Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN STUDY TOUR PURWODADI PASURUAN

Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah fitofarmasi

Dosen pengampu: Choirul Huda S.,Farm.Apt

Disusun oleh:

Dewi Hajar Agustina (1413206014)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES KARYA PUTRA BANGSA TULUNGAGUNG

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah S.W.T yang telah memberikan karunia-Nya


sehingga,penulis dapat menyusun makalah yang berjudul Laporan Study Tour Purwodadi
Pasuruan dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah fitofarmasi telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
Sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun sebagai tugas akhir yang menjadi kesepakatan dalam kontrak
perkuliahan dengan strategi students center.Dengan demikian penulis berharap agar makalah
ini dapat menambah khasanah pengetahuan baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun,untuk kesempurnaan makalah di masa yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi para pembaca.

Penulis

23 November 2016

DAFTAR ISI
Halaman Judul

Kata pengantar

Daftar isi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan
1.3 Metode

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keanekaragaman Hayati indonesia


2.2 Sejarah Kebun Raya Purwodadi
2.3 Tugas Dan Fungsi Kebun Raya Purwodadi
2.4 Visi Dan Misi Kebun Raya Purwodadi
2.5 Koleksi Pohon Dan Tumbuhan Kebunraya Purwodadi
2.6 Kegiatan selama di kebun raya purwodadi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Seiring dengan berkembangnya era global, masyarakat kampus khususnya mahasiswa
memerlukan trueksperiment untuk membuktikan kebenaran teori yang di buktikan dengan
terjun langsung kelapangan dalam hal ini objek study yang dipilih yakni kebun raya
purwodadi pasuruan yang juga memiliki koleksi tanaman lengkap baik yang masuk
kategori tropis basa maupun tropis kering. Adapun alasan alas an pemilihan kebun raya
purwodadi pasuruan sebagai objek study trour kali ini karena mempertimbangkan
beberapa hal yaitu
1. efektifitas waktu
2. efensiensi biaya
3. lokasi strategis dan
4. efensiensi manfaat
Study tour botani tumbuhan tinggi dan tumbuhan rendah dilaksanakan tanggal 14
November 2016 dan pemberangkatan dimulai pada dini hari jam 05.00 dan sampai ke
purwodadi pukul 11.00 WIB
Adapun deskripsi kebun raya purwodadi sebagai berikut : Cabang Balai Kebun Raya
Purwodadi didirikan atas prakarsa Dr. D.F. Van Slooten pada tanggal 30 Januari 1941
sebagai Pemekaran dari Stasiun Percobaan S'Lands Plantentuin Buitenzorg atau Kebun
Raya Bogor. Mula-mula kebun ini dipergunakan untuk kegiatan penelitian tanaman
perkebunan. Kemudian pada tahun 1954 mulai diterapkan dasar-dasar per-kebunraya-an
yaitu dengan dimulainya pembuatan petak-petak tanaman koleksi.
Sejak tahun 1980 sebagian tanaman ditata kembali menurut kelompok suku yang
menganut klasifikasi sistem Engler dan Pranti. Dalam perkembangannya diharapkan
Cabang Balai Kebun Raya Purwodadi akan menjadi pusat konservasi dan penelitihan
tumbuhan iklim kering di daerah tropis. Kebun ini merupakan salah satu dari 3 cabang
Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor) yang masing-masing memiliki tugas dan
fungsi spesifik. Kedua cabang lainnya adalah Kebun Raya Cibodas dan Kebun Raya Eka
Karya Bali , Cabang Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor).
Kebun Raya Indonesia merupakan Unit Pelaksana ( Kebun Raya Bogor ), Kebun
Raya Indonesia merupakan Unit Pelaksana Teknis yang bernaung dibawah dan
bertanggung jawab kepada Deputi Ketua LIPI Bidang IPA. Yang pembinan sehari-hari
dilakukan oleh Kepala Pusaat Penelitian dan Pengembangan ( Pulitbang Biologi ).
Pengelolahan seluruh Kebun Raya ini berada dibawah tanggung jawab LIPI
(Lembaga Iimu Pengetahuan Indonesia ) Lokasi Kebun Raya ini terletak di Desa
Purwodadi, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan Lokasi ini terletak di tepi jalan
besar yang menghubungkan 3 kota, yaitu Malang, Surabaya, dan Pasuruan. Jarak dari
kota Malang adalah 24 km ke arah utara, dan dari kota Pasuruan 30 km ke arah barat daya
dan dari kota Surabaya 65 km ke arah selatan. Luas Kebun Raya Purwodadi sakitar 85 ha,
pada ketinggian 300m dpl dengan topografi datar sampai bergelombang. Curah hujan
rata--rata per tahun 2366 mm dengan bulan basah antara bulan November dan Maret
dengan suhu berkisar antara 22 - 32 C.

1.2 TUJUAN

Tujuan dalam observasi ke Kebun Raya Purwodadi, antara lain :

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya, tujuan dan fungsi, visi dan misi Kebun Raya
Purwodadi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis familia tanaman di Kebun Raya Purwodadi
3. Untuk mengetahui jenis tanaman obat di Kebun Raya Purwodadi
4. Untuk memenuhi tugas kuliah
5. Untuk refresing dan peremajaan mata

1.3 METODE

Metode observasi dalam kegiatan study lapangan ini melalui :

1. Wawancara : dalam metode ini kami melakukan tanya jawab kepada narasumber di
tempat objek wisata yang bertugas sebagai pemandu wisata.
2. Referensi : - Internet : www.krpurwodadi.lipi.go.id

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keanekaragaman hayati Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas, mempunyai kurang lebih
35.000 pulau yang besar dan kecil dengan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang sangat
tinggi. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 sampai dengan 150 famili tumbuh-tumbuhan,
dan dari jumlah tersebut sebagian besar mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai
tanaman industri, tanaman buah-buahan, tanaman rempah-rempah dan tanaman obat-obatan
(Nasution, 1992).

