Anda di halaman 1dari 24

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

TITRASI ALKALIMETRI

OLEH :

KELAS D

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEGA REZKY

MAKASSAR

2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Titrasi merupakan proses mengukur volume larutan yang terdapat

dalam buret yang ditambahkan kedalam larutan lain yang diketahui

volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Titrasi ini diterapkan untuk

memperoleh pereaksi atau larutan yang tidak dapat dipastikan dari proses

pembuatannya secara langsung dari zat padatnya (Harjadi, 1993).

Alkalimetri merupakan cara penetralan jumlah basa terlarut atau

konsentrasi larutan basa melalui titrimetri. Metode alkalimetri merupakan

reaksi penetralan asam dengan basa. Titrasi asam-basa menetapkan

beraneka ragam zat yang bersifat asam dengan basa, baik organik maupun

anorganik. Banyak contoh dalam analitiknya dapat diubah secara kimia

menjadi asam atau basa dan kemudian ditetapkan dengan titrasi

(Underwood, 2002).

Alkalimetri merupakan pengukuran konsentrasi basa dengan

menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, titrasi alkalimetri disebut

juga sebagai titrasi asam basa. Dimana reaksi yang terjadi pada prinsipnya

adalah reaksi netralisasi, yaitu pembentukan garam dan H₂Onetral(PH=7)

hasil reaksi antara H⁺ dari suatu asam dan OH⁻ dari suatu basa

(Daintith, 1997).
Reaksi berlangsung secara stoikiometri apabila mgrek penitrasi

sama dengan mgrek titran, saat ini disebut dengan tItik ekivalen. Ini bisa

dilihat dengan bantuan indikator yang mempunyai warna spesifik pada PH

tertentu. Misalkan penggunaan indikator fenolftalein akan berwarna merah

muda pada PH 8,3-10,0. Dalam hal ini, perubahan warna pada suatu

larutan yang dititrasi disebut dengan titik akhir titrasi.

B. Tujuan Percobaan

1. Menentukan kadar asam sitrat menggunakan metode alkalimetri

2. Menentukan kadar asam salisilat menggunakan metode alkalimetri

C. Manfaat percobaan

Manfaat yang dapat diambil dari percobaan alkalimetri ini antara

lain :

1. Dapat mengetahui dan memahami prinsip titrasi alkalimetri

2. Dapat menentukan kadar sampel larutan basa sesuai dengan prinsip

alkalimetri

3. Dapat mengetahui aplikasi alkalimetri di dalam industri


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Salah satu dari empat golongan utama dalam analisis titrimetri

adalah reaksi penetralan atau biasa disebut alkalimetri. Alkalimetri ini

melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang

berasal dari basa lemah (basa bebas) dengan suatu basa standar

(alkalimetri). Titrasi asam-basa sering disebut alkalimteri dimana metri

berasal dari bahasa Yunani yang berarti ilmu, proses atau seni mengukur.

Jadi alkalimetri dapat diartikan sebagai penentuan kadar suatu basa dalam

suatu larutan (Khopkar, 2010).

Alkalimetri merupakan cara penetralan jumlah basa terlarut atau

konsentrasi larutan basa melalui titrimetri. Metode alkalimetri merupakan

reaksi penetralan asam dengan basa. Titrasi asam-basa menetapkan

beraneka ragam zat yang bersifat asam dengan basa, baik organik maupun

anorganik. Banyak contoh dalam analitiknya dapat diubah secara kimia

menjadi asam atau basa dan kemudian ditetapkan dengan titrasi

(Underwood, 2002).

Salah satu metode titrasi adalah alkalimetri yaitu penetralan asam

dengan basa. Kadar suatu larutan basa dapat ditentukan dengan mengambil

volume tertentu larutan asam tersebut dan kemudian titrasi dengan larutan

basa yang konsentrasinya diketahui. Jadi titrasi adalah penetapan kadar

suatu larutan dengan mengambil volume tertentu dengan mengukur


volume suatu pereaksi yang diketahui kadarnya dengan tepat bereaksi

dengan sejumlah larutan tertentu tersebut (Harjadi, 1993).

Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warnanya

apabila PH lingkungannya berubah. Misalnya biru brom timol (bb) dalam

larutan asam akan berwarna kuning, tetapi dalam lingkungannya berwarna

biru. Warna dalam keadaan asam dinamakan warna asam dan indikator

(kuning untuk bb) sedangkan warna yang ditunjukkan dalam keadaan basa

untuk setiap indikator asam-basa mempunyai warna tersendiri berdasarkan

trayek PH-nya (Vogel, 1994).

Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam

dan digunakan untuk penggunaan dengan indikator PH pada titik ekivalen

4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau

basa lemah jika penetralan adalah basa atau asam kuat (Mulyono, 2006).

Temperatur mempengaruhi titrasi asam-basa. Dimana PH dan

perubahan warna indikator tergantung secara tidak langsung pada

temperatur. Ini disebabkan perubahan kesetimbangan asam-basa dengan

temperatur. Ka akan bertambah besar dengan kenaikan temperatur sampai

suatu batas tertentu, dan kemudian akan turun kembali pada kenaikan lebih

lanjut (Rivai, 1995).

Larutan yang dititrasi dalam alkalimetri akan mengalami

perubahan PH. Misalnya dalam bila larutan asam dititrasi dengan basa,

maka PH larutan mula-mula rendah dan selama titrasi terus menerus akan

naik. Bila PH ini diukur dengan pengukur PH (PH meter) pada awal titrasi
yakni sebelum ditambah basa dan pada waktu tertentu setelah dititrasi

dimulai maka akan diperoleh grafik yang disebut kurva titrasi (Harjadi,

1993).

Kurva kemajuan (melawan volume titrant [H⁺] untuk titrasi asam-

basa dari campuran berubah-ubah dari asam, basa, garam biasa dihitung

menggunakan persamaan umum basa dengan prinsip yang dikenal seperti

hukum Guldberg-Waage dari kimia kesetimbangan dan pengawetan massa

dan harga. Dengan satu dari mereka bisa siap isi seluruh yang

berhubungan dengan kurva titrasi dengan penyisipan Kegunaan kurva

titrasi maju memastikan yang sederhana, pernyataan matematika yang

jelas dibandingkan dengan persamaan yang susah bahwa memerlukan

solusi angka yang relatif (Robert, 1999).

Bila suatu larutan Na.EDTA ditambahkan pada suatu larutan yang

mengandung ion-ion logam, maka akan terbentuk kompleks-kompleks

yang disertai dengan pembebasan dua ekivalen Hidrogen. Hidrogen yang

dibebaskan demikian dapat dititrasi dengan larutan natrium hidroksida

standar dengan menggunakan indikator asam-basa, atau titik akhir titrasi

secara potensiometri, pilihan lain suatu campuran iodida-iodida

ditambahkan disamping larutan EDTA dan iod yang dibebaskan dititrasi

dengan larutan tiosulfat standar. Larutan logam yang akan ditetapkan harus

dinetralkan dengan tepat sebelum titrasi karena biasanya sukar dihidrolisis

dalam keadaan banyak garam, dan merupakan segi lemah dari titrasi

alkalimetri (Harjadi, 1993).


Indikator dalam titrasi adalah indikator PH karena indikator ini

berubah warnanya sesuai dengan perubahan PH. Warna yang khas pada

daerah PH tertentu. Dalam titrasi standarisasi NaOH dan penentuan kadar

asam sitrat dan asam salisilat digunakan indikator PH agar jelas setiap

perubahan PH (Fuad, 2007).

NaOH bukan merupakan bahan baku primer karena bersifat

higroskopis dan mudah menyerap C0₂ dari udara. Oleh karena itu NaOH

harus distandarisasi terlebih dahulu menggunakan larutan baku primer

yang didapat dari penimbangan langsung bahan murni, misalnya asam

salisilat dan asam sitrat (Pato, 2003).

B. Uraian Bahan

1. Aquadest (Depkes RI, 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILATA

Nama lain : Air suling,aquadest

RM / BM : H₂O / 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna ,tidak berbau,

tidak berasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

Kegunaan : Dapat digunakan sebagai pelarut untuk

pencampur zat praktek kimia

di laboratorium dan tentunya sebagai

pembersih alat-alat di laboratorium.


2. Natrium Hidroksida (Depkes RI, 1979)

Nama resmi : NATRII HIDROCIDIUM

Nama lain : Natrium hidroksida

RM / BM : NaOH / 40

Pemerian : Bentuk massa hablur air keping- keping,

keras dan rapuh dan menunjukkan susunan

hablur putih mudah meleleh basa sangat

katalis dan korosif cepat menyerap air.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol

(95%)

Kegunaan : Sebagai zat terlarut.

3. Asam Salisilat (Depkes RI, 1979)

Nama resmi : SALICYLIC ACID

Nama lain : Asam Salisilat

RM/ BM : C₇H₆O₃ / 138,12

Kelarutan : larut dalam 550 bagian air dan dalam 4

bagian etanol 95% , mudah larut dalam

kloroform dan dalam eter.

Pemerian : hablur ringan tidak berwarna, hampir tidak

berbau dan agak manis dan tajam

Kegunaan : anti fungi dan sebagai sampel

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup


4. Asam Sitrat (Depkes RI, 1979)

Nama resmi : ACIDIUM CITRICUM

Nama lain : Asam Sitrat

RM / BM : C₆H₈O₇H₂O / 210,14

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna ,tidak berbau

rasa sangat asam, agak higroskopis,

merampung dalam udara atau panas.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

5. Fenolftalein (Depkes RI, 1979)

Nama resmi : FENOLFTALEIN

Nama lain : Indikator PP

RM/ BM : C₂₀H₁₄O₄ / 318,33

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak

berbau, dan stabil diudara

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

Kegunaan : Zat tambahan indikator

6. Etanol (Depkes RI, 1979)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Etanol

RM / BM : C₆H₆O / 444,4

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam

eter
Pemerian : Cairan tidak berwarna ,dan mudah

menguap

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

Kegunaan : Zat tambahan


BAB III

PROSEDUR KERJA

A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah batang pengaduk,

buret, corong gelas (supertek), gelas kimia (pyrex)), kaca arloji, statif dan

klem (manufaktor), labu tentukur (pyrex), pipet tetes, sendok tanduk, statif,

erlenmeyer (iwaki), tabung reaksi dan timbangan analitik(digital).

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu Air bebas CO2,

aquadest (H2O), asam salisilat (C₇H₆O₃), asam sitrat (C₆H₈O₇H₂O), etanol

(C₆H₆O) 95%, indikator fenolftalein, kalium hidrogen ftalat (KH Ftalat)

dan Natrium Hidroksida (NaOH).

B. Cara kerja

1. Pembuatan NaOH 0,1 N

Ditimbang NaOH sebanyak 0,4 g dilarutkan dengan air bebas CO2 ,

setelah itu di tuang di labu tentukur 100 ml dan dicukupkan

volumenya dengan aquadest hingga volume 100 ml.

2. Proses Pembakuan NaOH 0,1 N

KH Ftalat ditimbang sebanyak 0,3 g ditambahkan air bebas CO2

sebanyak 75 ml, lalu dihomogenkan. Ditambahkan indikator

fenolptalein sebanyak 3 tetes dan dititrasi dengan NaOH 0,1N hingga

berwarna merah muda.


3. Penetapan Kadar

a. Asam Sitrat

Ditimbang asam sitrat sebanyak 0,3 g dilarutkan dengan

100 ml H2O, ditambahkan 3 tetes indikator fenolptalein dan

selanjutnya dititrasi dengan NaOH baku hingga berwarna

merah muda.

b. Asam Salisilat

Ditimbang asam salisilat 0,5 g dilarutkan dengan 15 ml

etanol 95% netral dan ditambahkan 20 ml H2O, ditetesi

indikator fenolptalein sebanyak 3 tetes dan dititrasi dengan

NaOH baku hingga berwarna merah muda.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Percobaan

1. Pembuatan NaOH 0,1 N

NO SAMPEL VOLUME KONSENTRASI MASSA


(ml) (N) (gr)
1 NaOH 100 0,1 0,4

2. Pembakuan NaOH 0,1 N

NO BAKU TITRANT INDIKATOR Vt PERUBAHAN KONSENTRASI


PRIMER (N) (ml) WARNA (N)
1 KHC8H4O4 NaOH Fenolftalein 22,8 Merah Muda 0,064

3. Penetapan kadar

NO BAKU TITRANT INDIKATOR Vt PERUBAHAN KONSENTRASI


PRIMER (N) (ml) WARNA (%)
1 C6H8O7 NaOH Fenolftalein 40,1 Merah Muda 54,92%

2 C7H6O3 NaOH Fenolftalein 37,5 Merah Muda 66,29%

Dari tabel diatas pada sampel yang pertama yaitu larutan

KHC8H4O4 + H2O awalnya tidak berwarna namun setelah ditambahkan

indikator PP warnanya berubah menjadi merah muda dengan PH 8,0-9,6,

Vt 22,8 ml. kemudian pada sampel C6H8O3 + H2O awalnnya tidak


berwarna namun setelah ditambahkan indikator PP berubah warna menjadi

merah mudah dengan PH 8,0-9,6, Vt 40,1. Dan pada sampel yang ketiga

C7H6O3 + H2O awalnnya juga tidak berwarna namun setelah ditambahkan

indikator PP berubah warnah menjadi merah muda dengan PH 8,0-9,6, Vt

37,5 ml.

B. Pembahasan

Salah satu dari empat golongan utama dalam analisis titrimetri

adalah reaksi penetralan atau biasa disebut alkalimetri. Alkalimetri ini

melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hdrolisis garam yang berasal

dari basa lemah (basa bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri).

Titrasi asam-basa sering disebut alkalimteri dimana metri berasal dari

bahasa Yunani yang berarti ilmu, proses atau seni mengukur. Jadi

alkalimetri dapat diartikan sebagai penentuan kadar suatu basa dalam

suatu larutan (Khopkar, 2010).

Alkalimetri merupakan cara penetralan jumlah basa terlarut atau

konsentrasi larutan basa melalui titrimetri. Metode alkalimetri merupakan

reaksi penetralan asam dengan basa. Titrasi asam-basa menetapkan

beraneka ragam zat yang bersifat asam dengan basa, baik organik maupun

anorganik. Banyak contoh dalam analitiknya dapat diubah secara kimia

menjadi asam atau basa dan kemudian ditetapkan dengan titrasi

(Underwood, 2002).

Salah satu metode titrasi adalah alkalimetri yaitu penetralan asam

dengan basa. Kadar suatu larutan basa dapat ditentukan dengan mengambil
volume tertentu larutan asam tersebut dan kemudian titrasi dengan larutan

basa yang konsentrasinya diketahui. Jadi titrasi adalah penetapan kadar

suatu larutan dengan mengambil volume tertentu dengan mengukur

volume suatu pereaksi yang diketahui kadarnya dengan tepat bereaksi

dengan sejumlah larutan tertentu tersebut (Harjadi, 1993).

Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warnanya

apabila PH lingkungannya berubah. Misalnya biru brom timol (bb) dalam

larutan asam akan berwarna kuning, tetapi dalam lingkungannya berwarna

biru. Warna dalam keadaan asam dinamakan warna asam dan indikator

(kuning untuk bb) sedangkan warna yang ditunjukkan dalam keadaan basa

untuk setiap indikator asam-basa mempunyai warna tersendiri berdasarkan

trayek pH-nya. (Vogel, 1994).

Pada titrasi alkalimetri dilakukan 3 tahapan yaitu pembuatan

larutan, pembakuan dan penetapan kadar.

Pada pembuatan larutan yang dibuat yaitu menimbang NaOH 0,1

N sebanyak 0,4 gram kemudian dilarutkan kedalam gelas kimia

menggunakan air CO2 bebas, setelah itu dimasukkan kedalam labu ukur

yang volume 100 ml,kemudian dicukupkan sampai volume 100 ml dengan

mengunakan air CO2 bebas, setelah itu dihomogenkan.

Pada tahap pembakuan, sampel yang digunakan yaitu kalium

sebanyak 0,3 gram,kemudian dimasukkan kedalam erlnmeyer yang

volumenya 250 ml, kemudian ditambahkan dengan air CO2 bebas


sebanyak 75 ml, setelah itu ditambahkan hidrogen indikator PP 3 tetes dan

selanjutnya di titrasi dengan NaOH 0,1 N yang telah dibuat sebelumnya

sampai beruba warna menjadi merah muda,dimana volume titrasi yang

didapatkan yaitu sebanyak 20 ml.

Pada tahap penetapan kadar menggunakan 2 sampel yaitu asam

sitrat dan asam salisilat. Asam sitrat digunakan karena dapat mengikat ion-

ion, serta sebagai pengendali pH. Sedangkan asam salisilat digunakan

karena merupakan senyawa yang stabil dan termasuk pengoksidasi kuat.

Langkah pertama yaitu penetapan kadar pada asam sitrat, dimana

asam sitrat ditimbang sebanyak 0,3 gram, kemudian dimasukkan kedalam

erlenmeyer yang volumenya 250 ml. Setelah itu ditambahkan H2O

sebanyak 100ml.

kemudian ditambahkan indikator penoftalein sebanyak 3

tetes.setelah itu dititrasi menggunakan NaoH baku sampai larutan berubah

warna menjadi merah muda.dimana volume titrasi yang didapatkan yaitu

50 ml.

dan langkah kedua yaitu penetapan kadar pada asam salisilat,asam

salisilat ditimbang sebanyak 0,5 gram kemudian larutan salisilat

dimasukkan kedalam erlenmeyer dan ditambahkan etanol sebanyak 15 ml

untuk melarutkan asam salisilat,karena asam salisilat tidak dapat larut

dengan H2O.
setelah larut ditambahkan H2O sebanyak 20 ml,kemudian setelah

itu ditambahkan indikator fenoftalein sebanyak 3 tetes dan dititrasi sampai

warnanya berubah menjadi merah muda,dimana volume titrasi yang

didapatkan sebanyak 35 ml.

pada penetapan kadar asam sitrat didapatkan volume titrasi 40,1 ml

serta % kadar yang didapatkan yaitu 54,92%. Hasil yang didapatkan tidak

sesuai dengan yang ada di Farmakope Indonesia Edisi III Hal 793 yang

menyatakan bahwa % kadar asam sitrat yang mengandung tidak kurang

dari 99,5% dan tidak lebih dari 101,0%.

Untuk penetapan kadar asam salisilat didapatkan volume titrasi

37,5 ml serta % kadar yang didapatkan yaitu 66,29%. Hasil yang

didapatkan tidak sesuai dengan yang ada di Farmakope Indonesia Edisi III

Hal 56 yang menyatakan bahwa % kadar asam salisilat yang mengandung

tidak kurang dari 99,5%.

Adapun faktor kesalahan yang mempengaruhi pada proses

penetapan kadar asam sitrat dan asam salisilat yaitu pada percobaan ini

menggunakan air bebas CO2 untuk menentukan NaOH. Jika air bebas C02

ini terkontaminasi dengan udara luar maka NaOH akan membentuk

Na2CO3 karena diketahui bahwa NaOH bersifat higroskopis yang mudah

menyerap CO2 dapat bereaksi dengan air sehingga membentuk asam

karbonat (H2CO3) sehingga asam akan meningkat dan banyak NaOH

untuk titrasi yang menyebabkan kadar yang diperoleh tidak akurat.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percoban yang didapatkan, maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Kadar asam sitrat adalah 54,92 %

2. Kadar asam salisilat adalah 66,29 %

B. Saran

1. Laboratorium

Sebaiknya alat-alat di laboratorium di lengkapi agar

praktikum dapat berjalan dengan lancar

2. Asisten

Penjelasan yang disampaikan sudah sangat jelas dan

sebaiknya di pertahankan.
C. Lampiran

Lampiran 1: perhitungan

1. Pembuatan larutan NaOH

Dik : V NaOH = 100 mL

N = 0,1 N

Dit : gram ?

Solusi :

Mr = Jumlah Ar

= 23 + 16 1

= 40

g = V x N x BM

= 0,1 x 0,1 x 40

= 0,4 gram

2. Proses Pembakuan NaOH

Dik : g = 0,3 g

Vt = 22,8 ml → 0,0228 L

Mr KH Ftalat 204,22
BE = = = 204,22 𝑔⁄𝑚𝑜𝑙
𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 1

Dit : N ….?
Jawab :

𝑔
N =
𝑉𝑡 𝑋 𝐵𝐸

0,3 𝑔
= 𝑔
0,0228 𝑚𝑙 𝑥 204,22 ⁄𝑚𝑜𝑙

= 0,064 N

3. Penetapan kadar

a. Asam sitrat (C6H8O7)

Dik :

m C6H8O7 = 0,3 g

Vt = 40,1 ml → 0,04 L

C6 H8 O7 193,3 𝑔
BE = = = 64,37 ⁄𝑚𝑜𝑙
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻 3

Dit : % = ….?

Jawab :

𝑉𝑡 𝑥 𝑁 𝑥 𝐵𝐸
%= x 100%
𝐵𝑆

𝑔
0,04 𝐿 𝑥 0,064 𝑁 𝑥 64,37 ⁄𝑚𝑜𝑙
= 𝑥 100%
0,3 𝑔

= 54,92%

b. Asam salisilat (C7H6O3)

m C7H6O3= 0,5 g

Vt = 37,5 ml → 0,0375 L

𝑔
BE = 138,12 ⁄𝑚𝑜𝑙
Dit : % = ….?

Jawab :

𝑉𝑡 𝑥 𝑁 𝑥 𝐵𝐸
% = x 100%
𝐵𝑆

𝑔
0,0375 𝐿 𝑥 0,064 𝑁 𝑥 138,12 ⁄𝑚𝑜𝑙
= x 100%
0,5 𝑔

= 66,29%
Lampiran 2:

1. Pembuatan CO₂ bebas

Aquadest dimasukkan kedalam gelas kimia berukuran 500 ml,

kemudian dipanaskan sampai terjadi penguapan. Setelah terjadi

penguapan, didinginkan dengan suhu perkiraan suhu kamar, dan

selanjutnya gelas kimia yang berisi air CO₂ bebas tersebut ditutup

menggunakan aluminium foil (Farmakope Indonesia Edisi III Hal

675)

2. Pembuatan Etanol

Encerkan etanol 96% kemudian ditambahkan aquadest sedikit.

Maka terbentuklah etanol 95%.

V1.% = V2.%

V1.96% = 200 ml.95%

V1 = 197,9% atau 198%

Selanjutnya etanol 95% dinetralkan dengan menambahkan 1 tetes

indikator fenol merah dan kemudian ditambahlan lagi (tetes pertetes)

NaOH 0,1 M sampai menjadi merah muda (Farmakope Indonesia

Edisi III Hal 672)


Lampiran 3: Gambar

KHC8H4O4 + H2O + ind.PP (KH Ftalat)

C6H8O7 + H2O + ind,PP (Asam Sitrat)

C7H6O3 + H2O + ind.PP (Asam Salisilat)


DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia: Jakarta.

Khopkar, S.M, 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta :


Universitas Indonesia.

Mulyono, 2006. Analisis Kimia Kuantitatif, terjemahan dari Quantitave


Analisis oleh R.A Day, Jr dan A.L Underwood, Erlangga:
Jakarta.
Rivai, Harrizul, 1995. Asas Pemeriksaan Kimia, Jakarta: Universitas
Indonesia.
Underwood, 2002. Analisis Kimia Kuantitatif, Jakarta: Erlangga.

Vogel,1993. Kimia Analis kuantitatif Anorganik,Jakarta:Erlangga.

Robert,1999. Kimia Dasar,Jakarta:Erlangga.

Fuad,2007. Kimia Analitik Untuk Mahasiswa MIPA, Solo:Indon


Periwaro.
Pato,2003. Alkali Metri,Pdf:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai