Anda di halaman 1dari 5

Nama : Dewi Hajar Agustina Tema : Haruskah Rutin Minum Obat Untuk

Sakitku??
NIM : 1413206014 No Skenario : A
LEARNING OUTCOME

1. Mengetahui pengertian diabetes melitus tipe 2?


Diabetes Melitus merupakan kelainan metabolik dengan etiologi multifaktorial. Penyakit ini ditandai
oleh hiperglikemia kronis dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Diabetes
Melitus tipe II merupakan jenis yang paling banyak dijumpai. Biasanya terjadi pada usia 45 tahun, tetapi
bisa pula timbul pada usia di atas 20 tahun. Sekitar 90-95% penderita Diabetes Melitus tipe II.
Pada Diabetes Melitus tipe II,pankreas masih dapat membuat insulin, tetapi kualitas insulin yang
dihasilkan buruk dan tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam
sel. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat. Kemungkinan lain terjadinya Diabetes Melitus tipe 2 adalah
sel jaringan tubuh dan otot penderita tidak peka atau sudah resisten terhadap insulin (insulin resistance)
sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan akhirnya tertimbun dalam peredaran darah. Keadaan
ini umumnya terjadi pada pasien yang gemuk atau mengalami obesitas (Nurlaili Haida Kurnia Putri, 2013).
2. Mengetahui penyebab diabetes melitus tipe 2?
Diabetes tipe 2 merupakan penyakit multifaktorial dengan komponen genetik dan linkungan yang sama
kuat dalam proses timbulnya penyakit tersebut.Pengaruh faktor genetik terhadap penyakit ini dapat terlihat
jelas dengan tingginya penderita diabetes yang berasal dari orang tua yang memiliki riwayat diabetes melitus
sebelumnya.1 Diabetes melitus tipe 2 sering juga di sebut diabetes life style karena penyebabnya selain
faktor keturunan, faktor lingkungan meliputi usia, obesitas, resistensi insulin, makanan, aktifitas fisik, dan
gaya hidup penderita yang tidak sehat juga bereperan dalam terjadinya diabetes ini . (Richardo Betteng,
2014).
3. Mengetahui tanda dan gejala diabetes melitus tipe 2?
Diabetes Melitus akan ditemukan dengan berbagai gejala, seperti poliuria (banyak berkemih), polidipsia
(banyak minum), dan polifagia (banyak makan) dengan penurunan berat badan (Nurlaili Haida Kurnia Putri,
2013)
4. Mengetahui pencegahan diabetes melitus tipe 2?
Dalam Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia 2011, penatalaksanaan dan
pengelolaan DM dititik beratkan pada 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu: edukasi, terapi gizi medis, latihan
jasmani dan intervensi farmakologis (Ndraha, 2014)
Edukasi: Tujuan dari edukasi diabetes adalah mendukung usaha pasien penyandang diabetes untuk mengerti
perjalanan alami penyakitnya dan pengelolaannya, mengenali masalah kesehatan/ komplikasi yang mungkin
timbul secara dini/ saat masih reversible, ketaatan perilaku pemantauan dan pengelolaan penyakit secara
mandiri, dan perubahan perilaku/kebiasaan kesehatan yang diperlukan. Edukasi pada penyandang diabetes
meliputi pemantauan glukosa mandiri, perawatan kaki, ketaatan pengunaan obat-obatan, berhenti merokok,
meningkatkan aktifitas fisik, dan mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak.
Terapi gizi: Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu makanan yang seimbang, sesuai
dengan kebutuhan kalori masing-masing individu, dengan memperhatikan keteraturan jadwal makan, jenis
dan jumlah makanan. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat 45%-65%, lemak 20%-
25%, protein 10%-20%, Natrium kurang dari 3g, dan diet cukup serat sekitar 25g/hari.
Latihan jasmani: dilakukan secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing selama kurang lebih 30 menit.
Latihan jasmani dianjurkan yang bersifat aerobik seperti berjalan santai, jogging, bersepeda dan berenang.
Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan meningkatkan
sensitifitas insulin.
Terapi farmakologis: diberikan bersama dengan peningkatan pengetahuan pasien, pengaturan makan dan
latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan
5. Mengetahui terapi diabetes melitus tipe 2?
I. Pemicu sekresi insulin: (Ndraha, 2014)
a. Sulfonilurea
Efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas
Pilihan utama untuk pasien berat badan normal atau kurang
Sulfonilurea kerja panjang tidak dianjurkan pada orang tua, gangguan faal hati dan ginjal serta malnutrisi
b. Glinid
Terdiri dari repaglinid dan nateglinid
Cara kerja sama dengan sulfonilurea, namun lebih ditekankan pada sekresi insulin fase pertama.
Obat ini baik untuk mengatasi hiperglikemia postprandial
II. Peningkat sensitivitas insulin:
a. Biguanid (Sugondo S dalam (Ndraha, 2014)
Golongan biguanid yang paling banyak digunakan adalah Metformin.
Metformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat seluler,
distal reseptor insulin, dan menurunkan produksi glukosa hati.
Metformin merupakan pilihan utama untuk penderita diabetes gemuk, disertai dislipidemia, dan disertai
resistensi insulin.
b. Tiazolidindion (Ndraha dalam PERKENI 2011)
Menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa sehingga
meningkatkan ambilan glukosa perifer.
III. Penghambat glukoneogenesis:
Biguanid (Metformin)
Selain menurunkan resistensi insulin, Metformin juga mengurangi produksi glukosa hati.
Metformin tidak mempunyai efek samping hipoglikemia seperti golongan sulfonylurea.
Metformin mempunyai efek samping pada saluran cerna (mual) namun bisa diatasi dengan pemberian
sesudah makan.
Penghambat glukosidase alfa :
Acarbose
Bekerja dengan mengurangi absorbsi glukosa di usus halus.
Acarbose juga tidak mempunyai efek samping hipoglikemia seperti golongan sulfonilurea.
Acarbose mempunyai efek samping pada saluran cerna yaitu kembung dan flatulens.
II. OBAT SUNTIKAN
Insulin
a. Insulin kerja cepat,b. Insulin kerja pendek,c. Insulin kerja menengah,d. Insulin kerja panjang
e. Insulin campuran tetap
Agonis GLP-1/incretin mimetik
Bekerja sebagai perangsang penglepasan insulin tanpa menimbulkan hipoglikemia, dan menghambat
penglepasan glukagon
Tidak meningkatkan berat badan seperti insulin dan sulfonilurea.
6. Mengetahui terapi yang tepat untuk pasien Surono?

Interpretasi hasil pemeriksaan

Parameter Unit/satuan Nilai normal Hasil cek Keterangan


HbA1c % 4,5 6,3 9,5 Tidak Normal
GDS Mg/dl >200 150 Tidak Normal
GD puasa Mg/dl 76 110 196 Tidak Normal
GD 2 jam PP Mg/dl 142 198 250 Tidak Normal
Kolesterol total Mg/dl <200 198 Normal
Kreatinin Mg/dl 0,8 1,3 0,9 Normal
H. Pylori Negatif Negatif Normal
TD mmHg 120/80 90/60 Tidak Normal
Nadi x/Menit 60 100 70 Normal
RR x/ Menit 12 20 26 Tidak Normal
Suhu C 36,5 37,5 36,7 Normal

S ( subjek) Nama : surono , Umur : 55 th, BB : 55 kg ,Tinggi badan : 163 cm


Keluhan : Sering haus
sering buang air kecil pada Berkeringat
malam hari Perut nyeri & sebah
susah tidur Mengalami kelelahan
BB turun
O(objek) HbAIC : 9,5 %, GDS : 150% , GD puasa : 196 %, GD PP : 250 % ,TD :
90/60 ( tidak normal)
A(assesment Pasien mengalami DM 2 yang di dukung dengan data leb dan keluhan
) pasien.
Indikasi tanpa obat : pasien mengalami hipotensi , perut terasa
nyeri/sebah
Terapi tanpa indikasi : pasien mengonsumsi jamu
Kepatuhan pasien
P (plaining) Sebaiknya diberikan terapi akrinor ( sevedrin hidroklorida 100 mg,
teodrenalin hidroklorida 5 mg) diminum 2x sehari 1 tab sesudah makan
pagi dan siang hari. Sebagai terapi hipotensi.( ISO vol 48 363)
Sebaiknya pasien diberikan terapi metformin 500 mg 3 x sehari
diminum sesudah makan dan glimepiride 3mg 1 x sehari sebelum
makan sebagai terapi diabetes. ( ISO Vol 48 280,276)
Sebaiknya pasien diberikan terapi tambahan Acitral( Mg(OH)2 200 mg,
Al(OH)2 200 mg , simetikon 20 mg tiap tab) diminum 2x sehari
bersama makan dan sebelum tidur. Sebagai terapi nyeri perut dan sebah.
(ISO vol 48 462)
Sebaiknya pasien melakukan cek leb rutin : kadar gula darah,GD 2 PP,
GDS, HbA1C, Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM),periksaan
Glycated Albumin (GA).
Sebaiknya penggunaan jamu dihentikan
Sebaiknya pasien melakukan olahraga rutin,diet makanan tinggi
gula,menjaga pola hidup.

Daftar pustaka

Aquarista, N. C., 2017. Perbedaan Karakteristik Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Dan Tanpa
Penyakit Jantung Koroner. Jurnal Berkala Epidemiologi, 5(1), Pp. 37-47.

Ndraha, S., 2014. Diabetes Melitus Tipe 2 Dan Tatalaksana Terkini. MEDICINUS, 27(2), Pp. 9-16.

Nurlaili Haida Kurnia Putri, M. A. I., 2013. Hubungan Empat Pilar Pengendalian Dm Tipe 2 Dengan Rerata
Kadar Gula Darah. Jurnal Berkala Epidemiologi, 1(2), P. 234243.

Richardo Betteng, D. P. M., 2014. Analisis Faktor Resiko Penyebab Terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2
Pada Wanita Usia Produktif Dipuskesmas Wawonasa. Jurnal E-Biomedik (Ebm), 2(2), Pp. 404-412.

ISO VOL 48 . 2014, Informasi Spesialit Obat ,jakarta: PT.ISFI Penerbitan.


Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
Indonesia 2011. hlm.4-10, 15-29
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai