NPM : 11181171
KELAS : 4FA4
1. Tujuan
2. Prinsip
Mengembangakan metode analisis obat dalam sampel biologis.
Tahap untuk mendapat motede analisis yang valid untuk diaplikasikan dalam suatu
penelitian farmakokinetik meliputi:
● Pengembangan metode analisis
● Validasi metode analisis yang digunakan
Dalam tahap pengenmbangan perlu diperhatikan apakah untuk obat yang akan diteliti
belum pernah ada metode analisis untuk penetapan kadar obat tersebut dalam matriks
biologis yang akan digunakan. Jika memang belum ada metode analisis yang telah
dikembangankan, maka perlu diperhatikan struktur dan sifat fisikokimia obat yang akan
diteliti. Apakah ada metode analisis untuk obat lain dengan struktur yang mirip dengan
matriks biologis yang sama. Jika ada, data ini merupakan suatu awal untuk memulai suatu
pengembangan metode analisis. Dalam banyak kasus, metode analisis untuk penelitian
farmakokinetik dapat diadaptasi dari suatu atau beberpa metode analisis yang telah
dipublikasikan dengan melakukan sedikit ataupun berbagai modifikasi untuk mendapatkan
hasil yang diinginkan.
Metode analisis yang umum digunakan dalam penelitian farmakokinetik adalah:
● Metode kimia, contoh: HPLC (High Performance Liquid Chromatography), GC
(Gas Chromatography), LC-MS (Liquid Chromatography Mass Spectropfotometry).
● Metode biologis, yang didasarkan pada prosedur immunoassay (RIA,
radioimmunoasay), enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dan metode
mikrobiologi.
Pengembangan metode analisis meliputi evaluasi dan optimasi berbagai tahapan, seperti
penyiapan sampel, pemisahan analit (obat yang diteliti), deteksi, dan kuantifikasi.
Validasi suatu metode anlisis dilakukan untuk menjamin bahwa metode yang akan
digunakan adalah valid dan terpercaya. Beberapa parameter digunakan untuk mengevaluasi
validitas dan metode yang dikembangkan, antara lain: perolehan kembali (recovery) obat
dari matriks biologi yang digunakan, presisi dan akurasi. Persyartan yang dituntut bagi
suatu metode tersebut dapat memberikan nilai perolehan kembali yang tinggi (75-90% atau
lebih), kesalahan acak dan kesalahan sistemik kurang dari (10%). Kepekaan dan
selektivitas peralatan merupakan kriteria lain yang penting, hal mana nilainya akan sangat
tergantung dari alat pengukur yang digunakan. Stabilitas obat akan diteliti dalam matriks
sampel juga harus diperhatikan. Berbagai sampel biologis dapat diambil untuk penentuan
kadar obat dalam tubuh untuk penelitian farmakokinetik, sebagai contoh : darah, urin,
feses, saliva, jaringan tubuh, cairan blister, cairan spinal, dan cairan sinovial. Darah
merupkan sampel biologis yang paling umum digunakan dan mengandung berbagai protein
seperti albumin dan globulin. Pada umumnya bukan darah utuh (whole blood) tetapi
plasma ataupun serum yang digunakan untuk penentuan kadar obat. Serum diperoleh
dengan membiarkan darah untuk menggumpal dan supernatan yang dikumpulkan setelah
sentrifugasi adalah serum. Sedangkan plasma diperoleh dengan penambahan antokoagulan
pada darah yang diambil dan supernatan yang diperoleh setelah sentrifugasi merupakan
plasma. Jadi plasma dan serum dibedakan dari protein yang dikandungnya.
PEROLEHAN KEMBALI
Perolehan kembali (recovery) dan kesalahan sistematik untuk besaran kadar
dihitung dengan persamaan:
KESALAHAN ACAK
Kesalahan acak (random analytical error) untuk tiap besaran kadar dihitung dengan
persamaan:
Catatan: Kesalahan acak merupakan tolok ukur inprecision suatu analisis, dan bersifat
positif atau negatif. Kesalahan acak identik dengan variabilitas pengukuran dan
dicerminkan oleh tetapan variasi.
LOD atau Batas Deteksi (Limit of Detection) merupakan jumlah atau konsentrasi
terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi, namun tidak perlu diukur sesuai
dengan nilai sebenarnya dan tidak selalu dapat dikuantifikasi
Terdapat beberapa metode dalam menentukan LOD dan LOQ untuk metode
HPLC. Metode yang sering digunakan adalah menentukan kadar sampel yang
menghasilkan rasio signal-to-noise 2:1 atau 3:1 untuk LOD dan 10:1 untuk LOQ.
Cara yang lain adalah menentukan LOD dan LOQ dengan standar deviasi dari respon
dengan rumus LOD = 3.3(SD/S) dan LOQ = 10(SD/S) dimana SD adalah standar
deviasi dari bank, standar deviasi residual dari kurva kalibrasi, dan standar deviasi
dari y-intersep dari kurva kalibrasi dan S adalah slope dari kurva kalibrasi (Ahuja dan
Dong, 2005).
Rumus:
| |
√
4. Tugas Pendahuluan
M =
0,2 =
g = 1,3609 gram
Dibuat dalam 2 Liter
= 13,609 gram
Penimbangan Natrium Hidroksida (NaOH)
0,2 =
g = 0,3128 gram
2.Jelaskan perhitungan dan pembuatan larutan induk Paracetamol 1000 bpj sebanyak
100 mL!
Larutan Induk 1000 bpj = 1000 µg/ mL
Perhitungan Pengenceran
- 2ppm
x = x
x 1000 = 50 mL x 2 ppm
=
= 0,1 mL
- 4 ppm
x = x
x 1000 = 50 mL x 4 ppm
=
= 0,2 mL
- 6 ppm
x = x
x 1000 = 50 mL x 6 ppm
=
= 0,3 mL
- 10ppm
x = x
x 1000 = 50 mL x 10 ppm
=
= 0,5 mL
- 12 ppm
x = x
x 1000 = 50 mL x 12 ppm
=
= 0,6 mL
6. Prosedur Kerja
Kalibrasi wadah 2 L dan hitung jumlah volume larutan KH2PO4 dan NaOH yang diperlukan
Hitung penimbangannya
7. Data Pengamatan
0.6 R² = 0.9845
0.4
0.2
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Konsentrasi (bpj) (x)
b. 4ppm
y = ׳bx + a
y = ׳0,0603x-0,0115
y = ׳0,0603 (4)-0,0115 = 0,2297
c. 6ppm
y = ׳bx + a
y = ׳0,0603x-0,0115
y = ׳0,0603 (6)-0,0115 = 0,3503
d. 8ppm
y = ׳bx + a
y = ׳0,0603x-0,0115
y = ׳0,0603 (8)-0,0115 = 0,4709
e. 10ppm
y = ׳bx + a
y = ׳0,0603x-0,0115
y = ׳0,0603 (10)-0,0115 = 0,5915
f. 12ppm
y = ׳bx + a
y = ׳0,0603x-0,0115
y = ׳0,0603 (12)-0,0115 = 0,7121
Perhitungan y-y׳
a. y-y׳
= 0,098 – 0,1091
= - 0,0111
b. y-y׳
= 0,255 – 0,2297
= 0,0253
c. y-y׳
= 0,323 – 0,3503
= -0,0273
d. y-y׳
= 0,506– 0,4709
= 0,0351
e. y-y׳
= 0,558 – 0,5915
= -0,0335
f. y-y׳
= 0,724 – 0,7121
= 0,0119
b. ׀y-y′׀2
׀0,255-0,2297׀2
= 0,00064009
c. ׀y-y′׀2
׀0,323-0,3503׀2
= 0,00074529
d. ׀y-y′׀2
׀0,506-0,4709׀2
= 0,00123201
e. ׀y-y′׀2
׀0,558-0,5915׀2
= 0,00112225
f. ׀y-y′׀2
׀0,724-0,7121׀2
= 0,00014161
SD = √ = 0,02830
Perhitungan LOD:
Perhitungan LOQ:
Hasil Pengamatan Absorbansi PCT 2 pada λ435 nm
Kurva Kalibrasi
b) 40 ppm
y = ׳bx + a
y = ׳0,0039x-0,0164
y = ׳0,0039 (40)-0,0164 = 0,1396
c) 60 ppm
y = ׳bx + a
y = ׳0,0039x-0,0164
y = ׳0,0039 (60)-0,0164 = 0,2176
d) 80 ppm
y = ׳bx + a
y = ׳0,0039x-0,0164
y = ׳0,0039 (80)-0,0164 = 0,2956
e) 100 ppm
y = ׳bx + a
y = ׳0,0039x-0,0164
y = ׳0,0039 (100)-0,0164 = 0,3736
f) 120 ppm
y = ׳bx + a
y = ׳0,0039x-0,0164
y = ׳0,0039 (120)-0,0164 = 0,4516
Perhitungan y-y׳
a. y-y׳
= 0,057 – 0,0616
= - 0,0046
b. y-y׳
= 0,135– 0,1396
= -0,0046
c. y-y׳
= 0,225 – 0,2176
= 0,0074
d. y-y׳
= 0,311– 0,2956
= 0,0154
e. y-y׳
= 0,391 – 0,3736
= 0,0174
f. y-y׳
= 0,438 – 0,4516
= -0,0136
Perhitungan ׀y-y′׀2
2
a) ׀y-y′׀
׀0,057-0,0616׀2
=0,00002116
2
b) ׀y-y′׀
׀0,135-0,1396׀2
=0,00002116
2
c) ׀y-y′׀
׀0,225-0,2176׀2
=0,00005476
2
d) ׀y-y′׀
׀0,311-0,2956׀2
=0,00023716
2
e) ׀y-y′׀
׀0,391-0,3736׀2
=0,00030276
2
f) ׀y-y′׀
׀0,438-0,4516׀2
=0,00018496
Perhitungan Simpangan baku (SD):
| |
√
SD = √ = 0,01282
Perhitungan LOD:
Perhitungan LOQ:
8. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kita melakukan validasi metode analisis obat paracetamol, tujuan dari
praktikum ini adalah untuk memastikan bahwa metode tetap yang digunakan sudah sesuai
dengan tujuan penggunaanya dan selalu memberikan hasil yang dapat dipercaya lalu parameter
validasu yang digunakan adalah linearitas,LOD,LOQ. Sampel obat yang digunakan pada validasi
metode analisis ini adalah obat paracetamol dan menggunakan alat spektrofotometri UV-VIS.
Paracetamol ini mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2,
jika dihitung terhadap kadar zat anhidrat. Pemerian paracetamol sendiri adalah sebruk hablur,
putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Kelarutannya larut dalam air mendiidh dan dalam Natrium
Hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol.
Pada praktikum ini kita menggunakan alat spektrofotometri UV-VIS, prinsip dasar dari alat
spektrofotometri UV-Vis ini adalag serapan cahaya, bila cahaya jatuh pada senyawa yang sedang
di analisis maka sebagian dari cahaya diserap oleh molekul-molekul sesuai dengan spektrum
UV-Vis tergantung pada struktur elektronik dari molekul. Salah satu alasan menggunakan
paracetamol sebagai sampel obat karena radiasi ultraviolet dan sinar tampak pada
spektrofotometer diabsorpsi oleh molekul organik aromatic dan molekul yang mengandung
elektron-π terkonjugasi menyebabkan transisi elektron di orbital terluarnya dari tingkat energi
elektron tereksitasi lebih tinggi. Besarnya serapan radiasi tersebut sebandung dengan banyaknya
molekul analit yang mengabsorpsi sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif.
Spektrofotometri UV-Vis dapat menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif, pada analisis
kualitatif karakteristik resapan suatu zat dalam pelarut tertentu, yaitu panjang gelombang
maksimum dan daya resapnya. Penentuan panjang gelombang maksimum dengan membuat
spektrum dengan cara membuat larutan baku primer (induk).
Parameter-parameter yang akan diamati pada praktikum validasi metode analisis yaitu nilai
linearitas, LOD, serta nilai LOQ
- Linearitas
Penentuan linearitas dilakukan dengan mengukur absorbansi suatu seri konsentrasi larutan baku
paracetamol dalam pelarut dapar fosfat pH 7,4 kemampuan metode analisi memberikan respon
proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Kurva kalibrasi harus linier karena jika
kurva kalibrasi sudah tidak linear lagi, maka kesalahan hasil dalam analisa uji perbandingan
semakin besar.
Nilai r dikatakan baik apabila nilainya mendekati 1 yaitu nilai r > 0,98. Dari hasil praktikum nilai
r yang didapat r = 0,9845 pada spektrum 243nm ,sementara pada spetrum 432 nm didapatkan
nilai r = 0,9931. Parameter linearitas pada kedua uji memberikan interpretasi bahwa perubahan
kadar senyawa memberikan perubahan pada respon berupa perbedaan absorbansi. Hal ini dapat
dikatakan bahwa metode yang digunakan mempunyai sensitifitas tinggi terhadap perubahan
kadar senyawa uji dan kedua uji menunjukan nilai r yang mendekati angka 1 sehingga memiliki
nilai r yang baik dan sesuai dengan literatur atau teori.
Sebagai parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi
linier y = bx + a, nilai a itu menunjukan kepekaan analisis terutama instrumen yang digunakan.
Pada spektrum 243 nm menghasilkan nilai persamaan regresi linier y =0,0603x-0,0115
sementara pada spektrum 432 nm menghasilkan persamaan regresi linier y =0,0039x-0,0164
LOQ sendiri merupakan konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan
presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan.
Sebagaimana LOD, LOQ juga diekspresikan sebagai konsentrasi, prinsip pengujiannya adalah
batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva
kallibrasi yang di dapat dari uji lineritas. Untuk mendapatkan nilai batas deteksi dan kuantitasi
yaitu meggunakan nilai slope (b) dan simpangan baku residual (SDx). Pada pengukuran spektro
UV 243 nm didapatkan nilai SD = 0,0283 dan LOQ = 4,6932 mg/L, semnetara pada pengukuran
spektro UV 432 nm didapatkan nilai SD = 0,01282 dan LOQ = 32,8717 mg/L. Dari kedua
panjang gelombang tersebut yang telah diuji dapat disimpulkan bahwa spektro UV dengan
panjang gellomban 243nm lebih baik dibandingkan dengan nilai pada spektro UV 432 nm hal ini
dikarenakan semakin kecil nilai LOQ maka semakin baik dengan ditujukan hasil nilai 4,6932
mg/L yang artinya konsentrasi atau jumlah terendah dari analit yang masih dapat ditentukan dan
memenuhi kriteria akurasi dan presisi.
Nilai LOD dan LOQ dapat ditentukan dari nilai signal to noise (S/N). Nilai LOD adalah
nilaikonsentrasi pada saat N/S = 3 sedangkan nilai LOQ adalah nilai konsentrasi pada saat S/N =
10. Selain itu, nilai LOD dan LOQ dapat juga ditentukan dari nilai standar deviasi (SD). LOD= 3
SD Sedangkan LOQ = 10 SD. Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) diperoleh dengan
membuat 6 konsentrasi yang berbeda di bawah konsentrasi terkecil pada uji linearitas, pada
sampel paracetamol 1 dengan panjang gelombang 243 nm dan seri pengencerannya yaitu: 2
ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm dan 12 ppm. Dari masing-masing konsetrasi diukur
absorbansinya menggunakan sperktrofotometer UV pada panjang gelombang 243 nm kemudian
dibuat kurva baku sedangkan untuk paracetamol 2 (435 nm) dan membuat kurva kalibrasi
berdasarkan data panjang gelombang maksimum yang diperoleh, dibuat 6 seri konsentrasi
larutan yaitu 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, 100 ppm dan 120 ppm kemudian diukur
absorbansinya menggunakan spektrofotometer visible 435 nm dan pada pengukuran dengan
spektro Panjang gelombang 435 nm ini digunakan pereaksi warna yaitu HCl 6 N, NaNO3 10%,
Asam amidosulfonat 15% dan NaOH 10 %, karena zat yang dapat dianalisis menggunakan
spektrofotometri sinar tampak adalah zat dalam bentuk larutan serta zat tersebut harus tampak
berwarna karena jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan cara
memberi reagen tertentu yang spesifik. Dikatakan spesifik karena hanya bereaksi dengan spesi
yang akan dianalisis ,reagen ini disebut reagen pembentuk warna yaitu chromogenik reagent
9. Kesimpulan