Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

PERCOBAAN II
PENENTUAN Ka ASAM ASETAT
DENGAN METODE TITRASI ASAM BASA

Nama : Sandra Agista Putri


NIM : 199494
Kelas : II A
Dosen Pembimbing : Dian Kartikasari, M.Farm., Apt.

PRODI DIII FARMASI


AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK
2020
PERCOBAAN II
PENENTUAN Ka ASAM ASETAT
DENGAN METODE TITRASI ASAM BASA

I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menentukan titik ekuivalen asam asetat berdasarkan titrasi asam
basa.
2. Mahasiswa mampu menentukan Ka dari asam asetat berdasarkan kurva titrasi.

II. DASAR TEORI


Konsep asam basa yang sangat terkenal terdiri dari tiga macam yaitu menurut
Arrhenius, Bronsted-Lowry dan asam basa menurut Lewis. Arrhenius menyatakan bahwa
asam adalah senyawa hidrogen, di mana jika senyawa tersebut dilarutkan dalam air akan
mengalami disosiasi elektrolit dan menghasilkan ion H+. Kemampuan suatu asam untuk
menghasilkan ion H+ dinilai sebagai kekuatan asam. Besar ion H+ yang dihasilkan
berbanding lurus dengan kekuatan asam. Semakin besar H+ maka asam semakin kuat.
Semakin besar ion H+ maka nilai Ka juga akan semakin besar. Oleh karena itu, Ka pada
asam atau Kb pada basa digunakan sebagai ukuran penentuan kekuatan suatu asam
(Khopkar, 1990).
Konstanta disosiasi berhubungan dengan derajat disosiasi. Derajat disosiasi
bergantung pada konsentrasi sehingga derajat ionisasi tidak bisa dijadikan pengukuran
kekuatan asam atau basa. Namun, nilai kesetimbangan disosiasi, tidak bergantung pada
konsentrasi tetapi bergantung pada keaktifan asam sehingga dapat dijadikan ukuran
kuantitatif untuk kekuatan asam atau basa itu (Svehla, 1990).
Asam yang memiliki konstanta H+ hanya satu seperti HCl, HNO3 dan HC2H3O2,
disebut asam monoprotik. Pendonoran proton adalah suatu reaksi yang dapat beregerak ke
kiri dan ke kanan, jadi setiap asam akan membentuk basa dengan menyumbangkan proton
tersebut. Selain itu, setiap basa menerima proton untuk membentuk suatu asam (Keenan,
1990).
Asam asetat atau asam cuka (CH3COOH) merupakan senyawa organik golongan asam
karboksilat. Asam cuka merupakan asam lemah yan memiliki dalam air melepaskan satu
hidrgogen (monoprotik). Asam cuka digolongkan sebagai asam lemah karena dalam air
asam cuka hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO- . Asam cuka
merupaka bahan baku pembuatan selulosa asetat dan polivinil asetat. Dalam industri
makanan, asam cuka sering digunakan sebagai pengatur keasaman (Kenaan, dkk 1984).
Asam asetat merupakan suatu asam lemah. Kekuatan suatu asam dapat dilihat
berdasarkan nilai tetapan kesetimbangannya. Harga tetapan kesetimbangan asam basa ini
menunjukkan kemudahan ion hidrogen dilepaskan dari molekul asam tersebut. Tetapan
kesetimbangan asam disimbolkan dengan simbol Ka. Reaksi keseimbangan asam dengan
rumus HA adalah:
HA(aq) + H2O(l) ⇄ H3O+(aq) + A- (aq)
sehingga rumusan tetapan keseimbangan ionisasinya adalah:
Ka = [H3O+][A−]
[HA]
Nilai tetapan keseimbangan ini merupakan suatu eksponen, sehingga untuk mempermudah,
maka pKa digunakan untuk mrnyatakan nilai kekuatan asam. Pka dapat ditentukan dengan
rumus pKa = - log Ka. Semakin kuat suatu asam maka nilai pKa semakin besar atau pKa
semakin negatif. Nilai pKa untuk asam asetat adalah 1,754 x 10-5 (Sugiyarto, 2013)
Derajat kelarutan asam (atau derajat disosiasi asam, dilambangkan dengan pKa) dalam
kimia digunakan sebagai ukuran kelarutan suatu asam (atau basa) dalam pelarut air dengan
kondisi standar (1 atm dan 25 °C). Nilai pKa didefinisikan sebagai "minus logaritma
terhadap konsentrasi ion H+ dalam larutan". Definisi ini menyebabkan konsentrasi yang
lebih tinggi memberikan nilai yang lebih rendah. Ukuran kelarutan diukur dari banyaknya
ion H+ (dalam mol per liter larutan atau molar) terlarut. Air murni memiliki rumus
kesetimbangan kelarutan:
H2O <==> H+ + OH- .
Tampak bahwa air terionisasi lemah. Pada keadaan ini, banyaknya ion H + sama dengan ion
OH- , yaitu 10-7 mol per liter. Dengan kata lain, pKa = 7. Penambahan asam akan
menaikkan konsentrasi H+ dan menurunkan OH- . Asam kuat praktis mengikat semua OH -
dan dapat dikatakan larutan sepenuhnya berisi ion H+ (pKa mendekati nol). Asam lemah
tidak terlarut sepenuhnya sehingga, meskipun konsentrasi H+ meningkat, masih terdapat
OH- terlarut. Akibatnya, nilai pKa berada di antara 0 dan 7. Dengan logika yang sama,
penambahan basa pada air akan mengakibatkan nilai pKa berada di antara 7 dan 14
(Atkins, 2005).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat yang digunakan:
1. pH meter
2. Erlenmeyer
3. Buret
4. Pengaduk magnetic
5. Hot plate
6. Pipet ukur

