ANALISIS FARMASI
Penyusun
I. PENDAHULUAN
Mata kuliah praktikum analisis farmasi merupakan praktikum yang wajib
ada pada program studi farmasi. Analisis yang akan dibahas dalam petunjuk
praktikum ini adalah analisis kuantitatif, walaupun secara kronologis sebelum
senyawa kimia dianalisis secara kuantitatif, harus dilakukan ananlisis kualitatif
terlebih dahulu. Buku-buku tentang kimia analisispun jarang yang
menggabungkan cara analisis ini, Karena masing-masing sediaan senyawa kimia
yang dianalisis dalam berbagai sampel tersebut sangat berbeda sehingga
diperlukan metode terpilih yang kualitasnya dapat dipertanggungjawabkan.
Analisis yang dapat dilakukan oleh seorang farmasis adalah analisis obat,
obat tradisional, makanan, bahan kimia dalam makanan dan minuman, serta
kosmetika. Terdapat berbagai macam jenis sediaan farmasi yang dapat dilakukan
dengan berbagai cara analisis dan sangat bervariasi yang sangat tergantung pada
jenis sediaannya. Analisis obat tradisional pun akan mempunyai perlakuan khusus
untuk melakukan preparasi karena senyawa kimia dalam sediaan obat tradisional
sangat bervariasi, dan preparasi yang dilakukan pun akan sangat tergantung jenis
senyawa yang akan dilakukan analisis secara kuantitatif.
Pada analisis makanan, senyawa yang akan dianalisis dalam makanan harus
diidentifikasi terlebih dahulu secara kualitatif. Analisis yang sering dilakukan
pada makanan biasanya analisis bahan tambahannya saja, misalnya analisis
pengawet, pewarna, ataupun perasa, tetapi bila diperlukan jenis senyawa tertentu
seperti protein, karbohidrat, asam lemak, farmasis juga harus dapat melakukan
analisisnya secara kualitatif dan kuantitatif.
Analisis bahan kimia dalam makanan termasuk pula bahan minuman,
suplemen atau makanan tambahan yang berisi senyawa adiktif maupun senyawa
aktif juga harus dilakukan oleh farmasis. Pada analisis kosmetika hampir ada
kemiripan dengan senyawa yang ada dalam makanan, namun kosmetika modern
yang telah menggunakan bahan aktif untuk berbagai keperluan seperti
perlindungan kulit terhadap sinar matahari, pemutih kulit, atau senyawa
antioksidan telah banyak digunakan dalam kosmetik, sehingga dalam preparasi
sampel untuk dianalisis harus diperhatikan secara khusus.
Dari uraian diatas yang perlu diperhatikan adalah sifat kimia fisika obat
dalam sediaan dan bagaimana cara memberi perlakuan suatu sediaan yang secara
garis besar, obat atau senyawa kimia tersebut tergolong senyawa kimia anorganik
atau organic, polar atau non polar, mudah menguap atau tidak, asam, basa, atau
netral, reduktor, oksidator, reaktif atau tidak, atau mungkin bersifat inert. Maka
obat tersebut harus diberi perlakuan sesuai dengan sifat kimia dan fisikanya.
A. Spektrofotometri
Spektrofotometri dalam percobaan ini dibedakan menjadi spektrofotometer
sinar ultra violet dan spektrofotometer sinar tampak. Sinar violet adalah sinar
yang berpanjang gelombang elektromagnetik diantara 190-380 nm. Sedangkan
pada sinar tampak meliputi daerah gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang 380-780 nm (Anonim, 1995). Adapunprinsip utama dari suatu
molekul obat dapat menyerap sinar ultra violet dan sinar tampak karena adanya
electron dari molekul obat tersebut yang mudah tereksitasi ke tingkat energi
yang lebih tinggi sesuai dengan tenaga yang diserap.
Apabila dua buah atom saling berikatan dan membentuk molekul, maka
akan terjadi tumpeng tindih dua orbital dari kedua atom yang masing-masing
mengandung satu electron dan kemudian terbentuk orbital molekul.
Ada 2 macam orbital molekul, yaitu:
1. Orbital ikatan yang energinya lebih rendah dibanding energi orbital atom
semula.
2. Orbital anti ikatan yang enrginya lebih tinggi dibanding energi orbital atom
semula, telah menyerap tenaga atau pancaran sinar.
Pada keadaan azas (ground state) elektron berada pada orbital ikatan
mempunyai spin yang arahnya berlawanan, sedangkan orbital anti ikatan
kosong. Jika pada molekul yang dalam keadaan azas ini dikenakan suatu energi
gelombang elektromagnetik, maka akan terjadi penyerapan energi. Energi yang
diserap adalah besarnya tepat sama dengan perbedaan antara energi anti ikatan
dengan ikatan. Akibat dari penyerapan enrgi tersebut (kemungkinan energi
yang sesuai dengan gelombang elektromagnetik pada daerah sinar ultra violet
dan tampak), maka salah satu electron dari orbital berpindah ke orbital anti
ikatan dan keadaan ini disebut keadaan tereksitasi (excited site). Perpindahan
electron tadi mungkin tidak diikuti dengan perubahan arah spin dan disebut
tereksitasi singlet, mungkin juga diikuti dengan perubahan arah spin elketron
dan keadaan ini disebut keadaan tereksitasi triplet.
Elektron dalam molekul obat/senyawa kimia dapat dibedakan menjadi 3,
yaitu:
1. Elektron Sigma
Elekton yang menempati ikatan sigma (σ) atau ikatan tunggal. Ikatan
sigma ikatan yang terjadi dari tumpang tindihnya orbital atom dan
membentuk ikatan tunggal. Distribusi rapat muatan di dalam orbital sigma
ikatan adalah simetris di sekitar poros ikatan, sedangkan di dalam orbital
sigma anti ikatan tidak simetris.
2. Elektron phi (π)
Senyawa yang mempunyai ikatan rangkap berarti mempunyai dua
macam orbital molekul yaitu orbital sigma dan orbital phi. Orbital phi
terjadi akibat tumpeng tindihnya 2 buah orbital π dari atom-atom.
Distribusi rapat muatan dalam orbital phi sedemikian rupa, sehingga
sepanjang poros ikatan antara kedua atom terdapat suatu daerah yang
dinamakan bidang nodal (nodal plane) dimana pada daerah ini rapat
muatannya rendah, sedangkan daerah atas atau di bawah bidang nodal rapat
muatannya tinggi dan maksimum.
3. Elektron bukan ikatan (non bonding electron)
Elektron jenis ini memang tidak terlibat dalam pembentukkan ikatan
dalam molekul senyawa obat. Biasanya terdapat sebagai pasangan electron
sunyi di sekitar atom N, S, O, dan halogen.
Gugus benzil Kromofor utama
Gugus ikatan phi
CH = CH – C = O elektron tanpa
ikatan (non bonding) OH
Ikatan sigma
Jika suatu molekul obat menyerap sinar ultra violet atau tampak, maka
akan terjadi transisi (perpindahan elektron-elektron yang dimilikinya dari
tingkat energi yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi). Dari sifat
ini dapat dikembangkan menjadi metode analisis kuantitatif berdasarkan
jumlah nergi yang diserap sesuai denga gugus atau kromofor yang dimiliki
oleh suatu molekul obat.
1) Cara Analisis Secara Spektrofotometer
Senyawa obat yang akan dianalisis secara spektrofotometri dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu yang harus direaksikan dengan suatu
pereaksi, dan yang tidak harus direaksikan dengan suatu pereaksi,
tetapi cukup dilarutkan dalam pelarut yang cocok. Walaupun
demikian, tahap-tahap yang dikerjakan adalah sama, yaitu: a. Waktu
operasi (operating time)
Pada tahap ini dicari hubungan antara serapan dan waktu.
Dari tahap ini diharapkan diperoleh waktu yang pasti untuk
pembacaan serapan dari larutan yang diperiksa, kecuali senyawa
obat yang stabil (mantap), dalam larutan. Dimulai dari saat reaksi
dilakukan sampai diperoleh waktu serapan yang stabil. Misalnya
serapan larutan stabil dari t1 sampai t2, dapat dilihat pada gambar
2.
Pada pelaksanaan tahap ini digunakan panjang serapan gelombang
serapan maksimum.
A
t1 t2 t
III. SAMPLING
Dalam sampling atau pengambilan sampel bahan uji, harus dapat mewakili
seluruh sampel yang akan diuji. Jumlah sampel harus disesuaikan dengan cara
analisis/metode analisis yang akan digunakan. Sampel bila perlu tidak boleh
tercemar oleh senyawa lain yang mengganggu, baik dalam pengambilan jumlah
maupun dalam analisisnya.
Sampel harus diukur dengan cermat dan teliti, baik berupa bobot atau
volume, jenis sampelnya, metode yang akan digunakan. Setelah sampel
ditimbang, kemudian dilanjutkan dengan pelarutan sampai volume tertentu
untuk dianalisis. Kebanyakan obat sintetik organik, Farmakope Indonesia
menggunakan alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), karena dengan
alat ini dapat mengetahui senyawa murni atau telah mengalami degradasi.
Sebab senyawa hasil peruraian dan senyawa induknya diharapkan dapat
terpisah dengan baik.
A. Sampling Tablet/Kaplet/Kapsul
Pada Farmakope Indonesia penentuan kadar zat aktif dalam tablet
dipersyaratkan jumlah tablet harus 20 tablet yang mempunyai keseragaman
bobot, walaupun dalam praktek syarat 20 tablet dapat diturunkan menjadi 10
tablet. Sebenarnya 20 tablet tersebut diambil dari tablet yang satu batchnya
berisi 1000 atau 100 tablet. Tetapi dalam praktek agar biayanya lebih murah
dapat diambil 20 tablet.
Sampel yang sejenis dengan tablet adalah kaplet, berbentuk kapsul tetapi
dicetak dalam tablet. Sedangkan kapsul sendiri, selain bahan aktif dan pengisi,
kapsul mempunyai wadah yang dinamakan cangkang. Oleh karena itu dalam
sampling harus diketahui bobot isi kapsul, berarti isi kapsul harus dikeluarkan
dan cangkang ditimbang setelah masing-masing sediaan kapsul ditimbang.
Kapsul ini ada yang lunak dan ada yang keras sehingga cara perlakuannya
berbeda.
Obat-obat yang berupa cairan baik sirup, sediaan steril (mis: tetes mata)
yang akan dianalisis, harus diuji keseragaman volume, bila obat tersebut
merupakan sediaan tunggal (sekali pakai) ataupun berkali-kali pakai.
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan pengaruh substituent terhadap panjang gelombang serapan
maksimum.
2. Menentukan pengaruh pelarut terhadap panjang gelombang serapan
maksimum.
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami tahapan analisis secara spektrofotometri sinar tampak.
2. Menetapkan kadar sampel dengan cara mereaksikan senyawa agar
diperoleh senyawa berwarna.
3. Menentukan kadar dengan persamaan regresi dan plot grafik.
O
CH3COONa
B. Kafeina
Kafeina merupakan golongan alkaloid yang diturunkan dari aspirin. Nama
lain kafeina adalah 1,3,7-trimetil xanthine yang mempunyai rumus:
Kafeina terdapat pada biji kopi (0,5%), teh (2-4%) yang mempunyai fisiologi
sebagai stimulant. Ikatan rangkap dari kafeina dapat mengadisi ion. Untuk
mengetahui kadar atau konsentrasi kafeina, maka larutan yang mengandung
kafeina ditambah larutan iod yang telah diketahui volume dan konsentrasinya.
Kelebihan iod setelah terjadi reaksi adisi dititrasi dengan larutan natrium
tiosulfat (Na2S203), sehingga iod yang teradisi oleh kafeina dapat diketahui.
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu menganalisis kandungan boraks pada bakso, mie, dan
ikan asin dengan menggunakan metode titrasi.
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu menganalisis kandungan asam benzoate dalam saos
tomat yang ada di pasaran.
D. Uji Kuantitatif
1. Larutan asam benzoate hasil ekstraksi dipipet sebanyak 25,0 ml dengan
pipet volume, kemudian dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 240
ml. Larutan tersebut ditambah 2-3 tetes indikator PP dan selanjutnya
dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N yang telah dibakukan sampai
terjadi perubahan dari tidak berwarna menjadi merah muda yang stabil
selama 15 menit.
2. Volume larutan NaOH yang digunakan dicatat. Pengulangan ekstraksi
dan titrasi dilakukan masing-masing 3 kali.
Pertanyaan :
1. Apakah perlunya penambahan NaCl dan mengapa untuk ekstraksi
dengan dietil eter larutan harus diasamkan?
2. Mengapa penimbangan sampel tersebut sampai 100 g, dan bagaimana
cara menimbang saos agar dapat dilakukan dengan mudah?
3. Hasil penyarian tersebut, dapatkah dianalisis dengan cara lain?
Terangkan bagaimana caranya?
4. Apakah penimbangan sampel dapat diperkecil jika metode analisis
digunakan instrument lain?
PRAKTIKUM VI
ANALISIS CAMPURAN ASAM BENZOAT DAN ASAM SALISILAT
DALAM SALEP
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu menganalisis kandungan asam benzoate dan asam
salisilat dalam sediaan salep dengan metode spektrofotometri ultra violet.
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu menganalisis bahan kimia pengawet natrium nitrit pada
daging dengan metode spektrofotometri visible.
