Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIK KLINIK

TOKSIKOLOGI
DI BALAI BESAR LABORATORIUM KESEHATAN

Disusun oleh :

Nama : Neike Octary


Nim : 51118019
Dosen pembimbing : Aristoteles, S.Kep, M.Kes

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan “laporan toksikologi” ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan laporan sebagai tugas
dari mata kuliah toksikologi.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikinlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
menjadi salah satu panduan untuk lebih menghormati Dosen bagi para pembaca.
Kritik dan saran senantiasa kami harapakan agar makalah ini dapat lebih di
tingkatkan kedepannya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Palembang, juli 2021


Penyusun
LAPORAN PRAKTIK KLINIK
TOKSIKOLOGI
PEMERIKSAAN RAPID TEST NARKOBA

I. Tujuan
Untuk mengetahui pemeriksaan narkoba menggunakan metode
imunokromatografi test dengan cara yang baik dan benar
II. Dasar Teori
Narkotika berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata Narke yang
berarti beku, lumpuh dan dungu. Menurut Farmakologi medis, yaitu
“Narkotika adalah obat yang dapat menghilangkan (terutama) rasa nyeri
yang berasal dari daerah Visceral dan dapat menimbulkan efek stupor
(bengong masih sadar namun harus digertak) serta adiksi (Darman, 2006).
Zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan
penelitian. Tetapi karena berbagai alasan, mulai dari keinginan untuk
coba-coba, mengikuti trend, status sosial, ingin melupakan persoalan dan
lain-lain, maka narkoba menjadi disalahgunakan. Penggunaan narkoba
secara terus menerus dan berlanjut akan menyebabkan ketergantungan
atau biasa disebut kecanduan. Kecanduan inilah yang nantinya akan
mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan
pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung,
paruparu, hati dan ginjal (BNN RI, 2014). Narkoba adalah zat kimia yang
dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati
serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara
dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya
(Kurniawan, 2008).
Untuk menentukan pemakaian narkoba pada seorang individu,
pemeriksaan narkoba seringkali dilakukan menggunakan berbagai
spesimen biologis seperti darah, urine, cairan oral, keringat ataupun
rambut. Urinalisa adalah metode analisa untuk mendapatkan bahan-bahan
atau zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine dan juga untuk
melihat adanya kelainan pada urine. Tes urine adalah jenis tes yang paling
umum dan dianggap sebagai gold standard pengujian obat. Alat tes urine
sudah tersedia seperti pada tempat-tempat tes narkoba, analisis
laboratorium, atau toko alat kesehatan.
Urine merupakan spesimen yang paling sering digunakan untuk
pemeriksaan narkoba rutin karena ketersediaannya dalam jumlah besar dan
memiliki kadar obat dalam jumlah besar sehingga lebih mudah mendeteksi
obat dibandingkan pada spesimen lain. Teknologi yang digunakan pada
pemeriksaan narkoba pada urine sudah berkembang baik. Kelebihan lain
spesimen urine adalah pengambilannya yang tidak invasif dan dapat
dilakukan oleh petugas yang bukan medis. Urine merupakan matriks yang
stabil dan dapat disimpan beku tanpa merusak integritasnya. Obat-obatan
dalam urine biasanya dapat dideteksi sesudah 1 – 3 hari. Kelamaan
pemeriksaan urine adalah mudah dilakukan pemalsuan dengan cara
substitusi dengan bahan lain maupun diencerkan sehingga mengacaukan
hasil pemeriksaan (Indrati, 2015).
Pemeriksaan narkoba seringkali dibagi menjadi pemeriksaan
skrining dan konfirmatori. Pemeriksaan skrining merupakan pemeriksaan
awal pada obat pada golongan yang besar atau metabolitnya dengan hasil
presumptif positif dan negatif. Secara umum pemeriksaan skrining
merupakan pemeriksaan yang cepat, sensitif, tidak mahal dengan tingkat
presisi dan akurasi yang masih dapat diterima, walaupun kurang spesifik
dan dapat menyebabkan hasil positif palsu karena terjadinya reaksi silang
dengan substansi lain dengan struktur kimia yang mirip. Pada pemeriksaan
skrining, metode yang sering digunakan adalah immunoassay dengan
prinsip pemeriksaan adalah reaksi antigen dan antibodi secara kompetisi.
Pemeriksaan skrining dapat dilakukan diluar laboratorium dengan metode
ELISA (enzyme linked immunosorbent assay) (Indrati, 2015)
III. Alat dan Bahan
Alat:
1. Rapid test
2. Pot urine
3. Pipet tetes

