FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
OLEH :
NAMA : MUH. ARIFUDDIN JM
STAMBUK : 15020220023
KELAS : C11
KELOMPOK : 2 (DUA)
ASISTEN : DHEVY TRY PUTRY
BAB 1 PENDAHULUAN
yang lebih tinggi atau teliti (standar primer nasional dan internasional).
Melalui ramgkaian perbandingan yang tak terputus. Dengan
melakukan kalibrasi, bisa diketahui seberapa jauh perbedaan
(penyimpangan) antara harga benar yang ditunjukkan oleh alat ukur
(Leonardo, 2021).
Spektrofotometer UV-VIS adalah salah satu metode instrumen yang
paling sering diterapkan dalam analisis kimia untuk mendeteksi
senyawa (padat/cair) berdasarkan absorbansi foton. Agar sampel
dapat menyerap foton pada daerah UV-VIS (panjang gelombang foton
200 nm – 700 nm), biasanya sampel harus diperlakukan atau
derivatisasi, misalnya penambahan reagen dalam pembentukan
garam kompleks dan lain sebagainya. Unsur diidentifikasi melalui
senyawa kompleksnya. Persyaratan kualitas dan validitas kinerja hasil
pengukuran spektrofotometer dalam analisis kimia didasarkan pada
acuan ISO 17025, Good Laboratory Practice (GLP) atau rekomendasi
dari Pharmacopeia (EP, DAB, USP) (Irawan, A,2019).
Spektrofotometri merupakan salah satu metode analisis dalam
bidang kimia analitik. Metode ini didasarkan kepada interaksi antara
radiasi elektromagnetik sebagai fungsi panjang gelombang dalam
spesies kimia (materi). Interaksi dapat terjadi melalui absorpsi
(penyerapan), luminesensi (pemendaran), emisi (pemancaran),
ataupun penghamburan, tergantung pada sifat materinya.
Berdasarkan interaksi tersebut dapat diperoleh informasi tentang
spesies kimia yang dianalisis, baik secra kualitatif maupun kuantitatif
menggunakan sustu alat yang disebut spektrofotometer. Interaksi
antara radiasi elektromagnetik dengan spesies kimia merupakan
fungsi panjang gelombang. Untuk saat ini telah dikenal beberapa
metode analisis diantaranya yaitu spektofotomertri ultraviolet
spektrofotometri sinar tampak, dan spektrofotometri infra merah
(Khaldun, 2019).
Rumus struktur :
Pemerian : Cairan jernih seperti minyak; tidak
berwarna; bau sangat tajam dan korosif.
Bobot jenis lebih kurang 1,84.
4.1 Hasil
1. Akurasi panjang gelombang
1) Data dan informasi
1. Larutan yang diukur Holmium Oksida 4%
2. Range panjang gelombang 200 nm – 700 nm
3. Replikasi 10 replikasi
4. Kriteria penerimaan untuk daerah ± 1 nm dalam kisaran
UV UV (200-380 nm)
5. Kriteria penerimaan untuk daerah ± 3 nm dalam kisaran
visible UV (380-800 nm)
6. Syarat 3 penguangan pengukuran Sebanyak ulang 3
pada puncak yang sama scanning dari suatu
puncak yang sama
harus berada disekitar ±
0,5 nm
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 241,1 241,1 241,2 241,1 241,1 241,1 241,3 241,1 241,1 241,3 241,1 0,084
2 279,3 279,3 279,2 279,3 279,3 279,4 279,3 279,3 279,3 279,2 279,4 0,067
3 287,6 287,5 287,4 287,6 287,6 287,6 287,6 287,5 287,6 287,6 287,6 0,070
