Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA

PERCOBAAN I
OPTIMASI METODE ANALISA OBAT

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Siwi Vega Dilla


Tri Nur Azizah
Wulan Ngadio
Elok Amalia
Khusnul Khotimah
Grace Mustafa U.H.
Hilda Rahmawati

(1041411143)
(1041411148)
(1041411155)
(1041411183)
(1041511093)
(1041511205)
(1041511207)

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


YAYASAN PHARMASI SEMARANG
2016
PERCOBAAN I
OPTIMASI METODE ANALISA OBAT

I.

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami langkah-langkah analisa obat di dalam darah.
2. Mampu melakukan validasi metode analisis obat di dalam darah.

II.

DASAR TEORI
Validasi merupakan suatu proses yang terdiri atas paling tidak 4 langkah nyata,
yaitu: (1) validasi perangkat lunak (software validation), (2) validasi perangkat
keras/instrument (instrument / hardware validation), (3) validasi metode, dan (4)
kesesuaian system (system suitability).
Proses validasi dimulai dengan peangkat lunak yang tervalidasi dan sistem yang
terjamin dikembangkan. Akhirnya, validasi total diperoleh dengan melakukan kesesuaian
sistem. Masing-masing tahap dalam proses validasi ini merupakan suatu proses yang
secara keseluruhan bertujuan untuk mencapai kesuksesan validasi.
Pada pengembangan metode analisis nya didasarkan pada literature yang sudah
ada menggunakan instrument yang sama atau hamper sama. Saat ini jarang kita temui
pengembangan suatu metode (misal KCKT) yang tidak menggunakan pendekatan dengan
menghubungkan atau membandingkan metode yang eksis. Ada beberapa alasan valid
untuk mengembangkan suatu metode analisis, yaitu :
1. Tidak ada metode yang sesuai untuk analit tertentu dalam matriks sampel tertentu.
2. Metode yang ada terlalu banyak menimbulkan kesalahan atau metode yang sudah ada
tidak realibel.
3. Metode yang sudah ada terlalu mahal, membutuhkan banyak waktu, banyak energi,atau
tidak dapat diotomatisasikan.
4. Metode yang telah ada tidak memberikan sensitifitasatau spesifisitas yang mencukupi
pada sampel yang dituju.

5. Instrumen dan teknik yang lebih baru memberikan kesempatan untuk meningkatkan
kinerja metode tersebut, yang meliputi peningkatan identifikasi analit, peningkatan batas
deteksi, serta akurasi dan presisi yang lebih baik.
6. Ada suatu kebutuhan untuk mengembangkan metode alternative, baik untuk alasan legal
atau alasan saintifik.
Pada optimasi, serangkaian kondisi awal yang muncul pada tahap pertama
pengembangan metode harus dimaksimalkan (resolusi, bentuk puncak, jumlah lempeng,
asimetri, kapasitas, waktu elusi, batas deteksi, batas kuantifikasi, dan keseluruhan
kemampuan untuk melakukan kuantifikasi analit tertentu yang dikehendaki).
Pada tahap validasi, suatu usaha harus dikerahkan untuk mendemonstrasikan
bahwa metode bekerja dengan sampel yang mengandung analit tertentu, pada suatu
konsentrasi yang diharapkan dalam suatu matriks sampel, dengan tingkat presisi dan
akurasi yang tinggi. Validasi metode yang sempurna hanya dapat terjadi jika metode
tersebut sudah dikembangkan dan sudah dioptimasi.(Prof. Dr. Ibnu Gholib Gandjar,
DEA., Apt., 2007)
Farmakokinetik meneliti perjalanan obat, mulai dari saat pemberianya, bagaimana
absorbsi dari usus transport dalam darah, dan distribusinya ketempat kerjanya dan
jaringan lainya. Begitu pula bagaimana perombakannya (biotransformasi) dan akhirnya
diekskresi oleh ginjal. Singkatnya farmakokinetik mempelajari segala sesuatu tindakan
yang dilakukan tubuh terhadap obat. (Tjan Hoan Tjay, 2007)
Tehnik analisis hanya merujuk pada pengukuran dan evaluasi hasil pengukuran.
Metode analisis merujuk pada penetapan kadar senyawa tertentu dan evaluasi hasil
pengukuran, sedangkan prosedur analisis merupakan serangkaian proses mulai dari