2. Bahan Percobaan
Daging, aquadest, HCl 5 N, pereaksi warna.
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu menganalisis bahan kimia pengawet natrium nitrit pada
daging dengan metode spektrofotometri visible.
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa dapat memahami alasan suatu senyawa dapat dianalisis
dengan metode spektrofotometri UV.
2. Mahasiswa dapat memahami tahapan analisis dan menentukan kadar
parasetamol pada produk yang beredar di pasaran dengan metode
spektofotometri UV.
A = ɛ. b. c
Keterangan : A = absorbansi
ɛ = absorptivitas molar (mol -1 cm-1) b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi larutan (mol L-1)
Parasetamol memiliki nama lain Acetaminophenum atau N-Acetyl-p-
aminophenol N-(4- Hidroxyphenyl) acetamide. Berat molekulnya adalah 151,2.
Struktur Parasetamol
Parasetamol berupa kristal putih atau serbuk kristal. Titik didihnya dalam air
O O
berkisar antara 169 C – 170,5 C. Parasetamol sedikit larut dalam air dingin,
sangat larut dalam air panas, larut dalam etanol, metanol, dimetilformamide,
etilen diklorida, aseton, dan etil asetat, sedikit larut dalam eter dan kloroform,
serta tidak larut dalam PE , pentana, dan benzene. Paracetamol memiliki
absorbansi maksimum pada panjang gelombang 245 nm (pada suasana asam)
dan 257 (pada suasana basa).
I. TUJUAN PERCOBAAN
Menetapkan kadar formalin dengan metode spektrofotometri visible.
cahaya dan sebaiknya pada suhu diatas 20OC (Ditjen POM, 1979). Formalin
merupakan bentuk hidratasi hampir sempurna dari formaldehide, sehingga
terjadi kesetimbangan bolak-balik antara formaldehide dan metanadiol
(hidratasi formaldehide).
Formalin direaksikan dengan pereaksi tertentu untuk menghasilkan larutan
berwarna yang bisa diukur di daerah visible pada panjang gelombang 412 nm.
Beberapa pereaksi yang dapat digunakan antara lain Asam Kromotropat
Purpold, MBTH-M Ethylbenzothiazinonhydrazone dan Nash. Formalin dapat
bereaksi membentuk warna dengan pereaksi Nash pada metode analisis
formalin. Oleh karenanya, analisis spektrofotometer visible dapat dijadikan
sebagai metode standar pengujian formalin. Formalin diidentifikasikan dengan
menggunakan pereaksi asam kromatofat, sampel dinyatakan positif apabila
memberikan warna violet. Penetapan kadar dilakukan secara spektrofotometri
visible berdasarkan terbentuknya kompleks formalin dengan pereaksi Nash
yang menghasilkan larutan berwarna kuning, kemudian serapannya diukur pada
panjang gelombang maksimum 412 nm.
III. ALAT DAN BAHAN
1. Alat Percobaan
Pipet tetes, pipet ukur, labu ukur, beker glass, spektrofotometer.
2. Bahan Percobaan
Larutan formalin 200 µg/ml, aquadest, asam kromatofat, sampel
ikan asin.
NOTE :
Anjuran untuk praktikan yang ingin cerdas, maka semua metode
yang dipaparkan tersebut tidak seluruhnya ada dalam diktat petunjuk
praktikum ini, praktikan harus mencari cara yang benar dan lengkap
dalam pustaka & jurnal.
Metode ini tidak diberikan secara detail tetapi anda dapat mencari
dan menghitung sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Day, A.R., Underwood, L.A., 2002, Analisis Farmasi Kuantitatif, Edisi
VI, Erlangga, Jakarta. Fessenden, J.R., Fessenden, S.J., 2010, Dasar-dasar
Kimia Organik, Edisi I, Binarupa Aksara Publisher, Tangerang.
Gandjar, I.G., Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta. Hastuti, Sri, 2010, Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
Formaldehid Pada Ikan Asin di Madura, AGROINTEK, Vol 4 (2): 132-
137, Bangkalan.
Henderson, 2006, Introduction to Analytical Chemistry, Spring, Toronto.
I.M, Siaka, 2009, Analisis Bahan Pengawet Benzoat Pada Saos Tomat
yang Beredar di Wilayah Kota Denpasar, Jurnal Kimia 3 (2): 87-92,
Denpasar.
Iqbal, A., Faizah, H.M.V., 2009, Determination of Benzoic Acid and
Salicylic Acid In Commercial Benzoic and Salicylic Acids Ointments by
Spectrometric Method, Pakistan Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol.
22 Issue 1, p18, Pakistan.