling sederhana
perawatan daging adalah dengan menambahkan garam dapur (NaCI) 15
persen dan gula sebagai penimbul rasa. Jenis daging yang biasa disimpan
secara curing adalah daging sapi dan daging babi.
⚫ PANG4312/MODUL 9 9.25
3) Pengasapan
Penyimpanan daging dalam bentuk diasap selain dapat menghambat
pertumbuhan bakteri dan oksidasi lemak juga meningkatkan palabilitas.
Jenis bahan yang dapat digunakan untuk mengasapkan daging adalah
kayu keras (serbuk gergaji), sekam padi dan tongkol jagung dan sabut
kelapa, karena bahan-bahan tersebut mengandung sellulosa,
hemisellulosa dan lignin.
4) Pengeringan
Penyimpanan daging dalam bentuk dikeringkan dapat membuat daging
menjadi lebih awet dan memperkecil volume, sehingga memudahkan
pengangkutan dan pengepakan. Kelemahannya adalah sifat asal bahan
dapat berubah. Dendeng merupakan salah satu bentuk daging kering
yang merupakan produk khas di Indonesia. Pengeringan dilakukan dalam
bentuk lembaran tipis dan penambahan rempah-rempah, terutama gula.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan NaNO3 dalam
pengeringan daging dapat menghambat pertumbuhan bakteri selama
pengeringan dengan sinar matahari.
5) Pengalengan
Pengalengan daging adalah menyimpan daging dalam wadah (container)
yang ditutup rapat sehingga udara, zat lain, dan organisme perusak atau
pembusuk tidak dapat masuk. Daging yang sudah dikalengkan lalu
dipanaskan hingga suhu tertentu (suhu sterilisasi) dan pada waktu yang
tepat agar bakteri, jamur, ragi maupun enzim tidak dapat hidup atau
setidaknya terhambat pertumbuhannya. Dengan demikian daging yang
disimpan dalam kaleng tersebut tidak mengalami proses pembusukan.
6) Pembekuan
Pembekuan adalah menyimpan daging dalam keadaan beku. Suhu yang
baik untuk pembekuan daging adalah -12 sampai -240C. Pembekuan
cepat (quick freezing) dilakukan pada suhu -240C sampai -400 (Winarno
dkk, 1980). Pembekuan cepat dapat dilakukan dengan sistem:
a) Pencelupan daging ke dalam larutan dingin.
b) Pembekuan dengan udara pada suhu -150C sampai 350C secara
hembusan udara.
7) Iradiasi
Menurut Urbain (1986) iradiasi gama dengan dosis 4,5 Mrad pada
daging mampu memusnahkan semua mikroorganisme. Hal yang penting
9.26 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Bagian yang
Ikan Segar Ikan Busuk (Rusak)
diamati
Mata Bola mata timbul (menonjol) Tenggelam dalam rongga mata
dan bening. regup, berkerut.
Insang Warnanya merah dan daun Kecokelatan dan daun
insangnya terpisah. insangnya melekat satu sama
lain.
Lendir Sedikit dan bersih. Banyak dan keruh.
Kulit Warna mengkilat, cerah Pusat, suram.
Daging Keras, kenyal, tekanan oleh jari Lunak kalau ditekan jari,
tidak tinggal. berbekas.
Sisik Melekat kuat. Mudah lepas.
Bau Segar pada daging luar dan Busuk atau asam terutama pada
insang. insang.
⚫ PANG4312/MODUL 9 9.27
Ada tiga cara yang dikenal untuk menyimpan agar buah dan sayur dalam
keadaan segar yang relatif lama, yaitu: (1) Penyimpanan dengan
pengendalian atmosfer atau (controlled atmosphere storage atau CAS);
(2) Penyimpanan dengan modifikasi atmosfer (modified atmosphere storage
atau MAS); dan (3) Penyimpanan hiphobarik (hyphobaric storage atau HS).
Sebagai contoh beberapa komoditi yang dapat disimpan pada suhu rendah.
Tabel 9.6.
Kondisi suhu, kelembaban relatif dan lama penyimpanan buah dan sayuran
3. Penyimpanan Hipobarik
Prinsip dasar dari penyimpanan hipobarik (HS) adalah pengaturan
tekanan di sekeliling produk yang disimpan, di mana tekanan tersebut lebih
rendah dari tekanan atmosfer normal. Produk dipelihara dalam suhu
kontainer tertutup pada tekanan rendah yang konstan. Ada dua efek yang
diakibatkan oleh penurunan tekan ini yaitu suplai O2 untuk produksi menurun
yang mengakibatkan penurunan kecepatan respirasi, etilen, dan gas-gas lain
yang dihasilkan oleh produk dikeluarkan dengan cara menghampakan
ruangan, akibatnya pematangan dan proses daging terhambat.
Tabel 9.7.
Permeabilitas beberapa jenis film plastik pengemas
Permeabilitas
Film cm'/cm2/mm/detik/cm Hg) x 1010 pada 300C
N2 O2 CO2
Pofictilen LDPE 19,0 55,0 352
Polietilen 2,7 10,6 35
Polistiren 2,9 11,0 88
Poliamida (nilon6) 0,1 0,38 1,6
PVC kaku 0,4 1,2 10
Poliester 0,05 0,22 1,53
PVDC 0,0094 0,053 0,29
Pliofilm NO 0,08 0,3 1,7
Etil selulosa 84 265 2000
Sumber: Syarief, cik, (1989) dan Buckle, dkk. (1978).
Tabel 9.8.
Suhu kelembaban yang disarankan, umur simpan, titik beku, kadar air dan
kalor jenis buah-buahan segar
Tabel 9.9.
Suhu, KN, umur simpan, titik beku tertinggi, kadar air dan kalor jenis
berbagai sayuran segar dalam penyimpanan
Kalor
Kadar
Macam Suhu KN Umur *) Titik beku Jenis
Air
Komoditi (°F) (%) simpan Tertinggi (%)
(°F)
Bru/lb
Asparagus 32 - 36 95 2-3m 30.9 93 0,94
Buncis 40 - 45 90 – 95 7 - 10 h 30.7 88.9 0.91
Bit dengan daun 32 95 10 - 14 h 31.3 − − Bit
Bit dengan Umbi 32 95 3-5b 30.3 87.3 0.90
Brokoli 32 90 – 95 10 - 14 h 30.9 89.9 0.92
Kacang lima 32 - 40 90 1-2m 31.0 66.5 0.73
Kubis 32 90 – 95 3-6m 30.4 92.4 0.94
Sawi putih 32 90 – 95 1-2b − 95.0 0.96
9.32 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Kalor
Kadar
Macam Suhu KN Umur *) Titik beku Jenis
Air
Komoditi (°F) (%) simpan Tertinggi (%)
(°F)
Bru/lb
Wortel 32 90 – 95 4-6m 29.5 88.2 0.91
Kol bunga 32 90 – 95 2-4m 30.6 91.7 0.93
Seledri 32 90 – 95 2-3b 31.1 93.7 0.95
Jagung manis 32 90 – 95 4-8h 30.9 73.9 0.79
Timun 45 - 50 90 – 95 10 - 14 h 31.1 96.1 0.97
Terung 45 - 50 90 1m 30.6 92.7 0.94
Bawang putih 32 65 – 70 6-7b 30.5 61.3 0.69
Jahe 55 65 6b − 87.0 0.96
Daun-daun hijau 32 90 – 95 10 - 14 h − − −
Lobak 30 - 32 90 – 95 10 - 12 b 28.7 74.6 0.80
Selada 32 95 2-3m 31.7 94.8 0.96
Blewah 32 - 40 85 – 90 5 - 15 h 29.9 92.0 0.96
Semangka 40 - 50 80 – 85 2-3m 31.3 92.6 0.94
Jamur 32 95 2-3m 31.7 91.8 0.96
Okra 45 - 50 90 – 95 7 - 10 h 28.7 89.8 0.92
Bawang merah 32 65 – 70 1-8b 30.6 87.5 0.90
Bawang Bombai 32 90 – 95 − 30.4 89.4 0.91
Kacang kapri 32 90 – 95 1-3m 30.9 74.3 0.79
Cabe manis 45 - 50 90 – 95 2-3m 30.7 92.4 0.94
Kentang ***) 90 **) 30.9+ 80+ 0.83
Wa1uh 50 - 55 70 – 75 2-3b 30.5 90.5 0.92
Hadis 32 90 – 95 3-4m 30.7 94.5 0.96
Rhubab 32 95 2-4m 30.3 94.9 0.96
Bayam 32 90 – 95 10 - 14 h 31.5 92.7 0.94
Ubi jalar 55 - 60 85 – 90 4-6b 29.7 68.5 0.75
Tomat Hijau 55 - 70 85 – 90 1-3m 31.0 93.0 0 94
Tomat masak 45 - 50 85 – 90 4-7h 31.1 94.1 0.95
Water cress 32 - 35 90 – 95 3-4h 31.4 93.3 0.95
Keterangan: *) h = hari, m = minggu, b= bulan
**) lihat masing-masing bagian
*** ) Sumber: Soesargono, 1981.
Tabel 9.10.
Penyimpanan bunga potong, tanaman hias, benih dan bibit bunga-bungaan
Umur simpan
Komoditi Suhu 0F maks Titik beku (0F)
maks
Bunga potong 1)
Acacia 40 3-4h 25.6
Anemone 45 1-2h 28.2
Anthurium 56 3-4h −
Aster, China 40 1m 30.3
Babysbreath 40 1-2h −
Bouvardia 32 – 35 1m −
Buddleia 40 1-2h −
⚫ PANG4312/MODUL 9 9.33
Umur simpan
Komoditi Suhu 0F maks Titik beku (0F)
maks
Calendul 40 3h −
Calla 40 1m −
Camellia 3) 45 3-6h 30.7
Candytuft 40 3h −
Carnation 32 - 36 3-4m 30.8
Chincherinchees 40 6m −
Chrysanthemum 32 - 36 3-6m 30.5
Clarkia 40 3h −
Columbine 40 1-2h 31.1
Coreopsis 40 3-4h −
Cornflower 40 3h 31.0
Cosmos 40 3-4h −
Daffodils 40 3-5h −
Dahlia Daisy, English 40 3h −
Daisy, Shasta 40 7h 30.0
Delphinium 40 1-2h 29.2
Eucharis 3) 45 - 50 7 - 10 h −
Feverfew 40 3h 30.9
Forget-me-not 40 1-2h −
Foxglove 40 do −
Freesia 32 - 33 2m −
Gaillardia 40 3h −
Gardenia 3) 32 - 33 2-3m 31.0
Gerbere 35 2m −
Ginger 55 3-4h −
Gladiolus 35 - 50 6-8h 31.4
Gloriosa lily 40 - 50 1m −
Godetia 50 do −
Heath 40 do 28.7
Heliconia 55 3-4h −
Hyacinth 32 - 33 2m 31.4
Iris, bulbous 31 - 32 2-4m 30.6
Lacef lower 40 3h −
Lilac, forced 40 4-6h −
Lily 32 - 35 2-3m 31.1
Lily-of-the valley 31 - 32 do −
Lupine 40 3h −
Marigolds 40 1- 2m −
Migonette 40 3-5h −
Narcissus (daffodils) 32 - 33 10 – 21 31.8
Anggrek2) 45 - 50 2m 31.4
Poppy 40 3-5h −
Phlox 40 1-2h −
Poinsettia 60 2-3h 30.1
9.34 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Umur simpan
Komoditi Suhu 0F maks Titik beku (0F)
maks
Primrose 40 1-2h −
Ranunculus 40 2-3h 28.9
Mawar, zat pengawet 35 – 40 4-5h 31.2
Mawar 32 1-2m 31.2
Snapdragon 31 – 32 3-4m 30.4
Snowdrop 40 2-4h −
Syuil 32 – 33 2m −
Statice (sun-lavender) 35 6m −
Stophanotis 3) 40 1m −
Stevia 40 3h −
Stock 40 do 31.3
Strawf lower, segar 35 6m −
Sweet pea 31 – 32 1-2m 30.4
Sweet-William 45 3-4h −
Tulip 31 – 32 4-8m −
Violet 33 – 40 3h 28.8
Zinnia 40 Lm −
Tanaman Hias 1)
Anthurium 40 – 45 − −
Asparagus (plumosus) 32 – 40 − 26.0
Boxwood 32 − −
Camelia 40 − −
Cedar 32 − −
Croton 35 – 40 − −
Dieffenbachia 55 − −
Dracaena 35 – 40 − 29.1
Eucalyptus 35 – 40 − 28.8
Paku 32 – 40 − −
Adiantum (maidenhair)
Brake 32 − −
Dagger and Wood Forns 30 – 32 − 28.9
Leatherleaf (Baker) 34 – 40 − −
Staghern 55 − −
Woodwardia 32 – 40 − −
Galax 32 − −
Groundpine 32 − −
Holly 32 4-5m 27.0
Huckleberry 32 1-4m 26.7
Ivy, English 32 − 29.9
Juniper 32 − −
Leucothoe, drooping 35 – 40 − −
Magnolia 35 – 40 1-4m 27.0
Mistletoe 32 3-4m 25.0
Mountain-laurel 32 1-4m 27.6
⚫ PANG4312/MODUL 9 9.35
Umur simpan
Komoditi Suhu 0F maks Titik beku (0F)
maks
Palm 45 − −
Peperomia 35 – 40 − −
Philodendron 35 - 40 − −
Pittosporum 35 - 40 − −
Podocarpus 40 - 4.5 − 27.9
Pothos 35 - 40 − −
Rhododendron 32 1-4m 27.6
Salal, lemon leaf 32 do 26.8
Seoth-broom 40 − −
Smilax, southern 40 − −
Ti (palm W) 40 − −
Umbi Akar
Alstroemeria 40 - 50 − −
Amaryllis 38 - 45 5b 30.8
Anemone, Wacabri 70 - 75 2-3b −
Begonia 45 - 60 3-5b 31.1
Bletilla anggrek 35 - 40 −
Caladium 50 - 60 −
Calla 36 - 40 −
Canna 40 - 45 −
Crocus 48 - 63 2-3b −
Dahlia 40 - 45 5b 28.7
Fresia 86 3-4b −
Gladiolus 38 - 50 5-8b 28.2
Gloxinia 50 5-7b 30.5
Hemerocallis (dayfly) 50 1b −
Hyacinth 55 - 70 2-5b 29.3
Hym nocallis (Ismene) 55 - 60 −
his, Dutch 60 - 85 4 - 12 b −
Lily: 63 3-4b −
Gloriosa
Longiflorium (Easter) 31 - 33 1 - 10 b 28.9
Candidum and Regal 31 - 33 1-6b −
Speciosum (Japanese) 31 - 33 do −
Lily-of-the-valley 25 - 28 1 th −
Museari 48 - 50 2-4b −
Narcissus 48 - 63 do29.6 −
Peony 33 - 35 5b −
Snowdrop 55 - 60 − −
Squill 55 - 60 − −
Taro 45 −
Trillium 33 - 35 −
Tuberose 40 - 45 4b −
Tulip ( for forcing) 40 - 50 2-4b 27.6
9.36 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
Umur simpan
Komoditi Suhu 0F maks Titik beku (0F)
maks
Tulip (for autdoors) 31 - 32 5-6b 27.6
Stek
Azalea, tanpa akar 31 - 40 4 - 10 m −
Carnation 31 – 33 5-6b −
Chrysanthemum tanpa 31 – 33 5-6m −
akar
Chrysanthemum berakar 31 – 35 3-6m −
Tanaman hias berakar 32 – 35 5-6b −
Bibit
Asparagus 30 – 32 3-4b −
Pohon natal 22 – 32 6-7m −
Blueberry, tanpa akar 30 5b −
Bibit Conifer 32 – 35 4-6b −
Bibit bunga 35 – 40 2-6m −
Tanaman tahunan, perdu 31 – 35 3-7b −
Mawar 32 4-5b −
Benih 32 – 50 12 b −
Bibit Strewberry 31 – 32 8 - 10 b −
Bibit tomat 50 – 60 3-4h −
Pohon dan semak 32 – 36 4-5b −
1) Kelembaban nisbi 90 - 95 persen
2) Anthunum dan anggrek biasanya diberi air pada pangkal tangkai, direndam tetapi
kadang-kadang tidak (dry pack).
3) "Camellia", "Eucharis", gardenia dan "stophanotis" dan penyimpanan.
Sumber: Soesarsono, 1981.
LA TIH AN
RA NGK UMA N
5) Ada beberapa cara untuk menyimpan buah dan sayur dalam keadaan
segar yang relatif lama, kecuali ....
A. CAS
B. MAS
C. HS
D. LS
8) Buah apel segar dapat tahan sampai 3 - 8 bulan apabila disimpan pada
suhu I - 4,40C dan RH ….
A. 09%
B. 10%
C. 19%
D. 90%
9.40 Teknologi Pengolahan Pangan ⚫
10) Apabila kita menyimpan susu bubuk dalam kantung plastik, sebaiknya
menggunakan ....
A. polietilen
B. poliester
C. poliamida
D. polifilm
Daftar Pustaka
Tandon, H.P. (1973). Egg and it's care. India: Directorate of Extention
Ministry of Agriculture.
WFP (World Food Programme). (1983). Food and Storage Manual. London:
TDRI – FAO.