Keanekaragaman hayati menurut World Wildlife Fund dalam Indrawan dkk. (2007)
adalah jutaan tumbuhan, hewan dan mikroorganisme, termasuk yang mereka miliki, serta
ekosistem rumit yang mereka bentuk menjadi lingkungan hidup. Keanekaragaman hayati
dapat digolongkan menjadi tiga tingkat, yaitu :

1. Keanekaragaman spesies. Hal ini mencakup semua spesies di bumi, termasuk bakteri
dan
protista serta spesies dari kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan, yang
bersel
banyak atau multiseluler)
2. Keanekaragaman genetik. Variasi genetik dalam satu spesies baik diantara
populasipopulasi yang terpisah secara geografis, maupun diantara individu-individu
dalam satu populasi.
3. Keanekaragaman komunitas. Komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya
dengan
lingkungan fisik (ekosistem) masing-masing. Ketiga tingkatan keanekaragaman hayati
itu diperlukan untuk kelanjutan kelangsungan hidup di bumi dan penting bagi
manusia. Keanekaragaman spesies menggambarkan seluruh cakupan adaptasi ekologi,
serta menggambarkan evolusi spesies terhadap lingkungan tertentu.

Keanekaragaman hayati merupakan sumberdaya hayati dan sumberdaya alternatif


bagi kehidupan manusia. Sebagai negara mega-biodiversity, berdasarkan keanekaragaman
jenis menurut Supriatna (2008) Indonesia menempati urutan papan atas, yakni :

Urutan kedua setelah Brazil untuk keanekaragaman mamalia, dengan 515 jenis, yang
39%
diantaranya merupakan endemik
Urutan keempat untuk keanekaragaman reptil (511 jenis, 150 endemik).
Urutan kelima untuk keanekaragaman burung (1531 jenis, 397 endemik) bahkan
khusus
untuk keanekaragaman burung paruh bengkok, Indonesia menempati urutan pertama
(75
jenis, 38 endemik)
Urutan keenam untuk keanekaragaman amfibi (270 jenis, 100 endemik)
Urutan keempat dunia untuk keanekaragaman dunia tumbuhan (38000 jenis)
Urutan pertama untuk tumbuhan palmae (477 jenis, 225 endemik)
Urutan ketiga untuk keanekaragaman ikan tawar (1400 jenis) setelah Brazil dan
Colombia.

2.2 Sejarah

Kebun Raya Purwodadi yang juga dikenal dengan nama Hortus Ilkim Kering
Purwodadi didirikan pada tanggal 30 Januari 1941 oleh Dr. L.G.M. Baas Becking. Kebun ini
merupakan salah satu dari 3 cabang Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor) yang
memiliki tugas dan fungsi mengkoleksi tumbuhan yang hidup di dataran rendah kering.
Kebun Raya Purwodadi merupakan Balai Konservasi Tumbuhan yang bernaung dibawah dan
bertanggung jawab kepada Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, Kedeputian Bidang
Ilmu Pengetahuan Hayati-LIPI (Lembaga IImu Pengetahuan Indonesia).

Johannes Viets adalah orang Belanda pertama yang memimpin Kebun Raya
Purwodadi yaitu pada tahun 1941-1942, dengan pengangkatannya sebagai pimpinan pada
tanggal 30 Januari 1941, Johannes Viets meletakkan pola-pola dasar pengembangan kebun
raya. Hal penting yang dilakukannya yaitu areal Kebun Raya Purwodadi yang baru diperoleh
dari masyarakat berupa tanah sawah dan pekarangan yang ditanami dengan tanaman penutup
tanah serta lamtoro untuk menambah kesuburan tanah secara alami. Pada Tahun 1943, Kebun
Raya Purwodadi dipimpin oleh bangsa Jepang, yaitu Tanaka. Pada masa kepemimpinannya,
Tanaka membangun jalan utama yang membelah kebun menjadi dua, serta jalan-jalan lain
dari arah utara ke selatan. Setelah masa kemerdekaan sampai saat ini, Kebun Raya Purwodadi
dipimpin oleh bangsa Indonesia sendiri kecuali pad tahun 1949-1954, yaitu oleh seorang
Belanda H.O. van Leusen. Moestopo (1945-1949) adalah orang Indonesia pertama yang
memimpin Kebun Raya Purwodadi. Pada mulanya, kebun ini dipergunakan untuk kegiatan
penelitian tanaman perkebunan kemudian pada tahun 1954 mulai diterapkan dasar-dasar
perkebunrayaan yaitu dengan dimulainya pembuatan petak-petak tanaman koleksi. Kebun
Raya Purwodadi untuk pertama kalinya dibuka untuk umum pada masa kepemimpinan
Sarwana. Peresmian pembukaan tersebut dilakukan pada tanggal 10 Maret 1963. Setelah
pembukaan Kebun Raya untuk umum, pembangunan sarana fisik dan pembangunan sistem
pengelolaan kebun semakin digalakkan. Sejak tahun 1980 sebagian tanaman ditata kembali
menurut kelompok suku yang menganut sistem klasifikasi Engler dan Prantl. Penyempurnaan
vak koleksi, pembangunan gedung kantor, penambahan koleksi melalui eksplorasi,
pertukaran biji menjadi program pimpinan Kebun Raya Purwodadi selanjutnya. Dalam
perkembangannya, UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi diharapkan
akan menjadi pusat konservasi dan penelitian tumbuhan dataran rendah kering Indonesia.

2.3 Tugas dan Fungsi Kebun Raya Purwodadi :


a. Tugas utama Kebun Raya adalah melaksanakan inventarisasi, eksplorasi,
konservasi dan reintroduksi jenis tumbuhan dataran rendah kering khususnya
Kawasan Timur Indonesia yang mempunyai nilai ilmu pengetahuan dan memiliki
potensi ekonomi untuk dikoleksi dalam bentuk kebun botani serta melakukan
pendataan, pendokumentasian, pelayanan jasa dan informasi, pemasyarakatan, ilmu
pengetahuan dibidang konservasi ex-situ, introduksi dan reintroduksi tumbuhan.
Inventarisasi : mencatat/mendata jenis tumbuhan di suatu kawasan
Konservasi : pelestarian agar bisa menghasilkan bibit tanaman yang baru.
Reintroduksi : menanam Kembali ke habitat aslinya karena tanaman tersebut di
habitat aslinya telah habis/sedikit
Eksplorasi : pergi keluar kawasan untuk mencari bibit/spesies yang unik
b. Fungsi Kebun Raya Purwodadi :
1. Melakukan inventarisasi, eksplorasi dan konservasi tumbuh-tumbuhan yang
mempunyai nilai ilmu pengetahuan dan ekonomi, langka dan endemik.
Terutama untuk flora Indonesia dari dataran rendah kering
2. Menyediakan fasilitas penelitian, pendidikan dan pemanduan, khususnya di
bidang botani
3. Menyediakan fasilitas rekreasi di alam terbuka