B. Bahan yang digunakan:


1. Asam asetat 0,1 M, 250 mL
2. NaOH 0,1 M, 550 Ml
IV. MONOGRAFI BAHAN

1. Asam Asetat (CH3COOH)


ACIDUM ACETICUM
Asam Asetat
Cuka

Asam asetat mengandung tidak kurang dari 32,5% dan tidak lebih dari 33,5% C2H4O2
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam, tajam.
Kelarutan : larut dalam air dengan etanol (95%) P dan dengan gliserol P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat dan Penggunaan: Zat tambahan.
(Farmakope Indonesia Edisi ke-III (1979) halaman 41)

2. Natrium Hidroksida (NaOH)

NATRII HYDROXYDUM
Natrium Hidroksida
NaOH BM 40,00
Natrium hidroksida mengandung tidak kurang dari 96,5% alkali jumlah dihitung sebagai
NaOH dan tidak lebih dari 2,5% Na2CO3
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras,
rapuh, dan menunjukkan susunan hablur, putih, mudah meleleh,
basah.Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap
karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat dan Penggunaan: Zat tambahan.
(Farmakope Indonesia edisi ke-III (1979) halaman 412)

V. CARA KERJA

Larutan Asam Asetat

Dipasang alat buret, tiang statif dan klem secara tepat.

Diisi buret dengan larutan NaOH 0,1 M

Dihidupkan dan standarisasi alat pH meter dengan dua jenis larutan buffer
(Larutan buffer pH 4 dan pH 7).

Diambil 20 mL Asam asetat 0,1 M dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer.

Dicelupkan elektroda pH meter kedalam gelas kimia tersebut (ujungnya tidak


boleh menyentuh batang (batang pengaduk magnetik).

Dihidupkan pengaduk magnetik.

