TOKSIKOLOGI
DI BALAI BESAR LABORATORIUM KESEHATAN
Disusun oleh :
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan “laporan toksikologi” ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan laporan sebagai tugas
dari mata kuliah toksikologi.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikinlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
menjadi salah satu panduan untuk lebih menghormati Dosen bagi para pembaca.
Kritik dan saran senantiasa kami harapakan agar makalah ini dapat lebih di
tingkatkan kedepannya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
I. Tujuan
Untuk mengetahui pemeriksaan narkoba menggunakan metode
imunokromatografi test dengan cara yang baik dan benar
II. Dasar Teori
Narkotika berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata Narke yang
berarti beku, lumpuh dan dungu. Menurut Farmakologi medis, yaitu
“Narkotika adalah obat yang dapat menghilangkan (terutama) rasa nyeri
yang berasal dari daerah Visceral dan dapat menimbulkan efek stupor
(bengong masih sadar namun harus digertak) serta adiksi (Darman, 2006).
Zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan
penelitian. Tetapi karena berbagai alasan, mulai dari keinginan untuk
coba-coba, mengikuti trend, status sosial, ingin melupakan persoalan dan
lain-lain, maka narkoba menjadi disalahgunakan. Penggunaan narkoba
secara terus menerus dan berlanjut akan menyebabkan ketergantungan
atau biasa disebut kecanduan. Kecanduan inilah yang nantinya akan
mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan
pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung,
paruparu, hati dan ginjal (BNN RI, 2014). Narkoba adalah zat kimia yang
dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati
serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara
dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya
(Kurniawan, 2008).
Untuk menentukan pemakaian narkoba pada seorang individu,
pemeriksaan narkoba seringkali dilakukan menggunakan berbagai
spesimen biologis seperti darah, urine, cairan oral, keringat ataupun
rambut. Urinalisa adalah metode analisa untuk mendapatkan bahan-bahan
atau zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine dan juga untuk
melihat adanya kelainan pada urine. Tes urine adalah jenis tes yang paling
umum dan dianggap sebagai gold standard pengujian obat. Alat tes urine
sudah tersedia seperti pada tempat-tempat tes narkoba, analisis
laboratorium, atau toko alat kesehatan.
Urine merupakan spesimen yang paling sering digunakan untuk
pemeriksaan narkoba rutin karena ketersediaannya dalam jumlah besar dan
memiliki kadar obat dalam jumlah besar sehingga lebih mudah mendeteksi
obat dibandingkan pada spesimen lain. Teknologi yang digunakan pada
pemeriksaan narkoba pada urine sudah berkembang baik. Kelebihan lain
spesimen urine adalah pengambilannya yang tidak invasif dan dapat
dilakukan oleh petugas yang bukan medis. Urine merupakan matriks yang
stabil dan dapat disimpan beku tanpa merusak integritasnya. Obat-obatan
dalam urine biasanya dapat dideteksi sesudah 1 – 3 hari. Kelamaan
pemeriksaan urine adalah mudah dilakukan pemalsuan dengan cara
substitusi dengan bahan lain maupun diencerkan sehingga mengacaukan
hasil pemeriksaan (Indrati, 2015).
Pemeriksaan narkoba seringkali dibagi menjadi pemeriksaan
skrining dan konfirmatori. Pemeriksaan skrining merupakan pemeriksaan
awal pada obat pada golongan yang besar atau metabolitnya dengan hasil
presumptif positif dan negatif. Secara umum pemeriksaan skrining
merupakan pemeriksaan yang cepat, sensitif, tidak mahal dengan tingkat
presisi dan akurasi yang masih dapat diterima, walaupun kurang spesifik
dan dapat menyebabkan hasil positif palsu karena terjadinya reaksi silang
dengan substansi lain dengan struktur kimia yang mirip. Pada pemeriksaan
skrining, metode yang sering digunakan adalah immunoassay dengan
prinsip pemeriksaan adalah reaksi antigen dan antibodi secara kompetisi.
Pemeriksaan skrining dapat dilakukan diluar laboratorium dengan metode
ELISA (enzyme linked immunosorbent assay) (Indrati, 2015)
III. Alat dan Bahan
Alat:
1. Rapid test
2. Pot urine
3. Pipet tetes
Bahan:
1. Urine
2. Jas laboratorium
3. Masker
4. Handscoon
Analitik
1. Siapkan rapid test sesuai dengan formulir permintaan pemeriksaan
2. Buka kemasan rapid test
3. Tetestkan 3-5 tetes urine ke dalam sumur kaset
4. Tunggu 5-10 menit
5. Hasil siap dibaca
Pasca analitik
1. Positif (+)
Jika pada kaset didapatkan 1 garis merah pada daerah kontrol ( c )
2. Negatif (-)
Jika pada kaset didapatkan 2 garis merah pada daerah kontrol (c) dan
test (t)
3. Invalid
Jika pada kaset didapatkan 1 garis merah pada daerah test (t)
V. Hasil Pemeriksaan
1 47646 - - -
2 47641 - - -
3 47639 - - -
VI. Kesimpulan
Pada hasil praktikum yang telah di lakukan pada pemeriksaan
narkoba metode rapid test imunokromatografi dengan menggunakan
sampel urine mendapatkan hasil 2 garis merah pada daerah control (C) dan
test (T), maka pemeriksaan menunjukan hasil negatif (-) narkoba
VII. Pembahasan
VIII. Referensi
I. Hari/ Tanggal
Kamis, 15 juli 2021
IV. Metode
Spektofotometer UV-Vis
V. Prinsip
Sufaktan anionic bereaksi dengan biru metilen membentuk
pasangan ion baru berwarna biru yang larut dalam pelarut organik.
Intensitas warna biru yang terbentuk di ukur dengan spektofotometer pada
panjang gelombang 625 nm, serapan yang terukur setara dengan kadar
surfaktan anionik.
Pasca Analitik
Nilai absorban tiap kosentrasi dari panjang gelombang 625 nm
dengan nilai ketetapan atau standar dari permenkes no 37 tahun 2017
konsentrasi nya adalah 0,05%
IX. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan penentuan kandungan
deterjen dalam air menggunakan alat spektofotometer , pertama yaitu
membuat kurva baku dengan memasukan aquadest (Blank) kedalam
spektofotometer dengan kuvet, kosentrasi dengan panjang gelombang 625
nm untuk setiap sampel.
X. Daftar Pustaka
Connel, D.W.; miller, G.J., 1995, Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran,
UI Press: Jakarta
Dwi Adhi Suastuti, 2010. Efektivitas Penurunan Kadar Dodesil Benzen
Sulfonat (Dbs) Dari Limbah Deterjen Yang Diolah Dengan
Lumpur Aktif. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit
Jimbaran
wahyudi aditya. 2020. analisis surfaktan anionik dengan metode
spektrofotometri menggunakan metilen biru pada sampel limbah
inlet dan outlet di laboratorium kesehatan daerah dki jakarta.
laporan tugas akhir
Arnelli. 2010. Sublasi Surfaktan dari Larutan Detergen dan Larutan
Detergen Sisa Cucian serta Penggunaannya Kembali sebagai
Detergen. Jurnal Kimia Sains & Aplikasi, 13(2): 35-40
Rudi, La, Suratno, W., dan Paundanan, J., 2004, Perbandingan Penentuan
Surfaktan Anionik Dengan Spektrofotometer UVST Menggunakan
Pengompleks Malasit hijau Dan Metilen biru, Jurnal Kimia
Lingkungan, Vol. 6 No. 1, Surabaya: Universitas Airlangga
Apriyani nani. 2017. Penurunan Kadar Surfaktan dan Sulfat dalam Limbah
Laundry. Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 2, Nomor 1