KELOMPOK 2
Ilviani
(Katzung.2014)
Umumnya antasida merupakan basa lemah, biasanya bisa terdiri dari
zat aktif yang mengandung alumunium hidroksida / karbonat,
magnesium hidroksida / karbonat, dan kalsium. Terkadang antasida
dikombinasikan juga dengan simetikon yang dapat mengurangi
kelebihan gas.
Antasida bekerja dengan cara menetralkan kondisi terlalu asam.
Selain itu, antasida juga bekerja dengan cara menghambat aktivitas
enzim pepsin yang aktif bekerja pada kondisi asam. Enzim ini diketahui
juga berperan dalam menimbulkan kerusakan pada organ saluran
pencernaan manusia.
Beberapa jenis antasida tersebut memiliki perbedaan terutama dalam
efek menetralkan asam lambung. Istilah yang digunakan untuk
menjelaskan hal ini adalah ANC ( antacid neutralizing capacity ). ANC
disajikan dalam bentuk perbandingan mEq, dan FDA mengklasifikasikan
per dosis antasida harus punya efek menetralkan asam sebesar 5 mEq
per dosisnya. Antasida yang baik harus punya kemampuan penetralan
yang baik dan juga cepat.
1 dosis antasida 156mEq yang diberikn 1jam
setelah makan secera efektif menetralkan asam
lambung hingga 2jam. Namun, kapasitas berbagai
sediaaan antasida dalam menetralkan asam sangat
berfariasi, bergantung pada laju kelarutan,
kelarutan dalam air,kecepatan reaksi dengan asam,
dan kecepatan pengosongan dalam lambung.
Tipe antasida
1.Antasida Sistemik
Antasida sistemik adalah antasida yang ion-ionnya dapat diserap oleh
usus halus sehingga mengubah keseimbangan asam basa dan elektrolit
dalam tubuh dan dapat terjadi alkalosis. Jenis antasida yang termasuk
golongan ini adalah Na-Bikarbonat.
Na-Bikarbonat
Aluminium hidroksida
Kalsium karbonat
Magnesium hidroksida
Aluminium hidroksida
(Lachman,Lieberman,kanig,1986)
Kalsium karbonat
Obat ini kurang larut dan bereaksi lebih lambat dari pada natrium
bikarbonat dengan HCL untuk membentuk karbon dioksida dan kalsium
klorida(CaCl).seperti natrium bikarbonat,kalsium karbonat dapat
menyebabkan sendawa dan alkalosis metabolik.
efek samping dari pemberian kalsium karbonat yaitu
hiperkalsimia,insufisiensi ginjal dan alkalosis metabolik (sindroma susu-
alkali),sehingga antasida jenis ini tidak direkomendasikan untuk
pemakaian jangka lama.
Magnesium Hidroksida
Wanita yang sedang berencana hamil, sedang hamil, atau menyusui sebaiknya
berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi magnesium hidroksida.
Jangan diminum secara berkesinambungan selama lebih dari dua minggu.
Hindari konsumsipada waktu yang sama dengan obat lain. Sediakan jarak
waktu dua jam.
Sebaiknya dikonsumsi saat perut kosong (beberapa jam sebelum atau setelah
makan). Ditelan langsung dengan bantuan air.
Harap berhati-hati bagi lansia dan yang menderita gangguan ginjal, gangguan
hati, mengalami muntah-muntah, sakit perut yang parah dan terus berlanjut,
serta kram perut.
Hentikan penggunaan dan segera buang obat ini setelah kemasan dibuka
selama tiga bulan.
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
Cara Mengonsumsi Magnesium Hidroksida dengan Benar
Natrium
Contoh obat antasida
dipasaran
Mylanta
MEKANISME Mekanisme kerja Ranitidin HCl merupakan antagonis kompetitif histamin yang
khas pada reseptor H2 sehingga secara efektif dapat menghambat sekresi asam
lambung, menekan kadar asam dan volume sekresi lambung (Siswandono &
Soekardjo, 1995)
FARMAKOKINETIK Farmakokinetik Ranitidin HCl diserap 39 87% setelah pemberian oral dan
mempunyai masa kerja yang cukup panjang, pemberian dosis 150 mg efektif
menekan sekresi asam lambung selama 8 12 jam. Kadar plasma tertinggi
dicapai dalam 2 3 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paro eliminasi 2
3 jam. (Siswandono & Soekardjo, 1995).
MEKANISME KERJA
FARMAKOKINETIK
EFEK SAMPING
DOSIS
FAMOTIDIN
Mekanisme kerja menghambat sekresi asam lambung, menekan kadar asam dan
volume sekresi lambung. Famotidin merupakan antagonis H2
yang kuat dan sangat selektif dengan masa kerja panjang
(Siswandono & Soekardjo, 1995)
Indikasi -