2.4 Visi Misi Kebun Raya Purwodadi


Visi : Menjadi Kebun Raya terbaik kelas dunia, terutama dalam bidang
konserasi tumbuhan dataran rendah, penelitian dan pelayanan dalam
aspek botani, pendidikan lingkungan, holtikultura, landscape (pemandangan
alam) dan pariwisata
Misi : Melestarikan, mendayagunakan dan mengembangkan potensi tumbuhan
melalui kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, rekreasi serta
meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kebun raya, tumbuhan dan
lingkungan dalam upaya pemanfaatan yang berkelanjutan untuk kesejahteraan
masyarakat

2.5 Koleksi Pohon dan Tumbuhan


1. Polong-polongan
Digolongkan menjadi 3 suku yaitu Mimosaceae, Caesalpiniaceae, dan Papilionaceae.
Ada 157 jenis dari 70 marga yang termasuk dalam suku-suku tersebut. Berbagai jenis
polongpolongan dimanfaatkan sebagai tanaman hias seperti jenis-jenis dari marga
Amherstia,
Brownea, Cassia, Senna, dan Saraca. Selain itu, beberapa jenis dimanfaatkan juga
kayunya untuk bangunan seperti sonokeling (Dalbergia latifolia) dan wangkal (Albizia
procera), tanaman penghijauan dan tepi jalan seperti Angsana (Pterocarpus indicus),
Akasia (Acacia auriculiformis) dan Soga (Peltophorum pterocarpum). Ada pula yang
dimanfaatkan sebagai tanaman obat seperti Johar (Senna siamea), Kedawung (Parkia
timoriana), Dadap srep (Erythrina subumbrans), dan Dadap ayam (Erythrina orientalis).
2. Anggrek
Ditempatkan di rumah kaca yang kondisinya disesuaikan dengan habitat alaminya.
Ada sekitar 2.344 spesimen anggrek alam yang terdiri atas 319 jenis, 69 marga, dan 277
masih sp.. Sekitar 7 jenis merupakan anggrek endemik Jawa Timur seperti Appendicula
imbricata, Dendrobium arcuatum, Paphiopedilum glaucophyllum (anggrek selop), dan
lainlain. Sedangkan yang terancam keberadaannya di alam antara lain Ascocentrum
miniatum, Phalaenopsis amabilis (anggrek bulan), Coelogyne pandurata (anggrek hitam)
asal Kalimantan dan lain-lainnya.
3. Palem
Palem termasuk dalam famili Arecaceae dan merupakan jenis-jenis tertua yang telah
dijumpai sejak zaman Cretaceus, kurang lebih 120 juta tahun yang lalu. Arecaceae sangat
menarik dari segi botani, keindahan bentuknya, keanekaragaman jenis dan kegunaannya.
Famili Arecaceae di dunia diperkirakan 200-300 genus dan sekitar 2000-3000 jenis
tersebar di daerah tropis dan sub tropis. Indonesia merupakan pusat keanekaragaman
palem dunia, dari jumlah palem yang terdapat di dunia 46 genus di antaranya (576 jenis)
terdapat di Indonesia dan 29 genus merupakan palem endemik. (LBN-LIPI, 1978;
Witono, 1998; Sharma, 2002; Chin, 2003).
Sebagai salah satu lembaga konservasi tumbuhan ex-situ, Kebun Raya Purwodadi
mempunyai tugas melaksanakan inventarisasi, eksplorasi, penanaman koleksi dan
pemeliharaan tumbuhan dataran rendah kering yang memiliki nilai ilmu pengetahuan dan
berpotensi untuk dikoleksi (dikonservasi). Kebun Raya Purwodadi seluas 845.148 m2
memiliki 174 famili, 904 marga dan 1.896 jenis dengan koleksi Arecaceae sejumlah 60
marga 117 jenis dan 435 individu berdasarkan katalog 2006 (Suprapto et al., 2006).
4. Bambu
Sekitar 30 jenis bambu telah dikoleksi Kebun Raya Purwodadi, 16 jenis berasal dari
Jawa, 2 jenis dari Maluku, 2 jenis dari Sulawesi, dan 10 jenis dari beberapa negara Asia
(Cina, Jepang, Thailand, India, dan Birma). Gigantochloa manggong (Bambu
Manggong) merupakan bambu endemik Jawa Timur, Gigantochloa apus (pring apus)
sering dipergunakan untuk mebel, kerajinan atau atap rumah, Dendrocalamus asper
(pring petung) rebungnya untuk dimakan, dan Schizostachyum silicatum (bambu wuluh)
untuk seruling.
5. Paku
Koleksi tumbuhan paku ditata di bawah pepohonan besar dan rindang, karena
kelompok tumbuhan ini menyukai tempat rindang dan lembab. Koleksinya mencapai 60
jenis dari 36 marga dan 21 suku. Di antaranya paku sarang burung (Asplenium nidus),
suplir (Adiantum spp.), hata (Lygodium circinnatum), dan paku tanduk rusa/simbar
menjangan (Platycerium coronarium). Ada beberapa koleksi tumbuhan paku bermanfaat
lainnya, seperti paku sayur (Athyrium esculentum) yang dapat dimakan tunasnya,
Asplenium sp. Dan Adiantum sp. sebagai tanaman hias, paku ekor kuda Equisetum
debile sebagai bahan pengobatan, Cyathea contaminans sebagai bahan media tumbuh
anggrek, dan hata Lygodium circinnatum sebagai bahan kerajinan.
6. Obat
Terletak di petak XIV G dan V A, ditata sedemikian rupa hingga berfungsi sebagai
taman yang menarik untuk dinikmati. Di antara koleksinya adalah Pace (Morinda
citrifolia), buahnya untuk obat batuk dan tekanan darah tinggi, daun ungu
(Graptophyllum pictum), daunnya untuk obat wasir, Widoro upas (Merremia mammosa),
umbinya untuk obat kencing manis, Sembung (Blumea balsamifera) daunnya untuk obat
asma, sakit jantung, Wudani (Quisqualis indica) daunnya untuk obat cacing dan lain-
lainnya.
2.5 Koleksi Tanaman Kebun Raya Purwodadi
Inilah beberapa jenis pohon maupun tanaman yang kami pelajari saat di Kebun Raya
Purwodadi :
1. Mengkudu (Morinda citrifolia )
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Anak kelas : Sympatalae
Bangsa: Rubiales
Suku : Rubiaceae
Marga / genus : Morinda
Jenis / spesies : Morinda citrifolia L.
Deskripsi
Buah tidak beraturan dan berbentuk sangat buruk karena banyak tonjolan dimana-
mana,itulah yang terlintas saat kita melihat buah dengan nama latin Morinda citrifolia
ini. Tanaman ini berasal dari daerah asia tenggara dan tergolong famili rubiciae.
Tanaman ini tumbuh di dataran rendah hingga pada ketinggian 1500 m. Tinggi pohon
mengkudu mencapai 3-8 m, memiliki bunga bongkol berwarna putih. Buahnya
merupakan buah majemuk, yang masih muda berwarna hijau mengkilap dan memiliki
totol-totol, dan ketika sudah tua berwarna putih dengan bintik-bintik hitam.
Secara tradisional, masyarakat Aceh menggunakan buah mengkudu sebagai sayur dan
rujak. Daunnya juga digunakan sebagai salah satu bahan nicah peugaga yang sering
muncul sebagai menu wajib buka puasa. Mengkudu (keumeudee) karena itu sering
ditanam di dekat rumah di pedesaan di Aceh. Selain itu mengkudu juga sering digunakan
sebagai bahan obat-obatan.