Dibuka kran buret secara perlahan-lahan sesuai dengan penambahan volume


NaOH : 0, 5, 10, 15, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 30 mL dan catat pH larutan
pada masing-masing penambahan NaOH

Apabila titrasi telah selesai, dimatikan pH meter. Dibersihkan elektroda dan


dicelupkan elektrodan kedalam aquadest

Dibuat kurva titrasi: pH vs volume titran yang ditambahkan

pH Asam Lemah
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

mL NaOH pH mL NaOH pH mL NaOH pH


0 3.23 0 3 0 3.31
0.5 4.02 0.5 3.9 0.5 3.89
1 4.39 1 4.25 1 4.36
1.5 4.68 1.5 4.63 1.5 4.57
2 5 2 5.01 2 5.03
2.5 5.56 2.5 5.48 2.5 5.39
3 9.08 3 9.03 3 9.24
3.5 11.29 3.5 11.26 3.5 11.35
4 11.73 4 11.69 4 11.56
4.5 11.94 4.5 11.87 4.5 11.75
5 12.14 5 12.11 5 12.31

KURVA TITRASI REPLIKASI 1


14

12

10

8
pH

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
mL NaOH

Gambar 1. Kurva Titrasi Replikasi 1


Jadi, Titik ekuivalen dari titrasi replikasi 1 adalah pada pH 9,08 dengan penambahan NaOH
sebanyak 3 mL
KURVA TITRASI REPLIKASI 2
14

12

10

8
pH

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5

mL NaOH

Gambar 2. Kurva Titrasi Replikasi 2


Jadi, Titik ekuivalen dari titrasi replikasi 1 adalah pada pH 9,03 dengan penambahan NaOH
sebanyak 3 mL

KURVA TITRASI REPLIKASI 3


14

12

10

8
pH

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
mL NaOH
Gambar 3. Kurva Titrasi Replikasi 3
Jadi, Titik ekuivalen dari titrasi replikasi 1 adalah pada pH 9,24 dengan penambahan NaOH
sebanyak 3 mL
Perhitungan penentuan nilai Ka

Replikasi 1:
pH = 9,08
pH = -log H+
9,08 = -logH+
H+ = -log 10-9,08

Ka = [H+]2
M asam
= [10-9,08]2
0,1 M
= [10-18,16]
10-1
Ka = 10-17,16

Replikasi 2:
pH = 9,03
pH = -log H+
9,03 = -logH+
H+ = -log 10-9,03

Ka = [H+]2
M asam
= [10-9,03]2
0,1 M
= [10-18,06]
10-1
Ka = 10-17,06

Replikasi 3:
pH = 9,24
pH = -log H+
9,24 = -logH+
H+ = -log 10-9,24

Ka = [H+]2
M asam
= [10-9,24]2
0,1 M
= [10-18,48]
10-1
Ka = 10-17,48

Rata-rata Ka Asam asetat = Replikasi 1 + replikasi 2 + replikasi 3


3
= 10-17,16 + 10-17,06 + 10-17,48
3
= 1,89 x 10-17
3
= 6,3 x 10-17
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan untuk menentukan konstanta kesetimbangan
asam dengan menggunakan teknik titrasi potensiometrik. Disosiasi merupakan peristiwa
terjadinya suatu senyawa menjadi zat-zat yang lebih kecil atau sederhana, sedangkan
ionisasi adalah peristiwa terurainya senyawa menjadi ion-ionnya. Praktikum ini melibatkan
titrasi potensiometrik, di mana titrasi dilakukan dengan mencelupkan elektroda yang telah
tersambung pada pH meter yang telah siap menghitung pH dari asam yang dititrasi.
Bahan yang dipakai pada praktikum ini adalah asam monoprotik. Asam monoprotik adalah
asam yang dapat melepaskan 1 H. Asam monoprotik yang digunakan disini adalah asam
asetat. Kemudian sebagai titran pemberi suasana basa, digunakan lah larutan NaOH 0,1M.
Langkah yang dilakukan pertama kali pada praktikum ini adalah memasang alat buret,
tiang statif dan klem secara tepat. Kemudian mengisi buret tersebut dengan larutan NaOH
0,1 M yang akan digunakan untuk mentitrasi asam asetat.
Langkah selanjutnya adalah melakukan standarisasi alat pH meter dengan larutan buffer
pH 4 dan larutan buffer pH 7. Kalibrasi pH meter perlu dilakukan untuk mengetahui apakah
respons elektrode terhadap perubahan pH sudah benar dan dapat terekam dengan benar.
Hal selanjutnya adalah memipet 20 mL asam asetat 0,1 M dan kemudian dimasukkan
kedalam erlenmeyer. Kemudian dimasukkan elektroda pada asam asetat dalam gelas kimia
tersebut. Elektroda diusahakan agar tidak meyentuh bagian bawah dari gelas beaker agar
tidak mempengaruhi hasil. Elektroda harus selalu dibilas setiap akan dicelupkan ke dalam
cairan. Kemudian dihidupkan pengaduk magnetik.
Kemudian asam asetat tersebut dititrasi dengan larutan NaOH. Dibuka kran buret
perlahan-lahan ssuai dengan penambahan volume NaOH yaitu: 0, 5, 10, 15, 17, 19, 20, 21,
22, 23, 24, 25, 30 mL dan dicatat pH larutan pada setiap penambahan NaOH.
Titrasi dapat dihentikan bila penambahan titran tidak lagi menyebabkan perubahan
potensial atau pH dari larutan yang dititrasi. Setelah selesai dilakukan titrasi, pH meter
dimatikan, dan dicelupkan elektroda yang telah dibersihkan kedalam aquadest. Kemudian
dibuat kurva titrasi: pH vs volume titran yang ditambahkan. Dilakukan replikasi sebanyak 3
kali.
Dari hasil yang didapatkan pada replikasi 1. Penghitungan menghasilkan titik
ekuivalennya terjadi pada pH 9,08 dengan penambahan NaOH sebanyak 3 mL dan
didapatkan Ka sebesar Ka = 10-17,16. Dari hasil yang didapatkan pada replikasi 2.
Penghitungan menghasilkan titik ekuivalennya terjadi pada pH 9,03 dengan penambahan
NaOH sebanyak 3 mL dan didapatkan Ka sebesar Ka = 10-17,06 . Dari hasil yang didapatkan
pada replikasi 3. Penghitungan menghasilkan titik ekuivalennya terjadi pada pH pH 9,24
dengan penambahan NaOH sebanyak 3 mL dan didapatkan Ka sebesar Ka = 10-17,48. Setelah
dirata-ratakan didapatkan lah nilai Ka dari ketiga replikasi tersebut sebesar Ka = 6,3 x 10-17

VII. KESIMPULAN
Dari pembahasan kali ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Penentuan konstanta disosiasi asam monoprotik dapat dilakukan dengan
menggunakan metode titrasi potensiometri.
2. Metode potensiometri sangat berguna untuk menentukan titik ekuivalen suatu titrasi
secara instrumen sebagai pengganti indikator visual
3. Pada replikasi 1. Didapatkan titik ekuivalennya pada pH 9,08 dengan penambahan
NaOH sebanyak 3 mL dan didapatkan Ka sebesar Ka = 10-17,16.
4. Pada replikasi 2. Didapatkan titik ekuivalennya pada pH 9,03 dengan penambahan
NaOH sebanyak 3 mL dan didapatkan Ka sebesar Ka = 10-17,06.
5. Pada replikasi 3. Didapatkan titik ekuivalennya pada pH 9,24 dengan penambahan
NaOH sebanyak 3 mL dan didapatkan Ka sebesar Ka = 10-17,48.
6. Rata-rata nilai Ka dari ketiga replikasi tersebut sebesar Ka = 6,3 x 10-17
DAFTAR PUSTAKA

1. Atkins, Peter, and Loretta Jones. 2005. Chemical Principles: The Quest for Insight. 3rd
ed. New York: W. H. Freeman and Company.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope
Indonesia. edisi ke-III: Jakarta
3. Keenan. 1990. Kimia Untuk Universitas. Erlangga: Jakarta .
4. Khopkar.  1990.  Konsep Dasar Kimia Analitik.  Jakarta: Universitas Indonesia.
5. Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta : Kalman Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai