ANALIS FARMASI
Oleh :
1. NURNUL SUKMA (14144)
2. RINDA SEPTY A (14161)
3. ZULYA VINDY (14206)
4. FRISQILLA CLAUDIA (14074)
5. MUALIFATUL LAILIA(14127)
6. JULIATI WAHYU NINGSIH (14095)
7. HESTY NUR ISNAINI (14081)
8. TRI UTARI (14183)
9. FEBRIANTO (14060)
(Harmita, 2004).
1. Hasil analisis adalah x1, x2, x3, x4,.....................xn maka simpangan bakunya
adalah:
2.
3. Simpangan baku relatif atau koefisisen variasi (KV) adalah:
Percobaan seksama dilakukan terhadap palig sedikit enam replika sample yang
diambil dari campuran sampel dengan matriks yang homogen. Sebaiknya
keseksamaan ditentukan terhadap sampel sebenarnya yaitu berupa campuran dengan
bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) untuk melihat pengaruh matriks pembawa
tterhadap keseksamaan ini. Demikian juga harus disiapkan sampel untuk
menganalisis pengaruh pengotor dan hasil degradasi terhadap keseksamaan ini
(Harmita, 2004).
Menurut American Pre-veterinary medical association (APVMA) (2004)
tingkat presisi yang sebaiknya dipenuhi berdasarkan konsentrasi analit yang dianalisis
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
2. Tujuan
Uji presisi dilakukan untuk mengetahui kedekatan atau kesesuaian antara hasil
uji yang satu dengan yang lainnya pada serangkaian pengujian presisi hasil pengkuran
digambarkan dalam bentuk persentase Relative Standart Deviation (%RSD).
SELEKTIFITAS (SPESIFISITAS)
1. Definisi
Selektivitas adalah kemampuan yang hanya mengukur zat tertentu saja secara
cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks
sampel. Selektivitas sering kali dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan
(degree of bias) metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan
yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing
lainnya dan dibandingkan terhadap hasil analis yang tidak mengandung bahan lain
yang ditambahkan (Harmita, 2004).
Metode selektivitas ditentukan dengan membandingkan hasil analisis sampel
yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya atau
pembawa plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa penambahan bahan-bahan tadi.
Penyimpangan hasil jika ada merupakan selisih dari hasil uji keduanya (Harmit,
2004).
Jika cemaran dan hasil urai tidak dapat diidentifikasi atau tidak dapat diperoleh,
maka selektifitas dapat ditujukan dengan cara menganalisis sampel yang mengandung
cemaran atau hasil uji urai dengan metode yang hendak diuji lalu dibandingkan
dengan metode lain untuk pengujian kemurnian seperti kromatografi, analisa
kelarutan fase, dan Differential Scanning Colorimetry. Derajat kesesuaian kedua hasil
analisis tersebut merupakan ukuran selektifitas. Pada metode analisis yang
melibatkan kromatografi, selektivitas ditentukan melalui perhitungan daya
resolusinya (Rs) (Harmita, 2004).
ICH membagi spesifisitas dalam 2 kategori, yaitu uji identifikasi dan uji
spesifitas ditunjukkan dengan kemurnian atau pengkuran. Untuk tujuan identifikasi,
spesifisitas ditunjukkan dengan kemampuan suatu metode analisis untuk
membedakan antar senyawa yang mempunyai struktur molekul hampir sama. Untuk
tujuan uji kemurnian dan tujuan pengukuran kadar, spesifitas ditunjukkan oleh daya
pisah 2 senyawa yang berdekatan (sebagaimana dalam kromatografi). Senyawa-
senyawa tersebut biasanya adalah komponen utama atau komponen aktif dan suatu
pengotor. Jika dalam suatu uji terdapat suatu oengotor (impurities) maka metode uji
harus tidak terpengaruh dengan adanya pengotor ini (Ginandjar dan Rohman, 2009).
Penentuan spesifisitas metode dapat diperoleh dengan 2 jalan. Pertama (paling
diharapkan) adalah dengan melalukan optimasi sehingga diperoleh senyawa yang
dituju terpisah secara sempurna dari senyawa-senyawa lain (resolusi senyawa yang
dituju 2). Cara kedua, untuk memperoleh spesifisitas adalah dengan menggunakan
detekstor selektif, terutama untuk senyawa-senyawa yang terelusi secara bersama-
sama. Sebagai contoh, detektor elektrokimia atau detektor fluoresen hanya akan
mendeteksi senyawa tertentu, sementara senyawa lainnya tidak terdeteksi.
Penggunaan detektor UV pada panjang gelombang yan spesifik juga merupakan cara
yang efektif untuk melakukan pengukuran selektifitas (Gandjar dan Rohman, 2009).
LINEARITAS DAN RENTANG
1. Definisi
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang meberikan respon yang
secara langsung atau dengan bantuan transformasi yang baik, prporsional terhadap
konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah pernyataan batas terendah
dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan,
keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima (Harmita,2004).
Linearitas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi arah garis regresi yang
dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang diperolh dari hasil uji analit
dalam sampel dengan berbagai konsentrasi analit. Perlakukan matematik dalam
pengujian linearitas adalah melalui persamaan garis lurus dengan metode kuadrat
terkecil antara hasil analisis terhadap konsentrasi analit. Dalam beberapa kasusu,
untuk memperoleh hubungan proporsional antara hasil pengukuran dengan
konsentrasi analit, data yang diperoleh diolah melalui transformasi matematik dulu
sebelum dibuat analisis regresinya (Harmita, 2004).
Dalam praktek, digunakansatu seri larutan yang berbeda konsentrasiya antara
50 150% kadar analit dan sampel. Di dalam pustaka, sering ditemukan rentang
konsentrasi yang digunakan antara 0 200%. Jumlah sampel yang dianalisis
sekurang-kurangnya delapan buah sampel blanko. Sebagai parameter adanya
hubungan linear digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi Y = a + bX.
Hubungan linear yang ideal dicapai jika nilai b + 0 dan r = +1 atau -1 bernatung pada
arah garis. Sedangkan nilai a menunjukkan kepekaan analisis terutama instrumen
yang digunakan. Parameter lain yang harus dihitung adalah simpangan baku residul
(Sy) (Harmita, 2004).
Keterangan:
Dimana 1 = a + bx
Sy
Sx0 = b
1. Definisi
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi
yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas
deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada
analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih
dapat memenuhi kriteria cermat dan eksama (harmita, 2004).
Penentuan batas deteksi suatu metode berbeda-beda tergantung pada metode
analisis itu menggunakan instrumen atau tidak. Pada analisis yang tidak
menggunakan instrumen batas tersebut ditsentukan dengan mendeteksi analit dalam
sampel pada pengenceran bertingkat. Pada analisis intrumen batas deteksi dapat
dihitung dengan mengukur respon blanko beberapa kali lalu dihitung simpangan baku
respon blanko dan formula di bawah ini dapat digunakan untuk perhitungan (Harmita,
2004).
Cara menentukan LOD dan LOQ ada 3 cara, yaitu:
1. Signal-to-noise
2. Penentuan blangko
3. Kurva kalibrasi
Dimana:
Q = LOD (batas deteksi) atau LOQ (batas kuantitasi)
k = 3 untuk batas deteksi atau 10 untuk batas kuantitasi
Sb = simpangan baku respon analitik dari blanko
Sl = arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva antara respon terhadap
konsentrasi = slope (b pada persamaan garis y= ax + bx).
( Harmita,2004).
Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui regresi linear
dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada persamaan garis
linear y = a +bx, sedangkan simpangan baku blanko sama dengan simpangan baku
residual (Sy/x).
1) Batas deteksi (Q)
Karena k = 3 atau 10
Simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka
3 Sy / x
Q= S1
(Harmita, 2004).
KETANGGUHAN METODE
1. Definisi
Ketangguhan metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari
analisis sampel yang sama dlam berbagai kondisi uji normal, seperti laboratorium,
analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda, dll. Ketangguhan
biasanya dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh perbedaan operasi atau
lingkungan kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode merupakan ukuran ketertiruan
pada kondisi operasi normal antara lab dan antar analis (Harmita, 2004).
Ketangguhan metode ditentukan dengan menganalisis beningan suatu lot
sampel yang homogen dalam lab yang berbeda oleh analis yang berbeda
menggunakan kondisi operasi yang berbeda, dan lingkungan yang berbeda tetapi
menggunakan prosedur dan parameter uji yang sama. Derajat ketertiruan hasil uji
kemudian ditentukan sebagai fungsi dari variabel penentuan. Ketertiruan dapat
dibandingkan terhadap keseksamaan penentuan di bawah kondisi normal utuk
mendapatkan ukuran ketangguhan metode. Perhitungannya dilakukan secara statistik
ANOVA (Harmita, 2004).
KEKUATAN METODE
1. Definisi
Untuk memvalidasi kekuatan suatu metode perlu dibuat perubahan metodologi
yang kecil dan terus menerus dan mengevaluasi respon analitik dan efek presisi dan
akurasi. Sebagai contoh, perubahan yang dibutuhkan untuk menunjukkan kekuatan
prosedur HPLC dapat mencakup (tapi tidak dibatasi) perubahan komposisi organik
fase gerak (1%), pH fase gerak ( 0,2 unit), dan perubahan temperatur kolom (2-
3oC). Perubahan lainnya dapat dilakukan bila sesuai dengan laboratorium (Harmita,
2004).
PENDEKATAN METODE VALIDASI