penyiapan sampel sampai evaluasi hasil pengukuran. Keseluruhan tahap atau langkah
prosedur analisis dapat diringkas sebagai berikut:
a. Definisi masalah
Definisi masalah terkait dengan informasi analisis yang berhubungan dengan
tingkat akurasi yang dibutuhkan. Selain itu menyangkut berapa lama waktu yang
dibutuhkan, biaya diperlukan, ketersediaan alat, bahan, dan pelarut yang dibutuhkan
untuk analisis.
b. Pemilihan teknik dan metode analisis.
Pemilihan teknik dan metode analisis terbaik yang akan digunakan untuk analisis
sampel harus diperhatikan, apakah akan menggunakan kromatografi, spektrofotometri,
titrimetri, atau yang lain.
c. Pengambilan sampel
Sampel harus dapat mewakili materi yang akan dianalisis secara utuh. Masalah
pengambilan sampel merupakan hal yang tidak boleh dipandang ringan karena dari cara
kita mengambil sampel itulah diperoleh hasil analisis.
d. Pra-perlakuan sampel atau pengkondisian.
Pengubahan analit ke bentuk yang sesuai sehingga analisis dapat dideteksi atau
dapat diukur harus juga diperhatikan. Tahap ini berkaitan dengan metode pemisahan.
Pemilihan teknik-teknik pemisahan untuk suatu situasi yang spesifik tergantung pada
sejumlah faktor. Pemilihan teknik ini umumnya didasari pada ketelitian dan ketepatan
hasil analisis yang diperlukan.
e. Pengukuran analit yang diperlukan

Berbagai sifat fisika kimia dapat digunakan sebagai suatu cara identifikasi
kualitatif dan pengukuran kuantitatif atau keduanya.
f. Perhitungan dan interpretasi data analisis
Suatu analisis dapat dikatakan selesai jika hasil-hasilnya dinyatakan sedemikian
rupa sehingga si peminta analisis (customer) dapat memahami artinya.
Metode analisis
Suatu metode analisis terdiri atas serangkaian langkah yang harus diikuti untuk
tujuan analisis kuantitatif, kualitatif, dan informasi struktur dengan menggunakan teknik
tertentu.
Dalam setiap analisis, pemilihan suatu metode analisis harus memperhatikan
faktor-faktor sebagai berikut:
1. Tujuan analisis, biaya yang dibutuhkan, serta waktu yang diperlukan.
2. Level analit yang diharapkan dan batas deteksi yang diperlukan.
3. Macam sampel yang akan dianalisis serta pra-perlakuan sampel yang dibutuhkan.
4. Jumlah sample yang dianalisis.
5. Ketepatan dan ketelitian yang diinginkan untuk analisis kuantitatif.
6. Ketersediaan bahan rujukan, senyawa baku, bahan-bahan kimia, dan pelarut yang
dibutuhkan.
7. Peralatan yang tersedia.
8. Kemungkinan adanya gangguan pada saat deteksi atau pada saat pengukuran sampel.
Metode yang baik harus memenuhi beberapa kriteria yaitu metode harus:

1. Peka (sensitive), artinya metode harus dapat digunakan untuk menetapkan kadar senyawa
dalam kosentrasi yang kecil.
2. Tepat (precise), artinya metode tersebut menghasilkan suatu hasil analisis yang sama atau
hampir sama dalam satu seri pengukuran.
3. Teliti (accurate), artinya metode dapat menghasilkan nilai rata-rata (mean) yang sangat
dekat dengan nilai senenarnya(true value).
4. Selektif, artinya untuk menetapkan kadar tertentu, metode tersebut tidak banyak
terpengaruh oleh adanya senyawa lain.
5. Kasar (rugged), artinya adanya perubahan komposisi pelarut atau variasi lingkungan
tidak menyebabkan perubahan hasil analisis.
6. Praktis, artinya metode tersebut mudah dikerjakan serta tidak banyak memerlukan waktu
dan biaya.
Walaupun untuk memenuhi semua persyaratan di atas sulit dicapai, namun sekurangkurangnya metode analisis harus memenuhi syarat ketepatan, ketelitian, dan selektivitas.
(Sudjadi, 2008)

Natrium Salisilat
Natrium salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari
100,5% C7H5NaO3 dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian

: serbuk mikrohablur atau amorf atau keping, tidak berwarna, atau


merah muda lemah, tidak berbau atau bau khas lemah, dan
dipengaruhi cahaya. Larutan segar ( 1 dalam 10 )bereaksi netral

atau
asam terhadap lakmus.
Kelarutan

: mudah larut secara lambat didalam air dan dalam gliserin; sangat
mudah larut dalam air mendidih dan dalam metanol mendidih;
larut
secara lambat dalam etanol.

Identifikasi

: larutan ( 1 dalam 20 ) menunjukan reaksi Natrium cara A dan B


dan
reaksi Salisilat seperti yang tertera pada uji identifikasi umum.

( Depkes RI, 1995)


Paracetamol (Asetaminofen)

Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
101,0% C8H9NO2 dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian
: serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit
Kelarutan
: larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N,
mudah larut dalam etanol. (Depkes RI, 1995)
Derivat asetanilida ini adalah metabolit dari fenasetin yang dahulu banyak
digunakan sebagai analgeticum, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari
peredaran karena efek sampingnya (nefrotoksisitas dan karsinogen). Khasiatnya
analgetis dan antipiretis, tetapi tidak antiradang. Dewasa ini pada umumnya
dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi
(pengobatan mandiri). Efek analgetisnya diperkuat oleh kodein dan kofein dengan
kira-kira 50%. Resorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rectal lebih
lambat. PP-nya ca 25%, plasma-t1/2-nya 1-4 jam. Antara kadar plasma dan
efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi metabolit toksis

yang diekskresi dengan kemih sebagai konjugat-glukuronida dan sulfat. (Tan


Hoan Tjay. 2007)

III. ALAT DAN BAHAN


ALAT :
1. labu takar
2. mikropipet
3. tabung reaksi
4. tabung penampung darah (ephendrof)
5. vortex-mixer
6. sentrifuge
7. spektrofotometer uv
8. scalpel
9. pipet volume
10. filler
11. pipet tetes
12. beaker glass
13. hematokrit

1.
2.
3.
4.

BAHAN :
Natrium Salisilat
Heparin
Asam trikloroasetat (TCA) 5%
NaOH 0,1 N
Hewan uji : tikus

IV. Skema Kerja

A. Na salisilat
1. Pembuatan larutan stok Na salisilat
Ditimbang 50 mg Na salisilat

Dilarutkan ke dalam aq.dest 250ml dalam labu takar 250 ml digojog hingga homoge
100ml digojog hingga homogen
Diperoleh kadar 200g/ml atau 200 ppm

2. Pembuatan kurva baku internal


Masing-masing tabung ditambahkan larutan
stok Na salisilat 62,5;125;187,5;250 dan
312,5 l
Ditambah Darah yang mengandung heparin
Ditambah 2,0ml TCA 20%

divortexing

3. Pemrosesan sampel darah invivo (sebagai blanko)

500 l darah mengandung antikoagulan

Ditambah 2,0ml TCA 20% dan divortexing

4. Pembuatan larutan baku


Kurva baku internal dan blanko

Disentrifuge selama 10 menit (2500 rpm)

bil beningan 1 ml ,ditambah 4,5 ml FeCl3 5% ad 5,0 ml dibaca pada panjang gelombang maksimum.

5. Validasi metode penetapan kadar Na.salisilat


a. Mencari panjang gelombang
Larutan Na salisilat dalam kadar 50 dan 100 g/ml

Diukur serapannya pada panjang gelombang 400 - 600nm

Dibuat kurva hubungan antara resapan terhadap waktu pengukuran

Ditetapkan waktu resapan tetap


b. Mencari kurva baku
Larutan Na salisilat 25, 50, 75, 100, dan 125 g/ml dibaca pada panjang gelombang makximal yang

Dibuat kurva baku hubungan antara resapan terhadap kadar masing-masing

Dibuat persamaan garis menggunakan kuadrat tertkecil y=bx+a

Dihitung nilai r dari grafik tersebut

c. Mencari harga perolehan kembali, kesalahan acak dan kesalahan sistemik


Disediakan larutan Larutan Na salisilat 25, 50, 75, 100, dan 125 g/ml

Dihitung kadar Na salisilat,

Harga perolehan kembali dan kesalahan acak

Didasarkan persamaan kurva baku Na salisilat ditentukan kadar masing-masing

Dihitung kadar rata-rata dan simpangan baku


V. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
NATRIUM SALISILAT
a. Pembuatan Larutan Stok Na.Salisilat
Konsentrasi larutan stok Na.Salisilat 200 ppm :
50 mg
50 mg

250 ml
0,25 L
b . Penimbangan asam salisilat sebenarnya :

Kertas + zat
Kertas + sisa
Na. Salisilat
50,5 mg
0,25 L

: 0,5429 g
: 0,4924 g
: 0,0505 g = 50,5 mg
= 202 ppm

Deret Baku Larutan Stok Na.Salisilat

Deret baku

Koreksi kadar

25 ppm
V1 . C1 = V2 . C2
V1 .200 ppm = 500 l . 25 ppm
V1
= 62,5 l
Darah : 500 l - 62,5 l = 437,5 l

V1 . C1 = V2 . C2
62,5 l . 202 ppm = 500 l . C2
C2 = 25,25 ppm

50 ppm
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 200 ppm = 500 l . 50 ppm
V1
= 125 l
Darah : 500 l - 125 l = 375 l

V1 . C1 = V2 . C2
125 l . 202 ppm = 500 l . C2
C2 = 50,5 ppm

75 ppm
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 200 ppm = 500 l .75 ppm
V1
= 187,5 l
Darah : 500 l - 187,5 l = 312,5 l

V1 . C1 = V2 . C2
187,5 l . 202 ppm = 500 l . C2
C2 = 75,75 ppm

100 ppm
V1 . C1 = V2 . C2
V1 .200 ppm = 500 l . 100 ppm
V1
= 250 l
Darah : 500 l - 250 l = 250 l

V1 . C1 = V2 . C2
250 l . 202 ppm = 500 l . C2
C2 = 101 ppm

125 ppm
V1 . C1 = V2 . C2
V1 .200 ppm = 500 l .125 ppm
V1
= 312,5 l
Darah : 500 l 312,4 l = 187,5 l

V1 . C1 = V2 . C2
312,5 l . 202 ppm = 500 l . C2
C2 = 126,25 ppm

Penentuan maks = 420,4 nm


Penentuan operating time = 8 menit
c. Data kurva baku Na.Salisilat
Kelompok
I

II

Konsentrasi baku ( ppm)


25,25
50,5
75,75
101
126,25
25,25
50,5

Absorbansi
-0,117
-0,134
-0,109
-0,109
-0,098
0,087
0,043

Keterangan
a = - 0,1323
b = 2,4950 x 10-4
r = 0,74599
a = 0,0251
b = 5,6634 x 10-4

III

75,75
101
126,25
25,25
50,5
75,75
101
126,25

Kelompok I
y = bx + a
y = 2,4950 x 10-4 x + (- 0,1323)
-0,117 = 2,4950 x 10-4 x + (- 0,1323)
0,0153 = 2,4950 x 10-4 x
X = 61,3226 ppm
-0,134 = 2,4950 x 10-4 x + (- 0,1323)
-1,7x10-3 = 2,4950 x 10-4 x
X = -6,8136 ppm
-0,109 = 2,4950 x 10-4 x + (- 0,1323)
0,0233 = 2,4950 x 10-4 x
X = 93,3868 ppm
-0,109 = 2,4950 x 10-4 x + (- 0,1323)
0,0233 = 2,4950 x 10-4 x
X = 93,3868 ppm
-0,098 = 2,4950 x 10-4 x + (- 0,1323)
0,0343 = 2,4950 x 10-4 x
X = 137,4749 ppm

Kelompok II
y = bx + a
y = 5,6634 x 10-4 x + 0,0251
0,087 = 5,6634 x 10-4 x + 0,0251
0,0619 = 5,6634 x 10-4 x
X = 109,2983 ppm
0,043 = 5,6634 x 10-4 x + 0,0251
0,0179 = 5,6634 x 10-4 x
X = 31,6064 ppm
0,050 = 5,6634 x 10-4 x + 0,0251
0,0249 =5,6634 x 10-4 x
X = 43,9665 ppm
-0,04 = 5,6634 x 10-4 x + 0,0251
-0,0651 = 5,6634 x 10-4 x
X = -114,9486 ppm
0,20 = 5,6634 x 10-4 x + 0,0251
0,1749 = 5,6634 x 10-4 x

0,050
-0,04
0,20
0,264
0,177
0,252
0,210
0,175

r = 0,2594
a = 0,2591
b = -5,7426 x 10-4
r = -0,5545

X = 308,8251 ppm

Kelompok III
y = bx + a
y = -5,7426 x 10-4 x + 0,2591
0,264 = -5,7426 x 10-4 x + 0,2591
4,9 x 10-3 = -5,7426 x 10-4 x
X = -8,5327 ppm
0,177 = -5,7426 x 10-4 x + 0,2591
-0,0821 = -5,7426 x 10-4 x
X = 142,9666 ppm
0,252 = -5,7426 x 10-4 x + 0,2591
-7,1 x 10-3 = -5,7426 x 10-4 x
X = 12,3637 ppm
0,210 = -5,7426 x 10-4 x + 0,2591
-0,0491 = -5,7426 x 10-4 x
X = 85,5013 ppm
0,175 = -5,7426 x 10-4 x + 0,2591
0,0841 = -5,7426 x 10-4 x
X = 146,4493 ppm

d. Perhitungan Perolehan Kembali ( % recovery )


Kadar Terukur
Perolehan Kembali = Kadar Diketahui x 100 % = P %

Kadar

Kadar terukur (ppm)

diketahui
(ppm)
25,25
50,5
75,75
101
126,25

% recovery

II

III

II

III

61,3226
6,8136
93,3868
93,3868
137,4749

109,2983
31,6064
43,9665
-114,9486
308,8251

-8,5327
142,9666
12,3637
85,5013
146,4493

242,86 %
13,49 %
123,28 %
92,46 %
108,89 %

432,86 %
62,59 %
58,04 %
-113,81 %
244,61 %

-33,79 %
283,10 %
16,32 %
84,65 %
115,99 %

e. Kesalahan Sistemis
Kesalahan Sistemis = 100 % - P %
Kadar Diketahui
(ppm)
25,25

II

III

-142,86 %

-332,86 %

133,79 %

50,5
75,75
101
126,25

86,51 %
-23,28 %
7,54 %
-8,89 %

37,41 %
41,96 %
213,81 %
-144,61 %

-183,1 %
83,68 %
15,35 %
-15,999 %

f. Kesalahan Acak
Kadar Terukur (ppm)

Kesalahan acak =

II

III

61,3226
6,8136
93,3868
93,3868
137,4749

109,2983
31,6064
43,9665
-114,9486
308,8251

-8,5327
142,9666
12,3637
85,5013
146,4493

SD

Rata-rata

59,2531
72,5183
40,8368
118,0720
96,4428

54,0294
60,4622
49,9057
21,3132
197,5831

SD
x 100
Ratarata
109,67 %
119,94 %
81,83 %
553,98 %
48,81 %

VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan optimasi metode analisa obat,bertujuan untuk mengetahui apakah
metode yang digunakan sesuai untuk menganalisa suatu obat dan untuk memvalidasi
suatu metode analisa obat di dalam cairan hayati salah satunya darah. Dengan melakukan
optimasi metode analisa akan diperoleh nilai-nilai parameter farmakokinetika obat yang
baik dan benar.
Optimasi metode ini menggunakan obat Natrium salisilat sebagai larutan stock
serta metode yang digunakan adalah penetapan kadar dengan spektrofotometri UV-VIS.
Sampel cairan hayati yang digunakan adalah darah yang diambil dari hewan uji
tikus. Pada percobaan ini digunakan darah karena darah merupakan tempat yang paling
cepat dicapai obat dan paling logis bagi penetapan kadar obat di dalam tubuh.Supaya
darah yang diambil tidak cepat menggumpal hendaknya diberi antikoagulan ( heparin )
pada ependrof dan di vortex untuk menghomogenkan heparin dalam darah. Penambahan
TCA 20% untuk mengendapakn protein dalam campuran darah kemudian di sentrifuge
untuk mendapatkan plasma darah. . TCA dapat mendenaturasi dan mengendapkan
protein. Penggunaan TCA sebagai agen pendenaturasi protein memiliki beberapa
keuntungan. Yang pertama, TCA adalah asam lemah sehingga tidak akan mengubah

struktur primer suatu protein. Bila struktur primernya rusak maka akan pecah menjadi
asam amino yang dapat mengganggu pembacaan absorbansi. Yang kedua, TCA sebagai
asam lemah dapat mengubah pH sehingga terjadi dehidratasi dan mengubah struktur
tersier dan sekunder protein. Setelah itu kedua sampel darah divortex 30 detik, lalu
disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 2500 rpm. Fungsi dilakukannya
vortexing yaitu dapat mengendapkan sel darah merah dan mengendapkan protein yang
dapat mengganggu analisis spektrofotometer selain itu juga untuk mendapatkan plasma
darah. Larutan stock Na salisilat dengan kadar 200 ppm dibuat deret baku dengan
konsentrasi 25, 50, 75, 100, 125 ppm. Pada praktikum kali ini digunakan larutan FeCl 3 5
% sebagai pereaksi warna karena menggunakan spektrofotometer visibel.
Langkah-langkah optimasi metode analisa obat:
1. Panjang gelombang maksimum
Digunakan max karena :
Pada max kepekaan juga maksimal
1. Disekitar max bentuk kurva serapan datar dan pada kondisi tersebut Kokum
Lambert Beer akan terpenuhi.
2. Jika dilakukan

pengukuran ulang, maka kesalahan yang disebabkan oleh

pengukuran ulang panjang gelombang akan kecil.


3. Adanya beberapa variable yang dapat mempengaruhi resapan yaitu jenis pelarut ,
Ph larutan , suhu , konsentrasi tinggi, dan zat-zat pengganggu.
4. Dari penentuan skrining max, diperoleh max untuk 420,4 nm.
2. Operating time
Penentuan operating time bertujuan untuk mendapatkan waktu yang stabil dimana
pembentukan kompleks warna sudah stabil dengan memberikan resapan yang tetap. Pada
percobaan diperoleh operating time untuk Na salisilat pada menit ke 8.
3. Penentuan kurva baku
Penentuan kurva baku digunakan cairan tubuh ( plasma ). Fungsi dari penentuan deret
baku adalah untuk menggambarkan hubungan antara konsentrasi dan absorbansi, dimana
hubungan antara konsentrasi berbanding lurus dengan absorbansi.

4. Penentuan recovery
Recovery adalah perolehan kembali yaitu untuk mengetahui kemampuan
metode

memberikan pengukuran nilai rata-rata yang sangat dekat dengan nilai

sesungguhnyadengan membandingkan antara kadar yang terukur dengan kadar yang


sesungguhnya .Rata-rata recovery Na salisilat adalah 115,44 %. Dimana persyaratan
Bratton Marshall nilai recovery sebesar 75% - 90% atau lebih. Jadi recovery dari Na
salisilat tidak memenuhi persyaratan. Hal ini mungkin dikarenakan kesalahan
pencampuran komponen larutan uji atau alat uji yang tidak tervalidasi. Kesalahankesalahan yang mungkin dapat mempengaruhi nilai recovery misalnya:
1. pengambilan supernatan yang tidak tepat,
2. kondisi reaksi diazotasi yang kurang asam,
3. suhu yang terlalu tinggi.
5. Kesalahan sistemik
Kesalahan sistemik bertujuan sebagai tolak ukur inakurasi penetapan
kadar. Pada Na salisilat didapatkan rata-rata kesalahan sistemik -15,44 %. Untuk
persyaratannya kesalahan sistemik harus kurang dari 10 %. Sehingga data yang
dihasilkan untuk Na salisilat tidak memenuhi persyaratan. Hal ini dapat dikarenakan
antara lain:
1. Ketidaktelitian praktikan dalam pengukuran volum sampel dan reagen,
2. Reaksi kurang sempurna,
3. Sentrifugasi kurang sempurna, sehingga masih ada protein-protein yang terbawa
dan menambah absorbansi,
4. Banyak terdapat analit pengganggu yang ikut terbaca absorbansinya,
5. Proses pembersihan analit dari senyawa pengganggu kurang sempurna,
6. Pengukuran absorbansi sampel terganggu oleh adanya gelembung udara hasil
reaksi yang belum hilang. Gelembung udara ini juga dapat mempengaruhi
absorbansi.
6. Kesalahan acak
Bertujuan sebagai tolak ukur imprecision suatu analisa dan dapat bersifat positif
atau negative. Kesalahan acak identik dengan variabilitas pengukuran dan
dicerminkan oleh tetapan variasi. Pada percobaan ini rata-rata kesalahan acak Na
Salisilat yang diperoleh 182,85 %. Persyaratan kesalahan acak adalah kurang dari

10 % . Dari data tersebut semua tidak memenuhi persyaratan. Hal-hal yang dapat
menyebabkan tingginya nilai kesalahan acak adalah:
1. Kesalahan pembacaan meniskus labu takar dan pipet ukur,
2. Kesalahan ketika pengukuran berulang,
3. Variasi pengukuran setiap praktikan yang berbeda.

Dari semua parameter ini, dapat disimpulkan bahwa metode ini memiliki ketelitian
yang cukup rendah apabila digunakan untuk analisis obat dalam darah. Salah satunya
disebabkan oleh terlalu banyak langkah yang harus ditempuh dalam metode ini, padahal
dalam suatu analisis, semakin banyak langkah yang harus dikerjakan, maka semakin
besar kemungkinan timbulnya kesalahan.

VII. Kesimpulan
1. Panjang gelombang maksimum Na Salisilat yang dihasilkan 420,4 nm.
2. Operating time Na salisilat yang dihasilkan 8 menit.
3. Recovery Na salisilat tidak memenuhi persyaratan.
4. Hasil kesalahan sistemik Na Salisilat tidak memenuhi persyaratan.
5. Hasil kesalahan acak Na salisilat tidak memenuhi persyaratan.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Depkes. RI. 1995. Farmakope Indonesia. Jakarta: Depkes. RI.
Hoan Tjay, Tan, Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Gholib Gandjar, Ibnu, Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Shargel, Leon dan B. CAndrew.2005.BiofarmasetikadanFarmakokinetikaTerapan.
Surabaya: Airlangga University Press.
Sudjadi. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Yogyakarta.

Mengetahui,

Semarang,

15

Dosen Pembimbing

Praktikan,

Ika Puspitaningrum, M.ci.,Apt.

Siwi Vega Dilla

Dhimas Adityasmara, S.Farm,Apt.

(1041411143)

Tri Nur Azizah


(1041411148)

Wulan Ngadio
(1041411155)

September

2016

Elok Amalia
(1041411183)

Khusnul Khotimah
(1041511093)

Grace Mustafa U.H


(1041511205)

Hilda Rahmawati
(1041511207)

Anda mungkin juga menyukai