Bahan:
1. Urine
2. Jas laboratorium
3. Masker
4. Handscoon

IV. Prosedur Kerja


Pre analitik
1. Mencuci tangan 6 langkah menurut WHO
2. Memakai APD lengkap Penggunaan APD merupakan salah satu
implementasi dari system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Alat pelindung diri yang seharusnya ada di laboratorium adalah.
a. Penetup kepala
b. Masker (Perlindungan Pernapasan)
c. Sarung Tangan Steril
d. Jas Laboratorium
e. Alas kaki (Pertiwi dkk,2016)
3. Identifikasi pasien dengan cara membarcode id pasien yang terdapat
pada pot sampel
4. Persiapan alat dan bahan

Analitik
1. Siapkan rapid test sesuai dengan formulir permintaan pemeriksaan
2. Buka kemasan rapid test
3. Tetestkan 3-5 tetes urine ke dalam sumur kaset
4. Tunggu 5-10 menit
5. Hasil siap dibaca

Pasca analitik
1. Positif (+)
Jika pada kaset didapatkan 1 garis merah pada daerah kontrol ( c )
2. Negatif (-)
Jika pada kaset didapatkan 2 garis merah pada daerah kontrol (c) dan
test (t)
3. Invalid
Jika pada kaset didapatkan 1 garis merah pada daerah test (t)

V. Hasil Pemeriksaan

No Kode Sampel Amphetamine Metaphemtamin THC/Ganja

1 47646 - - -

2 47641 - - -

3 47639 - - -

VI. Kesimpulan
Pada hasil praktikum yang telah di lakukan pada pemeriksaan
narkoba metode rapid test imunokromatografi dengan menggunakan
sampel urine mendapatkan hasil 2 garis merah pada daerah control (C) dan
test (T), maka pemeriksaan menunjukan hasil negatif (-) narkoba
VII. Pembahasan

Pemeriksaan konfirmasi digunakan pada spesimen dengan hasil


positif pada pemeriksaan skrining. Pemeriksaan konfirmasi digunakan
pada spesimen dengan hasil positif palsu. Metode konfirmasi yang sering
digunakan adalah gas chromatography/mass spectrometry (GC/MS) atau
liquid chromatography yang dapat mengidentifikasi jenis obat secara
spesifik dan tidak dapat bereaksi silang dengan substansi lain. Kekurangan
metode konfirmasi adalah waktu pengerjaannya yang lama, membutuhkan
keterampilan tinggi serta biaya pemeriksaan yang tinggi (Lum, 2004).
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan narkoba adalah
Immunochromatografi test, urine diteteskan secara vertikal menggunakan
pipet tetes pada sumur kaset lalu ditunggu beberapa menit dan dilihat
hasilnya, jika tertera garis pada control dan test menunjukkan negatif, jika
tertera garis pada control menunjukkan positif sedangkan jika tidak tertera
garis menunjukkan invalid. Sehingga diperoleh hasil bahwa sampel urine
yang diuji menunjukkan hasil positif berarti pasien merupakan pengguna
narkoba.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, serta hilangnya rasa.
Zat ini dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan)
yang sangat berat. Narkotika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan
daya habitual (kebiasaan) yang sangat tinggi (Partodiharjo, 2003).

VIII. Referensi

Makarao, T., Suhasril. dan Zakky, M. 2003. Tindak Pidana Narkotika.


Jakarta: Ghalia Indonesia.
Indrati, A. 2005. Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik Narkoba.
Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Joewana, S. 2001. Narkoba: Petunjuk Praktis Bagi Keluarga Untuk
Mencegah Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Media
Pressindo.
Syarif, K. 2013. Hasil Test Urine Dalam Pembuktian Tindak Pidana
Narkotika Yang Dilakukan Oleh Oknum Anggota
Kepolisian. Kantor Kepolisian Kota Besar Makassar.
[Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin Makassar.
Wulansari, Y. 2006. Kamus Narkoba: Istilah-istilah Narkoba dan Bahaya
Penyalahgunaannya. Jakarta: Badan Narkotika Nasional
Republik Indonesia
Darman, F. 2006. Mengenal Jenis dan Efek Buruk Narkoba. Tangerang:
Visimedia

Palembang, 12 Juli 2021


Pembimbing Praktikum, Mahasiswa,

Aristoteles, S.Kep.,M.Kes Neike Octary


NBM: NIM: 51118019
LAPORAN TOKSIKOLOGI
PEMERIKSAAN DETERJEN

I. Hari/ Tanggal
Kamis, 15 juli 2021

II. Tujuan Pratikum


Untuk mengetahui cara pemeriksaan deterjen dengan baik dan benar

III. Dasar Teori


Surfaktan tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia yang
sangat bermanfaat untuk membersihkan suatu peralatan yang umumnya
banyak di jumpai pada limbah rumah tangga, limbah perusahaan juga
tidak luput dari adanya kandungan surfaktan. Dibalik manfaat yang dapat
dihasilkan oleh surfaktan juga terdapat bahaya atau efek negatif antara lain
dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami
yang ada pada permukaan kulit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kulit
manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kimia
dengan kandungan 1 % Linear Alkilbenzena Sulfonat (LAS) dan Alfa
Olefin Sulfonat (AOS) yang dapat mengakibatkan iritasi sedang pada
kulit. Surfaktan dapat bersifat toksik jika tertelan. Sisa dari bahan
surfaktan yang terdapat dalam deterjen dapat membentuk klorobenzena
pada proses klorinisasi pengolahan air minum Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM). Klorobenzena merupakan senyawa kimia yang bersifat
racun dan berbahaya bagi kesehatan. Kandungan deterjen yangcukup
tinggi dalam air dapat menyebabkan pengurangan kadar oksigen.
Surfaktan (surfactant: surface active agents) merupakan senyawa
yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Surfaktan berfungsi
untuk mengangkat kotoran pada pakaian baik yang larut dalam air maupun
yang tak larut dalam air. Hal ini dapat terjadi karena molekul surfaktan
terdiri dari satu ujung hidrofilik dan satu ujung hidrofobik (satu rantai
hidrokarbon atau lebih). Ujung hidrofobik surfaktan merupakan satu rantai
atau lebih hidrokarbon yang mengandung 12 atom karbon atau lebih.
(nani. 2017). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kadar surfaktan
anion dalam limbah. Prinsip dari pengujian ini adalah surfaktan anionik
bereaksi dengan metilen biru membentuk pasangan ion berwarna biru
yang larut dalam pelarut organik. Intensitas warna biru yang terbentuk
diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 652 nm.
Serapan yang terukur setara dengan kadar surfaktan anionik. Hasil yang
diperoleh dari pengujian ini kemudian dibandingkan dengan Peraturan dari
permenkes no 37 tahun 2017 konsentrasi nya adalah 0,05%.
Metilen biru digunakan untuk uji coba bahan pewarna organik.
Bahan pewarna organik yang berwarna biru tua ini, akan menjadi tidak
berwarna apabila oksigen pada sampel (air yang tercemar yang sedang
dianalisis) telah habis dipergunakan (Mahida, 1981). Surfaktan anion
bereaksi dengan warna biru metilen membentuk pasangan ion baru yang
terlarut dalam pelarut organik, intensitas warna biru yang terbentuk diukur
dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 652 nm. Serapan
yang diukur setara dengan kadar surfaktan anion (Anonim, 2009).
Metode ini membahas tentang perpindahan metilen biru yaitu
larutan kationik dari larutan air ke dalam larutan organik yang tidak dapat
campur dengan air sampai pada titik jenuh (keseimbangan). Hal ini terjadi
melalui formasi (ikatan) pasangan ion antara anion dari MBAS (methylene
blue active substances) dan kation dari metilen biru. Intensitas warna biru
yang dihasilkan dalam fase organik merupakan ukuran dari MBAS
(sebanding dengan jumlah surfaktan). Surfaktan anion adalah salah satu
dari zat yang paling penting, alami dan sintetik yang menunjukkan
aktifitas dari metilen biru. Metode MBAS berguna sebagai penentuan
kandungan surfaktan anion dari air dan limbah, tetapi kemungkin adanya
bentuk lain dari MBAS (selain interaksi antara metilen biru dan surfaktan
anion) harus selalu diperhatikan. Metode ini relatif sangat sederhana dan
pasti. Inti dari metode MBAS ini ada 3 secara berurutan yaitu: Ekstraksi
metilen biru dengan surfaktan anion dari media larutan air ke dalam
kloroform (CHCl3) kemudian diikuti terpisahnya antara fase air dan
organik dan pengukuran warna biru dalam CHCl3 dengan menggunakan
alat spektrofotometri pada panjang gelombang 652 nm (Franson, 1992).
Batas deteksi surfaktan anion menggunakan pereaksi pengomplek metilen
biru sebesar 0,026 mg/L, dengan rata-rata persen perolehan kembali 92,3%
(Rudi dkk., 2004).

IV. Metode
Spektofotometer UV-Vis

V. Prinsip
Sufaktan anionic bereaksi dengan biru metilen membentuk
pasangan ion baru berwarna biru yang larut dalam pelarut organik.
Intensitas warna biru yang terbentuk di ukur dengan spektofotometer pada
panjang gelombang 625 nm, serapan yang terukur setara dengan kadar
surfaktan anionik.

VI. Alat dan Bahan


Alat :
1. Spektofotometer
2. Corong pemisah 250 ml
3. Labu ukur 100 ml dan 1000 ml
4. Beaker glass 200 ml
5. Pipet ukur 5 ml dan 10 ml
6. Pipet volume metric 1,0 ml, 2,0 ml, 3,0 ml
Bahan :
1. Aquadest
2. NaOH
3. H2SO4
4. Indikator PP
5. Metilen Blue 25 ml
VII. Prosedur Kerja
Pra Analitik :
1. Mencuci tangan dengan menggunakan 6 langkah menurut WHO
2. Gunakan ADP lengkap
3. Memeriksa atau mengidentifikasi kode sampel yang akan diperiksa
4. Persipakan alat dan bahan
5. Beri label pada alat
Anatik :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ambil masing-masing 100 ml contoh uji dari larutan pencuci masukan
ke dalam corong pemisah menggunakan gelas ukur
3. Tambahkan 3-5 tetes indikator phenolphtalein pada setiap corong
pemisah yang berlabel sampel
4. Teteskan NaOH 1 N setetes demi setetes ke dalam sampel sampai
timbul warna merah muda
5. Teteskan H2SO4 1 N tetes demi tetes sampai warna merah muda
menghilang
6. Tambahkan metilen blue 25 ml kedalam sampel
7. Bawa ke lemari asam
8. Tambahkan 10 ml kloroform ke dalam corong pemisah yang berisi
sampel, kocok kuat kuat selama 30 detik, buka tutup corong untuk
mengeluarkan gas, lakukakan sebanyak 3x
9. Pisahkan lapisan bawah (fase kloroform) dan tampung dalam corong
pemisah yang berisi larutan pencuci atau yang berlabel tulisan pencuci
10. Tambahkan 10 ml klorofom ke dalam corong pemisah yang berlabel
tulisan pencuci, Kocok kuat selama 30 detik, buka tutup corong untuk
mengeluarkan gas, lakukakan sebanyak 3x
11. Lakukan penyaringan, keluarkan lapisan bawah (klorofom) melalui
glass wool dan tampung pada labu ukur (glass wool yang berfugsi
untuk menyaring dalam corong yang di bawahnya labu ukur)
12. Homogenkan labu ukur
13. Tambahkan kloroform 50 ml pada labu ukur sampai batas miniskus
bawah
14. Lakukan pembacaan hasil pada alat spektofotometer dengan panjang
gelombang 625nm dan catat serapan nya

Pasca Analitik
Nilai absorban tiap kosentrasi dari panjang gelombang 625 nm
dengan nilai ketetapan atau standar dari permenkes no 37 tahun 2017
konsentrasi nya adalah 0,05%

Gambar Pemeriksaan di Corong Pemisah


Sumber : dokumentasi pribadi
VIII. Hasil
no kode sampel konsentrasi hasil
absorban
1 43889 -0,001
2 43869 0,002
3 43891 0,000
4 43890 0,001
5 blank 0,000
Pada pemeriksaan yang telah dilakukan dapat dilihat dari standar
permenkes atau konsentrasi no 37 tahun 2017 konsentrasi nya adalah
0,05% dan dinyatakan normal pada pemeriksaan deterjen tersebut.

Gambar sampel yang akan di periksa


Sumber : dokumentasi pribadi

IX. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan penentuan kandungan
deterjen dalam air menggunakan alat spektofotometer , pertama yaitu
membuat kurva baku dengan memasukan aquadest (Blank) kedalam
spektofotometer dengan kuvet, kosentrasi dengan panjang gelombang 625
nm untuk setiap sampel.

X. Daftar Pustaka
Connel, D.W.; miller, G.J., 1995, Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran,
UI Press: Jakarta
Dwi Adhi Suastuti, 2010. Efektivitas Penurunan Kadar Dodesil Benzen
Sulfonat (Dbs) Dari Limbah Deterjen Yang Diolah Dengan
Lumpur Aktif. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit
Jimbaran
wahyudi aditya. 2020. analisis surfaktan anionik dengan metode
spektrofotometri menggunakan metilen biru pada sampel limbah
inlet dan outlet di laboratorium kesehatan daerah dki jakarta.
laporan tugas akhir
Arnelli. 2010. Sublasi Surfaktan dari Larutan Detergen dan Larutan
Detergen Sisa Cucian serta Penggunaannya Kembali sebagai
Detergen. Jurnal Kimia Sains & Aplikasi, 13(2): 35-40
Rudi, La, Suratno, W., dan Paundanan, J., 2004, Perbandingan Penentuan
Surfaktan Anionik Dengan Spektrofotometer UVST Menggunakan
Pengompleks Malasit hijau Dan Metilen biru, Jurnal Kimia
Lingkungan, Vol. 6 No. 1, Surabaya: Universitas Airlangga
Apriyani nani. 2017. Penurunan Kadar Surfaktan dan Sulfat dalam Limbah
Laundry. Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 2, Nomor 1

Palembang, 15 Juli 2021


Pembimbing Praktikum, Mahasiswa,

Aristoteles, S.Kep.,M.Kes Neike Octary


NBM: NIM: 51118019

Anda mungkin juga menyukai