Anda di halaman 1dari 18

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN KAF

TITRASI LANGSUNG

OLEH:

NAMA : NUR FAJRI AMALIA A. INGRATUBUN

STAMBUK : 15020200149

KELAS : C7

KELOMPOK : I (SATU)

ASISTEN : RAHMADANISA PUTRI

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021
TITRASI LANGSUNG

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Titrasi langsung adalah titrasi dimana zat yang akan kita


tentukan kadarnya secara langsung dapat dititrasi dengan larutan
standar hingga reaksi berlangsung secara sempurna. Pelaksanaan
metode ini harus ditunjang oleh ketersediaan larutan baku, larutan
sampel, dan indikator.
Adapun teknik titrasi dapat dibedakan menjadi 4 kelompok
berdasarkan reaksi kimianya, yaitu : reaksi asam basa, reaksi
oksidasi reduksi, reaksi pengendapan, dan reaksi pembentukan
kompleks. Namun praktikum kali ini kita hanya akan menggunakan
metode alkalimetri dan kompleksometri.
Netralisasi juga sering disebut dengan titrasi asam-basa. Titrasi
asam basa-basa merupakan suatu metode untuk menentukan kadar
dari suatu zat dengan menggunakan zat lain yang telah diketahui
konsentasinya. Titrasi asam-basa juga bisa diartikan sebagai
penetapan kadar dari suatu zat (asam/basa) dengan menggunakan
dua metode. Metode tersebut antara lain ialah metode alkalimetri dan
metode asidimetri. Metode alkalimetri yaitu suatu teknik analis untuk
mengukur keasaman suatu zat dengan menggunakan larutan
standar baku basa, sedangkan metode asidimetri yaitu suatu teknik
analis untuk mengukur kebasaan suatu zat dengan menggunakan
laruran standar baku asam. Netralisasi/ titrasi asam-basa itu sendiri
merupakan reaksi dimana asam dan basa bereaksi dalam larutan
berair untuk menghasilkan garam dan air.
Sedangkan, Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan
pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam
yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana
titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa

NUR FAJRI AMALIA A. INGRATUBUN RAHMADANISA PUTRI


15020200149
TITRASI LANGSUNG

kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang


menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak,
tidak hanya dalam titrasi.
Kompleksometri merupakan analisa kimia kuantitatif untuk zat-zat
anorganik yang mengandung ion-ion logam seperti aluminium,
bismuth, kalsium, magnesium dan zink dengan cara gravimetric
memakan waktu yang lama, karena prosedurnya meliputi
pengendapan, penyari ngan, pencucian dan pengeringan atau
pemijaran sampai bobot tetap.
1.2 Maksud Praktikum
Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui metode titrasi
langsung dalam menentukan kadar suatu sampel.
1.3 Tujuan Praktikum
Untuk menentukan kadar suatu sampel menggunakan cara titrasi
langsung menggunakan metode yang sesuai.

NUR FAJRI AMALIA A. INGRATUBUN RAHMADANISA PUTRI


15020200149
TITRASI LANGSUNG

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Konsep paling mendasar dan praktis dalam kimia asam basa
tidak diragukan lagi adalah reaksi netralisasi. Netralisasi dapat
didefinisikan sebagai reaksi antara proton dan ion hidroksida
membentuk air. Dalam pembahasan netralisasi tentu kita akan
mendapatkan istilah titrasi. Titrasi merupakan suatu metode untuk
menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang
sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka di sebut titrasi asam
basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan
pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya (Ika, 2009).
Untuk menunjukan titik ekivalen dapat digunakan indikator metal
merah bromtimol biru atau fenolftalaen. Indikator-indikator itu
mengalami perubahan warna disekitar titik ekivalen. Oleh karena itu
perubahan warna indikator fenelftalaen lebih tajam (lebih mudah
diamati), maka indikator fenolftalaen lebih sering digunakan (Purba,
2006).
Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk
menentukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa.
Kebanyakan asam dan basa organik dan organik dapat dititrasi dalam
larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu terutama senyawa organik
tidak larut dalam air. Namun demikian umumnya senyawa organik
dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik itu dapat
ditentukan dengan titrasi asam basa dalam pelarut inert. Untuk
menentukan asam digunakan larutan baku asam kaut misalnya HCl,
sedangkan untuk menentuan basa digunakan larutan basa kuat
misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan

NUR FAJRI AMALIA A. INGRATUBUN RAHMADANISA PUTRI


15020200149
TITRASI LANGSUNG

perubahan indikator asam basa yang sesuai atau dengan bantuan


peralatan seperti potensiometri, spektrofotometer, konduktometer
(Rivai, 1990).
Prinsip titrasi asam basa, titrasi asam basa melibatkan asam
maupun basa sebagai titer maupun titran. Titrasi asam basa
berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan
menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran ditambahkan titer
sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen (artinya secara
stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut
titik ekuivalen. Dalam metode titrasi asam basa larutan uji, atau larutan
standar ditambahkan secara eksternal, biasanya dari dalam buret
bentuk larutan standar ini ditentukan sampai telah dicapai kesetaraan
secara kimia dengan larutan sekunder yang telah diuji. Untuk
mengetahui kapan penambahan larutan standar itu harus dihentikan,
digunakan suatu zat yang berupa indikator. Analisa perhitungan
molaritas larutan dilakukan pada saat sudah terjadi kesetaraan dan
proses penetesan larutan penguji dihentikan (Harjanti, 2008).
Indikator asam-basa adalah zat yang adapat berubah warna
apabila pH lingkungannya berubah. Apabila dalam suatu titrasi, asam
maupun basanya mrupakan elektrolit kuat, larutan pada titik ekivalen
akan mempunyai pH=7. Tetapi bila asamnya ataupun basanya
merupakan elektrolit lemah, garam yang terjadi akan mengalami
hidrolisis dan pada titik ekivalen larutan akan mempunyai pH > 7
(bereaksi basa) atau pH < 7 (bereaksi asam). Harga pH yang tepat
dapat dihitung dari tetapan ionisasi dari asam atau basa lemah
tersebut dan dari konsentrasi larutan yang diperoleh. Titik akhir titrasi
asam-basa dapat ditentukan dengan indikator asam-basa (Harjanti,
2008).
Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH larutan
akan naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam
maka pH larutan akan turun. Grafik yang menyatakan perubahan pH

NUR FAJRI AMALIA A. INGRATUBUN RAHMADANISA PUTRI


15020200149
TITRASI LANGSUNG

pada penetesan asam dengan basa atau sebaliknya disebut kurva


titrasi. Kurva titrasi berbetuk S, yang pada titik tengahnya merupakan
titik ekuivalen (Purba, 2006).
Tidak semua pereaksi dapat digunakan sebagai titran, untuk itu
pereaksi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut berlangsung
sempurna, tunggal dan menurut persamaan yang jelas ( dasar teoritis),
cepat dan irreversible, ada petunjuk akhir titrasi (indikator), larutan
baku direaksikan dengan alat harus mudah didapat dan sederhana
menggunakannya, juga harus stabil sehingga konsentrasinya tidak
mudah berubah bila disimpan (Mara, 2010).
Titrasi kompleksometri adalah titrasi yang berdasarkan reaksi
pembentukan kompleks, misalnya penetapan kadar Ca (ion logam)
dengan EDTA (garam natrium dari asam etilen diamina tetra - asetat).
Asam etilen diamin tetra asetat atau EDTA, merupakan salah satu
jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan
seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat
kedua nitrogen (Pujaatmaka, 2002).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi
reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul
netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar
terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain
titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang
dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut
penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan,
dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :
M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O (Khopkar, 2002).
Titrasi kompleksometri merupakan titrasi berdasarkan
pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk
kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang banyak
digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium
etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). Senyawa ini dengan

NUR FAJRI AMALIA A. INGRATUBUN RAHMADANISA PUTRI


15020200149
TITRASI LANGSUNG

banyak kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1 : 1,


beberapa valensinya (Khopkar, 2002).
Kompleksometri dapat melibatkan reaksi pembentukan kompleks.
Atau reaksi ligan (dimana ligan pada ion pusat atau logam digantikan
oleh ligan lain). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi
kompleks diantaranya kestabilan ion kompleks dan kereaktifan ligan.
Kestabilan ion logam dicirikan oleh harga ketetapan ketidakstabilan
kompleks. Salah satu reagen yang sangat serbaguna sebagai zat
pengompleks adalah EDTA atau bentuk garamnya serta tersedianya
berbagai jenis indikator ion logam yang efektif pada pH tertentu (Ham,
2006).

2.2 Uraian Bahan

1. Amonium Hidroksida (Ditjen POM 1979, Hal : 86)


Nama Resmi : AMMONIUM HYDROKSIDUM
Nama Lain : Amonia
Rumus Molekul : NH4OH
Berat Molekul : 35,05 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Larutan dengan bau merangsang


Kelarutan : Larut baik dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi

NUR FAJRI AMALIA A. INGRATUBUN RAHMADANISA PUTRI


15020200149
TITRASI LANGSUNG

2. Amonium Klrorida (Ditjen POM 2014, Hal : 128)


Nama Resmi : AMMONIUM CHLORIDE
Nama Lain : Amonium Klorida
Rumus Molekul : NH4Cl
Berat Molekul : 53,49 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur


halus atau kasar; berwarna putih; rasa
asin dan dingin higroskopik.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserin;
lebih mudah larut dalam air mendidih; sedikit
larut dalam etanol.
Penyimpangan : Dalam wadah tertutup rapat.
3. Asam Sitrat (Ditjen POM 2014, Hal : 164)
Nama Resmi : CITRIC ACID
Nama Lain : Asam Sitrat
Rumus Molekul : C6H8O7
Berat Molekul : 192,13 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk


hablur granul sampai halus; putih; tidak
berbau atau praktis tidak berbau; rasa sangat
asam. Bentuk hidrat mekar dalam udara
kering.

NUR FAJRI AMALIA A. INGRATUBUN RAHMADANISA PUTRI


15020200149
TITRASI LANGSUNG

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut


dalam etanol; agar sukar larut dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
4. Aquadest (Ditjen POM 1979, Hal : 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Rumus Struktur :H–O–H
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa,
dan tidak memliki warna.
Kelarutan : Tidak larut dalam minyak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
5. Dinatrium Edetat (Ditjen POM 2014, Hal : 343)
Nama Resmi : DISODIUM EDETATE
Nama Lain :Dinatrium Edetat, Dinatrium (etilenadinitrilo)
tetraasetat dihidrat.
Rumus Molekul : C10H14N2Na2O8.2H2O
Berat Molekul : 372,24 g/mol
Rumus Strutur :

Pemerian : Serbuk hablur, putih.


Kelarutan : Larut dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

NUR FAJRI AMALIA A. INGRATUBUN RAHMADANISA PUTRI


15020200149
TITRASI LANGSUNG

6. Eriokrom Hitam atau EBT (Ditjen POM 1979, Hal : 683)


Nama Resmi : HITAM MORDAN
Nama Lain : Hitam Eriokrom
Rumus Molekul : C20H12N3NaO7S
Berat Molekul : 461,38 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk; hitam kecoklatan.


Kelarutan : Larut dalam air panas; dalam etanol (95%) P
dan dalam metanol P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai indikator.
7. FENOLFTALEIN (Ditjen POM 2014, Hal : 445)
Nama Resmi : PHENOLPHTALEINE
Nama Lain : Fenolftalein
Rumus Molekul : C20H14O4
Berat Molekul : 318,33 g/mol

Rumus Struktur :

NUR FAJRI AMALIA A. INGRATUBUN RAHMADANISA PUTRI


15020200149
TITRASI LANGSUNG

Pemerian : Serbuk harblur; putih atau putih


kekuningan lemah; tidak berbau; stabil di
udara.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam
etanol; agak sukar larut dalam eter.
Kegunaan : Sebagai baku pembanding.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindungi
cahaya pada suhu ruang.
8. Natrium Hidroksida (Ditjen POM 2014, Hal: 911)
Nama Resmi : SODIUM HYDROXIDE
Nama Lain : Natrium Hidroksida
Rumus Molekul : NaOH
Berat Molekul : 40,00 g/mol
Rumus Struktur : Na – OH
Pemerian :Putih atau praktis putih, keras, rapuh dan
menunjukkan pecahan hablur. Jika terpapar
diudara, akan cept menyerap karbon dioksida
dan lembab. Massa melebur, berbentuk pelet
kecil, serpihan atau batang atau bentuk lain.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol.
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat.

NUR FAJRI AMALIA A. INGRATUBUN RAHMADANISA PUTRI


15020200149
TITRASI LANGSUNG

9. Zink Sulfat (Ditjen POM 2014, Hal: 1333)


Nama Resmi : ZINC SULFATE
Nama Lain : Zink Sulfate
Rumus Molekul : ZnSO4
Berat Molekul : 161,44 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur transparan atau jarum-jarum kecil;


serbuk hablur atau butir; tidak berwarna; tidak
berbau; larutan memberikan reaksi asam
terhadap lakmus.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
2.3 Prosedur Kerja
Titrasi langsung dengan metode Alkalimetri:
 Timbang seksama ± 3 g asam sitrat di dalam labu yang sudah di
tara.
 Larutkan dalam 40 mL air, tambahkan indikator PP LP dan titrasi
dengan Natrium Hidroksida 1 N LV.
Tiap ml Natrium Hidroksida 1 n setara dengan 64,04 mg C6H8O7.
Cara kerja praktikum:
Titrasi Langsung dengan metode Alkalimetri:
 Timbang seksama ± 100 mg asam sitrat di dalam labu yang sudah
ditara.
 Kemudian dilarutkan dalam 40 mL air, lalu ditambahkan indikator
PP LP dan di titrasi degan Natrium Hidroksida 1 N LV.
Tiap ml Natrium Hidroksida 1 n setara dengan 64,04 mg C6H8O7.

NUR FAJRI AMALIA A. INGRATUBUN RAHMADANISA PUTRI


15020200149
TITRASI LANGSUNG

BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat Praktikum
Alat yang digunakan dalam praktikum titrasi ini yaitu:
 Buret.
 Gelas kimia.
 Klem dan statif.
 Corong glass.
 Gelas ukur.
 Pipet tetes.
3.2 Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan dalam praktikum titrasi ini yaitu:
 Asam Sitrat.
 Larutan baku Natrium Hidroksida 1 N.
 Indikator Phenolphtalein (PP).
3.3 Cara Kerja
Titrasi langsung dengan metode Alaklimetri:
Timbang seksama ± 3 g Asam Sitrat di dalam labu yang sudah di
tara. Larutkan dalam 40 mL air, tambahkan indikator PP LP dan titrasi
dengan Natrium Hidroksida 1 N LV.
Tiap ml Natrium Hidroksida 1 N setara dengan 64,04 mg O 6H8O7.
Cara kerja praktikum:
Menimbang seksama ± 100 mg Asam Sitrat di dalam labu yang
sudah di tara. Kemudian, larutkan dalam 40 ml air, lalu tambahkan
indikator PP LP dan di tittrasi dengan Natrium Hidroksida 1 N LV.
Tiap ml Natrium Hidroksida 1 N setara dengan 64,04 mg C6H8O7.

NUR FAJRI AMALIA A. INGRATUBUN RAHMADANISA PUTRI


15020200149
TITRASI LANGSUNG

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
A. Pengumpulan data dan informasi

NO Penilaian Jawaban
1 Nama sampel Asam Sitrat
2 Berat sampel 100 mg
3 Pelarut Aquadest 40 mL
4 Larutan baku Natrium Hidroksida (NaOH)
5 Konsentrasi larutan baku 0,998 N
6 Indikator Phenolphtalein (PP) 3 tetes
7 Berat setara 64,04 mg

B. Pencatatan dan Pelaporan

No Penilaian Hasil

1 Perubahan warna indikator Bening menjadi merah muda


2 Volume titran yang digunakan 1,8 mL

3 Rumus perhitungan kadar 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 ×𝑁×𝐵𝑆𝑇


% kadar = ×
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×𝐹𝐾
1𝑂𝑂%

4 Kadar sampel 115, 041 %

Perhitungan
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 ×𝑁×𝐵𝑆𝑇
% kadar = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×𝐹𝐾

1,8mL x 0,998 N x 64,04 mg


% kadar= x 100 %
100 mg x 1
115,041
% kadar = × 100%
100
% kadar = 115, 041 %

NUR FAJRI AMALIA A. INGRATUBUN RAHMADANISA PUTRI


15020200149
TITRASI LANGSUNG

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, kita menggunakan metode alkalimetri,
100 mg Asam Sitrat dilarutkan dengan 40 ml aquadest dan di tetesi
indikator PP sebanyak 3 tetes. Tetapi, tidak atau belum mengalami
perubahan warna. Setelah larutan tersebut di titrasi dengan
konsentrasi 0,998 N larutan NaOH baku, larutan tersebut mengalami
perubahan warna merah mudah yang disebabkan oleh Asam Sitrat
yang bereaksi dengan NaOH baku sehingga menghasilkan warna
merah muda tersebut. Pada saat praktikum, perubahan warna
tersebut di awali dengan warna yang berpendar sedikit demi sedikit
yang menandakan titik ekuivalen. Titik ekuivalen adalah titik yang
menunjukkan keadaan jumlah larutan baku atau larutan titer yang
ditambahkan ekuivalen dengan jumlah zat yang di tentukan. Pada
saat volume titran di teteskan sebanyak 1,8 ml, warna sampel telah
berubah sempurna dan menjadi merah mudah yang menandakan titik
akhir titrasi. Titik akhir titrasi merupakan titik terjadi perubahan warna
pada indikator yang menunjukkan titik ekuivalen antara zat yang di
analisis dan larutan standar. Jadi berat setara yang di peroleh adalah
64,04 mg dan faktor koreksinya adalah bernilai 1. Setelah di hitung
kadarnya menggunakan rumus % kadar, diperoleh hasil % kadar yaitu
115,041 %.

NUR FAJRI AMALIA A. INGRATUBUN RAHMADANISA PUTRI


15020200149
TITRASI LANGSUNG

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah bahwa % kadar
dari sampel Asam Sitrat yaitu 115,041 % dimana hasil tersebut belum
sesuai dengan % kadar Asam Sitrat yang tertera di Farmakope
Indonesia Edisi V. % kadar yang di tetapkan di Farmakope untuk
Asam Sitrat adalah tidak kurang dari 99,5 % dan tidak lebih dari 100,5
%.
5.2 Saran
Kritik dan saran dari bapak/ibu dosen dan juga kakak asisten
sangat di harapkan demi kesempurnaan penulisan laporan praktikum.

NUR FAJRI AMALIA A. INGRATUBUN RAHMADANISA PUTRI


15020200149
TITRASI LANGSUNG

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2021. Penuntun Praktikum Kimia Analisis. Makassar: Universitas


Muslim Indonesia.
Ditjen POM 2014. Farmakope Indonesia edisi. V. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM 1979. Farmakope Indonesia edisi. III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Ham, M. 2006. Membuat Reagen Kimia. Jakarta: Bumi Aksara.
Harjanti. R.S. 2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma
domestica val.) dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis
Volumetri. Jurnal Rekayasa Proses, Vol.2, No.2. Universitas
Gadjah Mada: Yogyakarta.
Ika, Dani. 2009. Alat Otomarisasi Pengukur Kadar Vitamin C dengan
Metode Titrasi Asam Basa. Jurnal Neutrino. Malang: Universitas
Islam Negeri Malang.
Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Mara, Ady. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Palembang:
Universitas Sriwijaya.
Pujaatmaka, A.Handayana. 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai Pustaka.
Purba, Mitchael. 2006. Kimia. Jakarta: Erlangga.
Rivai, H. 1990. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.

NUR FAJRI AMALIA A. INGRATUBUN RAHMADANISA PUTRI


15020200149
TITRASI LANGSUNG

LAMPIRAN
 Skema Kerja:

Titrasi Langsung dengan Metode Alkalimetri



Timbang seksama lebih kurang 3 g asam sitrat di dalam lab yang telah
ditara.

Larutkan dalam 40 mL air, tambahkan indikator PP LP dan titrasi dengan
natrium hidroksida 1 N LV.

Tiap ml natrium hidroksida 1 N setara dengan 64,04 mg C6H8O7.
Cara Kerja Praktikum :
Ditimbang seksama lebih kurang 100 mg asam sitrat di dalam labu yang
telah ditara.

Kemudian dilarutkan dalam 40 mL air, lalu ditambahkan indikator PP LP
dan dititrasi dengan natrium hidroksida 1 N LV.

Tiap ml natrium hidroksida 1 N setara dengan 64,04 mg C 6H8O7.

NUR FAJRI AMALIA A. INGRATUBUN RAHMADANISA PUTRI


15020200149

Anda mungkin juga menyukai