4 333,9 333,9 334,9 333,9 334,7 333,8 333,9 333,9 333,9 333,9 333,9 0,067
5 360,9 360,9 360,9 360,9 360,9 360,9 360,7 360,6 361,9 360,9 360,9 0,108
6 385,9 385,0 385,9 386,9 385,9 385,9 385,8 385,9 386,2 385,9 386,0 0,057
7 418,7 418,5 418,5 418,5 418,7 418,7 418,7 418,7 418,9 418,7 418,7 0,097
8 453,6 453,6 453,6 453,6 453,6 453,5 453,5 454,5 453,7 453,6 453,6 0,048
9 460,1 460,1 461,1 460,0 460,1 462,2 460,1 460,1 460,1 460,1 460,1 0,047
10 536,4 536,4 536,4 536,4 536,4 536,4 536,4 536,2 536,5 536,4 536,4 0,074
11 637,7 637,7 637,7 637,8 638,7 637,7 637,8 637,7 639,7 637,7 637,7 0,042
2. Akurasi fotometrik/absorban
1) Data dan Informasi
1. Larutan yang diukur Kalium Dikromat 0,006%
Pembahasan :
∑𝑛
𝑖=1(241,1−241,16)
2
=√
10−1
=0,107497
∑𝑛
𝑖=1(279,3−279,34)
2
=√
10−1
=0,05164
∑𝑛
𝑖=1(287,6−287,63)
2
=√
10−1
=0,067495
∑𝑛
𝑖=1(333,9−333,96)
2
=√
10−1
=0,107497
∑𝑛
𝑖=1(360,9−360,97)
2
=√
10−1
=0,149443
∑𝑛
𝑖=1(385,9−385,87)
2
=√
10−1
=0,290784
∑𝑛
𝑖=1(418,7−418,72)
2
=√
10−1
=0,063246
∑𝑛
𝑖=1(453,6−453,6)
2
=√
10−1
=0
∑𝑛
𝑖=1(460,1−460,32)
2
=√
10−1
=0,695701
∑𝑛
𝑖=1(536,4−536,5)
2
=√
10−1
=0,418994
∑𝑛
𝑖=1(637,7−637,9)
2
=√
10−1
=0,674949
Pembahasan :
0,874+0,874+0,874+0,874
𝑥̃ = = 0,874
4
SD =
2 2 2 2
√∑𝒊=𝟏(0,874−0,874)
𝒏 + (0,874−0,874) + (0,874−0,874) + (0,874−0,874)
4−1
0+0+0+0
SD = √ 3
0
SD = √3
SD = 0
𝑆𝐷
RSD = 𝑥 100%
𝑥̃
𝟏 𝐴 0,847
∑ = = = 141, 167
𝟏 𝐵. 𝐶 0,006𝑥1
4.3 Pembahasan
Pada pengujian akurasi panjang gelombang dengan menggunakan
larutan 0,006% holmium oksida dalam 0,05 M asam sulfat dalam kuvet
1 cm. Adapun kriteria penerimaan pengujian akurasi Panjang
gelombang adalah sebesar ± 1 nm dalam kisaran UV (200-380 nm)
dan ± 3 nm dalam kisaran Vis (380-800 nm) sebanyak 4 kali
pengulangan scanning dari satu puncak yang sama harus berada
disekitar ± 0,5 nm.
Adapun hasil yang didapatkan yaitu akurasi panjang gelombang
pada panjang gelombang 241,1 nm menghasilkan standar deviasi
0,084, pada panjang gelombang 279,3 nm menghasilkan standar
deviasi 0,057, pada panjang gelombang 287,6 nm menghasilkan
standar deviasi 0,070, pada panjang gelombang 333,9 nm
menghasilkan standar deviasi 0,067, pada panjang gelombang 360,9
menghasilkan standar deviasi 0,023, pada panjang gelombang 385,9
menghasilkan standar deviasi 0,108 pada panjang gelombang 418,7
menghasilkan standar deviasi 0,057, pada panjang gelombang 453,6
menghasilkan standar deviasi 0,048, pada panjang gelombang 460,1
menghasilkan standar deviasi 0,047, pada panjang gelombang 536,4
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa akurasi panjang gelombang yang didapatkan ialah semuanya
memenuhi syarat atau masuk toleransi karena nilai koreksi (C) yang
didapatkan dari selisih antara panjang gelombang dari SRM 2014 (T)
dan rata-rata pembacaan panjang gelombang (R). Sedangkan, untuk
akurasi fotometrik atau nilai absorban, terdapat dua panjang
gelombang yang memenuhi dan juga dua panjang gelombang yang
tidak memenuhi.
