Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya serta fungsinya bagi kehidupan tidak akan dapat digantikan oleh
senyawa lainnya. Dalam tubuh manusia terdapat 70 % bagian yang mengandung air atau
cairan. Jumlah ini menandakan kebutuhan air atau cairan bagi tubuh manusia. Kekurangan
air atau dehidrasi dapat mengakibatkan gejala buruk pada tubuh manusia. Apabila cairan
dalam tubuh berkurang akan berpengaruh terhadap daya konsentrasi seseorang.
Kebutuhan air dalam tubuh manusia akan berpengaruh terhadap fungsi peredaran
darah, pencernaan, suhu tubuh, pembuangan, metabolisme, pelicin, pergerakan,
penyaringan, dan sebagainya. (1)
Dewasa ini, air yang bersih dan berkualitas sukar diperoleh, khususnya untuk air
minum dimana yang berasal dari air sungai, sumur, PDAM, dan pegunungan. Air tersebut
ada yang diolah terlebih dahulu tetapi ada juga yang tanpa diolah yakni langsung dimasak.
Namun di era ini sudah banyak berkembang Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan
berbagai merk yang beredar.
Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) saat ini merupakan salah satu produk instan
yang beredar dipasaran dengan menawarkan berbagai macam keunggulan dan manfaat.
Dengan adanya persaingan antar perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) akan
membuat konsumen benar-benar selektif dalam mengambil keputusan pembelian. Banyak
orang memutuskan untuk membeli suatu produk karena dihadapkan dengan kebutuhan.
Sehingga saat ini banyak masyarakat yang lebih menyukai produk minuman atau makanan
yang lebih alami karena tuntutan kebutuhan. Dan disamping itu karena kesibukan
masyarakat sehingga mereka lebih memilih produk instan.
Secara jelas masyarakat cenderung bersikap rasional dan selektif terhadap pembelian
barang yang diminati baik dari kualitas produk maupun harga. Walaupun produk yang
dipilih konsumen dengan harga tinggi namun karena kulitas yang baik, konsumen tetap
memutuskan untuk membeli dan mengkonsumsi produk tersebut. Konsumen dalam
melakukan rencana pembelian dihadapkan pada berbagai alternatif pilihan seperti produk
yang erat kaitannya dengan merk. Akibatnya, konsumen sering menghadapi kebingungan
dalam memilih produk berdasarkan merk dan kualitas yang diberikan produk tersebut.
Salah satu faktor yang memengaruhi kualitas air adalah tingkat kesadahan air.
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu didalam air, umumnya ion
kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat.
Batas kadar ion besi yang diizinkan terdapat di dalam air minum hanya sebesar 0,1
sampai 1 ppm ( ppm = part per million, 1ppm = 1 mg/1liter), untuk ion mangan ; 0,005 0,5
ppm, ion kalsium : 75 200 ppm dan 1on magnesium : 30 150 ppm. Sedangkan standar
kesadahan menurut PERMENKES RI 2010, batas maksimum kesadahan air minum yang
dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3.
Zat-zat atau bahan kimia yang terkandung di dalam air misalnya Ca, Mg, CaCO 3
yang melebihi standart kualitas tidak baik untuk dikonsumsi karena dalam jangka panjang
akan menyebabkan kerusakan pada ginjal (adanya pengendapan), hati dan kardiovaskular
(Ritaharyanti, 2006).
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesadahan air
adalah metode titrasi komplexometri. Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan
pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion),
kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titrat dan titran saling mengompleks,
membentuk hasil berupa kompleks.
Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukkan ion-ion kompleks ataupun
pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar
terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Contoh dari kompleks
tersebut adalah logam dengan EDTA (Khopkar, 2002).
Maka dari itu, dilakukan penelitian tentang Penentuan Tingkat Kesadahan Air
Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan Metode Komplexometri dengan sampel Air
Minum Dalam Kemasan (AMDK) berbagai produk yang beredar dipasaran, untuk
mengetahui tingkat kesadahan dalam air mineral yang beredar dipasaran.

1.2 Tujuan
1.3 Manfaat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
2.2 Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
Menurut Standard Nasional Indonesia 01-3553-2006, Air Minum Dalam Kemasan
(AMDK) adalah air baku yang diproses, dikemas, dan aman diminum mencakup air mineral
dan air demineral. Air mineral merupakan air minum dalam kemasan yang mengandung
mineral dalam jumlah tertentu tanpa menambahkan mineral sedangkan air demineral
merupakan air minum dalam kemasan yang diperoleh melalui proses pemurnian secara
destilasi, deionisasi, reverse osmosis atau proses setara. Air minum dalam kemasan dikemas
dalam berbagai bentuk wadah galon (19 L), botol (1500/600 ml), cup atau gelas (240/220
ml) (Susanti,2010).
Air kemasan diproses dalam beberapa tahap baik menggunakan proses pemurnian air
(Reverse Osmosis atau Tanpa Mineral) maupun proses biasa Water treatment processing
(Mineral), dimana sumber air yang digunakan untuk air kemasan mineral berasal dari mata
air pengunungan, untuk air kemasan non-mineral biasanya dapat juga digunakan dengan
sumber mata air tanah atau mata air pengunungan (Susanti,2010).
Air pegunungan merupakan sumber air yang terbaik untuk air minum,karena selain
letak sumbernya yang jauh di bawah permukaan tanah, berlokasi di atas ketinggian
pegunungan yang masih terjaga kealamiannya.Selama pengaliran air tersebut di dalam
tanah, dalam kurun waktu harian sampai dengan jutaan tahun, maka terjadilah proses-proses
fisika dan kimia. Proses hidrogeokimia tersebut sangatlah dipengaruhi oleh faktor komposisi
mineral penyusun akuifer (lapisan batuan pembawa air), proses dan pola pergerakan airtanah
serta waktu tinggal airtanah yang berada di dalam akuifer tersebut. Indonesia mempunyai
lebih dari seratus gunung api aktif maupun non-aktif dimana secara geologis gunung-gunung
api tersebut membentuk lapisan-lapisan batuan yang sangat sempurna sebagai akuifer yang
memberikan kandungan mineral seimbang di dalam air (Susanti,2010).
Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) harus memenuhi standar nasional (01-3553-
2006) tentang standar baku mutu air dalam kemasan, serta MD yang dikeluarkan oleh
BPOM RI yang merupakan standar baku kimia, fisika, mikrobiologis. Serta banyak lagi
persyaratan yang harus dipenuhi agar AMDK itu layak dikonsumsi dan aman bagi kesehatan
manusia (SNI,2006).

2.3 Syarat Air Minum


Menurut Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, menyatakan bahwa air
minum yang aman bagi kesehatan harus memenuhi persyaratan fisik, biologi, dan kimia,
a) Syarat Fisik
Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa,
tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya dibawah suhu udara
sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut
(TDS) yang diperbolehkan (500 mg/L).
b) Syarat Bakteriologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air angkasa,
air permukaan maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbedasesuai dengan tempat
dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang dikonsumsi untuk
keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan Coli (Coliform
bakteri) tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari
pencemaran air oleh bakteri patogen
c) Syarat Kimiawi
Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat
kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain kesadahan, zat organik (KMnO4), besi
(Fe), mangan (Mn), derajat keasaman (pH), kadmium (Cd) dan zat-zat kimia lainnya.

2.4 Kesadahan
Kesadahan berasal dari kata sadah yang berarti mengandung kapur, jadi kesadahan
air adalah adanya kandungan kapur yang berlebih yang terdapat dalam air yang disebabkan
oleh lapisan tanah kapur yang dilaluinya. Jenis sumber air yang banyak mengandung sadah
adalah air tanah khususnya air tanah dalam. Air yang banyak mengandung mineral kalsium
dan magnesium dikenal sebagai air sadah (Atastina, dkk, 2005:1).
Karena penyebab dominan/utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+, khususnya Ca2+,
maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai sifat/karakteristik air yang menggambarkan
konsentrasi jumlah dari ion Ca2+ dan Mg2+, yang dinyatakan sebagai CaCO3 (Giwangkara,
2006 dalam Ihsan, 2011).
Berdasarkan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang persyaratan
kualitas air bersih, kadar maksimum kesadahan (CaCO 3) yang diperbolehkan adalah 500 mg/L . Bila
melewati batas maksimum maka harus diturunkan (pelunakan). Dari data tersebut dapat
dilihat jelas bahwa air yang dikatakan sadah adalah air yang mengandung garam mineral
khususnya CaCO3 sekitar 120-180 ppm menurut WHO, sedangkan menurut Merck air
dikatakan sadah jika mengandung 320-534 ppm atau sekitar 18-30 OD, menurut EPA air yag
dikatakan sadah jika mengandung CaCO3 sekitar 150-300 ppm.
Air sadah dapat juga mengandung ion-ion Mangan (Mn2+) dan besi (Fe2+) yang
memberikan rasa anyir pada air dan berbau. Meskipun ion kalsium, ion magnesium, ion besi
dan ion mangan diperlukan oleh tubuh. Air sadah yang banyak mengandung ion-ion tersebut
tidak baik untuk dikonsumsi. Karena dalam jangka panjang akan menimbulkan kerusakan
pada ginjal, dan hati. Tubuh kita hanya memerlukan ion-ion tersebut dalam jumlah yang
sangat sedikit sedikit sekali. Kalsium untuk pertumbuhan tulang dan gigi, mangan dan
magnesium merupakan zat yang membantu kerja enzim, besi dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah merah. Batas kadar ion besi (Fe) yang diizinkan terdapat di dalam air
minum hanya sebesar 0,1-1 ppm ( ppm = part per million, 1ppm = 1 mgr/1liter), untuk ion
mangan (Mn) ; 0,005-0,5 ppm, ion kalsium (Ca) : 75-200 ppm dan ion magnesium (Mg) :
30-150 ppm.

2.5 Titrasi Komplexometri


Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri merupakan
jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa
kompleks. Reaksireaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak
sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian
yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada
titrasi (Jatilaksono, 2009).
Metode kompleksometri yang digunakan dalam penentuan kesadahan memakai
indikator titrasi, yaitu Ethylene Diamene Tetraacetic Acid (EDTA) (Daud dkk, 2010).
EDTA adalah singkatan dari Ethylene Diamine Tetra Acid, yaitu asam amino yang
dibentuk dari protein makanan. Zat ini sangat kuat menarik ion logam berat (termasuk
kalsium) dalam jaringan tubuh dan melarutkannya, untuk kemudian dibuang melalui urine.
EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam
lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang
mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-
diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom
nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul.
Eriochrome Black T (EBT) adalah indikator kompleksometri yang merupakan
bagian dari titrasi pengompleksian contohnya proses determinasi kesadahan air. Di
dalamnya bentuk protonated Eriochrome Black T berwarna biru. Lalu berubah menjadi
merah ketika membentuk komplek dengan kalsium, magnesium atau ion logam lain.
Kelemahan Eriochrome Black T adalah larutannya tidak stabil. Bila disimpan akan terjadi
penguraian secara lambat,sehingga setelah jangka waktu tertentu indikator tidak berfungsi
lagi. Sebagai gantinya dapat diganti dengan indikator Calmagite (Harjadi,1993).

Depkes RI, Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Bersih, Jakarta, 1990.

Anda mungkin juga menyukai