Anda di halaman 1dari 3

Kharisul Ihsan / 125090200111002

1. PENENTUAN BERAT JENIS


Berat jenis adalah konstanta/tetapan bahan yan bergantung pada suhu unutuk padat,
cair, dan bentuk gas yang homogen. Berat jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot
zat dibanding dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25o C). Atau berat jenis adalah
suatu karakteristik bahan yang penting yang digunakan untuk pengujian identitas dan
kemurnian dari suatu zat.

= m/V
dimana, adalah berat jenis suatu zat (g/mL), m adalah massa suatu zat (gram) dan V
adalah volume suatu zat (mL).
Penentuan berat jenis dapat ditentukan dengan pikonometer, Areometer, timbangan
hidrostatis (timbangan Mohr-Westphal) dan cara manometeris.
Penentuan berat jenis zat padat
Kerapatan sebenarnya adalah kerapatan dari bahan padat yang nyata (sebenarnya).
Metode untuk menentukan kerapatan padatan tidak berpori dengan pemindahan cairan di
mana padatan tersebut tidak larut ditemukan dalam buku-buku farmasi umum. Jika bahan
berpori seperti halnya kebanyakan serbuk-serbuk, kerapatan sebenarnya dapat ditentukan
dengan menggunakan densitometer helium.
Kerapatan granul bisa ditentukan dengan suatu metode yang serupa dengan metode
pemindahan cairan. Digunakan air raksa, karena air raksa mengisi ruang-ruang kosong tetapi
tidak berpenetrasi ke dalam pori-pori dalam dari partikel. Kerapatan bulk didefinisikan
sebagai massa dari suatu serbuk dibagi dengan volume bulk.
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu :
1. Bobot jenis sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka
dan tertutup.
2. Bobot jenis nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka, tetapi
termasuk pori yang tertutup.
3. Bobot jenis efektif
Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup.
Pada penentuan berat jenis suatu zat padat dapat pula digunakan metode dengan
menggunakan piknometer. Dimana, suatu zat padat dimasukkan piknometer kemudian
ditambahkan suatu zat cair (aquades) ke dalam piknometer tersebut. Sehingga, dapat
diketahui volume dari zat padat tersebut dan dapat ditentukan berat jenisnya.
Metode penentuan berat jenis zat cair :

1. Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan
penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk
menimbang yang dinamakan piknometer.
2. Metode Neraca Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu
benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume
cairan yang terdesak.
3. Metode Neraca Mohr-Westphal. Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok
timbangan yang dibuat menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan dengan bobot
lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah
penggunan waktu yang singkat dan mudah dilakukan.
4. Metode areometer. Penentuan kerapatan dengan areometer berskala (timbangan
benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas tercelup
yang sebagian diberi beban dan pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan.
2. PENENTUAN BERAT MOLEKUL DENGAN METODE CRYOSCOPIC
Penentuan bobot molekul melalui metode cryoscopic ditentukan dari hubungan berat
pelarut, berat zat terlarut, dan konstanta cryoscopic
serta penurunan titik beku. Hubungan
tersebut dituliskan dalam persamaan penurunan titik beku yang perumusannya berdasarkan
atas kondisi encer suatu larutan. Pada larutan encer, titik beku larutan memliki perbedaan
yang kecil. Oleh karena itu, pada penentuan bobot molekul dengan menggunakan
metode cryoscopic digunakan pendekatan penurunan titik beku sama dengan nol. Bobot
molekul yang benar akan diperoleh saat penurunan titik beku mencapai nilai nol melalui cara
ekstrapolasi. Ekstrapolasi ini memerlukan plot antara data bobot molekul melawan data
penurunan titik beku. Data penurunan titik beku merupakan data perbedaan titik beku antara
pelarut dengan larutan dari berbagai konsentrasi.
Penentuan bobot molekul menggunakan metode cryoscopic memiliki kelebihan
dibandingkan dua metode lainnya. Bobot molekul melalui metode cryoscopic lebih tepat
dibandingkan bobot molekul melalui metode ebullioscopic. Hal ini disebabkan penurunan
titik beku larutan lebih besar dibandingkan kenaikan titik didihnya. Penurunan titik beku
yang relatif besar memudahkan dalam pengamatan perbedaan titik beku. Tidak seperti dalam
hipotesis Avogadro, zat terlarut dalam metode cryoscopic tidak perlu berada dalam fasa uap.
Zat terlarut dalam fasa uap diperlukan untuk mengetahui massa jenis gas dari zat terlarut
tersebut.
Penurunan titik beku larutan sebanding dengan jumlah partikel zat terlarut dalam
sejumlah tertentu pelarut. Oleh karena itu, jumlah molekul atau ion terlarut dalam sejumlah
yang sama pelarut akan menghasilkan penurunan titik beku dengan nilai yang sama pula.
Penurunan titik beku yang diakibatkan oleh satu mol partikel zat terlarut dalam satu kilogram
pelarut disebut penurunan titik beku molal, yang digunakan sebagai tetapan untuk penentuan
berat molekul zat terlarut.

Apabila (g) gram zat terlarut mempunyai berat molekul (M) terlarut dalam (p) gram
pelarut, menghasilkan penurunan titik beku molal Kf, maka massa molekul zat terlarut
tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

M=
Keterangan:
g
: gram terlarut
M
: berat molekul
P
: gram pelarut
Tf
: penurunan titik beku
Kf
: tetapan penurunan titik beku molal

Anda mungkin juga menyukai