Kandungan Mengkudu :

Zat nutrisi: secara keseluruhan mengkudu merupakan buah makanan bergizi lengkap.
Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, viamin, dan mineral penting,
tersedia dalam jumlah cukup pada buah dan daun mengkudu. Selenium, salah satu
mineral yang terdapat pada mengkudu merupakan antioksidan yang hebat. Berbagai
jenis senyawa yang terkandung dalam mengkudu : xeronine, plant sterois,alizarin,
lycine, sosium, caprylic acid, arginine, proxeronine, antra quinines, trace elemens,
phenylalanine, magnesium, dll.
Terpenoid. Zat ini membantu dalam proses sintesis organic dan pemulihan sel-sel
tubuh.

Zat anti bakteri.Zat-zat aktif yang terkandung dalam sari buah mengkudu itu dapat
mematikan bakteri penyebab infeksi, seperti Pseudomonas aeruginosa, Protens
morganii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan Escherichia coli. Zat anti
bakteri itu juga dapat mengontrol bakteri pathogen (mematikan) seperti Salmonella
montivideo, S . scotmuelleri, S . typhi, dan Shigella dusenteriae, S . flexnerii, S .
pradysenteriae, serta Staphylococcus aureus.

Scolopetin. Senyawa scolopetin sangat efektif sebagi unsur anti peradangan dan anti-
alergi.

Zat anti kanker. Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu paling efektif
melawan sel-sel abnormal.

Xeronine dan Proxeronine. Salah satu alkaloid penting yang terdapt di dalam buah
mengkudu adalah xeronine. Buah mengkudu hanya mengandung sedikit xeronine,
tapi banyak mengandung bahan pembentuk (precursor) xeronine alias proxeronine
dalam jumlah besar. Proxeronine adalah sejenis asam nukleat seperti koloid-koloid
lainnya. Xeronine diserap sel-sel tubuh untuk mengaktifkan protein-protein yang tidak
aktif, mengatur struktur dan bentuk sel yang aktif

2. Anggrek tanah (Didymoplexis pallens Grif)

Jenis anggrek ini merupakan jenis anggrek saprofit (anggrek yang


tumbuh di atas seresah dedaunan). Keunikan dari Didymoplexis
pallens adalah dalam hal spesialisasi habitatnya, yaitu tumbuh di
habitat yang spesifik, di bawah pohon-pohon bambu dan tumbuh di
atas seresah bambu tersebut. Anggrek ini tidak dijumpai tumbuh di
seresah-seresah daun jenis tumbuhan lain.

Karakter khas dari anggrek ini, adalah adanya bunga yang langsung
tumbuh di ujung batang yang tidak mempunyai daun. Tumbuhan pada
umumnya mensintesis makanan melalui fotosintesis yang terjadi di
daun. Tidak adanya daun pada D. pallens berdampak pada kurangnya
nutrisi karena keterbatasan anggrek ini untuk melakukan fotosintesis.
Tumbuh di atas seresah daun yang mempunyai kadar nutrisi tinggi
merupakan strategi anggrek saprofit, termasuk D. pallens untuk
bertahan hidup.

Bunga berwarna putih bersih, dengan lebar 13 mm dan panjang


16 mm, bibir bunga berwarna kuning khas. Tinggi batang 15 cm, akar
kadang membesar dan membentuk tuber (Comber, 1990).

3. Kayu manis (Cinnamomum verum J.Presl )

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)

Sub Kelas : Magnoliidae

Ordo : Laurales

Famili : Lauraceae

Genus : Cinnamomum

Spesies :Cinnamomum verum J.Presl

Deskripsi Tanaman

Habitus Cinnamomum verum J.Presl adalah berupa pohon yang


menjulang
tinggi ke atas. Tingginya sekitar 50 meter dari permukaan tanah,
nama umum dari
Cinnamomum verum J.Presl adalah kayu manis. Kayu manis
(Cinnamomum verum,
synonym C. zeylanicum) ialah sejenis pohon. Termasuk ke dalam jenis
rempah-rempah
yang amat beraroma, manis, dan pedas. Kayu manis adalah salah satu
bumbu makanan
tertua yang digunakan manusia. Bumbu ini digunakan di Mesir Kuno
sekitar 5000 tahun
yang lalu, dan disebutkan beberapa kali di dalam kitab-kitab Perjanjian
Lama.
Cinnamomum verum J.Presl dengan diameter batang 125 cm.
Batangnya bulat,
dan berkulit halus. Batang Cinnamomum verum J.Presl yang di
manfaatkan ke dunia
memasak, kesehatan, aromatic dan lain-lain. Batang berkayu dan
bercabang-cabang.

Daun Cinnamomum verum J.Presl merupakan daun tunggal (oposite


=berhadapan),
bentuk daun bagian ujung runcing sampai meruncing. Pangkal daun
melancip atau
membagi. Bentuk daunnya bulat sampai lonjong. Daun tunggal, lanset,
warna daun
muda merah pucat setelah tua berwarna hijau. Daun kayu manis
duduknya bersilang
atau dalam rangkaian spiral. Panjangnya sekitar 912 cm dan lebar
3,45,4 cm,
tergantung jenisnya. Warna pucuknya kemerahan, sedangkan daun
tuanya hijau tua.
Pertulangan menyirip kemudian ada pertulangan daun ke tiga. Panjang
daun paling
besar 24,5 cm. Perbungaan Cinnamomum verum J.Presl muncul dari
ujung
pertumbuhan (Terminal), berwarna kuning pucat. Perbungaan bentuk
malai, tumbuh di
ketiak daun, warna kuning. Bunganya berkelamin dua atau bunga
sempurna dengan
warna kuning, ukurannya kecil. Buah buni, buah muda berwarna hijau
dan setelah tua
berwarna hitam. Buahnya adalah buah buni, berbiji satu dan
berdaging. Bentuknya
bulat memanjang, buah muda berwarna hijau tua dan buah tua
berwarna ungu tua (Rismunandar dan Paimin, 2001). Akarnya
tunggang.
Manfaat

Kulit kayu manis, yang merupakan salah satu jenis rempah-rempah


itu, biasa
digunakan untuk penambah rasa masakan, bahan pembuat kue,
minuman, serta bahan
baku jamu dan kecantikan. Kulit kayu manis juga bisa untuk bahan
baku obat. Minyak
kayu manis adalah minyak atsiri yang didapatkan dari tumbuhan kayu
manis. Kulit
kayu manis adalah jenis rempah-rempah yang banyak digunakan
sebagai bahan
pemberi aroma dan citarasa dalam makanan dan minuman, dan bahan
aditif pada
pembuatan parfum serta obat-obatan. Kulit kayu manis mengandung
minyak atsiri dan
oleoresin.

Manfaat Minyak atsiri ini digunakan sebagai bahan baku minyak


wangi,
kosmetik dan obat-obatan. Industri komestik dan minyak wangi
menggunakan minyak
atsiri sebagai bahan pembuatan sabun, pasta gigi, samphoo, lotion
dan parfum. Industri
makanan menggunakan minyak atsiri sebagai penyedap atau
penambah cita rasa.
Selama ini daun cengkeh kurang dimanfaatkan oleh para petani
cengkeh sehingga
terbuang begitu saja, padahal daun cengkeh dapat di kembangkan
pengolahannya.
Dalam penelitian ini minyak atsiri yang di hasilkan dari kayu manis
diambil dengan
metode distilasi uap. Beberapa metode destilasi yang popular
dilakukan di berbagai
perusahaan industri penyulingan minyak atsiri adalah metode destilasi
kering (langsung
dari bahannya tanpa menggunakan air). Metode ini paling sesuai
untuk bahan tanaman
yang kering dan untuk minyak-minyak yang tahan pemanasan dan
destilasi air, meliputi
destilasi air dan uap air dan destilasi uap air langsung. Metode ini
dapat digunakan
untuk bahan keringmaupun bahan segar dan terutama digunakan
untuk minyak-minyak
yang kebanyakan dapatrusak akibat panas kering. Kayu manis identik
digunakan sebagai bumbu dalam penganan dalam perayaan Natal.
Tapi tidak hanya menghadirkan aroma manis dan pedas pada
makanan saja, ramuan kayu manis juga dapat berkhasiat menjaga
kesehatan. Jika biasanya kita menggunakan kayu manis hanya sebagai
bahan tradisional dalam kue Natal dan kue pie, kayu manis
(cinnamomum verum) adalah salah.

4. Cendana (Santalum album L.)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)


Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo : Santales
Famili : Santalaceae
Genus : Santalum
Species : Santalum album L
Deskripsi

Cendana (Santalum album L) adalah istilah dari bahasa sansekerta.


Berbagai
masyarakat di Nusa Tenggara Timur mengenal cendana dengan
berbagai istilah
antara lain : kai salun (Helong), hau meni (Atoni meto), ai kamenil
(Tetun), Hadana,
ai nitu atau Wasu dana (Sumba), ai nitu (Rote), haju mangi (Sabu),
bong mouni
(Alor). Pohon cendana mencapai ketinggian 11 sampai 15 meter
dengan diameter 2530 cm. Batangnya bulat dan kulitnya berwarna
coklat abu-abu sampai coklat merah. Cabangnya mulai pada bagian
setengah pohon. Dahan-dahan primer sangat tidak beraturan, sering
bengkok dan banyak ranting. Dahan bagan bawah cenderung tumbuh
menggantung. Daun cendana berhadap-hadapan, bentuknya elips
hingga lanset (bulat telur) dengan dua ujungnya lancip.

Manfaat

Sejak jaman kuno cendana telah dipergunakan oleh orang Hindu


dan Cina
sebagai dupa dalam rangka upacara keagamaan dan kematian. Di
samping itu orang
Hindu menggunakan tepung cendana sebagai bedak pelabur kulit
untuk membedakan
kasta Brahmana dan kasta lainnya. Kayu cendana juga dimanfaatkan
untuk patung,
bahan kerajinan dan perkakas rumah tangga. Dalam pembakaran
mayat orang Hindu
kadang-kadang digunakan pula kayu cendana. Minyak cendana yang
wangi baunya
digunakan sebagai bahan pengobatan dan campuran minyak wangi
(parfum).

5. Pasak bumi (Eurycoma longifolia)

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)


Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo: Sapindales
Famili: Simaroubaceae
Genus: Eurycoma
Spesies: Eurycoma longifolia Jack.
Deskripsi
Pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) merupakan salah satu tumbuhan obat
asal hutan ternyata banyak khasiat. Tumbuhan yang banyak dijumpai di kawasan hutan
Indonesia khususnya daerah Sumatera dan Kalimantan ini, sudah lama digunakan
sebagai obat dan penambah stamina.
Manfaat
Berdasarkan penelitian Pasak Bumi mengandung empat senyawa penting yaitu
senyawa canthin, senyawa turunan eurycomanone, senyawa quassinoid, dan senyawa
etanol. Senyawa canthin inilah yang mampu menghambat pertumbuhan sel kanker.
Sedangkan senyawa turunan eurycomanone sebagai anti malaria, senyawa quassinoid
berfungsi sebagai anti leukimia, dan prospektif untuk anti HIV, senyawa etanol
berfungsi sebagai afrodisiak.
6. Mojo legi (Aegle marmelos (L.)

Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Sapindales
Suku : Rutaceae
Marga : Aegle
Jenis : Aegle marmelos (L.) Correa
Deskripsi :
Habitus berupa pohon tahunan dengan tinggi 10-15 m. Batangnya berkayu, bulat,
bercabang, berduri dan berwarna putih kekuningan. Daunnya tersebar pada batang muda,
berbentuk lonjong dengan ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi atau berlekuk tidak
dalam. Panjang daun 4-13,5 cm, lebar 2-3,5 cm, berwarna hijau. Bunga berupa bunga
majemuk, bentuk malai. Daun mahkota lonjong, berwarna hijau dengan panjang 1-1,5
cm. Buah berbentuk bola, diameter 5-12 cm, berdaging dan berwarna coklat. Biji
berbentuk pipih dan berwarna hitam. Akar tunggang berwarna putih kotor.
Manfaat
Daun Aegle marmelos berkhasiat sebagai obat kudis, akar dan kulitnya
berkhasiat sebagai obat sakit usus dan daging buahnya berkhasiat sebagai obat disenlri.
Untuk obat kudis dipakai 15 gram daun segar Aegle marmelos, dicuci,
ditumbuk sampai lumat, kemudian ditempelkan pada kudis dan dibalut de
ngan kain yang bersih.

Kandungan kimia :
Daun, akar dan kulit batang Aegle marmelos mengandung saponin,
disamping itu akar dan kulit batangnya mengandung flavonoida dan polifenol
dan daunnya juga mengandung tanin.

7. Trengguli (Cassia javanica L.)


Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonane
Subclassis : Dialypetalae
Ordo : Rosales
Familaa : Caesalpiniaceae
Genus : Cassia
Species : Cassia javanica
(Gembong Tjitrosoepomo , 2013)

Deskripsi

Trengguli (Cassia fistula L) biasanya tumbuh di hutan terbuka dan padang rumput
pada dataran rendah. Pohon kecil yang sampai medium ini umumnya gugur atau semi-
gugur pada musim panas, percabangan menyebar, dengan ranting yang gundul. Daunnya
majemuk dengan 3-7 pasang pinak daun, pinak daun membundar telur-lonjong, agak
menjangat, pangkal membaji lebar, ujung meruncing, permukaan atas berkilau, gundul
bila matang. Perbungaan tandan terletak renggang di ketiak, menggantung, berbunga
banyak. Bunga harum, daun mahkota membundar telur lebar, kuning keemasan. Buah
menggantung, menggalah, hitam, gundul. Biji banyak, terpisah oleh sekat seperti kertas
dan menyatu pada bubur kayu yang lengket dan hitam. Pohon ini tersebar di daerah
tropik; di jawa sering dibudidayakan sebagai tanaman hias dan tanaman obat. Nama lain
di Indonesia antara lain Trengguli, kayu raja, bobondelan, kolobur, tilai, bubuni, ketoka,
kluwang, ladao, limbalo.

Trengguli ini mempunyai kandungan kimia seperti saponin, tanin, gom, gula,
hidroksimetil, asam sitrat, asam hidrisianik, pektin. Sedangkan kulitnya mengandung zat
samak. Anggota famili Leguminosae ini bersifat rasa manis, antringen, pencahar dan
penurun demam.

Manfaat tanaman ini adalah untuk obat antara lain akar, kulit, daun, bunga, biji,
dan empulur buah dapat digunakan sebagai obat penyakit berikut : Koreng dan
Borok,Urat syaraf lemah dan lelah (neurasthenia),Tekanan darah tinggi, Meningkatkan
stamina.

8. Juwet (Syzygium cumini)

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium cumini
Deskripsi
Pohon yang kokoh, berkayu, diameter 10-30 m, berwarna putih kotor, dan tidak
menggugurkan daun. Kadang-kadang berbatang bengkok, tinggi hingga 20 m dan
gemang mencapai 90 cm. Bercabang rendah dan bertajuk bulat atau tidak beraturan. Nama
umumnya adalah juwet putih/jamblang. Daunnya terletak berhadapan, bertangkai 1-3,5
cm. Helaian daun bundar telur terbalik agak jorong sampai jorong lonjong, 5-25 x 2-10
cm, pangkalnya lebar berbentuk pasak atau membundar, ujung tumpul atau agak melancip,
bertepi rata, menjangat tebal dengan tepi yang tipis dan agak tembus pandang. Hijau tua
berkilat di sebelah atas, daun jamblang agak berbau terpentin apabila diremas. Daun yang
muda berwarna merah jambu. Pertulangannya menyirip. Karangan bunga dalam malai
atau malai rata, renggang, hingga tiga kali bercabang. Umumnya muncul pada
cabangcabang yang tak berdaun. Bunga kecil, duduk rapat-rapat, 3-8 kuntum di tiap ujung
tangkai, berbau harum. Daun kelopak bentuk lonceng melebar atau corong, tinggi 4-6
mm, kuning sampai keunguan. Daun mahkota bundar dan lepas-lepas, 3 mm, putih
abu-abu sampai merah jambu, mudah gugur. Benang sari banyak, 4-7 mm, putik 6-7
mm.
Manfaat
Kulit batang, daun, buah dan bijinya sering digunakan sebagai obat kencing
manis, murus (diare), dan beberapa penyakit lain.

9. Buah Gada, Buah sosis, Asam Afrika ( Kigelia Africana)


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Scrophulariales
Famili : Bignoniaceae
Genus : Kigelia
Spesies : Kigelia africana
Deskripsi
Kigelia adalah genus tumbuhan berbunga dalam keluarga Bignoniaceae. Genus ini
terdiri hanya atas satu spesies, yaitu Kigelia Africana, yang tumbuh di seluruh area tropis
Afrika dari Eritrea dan Chad selatan ke utara Afrika Selatan, dan barat dari Senegal dan
Namibia. Nama genus ini berasal dari nama Mozambik Bantu, kigelia keia, sedangkan
nama umumnya Sausage Tree (Pohon Sosis) yang mengacu pada buahnya yang panjang
dan sepintas mirip dengan sosis. Sedangkan nama dalam bahasa Afrikanya adalah
Worsboom, yang juga berarti Pohon Sosis.
Buah ini telah dikenal ratusan tahun silam sebagai bahan aktif yang akan membuat
payudara indah dan kencang.Buah ini juga disukai babon, gajah, jerapah, kuda nil, buah
yang memang lonjong mirip sosis ini katanya berkhasiat obat untuk rematik, penawar bisa
ular syphilis dan kadang difermentasi untuk bahan pembuat bir. hmm apa benar menarik
untuk diteliti dan sudah tumbuh lebat di taman bunga cipanas.

Manfaat
a) Daun : untuk obat peluruh air seni
b) Daging buah : untuk salep pada sakit sifilis / borok
c) Extrak daging buah : untuk kecantikan ( pelembab )
10. Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo: Apiales
Famili: Apiaceae
Genus: Centella
Spesies: Centella asiatica (L.) Urban
Deskripsi
Tanaman ini merupakan tanaman tahunan, menghasilkan stolon panjang, ramping
lir-runner, dengan ruas panjang. Daun bertangkai terbentuk sekelompok pada buku stolon.
Perbungaannya memiliki beberapa umbel dan sejumlah bunga setiap umbelnya; kelopak
bunga berwarna putih. Biji terbentuk, tetapi perbanyakannya bertumpu pada stek vegetatif.

Habitat pertumbuhan yang disukai adalah tanah basah atau lembab, dan lebih
menyukai sedikit naungan daripada matahari penuh. Naungan sesuai untuk pertumbuhan
daun dengan tangkai daun panjang. Ada dua tipe tanaman yang dibudidayakan, yaitu
bentuk merayap berdaun kecil, dan bentuk tegak lir-semak dengan daun lebar, bentuk
kedua tumbuh lebih cepat dan lebih produktif.

Panen dilakukan ketika daun telah mencapai ukuran penuh; kualitas yang dapat
dimakan menurun jika tanaman semakin matang. Dengan pemeliharaan yang baik, panen
dapat dilakukan dengan selang waktu sekitar dua bulan, selama beberapa tahun. Tipe daun
kecil dipanen dan dijual sebagai tanaman utuh yang diikat. Untuk tipe semak, daun
dipotong dan juga diikat; tangkai daun panjang memudahkan penanganan dan pengikatan
daun sebagi ikatan. Tanpa pendinginan, umur pescapanen jarang lebih dari 2 3 hari.

Kandungan : senyawa asiaticosida, senyawa antilepra, garam kalium, magnesiu,


kalsium, besi, tanin.

Kegunaan :
Untuk pengobatan : Lepra, Hipertensi Ambeien, Demam, Demam yang tidak
diketahui penyebabnya, Melancarkan air seni, Campak, Batuk, Mimisan, Sakit kepala,
Mata merah, bengkak, Menambah nafsu makan.
11. Kemenyan (Styrax spp)

Divisio : Spernatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dikotiledonae
Ordo : Ebeneles
Family : Styraceae
Genus : Styrax
Spesies : Styrax spp
Deskripsi
Kemenyan (Styrax benzoin Dryand.) merupakan pohon yang terdapat di
Asia Tenggara dan India Timur (Claus, 1971). Sumatera dan Jawa adalah daerah
di Indonesia yang menanam kemenyan. Kemenyan ditanam dalam skala besar di
Tapanuli dan Palembang (Heyne, 1987). Kabupaten Humbang Hasundutan
merupakan salah satu penghasil getah kemenyan di Provinsi Sumatera Utara
(Warastri, 2007).
Pohon ini terdapat di daerah pegunungan pada ketinggian 600-1000 m di
atas permukaan laut (Heyne, 1987). Pohon kemenyan tingginya mencapai 18 m
dengan diameter 35 cm. Batangnya tegak, bulat, berkayu, percabangan simpodial
dan berwarna coklat. Kemenyan berdaun majemuk, berbentuk bulat telur,
tersebar, panjang 8-14 cm, lebar 2-5 cm, tepi rata, ujung meruncing, pangkal
tumpul, pertulangan menyirip, hijau dan berambut. Bunga banci, aktinomorf,
rangkaian berbentuk malai dan terdapat pada ketiak daun (Tjitrosoepomo, 1994).
Pohon kemenyan menghasilkan getah yang dikenal sebagai benzoin.
Getah kemenyan adalah produk patologis yang diperoleh melalui tahap penorehan
batang (Claus, 1971). Penorehan ini dimulai dari umur 5 atau 6 tahun (Youngken,
1950). Torehan dibuat 40 cm dari atas tanah dan 2 lainnya diatasnya dengan jarak
40 cm. Bentuk irisan adalah segitiga. Seminggu kemudian keluarlah zat kekuningkuningan
dan terkumpul pada torehan, dengan adanya pengaruh panas, cahaya
dan udara warnanya menjadi kecoklatan. Getah ini masih lunak dan sangat lengket.
Setelah 1 sampai 2 bulan kemudian massa menjadi cukup keras untuk
dapat dikumpulkan. Selanjutnya dibuat torehan berikutnya 4 cm diatas tiap
torehan lama dan 40 cm diatas torehan ketiga. Torehan ini terus berlanjut dan jika
sudah penuh maka dimulai dengan jalur baru di kiri atau kanan dari jalur
sebelumnya. Lapisan paling luar memiliki kualitas terbaik disebut almond dan
oleh masyarakat setempat menyebutnya menyan putih. Lapisan ini dikumpulkan
1 bulan setelah penorehan. Lapisan berikutnya adalah kualitas kedua disebut
menyan itam baik. Lapisan ini dikumpulkan bulan setelah pengumpulan
menyan putih. Lapisan ini dikumpulkan dari lapisan yang tersisa sampai batang.
Kualitas terakhir disebut menyan itam jahat yang dikumpulkan 1 bulan kemudian
yang diperoleh dengan mengikis batang. Kualitas terakhir ini memiliki warna
yang gelap dan fragmen kayu (Claus, 1971; Heyne, 1987; Trease, 1978). Proses
ini berlangsung terus sampai 12 tahun atau lebih (Heyne, 1987, Trease, 1978).
Tiga tahun pertama menghasilkan getah yang lebih wangi dan terdiri dari lebih
banyak bagian yang putih yang disebut sebagai head benzoin. Pada 7 sampai 9
tahun berikutnya berwarna coklat yang disebut belly benzoin. Kualitas yang
berwarna coklat kehitaman disebut foot benzoin (Youngken, 1950)
Getah kemenyan terdiri dari 2 jenis yaitu Sumatra Benzoin dan Siam
Benzoin. Sumatra Benzoin diperoleh dari Styrax benzoin Dryand. dan Siam
Benzoin diperoleh dari Styrax tokinensis (Stahl, 1985)
Kandungan Kimia
Daun kemenyan mengandung saponin, flavonoid dan polifenol (Hutapea,
1994). Getah kemenyan mengandung asam sinamat, asam benzoat, esternya
(seperti koniferilbenzoat, koniferilsinamat, sinamilsinamat), Triterpenoid (berupa
turunannya yaitu asam siaresinolik dan asam sumaresinolik) (Stahl, 1985; Trease,
1978).
Penggunaan dan Manfaat
Getah kemenyan memiliki banyak manfaat baik penggunaan lokal maupun
sebagai komoditi ekspor. Kemenyan berguna untuk upacara ritual, campuran
rokok, bahan pengawet, ekspektoran, antiseptik, industri kosmetik dan parfum
(Claus, 1971; Trease, 1978; Stahl, 1985)

12. Pule pandak (Rauwolfia serpentina Benth)

Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Gentianales
Famili: Apocynaceae
Genus: Rauvolfia
Spesies: Rauvolfia serpentina L. Bentham ex Ku
Deskripsi

Perdu rendah, tingginya 30-50 cm. Daun tunggal berbentuk anak tombak berujung
lancip. Pada masa vegetatif, satu ruas terdiri dari 3 daun. Mahkota bunga bagian luar
putih, bagian dalam beralur kemerahan, membentuk tabung kecil dengan bagian tengah
berbentuk pundi-pundi. Membentuk karangan dipuncak batang, tapi pada masa vegetatif
selanjutnya karangan bunga terdesak ke samping oleh kuncup hingga yang mula-mula
terminalis akan berubah axialis. Buah batu berbiji dua yang menonjol, tampak dari luar,
mula-mula hijau lalu merah dan akhirnya hitam mengkilat.Tumbuh pada daerah
berdrainase baik pada ketinggian 50-300 m dpl.
Kandungan : Alkaloid ajmalina; Serpentina; Alstonina; Reserpina; Sarpagina;
Yohimbina; Alkaloid
Khasiat: Antiinflamasi; Hipotensif; Sedatif; Analgesik; Antipiretik

13. Sereh (Cymbopogon citratus)

Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Cymbopogon
Species : Cymbopogon citratus (DC.) Stapf

Deskripsi
Serai atau sereh adalah tumbuhan anggota suku rumput-rumputan yang dimanfaatkan
sebagaibumbu dapur untuk mengharumkan makanan .Minyak serai adalah minyak
atsiri yang diperoleh dengan jalan menyuling bagian atas tumbuhan tersebut. Minyak
serai dapat digunakan sebagai pengusir (repelen) nyamuk, baik berupa tanaman ataupun
berupa minyaknya.
Secara umum, sereh dibagi menjadi 2 jenis, yaitu sereh dapur (lemongrass) dan sereh
wangi (sitronella). Keduanya memiliki aroma yang berbeda. Minyak sereh yang selama
ini dikenal di Indonesia merupakan minyak sereh wangi (citronella oil) yang biasanya
terdapat dalam komposisi minyak tawon dan minyak gandapura.
Minyak sereh wangi telah dikembangkan di Indonesia dan minyak atsirinya sudah
diproduksi secara komersial dan termasuk komoditas ekspor. Sedangkan minyak sereh
dapur (lemongrass oil) belum pernah diusahakan secara komersial. Dari segi komposisi
kimianya, keduanya memiliki komponen utama yang berbeda. Sereh wangi kandungan
utamanya adalah citronella, sedangkan sereh dapur adalah sitral.
Sereh dapur terbagi menjadi 2 varitas, yaitu sereh flexuosus(Cymbopogon Flexuosus)
dan sereh citratus (Cymbopogon Citratus). Dalam dunia perdagangan minyak atsiri,
minyak serehflexuosus disebut sebagai East Indian lemongrass oil (minyak sereh dapur
India Timur). Sedangkan sereh citratus dikenal dengan West Indian lemongrass
oil (minyak sereh dapur India Barat). Keduanya dapat tumbuh subur di Indonesia
meskipun yang terbanyak adalah jenisWest Indian. Perbedaan yang sangat jelas dari
keduanya terletak pada sifat-sifat minyak atsiri yang dihasilkan. Minyak sereh India
Timur lebih berharga dari pada India Barat, terutama karena kandungan sitralnya yang
lebih tinggi.

BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan pada hari Minggu tanggal 14
November 2016, yang bertempat di Kebun Raya Purwodadi Pasuruan. Pengamatan ini
ditujukan untuk memenuhi tugas ( Kuliah Lapangan) untuk mata kuliah fitofarmasi. Pada saat
pengamatan kami dapat mengidentifikasi banyak jenis spesies.

3.2 SARAN

Dari analisis sementara, pengamatannya sudah efektif tapi kurang effisien.


Apabila mengingat banyaknya jenis spesies. Meskipun kita tidak bisa mengamati secara
keseluruhan akan tetapi dengan mengenal saja sudah cukup. Jadi untuk pengamatan
selanjutnya diharapkan agar lebih efisien lagi dalam penggunaan waktu yang telah
tersedia.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim Nasution. 1992. Panduan Berpikir dan Meneliti Ilmiah secara Ilmiah bagi
Remaja. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Claus, E.P, et all. (1971). Pharmacognosy. Sixth Edition. Philadelphia: Lea and
Febiger. Pages 219-220.

Comber, J. B. 2001. Orchids of Sumatera. Singapore Botanic Gardens. Singapore

Gembong Tjitrosoepomo. 1993. Taksonomi Umum. 1993. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Terjemahan: Badan Litbang


Kehutanan Jakarta. Jilid II dan III. Cetakan kesatu. Jakarta:Yayasan Sarana
Wana Jaya. 56.

Indrawan, M., R. B. Primack dan J. Supriatna. 2007. Biologi Konservasi. Yayasan


Obor Indonesia. Jakarta.

Jatna Supriyatna . 2008. Melestarikan Alam Indonesia.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Rismunandar dan Farry B. Paimin, 2001; Kayu Manis Budidaya dan


Pengolahan, Penebar Swadaya, Jakarta.

Sharma, O. P., 2002. Plant Taxonomy. Mc-Graw-Hill Company Limited.


New
Delhi.

Stahl, E. (1985). Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopik. Bandung:


Penerbit Institut Tehnologi Bandung. Hal. 139-140.

Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Cetakan I. Gajah


Mada University Press. Yogyakarta.

Trease, G.E. (1978). Pharmacognosy. Eleventh Edition. London: Bailliere


Tindall. Pages 308-309.

Warastri, A.W. 2007. Kemenyan, getah magis yang dulu senilai emas. Kompas,
13 April 2007 : 51.
Witono, J.R. 1998. Koleksi Palem Kebun Raya Bogor Vol. I No. 1. UPT
Balai
Pengembangan Kebun Raya LIPI

www.krpurwodadi.lipi.go.id

Youngken, H.W. (1950). Textbook of Pharmacognosy. Sixth Edition. Boston:


Massachisetts. Pages 647-649.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai