Kelompok 3:
1. Dewi Hajar A (1413206014)
2. Fahima Ariani
( 1413206019)
3. Novi Rahmawati
( 1413206032)
DEFINISI
Gangguan tiroid mencakup berbagai kondisi penyakit
yang mempegaruhi produksi atau sekresi hormon
tiroid yang menyebabkan perubahan stabilitas
metabolik. Hipertiroid dan hipotiroid adalah sindroma
klinik dan biokimia yang muncul dari peningkatan
dan penurunan produksi hormon tiroid.
Pada anak, hormon tiroid sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan normal.
Pada orang dewasa, peran utama dari hormon
tiroid adalah untuk menjaga stabilitas metabolik.
SINTESIS
SINTESISHORMON
HORMONTIROID
TIROID
Hormon tiroid, dibentuk pada tiroglobulin, suatu
Hormon tiroid, dibentuk pada tiroglobulin, suatu
glikoprotein besar yang disintesis dalam sel tiroid.
glikoprotein besar yang disintesis dalam sel tiroid.
Iodida inorganik memasuki sel folikel tiroid dan
Iodida inorganik memasuki sel folikel tiroid dan
dioksidasi oleh tiroid peroksidase dan terikat
dioksidasi oleh tiroid peroksidase dan terikat
secara kovalen ke residu tirosin dari tiroglobulin.
secara kovalen ke residu tirosin dari tiroglobulin.
Residu tiroid teriodinase,
monoiodotirosin (MIT)
dan diioditirosin (DIT)
bergabung membentuk
iodotironin dalam reaksi
yang dikatalisa oleh
tiroid peroksidase.DIT
membentuk T4, sedang
MIT dan DIT membentuk
T3.
Gejala
kegelisahan,
kecemasan,
palpitasi,
emosi labil,
mudah fatigability,
gangguan menstruasi, dan
intoleransi panas.
Tanda fisik tirotoksikosis
rasa hangat, kulit lembab dan kondisi rambut yang tidak
biasanya bagus;
lepasnya ujung kuku tangan (onycholysis);
retraksi (tertarik) kelopak mata dan kelopak mata atas
masuk ke dalam rongga jika memandang ke bawah (lid
lag);
takikardi sewaktu istirahat;
tekanan pulsa yang melebar, dan murmur (suara pelan,
bisikan) dari ejeksi sistolik;
terkadang ginekomasti pada pria;
getaran pada lidah yang terjulur dan tangan yang
direntangkan; dan
reflek tendon dalam yang hiperaktif.
FISIOLOGI HORMON TIROID
Hormon tiroid, tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3)
dibentuk pada tiroglobulin, suatu glikoprotein besar
yang disintesis dalam sel tiroid. Iodida inorganik
memasuki sel folikel tiroid dan dioksidasi oleh tiroid
peroksidase dan terikat secara kovalen ke residu
tirosin dari tiroglobulin.
Residu tiroid teriodinase, monoiodotirosin (MIT) dan
diioditirosin (DIT) bergabung membentuk
iodotironin dalam reaksi yang dikatalisa oleh tiroid
peroksidase. DIT dan DIT membentuk T 4, sedang
MIT dan DIT membentuk T3.
Hormon tiroid dilepaskan ke aliran darah dengan proteolisis dalam
sel tiroid. T4 dan T3 ditranspor ke aliran darah oleh tiga protein:
thyroid-binding globulin (TBG), thyroid-binding prealbumun (TBPA),
dan albumin. Hanya hormon tiroid bebas (tak terikat) yang mampu
masuk ke sel, menimbulkan efek biologis, dan mengatur sekresi
thyroid stimulating hormone (TSH) dari kelenjar pituitari.
T4 disekresi hanya pada kelenjar tiroid, tapi <20% T 3 diproduksi
disana; mayoritas T3 dibentuk dari pemecahan T 4 yang dikatalisa
enzim 5-monodeiodinase yang ditemukan di jaringan perifer. T 3
sekitar tiga sampai lima kali lebih aktif dari T 4.
T4 bisa juga bereaksi dengan 5-monodeiodinase membentuk reverse
T3 yang tidak mempunyai aktifitas biologis yang signifikan.
Produksi hormon tiroid diatur oleh TSH yang disekresi pituitari
anterior, yang lalu berada di bawah kontrol negative feedback oleh
hormon tiroid bebas di sirkulasi dan pengaruh positif dari
hypothalamic thyrotropin-releasing hormone (TRH). Produksi hormon
tiroid juga diatur oleh deiodinasi ekstratiroid T 4 menjadi T3 yang bisa
dipengaruhi nutrisi, hormon non-tiroid, obat-obatan dan penyakit.
TIROTOKSIKOSIS (HIPERTIROID)
Patofiologi Hipertiroid
Tirotoksikosis
muncul ketika jaringan
terpapar T4 atau T3, atau keduanya,
berlebih.
Tumor pituitari-pensekresi-TSH melepaskan
hormon yang aktif secara biologis yang
tidak merespon kontrol feedback normal.
Tumor bisa menghasilkan prolaktin atau
hormon pertumbuhan; sehingga pasien bisa
mengalami amenorrhea, galacthorrea atau
akromegali.
Pada penyakit Grave, hipertiroid muncul dari aksi
thyroid-stimulating antibodies (TSAb) terhadap reseptor
tirotropin pada permukaan sel tiroid. Antibodi
Imunoglobulin G (IgG) ini terikat ke reseptor dan
mengaktifkan enzim adenilat siklase dengan cara yang
sama dengan TSH.
Suatu nodule tiroid otonom (toxic adenoma) adalah
massa tiroid terpisah yang kerjanya bebas dari kontrol
pituitari. Hipertiroid biasanya muncul dengan nodule
lebih besar (yaitu, dengan diameter >4 cm).
Pada goiter (gondok) multinodular (penyakit Plummer),
folikel dengan fungsi otonom tinggi berada diantara
folikel normal atau bahkan folikel yang tidak berfungsi.
Tirotoksikosis terjadi ketika folikel otonom menghasilkan
hormon tiroid lebih banyak dari yang dibutuhkan.
Tiroiditis subakut yang sangat nyeri (DeQuervain)
dipercaya disebabkan invasi viral pada parenkim
tiroid.
Tiroiditis tanpa rasa sakit (sunyi, limfositik,
postpartum) adalah penyebab umum
tirotoksikosis; etiologinya masih belum dipahami
dan bisa jadi heterogen.
Tirotoksikosis factia adalah hipertiroid
yang dihasilkan oleh konsumsi hormon
tiroid eksogen.
Amiodarone bisa merangsang
tirotoksikosis atau hipotiroid. Agen ini
menghambat 5-deiodinase tipe I,
menyebabkan pengurangan konversi T4
menjadi T3, dan pelepasan iodin dari
obat bisa menyebabkan kelebihan iodin.
Tanda fisik tirotoksikosis bisa termasuk rasa
hangat,
kulit lembab dan kondisi rambut yang tidak
bagus;
lepasnya ujung kuku tangan (onycholysis);
retraksi (tertarik) kelopak mata dan kelopak
mata atas masuk ke dalam rongga jika
memandang ke bawah (lid lag);
takikardi sewaktu istirahat;
murmur (suara pelan, bisikan) dari ejeksi sistolik;
terkadang ginekomasti pada pria;
getaran pada lidah yang terjulur dan tangan
yang direntangkan;
dan reflek tendon dalam yang hiperaktif.
Penyakit Grave manifestasinya berupa hipertiroid,
pembesaran difus tiroid, dan temuan
ekstratiroidal exophthalmos (gerakan bola mata
abnormal), pretibial myxedema, dan thyriod
acropachy.
Pada tiroiditis subakut, keluhan pasien akan sakit
yang parah pada area tiroid, seringkali menyebar
ke telinga di sisi yang sama. Demam ringan
umum terjadi, dan terlihat tanda sistemik serta
simtom tirotoksikosis
DIAGNOSA
Peningkatan radioactive iodine uptake, RAIU (asupan
iodin radioaktif) merupakan indikasi hipertiroid sejati;
kelenjar tiroid pasien memproduksi T 4, T3, atau keduanya
(RAIU normal 10-30%) berlebih. Sebaliknya, RAIU rendah
mengindikasikan bahwa hormon tiroid berlebih bukan
merupakan konsekuensi dari hiperfungsi kelenjar tiroid.
Hipertiroid yang diinduksi TSH didiagnosa dengan
adanya hipermetabolisme perifer, pembesaran difus
kelenjar tiroid, peningkatan hormon tiroid bebas, dan
peningkatan konsentrasi serum imunoreactif TSH.
Karena kelenjar pituitari sangat sensitif bahkan terhadap
peningkatan kecil dari T4, TSH yang terdeteksi pada
pasien tirotoksik mengindikasikan produksi TSH yang
tidak semestinya.
Adenoma pituitari-pensekresi-TSH didiagnosa
dengan kurangnya respon terhadap stimulasi
TRH, peningkatan jumlah TSH -subunit, dan
pencitraan radiologi.
Pada tirotoksik penyakit Grave, ada peningkatan
secara umum pada laju produksi hormon dengan
peningkatan T3 yang tidak proporsional dengan
T4 (Tabel 18-1). Kejenuhan TBG meningkat
karena peningkatan serum T4 dan T3, yang
dtandai dengan peningkatan asupan resin T 3.
Toxic adenoma bisa menyebabkan hipertiroid dengan
nodula yang lebih besar. Karena ada banyak peningkatan
serum T3 dari nodul otonom, level T3 harus diukur untuk
memastikan toksikosis T3 bukan merupakan penyebab
jika level T4 normal. Setelah pembuktian (menggunakan
radioiodine scan) toxic thyroid adenoma mengumpulkan
iodin lebih banyak dari jaringan disekitarnya, fungsi
independen dibuktikan dengan kegagalan nodule otonom
untuk menurunkan asupan iodin selama pemberian T 3
eksogen.
Pada goiter multinodula, thyroid scan akan menunjukkan
daerah kecil jaringan tiroid yang berfungsi otonom.
RAIU yang rendah mengindikasikan bahwa hormon tiroid berlebih
bukan merupakan konsekuensi hiperfungsi kelenjar tiroid. Ini bisa
dilihat pada tiroiditis subakut, tiroiditis sunyi, struma ovarii, kanker
folikular, dan konsumsi hormon troid eksogen.
Pada tiroiditis subakut, uji fungsi tiroid umumnya melakukan rangkaian
trifasik pada penyakit ini. Awalnya, level serum tiroksin naik karena
pelepasan hormon tiroid preformed (belum terbentuk sempurna) dari
folikel yang hancur. RAIU 24 jam selama waktu ini adalah <2% karena
inflamasi tiroid dan supresi TSH oleh peningkatan level tiroksin.
Dengan perjalanan penyakit, cadangan hormon intratiroidal habis, dan
pasien menjadi sedikit hipotiroid dengan peningkatan TSH yang
sesuai. Selama fase pemulihan, cadangan hormon tiroid kembali
normal dan peningkatan serum TSH secara bertahap turun ke normal.
Selama fase tirotoksik dari tiroiditis sunyi RAIU 24 jam ditekan sampai
<2%. Antibodi antitiroglobulin dan antimikrosomal meningkat pada
>50% pasien.
Tirotoksikosis factia bisa dicurigai pada pasien tirotoksik tanpa
ophthalmopathy infiltratif atau pembesaran tiroid. RAIU rendah karena
fungsi kenjar tiroid ditekan oleh hormon tiroid eksogen. Pengukuran
plasma tiroglobulin menunjukkan jumlah yang sangat kecil
HASIL YANG DIINGINKAN
Targetterapi untuk hipertiroid adalah
menormalkan produksi hormon tiroid;
mengurangi simtom dan konsekuensi
jangka panjang; dan memberikan terapi
individual berdasar tipe dan keparahan
penyakit, usia pasien dan kelamin,
adanya kondisi non-tiroid, dan respon
terhadap terapi sebelumnya.
Pengobatan Antitiroid
Thiourea (Thionamide)