PENDAHULUAN
II. TUJUAN
Secara garis besar pengolahan dan pengawetan makanan dibagi mejadi 3, yaitu:
a. Pengawetan secara fisika
Pengeringan
adalah salah satu cara pengawetan yang paling tua, yang bertujuan untuk
mengeluarkan untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari bahan
pangan dengan menggunakan energi panas. Pengeringan dapat mencegah
pembusukan pangan karena untuk dapat tumbuh dan berkembangbiak mikrorganisme
membutuhkan air dalam jumlah yang cukup. Penurunan kadar air harus dilakukan
sehingga mencapai aktivitas air tertentu, karena pertumbuhan mikroorganisme
ditentukan terutama oleh aktivitas air dan bukan oleh kadar air bahan. Hal ini banyak
dapat tercapai dengan pengeringan, pengasapan, penambahan garam dan gula atau
pengentalan.
Suhu Rendah
Penyimpanan pada umumnya di bawah 1oC, tetapi dengan suhu rendah bukan bersifat
mengawetkan karena mikroba hanya dihambat pertumbuhan atau
perkembangbiakannya dengan kata lain menghambat mikroorganisme tapi tidak
membunuhnya. Selain itu suhu rendaj juga memperlambat laju reaksi enzimatis dan
reaksi-reaksi kimia yang menimbulkan kerusakan pangan. Penyimpanan suhu rendah
dibedakan atas:
• Pembekuan makanan umumnya dilakukan pada minus (-) 18oC dengan cara ini
makanan dapat tahan beberapa bulan hingga setahun. Karena pada pembekuan
sebagian air dalam bahan pangan menjadi es, maka penghambatan pertumbuhan
mikroorganisme juga timbul akibat penurunan aktivitas air.
Suhu Tinggi
Proses thermal atau dengan suhu tinggi, umumnya di atas 65oC cara ini banyak
dilakukan untuk pengawetan bahan-bahan berbentuk tepung atau sejenisnya.tujuan
dari proses ini adalah mengurangi populasi mikroorganisme atau membunuh
mikrorganisme yang ada dalam bahan pangan.Proses thermal dibedakan atas:
• Pasteurisasi, yaitu perlakuan pemanasan yang ringan yaitu 630C selama 30 menit
atau 72oC selama 15 menit. Tujuannya adalah mematikan organism pathogen dan
mengurangi populasi mikroorganisme hingga batas-batas yang memungkinkan sedikit
memperpanjang umur simpan pangan tersebut.Pasteurisasi adalah membunuh
mikroorganisme yang merugikan seperti virus, kapang dan khamir. Produk yang bisa
dilakukan pasteurisasi antara lain susu, anggur, bir, jus buah, cider dan lain-lain.
Pasteurisasi akan menginaktifkan enzim, membunuh mikroorganisme pathogen dan
sebagian mikroorganisme pembusuk.
• Blansing yaitu perlakuan panas ringan, sebagai salah satu tahap dalam pengolahan
dengan cara penggalengan, pembekuan, pengeringan atau fermentasi. Tujuan utama
adalah menonaktifkan enzim disamping mengurangi populasi mikroorganisme pada
bahan pangan tersebut.
Susu kemasan adalah susu yang pengemasannya dilakukan dengan proses pemanasan singkat.
Proses pemanasan singkat ini sering disebut dengan istilah UHT kependekan dari Ultra High
Temperature.
Susu yang pengemasannya dengan teknologi tersebut diolah dengan suhu tinggi sekitar 135
sampai 145 derajat Celcius selama 2-5 detik saja.
Mengapa susu itu harus dipanaskan dengan suhu tinggi dan dalam waktu singkat?
Karena pemanasan dengan suhu tinggi itu berguna untuk membunuh seluruh mikroorganisme
(pembusuk maupun patogen) dan spora. Ketika bakteri susu sudah mati, susu bisa disimpan
dalam ruangan jauh lebih lama tanpa harus terkena bakteri pembusuk yang dapat menurunkan
atau bahkan merusak kualitasnya.
Proses yang cepat ini sendiri, tidak hanya bersifat melindungi zat gizi yang terdapat dalam susu
saja, tetapi juga sangat efektif untuk membunuh mikroorganisme yang terkandung dalam susu.
Makanya, susu dalam kemasan atau UHT ini tidak butuh bahan pengawet.
Pada tipe ini, terjadi pencampuran antara susu dan uap panas, baik dalam bentuk injeksi
uap panas pada susu ataupun injeksi susu ke dalam uap panas.
Untuk proses ini, tidak terjadi kontak antara uap panas dengan susu, biasanya banyak
digunakan pada berbagai jenis “Plate Heat Exchange” (PHE).
Nah, proses pengolahan susu kemasan yang sering diterapkan di industri pengolahan susu
meliputi proses berikut ini.
1. PENCAMPURAN
Tahap ini adalah awal dari proses pembuatan susu kemasan. Di sini susu dicampur
dengan bahan penunjang, seperti gula, bahan penstabil (stabilizer), bahan pemberi cita rasa
(flavor) dan pewarna.
2. TERMISASI
Merupakan tahap susu dipanaskan pada suhu rendah sebelum di pasteurisasi. Pada tahap ini susu
mulai dipanaskan hingga suhu sekitar 65 derajat Celcius dalam waktu beberapa detik
3. PASTEURISASI
Tahap pasteurisasi pada proses pembuatan susu yakni dengan jalan memanaskan susu pada suhu
sekitar 80 – 90 derajat Celcius selama beberapa detik tujuannya membebaskan susu dari
mikrobia patogen sehingga susu aman untuk dikonsumsi.
4. HOMOGENISASI
Proses homogenisasi susu dilakukan pada tekanan sekitar 2900 psi, tujuannya menyeragamkan
besarnya globula – globula lemak susu.
5. STERILISASI
Merupakan proses pemanasan utama pembuatan susu kemasan. Tujuan utamanya adalah
membunuh seluruh bakteri baik pathogen maupun non pathogen dan menurunkan jumlah spora
bakteri agar susu dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa pendinginan.
6. REGENERASI
Proses pendinginan susu setelah sterilisasi . Pada tahap ini suhu susu diturunkan hingga suhu 28
derajat Celcius.
7. PENGISIAN (FILLING)
Merupakan tahap akhir proses pembuatan susu kemasan. Pada tahap ini susu steril yang
dihasilkan segera dikemas melalui tahap “filling” ke dalam wadah yang disediakan dan telah
disterilkan.
Susu yang dikemas dengan menggunakan teknologi aseptik ini bisa disimpan dalam suhu ruang
selama berbulan-bulan, asalkan kemasannya tidak rusak atau belum dibuka sama sekali. Setiap
kemasan aseptik multilapis itu disterilisasi lagi satu per satu secara otomatis sebelum diisi
dengan susu.
Proses tersebut secara otomatis dilakukan hampir tanpa adanya campur tangan manusia sehingga
menjamin produk yang sangat higienis dan memenuhi standar kesehatan internasional.
Kadar gizi susu dalam kemasan juga hampir sama dengan susu murni yang langsung diambil dari
sapi, yakni kaya akan protein, lemak, karbohidrat, mineral, enzim-enzim lainnya, gas dan juga
vitamin A, C dan D. Semua itu terkemas dalam jumlah yang memadai.
Makanya, susu dalam kemasan ini aman dikonsumsi oleh semua kalangan termasuk anak-anak
yang berusia di atas satu tahun sebagai makanan pendamping, anak remaja yang dalam masa
pertumbuhan, lansia dan para wanita yang membutuhkan banyak asupan kalsium untuk
memerangi osteoporosis.