Disusun oleh:
Fery Ariansyah
31117117
3C Farmasi
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
(1)
(2)
dimana k1 dan k2 adalah konstanta laju pada suhu T1 dan T2 yang dinyatakan
dalam derajat kelvin; Ea adalah energi aktivasi; R adalah konstanta gas.
Persamaan ini menggambarkan hubungan antara suhu penyimpanan dan laju
degradasi. Menggunakan persamaan Arrhenius, proyeksi stabilitas dari laju
degradasi yang diamati pada suhu tinggi untuk beberapa proses degradasi dapat
ditentukan. Ketika energi aktivasi diketahui, laju degradasi pada suhu rendah
dapat diproyeksikan dari yang diamati pada suhu "stres" (Connors et al., 1973;
Lachman et al., 1976; Bott et al., 2007). Tes stres yang digunakan dalam pedoman
Konferensi Internasional tentang Harmonisasi (ICH) saat ini (misalnya, 40%
untuk produk yang akan disimpan pada suhu kamar terkontrol) dikembangkan dari
model yang mengasumsikan energi aktivasi sekitar 83 kJ per mol (Anderson et al.
., 1991).
Praktik umum pabrikan dalam industri farmasi adalah memanfaatkan berbagai
cara pintas seperti aturan Q dan tabel braket untuk prediksi masa simpan produk
tetapi metode ini tidak resmi di ICH atau FDA. Aturan Q menyatakan bahwa laju
degradasi produk berkurang oleh faktor konstan Q10 ketika suhu penyimpanan
menurun sebesar 10 ° C. Nilai Q10 biasanya ditetapkan pada 2, 3 atau 4 karena ini
sesuai dengan energi aktivasi yang masuk akal. Model ini secara keliru
mengasumsikan bahwa nilai Q tidak bervariasi dengan suhu. Teknik tabel braket
mengasumsikan bahwa, untuk analit yang diberikan, energi aktivasi berada di
antara dua batas (mis., Antara 10 dan 20 kkal). Sebagai hasilnya, sebuah meja
dapat dibangun menunjukkan hari-hari stres pada berbagai suhu tegangan.
Penggunaan tabel braket 10 hingga 20 kkal masuk akal karena pengalaman luas
menunjukkan bahwa sebagian besar analit dan reagen yang diminati dalam
laboratorium farmasi dan klinis memiliki energi aktivasi dalam kisaran ini
(Kommanaboyina et al., 1999; Anderson et al., 1991).
pressure
Kingdom
Northern
Europe
Russia
United states
Europe 30oC/35%RH
India
>22oC/>15-27
Egypt
A. Kesimpulan
Pengujian stabilitas sekarang merupakan komponen prosedural utama dalam
program pengembangan farmasi untuk obat baru serta formulasi baru. Tes stabilitas
dilakukan sehingga kondisi penyimpanan yang disarankan dan umur simpan dapat
dimasukkan pada label untuk memastikan bahwa obat tersebut aman dan efektif
sepanjang umur simpannya. Selama periode waktu dan dengan pengalaman dan
perhatian yang meningkat, persyaratan peraturan telah dibuat semakin ketat untuk
mencapai tujuan di atas dalam semua kondisi yang memungkinkan dimana produk
mungkin dikenakan selama masa simpannya. Oleh karena itu, uji stabilitas harus
dilakukan mengikuti prinsip-prinsip ilmiah yang tepat dan setelah memahami
persyaratan peraturan saat ini dan sesuai dengan zona iklim.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson G., Scott M. Determination of product shelf life and activation energy for five
drugs of abuse. Clin. Chem. 1991;37:398-402.
Carstensen JT. Drug Stability, Principles and Practices, Marcel Dekker, New York (2000).
Connors KA., Amidon GL., Kennon L. Chemical stability of pharmaceuticals-a handbook for
pharmacists. New York: John Wiley & Sons (1973) 8-119.
ICH Q1A(R2). Stability testing guidelines : Stability testing of new drug substances and
products. ICH Steering Committee, 2003.
ICH Q1B. Guidance for Industry: Photostability testing of new drug substances and products.
CDER, US FDA, 1996.
Kommanaboyina B., Rhodes CT. Trends in stability Testing , with Emphasis on Stability
During Distribution and Storage. Drug Dev. Ind. Pharm. 1999;25:857-867.
Matthews RB. Regulatory Aspects of Stability Testing in Europe. Drug Dev. Ind. Pharm.
1999;25:831-856.
Sanjay Bajaj, Dinesh Singla and Neha Sakhuja. 2012. Stability Testing of Pharmaceutical
Products. Journal of Applied Pharmaceutical Science 02 (03); 2012: 129-138.
Available online at www.japsonline.com
Singh S., Bakshi M. Guidance on conduct of stress test to determine inherent stability of
drugs. Pharm Technol Asia, Special Issue, Sep./Oct. 2000;24-36.