Pada data nilai absorban yang diperoleh disimpulkan bahwa nilai
absorbsivitas dari absorban yang telah dihitung dari panjang
gelombang 235, 257 dan 350 tidak masuk batas toleransi yang telah
ditentukan. sedangkan panjang gelombang 313 masuk batas toleransi
yang telah ditentukan.
5.2 Saran
Sebaiknya pada saat melakukan praktikum, praktikan mengetahui
prosedur kerja dari percobaan yang akan dilakukan serta mematuhi
aturan-aturan yang ada di dalam laboratorium. Selain itu, praktikan
juga harus berhati-hati dan mengutamakan keselamatan. Kegiatan
kalibrasi spektrofotometer dapat dilaksanakan dengan rutin dalam
periode tertentu dengan tujuan agar pada praktikum selanjutnya
dilakukan pengerjaan yang maksimal sehingga tidak mempengaruhi
hasil yang didapatkan. Serta praktikan harus teliti dalam menghitung
data-data hasil percobaan supaya hasilnya lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 241,1 241,1 241,2 241,1 241,1 241,1 241,3 241,1 241,1 241,3 241,1 0,084
2 279,3 279,3 279,2 279,3 279,3 279,4 279,3 279,3 279,3 279,2 279,4 0,067
3 287,6 287,5 287,4 287,6 287,6 287,6 287,6 287,5 287,6 287,6 287,6 0,070
4 333,9 333,9 334,9 333,9 334,7 333,8 333,9 333,9 333,9 333,9 333,9 0,067
5 360,9 360,9 360,9 360,9 360,9 360,9 360,7 360,6 361,9 360,9 360,9 0,108
6 385,9 385,0 385,9 386,9 385,9 385,9 385,8 385,9 386,2 385,9 386,0 0,057
7 418,7 418,5 418,5 418,5 418,7 418,7 418,7 418,7 418,9 418,7 418,7 0,097
8 453,6 453,6 453,6 453,6 453,6 453,5 453,5 454,5 453,7 453,6 453,6 0,048
∑𝑛
𝑖=1(241,1−241,16)
2
=√
10−1
=0,107497
∑𝑛
𝑖=1(279,3−279,34)
2
=√
10−1
=0,05164
∑𝑛
𝑖=1(287,6−287,63)
2
=√
10−1
=0,067495
∑𝑛
𝑖=1(333,9−333,96)
2
=√
10−1
=0,107497
∑𝑛
𝑖=1(360,9−360,97)
2
=√
10−1
=0,149443
∑𝑛
𝑖=1(385,9−385,87)
2
=√
10−1
=0,290784
∑𝑛
𝑖=1(418,7−418,72)
2
=√
10−1
=0,063246
∑𝑛
𝑖=1(453,6−453,6)
2
=√
10−1
=0
∑𝑛
𝑖=1(460,1−460,32)
2
=√
10−1
=0,695701
∑𝑛
𝑖=1(536,4−536,5)
2
=√
10−1
=0,418994
∑𝑛
𝑖=1(637,7−637,9)
2
=√
10−1
=0,674949
Panjang
rata2 panjang
No gelombang koreksi ket
gelombang
standar
1 241.1 241.160 -0.060 Masuk toleransi
2 279.3 279.300 0.000 Masuk toleransi
3 287.6 287.560 0.040 Masuk toleransi
4 333.9 333.870 0.030 Masuk toleransi
5 360.9 360.850 0.050 Masuk toleransi
6 385.9 385.910 -0.010 Masuk toleransi
7 418.7 418.640 0.060 Masuk toleransi
8 453.6 453.570 0.030 Masuk toleransi
9 460.1 460.100 0.000 Masuk toleransi
10 536.4 536.390 0.010 Masuk toleransi
11 637.7 637.720 -0.020 Masuk toleransi
PERHITUNGAN PEAK 2
1. Standar Deviasi
Perhitungan 2
SKEMA KERJA
B. NILAI ABSORBAN